Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

STROKE

OLEH :

ANI SRI INFANTRIANI

(123141021)

UNIVERSITAS MUHAMMAD HUSNI THAMRIN


PROGRAM STUDI S 1 GIZI NON REGULER
JAKARTA
2015
1 . PENGERTIAN STROKE

Batasan stroke yang dikemukakan oleh WHO


Task Force in Stroke and Other Cerebrovascular
Disease tahun 1989, stroke secara klinis adalah
disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah dan timbul secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau cepat (dalam
beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda
yang sesuai dengan daerah fokal otak yang
terganggu.

Menurut sumber Wikipedia, Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke
suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah
menyebabkan serangkaian reaksi bio-kimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel-sel
otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh
jaringan itu.

Pengertian Stroke menurut Iskandar Junaidi adalah merupakan penyakit gangguan fungsional
otak berupa kelumpuhan saraf/deficit neurologik akibat gangguan aliran darah pada salah
satu bagian otak. Secara sederhana Stroke didefinisi sebagai penyakit otak akibat terhentinya
suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan, dengan gejala lemas / lumpuh sesaat
atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran, dan kematian.

Sumber lain menyebutkan bahwa Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah
otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini
bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.

2. JENIS/ BENTUK/ KLASIFIKASI

Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu Stroke iskemik maupun Stroke
hemorragik. Pada Stroke iskemik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerosis
(penumpukan kolesterol pada dinding pembuluh darah) atau bekuan darah yang telah
menyumbat suatu pembuluh darah ke otak. Hampir sebagian besar pasien atau sebesar 83%
mengalami Stroke jenis ini. Pada Stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur
pembuluh darah arteri yang menuju ke otak. Darah ke otak disuplai oleh dua arteria karotis
interna dan dua arteri vertebralis. Arteri-arteri ini merupakan cabang dari lengkung aorta
jantung. Stroke Iskemik terbagi lagi menjadi 3 yaitu:

1. Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.


2. Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

3. Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena


adanya gangguan denyut jantung.

Pada Stroke hemorragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran


darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.
Hampir 70 persen kasus Stroke hemorrhagik terjadi pada penderita hipertensi.

3. FAKTOR RESIKO

Dalam upaya pencegahannya maka diperlukan identifikasi karakteristik epidemiologiknya


yang dapat merupakan sebagai faktor resiko stroke. Faktor resiko ini menyebabkan orang
menjadi lebih rentan atau mudah mengalami stroke.
Faktor-faktor resiko yang selama ini telah diidentifikasi dapat berupa hipertensi, diabetes
mellitus, riwayat stroke sebelumnya, obesitas, dan kebiasaan merokok. Selain itu, disebutkan
juga beberapa faktor yang dicurigai berkaitan dengan stroke seperti alkohol, kontrasepsi
hormonal, trauma, dan herpes zoster .

Beberapa faktor resiko stroke yang dapat disebutkan, yakni:


1. Umur: Rate meninggi sesuai dengan pertambahan umur.
2. Ras: lebih tinggi black dari white.
3. Seks: lelaki > wanita.
4. Hipertensi: faktor resiko tertinggi dari stroke.
5. Diabetes (> 120mg/100ml): kuat asosiasinya, kapiler rapuh.
6. Penyakit jantung sebelumnya: resiko meninggi sampai 3 x.
7. Atrial fibrilation/TIA: faktor resiko kuat.
8. Obesitas: inconsistent findings.
9. Rokok: tidak ditemukan efek besar, kapiler kaku.
10. Kolesterol dan trigliserida: inconsistent.

Di antara faktor resiko di atas, dapat disebutkan 4 major risk factors dari stroke:
1. Hipertensi
2. Transient ischemic attack
3. Hipercholesterolemia
4. DM
Transient Ischemic Attack

adalah serangan yang terjadi saat pasokan darah ke otak mengalami gangguan sesaat. Serangan ini
umumnya berlangsung lebih singkat dari stroke, yaitu selama beberapa menit hingga beberapa jam,
dan penderita akan pulih dalam waktu satu hari.

Meski hanya sesaat, TIA merupakan peringatan akan datangnya serangan yang lebih parah.
Pernah mengalami TIA berarti Anda memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena stroke
dan serangan jantung.

