Anda di halaman 1dari 21

Contoh Makalah Keraton Yogyakarta

HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktek Pengenalan Lapangan yang berjudul "Peran Keraton
Yogyakarta dalam Melestarikan Nilai-nilai Sosio Kultural Budaya Jawa" telah
diterima dan disetujui pada :
Hari

: .

Tanggal

: .

Yogyakarta,

Mei 2007

Mengetahui,

Wali Kelas

Pembimbing Laporan

Retno Wardani, S.Pd.

Retno Wardani, S.Pd.

NIP 150355148

NIP 150355148

Kepala MAN YOGYAKARTA 1

Drs. Muzilanto, M.Ag.


NIP 150197781

ii

KATA PENGANTAR
Assalamu`alaikum w. w.,
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
menganugerahkan rahmat dan taufik-Nya kepada kita, sehingga kami,
selaku penulis dapat menyeleseikan penulisan laporan yang berjudul "Peran
Keraton Yogyakarta dalam Melestarikan Nilai-Nilai Sosio Kultural Budaya
Jawa" ini dengan baik.
Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan atas junjungan kita
nabi agung Muhammad SAW yang telah mengantar kita kepada jalan
keselamatan lewat sabda-sabdanya.
Dalam penulisan laporan ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada :
Drs. Muzilanto M.Ag. selaku Kepala Madrasah Aliah Negeri Yogyakarta 1 yang
telah mengizinkan kegiatan PPL ini dilaksanakan.
Wali kelas X D sekaligus pembimbing laporan, Ibu Retno Wardani, S.Pd. yang
telah memberi semangat dan membimbing kami dalam penulisan laporan
ini.
Ipe Priwadika, S.Pd. selaku pembimbing lapangan.
Nara sumber dari Keraton Yogyakarta atas informasi-informasinya.
Teman-teman yang telah memberi dukungan dan masukan.
Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa laporan ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik yang bersifat membangun
sangatlah penulis harapkan. Penulis juga berharap semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca yang budiman.

Wassalamu`alaikum w. w.,

Penulis
iii

MOTTO

Allah meninggikan derajat orang-orang beriman dan orang yang diberi


ilmu pengetahuandiantara kamu. (QS Al Mujadalah : 11)

Barang siapa menginginkan kehidupan dunia maka harus dengan ilmu,


barang siapa menginginkan kehidupan akhirat maka harus dengan ilmu dan
barang siapa menginginkan keduanya bersama maka harus dengan ilmu.(Al
Hadits)

Pengetahuan tanpa agama adalah lumpuh dan ilmu tanpa pengetahuan


adalah buta.(Albert Einstein)

Otak layaknya sebilah pisau, semakin diasah semakin tajam.

iv

PERSEMBAHAN
Laporan ini penulis persembahkan kepada :
Umi dan Abi yang senantiasa mendoakan putranya.
Adik, kakak dan semua saudara tersayang
Wali kelas X D dan semua guru yang telah mendidik kami
Teman-teman kelas X D
Pembaca yang budiman

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................

HALAMAN PENGESAHAN................................................................

ii

KATA PENGANTAR............................................................................

iii

HALAMAN MOTTO.............................................................................

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................

vi

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................

B. Tujuan Penulisan...................................................................

C. Batasan Masalah....................................................................

D. Sumber Data..........................................................................

E. Metode Pengumpulan Data...................................................

BAB II. PEMBAHASAN


A. Arti Dan Sejarah Keraton Yogyakarta..................................

B. Keraton Yogyakarta Dan Lingkungan Sekitarnya................

C. Kesenian Keraton Yogyakarta Yang Dapat Melestarikan


Nilai-Nilai Budaya Jawa.......................................................

11

D. Keraton Yogyakarta Sebagai Objek Wisata..........................

12

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................
B. Saran......................................................................................
C. Kata Penutup.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................

