D.I Yogyakarta
DI SUSUN OLEH:
Triesya Maya Ade Putri
XII Administrasi Perkantoran 1
----------------------------------------------------------------------------------------------
---------------
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan kasih‐Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah saya terima,
serta petunjuk‐Nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi saya
dalam penyusunan karya tulis ini.
Didalam karya tulis ini saya selaku penyusun hanya sebatas ilmu yang bisa
saya sajikan,sebagai laporan kunjungan Study Tour ke Daerah Istimewa
Yogyakarta. Dimana didalamnya saya sajikan beberapa hal yang bisa kita pelajari
khususnya tempat – tempat wisata yang ada di jogja yang indah dan menawan.
Harapan saya, semoga karya tulis ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya
untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang kota Yogyakarta.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan ini. Terutama kepada rekan satu kelompok
atas kerjasamanya.dan guru bahasa Indonesia yang telah membimbing dalam
penyusunan karya tulis ini.
Penyusun
-----------------------------------------------------------------------------------------------
--------------
DAFTAR ISI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
GAMBAR…………………………………………… 28
-----------------------------------------------------------------------------------------------
-------------
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Yogyakarta merupakan pusat kerajaan mataram,dan sampai saat ini masih ada
keraton yang masih berfungsi dalam arti sesungguhnya.jogja juga memiliki
banyak candi yang berusia ribuan tahun yang merupakan peninggalan kerajaan
besar zaman dahulu,salah satunya adalah candi borobudur yang dibangun pada
abad ke 9 olehdinasti syailendra,sedangkan arsitek dari candi tersebut adalah
gunadharma.
Pegunungan,pantai-pantai,hamparan sawah yang hijau dan udara yang sejuk
menghiasi keindahan kota jogja.masyarakat jogja hidup dengan damai dan
mempunyai keramahan yang khaas.coba kita berkeliling desa,kita pasti akan
mendapat senyuman dansapaan yang hangat dari para penduduk sekitar.
Suasana seni yang begitu terasa di jogja.malioboro yang merupakan urat nadi
jogja dibanjiri barang-barang kerajinana dari segenap penjuru. Para pengayuh
becakpun siap mengantarkan kita mengelilingi tempat-tempat pariwisata.
Tak ayal bila kota jogja sangat terkenal dan merupakan salah satu tujuan
utama para wisatawan mancanegara,untuk berlibur dan mengabiskan sisa waktu
istirahatnya di jogja.
B. RUMUSAN MASALAH
C. Tujuan Kunjungan
E. Manfaat Kunjungan
-------------------------------------------------------------------------------------------
BAB II
A. Pantai Parangtritis
Untuk menikmatinya, anda bisa sekedar berjalan dari arah timur ke barat dan
memandang ke arah selatan. Selain itu, anda juga bisa menyewa jasa bendi yang
akan mengantar anda melewati rute serupa tanpa lelah. Ada pula tawaran
menunggang kuda untuk menjelajahi pantai. Biayanya, anda bisa membicarakan
dengan para penyewa jasa.
Tapi sayang saat kami pergi kesana hanya waktu pagi hari,jadi kami tidak bisa
secara langsung menikmati indahnya pantai parangtritis,yang konon katanya
suasana disana sangat indah dan menarik untuk dinikmati.ditambah adanya
angkringan yang menjual berbagai minuman dan makanan yang bisa
menghangatkan tubuh kita.
B. Keraton yogyakarta
B.1.1.Tata ruang
Dahulu bagian utama istana, dari utara keselatan, dimulai dari Gapura
Gladhag di utara sampai di Plengkung Nirboyo di selatan. Bagian-bagian utama
keraton Yogyakarta dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag-Pangurakan;
Kompleks Alun-alun Ler (Lapangan Utara) dan Mesjid Gedhe (Masjid Raya
Kerajaan); Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler, Kompleks
Kamandhungan Ler; Kompleks Sri Manganti; Kompleks Kedhaton; Kompleks
Kamagangan; Kompleks Kamandhungan Kidul; Kompleks Siti Hinggil Kidul
(sekarang disebut Sasana Hinggil); serta Alun-alun Kidul (Lapangan Selatan) dan
Plengkung Nirbaya yang biasa disebut Plengkung Gadhing.
Secara umum tiap kompleks utama terdiri dari halaman yang ditutupi dengan
pasir dari pantai selatan, bangunan utama serta pendamping, dan kadang ditanami
pohon tertentu. Kompleks satu dengan yang lain dipisahkan oleh tembok yang
cukup tinggi dan dihubungkan dengan Regol yang biasanya bergaya Semar
Tinandu . Daun pintu terbuat dari kayu jati yang tebal. Di belakang atau di muka
setiap gerbang biasanya terdapat dinding penyekat yang
disebutRenteng atau Baturono. Pada regol tertentu penyekat ini terdapat ornamen
yang khas.