Jika tidak ditangani dengan benar, diperkirakan terdapat sekitar 20 persen pengidap TIA yang
akan mengalami stroke pada tahun berikutnya. Sedangkan pengidap TIA yang berpotensi
terkena serangan jantung pada tahun yang sama adalah sekitar 30 persen.

Gejala-gejala TIA

Gejala yang mengindikasikan TIA umumnya terjadi secara tiba-tiba dan serupa dengan
indikasi awal yang dialami oleh pengidap stroke. Gejala-gejala serangan ini meliputi:

 Salah satu sisi mulut dan wajah penderita terlihat turun.


 Lengan atau kaki yang mengalami kelumpuhan atau menjadi lemah sehingga tidak bisa
diangkat yang kemudian diikuti kelumpuhan pada satu sisi tubuh.
 Cara bicara yang kacau dan tidak jelas.
 Kesulitan memahami kata-kata orang lain.
 Kehilangan keseimbangan atau koordinasi tubuh.
 Pusing.
 Linglung.
 Kesulitan menelan.
 Pandangan yang kabur atau kebutaan.

Penyebab di Balik TIA

TIA umumnya disebabkan oleh adanya gumpalan berukuran kecil yang tersangkut dalam
pembuluh darah otak. Gumpalan ini dapat berupa lemak atau gelembung udara.

Penyumbatan tersebut akan menghambat aliran darah dan memicu kekurangan oksigen pada
bagian tertentu di otak. Inilah yang menyebabkan terganggunya fungsi otak.

Berbeda dengan stroke, gumpalan penyebab TIA akan hancur dengan sendirinya sehingga
fungsi otak akan kembali normal. Karena itu, TIA tidak menyebabkan kerusakan yang
signifikan.

Faktor-faktor Risiko TIA

Terdapat beberapa faktor yang dipercaya bisa mempertinggi risiko Anda untuk mengalami
TIA, di antaranya adalah:

 Usia. Risiko TIA akan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama bagi lansia di atas 60
tahun.
 Jenis kelamin. Risiko pria untuk mengalami TIA lebih tinggi daripada wanita.
 Faktor keturunan. Jika ada anggota keluarga Anda yang pernah mengalami TIA, Anda
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena serangan yang sama.
 Pola hidup yang buruk. Misalnya merokok, mengonsumsi minuman keras secara
berlebihan, kurang olahraga, mengonsumsi makanan asin dan berlemak, serta menggunakan
obat-obatan terlarang. Pola hidup yang tidak terjaga juga dapat memicu faktor-faktor kepada
risiko penyakit hipertensi, obesitas, dan kolesterol tinggi.
 Pengaruh penyakit atau kelainan tertentu. Risiko TIA pada pengidap kelainan jantung,
gagal jantung, infeksi jantung, detak jantung yang abnormal, dan diabetes akan lebih tinggi
dibandingkan orang normal.

Proses Diagnosis TIA

Pemeriksaan dan diagnosis TIA sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Proses ini akan
membantu dokter untuk menurunkan risiko Anda untuk terkena serangan yang lebih parah di
kemudian hari.

Durasi serangan TIA cenderung singkat sehingga umumnya pengidap baru sempat menjalani
pemeriksaan setelah gejala reda. Dokter akan menanyakan gejala dan durasi serangan yang
pernah Anda alami terlebih dulu. Pemeriksaan fisik juga akan Anda jalani, misalnya
pengecekan tekanan darah.

Jika menduga Anda mengalami TIA, dokter akan menganjurkan serangkaian pemeriksaan
dan tes yang lebih mendetail. Proses ini meliputi:
 Pemeriksaan neurologi, seperti kemampuan koordinasi serta respons tubuh.
 Tes darah. Tes ini memungkinkan dokter untuk memeriksa faktor risiko di balik TIA,
misalnya kadar kolesterol dan gula dalam darah.
 USG karotis. Jenis USG ini digunakan untuk memeriksa ada atau tidaknya penyempitan atau
penyumbatan pada arteri karotis di bagian leher.
 Pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG). Tes ini dapat mendeteksi ritme jantung abnormal
yang menjadi salah satu faktor risiko TIA.
 MRI dan CT scan untuk otak. Langkah ini ditempuh jika letak TIA pada otak tidak diketahui.

