STROKE
OLEH :
(123141021)
Menurut sumber Wikipedia, Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke
suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah
menyebabkan serangkaian reaksi bio-kimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel
otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh
jaringan itu.
Pengertian Stroke menurut Iskandar Junaidi adalah merupakan penyakit gangguan fungsional
otak berupa kelumpuhan saraf/deficit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah
satu bagian otak. Secara sederhana Stroke didefinisi sebagai penyakit otak akibat terhentinya
suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas / lumpuh sesaat
atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian.
Sumber lain menyebutkan bahwa Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah
otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini
bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu Stroke iskemik maupun Stroke
hemorragik. Pada Stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis
(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83%
mengalami Stroke jenis ini. Pada Stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur
pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis
interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta
jantung. Stroke Iskemik terbagi lagi menjadi 3 yaitu:
3. FAKTOR RESIKO
Di antara faktor resiko di atas, dapat disebutkan 4 major risk factors dari stroke:
1. Hipertensi
2. Transient ischemic attack
3. Hipercholesterolemia
4. DM
Transient Ischemic Attack
adalah serangan yang terjadi saat pasokan darah ke otak mengalami gangguan sesaat. Serangan ini
umumnya berlangsung lebih singkat dari stroke, yaitu selama beberapa menit hingga beberapa jam,
dan penderita akan pulih dalam waktu satu hari.
Meski hanya sesaat, TIA merupakan peringatan akan datangnya serangan yang lebih parah.
Pernah mengalami TIA berarti Anda memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena stroke
dan serangan jantung.
Jika tidak ditangani dengan benar, diperkirakan terdapat sekitar 20 persen pengidap TIA yang
akan mengalami stroke pada tahun berikutnya. Sedangkan pengidap TIA yang berpotensi
terkena serangan jantung pada tahun yang sama adalah sekitar 30 persen.
Gejala-gejala TIA
Gejala yang mengindikasikan TIA umumnya terjadi secara tiba-tiba dan serupa dengan
indikasi awal yang dialami oleh pengidap stroke. Gejala-gejala serangan ini meliputi:
TIA umumnya disebabkan oleh adanya gumpalan berukuran kecil yang tersangkut dalam
pembuluh darah otak. Gumpalan ini dapat berupa lemak atau gelembung udara.
Penyumbatan tersebut akan menghambat aliran darah dan memicu kekurangan oksigen pada
bagian tertentu di otak. Inilah yang menyebabkan terganggunya fungsi otak.
Berbeda dengan stroke, gumpalan penyebab TIA akan hancur dengan sendirinya sehingga
fungsi otak akan kembali normal. Karena itu, TIA tidak menyebabkan kerusakan yang
signifikan.
Terdapat beberapa faktor yang dipercaya bisa mempertinggi risiko Anda untuk mengalami
TIA, di antaranya adalah:
Usia. Risiko TIA akan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama bagi lansia di atas 60
tahun.
Jenis kelamin. Risiko pria untuk mengalami TIA lebih tinggi daripada wanita.
Faktor keturunan. Jika ada anggota keluarga Anda yang pernah mengalami TIA, Anda
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena serangan yang sama.
Pola hidup yang buruk. Misalnya merokok, mengonsumsi minuman keras secara
berlebihan, kurang olahraga, mengonsumsi makanan asin dan berlemak, serta menggunakan
obat-obatan terlarang. Pola hidup yang tidak terjaga juga dapat memicu faktor-faktor kepada
risiko penyakit hipertensi, obesitas, dan kolesterol tinggi.
Pengaruh penyakit atau kelainan tertentu. Risiko TIA pada pengidap kelainan jantung,
gagal jantung, infeksi jantung, detak jantung yang abnormal, dan diabetes akan lebih tinggi
dibandingkan orang normal.
Pemeriksaan dan diagnosis TIA sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Proses ini akan
membantu dokter untuk menurunkan risiko Anda untuk terkena serangan yang lebih parah di
kemudian hari.