14
14
15
16

LAMPIRAN

vi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini Kebudayaan Daerah yang kita miliki sebagai kekayaan
budaya bangsa Indonesia hamper punah dan lenyap dari muka bumi ini.
Hampir semua masyarakat dalam seluruh lapisan semakin lupa akan
keberadaan kebudayaan Daerah. Hal itu disebabkan oleh pengaruh budaya
asing yang notabene datang dari western countries yang jauh dari budayabudaya Negara timur seperti kita, Indonesia.
Budaya barat yang dianggap modern oleh kalangan muda-mudi
Indonesia telah melumpuhkan jiwa patriotisme dan nasionalisme bangsa
Indonesia. Sebagai contoh yang sederhana, remaja Indonesia saat ini lebih
suka makan makanan seperti pizza, donut dan lain-lain. Mereka menganggap
makanan daerah seperti thiwul, gaplek, gatot ataupun gethuk sebagai
makanan yang super jadul yang hanya pantas dimakan oleh nenek-nenek
berumur 70 tahun.
Dalam keadaan seperti itulah Keraton Yogyakarta mampu
menunjukkan keeksistensiannya dalam menjaga budaya-budaya leluhur
dengan keaslian bangunannya yang kental dengan nuansa jawa. Dengan
adanya Keraton Yogyakarta budaya bangsa yang bersemboyan Bhineka
Tunggal Ika ini dapat lestari dan akhinya tetap dapat dinikmati oleh anak
cucu kita. Sebagai pelajar khususnya pelajar Yogyakarta harus mampu

memperdalam wawasan kebudayaan Jawa sekaligus merawatnya hingga


dapat memperkaya Kebudayaan Daerah bahkan Kebudayaan Nasional.
Untuk itu, panitia Praktek Pengenalan Lapangan MAN YOGYAKARTA 1 memilih
Keraton Yogyakarta sebagai objek yang harus dikaji dan diamati oleh
peserta

B. Tujuan Laporan
Laporan ini memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum

1
laporan ini adalah sebagai syarat untuk mengikuti Ulangan Umum Semester
II. Sedangkan tujuan khususnya ialah:
1. Melatih peserta Out Door untuk membuat laporan dengan baik dan
benar.
2. Memperdalam wawasan kebudayaan Jawa serta mengembangkan rasa
cinta terhadap budaya bangsa Indonesia.
3.

Memperdalam wawasan kepariwisataan Daerah Istimewa Yogyakarta

C. Rumusan Masalah
Pada Praktek Out Door kali ini, penulis membatasi masalah-masalah
yang akan dibahas, di antaranya:
1. Apa arti Keraton Yogyakarta?
2. Bagaimana sejarah Keraton Yogyakarta?
3. Apa yang ada dalam Keraton Yogyakarta atau apa isi dari Keraton
Yogyakarta?
4. Bagaimana Keraton Yogyakarta dapat melestarikan nilai-nilai sosio kultural
bangsa Indonesia?
5. Bagaimana meningkatkan potensi Keraton Yogyakarta sebagai objek
wisata budaya atau wisata kultural?

D. Sumber Data

Laporan ini ditulis berdasarkan sumber-sumber yang terdiri atas Nara


sumber dari Keraton Yogyakarta, benda-benda peninggalan yang ada di
Keraton Yogyakarta meliputi : foto, busana, hiasan, piagam dan lain-lain.
Kami juga memperoleh data-data dari berbagai referensi yang berupa buku
dan surat kabar yang sesuai dengan materi yang berhubungan dengan
Keraton Yogyakarta.