Bangunan-bangunan Keraton Yogyakarta lebih terlihat bergaya arsitektur Jawa
tradisional. Di beberapa bagian tertentu terlihat sentuhan dari budaya asing
seperti Portugis, Belanda,bahkan Cina. Bangunan di tiap kompleks biasanya
berbentuk/berkonstruksi Joglo atau derivasi/turunan konstruksinya. Joglo terbuka
tanpa dinding disebut dengan Bangsal sedangkan joglo tertutup dinding
dinamakan Gedhong (gedung). Selain itu ada bangunan yang berupa kanopi
beratap bambu dan bertiang bambu yang disebut Tratag. Pada perkembangannya
bangunan ini beratap seng dan bertiang besi.
Permukaan atap joglo berupa trapesium. Bahannya terbuat dari sirap, genting
tanah, maupun seng dan biasanya berwarna merah atau kelabu. Atap tersebut
ditopang oleh tiang utama yang di sebut dengan Soko Guru yang berada di tengah
bangunan, serta tiang-tiang lainnya. Tiang-tiang bangunan biasanya berwarna
hijau gelap atau hitam dengan ornamen berwarna kuning, hijau muda, merah, dan
emas maupun yang lain. Untuk bagian bangunan lainnya yang terbuat dari kayu
memiliki warna senada dengan warna pada tiang. Pada bangunan tertentu (misal
Manguntur Tangkil) memiliki ornamen Putri Mirong, stilasi dari
kaligrafi Allah, Muhammad, dan Alif Lam Mim Ra, di tengah tiangnya.
Untuk batu alas tiang, Ompak, berwarna hitam dipadu dengan ornamen berwarna
emas. Warna putih mendominasi dinding bangunan maupun dinding pemisah
kompleks. Lantai biasanya terbuat dari batu pualam putih atau dari ubin bermotif.
Lantai dibuat lebih tinggi dari halaman berpasir. Pada bangunan tertentu memiliki
lantai utama yang lebih tinggi. Pada bangunan tertentu dilengkapi dengan batu
persegi yang disebut Selo Gilang tempat menempatkan singgasana Sultan.
Tiap-tiap bangunan memiliki kelas tergantung pada fungsinya termasuk
kedekatannya dengan jabatan penggunanya. Kelas utama misalnya, bangunan
yang dipergunakan oleh Sultan dalam kapasitas jabatannya, memiliki detail
ornamen yang lebih rumit dan indah dibandingkan dengan kelas dibawahnya.
Semakin rendah kelas bangunan maka ornamen semakin sederhana bahkan tidak
memiliki ornamen sama sekali. Selain ornamen, kelas bangunan juga dapat dilihat
dari bahan serta bentuk bagian atau keseluruhan dari bangunan itu sendiri.
B.2.Kompleks depan
B.2.1.Gladhag-Pangurakan
Versi lain mengatakan ada tiga gerbang yaitu Gapura Gladhag, Gapura
Pangurakan nJawi, dan Gapura Pangurakan Lebet. Gapura Gladhag dahulu
terdapat di ujung utara Jalan Trikora (Kantor Pos Besar Yogyakarta dan Bank
BNI 46) namun sekarang ini sudah tidak ada. Di sebelah selatannya adalah
Gapura Pangurakan nJawi yang sekarang masih berdiri dan menjadi gerbang
pertama jika masuk Keraton dari utara.
B.3.3.Kamandhungan Lor
B.3.4.Sri Manganti
B.3.5.Kedhaton
B.3.6.Kamagangan
B.3.7.Kamandhungan Kidul
Di ujung selatan jalan kecil di selatan kompleks Kamagangan terdapat sebuah
gerbang, Regol Gadhung Mlati, yang menghubungkan kompleks Kamagangan
dengan kompleks Kamandhungan Kidul/selatan. Dinding penyekat gerbang ini
memiliki ornamen yang sama dengan dinding penyekat gerbang Kamagangan. Di
kompleks Kamandhungan Kidul terdapat bangunan utama Bangsal
Kamandhungan. Bangsal ini konon berasal dari pendapa desa Pandak Karang
Nangkadi daerah Sokawati yang pernah menjadi tempat Sri Sultan
Hamengkubuwono I bermarkas saat perang tahta III. Di sisi selatan
Kamandhungan Kidul terdapat sebuah gerbang, Regol Kamandhungan, yang
menjadi pintu paling selatan dari kompleks cepuri. Di antara kompleks
Kamandhungan Kidul dan Siti Hinggil Kidul terdapat jalan yang disebut
denganPamengkang.
