Anda di halaman 1dari 94

BUKU PANDUAN

KETERAMPILAN KLINIK/SKILLS LAB


BLOK 20
Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat

Semester 6
Tahun 2018/2019

Penyusun:
drg Lisa Prihastari, M. Kes
Dr. Helwiah umniyati, drg., MPH
Dr. Sonya Priyadharsini, drg., M.Si
drg. Alisa Novianty P., M. Kes

ProgramStudiIlmuKedokteranGigi
F aSkills
Buku Penuntun k u lLab
t aBlok
s K 20
e dIKGM
o k tKedokteran
e r a n UGgi
n iUniversitas
v e r s i t YARSI
as YARSI Page 1
J A K A R TA
201 8
BUKU PANDUAN
KETERAMPILAN KLINIK/SKILLS LAB
BLOK 20
Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat

Semester 6
Tahun 2018/2019

Penyusun:
drg Lisa Prihastari, M. Kes
Dr. Helwiah umniyati, drg., MPH
Dr. Sonya Priyadharsini, drg., M.Si
drg. Alisa Novianty P., M. Kes

Editor:

drg. Alisa Novianty Pratiwi., M. Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2019

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 2
DAFTAR ISI

Daftar Isi 3
Kata Pengantar 4
Pendahuluan 5
Tata Tertib Skills Lab 6
Daftar Modul Kegiatan Skills Lab IKGM 8
Lingkaran Pemecahan Masalah 13
Antropometri 28
Indeks DMFT- DMFS 38
Pembuatan Larutan Fluoride 44
Who Basic Oral Health Survey 51
Caries Risk Assasment And Management 68
Oral Health Promotion 90
Analisis Perilaku Kesehatan Gigi Masyarakat Dan Uji Kuesioner 94
Praktikum Preventif Kesehatan Gigi Dan Mulut 98

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 3
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kita panjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
mengamanatkan kekhalifahan kepada manusia dan telah memberikan potensi untuk
menjalankan tugas-tugasnya. Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW dan keluarga, sahabat serta orang-orang yang istiqomah didalam risalahnya.
Alhamdulillah, Buku panduan keterampilan klinik/skills lab Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat
(IKGM) untuk mahasiswa Semester 6 Program Studi Ilmu Kedokteran Gigi Universitas Yarsi
ini dapat kami selesaikan.

Materi skills lab ini merupakan hasil penyusunan dan modifikasi dari berbagai sumber
dan literatur-literatur yang menekankan pada aspek kualitatif. Mudah-mudahan dengan
kehadiran buku ini dapat membantu mahasiswa dalam menjalankan skills lab. Kami akan
berusaha untuk memperbaiki kualitas materi skills lab pada masa-masa yang akan datang sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Jakarta, Maret 2019


Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas YARSI

Tim Penyusun

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 4
Pendahuluan

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Yarsi terus melakukan berbagai upaya untuk
menghasilkan lulusan dokter gigi yang makin baik sesuai dengan perkembangan zaman dan
teknologi. Kurikulum pendidikan dokter gigi FKG Universitas Yarsi saat ini berorientasi pada
student centered dengan metode Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBL/Problem Base
Learning).

Metode pembelajaran lain yang digunakan yaitu skills lab, sebagai sarana yang efektif
agar mahasiswa memperoleh pelatihan ketrampilan. Ketrampilan tersebut sangat berguna bagi
mahasiswa pada saat bekerja di klinik dengan obyek manusia yang perlu dilindungi dari
kesalahan prosedur, maka beberapa prosedur klinik perlu dilatih terlebih dahulu di dalam skills
lab.

Buku penuntun skills lab dibuat dengan tujuan tercapainya sasaran pendidikan dan
diperoleh kelancaran berlangsungnya skills lab. Melalui buku ini diharapkan akan
memudahkan dan memandu mahasiswa dalam mengikuti skills lab.

Buku penuntun skills lab semester enam ini berisi tentang materi-materi lingkaran
pemecahan masalah (problem solving cycle), anthropometri, indeks dmft dan dmfs, pembuatan
larutan kumur fluor, oral health basic survey who, caries risk assasment and management, oral
health promotion, analisis perilaku kesehatan gigi masyarakat dan uji kuesioner, serta
praktikum preventif kesehatan gigi dan mulut

Diharapkan mahasiswa telah mempersiapkan diri sebelum mengikuti skills lab, dengan
mempersiapkan materi dan teori-teori baik kelengkapan alat maupun mentaati tata tertib skills
lab. Kiranya buku penuntun skills lab ini dapat bermanfaat dan menjadi motivasi mahasiswa
selama skills lab.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 5
TATA TERTIB LABORATORIUM PRAKTIKUM/ KETERAMPILAN KLINIK
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI

A. TATA TERTIB UMUM

1. Mahasiswa wajib mengenakan id card (kartu tanda pengenal mahasiswa)


2. Mahasiswa wajib memakai jas lab yang rapi, bersih, tidak kumal, serta kancing
lengkap dan dikancingkan rapi.
3. Mahasiswa tidak boleh memakai kaos oblong dan sandal.
4. Kuku tidak boleh panjang dan tidak diperbolehkan memakai cat kuku.
5. Mahasiswa wajib mempunyai buku panduan keterampilan klinik dan
mempelajarinya sebelum kegiatan keterampilan berlangsung.
6. Mahasiswa wajib hadir di laboratorium keterampilan klinik tepat pada waktunya,
toleransi maksimal 10 menit. Lebih dari 15 menit mahasiswa tidak boleh masuk ke
dalam ruangan, tidak boleh mengisi absen dan dilarang mengikuti kegiatan skills
lab.
7. Apabila sakit/ijin sehingga tidak dapat mengikuti kegiatan keterampilan klinik
maka harus menyerahkan surat sakit/ijin paling lambat 2x24 jam sejak ketidak
hadiran.
8. Mahasiswa yang berhalangan hadir dengan alasan yang jelas dapat mengikuti
kegiatan keterampilan klinik pada hari yang lain dengan meminta ijin terlebih
dahulu sebelumnya kepada Koordinator Skills Lab.
9. Tidak boleh menukar jadwal kegiatan tanpa seijin Koordinator Skills Lab
10. Selama kegiatan keterampilan klinik berlangsung dilarang keluar ruangan tanpa
seijin instruktur.
11. Dilarang memindahkan alat-alat atau manekin ke ruangan lain.
12. Apabila merusak alat-alat atau manekin, maka wajib mengganti kerusakan tersebut.

B. TATA TERTIB MANDIRI

1. Kegiatan mandiri merupakan kegiatan terstruktur sehingga mahasiswa tetap harus


hadir tepat waktu dan melaksanakan kegiatan mandiri dengan sungguh-sungguh.
2. Mahasiswa diperbolehkan meminjam ruang dan peralatan laboratorium
keterampilan klinik di luar kegiatan yang terjadwal untuk berlatih mandiri dengan
syarat melapor terlebih dahulu pada petugas laboratorium dan wajib menjaga
keutuhan dan kebersihan peralatan atau manekin serta ketertiban laboratorium.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 6
C. TATA TERTIB KHUSUS

1. Semua peserta skills lab membawa koran bekas, dan meletakkan lap putih di atas
koran di meja masing-masing dan mengukir wax, mengecor gips/stone di atas alas
tersebut sehingga kebersihan ruang lab terjaga. Ruangan harus dalam keadaan
bersih pada akhir skills lab.
2. Ikat atau jepit kerudung dengan baik agar tidak menganggu pekerjaan
3. Pada akhir kerja, lampu meja perseorangan wajib dimatikan sendiri oleh
mahasiswa.
4. Mahasiswa harus meminta nilai kepada instruktur, pada buku nilai mahasiswa,
setiap tahap pekerjaan, selama skills lab berlangsung.
5. Pemberian nilai tidak boleh ditunda ke waktu/hari skills lab berikutnya.
6. Hasil akhir pekerjaan skills lab akan dinilai oleh Pengampu.

D. TATA TERTIB OSCE


1. Mahasiswa yang tidak hadir 2 kali tanpa alasan yang jelas dalam satu bentuk
kegiatan skills lab tidak diperbolehkan mengikuti OSCE
2. Mahasiswa wajib hadir tepat waktu.
3. Mahasiswa tidak diperbolehkan menukar jadwal OSCE yang telah ditetapkan
tanpa seijin Koordinator Skills Lab.
4. Mahasiswa yang tidak hadir pada OSCE utama tanpa keterangan yang jelas
sebelumnya atau yang termasuk dalam poin C.1, maka tidak mempunyai
kesempatan OSCE di lain waktu.
5. OSCE perbaikan hanya diberikan pada mahasiswa yang tidak lulus pada OSCE
utama.
6. Selama OSCE mahasiswa harus membawa alat tulis bolpoin serta tidak
diperkenankan membawa buku catatan dalam bentuk apapun.
7. Segala bentuk ketidakjujuran selama OSCE akan menyebabkan mahasiswa tidak
lulus dan tidak boleh untuk mengikuti OSCE perbaikan.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 7
MODUL KEGIATAN SKILLS LAB BLOK 20 IKGM

Modul 1 : LINGKARAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING CYCLE)


Modul 2 : ANTROPOMETRI
Modul 3 : INDEKS DMFT DAN DMFS
Modul 4 : PEMBUATAN LARUTAN KUMUR FLUOR
Modul 5 : WHO BASIC ORAL HEALTH SURVEY
Modul 6 : CARIES RISK ASSASMENT AND MANAGEMENT
Modul 7 : ORAL HEALTH PROMOTION
Modul 8 : ANALISIS PERILAKU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT DAN UJI
KUESIONER
Modul 9: PRAKTIKUM PREVENTIF KESEHATAN GIGI DAN MULUT

TUGAS I
LINGKARAN PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING CYCLE)

1. Melakukan dan mendiskusikan secara kelompok langkah-langkah lingkaran


pemecahan masalah dari skenario kasus menggunakan berbagai metode
2. Mempresentasikan hasil diskusi dalam bentuk power point didepan kelompok lain
3. Presentasi dilakukan sampai seluruh kelompok mendapat giliran dalam 2 kali
pertemuan @100 menit
4. Membuat dan mengumpulkan laporan lingkaran pemecahan masalah pada
Koordinator Blok 20

TUGAS II
ANTHROPOMETRI

1. Setiap mahasiswa melakukan pengukuran berat badan, panjang badan/tinggi badan


dan lingkar lengan atas
2. Setiap mahasiswa menghitung Indek Massa Tubuh
3. Hasil pengukuran dan penghitungan di tulis dalam tabel kemudian dinilai dan diparaf
oleh instruktur skills lab yang bertugas
Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 8
4. Anthropometri dilakukan sampai seluruh mahasiswa dalam kelompok mengerjakan
tugas dalam 1 kali pertemuan : 100 menit

TUGAS III
INDEKS DMFT DAN DMFS

1. Setiap Mahasiswa melakukan pemeriksaan status karies gigi pada model dengan
menggunakan indeks DMFT dan DMFS di depan instruktur yang bertugas
2. Setiap Mahasiswa melakukan penghitungan nilai DMFT dan DMFS individu dan
komunitas (dalam satu kelompok)
3. Menentukan status karies komunitas berdasarkan kategori WHO
4. Hasil pemeriksaan dan penghitungan di tulis dalam tabel kemudian dinilai dan diparaf
oleh instruktur skills lab yang bertugas
5. Skill lab Indeks DMFT dan DMFS dilakukan sampai seluruh mahasiswa dalam
kelompok mengerjakan tugas dalam 2 kali pertemuan @100 menit

TUGAS IV
PEMBUATAN LARUTAN KUMUR FLUOR

1. Secara kelompok menghitung perbandingan bubuk sodium fluoride dan aquades


berdasarkan skenario kasus
2. Membuat Larutan kumur fluor untuk komunitas berdasarkan hasil perhitungan dan
membuat video langkah-langkah pembuatannya
3. Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
4. Setelah mengerjakan tugas, borang dinilai dan diparaf oleh instruktur skills lab yang
bertugas
5. Pembuatan larutan Fluor dilakukan sampai seluruh kelompok mendapatkan giliran
presentasi dalam 2 kali pertemuan @100 menit

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 9
TUGAS V
ORAL HEALTH BASIC SURVEY WHO

1. Setiap mahasiswa membuat 6 balok gigi sesuai kasus yang diminta dan
menunjukkannya serta meminta paraf instruktur
2. Setiap mahasiswa menjelaskan prosedur oral health basic survey WHO sesuai borang
didepan instruktur dan melakukan pemeriksaan gigi pada blok gigi serta menuliskan
hasilnya dalam buku skill lab
3. Setiap kelompok melakukan uji inter-examiner dengan spss dan menuliskan hasilnya
di buku skill lab
4. Setelah mengerjakan tugas, borang dinilai dan diparaf oleh instruktur skills lab yang
bertugas
5. oral health basic survey WHO dilakukan sampai seluruh mahasiswa dalam kelompok
telah mengerjakan tugas dalam 2 kali pertemuan @100 menit

TUGAS VI
CARIES RISK ASSASMENT AND MANAGEMENT

1. Setiap mahasiswa menjawab kasus skenario caries risk assament yang diberikan dan
menunjukkannya pada instruktur
2. Setiap kelompok melakukan caries risk assasment di masyarakat untuk seluruh
kategori usia dan menjelaskan manajemennya
3. Setiap kelompok mempresentasikannya di depan instruktur dan kelompok lain
4. Setelah mengerjakan tugas, borang dinilai dan diparaf oleh instruktur skills lab yang
bertugas
5. Presentasi dilakukan sampai seluruh kelompok mendapat giliran dalam 2 kali
pertemuan @100 menit
6. Membuat dan mengumpulkan laporan caries risk assament and management pada
Koordinator Blok 20

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 10
TUGAS VII
ORAL HEALTH PROMOTION