E. Cara Pengumpulan Data.


1. Wawancara
Wawancara yaitu meminta keterangan atau pendapat, keyakinan, motivasi
nara sumber tentang materi atau tema yang dibutuhkan. Dalam hal ini, kami

2
menanyai langsung nara sumber yakni pemandu atau guide Keraton
Yogyakarta.
2. Observasi
Yaitu mengumpulkan data dengan cara mengamati langsung objek
yang dilaporkan. Dalam hal ini, kami mengunjungi Keraton Yogyakarta
dengan mengamati benda-benda yang terdapat di sana dan mencatat halhal yang penting.
3. Tinjauan Pustaka
Yakni dengan membaca data-data dalam buku atau surat kabar yang
disesuaikan dengan materi.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti dan Sejarah Keraton Yogyakarta
Keraton adalah tempat bersemayamnya ratu-ratu. Berasal dari katakata ka + ratu + an. Keraton juga disebut kedaton yang berasal dari katakata ka + datu + an yaitu tempat datu-datu atau ratu-ratu, dalam Bahasa
Indonesia berarti istana. Jadi keraton ialah sebuah istana yang mengandung
arti keagamaan, arti filsafat dan arti kebudayaan.
Arsitektur bangunan-bangunannya, letak bangsal-bangsalnya, ukiranukirannya, hiasannya, sampai pada warna gedng-gedungnya pun
mempunyai arti. Pohon-pohon yang ditanam di dalamnya bukan
sembarangan pohon. Semua yang ada di Keraton seakan-akan memberi
nasihat agar cinta dan menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berlaku sederhana dan tekun, berhati-hati dalam bertingkah laku dalah
sehari-hari dan lain-lain.
Arsitek yang merancang bangunan Keraton Yogyakarta adalah Sri
Sultan Hamengkubuwono I yang bergelar Pangeran Mangkubumi Sukowati
dan juga bergelar de bouwmeester van zijn broer Sunan P. B. II.(arsitek dari
kakanda Sunan Paku Buwana II) ketika masih muda.
Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau tahun Jawa
1682. Diperingati dengan sebuah Condro sengkolo memet pintu gerbang
Kemagangan di pintu gerbang Gadung Mlati, berupa 2 naga yang berlilitan
satu sama lainnya. Dalam bahasa Jawa "Dwi naga rasa tunggal", dwi artinya
2, naga artinya 8, rasa artinya 6 dan tunggal yang berarti 1. dibaca dari
belakang menjadi 1682. warna naga hijau yang berarti pengharapan.

Di sebelah luar dari pintu gerbang itu, di atas tebing tembok kanankiri ada hiasan juga terdiri dari 2 ekor naga bersiap-siap untuk
mempertahankan diri.

4
Dalam bahasa Jawa berarti "Dwi naga rasa wani" artinya tahun 1682.
Tahunnya sama tetapi dekorasinya berbeda. Warna naga merah yang
merupakan simbol keberanian. Di halaman Kemagangan ini dahulu diadakan
ujian bela diri memakai tombak antar calon prajurit-prajurit keraton.

B. Keraton Yogyakarta dan Lingkungan Sekitarnya.


Luas Keraton Yogyakarta adalah

. Di dalamnya

terdapat banyak bangunan-bangunan, halaman-halaman dan lapanganlapangan. Kompleks Keraton Yogyakarta dan lingkungan Sekitarnya terdiri
atas:
1. Kedaton/ gedung Prabayeksa.
Gedung Prabayeksa merupakan tempat peninggalan pusaka-pusaka
Keraton Yogyakarta. Dindingnya gebyog, kayunya berwarna sawo matang
dan lantainya marmer. Condrosengkolo berdirinya gedung ini berbunyi
"Warna sanga rasa tunggal" yang berarti tahun 1694 Jawa. Di dalamnya
terdapat lampu yang tak pernah padam yang bernama Kyai Wiji. Praba
artinya cahaya dan yeksa artinya besar, jadi merupakan cahaya yang besar
atau terang. Semua itu mengandung arti perjalanan roh di zaman akhirat itu
mengikuti jalannya cahaya sampai di sebuah tempat yang tetap, yang
terang dan langgeng. Menurut K.P.H. Bringtodiningrat, lampu itu adalah
simbol dari sinar yang tak pernah padam. Dan menurut Dr. Th Pigeaud
merupakan simbol dari Het Licht van once geest atau dalam bahasa
Indonesia berarti sinar semangat jiwa kita.
2. Bangsal Kencana.
Bangsal ini berbentuk pendapa dilingkari emper (kaki lima) pada
keempat sisinya. Bentuk semacam ini dinamakan sinom. Lantainya dari
marmer, tiang-tiangnya kayu jati, palfonnya dihiasi ukiran-ukiran yang
sangat indah. Bangsal ini dikelilingi tratag, berlantai marmer, berlantai besi
dan beratap seng tempat ini dipakai untuk gamelan jika ada tamu-tamu
agung. Bangsal kencana adalah gambaran bersatunya kawula gusti. Maka
dari itu cendrosengkolo berdirinya tempat ini berbunyi "Trus satunggal
panditaningrat" atau tahun 1719.