Jenis-jenis pemeriksaan tersebut juga berguna untuk menemukan penyebab di balik serangan
TIA yang Anda alami, sekaligus meneliti tingkat risiko stroke yang Anda miliki.

Langkah Pengobatan dan Pencegahan TIA

Tiap penderita TIA tentu membutuhkan jenis penanganan yang berbeda-beda. Dokter akan
menentukan langkah pengobatan yang tepat berdasarkan beberapa faktor, antara lain usia,
kondisi kesehatan, serta penyebab TIA.

Penanganan TIA bertujuan untuk mengobati atau memperbaiki keabnormalan dan mencegah
risiko stroke. Langkah ini dilakukan melalui obat-obatan dan operasi.

Obat-obatan digunakan untuk mencegah risiko stroke. Lokasi, penyebab, tingkat keparahan,
dan jenis TIA yang dialami akan jadi faktor penentu dalam memilih jenis obat. Berikut ini
beberapa jenis obat yang biasa diberikan oleh dokter.

 Antiplatelet dan antikoagulan. Kedua obat ini berfungsi mencegah pembekuan dan
penggumpalan darah. Aspirin, clopidogrel, dan dipyridamole merupakan contoh antiplatelet.
Sedangkan obat-obatan antikoagulan meliputi warfarin, dabigatran, dan heparin.
 Antihipertensi. Sesuai namanya, obat ini digunakan untuk menangani hipertensi. Contohnya
adalah beta-blockers, penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), serta
penghambat kanal kalsium (calcium channel blockers).
 Statin. Manfaat statin adalah untuk menurunkan kadar kolesterol dalam tubuh. Beberapa jenis
statin yang sering diberikan dokter adalah simvastatin, rosuvastatin, dan atorvastatin.

Pencegahan ini sangat bermanfaat bagi semua orang, terutama mereka yang memiliki risiko
tinggi. Beberapa langkah sederhana yang dapat Anda lakukan meliputi:

 Menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang. Batasilah asupan garam serta lemak
dan tingkatkan konsumsi makanan yang kaya akan serat, seperti buah-buahan dan sayur-
sayuran segar.
 Rajin berolahraga. Anda dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik yang cukup menguras
tenaga, setidaknya 2,5 jam dalam seminggu.
 Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi minuman keras. Kedua langkah ini tidak
hanya akan menurunkan risiko TIA serta stroke, tapi juga penyakit-penyakit lain.
 Menjaga berat badan yang sehat. Langkah ini akan menghindarkan Anda dari obesitas
yang menjadi faktor pemicu TIA.
 Menangani kondisi-kondisi yang mungkin menyebabkan TIA dengan seksama, misalnya
hipertensi, kolesterol tinggi, serta diabetes.
Sidharta (1985) memperingatkan bahwa Cerebrovascular Disease merupakan penyakit orang-
orang golongan usia di atas 50 tahun, karena pada orang-orang golongan tersebut terdapat
arterioslerosis serebri. Proses atherosklerosis disebabkan dan ditentukan oleh faktor
keturunan, hipertensi dan cara hidup. Semua faktor yang menentukan timbulnya manifestasi
stroke dikenal sebagai faktor resiko stroke, dikenaljuga sebagai stroke profile; sehingga
orang-orang yang mempunyai stroke profile dinamakan stroke prone person, yaitu orang-
orang yang mempunyai kecenderungan untuk mengidap stroke (Bustan, 2007).

4. MEKANISME KAUSAL TERJADINYA PENYAKIT

Mekanisme kusal terjadinya penyakit yaitu dari suatu ateroma (endapan lemak) bisa
terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga menyebabkan berkurangnya aliran
darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan
normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari
dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.

Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga
tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung
atau satu katupnya. Stroke semacam ini disebut emboli serebral (emboli = sumbatan, serebral
= pembuluh darah otak) yang paling sering terjadi pada penderita yang baru menjalani
pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama jantung
(terutama fibrilasi atrium).

Emboli lemak jarang menyebabkan Stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum
tulang yang pecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah
arteri.

Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan penyempitan
pembuluh darah yang menuju ke otak. Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga
bisa mempersempit pembuluh darah di otak dan menyebabkan Stroke.

Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke
otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah
rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan
darah yang banyak karena cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung
yang abnormal.
5. TANDA DAN GEJALA KLINIS

Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala Stroke terbagi menjadi berikut:

1. Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi
sensorik
2. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau,
mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi
wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.

3. Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.

Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai
Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal
Stroke. Pada sumber lain tanda dan gejala Stroke yaitu:

 Adanya  serangan defisit neurologis fokal, berupa


Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai
atau salah satu sisi tubuh

 Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada


lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh. Baal
atau mati rasa sebelah badan, terasa kesemutan,
terasa seperti terkena cabai, rasa terbakar

 Mulut, lidah mencong bila diluruskan

 Gangguan menelan : sulit  menelan, minum suka keselek

 Bicara tidak jelas (rero), sulit berbahasa, kata yang diucapkan tidak sesuai keinginan
atau gangguan bicara berupa pelo, sengau, ngaco, dan kata-katanya tidak dapat
dimengerti atau tidak dipahami  (afasia). Bicara tidak lancar, hanya sepatah-
sepatah kata yang  terucap

 Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat

 Tidak  memahami  pembicaraan  orang lain


 Tidak  mampu  membaca  dan menulis, dan tidak memahami tulisan

 Tidak dapat berhitung, kepandaian menurun

 Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh

 Hilangnya kendalian terhadap kandung kemih, kencing yang tidak disadari

 Berjalan menjadi sulit, langkahnya kecil-kecil

 Menjadi pelupa ( dimensia)

 Vertigo ( pusing, puyeng ), atau perasan berputar yang menetap saat tidak beraktifitas

 Awal  terjadinya  penyakit  (Onset) cepat, mendadak dan biasanya terjadi pada  saat 
beristirahat atau bangun  tidur

 Hilangnya penglihatan, berupa penglihatan terganggu, sebagian lapang pandangan


tidak terlihat, gangguan pandangan tanpa rasa nyeri, penglihatan gelap atau ganda
sesaat

 Kelopak  mata sulit  dibuka  atau  dalam keadaan terjatuh

 Pendengaran hilang atau gangguan pendengaran, berupa tuli satu telinga atau 


pendengaran  berkurang

 Menjadi lebih sensitif: menjadi mudah menangis atau tertawa

 Kebanyakan tidur atau selalu ingin tidur

 Kehilangan keseimbangan, gerakan tubuh tidak terkoordinasi dengan baik,


sempoyongan, atau terjatuh

 Gangguan kesadaran, pingsan sampai tidak sadarkan diri

5. DIAGNOSIS

Stroke biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil


pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan lokasi kerusakan pada
otak. Ada dua jenis teknik pemeriksaan imaging (pencitraan) untuk mengevaluasi kasus
Stroke atau penyakit pembuluh darah otak (Cerebrovascular Disease/CVD), yaitu Computed
Tomography (CT scan) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

CT scan diketahui sebagai pendeteksi imaging yang paling mudah, cepat dan
relatif murah untuk kasus Stroke. Namun dalam beberapa hal, CT scan kurang sensitif
dibanding dengan MRI, misalnya pada kasus Stroke hiperakut.

Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau


MRI. Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari Stroke,
apakah perdarahan atau tumor otak. Kadang dilakukan angiografi yaitu penentuan susunan
pembuluh darah/getah bening melalui kapilaroskopi atau fluoroskopi.

6. UPAYA PENCEGAHAN

Stroke sangat dapat dicegah, hampir 85% dari semua Stroke dapat dicegah , karena
ancaman Stroke hingga merenggut nyawa dan derita akibat Stroke. Hidup bebas tanpa
Stroke merupakan dambaan bagi semua orang. Tak heran semua orang selalu berupaya
untuk mencegah Stroke atau mengurangi faktor risiko dengan menerapkan pola hidup sehat,
olahraga teratur, penghindari stress hingga meminum obat atau suplemen untuk menjaga
kesehatan pembuluh darah hingga dapat mencegah terjadinya Stroke.

7. PENGOBATAN

Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut:

 1/3 –> bisa pulih kembali,


 1/3 –> mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang,

 1/3 sisanya –> mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita
terus menerus di kasur.

