Anda di halaman 1dari 3

Hasil wawancara

Persepsi masyarakat dari kasus covid-19 di indonesia menyimpulkan bahwa dari


hasil wawancara responden sebanyak 5 orang terdapat beberapa argumen yang
disampaikan responden yaitu :

1. Responden (r1) Fatahollah, jenis kelamian laki-laki, umur 36 tahun,


pendidikan SMA ,alamat BTN BPN Sumbawa, pekarjaan swasta,
responden ini beranggapan bahwa covid tidak berbahaya dan tidak ada
kegawatan yang mengancam kehidupan, responden ini juga berpendapat
bahwa pembatasan wilayah maupun sosial distance hanya membatasi
silaturrahim dan menjauhkan diri dari keluarga sehingga berpotensi
renggangnya hubungan antar kelauarga. Responden juga menyatakan
bahwa mati hidup seseorang sudah ditakdirkan jadi tidak perlu takut
dengan penyakit covid 19.

2. Responden (r2) Andri Febriansyah, jenis kelamin laki-laki, umur 27 tahun,


pendidikan sarjana, pekerjaan karyawan responden ini menyatakan
bahwa pandemi covid sangat berbahaya dan mengancam kesehatan dan
keselamatan masyarakat luas,pembatasan kegiatan sosial
kemasyarakatan seperti acara syukuran, perkawinan harus dibatasi agar
penyebaran virus corona dapat ditanggulangi dan rantai penyebarannya
dapat di putus. Jika perilaku masyarakat terhadap kepatuhan
penggunaan/protokol covid dilaksanakan dengan baik dan benar maka
bukan tidak mungkin pandemi ini akan berakhir. Covid 19 memiliki tingkat
kegawatan yang serius dan sangat berbahaya karena penyebarannya
yang begitu cepat dan virus ini juga mengancam keselamatan jiwa.

3. Responden (r3) Syahli Mutia, jenis kelamin perempuan, umur 20 tahun,


pendidikan D4, pekerjaan mahasiswa, responden ini menyatakan bahwa
pandemi covid 19 tidak terlihat dan mengancam jiwa, dikarenakan
kurangnya kesadaran masyarakat dan pemahaman akan bahaya covid 19,
kegiatan seperti PHBS di masyarakat harus di tingkatkan guna menekan
terjadinya penyabaran virus corona. Sampai saat ini belum terdapat
vaksin yang dapat menghentikan virus vorona ini.
4. Responden (r4), Masita, jenis kelamian perempuan, umur 52 tahun,
pendidikan SMA, pekerjaan IRT, responden ini menyatakan bahwa virus
corona hanya kabar untuk memisah dan memecah belah masyarakat
dikarenakan pembatasan kegiatan seperti ibadah, acara perkawinan dan
hajatan di kurangi bahkan di larang. Banyak kabar yang beredar bahwa
covid 19 ini hanyalah alat untuk mendapatkan keuntukan bagi instansi
atau Rumah sakit saja, dimana masyarakat yang pergi berobat saja
dengan keluhan batuk di identifikasi sebagai covid.

5. Responden (r5) Safikri, jenis kelamin laki-laki, umur 29 tahun, pendidikan


SMA, pekerjaan swasta , responden ini menyatakan covid ini penyakit
biasa saja tetapi di angkat menjadi luar biasa dimana sampai saat ini
penyakit ini masih belum terlihat ataupun terbukti bagi kami masyarakat
bahwa penyakit seperti batuk atau panas bisa dikatakan covid, belum lagi
dengan cara pemeriksaannya dimana pemeriksaannya ada yang 1 hari
dan adapula yang berhari-hari baru hasilnya keluar dan ini menjadi
keruaguan bagi kami masyarakat bahwa covid ini hanya menjadi media
untuk menaikkan keuntungan instansi tertentu.

Pembahasan.

Dari hasil wawancara responden sebnayak perempuan 2 orang (40%) dan laki-
laki sebanyak 3 orang(60%) disimpulkan bahwa 60% responden memberikan
persepri negatif bahwa covid 19 tidak berbahaya dan 40% memberikan persepri
positif bahwa covid 19 sangat berbahaya. Dikarenakan kurangya sosialisasi
ataupun pemahaman tentang bahaya virus corona bagi kesehatan, dimana virus
corona dianggap sepele dan tidak dipercaya oleh masyarakat.
Terjadinya persepsi negatif dari masyarakat dikarenakan kuarangnya
pemahaman akan bahaya virus corona disisni Pemerintah harus berperan aktif
untuk pemberantasan virus corona dimana prefentif dan promotif yang utama
dalam mengurangi peneyebaran virus corona, selain itu juga kesadaran dari
masyarakat pilar utama dalam penanganan virus corona.

Anda mungkin juga menyukai