5
3. Regol Danapratapa.
Di kanan kiri regol ini ditanami pohon dersono. Dersono berarti baik,
utama. Regol Danapratapa memberi nasihat kepada kita bahwa sebaik-baik
manusia ialah ia yang suka memberi dengan ikhlas serta suka memberantas
hawa nafsunya.
4.

Regol Sri Manganti

Di halaman ini terdapat 2 bangsal, bangsal Sri Manganti di sebelah


barat dan bangsal Trajumas di sebelah timur.
5. Sri Manganti.
Di dalam Sri Manganti sekarang di simpan pusaka-pusaka Keraton
berupa gamelan seperti kyai Guntur madu dan kyai Nogowilogo.
6. Bangsal Trajumas.
Di dalam bangsal ini disimpan bermacam-macam tandu jempana,
plongko, Joli, meja hias dan lain-lain. Tandu jempana adalah kendaraan
massal yang diangkut oleh 20-30 orang peninggalan Sri Sultan
Hamengkubuwana VII.
7. Bangsal Ponconiti.
Ponco berarti lima, symbol dari panca indera kita. Niti berarti
menyelidiki, memeriksa. Di sinilah Sultan mulai meneliti panca inderanya,
mempersatukan pikirannya untuk sujud kepada-Nya, menjunjung tinggi
perintah-Nya. Karena itulah di kanan kiri pohon ini ditanami pohon tanjung.
8. Bangsal Brajanala.
Terdapat sebuah tembok dari batu bata disebut "renteng mentog
baturana"
Braja berarti senjata, nala berarti hati, renteng berarti susah atau khawatir
dan baturana berarti batu pemisah. Semuanya mempunyai arti "ta usahlah
Tuan khawatir kalau menjadi alat Tuhan YME untuk menjalankan hukum
Negara yang adil"
9. Sitihinggil.
Ada sebuah tratag atau tempat beristirahat dari anyaman bambu.
Kanan kiri ditumbuhi pohon gayam dengan daun-daunnya yang rindang
serta bunga-

6
bunganya yang harum wangi. Menggambarkan muda-mudi yang sedang
dirindu cinta asmara. Di tengah-tengah dahulu ada selo-gilangnya, tempat
singgasana Sri Sultan. Menggambarkan pemuda-pemudi duduk bersanding
di kursi temanten.
10. Tarub Agung.
Bangunan ini terdiri dari 4 tiang tinggi dari besi dan mempunyai
bentuk 4 persegi. Arti bangunan ini ialah "siapa yang sedang atau gemar
bersemesi, sujud kepada Tuhan YME. Selalu berada dalam keagungan.
Tempat ini juga merupakan tempat pembesar-pembesar menunggu
rombongan untuk bersama-sama masuk ke Keraton.
11. Alun-alun utara.
Merupakan satu bagian dari kompleks Keraton yang sangat penting.
Sebab, di sinilah raja dapat berhubungan langsung dengan rakyat, seperti
dalam latihan watangan (tournoi), rompongan macan, grebeg, maleman
sekaten dan lain-lain.
12. Bangsal Kemagangan.
Di tempat ini ada sebuah jalan ke barat menuju dapur keraton
Gebulen dan jalan lain menuju ke timur ke dapu Keraton Sekullanggen.
13. Bangsal Kemandungan.
Bangsal ini bekas pesanggrahan Sri Sultan Hamengkubuwana I di
desa Pandak Karangnangka waktu perang Giyanti (1746-1755 ) M. pohon
yang ditanam di sini ialah pohon kepel yang menggambarkan bersatunya
kemauan, bersatuan benih, bersatunya rasa dan cita-cia. Pohon pelem
menggambarkan kemauan bersama. Pohon darsono menggambarkan cinta
kasih satu sama lain.
14. Regol Kemagangan.
Magang berarti calon. Di halaman ini dulu prajurit diuji
ketangkasannya dalam mempergunakan tombak, dihadiri oleh pangeranpengeran dan kerabat lainnya. Regol ini dihiasi dengan cendrosengkolo "dwi
naga rasa tunggal yaitu tahun 1682.
15. Krapyak.

