Anda di halaman 1dari 4

JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No.

Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1

Deskripsi Metrik Kerangka Kinerja


pada Sistem Pencitra
Redho Yudistiranda, Irfan Satrio Mardani, Bagus Adhi Herlambang, M. Anriza Fanani Mochtar,
Naufal Septio, Dimas Rizki
Afiliasi Penulis
e-mail: penuliskorespodensi@email.com
Abstrak—Citra merupakan istilah lain dari gambar yang mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer. Teknik-
memberikan informasi lebih banyak dari data dalam bentuk teknik pengolahan citra mentransformasikan citra menjadi
teks. Secara harfiah, gambar adalah fungsi kontinu dari
citra lain. Jadi, masukannya adalah citra dan keluarannya
intensitas cahaya dalam bidang dua dimensi. Meskipun citra
memiliki banyak informasi namun seringkali informasi ini juga citra, namun citra keluaran mempunyai kualitas lebih
menganduk kecacatan seperti, kurang tajam, kabur, dan baik daripada citra masukan. Pengolahan citra mempunyai
sebagainya. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan aplikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang kehidupan,
image processing atau pengolahan citra. Namun pengolahan seperti pada bidang keilmuan maupun industri seperti,
citra harus disertai dengan diskripsi metriks yang jelas.
keamanan, pertanahan, geologi, biology, system kontrol
Terdapat beberapa metriks pada sistem pencitraan yang harus
diketahui, dimana metriks tersebut dibagi menjadi dua fabrikasi, dan di bidang kedokteran. Pada bidang kedokteran
kategori utama yakni sinyal dan noise. Untuk sinyal terdapat sendiri ada beberapa ontohnya seperti, pengolahan citra
pro-electronic conversion function (OECF) dan Spatial sinar X untuk mammografi (deteksi kanker payudara), NMR
Frequency Response (SFR). Dan untuk noise terdapat Light (Nuclear Magnetic Resonance), Mendeteksi kelainan tubuh
Intensity Distortion (NPS) dan Geometric Distortion. dari foto sinar X, dan Rekonstruksi foto janin hasil USG.
Kata Kunci— metrik, signal, noise

II.KERANGKA KINERJA SISTEM PENCITRA


I. PENDAHULUAN
Berikut ini adalah tabel dari kerangka kinerja pada sistem
Citra merupakan istilah lain dari gambar sebagai
pencitra
salah satu komponen multimedia yang memegang peranan
sangat penting sebagai salah satu bentuk informasi visual.
Gambar memiliki fitur yang tidak dimiliki data teks, yaitu
informasi gambar kaya. Intinya tentu saja gambar dapat
memberikan informasi lebih banyak daripada yang disajikan
dalam teks. Secara harfiah, gambar adalah gambar pada
bidang dua dimensi. Dari sudut pandang matematika,
gambar adalah fungsi kontinu dari intensitas cahaya dalam
bidang dua dimensi. Sumber cahaya menerangi objek, dan
objek memantulkan beberapa berkas cahaya kembali.
Pantulan cahaya ini ditangkap oleh perangkat optik seperti
mata manusia, kamera, pemindai, dll, sehingga dapat
merekam gambar suatu objek, yang disebut gambar. Gambar 1 Kerangka Kinerja Sistem Pencitra
Pengolahan citra adalah pengolahan citra terutama dengan
III. SIGNAL
menggunakan komputer untuk mengolah citra menjadi citra
yang lebih berkualitas. Meskipun sebuah citra kaya A. Opto-Electronic Conversion Function
informasi, namun seringkali citra yang kita miliki Opto-electronic conversion function (OECF)
mengalami penurunan mutu, misalnya mengandung cacat didefinisikan sebagai hubungan antara pencahayaan
atau derau atau noise, warnanya terlalu kontras, kurang (luminance) input dengan output digital untuk sistem
tajam, kabur atau blurring, dan sebagainya. Tentu saja citra pengambilan gambar digital opto-elektronik dan menjadi
semacam ini menjadi lebih sulit diinterpretasi karena parameter dasar untuk mengevaluasi kinerja gambar digital
informasi yang disampaikan oleh citra tersebut menjadi still-picture camera. OECF juga didefinisikan sebagai rata-
berkurang. rata respons digital area luas dari perangkat pencitraan
elektronik terhadap rangsangan cahaya. Pada Gambar 2,
OECF juga disebut sebagai tone transfer function (TTF)
Agar citra yang mengalami gangguan mudah
atau tone reproduction curve (TRC)
diinterpretasi baik oleh manusia maupun komputer, maka
citra tersebut perlu dimanipulasi menjadi citra lain yang
kualitasnya lebih baik. bidang studi yang menyangkut hal ini
adalah pengolahan citra atau image processing. Pengolahan
citra sendiri bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra agar
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2