Durasi serangan TIA cenderung singkat sehingga umumnya pengidap baru sempat menjalani
pemeriksaan setelah gejala reda. Dokter akan menanyakan gejala dan durasi serangan yang
pernah Anda alami terlebih dulu. Pemeriksaan fisik juga akan Anda jalani, misalnya
pengecekan tekanan darah.
Jika menduga Anda mengalami TIA, dokter akan menganjurkan serangkaian pemeriksaan
dan tes yang lebih mendetail. Proses ini meliputi:
Pemeriksaan neurologi, seperti kemampuan koordinasi serta respons tubuh.
Tes darah. Tes ini memungkinkan dokter untuk memeriksa faktor risiko di balik TIA,
misalnya kadar kolesterol dan gula dalam darah.
USG karotis. Jenis USG ini digunakan untuk memeriksa ada atau tidaknya penyempitan atau
penyumbatan pada arteri karotis di bagian leher.
Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG). Tes ini dapat mendeteksi ritme jantung abnormal
yang menjadi salah satu faktor risiko TIA.
MRI dan CT scan untuk otak. Langkah ini ditempuh jika letak TIA pada otak tidak diketahui.
Jenis-jenis pemeriksaan tersebut juga berguna untuk menemukan penyebab di balik serangan
TIA yang Anda alami, sekaligus meneliti tingkat risiko stroke yang Anda miliki.
Tiap penderita TIA tentu membutuhkan jenis penanganan yang berbeda-beda. Dokter akan
menentukan langkah pengobatan yang tepat berdasarkan beberapa faktor, antara lain usia,
kondisi kesehatan, serta penyebab TIA.
Penanganan TIA bertujuan untuk mengobati atau memperbaiki keabnormalan dan mencegah
risiko stroke. Langkah ini dilakukan melalui obat-obatan dan operasi.
Obat-obatan digunakan untuk mencegah risiko stroke. Lokasi, penyebab, tingkat keparahan,
dan jenis TIA yang dialami akan jadi faktor penentu dalam memilih jenis obat. Berikut ini
beberapa jenis obat yang biasa diberikan oleh dokter.
Antiplatelet dan antikoagulan. Kedua obat ini berfungsi mencegah pembekuan dan
penggumpalan darah. Aspirin, clopidogrel, dan dipyridamole merupakan contoh antiplatelet.
Sedangkan obat-obatan antikoagulan meliputi warfarin, dabigatran, dan heparin.
Antihipertensi. Sesuai namanya, obat ini digunakan untuk menangani hipertensi. Contohnya
adalah beta-blockers, penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), serta
penghambat kanal kalsium (calcium channel blockers).
Statin. Manfaat statin adalah untuk menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Beberapa jenis
statin yang sering diberikan dokter adalah simvastatin, rosuvastatin, dan atorvastatin.
Pencegahan ini sangat bermanfaat bagi semua orang, terutama mereka yang memiliki risiko
tinggi. Beberapa langkah sederhana yang dapat Anda lakukan meliputi:
Menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang. Batasilah asupan garam serta lemak
dan tingkatkan konsumsi makanan yang kaya akan serat, seperti buah-buahan dan sayur-
sayuran segar.
Rajin berolahraga. Anda dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik yang cukup menguras
tenaga, setidaknya 2,5 jam dalam seminggu.
Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi minuman keras. Kedua langkah ini tidak
hanya akan menurunkan risiko TIA serta stroke, tapi juga penyakit-penyakit lain.
Menjaga berat badan yang sehat. Langkah ini akan menghindarkan Anda dari obesitas
yang menjadi faktor pemicu TIA.
Menangani kondisi-kondisi yang mungkin menyebabkan TIA dengan seksama, misalnya
hipertensi, kolesterol tinggi, serta diabetes.