Krapyak adalah sebuah podium tinggi dari batu bata untuk Sri Sultan
kalau baginda sedang memperhatikan tentara atau kerabatnya
memperlihatkan ketangkasannya mengepung, memburu dan mengejar rusa.
Krapyak adalah gambaran dari tempat asal roh-roh.
16. Masjid Besar.
Masjid ini berbentuk pendopo tertutup dengan serambi terbuka di
mukanya. Atapnya bertingkat, tiang-tiang masjid terdiri atas batang kayu jati
bulat-bulat, menjulang ke atas menahan kedua atap masjid. Konstruksi dan
arsiteknya orang jawa asli.
17. Bangsal Pangapit atau Bangsal Pasewakan.
Di tempat ini panglima-panglima perang menerima perintah perang
dari Sri Sultan atau menunggu giliran untuk melaporkan sesuatu. Kemudian
dipakai untuk caos (tempat jaga) para bupati Anom Jaba. Sekarang dipakai
untuk keperluan kepariwisataan.
18. Bangsal Pemandengan.
Bangsal ini dapat disamakan dengan pundak yang menyokong badan
Sri Sultan. Atapnya abdi dalem Kori yang bertugas menyampaikan
permintaan rakyat kepada Sri Sultan.
19. Bangsal Pacikeran.
Tempat ini merupakan tempat jaga pegawai-pegawai Keraton yang
tugasnya melaksanakan keputusan-keputusan hakim, yaitu abdi dalem
Singonegoro dan Mertolutut (algojo-algojo Keraton).
20. Bangsal Manguntur Tangkil.
Adalah sebuah bangsal kecil yang terletak di tratag Siti Inggil. Jadi
merupakan bangsal dalam bangsal. Ini berarti dalam badan kita ada roh atau
jiwa. Maguntur Tangkil berarti tempat yang tinggi untuk anangkil, yaitu untuk
menghadap Tuhan YME dengan cara hening cipta atau semedi.
21. Bangsal Wilono.
Merupakan tempat pusaka-pusaka Keraton saat upacara grebeg. Di
lantai

8
tengah bangsal ini bertuliskan cendrosengkolo "Tiranta puratining madya
wilono" yang berarti tahun 1855 dan suryosengkolo"Linungit kembar
gatraning ron" yang berarti tahun 1925.