1. Setiap mahasiswa melakukan simulasi penyuluhan komunitas/ masyarakat didepan


instruktur dan anggota kelompoknya menggunakan alat peraga yang disediakan
2. Setiap kelompok merancang dan mengevaluasi program preventif dan promotif sesuai
kasus skenario
3. Kemudian setiap kelompok memempresentasikan dan mensimulasikannya didepan
kelompok lain dan instruktur
4. Setelah mengerjakan tugas, borang dinilai dan diparaf oleh instruktur skills lab yang
bertugas

TUGAS VIII
ANALISIS PERILAKU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT DAN UJI KUESIONER

1. Setiap kelompok melakukan survey tentang perilaku kesehatan gigi masyarakat


dengan kuesioner sesuai dengan kriteria yang ditentukan oleh instruktur
2. Setiap kelompok melakukan uji validitas-rebilitas kuesioner dengan SPSS dari hasil
survey yang telah mereka laksanakan
3. Setiap kelompok mempresentasikan hasil survey dan uji validitas-rebilitas kuesioner
4. Setelah mengerjakan tugas, borang dinilai dan diparaf oleh instruktur skills lab yang
bertugas.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 11
TUGAS X
PRAKTIKUM PREVENTIF KARIES GIGI

1. Setiap kelompok melakukan pemeriksaan resiko karies dari saliva setiap anggotanya
dengan Saliva check buffer kit dan kertas lakmus kemudian mencatat hasilnya
2. Setiap kelompok melakukan peragaan pemakaian disclosing solution antar teman
3. Setiap kelompok melakukan peragaan pemakaian CPP-ACP tooth mousse, fluoride
varnish dan topical fluoride antar teman
4. Setiap mahasiswa dalam kelompok melakukan peragaan berkumur metode single
rinse
5. Setiap kelompok mencatat dan membandingkan bahan aktif berbagai jenis merk pasta
gigi dan obat kumur
6. Setiap kelompok mencatat dan membandingkan jenis dan bentuk berbagai merk sikat
gigi
7. Setiap kelompok mempraktekan cara kerja asam cuka melunakan telur sebagai
simulasi proses terjadinya karies
8. Setelah mengerjakan tugas, borang dinilai dan diparaf oleh instruktur skills lab yang
bertugas
9. Membuat dan mengumpulkan laporan preventif karies gigi pada Koordinator Blok 20

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 12
MODUL 1
LINGKARAN PEMECAHAN MASALAH
(Problem Solving Cycle)

Dr. Sonya Priyadharsini, drg., Msi

A. PENDAHULUAN:

Merujuk pada kebijakan WHO, dokter gigi yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan primer
harus mampu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan secara holistik dan
memecahkan masalah dibidang kesehatan gigi dan mulut yang ada di tengah masyarakat atau
komunitas tanpa mengesampingkan masalah kesehatan individu. Masalah kesehatan gigi dan
mulut di masyarakat dapat ditanggulangi dengan perencanaan program yang baik dan proses
evaluasi yang berkelanjutan. Tahap awal dalam membuat program kesehatan di suatu
komunitas atau wilayah dimulai dengan mengidentifikasi masalah kesehatan agar program
yang dibuat tepat tujuan, tepat sasaran, efisien dan efektif. Pada keterampilan klinik ini,
mahasiswa akan diperkenalkan langkah-langkah dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
menggunakan data-data, kemudian menganalisisnya dengan cara menentukan prioritas yang
utama, merumuskan masalah kesehatan, dan menentukan akar penyebab masalah kesehatan
sebagai dasar pembuatan rencana kerja program di fasilitas pelayanan kesehatan primer dengan
bekerja secara tim. Nantinya mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan dan menerapkan
pemecahan masalah tersebut dalam praktek nyata di lapangan.

B. TUJUAN UMUM:
Mahasiswa mampu melakukan pemecahan masalah kesehatan sesuai standar kompetensi

C. TUJUAN KHUSUS:
Setelah skills lab ini mahasiswa diharapkan mampu:
✓ Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah kesehatan umum dan kesehatan gigi
dan mulut dimasyarakat
✓ Mahasiswa mampu menentukan prioritas masalah dengan berbagai metode yang
diajarkan
✓ Mahasiswa mampu merumuskan masalah dengan tepat dan menentukan akar
penyebab masalahnya
✓ Mahasiswa mampu membuat suatu perencanaan kegiatan penyelesaian masalah
kesehatan ditengah masyarakat

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 13
D. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN:

Alat: Bahan:
1. Kertas 1. Data kesehatan
2. Laptop 2. Buku referensi penuntun belajar
3. Spidol
4. LCD dan proyektor

E. BENTUK KEGIATAN:
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok dengan seorang instruktur. Pada
minggu pertama mahasiswa melakukan diskusi kelompok berdasarkan 2 skenario yang
diberikan dalam pemecahan masalah kesehatan.
Mahasiswa dalam kelompok besar (10-11 orang) dibagi menjadi 3-4 kelompok, masing-
masing kelompok melakukan pemecahan masalah kesehatan berdasarkan 1 skenario dari 2
skenario yang tersedia. Di minggu ke-2 masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
diskusinya.

E. LANGKAH KEGIATAN 1:

1. Analisis Situasi
Tujuan
a. Mengumpulkan fakta/data yang tersedia dan yang dibutuhkan untuk menetapkan
masalah, populasi sasaran, kelompok resiko tinggi.
Memperkirakan jangkauan pelayanan saat ini.
Menguraikan sumber daya kesehatan yang relevan.
Menetapkan kesulitan-kesulitan dalam penetapan masalah
b. Mengidentifikasi data tambahan yang diperlukan untuk melengkapi masalah

Materi
Berupa skenario gambaran kesehatan suatu daerah

Tugas Mahasiswa
Menelaah semua data/fakta yang tersedia untuk menilai kegunaannya dalam
menganalisis dan menguraikan masalah kesehatan

2. Identifikasi Masalah
Tujuan
Menentukan masalah untuk mengambarkan variable kritis yang berhubungan
dengan masalah kesehatan dan khususnya kesehatan gigi dan mulut.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 14
Materi
Berupa skenario cakupan pelayanan kesehatan dan penyakit terbanyak disuatu
wilayah

Tugas Mahasiswa
Membahas masalah dan menuliskan beberapa masalah yang akan ditindaklanjuti
dalam tabel.
Contoh :
No Program Target (%) Pencapaian (%) Kesenjangan (%)
1.
2.
3.
dst

3. Menetapkan Prioritas Masalah Metode USG


Tujuan
Mahasiswa menetapkan prioritas masalah dengan kriteria sebagai berikut :
Metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) merupakan salah satu cara menetapkan
urutan prioritas masalah dengan metode teknik skoring.
1. Urgency
Seberapa mendesak masalah tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang
tersedia.
2. Seriousness
Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang timbul
dengan penundaan pemecahan masalah misalnya berdampak pada kematian,
kesakitan atau memunculkan penyakit baru.
3. Growth
Seberapa kemungkinannya masalah tersebut menjadi berkembang dikaitkan
kemungkinan akan semakin memburuk kalau dibiarkan. Misalnya kemungkinan
penularan penyakit atau menjadi wabah yang meluas.

Contoh:

KODE Daftar Masalah


A Angka Kematian ibu setelah melahirkan meningkat 50%
B Jumlah Penderita difteri anak-anak naik menjadi 65%
C Kenaikan Penderita TB resisten obat 80%

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 15
Setiap masalah dibandingkan satu sama lain berdasarkan kriteria USG misalnya:
Urgency Seriousness Growth
Masalah A / B = B Masalah A / B = B Masalah A / B = B
Masalah B / C = B Masalah B / C = B Masalah B / C = B
Masalah A / C = A Masalah A / C = C Masalah A / C = C

Kemudian tulis frekuensi kemunculan setiap masalah setelah diperbandingkan,


selanjutnya jumlahkan sebagai total akhir skor. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Masalah Urgency Seriousness Growth Total Rangking


Angka Kematian ibu setelah 1 0 0 1 III
melahirkan meningkat 50%
Jumlah Penderita difteri anak- 2 2 2 6 I
anak naik menjadi 65%
Kenaikan Penderita TB resisten 0 1 1 2 II
obat 80%

4. Membuat Rumusan Masalah dan Menetapkan Tujuan


Perumusan masalah mencakup : Apa masalahnya, Siapa yang terkena masalah,
Besarnya masalah, Dimana terjadinya dan Bilamana masalah itu terjadi (4W, 1H),
What, Who, When, Where, dan How Much.

Contoh Rumusan Masalah:


Masih tingginya angka kematian balita akibat diare yaitu sebesar 20% di desa X,
wilayah Puskesmas A, pada tahun 2014.

Maka Tujuannya adalah :


Menurunkan angka kematian balita akibat diare menjadi 5 % di desa X, wilayah
Puskesmas A, pada tahun 2015

5. Mencari Akar Penyebab Masalah


Mahasiswa melakukan brainstorming ( urun rembug ) untuk mencari sebab-sebab
masalah dengan mengunakan diagram tulang ikan/ Fish Bone (seperti diagram ).
Variabel penyebab masalah adalah lingkungan, manusia, material dan metode.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 16
Tujuan
Menentukan Penyebab Masalah dengan metode diagram fish bone, dengan contoh
sebagai berikut:

LINGKUNGAN MANUSIA

Kebiasaan BAB
Kurangnya air
yang tidak Higienis
yang terlindung

Kurangnya
pengetahuan ibu

TINGGINYA
KEMATIAN
AKIBAT DIARE

Kegagalan merujuk kasus dehidrasi berat Kekurangan ORALIT di


fasilitas kesehatan

METODE
MATERIAL

Gambar 1. Contoh diagram fishbone

Tugas Mahasiswa
Mahasiswa melakukan brainstorming untuk mencari sebab-sebab masalah tersebut
dengan mengunakan diagram tulang ikan (seperti diagram di atas). Variabel penyebab
masalah adalah lingkungan, manusia, material dan metode.
Setelah membuat penyebab masalah dan dicari akar penyebab masalah yang dominan
berdasarkan hasil brainstorming. Dari akar penyebab masalah yang telah didapatkan,
kemudian menentukan alternatif pemecahan masalah.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 17
SKENARIO 1

Puskesmas kecamatan Cempaka Putih yang terletak dijalan Cempaka Putih Barat 19
No.2 RT 07 RW 07 adalah Puskesmas Kecamatan di wilayah kecamatan Cempaka Putih yang
membawahi 3 Puskesmas kelurahan.
Penduduk di wilayah Kecamatan Cempaka Putih tahun 2016 mencapai 85.551 jiwa.
Jumlah penduduk di masing-masing Keluarahan yaitu Kelurahan Cempaka Putih Barat
sebanyak 37.569 jiwa. Kelurahan Cempaka Putih Timur sebanyak 25.296 jiwa dan Kelurahan
Rawasari sebanyak 22.686 jiwa. Mencakup 28.065 rumah tangga dengan rata-rata per rumah
tangga 3,05, sementara kepadatan penduduk per km2 adalah 18.292 jiwa. Kecamatan Cempaka
Putih Kota Administrasi Jakarta Pusat memiliki wilayah seluas 4,69 km2 yang terbagi menjadi:
3 kelurahan, 30 rukun warga dan 366 rukun tetangga.

Tabel 2. Data sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Cempaka Putih

Sarana Kesehatan Jumlah


Puskesmas Kecamatan 1 buah
Puskesmas kelurahan 2 buah
Posyandu Balita 8 buah
Posyandu Lansia 1 buah
Rumah sakit pemerintah 4 buah
Rumah sakit swasta 0 buah
Klinik Swasta 3 orang
Dokter Praktek Umum 4 orang
Dokter Praktek Spesialis 2 orang
Bidan Praktek Swasta 2 orang
Kader Aktif 320 orang
Pos KB 7 pos

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 18
Tabel 3. Data Tenaga Kesehatan di Puskesmas Cempaka Putih

Data 10 penyakit terbanyak puskesmas adalah


1. ISPA 31,34%
2. DHF 10,75%
3. Penyakit pada system otot dan pengikat 9,90%
4. Diare 7,51%
5. Penyakit infeksi kulit 7,49%
6. Penyakit darah tinggi 5,80%
7. Penyakit saluran pernapasan 5,41%
8. Penyakit kulit alergi 3,79%
9. Asma 3,83%
10. Penyakit lainnya 12,27%

Dari 10.801 jumlah rumah seluruhnya diwilayah Kecamatan Cempaka Putih ,baru
10.433 (96,6%) rumah yang memenuhi syarat Rumah Sehat. Cakupan keluarga PHBS tahun
2016 dari 28.065 jumlah rumah tangga, yang dipantau sejumlah 4730 KK dan rumah tangga
yang ber PHBS sejumlah 3448 (72.89%), Jumlah bayi yang diberi ASI ekslusif sebanyak 146
orang (58.2%), sementara cakupan hasil penimbangan balita di posyandu (N/D) sebesar 50%.
Berdasarkan data di atas, sebagai seorang dokter di Puskesmas tersebut, langkah-langkah apa
saja yang akan saudara lakukan untuk memecahkan masalah kesehatan di daerah saudara dan
program apa yang akan saudara rencanakan untuk mengatasi masalah tersebut pada masa
yang akan datang.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 19
SKENARIO 2

Puskesmas Wirobrajan terletak di Jl. Bugisan WB III/437 Yogyakarta dengan luas


wilayah kerja 1,78 Km2. Kecamatan Wirobrajan sendiri terdiri dari 3 Kalurahan memiliki 34
RW dan 165 RT. Kepadatan penduduk merata dengan jumlah penduduk 28.152 orang. Jumlah
penduduk miskin di wilayah Kecamatan Wirobrajan berkisar 2.901 jiwa. Berikut adalah Tabel
sarana kesehatan di wilayah Kecamatan Wirobrajan.