Arti dari Siti Hinggil yaitu tanah yang tinggi, siti : tanah dan hinggil : tinggi.
Siti Hinggil Kidul atau yang sekarang dikenal dengan Sasana Hinggil Dwi
Abad terletak di sebelah utara alun-alun Kidul. Luas kompleks Siti Hinggil Kidul
kurang lebih 500 meter persegi. Permukaan tanah pada bangunan ini ditinggikan
sekitar 150 cm dari permukaan tanah di sekitarnya.
Sisi timur-utara-barat dari kompleks ini terdapat jalan kecil yang disebut
dengan Pamengkang, tempat orang berlalu lalang setiap hari. Dahulu di tengah
Siti Hinggil terdapat pendapa sederhana yang kemudian
dipugar pada 1956menjadi sebuah Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai
tanda peringatan 200 tahun kota Yogyakarta.
Siti Hinggil Kidul digunakan pada zaman dulu oleh Sultan untuk menyaksikan
para prajurit keraton yang sedang melakukan gladi bersih upacara Garebeg,
tempat menyaksikan adu manusia dengan macan (rampogan) dan untuk berlatih
prajurit perempuan, Langen Kusumo. Tempat ini pula menjadi awal prosesi
perjalanan panjang upacara pemakaman Sultan yang mangkat ke Imogiri.
Sekarang, Siti Hinggil Kidul digunakan untuk mempergelarkan seni pertunjukan
untuk umum khususnya wayang kulit, pameran, dan sebagainya.
B.4.Kompleks belakang
B.4.1.Alun-alun Kidul
B.4.2.Plengkung Nirbaya
B.5.3.Kawasan tertutup
C. Malioboro
Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota
Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan
tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan
dan rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di
kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga
nama-nama lokal.
Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan
saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup
padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.
Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena
kawasan Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan
tidak sedikitnya laporan ke pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau
penodongan, dan tidak jarang pula wisatan asing juga menjadi korban kejahatan
dan ini sangat memalukan sebenarnya.
D. Candi Borobudur
D.1 Letak
D.2 Bentuk Bangunan
- Denah Candi Borobudur ukuran panjang 121,66 meter dan lebar 121,38 meter.
- Tinggi 35,40 meter.
- Susunan bangunan berupa 9 teras berundak dan sebuah stupa induk di
puncaknya. Terdiri dari 6 teras berdenah persegi dan3 teras berdenah lingkaran.
- Pembagian vertikal secara filosofis meliputi tingkat Kamadhatu, Rupadhatu, dan
Arupadhatu.
- Pembagian vertikal secara teknis meliputi bagian bawah, tengah, dan atas.
- Terdapat tangga naik di keempat penjuru utama dengan pintu masuk utama
sebelah timur dengan ber-pradaksina.
- Batu-batu Candi Borobudur berasal dari sungai di sekitar Borobudur dengan
volume seluruhnya sekitar 55.000 meter persegi (kira-kira 2.000.000 potong batu)
D.3 Riwayat Temuan
Candi Borobudur muncul kembali tahun 1814 ketika Sir Thomas Stanford
Raffles, Gubernur Jenderal Inggris yang menjadi wali negara Indonesia
mengadakan kegiatan di Semarang, waktu itu Raffles mendapatkan informasi
bahwa di daerah Kedu telah ditemukan susunan batu bergambar, kemudian ia
mengutus Cornelius seorang Belanda untuk membersihkannya. Pekerjaan ini
dilanjutkan oleh Residen Kedu yang bernama Hartman pada tahun 1835.
Disamping kegiatan pembersihan, ia juga mengadakan penelitian khususnya
terhadap stupa puncak Candi Borobudur, namun sayang mengenai laporan
penelitian ini tidak pernah terbit. Pendokumentasian berupa gambar bangunan dan
relief candi dilakukan oleh Wilsen selama 4 tahun sejak tahun 1849, sedangkan
dokumen foto dibuat pada tahun 1873 oleh Van Kinsbergen. Menurut legenda
Candi Borobudur didirikan oleh arsitek Gunadharma, namun secara historis belum
diketahui secara pasti. Pendapat Casparis berdasarkan interpretasi prasasti
berangka tahun 824 M dan prasasti Sri Kahulunan 842 M, pendiri Candi
Borobudur adalah Smaratungga yang memerintah tahun 782-812 M pada masa
dinasti Syailendra. Candi Borobudur dibangun untuk memuliakan agama Budha
Mahayana.