Sidharta (1985) memperingatkan bahwa Cerebrovascular Disease merupakan penyakit orang-
orang golongan usia di atas 50 tahun, karena pada orang-orang golongan tersebut terdapat
arterioslerosis serebri. Proses atherosklerosis disebabkan dan ditentukan oleh faktor
keturunan, hipertensi dan cara hidup. Semua faktor yang menentukan timbulnya manifestasi
stroke dikenal sebagai faktor resiko stroke, dikenaljuga sebagai stroke profile; sehingga
orang-orang yang mempunyai stroke profile dinamakan stroke prone person, yaitu orang-
orang yang mempunyai kecenderungan untuk mengidap stroke (Bustan, 2007).
Mekanisme kusal terjadinya penyakit yaitu dari suatu ateroma (endapan lemak) bisa
terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran
darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan
normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari
dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga
tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung
atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli = sumbatan, serebral
= pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani
pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung
(terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan Stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum
tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah
arteri.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan
pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga
bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan Stroke.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah
rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan
darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung
yang abnormal.
5. TANDA DAN GEJALA KLINIS
1. Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi
sensorik
2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau,
mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi
wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai
Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal
Stroke. Pada sumber lain tanda dan gejala Stroke yaitu:
Bicara tidak jelas (rero), sulit berbahasa, kata yang diucapkan tidak sesuai keinginan
atau gangguan bicara berupa pelo, sengau, ngaco, dan kata-katanya tidak dapat
dimengerti atau tidak dipahami (afasia). Bicara tidak lancar, hanya sepatah-
sepatah kata yang terucap
Tidak dapat berhitung, kepandaian menurun
Awal terjadinya penyakit (Onset) cepat, mendadak dan biasanya terjadi pada saat
beristirahat atau bangun tidur
5. DIAGNOSIS
CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat dan
relatif murah untuk kasus Stroke. Namun dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif
dibanding dengan MRI, misalnya pada kasus Stroke hiperakut.
6. UPAYA PENCEGAHAN
Stroke sangat dapat dicegah, hampir 85% dari semua Stroke dapat dicegah , karena
ancaman Stroke hingga merenggut nyawa dan derita akibat Stroke. Hidup bebas tanpa
Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran semua orang selalu berupaya
untuk mencegah Stroke atau mengurangi faktor risiko dengan menerapkan pola hidup sehat,
olahraga teratur, penghindari stress hingga meminum obat atau suplemen untuk menjaga
kesehatan pembuluh darah hingga dapat mencegah terjadinya Stroke.
7. PENGOBATAN
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut:
1/3 sisanya –> mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita
terus menerus di kasur.
Hanya 10-15 % penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia kala, sisanya
mengalami cacat, sehingga banyak penderita Stroke menderita stress akibat kecacatan yang
ditimbulkan setelah diserang stroke.
Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk
menentukan apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi
dengan obat penghancur bekuan darah.
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran
darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya
tidak dilakukan pembedahan.
Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang
menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan
darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan
suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
8. DIET UNTUK STROKE
Jenis diet
Pemberian jenis makanan sebaiknya disesuian dengan faktor-faktor risiko yang ada
pada penderita. Pada prinsipnya, diet yang diberikan adalah diet seimbang dengan modifikasi
yang disesuaikan dengan penyakit penyerta lain yang dialami penderita. Misalnya, penderita
stroke dengan hipertensi, sebaiknya diberikan menu diet seimbang dengan jumlah garam
yang dibatasi. Seeorang dnegan penyakit Diabetes mellitus, asupan gula dalam diet harus
dibatasi. Bagi penderita stroke dengan peninggian asam urat, maka diet yang dianjurkan
untuk membatasi asupan purin. Pengaturan diet merupakan hal yang penting, karena
merupakan salah satu upaya untuk mencegah stroke berulang. Oleh karena itu, keluarga
terdekat perlu sekali mengetahui jenis yang tepat untuk perawatan penderita di rumah dengan
menanyakan pada dokter/ahli gizi sebelum pasien kembali dari rumah sakit.