22. Gedung Kuning.


Gedung ini berwarna kuning. Merupakan gambaran tempat roh-roh
yang telah hening, bening, murni, yaitu surga langgeng. Dipakai untuk
tempat tinggal pribadi Sri Sultan Hamengkubuwana I sampai X.
23. Gedung Purwaretna.
Gedung ini bertingkat tiga, gambaran dari baitul makmur, baitul
muharram, dan baitul muhaddas. Jendela ada 4, menggambarkan 4 kiblat
atau 4 angka ketauhidan, yaitu syariat, tarikat, hakikat dan makrifat.
Merupakan kantor sekretaris pribadi Sri Sultan.
24. Gedung Patehan.
Sebuah gedung untuk mempersiapkan teh bagi tamu-tamu.
25. Gedung Baya.
Merupakan tempat untuk menyimpan minuman dan alat makan. Ada
2 buah gedung untuk menyimpan gamelan, gamelan slendro (selatan) dan
gamelan pelog (utara).
26. Gedung Pringgodani.
Dipakai untuk menyimpan lukisan-lukisan Raden Saleh dan beberapa
potret tentang perkawinan putra-putri Sultan.
27. Gedung Pemerintah Agung Keraton. Yang digunakan untuk mengatur
administrasi Keraton.
28. Banjar Wilopo.
29. Gedung Siliran. Merupakan tempat penyimpanan lampu.
30. Gedung Kas Keraton.
31. Bangsal Kotak. Sebagai ruang tunggu Kenari.
32. Pagelaran.
33. Pasar (Beringharja).

9
34. Kepatihan.
35. Tugu. Merupakan symbol dari tempat Alif Mutakalliman Wahid, badan
Ilafi, bersatunyakawula dan gusti, bersatunya hamba dengan Tuhannya,

suatu suasana dalam cita rasa yang memberi keyakinan bahwa segala
sesuatu dapat terjadi karena izin dari Yang Kuasa.
36. Regol Gadung Mlati.
37. Regol Kemandungan.
38. Alun alun selatan.
39. Bale bang. Dahulu digunakan untuk menyimpan gamelan Sekati.
40. Bangsal Mandalasana. Merupakan tempat musik.
Keraton juga mempunyai ruangan khusus yang digunakan sebagai
museum, di antaranya adalah:
1. Museum cenderamata dari Luar Negeri.
Museum ini berisi tempat buah yang tersusun dari kristal putih polos
sebagai peninggalan Sri Sultan HB VI, piagam-piagam, lampu duduk listrik
dari kristal hijau berhiaskan jimbal kristal, hiasan meja, bunga dan buah dari
kristal sebagai peninggalan Sri Sultan HB VIII, tempat buah dari porselin
penunggalan Sri Sultan HB VII, tempat lampu dari kuningan, tempat minum
dari kristal dan kaca rias dari kuningan.
Ada juga museum batik sebagai tempat yang termasuk baru.
Museum ini terdiri atas museum batik versi Solo dan versi Yogyakarta.
Adapun di dalam museum batik versi Solo terdapat motif Kundho tante,
gringsing, buntal, nitik kembang kentang, keong kenteng, semeh tjiwini dan
nitik cakar ayam.
Sedang dalam museum batuk versi Yogyakarta terdapat motif batik
ceplok simo, motif kuporanta latar cemeng, motif gigot centhel, motif
gringsing bunting purnan dan lain-lain.

10

C. Kesenian Keraton Yogyakarta Yang Dapat Melestarikan


Nilai-Nilai Sosio Kultural Budaya Jawa
Keraton Yogyakarta yang tidak hanya
melaksanakan fungsinya sebagai wahana pelestarian
budaya juga melakukan interaksi terhadap masyarakat

sebagai wujud rasa sosial yang tinggi, mengingat bahwa


Keraton Yogyakarta merupakan kediaman gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan
Hamengkubuwana X. Contoh nyatanya adalah hal-hal
yang terjadi belum lama ini, bahwa 40 ribuan warga
melakukanpisowanan ageng ke Keraton
Yogyakarta. Pisowanan ageng tersebut bertujuan untuk
meminta penjelasan atau klarifikasi dari Sri Sultan HB X.
Tradisi ini dilakukan ketika terjadi kebuntuan informasi,
sehingga rakyat mendatangi raja. Mereka memohon
penjelasan langsung dari sang raja agar memperoleh
kepuasan atas informasi yang tengah beredar di
masyarakat. Menurut Gregorius Sahdan, pisowanan
ageng ini merupakan tradisi baru dalam konteks
hubungan kawula lan gusti di Daerah Istimewa
Yogyakarta.. Dari semua ini terlihat jelas bahwa Keraton
Yogyakarta melaksanakan peran sosialnya.
Sedangkan nilai-nilai budaya Keraton dapat dilihat
dengan melihat ritual semedi. Dimana Keraton meyakini
bahwa siapa yang sedang bersemedi maka ia selalu
berada dalam keagungan Tuhan YME. Di dalam ritual ini,
orang yang bersemedi akan menghadapi berbagai
rintangan. Contohnya, saat berada di Pasar Beringharja,
maka gambaran rintangannya adalah wanita-wanita
cantik, makanan lezat, minuman segar, kain bagus
berwarna-warni dan bau-bauan yang wangi dan sedap.
Sedangkan dalam Kepatihan akan dijumpai rintangan
yang berupa kekuasaan, derajat, pangkat dan uang.
Keraton Yogyakarta melakukan upacara ritual tiap
tahunnya yang
11