Tabel 1 Sarana Pelayanan Kesehatan tahun 2013


No Sarana Jumlah

1 Puskesmas 1
2 Puskesmas Pembantu 1
3 Rumah Sakit Swasta 1
4 Apotik 8
5 Praktik Dokter Swasta 40
6 Praktik Bidan Swasta 4
7 Posyandu 36
8 Kendaraan Pusling 1
9 Lokasi Pusling 12
10 Balai Pengobatan Swasta 1
11 Rumah Bersalin 1
12 Laboratorium Swasta 1
Lain-lain 4
Jumlah 111

Tabel 2 Tenaga Kesehatan dan Jumlah Kader

Kal. Kal. Kal.


No Kader Jumlah
Pakuncen Wirobrajan Patangpuluhan
1 Petugas Puskesmas 10 10 7 27
2 Kader total 129 122 98 349
3 Kader yang dilatih 129 122 98 349
4 Kader aktif 108 105 89 302
5 Batrra 1 3 1 5
6 Kelompok/Paguyupan Batrra 1 1 1 3

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 20
Tabel 3. Daftar 10 Besar Penyakit Puskesmas Wirobrajan 2013
1 Infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas 3703
2 Hipertensi primer 3594
3 Common cold/Nasopharingitis akut 2591
4 Penyakit pulpa dan periapikal 1568
5 Diabetes Melitus tipe 2 1468
6 Mialgia 1145
7 Nyeri Kepala 1086
8 Gangguan metabolisme lipid 855
9 Febris/demam 829
10 Diare dan Gastroenteritis 825

Cakupan rumah sehat 65 %, cakupan keluarga PHBS 65%, cakupan penimbangan


Balita N/D 49.51%, Cakupan bayi ASI ekslusif 57,04%, Cakupan balita Garis Merah
0,89%, Cakupan Bumil mendapat tablet Fe 70%, cakupan K1 100% dan K4 98,3%
Berdasarkan data di atas, sebagai seorang dokter/dokter gigi di Puskesmas tersebut,
langkah-langkah apa saja yang akan saudara lakukan untuk memecahkan maslah kesehatan
didaerah saudara dan program apa yang akan saudara rencanakan untuk mengatasi masalah
tersebut pada masa yang akan datang.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 21
F. LANGKAH KEGIATAN 2:
Melakukan kegiatan tahapan lingkaran pemecahan masalah dengan metode yang lain.,
yaitu:
1. Menetapkan Prioritas Masalah Metode HANLON Kuantitatif
Metode hanlon lebih tepat digunakan untuk menentukan prioritas masalah kesehatan
dengan memperhatikan teknik responsive dimana tujuan yang dicapai dari program
jelas yang dituangkan dalam kriteria dan faktor-faktor lain yang memungkinkan dengan
langkah kriteria sebagai berikut :
a. Kriteria A : Besar masalah (nilai 0-10)
• Besar masalah dinilai berdasarkan presentasi kesenjangan pada tabel
identifikasi masalah sebelumnya.
• Penilaian besar masalah dengan menggunakan interval menggunakan rumus
sebagai berikut:

Kelas N = 1 + 3,3 log n ( n = jumlah klp masalah)

Interval = ( nilai tertinggi – nilai terendah )


Jumlah kelas

• Kemudian dimasukkan ke dalam tabel berikut :


No Masalah Besar masalah terhadap pencapaian program Nilai
Interval
...... ....... ....... .......

Nilai
........ ....... ......... ........

1
2
3
dst

b. Kriteria B : Kegawatan masalah (nilai 1-5)


• Masing-masing peserta diskusi memberikan penilaian terhadap masing-
masing masalah kesehatan dengan rentang nilai 1 – 5, dengan kriteria
sebagai berikut :

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 22
Keganasan Biaya
Sangat ganas :5 Sangat murah :5
Ganas :4 Murah :4
Cukup berpengaruh :3 Cukup murah :3
Kurang ganas :2 Mahal :2
Tidak ganas :1 Sangat mahal :1

Urgensi
Sangat mendesak :5
Mendesak :4
Cukup mendesak :3
Kurang mendesak :2
Tidak mendesak :1

• Nilai total dari peserta diskusi dirata-ratakan untuk masing-masing


masalah dan kriteria, kemudian dimasukkan ke dalam tabel berikut :

No Masalah Keganasan Tingkat Biaya yg Nilai


Kesehatan urgensi dikeluarkan
1
2
3
dst

c. Kriteria C : Kemudahan Penanggulangan (nilai 1-5)


• Masing-masing peserta diskusi memberikan penilaian melalui voting
terhadap masing-masing masalah kesehatan berdasarkan kemudahan
penanggulangan dengan rentang nilai 1 – 5.
• Kemudian nilai dan nilai rata-rata dimasukkan ke dalam tabel berikut :

No Masalah Kemudahan Penanggualangan Nilai Rata-rata


Kesehatan

1 .... + ..... + .... +.... +.... +.... +. .. dst


2 .... + ..... + .... +.... +.... +.... +. .. dst

3 .... + ..... + .... +.... +.... +.... +. .. dst

dst .... + ..... + .... +.... +.... +.... +. .. dst

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 23
d. Kriteria D: PEARL faktor (nilai 0 atau 1)
• Terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan yaitu :
Propriety : Kesesuaian dengan program daerah/ nasional/ dunia
Economy : Memenuhi syarat ekonomi untuk melaksanakannya
Acceptability : Dapat diterima oleh petugas, masyarakat, dan lembaga
terkait
Resources : Tersedianya sumber daya
Legality : Tidak melanggar hukum dan etika

• Skor yang digunakan diambil melalui voting peserta diskusi


1 = setuju
0 = tidak setuju
• Nilai yang diambil adalah hasil perkalian, jadi jika ada satu orang saja
peserta diskusi memberikan nilai 0 (nol) atau tidak setuju terhadap salah
satu kriteria, maka nilainya menjadi 0 (nol)
• Kemudian hasil voting dimasukkan ke dalam tabel berikut

No Masalah Kesehatan P E A R L NILAI

1
2
3
dst

e. Menilai Prioritas Masalah Kesehatan


• Setelah Kriteria A, B, C, dan D ditetapkan, nilai tersebut dimasukkan ke
dalam rumus ;
Nilai Prioritas Dasar (NPD) = ( A+B ) x C
Nilai Prioritas Total ( NPT) = ( A+B ) x C x D
• Rangking prioritas diambil berdasarkan urutan skor tertinggi sampai
terendah
• Untuk memudahkan, dapat dimasukkan ke dalam tabel berikut :

No Masalah A B C D NPD NPT Rangking


Kesehatan ( A+B ) x C ( A+B ) x C x D

1
2
3
dst

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 24
2. Mencari akar penyebab masalah dengan metode POHON MASALAH
• Semua peserta mendiskusikan akar penyebab masalah prioritas, sesuai dengan
pendekatan sistem sebagai berikut :
KOMPONEN KEMUNGKINAN
PENYEBAB MASALAH
INPUT MAN
(Sumber Daya
Manusia)
MONEY
(Anggaran)
MATERIAL
(Alat dan Bahan)
METODE
MARKETING
(Sosialisasi)
LINGKUNGAN

PROSES P1
P2
P3

• Setiap kemungkinan penyebab masalah yang diidentifikasi dituliskan di kertas


metaplan
• Tempatkan kertas metaplan masalah utama pada kotak di puncak pohon
masalah.
• Buat garis vertikal menuju kotak tersebut.
• Tetapkan kategori utama dari penyebab dan tuliskan pada kotak dibawahnya
dengan arah panah menuju ke kotak masalah.
• Lakukan brainstorming dan fokuskan pada masing masing kategori.
• Setelah dianggap cukup, dengan cara yang sama lakukan untuk kategori utama
yang lain.
• Untuk masing-masing kemungkinan penyebab, coba membuat daftar sub
penyebab dan letakkan pada kotak yang ada dibawahnya.
• Setelah semua pendapat tercatat, lakukan klarifikasi data untuk menghilangkan
duplikasi, ketidaksesuaian dengan masalah, dll.
• Pohon masalah dapat digambarkan sebagai berikut :

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 25
• Urutkan akar penyebab masalah sesuai gambaran pohon masalah di atas.

Daftar Pustaka:

1. Azwar, A. (2007) Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Aplikasi Prinsip Lingkaran


Pemecahan Masalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
2. Buku Modul Skills Lab. Blok 4.3 Tahun 2012/2013, Fakultas Kedokteran,
Universitas Andalas Padang
3. Buku Manual Keterampilan Klinik Kedokteran Komunitas Identifikasi Masalah
Kesehatan (2015), Fakultas Kedokteran, Universitas Hassanudin, Makassar.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 26
TUGAS KELOMPOK

SKENARIO 3
DATA CAKUPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
PUSKESMAS X
TAHUN 2017
Masalah Pencapaian Target
Cakupan perawatan saluran akar 35% 50%
Cakupan penambalan tetap 80% 62,5%
Cakupan Penyuluhan UKGS 85% 100%
Cakupan Penjaringan Kesehatan Gigi 75% 100%
Cakupan Penyuluhan UKGM 65% 100%
Cakupan Sikat gigi bersama 30% 100%

SKENARIO 4
DATA CAKUPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
PUSKESMAS Y
TAHUN 2017
Masalah Pencapaian Target
Cakupan kunjungan Ibu Hamil K- 4. 74,5% 95%
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani. 62,5% 80%
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan 57,0% 90%
yang memiliki kompetensi kebidanan.
Cakupan Pelayanan Nifas 83,2% 90%
Cakupan Neonatus dengan komplikasi yang ditangani 46,3% 80%
Cakupan Kunjungan Bayi 71,5% 90%

SKENARIO 5
DATA CAKUPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
PUSKESMAS Z
TAHUN 2017
Masalah Pencapaian Target
Cakupan Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) 53% 100%
Cakupan pelayanan anak balita 73,5% 90%
Cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 63,7% 100%
– 24 bulan keluarga miskin
Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 73% 100%
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat 68% 100%
Cakupan peserta KB aktif 42,7% 70%

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 27
MODUL 2
ANTROPOMETRI

Dr. Helwiah Umniyati, drg., MPH

A. PENDAHULUAN:
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya
adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Nantinya mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan dan
menerapkan antropometri tersebut dalam praktek nyata di lapangan.

B. TUJUAN UMUM:
Mahasiswa mampu melakukan penilaian status gizi dengan menggunakan beberapa indeks
antropometri

C. TUJUAN KHUSUS:
Setelah skills lab ini mahasiswa diharapkan mampu:
✓ Mahasiswa mampu mengukur berat badan
✓ Mahasiswa mampu mengukur tinggi badan dan panjang badan
✓ Mahasiswa mampu menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)
✓ Mahasiswa mampu mengukur lingkar lengan atas
✓ Mahasiswa mampu mengukur lingkar perut

D. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN:

Alat: Bahan:
1. Kertas -
2. Timbangan
3. Meteran
4. LCD dan proyektor
5. Spidol

E. BENTUK KEGIATAN:
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk praktikum yang dilakukan setiap mahasiswa dan
di laporkan hasilnya ke instruktur yang bertugas.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 28
E. LANGKAH KEGIATAN:

Cara Mengukur Panjang Badan (Telentang)


• Pasang alat ukur panjang badan sesuai petunjuk
• Pilih lantai atau meja yang rata untuk meletakkan alat ukur. Boleh diberikan alas kain
yang tipis (tidak boleh terlalu tebal) dan rata karena jika terlalu tebal akan mengganggu
pada saat fiksasi alat geser dan validitas pengukuran.
• Posisi Panel bagian kepala harus berada di sebelah kiri pengukur. Posisi pembantu
pengukur berada di belakang panel bagian kepala.
• Lepas alas kaki, penutup kepala/topi/peci, kuncir rambut, pampers dari responden yang
akan diukur.
• Baringkan anak dengan puncak kepala menempel pada panel. Pembantu pengukur
memegang dagu dan pipi anak dari arah belakang panel bagian kepala. Garis imajiner
(dari titik cuping telinga ke ujung mata) harus tegak lurus dengan lantai tempat anak
dibaringkan.
• Pengukur memegang lutut anak agar kaki anak menempel ke meja.
• Gerakkan alat geser kearah telapak kaki anak. Posisi telapak kaki anak → rapat & tegak
lurus menempel pada alat geser. Lakukan dengan cepat dan segera kencangkan panel
geser, anak dapat diangkat dan pengukur dapat membaca hasil pengukuran.
• Baca hasil pengukuran panjang badan tepat di garis yang terdapat pada jendela baca
dan lakukan secara tegak lurus dengan mata pengukur.
• Bacakan dengan keras angka hasil pengukuran oleh petugas pengukur. Selanjutnya
angka hasil pengukuran disebutkan ulang oleh petugas pencatat. Jika sudah sesuai
dengan angka yang dibacakan oleh petugas pengukur maka Angka hasil pengukuran
dicatat pada kotak isian Tinggi Badan pada formulir

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 29
Posisi Pengukuran Panjang Badan

Posisi puncak kepala menempel pada panel statis


Garis imajiner (dari titik cuping telinga ke ujung mata) tegak lurus dengan lantai tempat anak
dibaringkan

Posisi kedua telapak kaki tegak lurus saat menempel rapat pada alat geser. Jika tidak
memungkinkan kedua telapak kaki anak menempel, maka cukup satu telapak kaki anak yang
tegak lurus menempel rapat pada alat geser.