D.5 Pemugaran
D.6 Relief
1. Tingkat I
- langkan bawah (kisah binatang) relief Jatakamala: 372 panil langkan atas (kisah
binatang) relief Jataka:128 panil Relief ini mempunyai arti untaian cerita jataka
yang mengisahkan reinkarnasi sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai seorang
manusia bernama pangeran Sidharta Gautama. Kisah ini cenderung pada
penjelmaan sang Buddha sebagai binatang yang berbudi luhur dengan
pengorbanannya. Cerita jataka diantaranya kisah kera dan banteng. Kera yang
nakal suka mengganggu banteng, namun banteng diam saja. Dewi hutan
menasehati banteng untuk melawan kera, namun banteng menolak mengusir kera
karena takut kera akan pergi dari hutan dan mengganggu kedamaian binatang-
binatang lain. Akhirnya dewi hutan bersujud kepada banteng karena sikap banteng
didalam menjaga keserasian dan kedamaian di hutan. Kisah jataka lainnya adalah
pengorbanan seekor gajah yang mempersembahkan dirinya untuk dimakan oleh
para pengungsi yang kelaparan.
2. Tingkat II
3. Tingkat III
D.7 Arca
- Pada tingkat Rupadhatu terdapat 432 arca, ukuran semakin ke atas semakin kecil
dan diletakkan pada relung, dengan rincian: Teras I : 104 arca Teras II : 104 arca
Teras III : 88 arca Teras IV : 72 arca Teras V : 64 arca
- Pada tingkat Arupadhatu terdapat 72 arca dengan ukuran sama dan diletakkan di
dalam stupa, dengan rincian:Teras VI : 32 arca Teras VII : 24 arca Teras VIII : 16
arca
- Pada tingkat Rupadhatu ini terdapat 432 arca Dyani Buddha diletakkan di dalam
relung di segala penjuru arah mata angin yaitu: Arca Dhyani Buddha Aksobya
letak di sisi Timur dengan sikap tangan Bhumisparsamudra, Arca Dhyani Buddha
Ratnasambhawa letak sisi Selatan dengan sikap tangan Waramudra, Arca Dhyani
Buddha Amoghasidha letak di sisi Utara dengan sikap tangan Abhayamudra, Arca
Dhyani Buddha Wairocana di pagar langkan tingkat V dengan sikap
Witarkamudra
- Di dalam stupa teras I, II, dan III terdapat arca Dhyani Buddha Vajrasattva
dengan sikap tangan Dharmacakramudra
- Arca singa : 32 buahMenurut agama Buddha singa adalah kendaraan sang
Buddha pada waktu naik ke surga, simbol kekuatan pengusir pengaruh jahat untuk
menjaga kesucian Candi Borobudur.
D.8 Stupa
Jumlah stupa 73 buah dengan rincian 1 buah stupa induk, 32 stupa pada teras
melingkar I, 24 stupa pada teras melingkar II, dan 16 stupa pada teras melingkar
III.
Bentuk stupa :
- Stupa induk berongga, tanpa lubang terawang
- Stupa pada teras melingkar berlubang terawang:Lubang belah ketupat pada stupa
teras melingkar I dan II Lubang segi empat pada stupa teras melingkar III
- Arti simbolis lubang terawang belah ketupat: Berkaitan dengan filosofi menuju
ke tingkat kesempurnaan – Arti simbolis lubang terawang segi empat: Berkaitan
dengan filosofi lebih sederhana atau ?sempurna? daripada bentuk belah ketupat
yang masih tergolong raya.
D.9 Perlindungan
--------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
maka dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja itu
sangat banyak,dan kita harus senantiasa menjaga serta merawatnya agar tetap asri
seperti aslinya.agar menarik para wisatawan untuk berlibur ke jogja.
Selain itu,kota jogja yang menawan itu tidak harus kita tambahkan dengan
budaya-budaya barat yang kita rasa sangat bagus atau trend.tapi justru itu
salah,kita harus tetap menjaga budaya asli jogja itu sendiri agar mempunyai
keaslian yang khas dimata dunia.
Jogja merupakan salah satu kota favorit para wisatawan untuk berlibur dan
menghabiskan sisa waktu istirahatnya di tempat-tempat wisata yang ada di
jogja.walaupun banyak cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat luas,para
wisatawan tetap antusias menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja.
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan karya tulis ini banyak ditemui
kesulitan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat
menyempurnakan karya tulis ini.
Demikianlah Kesimpulan dan saran dalam pembuatan karya tulis ini. Dalam
pembuatan karya tulis ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, untuk itu
penulis sebagai manusia biasa mohon maaf atas segala keurangan dan kekhilafan.
Semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi kita semua.