Hanya 10-15 % penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia kala, sisanya
mengalami cacat, sehingga banyak penderita Stroke menderita stress akibat kecacatan yang
ditimbulkan setelah diserang stroke.
Jika mengalami serangan stroke, segera dilakukan pemeriksaan untuk
menentukan apakah penyebabnya bekuan darah atau perdarahan yang tidak bisa diatasi
dengan obat penghancur bekuan darah.

Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa


dicegah atau dipulihkan jika recombinant tissue plasminogen activator (RTPA) atau
streptokinase yang berfungsi menghancurkan bekuan darah diberikan dalam waktu 3 jam
setelah timbulnya stroke.

Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah


tinggi dan tidak pernah diberikan kepada penderita dengan perdarahan otak karena akan
menambah risiko terjadinya perdarahan ke dalam otak.

Penderita stroke biasanya diberikan oksigen dan dipasang infus untuk


memasukkan cairan dan zat makanan. Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan
(misalnya heparin), tetapi obat ini tidak diberikan jika telah terjadi completed stroke.

Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati. Memperbaiki aliran
darah ke daerah tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya
tidak dilakukan pembedahan.

Pengangkatan sumbatan pembuluh darah yang dilakukan setelah stroke ringan


atau transient ischemic attack, ternyata bisa mengurangi risiko terjadinya stroke di masa yang
akan datang. Sekitar 24,5% pasien mengalami stroke berulang.

Untuk mengurangi pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita


stroke akut, biasanya diberikan manitol atau kortikosteroid. Penderita stroke yang sangat
berat mungkin memerlukan respirator (alat bantu bernapas) untuk mempertahankan
pernafasan yang adekuat. Di samping itu, perlu perhatian khusus kepada fungsi kandung
kemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk mencegah timbulnya luka di kulit karena
penekanan).

Stroke biasanya tidak berdiri sendiri, sehingga bila ada kelainan fisiologis yang
menyertai harus diobati misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur, tekanan
darah tinggi dan infeksi paru-paru. Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan
suasana hati (terutama depresi), yang bisa diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.
8. DIET UNTUK STROKE

Tahapan pemberian makanan dan minuman


1.  Pada tahap akut (24-48 jam)  
Bila kesadaran penderita menurun atau tidak sadar, diberikan makanan parenteral
(makanan intravena) melalui selang infung, dan dilanjutkan dengan makanan lewat pipa
(NGT). Pemberian makanan perlu hati-hati untuk memonitor kebutuhan gizi dan cairan
yang diperlukan. Kelebihan cairan dan peningkatan gula darah di dalam darah dapat
menyebabkan edema serebri. Energi yang diberikan sesuai kebutuhan basal tubuh, protein
diberikan sampai dengan 1,5 g/ kg berat badan/ hari, dan lemak sampai 2,5 g/ kg berat
bedan/ hari dan dekstrosa maksimal 7 g/ kg berat badan/ hari. Para peneliti memberi
rekomendasi agar kadar gula darah dipertahankan pada level 150-200 mg % pad afase
akut stroke.
 2. Pada tahap pemulihan
o Bila pasien sadar dan tidak disfagia, dapat diberikan makanan melalui mulut (oral)
secara bertahap seperti makanan lunak, saring hingga berupa bentuk makanan yang
biasa dengan porsi kecil dan sering.
o Bila terjadi disfagia, jalur pemberian makanan diberikan bertahap mulai parenteral,
kemudian ¼ bagian mulut (per oral) dan ¾ bagian melalui pipa (NGT), selanjutnya
½ bagian per oral (semi padat dan semi cair melalui NGT) dan diet lengkap
(makanan dan minuman oral).
o Bila penderita mengalami tukak stres akibat asam lambung dan gastrin meningkat,
diberikan makanan secara bertahap juga dimulai dengan makanan enteral (bila tidak
ada perdarahan diberikan melalui selang infus (parenteral) sampai perdarahan
berhenti.
Pada penderita dengan gangguan menelan, pemberian makanan disesuaikan juga sebagai
berikut :
a.   Bila penderita mengalami  kesulitan menelan, diet yang diberikan yaitu :
· Makanan dengan aroma dan rasa yang tajam dengan tujuan untuk merangsang dapat
menelan semaksimal mungkin.
· Makanan dengna suhu hangat/dingin untuk merangsang dapat menelan semaksimal
mungkin
· Makanan yang semi padat untuk menghindari obstruksi (penyumbatan).
· Potongan makanan yang tidak terlalu besar untuk menghindari obstruksi.
· Makanan porsi kecil dan sering agar asupan makanan optimal.
b.    Bila sensasi (rasa) di mulut menurun, maka sebaiknya dipertimbangkan :
·         Letakkan makanan di area paling sensitif, suhu makanan dingin, makanan dengan
aroma dan rasa yang tajam agar penderita mendapatkan rasa yang maksimal.
·         Tidak mencampur makanan dengan berbagai tekstur agar memudahkan menelan.
c.   Bila koordinasi otot mulut melemah, maka dipertimbangkan :
·         Makanan semi padat agar ke otot mulut minimal.
·         Hindari makanan yang licin untuk menghindari masuk ke saluran nafas.
·         Makanan porsi kecil dan sering agar asupan makanan optimal.