• Posisi ideal pada saat pengukuran panjang badan


• Ibu dapat membantu memegang anak agar anak tidak rewel
• Menggerakkan alat geser dan membaca skala harus dilakukan dengan cepat karena
anak sering rewel dan bergerak

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 30
Penimbangan Berat Badan

Persiapan:
• Letakan alat timbang pada lantai yang keras dan datar
• Responden diminta MEMBUKA ALAS KAKI, JAKET, PAMPERS SERTA
MENGELUARKAN ISI KANTONG YANG BERAT SEPERTI KUNCI, HP, dll
• Responden disarankan tidak memakai bahan pakaian yang dapat menambah berat
badan→ JEANS atau WOLLS
• Aktifkan alat timbang dengan cara menekan tombol dibagian tengah belakang alat.
Tunggu sampai muncul angka 0.00 yang berarti alat timbang sudah siap untuk
digunakan.
• Responden diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat
timbang, tetapi TIDAK MENUTUPI JENDELA BACA. Responden bersikap tenang
(JANGAN BERGERAK-GERAK) dan kepala tidak menunduk (memandang lurus
kedepan).
2. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul, tunggu sampai angka tidak berubah
(STATIS) maka bacakan dengan keras angka hasil penimbangan oleh petugas
penimbang. Angka hasil penimbangan disebutkan ulang oleh petugas pencatat. Jika
sama dengan angka yang dibacakan oleh petugas penimbang →catat pada kotak isian
Berat Badan pada formulir
3. Hasil penimbangan ditulis 1 digit di belakang koma dengan cara pembulatan sebagai
berikut :
- Jika ≥ 00,05 dibulatkan ke atas → contoh : (72,05→ 72,1 kg), (72,35→ 72,4
kg)
- Jika < 00,05 dibulatkan ke bawah → contoh : (72,04→ 72,0 kg), (72,34→
72,3 kg)
4. Minta responden turun dari alat timbang.
5. Untuk menimbang responden berikutnya, ulangi prosedur 1 s/d 4

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 31
Prosedur Penimbangan Anak Yang Belum Bisa Berdiri Atau Tidak Mau Ditimbang
Sendiri

1. Mintalah ibu untuk membuka topi/tutup kepala, jaket, sepatu, kaos kaki atau asesoris
yang digunakan IBU maupun ANAK termasuk pampers yang digunakan oleh ANAK
2. Aktifkan alat timbang
3. Timbang ibu dari anak yang akan ditimbang (TANPA ANAK)
4. Perhatikan posisi kaki ibu tepat di tengah alat timbang
5. Catat angka yg terakhir minta ibu tetap di atas alat timbang kemudian gendong anak
oleh ibu. Angka statis yang terakhir muncul/tertera di timbangan adalah berat badan
anak yang ditimbang
6. Selanjutnya bacakan dengan keras angka hasil penimbangan oleh petugas penimbang.
Selanjutnya angka hasil penimbangan disebutkan ulang oleh petugas pencatat. Jika

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 32
sudah sesuai dengan angka yang dibacakan oleh petugas penimbang maka angka hasil
penimbangan dicatat pada kotak isian Berat Badan pada formulir.

Keterangan:
Alat timbang harus dikalibrasi.
Cara kalibrasi timbangan:
• Dpt dengan menggunakan Batu/anak timbangan dengan berat minimal 5 kg atau dapat
dengan air dalam kemasan botol. Siapkan 4 botol air kemasan 1,5 liter. Timbang ke-4
botol tsb. Kurangi isi salah satu botol sehingga beratnya 5 kg dan segel tutup botol .
Satukan ke-4 botol dg lakban
• Pada saat melakukan kalibrasi ke-4 botol harus dinaikkan ke atas timbangan secara
bersamaan
• Bila berat alat kalibrasi tersebut sudah berubah ±500 gram→ ganti semua baterai
• Apabila setelah baterai diganti hasil penimbangan memiliki perbedaan ±500 gram
maka alat timbangan berat badan tersebut harus diganti dengan yang baru
• Air dalam botol dan jerigen sebagai alat kalibrasi tidak boleh diganti!

MENENTUKAN Indeks Masa Tubuh (IMT)


Para klinisi sering menggunakan klasifikasi status gizi seseorang berdasarkan
perhitungan indeks masa tubuh (IMT) atau (Body Mass Index = BMI), yaitu membagi berat
badan (BB) dalam kg dengan tinggi badan (TB) dalam meter kuadrat (m2).
Rumus IMT :
Berat Badan (BB) (Kg)
{Tinggi Badan (TB ) (m)}2

IMT digunakan untuk menentukan status gizi orang dewasa diatas 18 tahun. Untuk klasifikasi
dipakai batas ambang sebagai berikut:

Tabel. Batas IMT orang Indonesia

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal 18,5-25,0
Gemuk Orang Asia (Indonesia) IMT >23
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0-27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 33
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Alat : Pita ukur/meteran dengan ketelitian 0,1 cm.
Persiapan:
• Pastikan pita ukur tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek.
• Responden diminta berdiri dengan tegak tetapi rileks, tidak memegang apapun serta
otot lengan tidak tegang.
• Pastikan apakah responden kidal atau bukan? →Tanyakan pada responden
• Jika responden tidak kidal maka yang diukur adalah lengan bagian kiri
Jika responden kidal maka yang diukur adalah lengan bagian kanan.

Prosedur Pengukuran:
Sebelum pengukuran, dengan sopan minta izin kepada responden bahwa petugas akan
menyingsingkan baju lengan kiri responden sampai pangkal bahu. Pengukuran dilakukan
dalam ruangan yang tertutup.
• Tentukan posisi pangkal bahu.
• Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan ke arah
perut.
• Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan menggunakan pita
ukur (lihat gambar), dan beri tanda dengan pulpen/spidol (sebelumnya dengan sopan
minta izin kepada responden)
• Selanjutnya responden diminta meluruskan lengannya ke bawah dan biarkan
menggantung bebas.
• Lingkarkan pita ukur sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan responden (di
pertengahan antara pangkal bahu dan siku).
• Pita ditarik dengan perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar.
• Baca angka yang ditunjukkan oleh ujung pita ukur (kearah angka yang lebih besar).
• Catat angka pembacaan.
Pengukuran tidak boleh terlalu ketat atau longgar.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 34
Keterangan:
Jika responden kidal atau lengan kiri lumpuh atau hanya mempunyai 1 lengan kanan saja maka
yang diukur adalah lengan kanan (beri keterangan pada kolom catatan pengumpul data).
Simpan pita ukur/meteran dengan baik, gulung kembali dengan cara menekan bagian tengah
alat ukur.

Pengukuran Lingkar Perut


Alat Ukur/meteran dengan ukuran maksimal 150 cm dan ketelitian 0,1 cm.

Persiapan Alat
Pastikan pita ukur tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek.

- Cek posisi angka 1 pada alat ukur

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 35
Prosedur Pengukuran Lingkar Perut

Tetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.

Tandai titik tersebut dengan spidol atau pulpen.

Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 36
Tetapkan titik tengah di antara titik tulang rusuk terakhir dengan titik ujung lengkung tulang
pangkal paha/panggul dan tandai titik tengah tersebut dengan spidol atau pulpen. Lakukan pada
kedua sisi perut responden

Minta responden untuk berdiri tegak dan bernapas dengan normal (respirasi normal)

Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/diambil dari titik tengah kemudian secara
sejajar/horizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju ke titik tengah diawal
pengukuran

Apabila responden mempunyai perut yang buncit ke bawah, lakukan pengukuran melewati
pusar responden lalu berakhir pada titik tengah tersebut lagi.
Ukur lingkar pinggang mendekati angka 0,1 cm

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 37
Hal yang perlu diperhatikan:
• Pengukuran lingkar perut yang benar dilakukan dengan menempelkan pita pengukur
langsung di atas kulit. PENGUKURAN DI ATAS PAKAIAN SANGAT TIDAK
DIBENARKAN.
• Apabila responden tidak bersedia membuka atau menyingkap pakaian bagian atasnya,
pengukuran dengan menggunakan pakaian yang sangat tipis (kain nilon, silk dll)
diperbolehkan dan beri catatan pada kuesioner.
• Apabila responden tetap menolak untuk diukur, pengukuran lingkar perut tidak boleh
dipaksakan dan beri catatan pada kuesioner.
• Pita ukur tidak boleh melipat pada saat pengukuran lingkar perut dilakukan
• Catat hasil ukur

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 38
MODUL 3
INDEKS DMFT - DMFS

Dr. Helwiah Umniyati, drg., MPH

A. PENDAHULUAN:
Indeks adalah salah satu instrumen pengukuran yang sering digunakan untuk mengukur suatu
masalah kesehatan gigi dan mulut. Indeks DMFT- DMFS digunakan untuk mengukur jumlah
karies koronal gigi permanen decayed-missing-filled-teeth (DMFT) sedangkan decayed-
missing-filled-surfaces (DMFS) meliputi lima permukaan pada gigi posterior yaitu fasial,
lingual, mesial, distal, dan oklusal serta empat permukaan pada gigi anterior yaitu fasial,
lingual, mesial, dan distal dengan total 88 permukaan. Indeks DMF digunakan dalam survey
kesehatan gigi dan mulut dan menjadi penilaian standar (gold standar) di banyak negara

B. TUJUAN UMUM:
Mahasiswa mampu menetapkan dan menggunakan indikator indeks DMFT- DMFS yang tepat untuk
identifikasi masalah kesehetan gigi dan mulut.

C. TUJUAN KHUSUS:
Setelah skills lab ini mahasiswa diharapkan mampu:
✓ Mahasiswa mengetahui definisi indeks DMFT dan DMFS
✓ Mahasiswa mengetahui tujuan dan manfaat pemakaian indeks DMFT dan DMFS
✓ Mahasiswa mampu menghitung Indeks DMFT- DMFS
✓ Mahasiswa mampu mengartikan dan menarik kesimpulan hasil penghitungan indeks
DMFT- DMFS

D. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN:


Alat: Bahan:
1. Dental instrument standar 1. Masker -
2. Alat tulis 2. Sarung tangan
3. Kalkulator
4. Kertas
5. Model gigi

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 39
E. BENTUK KEGIATAN:
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk praktikum yang dilakukan setiap mahasiswa dan
di laporkan hasilnya ke instruktur yang bertugas.

E. LANGKAH KEGIATAN:
Indeks DMFT
Karies gigi adalah penyakit mikroba yang progresif dan ireversibel mengenai bagian keras gigi.
Ini adalah penyakit kronis paling umum yang menyerang individu di seluruh dunia. Manifestasi
dari karies akan menetap walaupun lesi sudah diobati. Biasanya karies dimulai segera setelah
gigi erupsi. Karies terjadi pada semua orang tidak pandang gender, ras, usia, dan kelompok
sosial ekonomi.
1. Indeks digunakan untuk karies koronal.
- Gigi permanen. (DMFT, DMFS)
- Gigi sulung. (deft, defs)
2. Indeks digunakan untuk karies akar.

Indeks gigi permanen:


Decayed-Missing-Filled Index (DMF) adalah indeks yang diperkenalkan oleh Klein, Palmer
dan Knutson pada tahun 1938 dan dimodifikasi oleh WHO:
✓ DMF (DMFT) yang mengukur prevalensi karies gigi.
✓ DMF surfaces index (DMFS) yang mengukur tingkat keparahan karies gigi.

Komponen-komponen DMFT:
Komponen D:
Digunakan untuk mendeskripsikan (Decayed teeth) yang meliputi:
1. Gigi karies.
2. Gigi yang telah ditambal mengalami karies baru di sisi lain.
3. Hanya sisa akar.
4. Tumpatan yang mengalami secondary karies.
5. Tumpatan sementara.

Komponen M:
Digunakan untuk menggambarkan hilangnya gigi karena karies, kasus lain harus
dikecualikan adalah:
1. Gigi yang diekstraksi karena alasan lain selain karies seperti:
- untuk perawatan Ortodontik atau karena impaksi.
- Penyakit periodontal.
- Gigi yang tidak erupsi.
- Hilang kongenital
- Gigi lepas karena trauma atau kecelakaan.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 40
Komponen F:
Digunakan untuk menggambarkan gigi yang telah ditumpat karena karies. Gigi dianggap
ditumpat tanpa ada karies ketika ada satu atau lebih restorasi permanen dan tidak ada karies
sekunder (berulang) atau area lain dari gigi dengan karies primer. Gigi dengan mahkota (crown)
yang disebabkan karena karies dicatat dalam kategori ini. Gigi yang direstorasi karena alasan
selain karies gigi harus dikecualikan, yang meliputi:
1. Trauma (fraktur).
2. Hipoplasia (tujuan kosmetik).
3. Bridge abutment (retensi).
4. Perawatan saluran akar karena trauma.
5. Fissure sealant.
6. Preventif filling

Catatan :
Gigi yang tidak dimasukkan dalam indeks DMF adalah:
1. Gigi supernumerary.
2. Molar ketiga menurut Klein, Palmer dan Knutson saja.

Keterbatasan - Indeks DMF dapat menjadi tidak valid pada orang tua atau pada anak-anak
karena indeks dapat overestimate catatan karies.
Prinsip dan aturan dalam pencatatan kodeDMFT:
1. Satu gigi yang memiliki beberapa restorasi tetapi dihitung sebagai satu gigi dengan F.
2. Satu gigi yang sudah direstorasi pada satu permukaan dan karies di sisi yang lain,
dihitung sebagai komponen D.
3. Tidak ada gigi yang harus dihitung lebih dari sekali, D M F atau sound.

Indeks DMFS
1. Setiap gigi dicatat sebagai 4 permukaan untuk gigi anterior dan 5 permukaan untuk
gigi posterior.
2. Retensi akar dicatat sebagai 4 D untuk gigi anterior, 5 D untuk gigi posterior.
3. Gigi yang hilang dicatat sebagai 4 M untuk gigi anterior, 5 M untuk gigi posterior.
4. Gigi dengan mahkota (crown) dicatat sebagai 4 F untuk gigi anterior, 5 F untuk gigi
posterior.