1. Tujuan Diet
a). Memberikan asupan cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pasien dengan
memperhatikan kondisi fisik/klinis dan komplikasi penyakit yang ada.
b). Memberikan makanan dengan kandungan zat gizi yang adekuat untuk mencapai status
gizi yang optimal dan mencapai berat badan normal.
c). Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
d). Membantu menurunkan tekanan darh penderita hingga mencapai normal.
e). Membantu mengurangi retensi garam atau air dalam jaringan tubuh.
f). Mengurangi bdan mencegah komplikasi lanjut]
g). Membantu mengurangi keluhan pasien
2. Prinsip Diet
a). Rendah garam
b). Rendah Kolesterol
3. Syarat Diet
a) Energi diberikan sesuai kebutuhan berdasarkan umur, jenis kelamin, tinggi badan,
aktifitas fisik, dan factor stress untuk memnuhi kebutuhan gizi pasien sehingga
mencapai status gizi tetap normal.
b) Protein diberikan sebesar 1 gr/kgBBI/hr karena pasien dalam keadaan status gizi baik.
c) Lemak diberikan cukup sebesar 20% dari total kebutuhan enrgi total, diutamakan
sumber lemak tak jenuh ganda untuk mencegah dislipidemia sebagai pncetus CVA.
d) Karbohidrat diberikan sebesar 50-60% dari total kebutuhan energi, terutama
digunakan jenis karbohidrat kompleks.
e) Diberikan diet rendah garam II yaitu 600-800 mg Na atau ¼ sendok the garam dapur
untuk mengurangi retensi cairan dan menurrunkan tekanan darah.
f) Serat diberikan cukup, yaitu 25 g/hr agar tidak terlalu memberatkan kerja organ
pencernaan.
g) Kolesterol dibatasi < 300 mg sehari.
h) Vitamin dan mineral cukup untuk menunjang proses metabolisme dalam tubuh.
i) Cairan cukup, yaitu 6-8 gelas untuk mencegah dehidrasi.
j) Makanan diberika dengan konsistensi lunak yaitu nasi tim dikarenakan kondisi pasien
saat itu masih lemah dan giginya sudah tidak lengkap.
k) Makanan yang tidak dianjurkan yaitu produk olahan yang dibuat dengan garam
dapur, baking soda, kue-kue yang terlalu manis dan gurih.
l) Sayuran yang disarankan dimakan adalah sayuran berserat sedang, yaitu bayam, labu
siam, kacang panjang, tomat, taoge, wortel. Kangkung.
m) Sayuran yang tidak disarankan adalah sayuran yang menimbulkan gas, seperti sawi,
kol, kembang kol dan lobak :sayuran berserat tinggi seperti daun singkong, daun
katuk, daun melinjo, dan sayuran mentah.
n) Sumber protein nabati yang tidak dianjurkan yaitu pindakas dan semua kacnag-
kacangan yang diawet dengan natrium atau digoreng.
o) Bahan makanan yang tidak disarankan adalah daging ayam, dan daging sapi yang
berlemak, jerohan,dendeng, abon, kornet, daging asap, ikan sarden, ikan asin, ebi,
uadang kering, telur asin, es krim, keju, susu full cream.
p) Buah yang perlu dibatasi adalah buah yang mnenimbulkan gas seperti nangka, durian,
dan buah yang diawet dengan natriumseperti biah kaleng dan asinan.
q) Sumber lemak yang perlu dibatasi adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit,
margarine dana mentega biasa, santan kental, krim dan produk gorengan.
r) Bumbu yan perlu dibatasi adalah bumbu yang tajam seperti cabe, merica dan cuka
yang mengandung bahan pengawet garam natrium seperti vetsin, kecap asin, kecap
manis, petis, saos tomat, terasi, soda, baking powder.
Bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan untuk penderita stroke
DAFTAR PUSTAKA
BUKU ILMIAH
Bustan, M. N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta.
Utama, S., 2003. Resiko Stroke dan Penyakit Jantung Perempuan Menopause. (online).
(http://www.pdpersi.co.id. Diakses 30 Maret 2008).
WEBSITE
www.medicastore.com
www.wikipedia.com
www.yastroki.or.id