dikenal dengan nama upacara grebeg. Grebeg adalah


upacara keagamaan yang dilakukan 3 kali dalam
setahun. Bertepatan pada lahinya Nabi Muhammad SAW
(grebeg Maulud), hari raya idul fitri (grebeg Syawal) dan
pada hari raya idul adha (grebeg Besar).pada hari itu, Sri
Sultan berkenan memberi sedekah berupa gunungangunungan berisikan makanan dan lain-lain kepada rakyat.
Dan tak kalah nilai budayanya adalah pertunjukan
seni. Keraton Yogyakarta sering menggelar seni
pertunjukan. Acara ini menjadi ritual fungsional dari
istana. Di antaranya, adalah pertunjukan Tari Bedoyo
yang disucikan, pertunjukan wayang kulit, wayang wong
dan lain-lain. Gambaran dari wayang wong adalah suatu
drama tarian berdasarkan cerita Mahabharata dan
Ramayana. Pada zaman dahulu, wayang ini hanya
ditarikan di Keraton atau di tempat tinggal para ningrat.
Hanya orang yang khusus yang dapat membawakan
drama tari ini. Drama ini hanya ditarikan pada acara
khusus seperti pada ulang tahun raja atau pangeran,
peringatan penobatan raja, atau pada penyambutan
tamu agung.
Dari semua contoh di atas, sudah terlihat jelas
bahwa Keraton Yogyakarta yang memiliki bangunanbangunan, lapangan-lapangan, halaman halaman serta
acara-acara seni yang mengandung unsur budaya dapat
melestarikan nilai-nilai sosio kultural bangsa Indonesia
secara turun temurun.
D. Keraton Yogyakarta sebagai Objek Wisata Budaya.
Keraton Yogyakarta sarat dengan nilai estetis atau
keindahan budaya Jawanya yang khas. Di samping
sebagai pusat budaya Jawa, Keraton Yogyakarta juga

menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan, baik


wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Banyak
sekali turis asing
12
yang datang ke Keraton Yogyakarta mengingat bahwa
Yogyakarta merupakan salah satu kota bersejarah di
Indonesia dan tempat kediaman gubernurnya ada di
Keraton Yogyakarta.
Keraton Yogyakarta sebagai pusat budaya Jawa
dan sekaligus sebagai Cultural Tourist
Object, dihadapkan pada tantangan yang semakin berat
dan kompleks. Untuk itu, perbaikan dan pembenahan
mutlak dilakukan supaya eksistensi sebagai pusat
aktivitas, pengabdian, dan pengembangan budaya Jawa
tetap terjaga. Salah satu pembenahan yang dilakukan
Keraton adalah penataan internal menyangkut
sumberdaya manusia. Pembenahan ini sebenarnya sudah
dilakukan sejak lama yaitu pada saat Peringatan Naik
Tahta ke-12 dan sampai sekarang masih tetap dilakukan.
Semua itu dilakukan agar Keraton dapat memikat hati
siapapun yang melihatnya dengan berbagai keindahan
yang dimilikinya.

Daftar Kosakata
Regol

: Pintu gerbang

Bangsal

: Bangunan terbuka.