Perhitungan DMFT \ DMFS:


✓ Untuk individu
✓ Untuk populasi

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 41
DMF = D + M + F

Rata-rata (mean) DMFT = Total DMF


Jumlah Total subyek yang diperiksa

Skor maksimum:
1. DMFT = 32
2. DMFS = (anterior) 12 * 4 + (posterior) 20 * 5
= 48 + 100 = 148 atau 128
Skor minimum = Nol

Indeks gigi primer/Sulung


1. dmft / dmfs
Skor maksimum: dmft = 20, dmfs = 88
2. deft / defs, yang diperkenalkan oleh Gruebbel pada tahun 1944
d = gigi dengan karies (decayed tooth)
e = gigi dengan karies (decayed tooth) indikasi pencabutan (ekstraksi)
f = gigi dengan tambalan (filled tooth)

def = d + e + f

Gigi campuran/Mixed Dentition


1. Setiap anak diberi indeks terpisah, satu untuk gigi permanen dan satu lagi untuk gigi
sulung.
2. Informasi dari indeks karies gigi dapat diturunkan untuk menunjukkan:
a. Jumlah orang yang terkena karies gigi (%).
b. Jumlah permukaan dan gigi dengan karies sebelumnya dan sekarang (DMFT /
dmft - DMFS / dmfs).
c. Jumlah gigi yang memerlukan perawatan, hilang karena karies, dan telah ditambal
(DT / dt, MT / mt, FT / ft).

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 42
Cara membedakan antara gigi yang hilang karena karies dan karena lepas/tanggal
(eksfoliasi)?
1. Berdasarkan usia pasien dilihat apakah usia sudah dekat dengan waktu tanggal gigi
atau tidak.
2. Bentuk ridge yang cekung pada gigi yang hilang karena karies dan lurus pada gigi
yang tereksfoliasi dan gigi penggantinya mungkin dapat terlihat.
3. DMF / dmf indeks lebih tinggi dihubungkan dengan gigi yang hilang karena karies
4. Terutama yang berdekatan dan gigi kontra lateral (adjacent and the contra lateral
teeth).
5. Kebersihan mulut yang buruk terutama berhubungan dengan gigi karies.

Cara membedakan antara gigi yang hilang karena karies dan karena perawatan ortodontik
1. Berdasarkan jenis gigi, dalam perawatan ortho kebanyakan gigi harus diekstraksi adalah
4,5 / c, d sementara pada gigi yang hilang karena karies dapat gigi apa saja yang terlibat.
2. Bilateral dan/atau berlawanan gigi yang hilang umumnya terkait dengan perawatan
ortho, sedangkan gigi yang hilang karena karies tidak harus.
3. DMF/dmf indeks lebih tinggi dalam hubungan dengan gigi yang hilang karena karies
terutama berdekatan dan gigi kontra lateral dengan kebersihan mulut yang buruk
terutama terkait dengan gigi karies.
4. Crowding atau penggunaan alat dapat dilihat pada perawatan ortho.

Root Caries Index (RCI)


RCI diperkenalkan oleh Katz pada tahun 1979:
RCI didasarkan pada persyaratan bahwa resesi gingiva harus terjadi sebelum lesi permukaan
akar dimulai. Oleh karena itu, hanya gigi dengan resesi gingiva yang diperiksa.
1. Semua gigi diperiksa baik pada rahang atas maupun rahang bawah.
2. Untuk mendapatkan RCI, masing-masing dari empat permukaan mesial, distal, bukal
(labial), dan lingual, dari akar diperiksa untuk satu gigi.
3. Ketika beberapa jenis permukaan akar terpapar, permukaan akar yang paling parah
terkena dicatat untuk gigi itu.

Perhitungan RCI:
RCI = (R-D) + (R-F) *100
(R-D) + (R-F) + (R-N)

(R-D) adalah jumlah permukaan akar dengan karies.


(R-F) adalah jumlah permukaan akar yang memiliki tumpatan permanen.
(R-N) adalah jumlah permukaan akar yang tdk mengalami kelainan (sound).

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 43
MODUL 4
PEMBUATAN
LARUTAN KUMUR FLUORIDE

Lisa Prihastari, drg., M. Kes

A. PENDAHULUAN:
Meskipun selalu dilakukan pengembangan metode untuk menurunkan jumlah bakteri pada gigi
dengan cara mekanis atau mengurangi aktivitas kariogenik dengan bahan kimia, tetapi
penggunaan fluor yang tepat masih merupakan cara yang terbaik dalam menanggulangi karies
gigi. Fluoride telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Cara penggunaan fluor dapat
dibagi menjadi dua, yaitu secara sistemik dan topikal antara lain dengan fluoridasi air minum,
pasta gigi dan obat kumur mengandung fluor, pemberian tablet fluor, serta topikal varnis.
Tujuan penggunaan fluor dalam bidang kedokteran gigi adalah untuk melindungi gigi dari
karies. Prinsip kerja fluor adalah meningkatkan resistensi email terhadap asam pada plak gigi
yang dihasilkan oleh bakteri plak. Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri
plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksi apatit pada enamel
menjadi fluor apatit. Pada keterampilan klinik ini, mahasiswa akan diperkenalkan langkah-
langkah melakukan pembuatan larutan kumur fluor dengan dosis yang tepat. Nantinya
mahasiswa diharapkan dapat melaksanakan dan menerapkannya dalam praktek nyata di
lapangan.

B. TUJUAN UMUM:
Mahasiswa mampu melakukan pembuatan larutan kumur fluor sebagai tindakan preventif
karies gigi di masyarakat.

C. TUJUAN KHUSUS:
Setelah skills lab ini mahasiswa diharapkan mampu:
✓ Mahasiswa mampu menghitung dosis yang tepat untuk pembuatan larutan kumur
fluor pada anak-anak dan dewasa
✓ Mahasiswa mampu melakukan langkah-langkah pembuatan larutan fluor

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 44
D. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN:

Alat: Bahan:
1. Gelas ukur 1. Aquades
2. Timbangan bubuk 2. Tablet atau bubuk fluoride
3. Gelas 3. Tissue
4. LCD dan proyektor

E. BENTUK KEGIATAN:
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok dengan instruktur disertai praktek
pembuatan larutan fluor kemudian presentasi. Pada minggu pertama mahasiswa melakukan
diskusi kelompok berdasarkan 4 skenario yang diberikan kemudian mempraktekan langkah-
langkah pembuatan fluor untuk komunitas serta mendokumentasikannya dalam bentuk video
kemudian dibuat laporannya untuk dip4sentasikan. Selanjutnya, pada minggu ke- 2 masing-
masing kelompok memngumpulkan laporan sekaligus mempresentasikan hasil diskusinya
didepan para instruktur dan kelompok lain

F. LANGKAH KEGIATAN
1. Dosis Larutan Fluoride

Flouride mouthrinse program dapat dilakukan setiap hari, seminggu sekali atau
dua kali seminggu. Bentuk program ini adalah dengan kumur-kumur dengan larutan
flouride. Program ini dapat menurunkan prevalensi kasus karies gigi sekitar 20%- 50%.
Kumur-kumur dengan flouride dapat menggunakan larutan sodium flouride (NaF),
stannous flouride (SnF2), atau acidulated phosphate flouride (APF).

Gambar. Program kumur fluor di sekolah di Negara Ohio

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 45
Lebih sering dipakai larutan sodium flouride karena harganya relatif lebih murah.
Kumur-kumur flouride ini dilakukan selama 1 menit. Untuk usia dewasa, berkumur
dengan larutan flouride sebanyak 15 ml, sedangkan larutan flouride untuk anak
kelas 1-kelas 12 sebanyak 10 ml, dan anak-anak usia TK sebanyak 12-15 ml.
Program ini tidak dapat di lakukan untuk anak usia di bawah 4 tahun sebaiknya tidak
diberikan kumur-kumur flouride karena pada usia tersebut mereka belum memiliki
kemampuan berkumur yang baik. Menurut penelitian yang di lakukan oleh The
National Institute of Dental Research terjadi penurunan prevalensi karies untuk anak
TK sampai kelas 6 sebanyak 54% setelah dilakukan kumur-kumur flouride seminggu
sekali menggunakan 0,2% larutan sodium flouride.
Prosedur program ini adalah anak-anak di sekolah di berikan gelas kecil yang berisi
larutan flouride dan serbet/tissue. Lalu anak di minta untuk kumur-kumur flouride
selama 1 menit, lalu buang larutan kumur itu ke dalam gelas kertas. Lalu setelah itu,
anak di intruksikan untuk mengelap mulut mereka menggunakan serbet/tissue. Program
ini diawasi oleh guru, orang tua, dan perawat sekolah.

Adapun cara penghitungan dosis larutan fluor sebagai berikut:


1. Tentukan terlebih dahulu usia subyek komunitas yang akan mendapatkan program
berkumur fluoride.
Dosis fluor untuk anak-anak dengan Larutan NaF 0,2% berbeda dengan dosis
orang dewasa
2. Tentukan jumlah berapa target subyek komunitas yang akan mendapatkan
program berkumur fluoride.
Seberapa banyak jumlah anak atau dewasa yang akan berkumur mempengaruhi
penghitungan dosis fluor
3. Tentukan berapa kali waktu program berkumur fluor akan diberikan.
Dosis larutan fluor yang diberikan setiap hari berbeda dengan yang hanya
diberikan seminggu sekali atau dua kali seminggu

Gambar 2. Larutan Fluoride dalam Kemasan Botol Siap Pakai

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 46
Contoh 1:
Mahasiswa FKG Universitas YARSI akan mengadakan program kumur fluor untuk
siswa kelas 1 SD sebanyak 50 anak untuk sekali seminggu. Berapa dosis larutan fluor
yang harus dibuat mahasiswa tersebut?
Jawaban :
- Usia target adalah anak-anak kelas 1 SD → setiap anak mendapatkan 10 ml larutan
fluoride
- Jumlah peserta adalah 50 anak → total membutuhkan 10 ml x 50 anak = 500ml
aquades
- Larutan fluor diberikan seminggu sekali→ memakai kadar NaF 0,2%
Sehingga jumlah bubuk fluor yang dibutuhkan adalah
0,2% x 500 ml = 1 gram

Contoh 2:
Mahasiswa FKG Universitas YARSI akan mengadakan program kumur fluor setiap
hari untuk orang dewasa sebanyak 20 orang. Berapa dosis larutan fluor yang harus
dibuat mahasiswa tersebut?
Jawaban :
- Usia target adalah orang dewasa → setiap orang mendapatkan 15 ml larutan fluoride
- Jumlah peserta adalah 20 orang → total membutuhkan 15 ml x 20 orang = 300 ml
aquades
- Larutan fluor diberikan setiap hari → memakai kadar NaF 0,05%
Sehingga jumlah bubuk fluor yang dibutuhkan adalah
0,05% x 300 ml = 0,15 gram

Contoh 3:
Mahasiswa FKG Universitas YARSI akan mengadakan program kumur fluor setiap dua
minggu sekali untuk anak TK sebanyak 30 orang. Berapa dosis larutan fluor yang harus
dibuat mahasiswa tersebut?
Jawaban :
- Usia target adalah anak-anak TK ( 5-6tahun) → setiap orang mendapatkan 12 ml
larutan fluoride
- Jumlah peserta adalah 30 anak → total membutuhkan 12 ml x 30 orang = 360 ml
aquades
- Larutan fluor diberikan 2 kali semimggu → memakai kadar NaF 0,2 %
Sehingga jumlah bubuk fluor yang dibutuhkan adalah
0,2% x 360 ml = 0,72 gram
Karena dipakai untuk dua kali seminggu maka
0,72 : 2 = 0,36 gram untuk setiap satu kali pelaksanaan kegiatan berkumur

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 47
2. Langkah- Langkah Pembuatan Larutan Fluoride
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Gunakan masker dan sarung tangan
3. Setelah melakukan penghitungan dosis jumlah bubuk fluoride yang dibutuhkan
maka dilakukan penimbangan bubuk sodium fluoride 2% pada timbangan bubuk.
Gambar. Penimbangan bubuk fluoride

4. Menghitung volume aquades yang dibutuhkan pada gelas ukur

Gambar. Menuangkan aquades dalam gelas ukur

5. Mencampur bubuk yang sudah ditimbang dengan aquades pada gelas beker
kimia dengan pengaduk hingga bubuk fluoride tercampur dengan rata
6. Setelah tercampur dituang sebanyak masing-masing 10ml/ 15 ml kedalam gelas
kecil
7. Pasien atau subyek di instruksikan untuk berkumur selama 30 detik – 1 menit dan
melap menggunakan tissue. Pasien dilarang minum atau makan sampai kurang
lebih 30 menit setelah berkumur.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 48
Daftar Pustaka:

1. Ohio Department of Health Bureau of Community Health Services Oral Health


Section (2011). Fluoride Mouthrinse Program Manual.
2. Featherstone, J.D.B., 2000, The Science and Practice of Caries Prevention, The
Journal of The American Dental Association,131:888-892
3. Angela, A. 2005. Pencegahan Primer Pada Anak Yang Berisiko Karies Tinggi. Maj.
Ked. Gigi. (Dent. J.), Vol. 38. No. 3.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 49
TUGAS KELOMPOK

SKENARIO 1
Mahasiswa FKG Universitas YARSI akan mengadakan program kumur fluor untuk siswa kelas
4-6 SD sebanyak 100 anak untuk dua kali seminggu. Berapa dosis larutan fluor yang harus
dibuat mahasiswa tersebut?

SKENARIO 2
Seorang dokter gigi puskesmas X akan mengadakan program kumur fluor setiap hari untuk
remaja SMA usia 16-18 tahun sebanyak 240 anak. Berapa dosis larutan fluor yang harus dibuat
dokter gigi tersebut?

SKENARIO 3
Seorang dokter gigi puskesmas Y akan mengadakan program kumur fluor setiap seminggu
sekali untuk anak-anak TK usia 5-6 tahun sebanyak 75 anak. Berapa dosis larutan fluor yang
harus dibuat dokter gigi tersebut?