b. Resolution
Didefinisikan sebagai kemampuan sistem imaging untuk
menampilkan ditail dengan jarak yang kecil. Tingkal
kejelasan spasial dapat ditampilkan pada sebuah gambar.
Resolusi berkaitan dengan istilah blurred, soft, sharp, in/out
of focus.
c. Sharpening
Didefiniskan sebagai amplifikasi dari SFR yang
dimaksudkan untuk mendapatkan hasil gambar yang lebih
Gambar 2 Tabel Metrik OECF tajam. Istilah yang berhubungan adalah snap, edgy, sharp,
crisp.
Dilihat dari Gambar 2, OECF memiliki metrik turunan d. Acutance
yang terbagi menjadi sensitivity, tone and exposure, white Merupakan metric berbasis SFR objektif yang digunakan
balance/neutrality, dan color encoding error sebagai korelasi dengan ketajaman gambar yang diperoleh.
a. Sensitivity (sensitivitas) Istilah yang mendeskripsikan acutance adalah tajam.
Merupakan kebalikan dari jumlah cahaya yang e. Flare
diperlukan untuk mencapai respons keluaran yang Didefinisikan sebagai persebaran dari cahaya yang sempit
diinginkan. Sensitivitas pada kamera berhubungan maupun yang luas. Istilah yang mendeskripsikan flare yaitu
dengan responsivitas, kecepatan, dan indeks eksposur. kontrasnya yang rendah, kabur, ghosting, veiling flare, silau,
b. Tone and exposure serta mengintegrasikan efek rongga (Integrating Cavity
Merupakan karakteristik respons output digital Effect).
terhadap rangsangan input netral secara spektral. Tone f. Depth of Focus
merupakan tingkat atau intensitas warna. Eksposur Merupakan jarak yang terdapat pada sumbu optik yang tetap
adalah jumlah cahaya yang jatuh ke sensor dan dalam fokus yang dapat diterima. Istilah lain yang
berpengaruh pada gambar yang dihasilkan. Tone dan mendeskripsikan depth of focus ialah depth of field, circle of
eksposur ini berhubungan dengan clipping, kontras, confusion, toleransi fokus, serta jarak hiperfokal.
keakuratan eksposur, tingkat gelap atau terang, detail Pengukuran pada SFR dilakukan berdasarkan ISO
highlight, dan gamma pada suatu gambar yang telah ditetapkan. Depth of Focus dapat diukur secara
c. White balance/neutrality (keseimbangan putih) objektif dengan menentukan batasan SFR yang menentukan
Merupakan ekuivalensi respons output warna terhadap tingkat keburaman yang tidak dapat diterima. Jika dilakukan
berbagai rangsangan input yang netral secara spektral. pengukuran yang tepat, maka respon frekuensi yang sangat
Keseimbangan putih berhubungan dengan color cast rendah dari SFR dapat digunakan untuk mengukur flare.
dan keseimbangan abu-abu Nilai frekuensi pembatas ini adalah resolusi kamera.
d. Color encoding error Resolusi kamera dan SFR-nya ditentukan oleh sejumlah
Didefinisikan sebagai perbedaan antara warna nyata faktor seperti kinerja lensa kamera, jumlah elemen foto
input dengan warna hasil dari rendering yang dalam perangkat pencitraan optik, dan sirkuit listrik di
diinginkan. Contohnya adalah saturasi warna yang kamera, yang dapat mencakup fungsi kompresi gambar dan
berlebih dan kesalahan pada keseimbangan warna. koreksi gamma. SFR dapat digunakan untuk menganalisis
Terdapat beberapa ketentuan driver perangkat lunak pengaruh komponen gambar pada retensi dan reproduksi
yang memengaruhi OECF dari spatial frequency rendah, sedang, dan tinggi (flare,
a. Pengaturan shadow dan highlight memberikan batas sharpening, limiting resolution).
atas dan bawah untuk mengontrol tingkat cahaya
b. Auto contrast (kontras otomatis) merupakan algoritme
yang menyediakan OECF khusus melalui pengaturan IV. NOISE
gamma, bayangan, dan highlight A. Noise Power Spectrum
c. Pengaturan gamma yang tinggi saat pengambilan Noise Power Spectrum (NPS), juga dikenal sebagai
gambar akan meningkatkan kecerahan gambar yang
kerapatan spektral daya dari suatu sinyal, adalah
ditampilkan. Tidak setiap pengaturan gamma akan
transformasi Fourier dari autokorelasi noise. NPS
menghasilkan OECF yang sama untuk semua
perangkat lunak memberikan intensitas kebisingan sebagai fungsi frekuensi
spasial. NPS digunakan di semua modalitas radiologi utama,
B. Spatial Frequency Response paling sering berbasis x-ray seperti radiografi dan CT, juga
Spatial Frequency Response (SFR) adalah karakteristik MRI seperti ultrasound.
utama dari divais imaging elektronik seperti kamera digital.
SFR mendiskripsikan kemampuan dari divais untuk Kebisingan kromatik atau biasa disebut dengan
menampilkan detail spasial pada gambar yang terbentuk dari
chromatic noise merupakan salah satu fungsi pengukuran
informasi sinyal optik yang diterima. Terdapat enam
utama dari variabel pengukuran teknik yang disebut distorsi
metrik turunan pada karakteristik ini yakni:
a. Sampling Rate radiasi. Distorsi radiasi adalah deviasi setiap titik pencitraan
Didefinisikan sebagai rasio dari jarak tengah ke tengah spasial relatif terhadap nilai energi pancaran target objek
antara pixel yang saling berdekatan. Atau secara singkat input. Distorsi radiasi itu sendiri memiliki ukuran turunan
dapat didefinisikan sebagai jumlah sampel per satuan jarak. yang terdiri dari total noise dan juga chrominance noise.
Istilah lain yang sering digunakan adalah megapixels, dots Chromatic noise itu sendiri didefinisikan sebagai deviasi
per inch (dpi), pixels per inch (ppi). radiasi saluran antar warna relatif terhadap target yang
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3