d.   Bila porsi elevasi laring menurun, sebaiknya :


·         Makanan kental dan lembut untuk mencegah menempelnya makanan pada laring.
·         Hindari potongan makanan yang besar untuk mencegah obstruksi.
e.   Bila pita suara yang menutup optimal, sebaiknya cairan yang diberikan tidak terlalu encer
untuk mencegah cairan masuk ke saluran pernafasan.

Jenis diet

            Pemberian jenis makanan sebaiknya disesuian dengan faktor-faktor risiko yang ada
pada penderita. Pada prinsipnya, diet yang diberikan adalah diet seimbang dengan modifikasi
yang disesuaikan dengan penyakit penyerta lain yang dialami penderita. Misalnya, penderita
stroke dengan hipertensi, sebaiknya diberikan menu diet seimbang dengan jumlah garam
yang dibatasi. Seeorang dnegan penyakit Diabetes mellitus, asupan gula dalam diet harus
dibatasi. Bagi penderita stroke dengan peninggian asam urat, maka diet yang dianjurkan
untuk membatasi asupan purin. Pengaturan diet merupakan hal yang penting, karena
merupakan salah satu upaya  untuk mencegah stroke berulang. Oleh karena itu, keluarga
terdekat perlu sekali mengetahui jenis yang tepat untuk perawatan penderita di rumah dengan
menanyakan pada dokter/ahli gizi sebelum pasien kembali dari rumah sakit.

1. Tujuan Diet
a). Memberikan asupan cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi pasien dengan
memperhatikan kondisi fisik/klinis dan komplikasi penyakit yang ada.
b). Memberikan makanan dengan kandungan zat gizi yang adekuat untuk mencapai status
gizi yang optimal dan mencapai berat badan normal.
c). Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
d). Membantu menurunkan tekanan darh penderita hingga mencapai normal.
e). Membantu mengurangi retensi garam atau air dalam jaringan tubuh.
f). Mengurangi bdan mencegah komplikasi lanjut]
g). Membantu mengurangi keluhan pasien