SKENARIO 4
Seorang dokter gigi puskesmas Z akan mengadakan program kumur fluor setiap seminggu
sekali untuk penduduk kelurahan usia 20-34th sebanyak 150 orang. Berapa dosis larutan fluor
yang harus dibuat dokter gigi tersebut?

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 50
MODUL 5
WHO BASIC ORAL HEALTH SURVEY

Lisa Prihastari, drg., M. Kes

A. PENDAHULUAN:
Tenaga kesehatan gigi di puskesmas yang terdiri dari dokter gigi dan perawat gigi adalah ujung
tombak pelayanan kesehatan gigi masyarakat, yang tugas utamanya menyelenggarakan
pelayanan kesehatan gigi yang profesional dan melakukan upaya pencegahan berbagai
penyakit gigi di masyarakat secara simultan. Upaya pencegahan ini tidak akan efektif dan
efisien jika tidak didukung oleh data-data epidemiologi yang memadai, oleh karena itu seorang
dokter gigi juga dituntut harus mampu menguasai dan melaksanan survey epidemiologi untuk
mendapatkan gambaran tentang distribusi dan frekuensi serta faktor- faktor resiko yang
mempengaruhi penyakit gigi dan mulut yang ada di daerahnya. WHO (World Health
Organization ) telah membuat panduan mengenai survey kesehatan gigi dan mulut berstandar
untuk dokter gigi di seluruh dunia yang nantinya akan menjadi basis data yang valid. Pada
keterampilan klinik ini, mahasiswa akan dilatih untuk melakukan pemeriksaan survey
kesehatan gigi dan mulut berstandar WHO.

B. TUJUAN UMUM:
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan gigi-mulut dan uji kalibrasi inter examiner
berstandar WHO Basic Oral Health Survey.

C. TUJUAN KHUSUS:
Setelah skills lab ini mahasiswa diharapkan mampu:
✓ Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, tujuan, macam pemeriksaan dan tugas dari
masing-masing personil di WHO Basic Oral Health Survey
✓ Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kesehatan geligi berstandar WHO Basic
Oral Health Survey
✓ Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan periodontal ( BOP dan poket ) berstandar
WHO Basic Oral Health Survey
✓ Mahasiswa mampu melakukan uji kalibrasi inter examiner menggunakan data
pemeriksaan WHO Basic Oral Health Survey

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 51
D. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN:

Alat: Bahan:
1. Kaca mulut 1. Elemen gigi sulung dan permanen
2. Probe WHO 2. Model gigi
3. Senter 3. Gips putih
4. Alat tulis
5. Laptop

E. BENTUK KEGIATAN:
Pada minggu pertama untuk memahami WHO Basic Oral Health Survey setiap mahasiswa
didepan instruktur yang bertugas diminta menjelaskan definisi, tujuan, macam pemeriksaan
dan tugas dari masing-masing personil didalamnya. Kemudian mahasiswa juga memperagakan
tugas examinator survey dan menulis skor hasil pemeriksaan model gigi yang benar pada kertas
status.
Selanjutnya, pada minggu kedua setiap kelompok mahasiswa melakukan uji kalibrasi inter
examiner dari hasil pemeriksaan balok gigi menggunakan SPSS.

F. LANGKAH KEGIATAN

1. Pemeriksaan WHO Basic Oral Health Survey

Definisi dan Tujuan


Definisi
Survey untuk mengumpulkan data dan informasi dasar tentang masalah, kelainan atau
penyakit yang ditemukan pada gigi dan mult berdasarkan standar WHO

Tujuan WHO Basic Oral Health Survey :


- Mengetahui status kesehatan masyarakat lewat distribusi dan keparahan penyakit
- Mengetahui kebutuhan perawatan dan kebutuhan preventif-promotif dimasyarakat
- Mengetahui perilaku kesehatan gigi dan mulut di masyarakat

Tahap Pelaksanaan WHO Basic Oral Health Survey :


- Persiapan Umum : perijinan, membuat log book dan penelitian pendahuluan
- Pembagian tugas dan pengorganisasian kerja
- Persiapan alat dan bahan
- Kontrol Infeksi
- Persiapan Area/lokasi Pemeriksaan dan posisi pasien
- Sumber Pencahayaan (indoor/outdoor), penataan dan pemilihan tempat jauh dari
kebisingan

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 52
Bagian Tim WHO Basic Oral Health Survey :
- Stase 1 terdiri dari petugas registrasi
- Stase 2 terdiri dari pemeriksa, pencatat, dan petugas logistic
- Stase 3 terdiri dari pewawancara
- Stase 4 terdiri dari petugas verifikasi

Macam-Macam Pemeriksaan penyakit WHO Basic Oral Health Survey :


- Status gigi geligi (karies, tambalan, gigi hilang, dll)
- Status periodontal ( Bleeding on probing, poket, Loss of attachment)
- Enamel Fluorosis, dental erosion, traumatic dental injuries
- Lesi mukosa oral
- Denture status (protesa)

Pemeriksaan Geligi
Pada WHO Basic Oral Health Survey kriteria untuk mendiagnosis status gigi dan
pengkodeannya, sebagai berikut:

Tabel. Kode pemeriksaan status gigi sulung dan permanen

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 53
Pemeriksaan ini menggunakan Probe khusus yaitu Probe WHO community periodontal
index bukan menggunakan sonde ataupun eskavator. Berikut gambar dari probe WHO:

Gambar. Probe WHO community periodontal index

Penjelasan kode pemeriksaan sebagai berikut:

KODE 0 (A) Sound crown →Mahkota Sehat


✓ Tidak menunjukkan karies baik yang sudah dirawat maupun tidak dirawat.
✓ White atau chalky spots; diskolorasi atau rough spot yang tidak terasa lunak ketika
disentuh menggunakan probe CPI.
✓ Pit atau fisura enamel stained yang tidak memiliki kavitas atau permukaan yang
lunak ketika disentuh menggunakan probe CPI.
✓ Area yang gelap, keras, shiny pada enamel → menunjukkan enamel fluorosis
dalam tahap sedang sampai berat.
✓ Lesi yang disebabkan oleh abrasi.
Sound root → Akar sehat
Akar dapat dikatakan sehat ketika akar yang terekspos tidak menunjukkan adanya
karies baik yang sudah diberikan perawatan maupun tidak.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 54
KODE 1 (B) Carious crown → Mahkota Karies
✓ Terdapat lesi pada pit and fissure.
✓ Permukaan gigi yang lunak.
✓ Adanya kavitas yang jelas.
✓ Undermined enamel.
✓ Ada tumpatan sementara atau tambalan dan memiliki karies.
✓ Kalo cuma akar yang tersisa, mahkota gigi hilang akibat karies.
Carious root →Akar karies
✓ Adanya lesi yang terasa lunak ketika disentuh menggunakan probe CPI.
✓ Jika lesi karies pada akar tidak melibatkan mahkota, maka hanya dicatat sebagai
karies akar.
✓ Jika terdapat lesi karies pada mahkota dan akar, area asal lesi harus dicatat sebagai
decayed site. Namun jika area asal lesi sulit diidentifikasi, mahkota dan akar dicatat
sebagai decayed.
✓ Umumnya, karies akar tidak dinilai pada anak-anak dan dewasa muda.

KODE 2 (C) Filled crown, with caries → Mahkota ditumpat disertai Karies
✓ Terdapat satu atau lebih restorasi permanen dan 1 atau lebih area yang decayed.
✓ Tidak ada perbedaan antara karies primer dan sekunder.
Filled root, with caries. → Akar ditumpat disertai Karies
✓ Jika terdapat satu atau lebih restorasi permanen dan satu atau lebih area yang
decayed.
✓ Jika restorasi melibatkan mahkota dan akar dengan karies sekunder, area asal dari
lesi karies primer dicatat sebagai filled with caries. Namun jika sulit diidentifikasi,
akar dan mahkota dicatat sebagai filled with caries

KODE 3 (D) Filled crown, with no caries →Mahkota ditumpat tanpa Karies
✓ Adanya satu atau lebih restorasi permanen, tidak terdapat karies di sekitar
mahkota.
✓ Gigi yang telah direstorasi akibat karies.
Filled root, with no caries → Akar ditumpat tanpa karies
✓ Adanya satu atau lebih restorasi permanen dan tidak terdapat karies pada akar.
✓ Jika restorasi melibatkan mahkota dan akar, asal lesi karies primer dicatat sebagai
filled. Jika tidak teridentifikasi, mahkota dan akar dicatat sebagai filled.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 55
KODE 4 (E) Missing tooth, due to caries.
✓ Kode ini digunakan untuk gigi sulung atau gigi permanen yang telah diekstraksi
karena karies.
✓ Untuk gigi sulung yang hilang, skor ini hanya digunakan jika eksfoliasi normal
seharusnya belum terjadi.
✓ Gigi yang hilang bukan karena karies tidak termasuk dalam kode ini.

KODE 5 (-) Permanent tooth missing due to any other reason.


✓ Kode ini digunakan untuk gigi permanen yang hilang secara kongenital,
✓ diekstraksi untuk alasan ortodontik atau karena penyakit periodontal, trauma, dan
lain-lain.
✓ Catatan: kalo akarnya dikasih kode 5, nah pas bagian mahkotanya dikasih kode 7
atau 9

KODE 6 (F) Fissure sealant.


✓ Kode ini digunakan untuk gigi yang telah diberikan fissure sealant pada permukaan
oklusal, dalam pit atau untuk gigi yang occlusal fissure telah diperbesar
menggunakan rounded atau flame shaped, dan diletakkan material komposit.
✓ Jika gigi dengan sealant memiliki karies, dicatat dengan kode 1 atau B.

KODE 7 (G) Fixed dental prosthesis abutment, special crown or veneer.


✓ Kode ini digunakan dibawah status koronal untuk mengindikasikan gigi yang
menjadi bagian dari fixed bridge abutment.
✓ Gigi yang diberikan crown atau veneer, tidak terdapat karies atau restorasi di area
tersebut.
✓ Kode ini digunakan dibawah status akar apabila terdapat implan yang berperan
sebagai abutment.

KODE 8 (-) Unerupted tooth (crown).


✓ Klasifikasi ini hanya terbatas untuk gigi permanen dan digunakan hanya untuk
ruang gigi dengan gigi permanen yang tidak erupsi.
✓ Gigi dinilai tidak erupsi dan tidak berhubungan dengan karies.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 56
✓ Kategori ini tidak termasuk kehilangan gigi secara kongenital, atau gigi yang
hilang akibat trauma dan lain-lain.
Unexposed root.
✓ Kode ini mengindikasikan bahwa permukaan akar tidak terekspos, tidak terdapat
resesi gingiva melewati CEJ.

KODE 9 (-) Not recorded.


✓ Kode ini digunakan untuk gigi permanen yang tidak erupsi yang tidak dapat
diperiksa karena alasan tertentu seperti perawatan ortodontik, severe hypoplasia,
dan lain-lain.

Keterkaitan kode-kode tersebut dengan indeks DMFT/dmft dan DMFS/dmfs


adalah :
1. Komponen D (decayed) : merupakan kondisi gigi pada kode 1 atau 2.
2. Komponen M (missing) : merupakan kondisi gigi pada kode 4 untuk usia ˂ 30
tahun atau kode 4 dan 5 untuk usia ≥ 30 tahun.
3. Komponen F (filling) : merupakan kondisi gigi pada kode 3.
4. Gigi dengan kode 6 (pit & fissure sealant) dan 7 (GTC, Abutment, crown, dan
veneer bukan karena karies) tidak termasuk dalam penilaian indeks DMFT.
5. Pada gigi sulung, penghitungan dmft menggunakan metode yang sama
berdasarkan kode data A, B, C, D, dan E.

Pemeriksaan BOP dan Poket Periodontal


Indikator dalam pemeriksaan status periodontal yaitu perdarahan gingiva dan poket
periodontal. Pemeriksaan dilakukan menggunakan probe metal CPI dengan ball tip 0,5
mm, dengan blackband antara 3,5 dan 5,5 mm, dan terdapat ring pada 8,5 dan 11,5 mm
dari ball tip.