Gedung

: Bangunan tertutup (berdinding)

Selogilang
rendah
singgasana.

: Lantai tinggi dalam sebuah bangsal semacam podium


tempat duduk Sri Sultan atau tempat

Tratag
: bangunan, biasanya tempat berteduh, terdapat anyamananyaman bamboo dengan tiang-tiang tinggi tanpa dinding.

13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari semua uraian yang telah penulis uraikan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
Keraton Yogyakarta dengan segala kekhasan budaya Jawanya, disamping
bermakna tempat bersemayamnya roh-roh, juga memiliki arti simbolik di
setiap bangunannya. Sebagai contohnya adalah tugu yang mempunyai arti
simbolik bersatunya hamba dengan Tuhannya yang memberi keyakinan
mutlak bahwa sesuatu tidak akan terjadi tanpa izin dari Tuhan Yang
Mahaesa.
Keraton Yogyakarta yang telah berganti pemimpinnya mulai dari Sri Sultan
Hambengkubuwana I sampai X, memiliki sejarah yang cukup panjang yang
perlu kita kaji dan pelajari.
Keraton Yogyakarta yang memiliki luas

memiliki banyak

bangunan. Terdapat banyak bangsal, regol, plengkung, gedung dan yang


lainnya mempunyai fungsi sendiri-sendiri dari dulu sampai sekarang.

Keraton Yogyakarta memberi andil besar dalam upaya pelestarian budaya


Jawa, yang tidak hanya melakukan peran budaya tetapi juga peran sosial
lewat interaksi dengan masyarakat.
Keraton Yogyakarta merupakan objek wisata yang harus kita pelihara dan
kita tingkatkan potensimya. Di antaranya dengan perbaikan dan
pembenahan.

B. Saran.
Setelah mempelajari seluk beluk Keraton Yogyakarta, penulis
menyarankan :

14
Diharapkan Keraton Yogyakarta tetap dapat eksis bahkan meningkat dalam
hal kelanggengan kebudayaan Jawa serta potensi wisata yang dimilikinya.
Diharapkan pembaca dapat terus mengupas serta mengkaji nilai-nilai yang
terkandung dalam Keraton Yogyakarta, karena laporan ini hanyalah setetes
dari pengetahuan yang dapat dikaji.
Panitia Praktek Pengenalan Lapangan agar meningkatkan pelayanan serta
fasilitasnya dalam pelaksanaan PPL yang akan datang. Karena dalam
penyelenggaraan PPL kemarin terdapat berbagai kendala, di antaranya :
Waktu
Waktu yang terlalu cepat serta tergesa-gesa karena harus mengunjungi
objek pengamatan yang lain membuat penulis menjadi tidak bisa mencatat
hal-hal yang ada di sana secara maksimal.
Lokasi
Dalam lokasi kemarin, terdapat banyak anak TK, sehingga kami kesulitan
mendengarkan intruksi dari panitia sebelum memasuki Keraton Yogyakarta,
kami harus minta izin jika ingin mengambil foto, dan di sana beberapa
bangunan telah roboh akibat peristiwa gempa 27 Mei 2006 di Yogyakarta.
Transportasi.
Dalam perjalanan kemarin ban bus kami bocor di Jalan Lingkar Barat. Ini
terjadi setelah meninggalkan PG Madukismo. Akibatnya, kami harus berhenti
dan tertinggal dari bus lain

C. Kata Penutup.
Demikian laporan yang dapat penulis uraikan. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai referensi dalam
penulisan laporan berikutnya.

15

Daftar Pustaka
Anonim. Karaton Yogyakarta.
Brongtodiningrat, K.P.H. 1978. Arti Kraton Yogyakarta. Yogyakarta :
Museum
Keraton Yogyakarta.
Hakim, M. Arifin. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Bandung : Pustaka Satya.
Puspitosari, Anik dkk. 2007. Pisowanan Ageng Tak Bisa Goyahkan

Anda mungkin juga menyukai