2. Prinsip Diet
a). Rendah garam
b). Rendah Kolesterol

3. Syarat Diet
a) Energi diberikan sesuai kebutuhan berdasarkan umur, jenis kelamin, tinggi badan,
aktifitas fisik, dan factor stress untuk memnuhi kebutuhan gizi pasien sehingga
mencapai status gizi tetap normal.
b) Protein diberikan sebesar 1 gr/kgBBI/hr karena pasien dalam keadaan status gizi baik.
c) Lemak diberikan cukup sebesar 20% dari total kebutuhan enrgi total, diutamakan
sumber lemak tak jenuh ganda untuk mencegah dislipidemia sebagai pncetus CVA.
d) Karbohidrat diberikan sebesar 50-60% dari total kebutuhan energi, terutama
digunakan jenis karbohidrat kompleks.
e) Diberikan diet rendah garam II yaitu 600-800 mg Na atau ¼ sendok the garam dapur
untuk mengurangi retensi cairan dan menurrunkan tekanan darah.
f) Serat diberikan cukup, yaitu 25 g/hr agar tidak terlalu memberatkan kerja organ
pencernaan.
g) Kolesterol dibatasi < 300 mg sehari.
h) Vitamin dan mineral cukup untuk menunjang proses metabolisme dalam tubuh.
i) Cairan cukup, yaitu 6-8 gelas untuk mencegah dehidrasi.
j) Makanan diberika dengan konsistensi lunak yaitu nasi tim dikarenakan kondisi pasien
saat itu masih lemah dan giginya sudah tidak lengkap.
k) Makanan yang tidak dianjurkan yaitu produk olahan yang dibuat  dengan garam
dapur, baking soda, kue-kue yang terlalu manis dan gurih.
l) Sayuran yang disarankan dimakan adalah sayuran berserat sedang, yaitu bayam, labu
siam, kacang panjang, tomat, taoge, wortel. Kangkung.
m) Sayuran yang tidak disarankan adalah sayuran yang menimbulkan gas, seperti sawi,
kol, kembang kol dan lobak :sayuran berserat tinggi seperti daun singkong, daun
katuk, daun melinjo, dan sayuran mentah.
n) Sumber protein nabati yang tidak dianjurkan yaitu pindakas dan semua kacnag-
kacangan yang diawet dengan natrium atau digoreng.
o) Bahan makanan yang tidak disarankan  adalah daging ayam, dan daging sapi yang
berlemak, jerohan,dendeng, abon, kornet, daging asap, ikan sarden, ikan asin, ebi,
uadang kering, telur asin, es krim, keju, susu full cream.
p) Buah yang perlu dibatasi adalah buah yang mnenimbulkan gas seperti nangka, durian,
dan buah yang diawet dengan natriumseperti biah kaleng dan asinan.
q) Sumber lemak yang perlu dibatasi adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit,
margarine dana mentega biasa, santan kental, krim dan produk gorengan.
r) Bumbu yan perlu dibatasi adalah bumbu yang tajam seperti cabe, merica dan cuka
yang mengandung bahan pengawet garam natrium seperti vetsin, kecap asin, kecap
manis, petis, saos tomat, terasi, soda, baking powder.

     Bahan makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan untuk penderita stroke

BAHAN MAKANAN YANG BAHAN MAKANAN YANG TIDAK


BOLEH DIMAKAN BOLEH DIMAKAN
Sumber Karbohidrat Sumber Karbohidrat
Beras, kentang, ubi, singkong, terigu, Produk olahan yang dibuat dengan garam dapur,
hunkwe, sagu, roti soda/baking powder, kue yang manis
Sumber Protein Sumber Protein
Sumber protei rendah lemak seperti Ikan, Daging sapid an ayam berlemak, jerohan, otak,
ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, hati, ikan banyak duri, susu penuh keju, es krim,
dankacang-kacangan dan produk olahan protein hewani yang diawetkan
seperti daging asam, ham, bacon, dendeng, kornet
Sayuran
Sayuran berserat sedang dimasak, seperti
bayam, kangkung, kacang panjang, labu
siam, tomat, tauge, wortel
Sumber Lemak Sumber Lemak
Sumber lemak dalam jumlah terbatas Minyak kelapa dan minyak kelapa sawit, margarin
yaitu bentuk makanan yang mudah dan mentega biasa, santan kental, krim dan produk
dicerna. Makanan terutama diolah dengan gorengan.
cara dipanggang, dikukus, disetup,
direbus, dan dibakar

DAFTAR PUSTAKA

 BUKU ILMIAH

J, Iskandar (2007), Stroke A-Z. PT BIP-Gramedia, Jakarta.

Anonym. 2008. Sepuluh Langkah Cegah Stroke. (online).


(http://www.kompas.com/read/php. Diakses 24 Maret 2008).

Anonym. 2007. Stroke Mengancam Usia Produktif. (online).


(http://medicastore.com/stoke. Diakses 24 Maret 2008).

Bustan, M. N., 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta.

Fadilah, H., 2004. 7 Tahapan Terapi Stroke Akut. (online).


(http://www.redaksibi@gemari.or.id. Diakses 30 Maret 2008).

Utama, S., 2003. Resiko Stroke dan Penyakit Jantung Perempuan Menopause. (online).
(http://www.pdpersi.co.id. Diakses 30 Maret 2008).

Almatsier, Sunita.2010. Penuntun Diet. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

 WEBSITE
www.medicastore.com

www.wikipedia.com

www.yastroki.or.id

Anda mungkin juga menyukai