Pemeriksaan perdarahan gingiva dan poket periodontal :


Tekanan dalam pemeriksaan tidak boleh >20 gram, cara mengetahuinya dengan
menekan bawah dengan kuku sampai berwarna putih, atau pemeriksa menggunakan
cermin kemudian menekan sulkus gingivanya. kalo pasien merasakan sakit saat
pemeriksaan menandakan bahwa tekanan yang diberikan berlebihan.
Pemeriksaan dimulai dari permukaan distobukal M2 kemudian paralel mengikuti
sumbu gigi hingga menuju mesial gigi M2. Prosedur yang sama dilakukan untuk
permukaan lingual, dimulai dari permukaan distolingual M2. Pemeriksaan poket
periodontal tidak dilakukan pada anak dibawah usia 15 tahun.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 57
Tabel… Kode Skoring pemeriksaan periodontal

Gambar skoring berdasarkan kedalaman probe WHO yang masuk

Daftar Pustaka:

1. World Health Organization (WHO). 2013. Oral health survey basic methode 5th
edition.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 58
Macam Elemen gigi yang dikumpulkan mahasiswa:
1. Gigi dewasa mahkota sehat (Regio Bebas)
2. Gigi dewasa Mahkota Karies
3. Gigi dewasa Akar karies
4. Gigi dewasa Akar sehat
5. Gigi dewasa dengan tambalan mahkota
6. Gigi dewasa dengan tambalan akar
7. Gigi dewasa dengan tambalan mahkota diserta karies
8. Gigi sulung mahkota sehat
9. Gigi sulung mahkota karies
10. Gigi sulung mahkota dengan tambalan

✓ Setiap mahasiswa wajib mengumpulkan 6 elemen gigi yang terdiri dari gigi sulung dan
gigi permanen yang sebelumnya telah di setujui oleh instruktur dosen IKGM
✓ Tanamlah elemen gigi yang sudah disetujui tersebut dalam balok gips putih dengan
ukuran p x l x t = 4 cm x 4 cm x 4 cm

Tabel Nilai Penanaman Elemen Gigi


Kriteria Tanggal disetujui & Nilai &
No Elemen Gigi Penanaman Elemen Paraf instruktur
Paraf instruktur
Exposed/
1 Non Exposed*
Exposed/
2 Non Exposed*
Exposed/
3
Non Exposed*
Exposed/
4 Non Exposed*
Exposed/
5 Non Exposed*
Exposed/
6 Non Exposed*

RATA-RATA NILAI = TOTAL NILAI =


6
*Coret salah satu (instruktur ikgm yg mencoret)

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 59
2. Uji Kalibrasi Inter Examiner
Uji Kalibrasi inter examiner digunakan untuk mengetahui persetujuan dan standar
hasil pemeriksaan dari examiner yang berbeda-beda, teruatama untuk membadingkan
hasil pemeriksaan antara gold standar dengan examiner yang lain. Uji kalibrasi
dihitung menggunakan uji statistik cohen kappa baik dengan cara:
1. Manual
2. Online
3. dan SPSS

Menghitung nilai kappa secara manual


menggunakan rumus yang sebelumnya dibuat berdasarkan tabel di bawah ini:

Tabel kalkulasi nilai kappa pada pemeriksaan karies gigi


Examiner 2 Gold Standart/examiner 1
Sound Carious Total
Sound a c a+c
Carious b d b+d
Total a+b c+d a+b+c+d

Keterangan:
a : proporsi gigi yang oleh kedua pemeriksa dikatakan sehat (sound)
b : proporsi gigi yang oleh pemeriksa 1/ gold standart dikatakan sehat (sound)
tetapi pemeriksa 2 mengatakan karies (carious)
c : proporsi gigi yang oleh pemeriksa 1/ gold standart dikatakan karies (carious)
tetapi pemeriksa 2 mengatakan sehat (sound)
d : proporsi gigi yang oleh kedua pemeriksa dikatakan karies (carious)

kemudia nilai kappa dihitung dengan rumus :

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 60
Keterangan :
Po = Proporsi kesepakatan yang diobservasi (a + d)
Pe = Proporsi kesepakatan yang bisa diharapkan karena peluang, untuk gigi sehat
(a + c) x (a + b) dan gigi karies (b + d) x (c +d)

Menghitung Nilai Kappa secara Online:


Dengan menggunakan aplikasi kappa yang disediakan secara online yaitu
• https://idostatistics.com/cohen-kappa-free-calculator/#risultati
• https://www.easycalculation.com/statistics/cohens-kappa-index.php
• http://vassarstats.net/kappa.html

Gambar tampilan Kappa online www.idostatistics.com

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 61
Gambar Hasil pengolahan kappa online

Menghitung Nilai Kappa dengan SPSS:


1. Input hasil pemeriksaan gold standard an examiner lain

Gambar input data view kalibrasi di SPSS

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 62
2. Analisis dengan memilih Analyze →descriptive statistic → Crosstabs

Gambar langkah pemilihan analisis SPSS

3. Memasukan data gold standar dibagian row dan examiner lain dibagian
column

Gambar proses memasukan data dalam baris dan kolom

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 63
4. Kemudian memilih Statistics → centang pilihan Kappa→Continue→OK

Gambar Langkah memilih Cohen’s Kappa

5. Hasil Output SPSS

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 64
Tabel Hasil pemeriksaan balok gigi
NO NO GOLD EXAMINER 1 EXAMINER 2 EXAMINER 3
GIGI STANDAR
M A M A M A M A

10

11

12

13

14

15

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 65
Hasil perhitungan Nilai Kappa dengan Rumus:

NILAI KALIBRASI I
Skor (50-90) Paraf

Hasil Perhitungan Nilai Kappa secara Online :


NILAI KALIBRASI II (menunjukan hasil kalkulator online)
Skor (50-90) Paraf

Hasil perhitungan Nilai Kappa dengan SPSS


NILAI KALIBRASI III (menunjukan hasil input dan output SPSS)
Skor (50-90) Paraf

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 66
Total Nilai Kalibrasi :

NO ITEM PENILAIAN SKOR

1 NILAI KALIBRASI I

2 NILAI KALIBRASI II

3 NILAI KALIBRASI III

TOTAL JUMLAH =
3
4 NILAI SIKAP

Mengetahui Jakarta,…………………….
Koordinator/instruktur Penilai

(………………………….) (…………………………. )

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 67
MODUL 6

CARIES RISK ASSASMENT AND MANAGEMENT

Lisa Prihastari, drg., M. Kes

A. PENDAHULUAN:
Dokter gigi selain harus mampu merancang dan mengevaluasi program preventif dan kuratif
di komunitas, ia juga harus mampu menerapkannya untuk individual pada setiap pasiennya di
tempat praktek. Salah satu tindakan preventif pasien yang direkomendasikan oleh WHO adalah
melalui penilaian dan manajemen resiko karies yang disebut dengan CAMBRA (Caries
Management by Risk Assasment) yang dibuat berdasarkan evidence based dentistry utamanya
mengenai pencegahan dan perawatan karies pada fase awal (early stage caries). Pada
keterampilan klinik ini, mahasiswa akan dilatih untuk melakukan pemeriksaan dan manajemen
resiko karies pasien.

B. TUJUAN UMUM:
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan dan manajemen resiko karies pasien.

C. TUJUAN KHUSUS:
Setelah skills lab ini mahasiswa diharapkan mampu:
✓ Mahasiswa mampu melakukan cara penilaian resiko karies pada pasien usia anak-
anak dan remaja
✓ Mahasiswa mampu melakukan cara penilaian resiko karies pada pasien usia dewasa
✓ Mahasiswa mampu menjelaskan pada pasien mengenai resiko penyakit secara
individual pada pasien yang spesifik
✓ Mahasiswa mampu memilih dan menentukan frekuensi preventif dan restorasi karies
pada pasien
✓ Mahasiswa mampu memantau perkembangan atau stabilisasi karies pasien

D. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN:

Alat: Bahan:
1. dental instrumen standart -
2. Alat tulis
3. Kuesioner CRA (Caries Risk Assasment)
4. LCD dan proyektor

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 68
E. BENTUK KEGIATAN:

Pada pertemuan pertama untuk memahami CAMBRA (Caries Management by Risk Assasment)
setiap mahasiswa akan dijelaskan oleh instruktur mengenai definisi, tujuan, dan langkah-
langkah penilaian dan manajemen resiko yang spesifik pasien. Kemudian setiap kelompok
mahasiswa akan diberikan skenario untuk dipecahkan didampingi oleh instruktur yang bertugas
sesuai dengan borang. Setiap kelompok mahasiswa juga diberikan tugas untuk melakukan
survey ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan sesuai kriteria umur yang telah ditentukan.
Kemudian setiap kelompok mempresentasikan hasil pemeriksaannya dilapangan.

F. LANGKAH KEGIATAN

CAMBRA (Caries Management by Risk Assasment)


CAMBRA (Caries Management by Risk Assasment) merupakan sebuah metode untuk
mengidentifikasi penyebab dari karies melalu penilaian faktor resiko pada setiap individu
untuk kemudian dilakukan manajemen pada faktor-faktor resiko tersebut seperti faktor
perilaku, kimia dan prosedur minimal invansif. CAMBRA diperkenalkan pertama kali oleh
asosiasi CDA (California Dental Assosiation) pada tahun 2007 melalui hasil evidence
based dentistry yang tujuannya adalah melakukan pencegahan dan perawatan karies sedini
mungkin karena karies merupakan penyakit yang bersifat multifaktorial.
Filosofi utama dari perawatan CAMBRA adalah bahwa setiap pasien memiliki indikator
individual yang unik, faktor resiko, dan faktor protektif yang menentukan status kariesnya
sekarang dan dimasa yang akan datang. Ada beberapa metode penilain resiko karies selain
CAMBRA yang telah dibuat oleh organisasi kedokteran gigi professional antara lain yang
telah banyak dimanfaatkan adalah milik ADA (American Dental Assosiation) dan AAPD
(the American Academy of Pediatric Dentistry).
AAPD (the American Academy of Pediatric Dentistry) telah membuat petunjuk penilaian
terhadap risiko karies dan pemilihan perawatan yang tepat untuk bayi, anak, dan remaja.
Dalam petunjuk AAPD kelompok umur dibagi menjadi 3, yaitu usia 1-2 tahun, 3-5 tahun,
dan di atas 6 tahun.

Tahap Pelaksanaan Caries Risk Assasment :


1. Mengidentifikasi umur pasien yang akan dianalisis
2. Meminta pasien mengisi kuesioner yang menggambarkan faktor individu, faktor
resiko dan protektif
3. Mendeterminasikan level risiko karies (rendah, sedang, tinggi atau ekstrim)
tergantung pada keadaan indikator penyakit karies
4. Melakukan beberapa uji atau tes faktor resiko
5. Menetapakan manajemen pasien yang sesuai untuk mencegah perkembangan karies

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 69
KUESIONER CAMBRA USIA 0- 5 TAHUN

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 81
KUESIONER CAMBRA ≥ 6 TAHUN/ DEWASA

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 82
KUESIONER CRA-ADA USIA 0-6 TAHUN

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 83
KUESIONER CRA-ADA USIA > 6 TAHUN

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 84
KUESIONER CRA-AAPD USIA 0- 3 TAHUN

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 85
KUESIONER CRA -AAPD USIA 0- 5 TAHUN

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 86
KUESIONER CRA -AAPD USIA > 6 TAHUN

Daftar Pustaka:

1. American Academy of Pediatric Dentistry, Guideline on Caries-risk Assessment and


Management for Infants,children and Adolescents, Revised 2014, Available
at:http://www.aapd.org/media/Policies_Guidelines/G_CariesRiskAssessment.pdf,
2. American Dental Assosiation. Caries Risk and Management.
https://www.ada.org/en/member-center/oral-health-topics/caries-risk-assessment-and-
management
3. California Dental Assosiation. Caries risk Assasment. CDA Journal Vol 35, No 10, Oct
2007.
4. Texas Department of State Health Services (DSHS) Oral Health.
www.dshs.state.tx.us/dental/Caries-Risk-Assessment.shtm

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 87
TUGAS KELOMPOK

SKENARIO 1
Seorang pasien anak usia 3 tahun bernama Ella mendatangi klinik dokter gigi A, setelah dokter
gigi A melakukan pemeriksaan intra oral dan melakukan wawancara dengan orangtua Ella
dengan kuesioner CAMBRA hasilnya Ella tidak memiliki kavitas karies pada geliginya,
orangtua Ella juga hanya memiliki riwayat pernah satu kali dicabut giginya karena berlubang
2 bulan yang lalu. Ella suka sekali setiap hari minum jus apel saat sarapan dan makan siang,
juga terkadang mengkonsumsi permen atau kue manis sebagai cemilannya. Orangtua rajin
menyikat gigi Ella dan mengajak kontrol ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Tentukan level
resiko Ella dengan analisis CAMBRA dan Bagaimana manajemen pencegahan dan
perawatan yang tepat untuk Ella?

SKENARIO 2
Seorang pasien anak usia 5 tahun bernama Azhar mendatangi klinik dokter gigi B, setelah
dokter gigi B melakukan pemeriksaan intra oral dan melakukan wawancara dengan orangtua
Azhar dengan kuesioner ADA hasilnya Azhar memiliki beberapa white spot keras pada
geliginya dan terlihat penumpukan plak di gigi anterior, Azhar diketahui menderita penyakit
cerebral palsy. Orangtua Azhar tidak pernah mengalami keluhan sakit gigi selama setahun
kebelakang. Orangtua Azhar merasa kesulitan untuk memantau kebersihan gigi dan mulut
anaknya saat dirumah meskipun Azhar selalu rutin ke dokter gigi setiap 3 bulan sekali.
Tentukan level resiko Azhar dengan analisis CRA rekomendasi ADA dan Bagaimana
manajemen pencegahan dan perawatan yang tepat untuk Azhar? Buat Presentasinya!

SKENARIO 3
Seorang pasien anak usia 10 tahun bernama Susan mendatangi klinik dokter gigi C, setelah
dokter gigi C melakukan pemeriksaan intra oral dan melakukan wawancara dengan orangtua
Susan dengan kuesioner AAPD hasilnya Susan memiliki Stainless steel Crown (SCC) pada
gigi molar sulung pertama kanan kirinya saat usianya 4th. Pada beberapa gigi juga terlihat white
spot lunak dan terlihat sedikit penumpukan plak di gigi anterior. Orangtua Susan diketahui juga
memiliki beberapa tambalan pada giginya. Orangtua Susan jarang memantau kebersihan mulut
Susan saat dirumah. Susan juga suka makan snack 1-2 kali diantara waktu makannya.
Tentukan level resiko Susan dengan analisis CRA rekomendasi AAPD dan Bagaimana
manajemen pencegahan dan perawatan yang tepat untuk Susan? Buat Presentasinya!

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 88
SKENARIO 4

Seorang pasien anak usia 8 tahun bernama Julio mendatangi klinik dokter gigi D, setelah dokter
gigi D melakukan pemeriksaan intra oral dan melakukan wawancara dengan orangtua Julio
dengan kuesioner AAPD hasilnya Julio memiliki beberapa lesi karies coklat yang lunak
didaerah proksimal dan ada sedikit penumpukan plak pada geliginya. Dia belum pernah
berkunjung ke doter gigi sebelumnya. Orangtua Julio berkata bahwa setiap anggota
keluarganya memiliki gigi yang bagus tidak pernah mengalami keluhan sakit gigi selama
setahun kebelakang. Orangtua Julio merupakan pendatang baru, keluarganya suka berpindah-
pindah dari satu kota ke kota lain, karena bekerja sebagai buruh. Dirumah Julio hanya memakai
pasta gigi berfluoride dan belum pernah mendapatkan perawatan gigi. Tentukan level resiko
Julio dengan analisis CRA rekomendasi AAPD dan Bagaimana manajemen pencegahan
dan perawatan yang tepat? Buat Presentasinya!