ditentukan. Dari pengukuran derau kromatisitas atau


chromatic noise dapat dibagi menjadi matriks turunan yang
terdiri dari keseragaman warna (color uniformity) dan
keseragaman warna SFR (color SFR uniformity)

1. Color Uniformity
Color uniformity atau keseragaman warna
merupakan perbedaan keseragaman area yang besar antara
saluran warna. Salah satu istilah deskriptif yang terkait
dengan metrik turunan adalah pelangi. Ketidakcocokan
dalam sudut pancaran kepala (CRA) antara elemen optik
dan sensor, dan lapisan warna yang tidak rata pada
pembuatan sensor dapat menyebabkan kegagalan
keseragaman warna. Studi telah menggunakan keseragaman
warna area kecil untuk mengidentifikasi perubahan
mendadak dalam pencahayaan. Kamera SLR digital
digunakan komersial sebagai susunan LMD untuk
mengukur keseragaman warna pada area kecil.

2. Color SFR Uniformity


Keseragaman warna SFR (Color SFR Uniformity)
merupakan sebuah perbedaan dispersi cahaya antara saluran
warna. SFR (Spatial Frequency Response) memberikan
pengukuran penangkapan detail spasial suatu gambar dan
dikaitkan dengan fungsi transfer modulasi (MTF) yang biasa
digunakan untuk menggambarkan sistem optik dan
fotografi. Meskipun pengukuran radiometrik tentu
diperlukan untuk perhitungan laju pembentukan bintang,
perannya relatif. Dengan kata lain, respons urut SFR selalu
dihitung sebagai respons radiometrik relatif, bukan respons
absolut. Seseorang dapat menginterpretasikan SFR sebagai
fitur interaksi spasial dari sinyal yang berdekatan, apakah
mereka jauh (frekuensi rendah) atau dekat (frekuensi tinggi). Gambar 3. Internal and External Distortion
Istilah deskriptif yang terkait dengan ukuran turunan ini
meliputi color fringing, color bleeding, dan fringing.
Kemungkinan penyebab kegagalan keseragaman SFR warna V. KESIMPULAN
adalah desain atau kinerja optik yang buruk. Metrik kerangka kinerja pada sistem pencitra
digambarkan dalam framework berupa imaging
performance. Signal dan Noise termasuk ke dalam
B. Geometric Distortion
foundation metrics atau metriks fondasi. Signal
Geometric Distortion atau Distorsi Geometrik adalah didefinisikan sebagai segala macam respon yang
kesalahan pada gambar, antara koordinat gambar yang tidak menyediakan informasi yang dapat dipergunakan. Signal
dapat disangkal dan koordinat gambar tertinggi yang akan dibagi menjadi 2 yaitu OECF (Opto Electronic Conversion
diprediksi secara teoritis, dengan sensor tertinggi dan dalam Function) dan SFR (Spatial Frequency Response) atau MTF
kondisi tertinggi. Sebagau contoh bahwa gambar satelit (Modulation Transfer Function). Sedangkan noise
sebagian besar berkerut karena, Orientasi kamera dan
didefinisikan sebagai semua respon yang mengurangi sinyal
sensor, Kesalahan sistematik, Perpindahan relief topografi,
yang diharapkan. Noise terdiri atas NPS (Noise Power
Kelengkungan bumi, Gerak bumi. Distorsi geometris
Spectrum) dan Geometric Distortion.
diklasifikasikan menjadi distorsi internal yang dihasilkan
dari geometri sensor, dan distorsi eksternal yang dihasilkan
dari sikap sensor atau bentuk objek. Berbagai contoh distorsi DAFTAR PUSTAKA
geometrik internal dan eksternal diberikan pada Gambar 3. [1] G. O. Young, “Synthetic structure of industrial plastics (Book
style with paper title and editor),” in Plastics, 2nd ed. Vol. 3, J.
Peters, Ed. New York: McGraw-Hill (1964) 15–64.
[2] W.-K. Chen, Linear Networks and Systems (Book style).
Belmont, CA: Wadsworth (1993) 123–135.
[3] H. Poor, An Introduction to Signal Detection and Estimation.
New York: Springer-Verlag (1985) Ch. 4.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. Y, (TAHUN) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 4

Anda mungkin juga menyukai