SKENARIO 5

Seorang pasien anak usia 13 tahun bernama Riska mendatangi klinik dokter gigi E, setelah
dokter gigi E melakukan pemeriksaan intra oral dan melakukan wawancara dengan orangtua
Riska dengan kuesioner CAMBRA hasilnya Riska sedang memakai bracket orthodontic dan
selalu melakukan check up rutin. Pada beberapa gigi Riska menunjukkan beberapa white spot
in aktif dan penumpukan plak yang banyak. Orangtua Riska berkata bahwa ia memiliki dua
gigi yang berlubang kecil dan sudah ditambal. Dirumah Riska mendapatkan suplai air
berfluoridasi. Dan Riska memiliki besiaan ngemil 1-2 kali diantara jam makannya. Tentukan
level resiko Riska dengan analisis CAMBRA dan Bagaimana manajemen pencegahan
dan perawatan yang tepat? Buat Presentasinya!

SKENARIO 6
Buatlah Skenario Kelompok mu sendiri, dengan memeriksa, mewawancari pasien dan
orangtuanya dengan kriteria usia sebagai berikut:
1. Usia 0 – 3 tahun, menggunakan kuesioner CAMBRA
2. Usia 3-5 tahun, menggunakan kuesioner CAMBRA
3. Usia ≥ 6 tahun, menggunakan kuesioner CAMBRA
4. Usia 0 – 6 tahun, menggunakan kuesioner ADA
5. Usia >6 tahun, menggunakan kuesioner ADA
6. Usia 0-3 tahun, menggunakan kuesioner AAPD
7. Usia 3-5 tahun, menggunakan kuesioner AAPD
8. Usia >6 tahun, menggunakan kuesioner AAPD

Analisis level resikonya dan buatlah manajemen pencegahan serta perawatannya yang tepat!
Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 89
MODUL 7

ORAL HEALTH PROMOTION

Lisa Prihastari, drg., M. Kes

A. PENDAHULUAN:
Promosi kesehatan adalah salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
penyampaian informasi tentang kesehatan guna penanaman pengetahuan tentang kesehatan
sehingga tumbuh kesadaran untuk hidup sehat. Salah satu tujuan dan untuk melakukan promosi
kesehatan yang diselenggarakan, mendukung tumbuhnya gerakan hidup sehat di masyarakat,
serta meningkatkan mutu layanan kesehatan yang dapat memberikan kepuasan pada
masyarakat. Dokter gigi harus mampu menerapkan promosi kesehatan gigi dan mulut
dimasyarakat guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Nantinya mahasiswa
diharapkan dapat melaksanakan dan menerapkannya dalam praktek nyata di lapangan.

B. TUJUAN UMUM:
Mahasiswa mampu melakukan promosi kesehatan gigi dan mulut dimasyarakat

C. TUJUAN KHUSUS:
Setelah skills lab ini mahasiswa diharapkan mampu:
✓ Mahasiswa mampu melakukan edukasi berupa penyuluhan dikomunitas
✓ Mahasiswa mampu merancang dan mengevaluasi program promotif dan preventif
yang sesuai dengan lingkungan masyarakat

D. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN:

Alat: Bahan:
1. Alat tulis -
2. model gigi
3. microphone
4. LCD dan proyektor
5. Speaker

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 90
E. BENTUK KEGIATAN:
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk diskusi kelompok dengan instruktur disertai praktek
penyuluhan kemudian presentasi. Pada minggu pertama setiap mahasiswa melakukan praktek
penyuluhan didepan teman-temannya dan instruktur. Kemudian pada minggu kedua
dilakukan diskusi kelompok berdasarkan 4 skenario yang diberikan kemudian dibuat
laporannya dan dipresentasikan.

F. LANGKAH KEGIATAN

Promosi kesehatan gigi dan mulut sendiri dapat terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu:
a. Program edukasi. Contohnya penyuluhan dan kegiatan sikat gigi bersama di sekolah.
b. Program sosial. Contohnya fluoridasi air
c. Aktivitas legislatif. Contohnya pendirian hukum dan dana untuk program yang
mempromosikan kesehatan gigi dan mulut

Dari berbagai aspek terkait dalam promosi kesehatan gigi dan mulut yang perlu
mendapatkan perhatian secara seksama adalah tentang metode dan alat peraga yang
digunakan. Dengan metode yang benar dan penggunaan alat peraga yang tepat sasaran, maka
materi atau bahan isi yang perlu dikomunikasikan dalam promosi kesehatan gigi dan mulut
akan mudah diterima, dicerna dan diserap oleh sasaran, sehingga kesadaran masyarakat akan
kesehatan gigi dan mulutnya lebih mudah terwujud.
Kegiatan yang harus dilakukan mahasiswa:
1. Lakukanlah penyuluhan didepan mahasiswa lain dan instruktur dengan tema cara
mencegah gigi berlubang dan cara menyikat gigi yang baik dan benar
2. Mintalah instruktur untuk menilai dan menandatangani borang checklist
3. Setiap kelompok berdiskusi memecahkan scenario dan mempresentasikan hasil
diskusinya.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 91
Daftar Pustaka:

1. Mason, J. (2005). Concepts in dental public health. Philadelphia: Lippincott Williams


& Wilkins.
2. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi
Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta 2008

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 92
TUGAS KELOMPOK

SKENARIO 1:
Hasil survei kesehatan gigi dan mulut menunjukkan insidens karies gigi pada anak-anak SD di
kecamatan X tinggi. Seorang dokter gigi yang bertugas di Puskesmas daerah tersebut berencana
mengimplementasikan kumur-kumur fluoride di UKGS. Sebagai langkah awal, dokter gigi
tersebut akan melakukan pelatihan kumur-kumur fluoride kepada guru-guru SD di wilayahnya.
Peragakan dan verbalkan tata cara kumur-kumur yang benar secara sistematis dan lengkap!
Buatkan panduan berupa buku saku tata cara untuk guru-guru SD maupun dokter gigi kecil
agar mereka dapat menyelenggarakan kumur-kumur fluoride bersama secara optimal dan
berkesinambungan.

SKENARIO 2:
Anda bertugas sebagai dokter gigi di Puskesmas Z. Salah satu program kerjanya adalah
peningkatan kesehatan gigi dan mulut balita. Setelah melakukan identifikasi masalah di
Posyandu, didapat data bahwa kelurahan x terdapat banyak anak-anak batita yang mayoritas
belum disikat giginya oleh ibunya. Secara sosioekonomi rumah tangga di kelurahan tersebut
menengah kebawah. Lakukanlah Oral Health Education kepada ibu-ibunya termasuk tata cara
menyikat gigi anak! Sikat gigikan anak balita (kerabat/saudara) dan buatlah video
penyuluhannya!

SKENARIO 3:
Hasil survei kesehatan gigi dan mulut menunjukkan insidens karies gigi pada anak-anak SD di
kecamatan X tinggi. Seorang dokter gigi yang bertugas di Puskesmas daerah tersebut berencana
mengimplementasikan kumur-kumur fluoride di UKGS. Namun untuk meningkatklan
efektifitas kumur-kumur fluoride, perlu dilakukan sikat gigi bersama terlebih dahulu.
Peragakan dan verbalkan tata cara sikat gigi bersama yang benar secara sistematis dan lengkap!
Buatkan panduan berupa poster tata cara untuk guru-guru SD maupun dokter gigi kecil agar
mereka dapat menyelenggarakan sikat gigi bersama secara optimal dan berkesinambungan.

SKENARIO 4:
Anda bertugas sebagai dokter gigi di Puskesmas Z. Salah satu program kerjanya adalah
peningkatan kesehatan gigi dan mulut para manula. Setelah melakukan identifikasi masalah di
Posbindu, didapat data bahwa kelurahan x terdapat banyak manula dengan berbagai
permasalahan kesehatan gigi dan mulut. Secara sosioekonomi, banyak manula janda berumur
rerata 65 tahun, sosio ekonomi menengah kebawah, pendidikan terakhir SMU dengan keluhan
utama mulut kering. Lakukanlah Oral Health Education termasuk senam mulut yang
terstruktur di Posbindu tersebut serta tentukan cara evaluasi keberhasilan program tersebut!

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 93
MODUL 8

ANALISIS PERILAKU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT


DAN UJI KUESIONER

Lisa Prihastari, drg., M. Kes

A. PENDAHULUAN:
Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang penyebabnya bersifat multifaktorial. Selain
faktor genetik, dan lingkungan, perilaku juga berkontribusi terhadap munculnya karies. Oleh
karena itu melakukan analisis perilaku kesehatan gigi di masyarakat menjadi hal yang penting
dipelajari oleh mahasiswa kedokteran gigi dalam upayanya menekan dan mengatasi
permasalahan kesehatan gigi dan mulut secara komprehensif.

B. TUJUAN UMUM:
Mahasiswa mampu melakukan analisis hubungan perilaku dengan penyakit gigi dan
mulut yang ada dimasyarakat.

C. TUJUAN KHUSUS:
Setelah skills lab ini mahasiswa diharapkan mampu:
✓ Mahasiswa mampu melakukan survey perilaku kesehatan gigi dan mulut
dimasyarakat dengan kuesioner yang valid dan reliable
✓ Mahasiswa mampu menganalisis hasil survey perilaku kesehatan gigi dan mulut
dimasyarakat

D. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN:

Alat: Bahan:
1. Alat tulis -
3. Microphone
4. LCD dan proyektor
5. kuesioner
6. Laptop

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 94
E. BENTUK KEGIATAN:
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk survey ke lapangan dan praktek pembuatan serta
pengolahan kuesioner perilaku.

F. LANGKAH KEGIATAN

1. Setiap kelompok membuat kuesioner perilaku kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan
skenario yang telah ditentukan
2. Kuesioner di uji minimal ke 30 orang responden
3. Setiap kelompok melakukan uji validitas dan reabilitas kuesioner dengan SPSS
4. Setiap kelompok mengolah data kuesioner perilaku dengan SPSS dan membuat laporan
hasil survey
5. Setiap kelompok mempresentasikanya didepan instruktur dan kelompok lain
6. Kelompok yangs udah presentas baru mendapatkan nilai dan paraf instruktur

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 95
TUGAS KELOMPOK

SKENARIO 1
Seorang dokter gigi baru di Puskesmas ingin melakukan survei untuk mengetahui perilaku
kesehatan gigi pada masyarakat di kelurahan tempatnya bertugas. Dokter gigi tersebut ingin
menggunakan kuesioner dari WHO oral health basic survey 2013 yang ditujukan untuk Remaja
SMA usia 16-18tahun. Buatlah kuesioner yang sesuai dengan keinginan dokter gigi tersebut!
Kemudian ujilah validitas dan reablitasnya dengan SPSS dan sajikan hasil pengolahan datanya
dalam bentuk laporan dan power point!

SKENARIO 2
Seorang dokter gigi baru di Puskesmas ingin melakukan survei untuk mengetahui perilaku
kesehatan gigi pada masyarakat di kelurahan tempatnya bertugas. Dokter gigi tersebut ingin
menggunakan kuesioner yang dapat mengukur kualitas hidup akibat penyakit gigi dan mulut
yang ditujukan untuk masyarakat usia dewasa. Buatlah kuesioner yang sesuai dengan
keinginan dokter gigi tersebut! Kemudian ujilah validitas dan reablitasnya dengan SPSS dan
sajikan hasil pengolahan datanya dalam bentuk laporan dan power point!

SKENARIO 3
Seorang dokter gigi baru di Puskesmas ingin melakukan survei untuk mengetahui perilaku
kesehatan gigi pada siswa PAUD usia 3-5th di kelurahan tempatnya bertugas. Dokter gigi
tersebut ingin membuat kuesioner yang dapat mengetahui perilaku diet dan oral hygiene siswa-
siswi tersebut. Buatlah kuesioner yang sesuai dengan keinginan dokter gigi tersebut! Kemudian
ujilah validitas dan reablitasnya dengan SPSS dan sajikan hasil pengolahan datanya dalam
bentuk laporan dan power point!

SKENARIO 4

Seorang dokter gigi baru di Puskesmas ingin melakukan survei untuk mengetahui perilaku
kesehatan gigi pada masyarakat di kelurahan tempatnya bertugas. Dokter gigi tersebut ingin
menggunakan kuesioner Health Literacy untuk mengukur seberapa baik tingkat pemahaman
masyarakat usia 25-65 tahun terhadap bahasa kedokteran gigi. Buatlah kuesioner yang sesuai
dengan keinginan dokter gigi tersebut! Kemudian ujilah validitas dan reablitasnya dengan
SPSS dan sajikan hasil pengolahan datanya dalam bentuk laporan dan power point!

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 96
MODUL 9

PREVENTIF KESEHATAN GIGI DAN MULUT

Alisa Novianty Pratiwi, drg., M. Kes

A. PENDAHULUAN
Peningkatan derajat kesehatan gigi dan mulut di masyarakat, merupakan tujuan penting
yang harus dicapai oleh seorang dokter gigi. Usaha yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut dapat melalui usaha kuratif (penyembuhan penyakit),
rehabilitatif (pemulihan kesehatan) dan tidak lupa usaha preventif. Usaha preventif atau
pencegahan permasalahan kesehatan gigi dan mulut dapat diterapkan langsung ke setiap
individu maupun dalam suatu komunitas di masyarakat. Usaha pencegahan tersebut
terdiri dari berbagai macam, dan seorang dokter gigi harus dapat memilih usaha
pencegahan terbaik, yang efektif dan efisien, sehingga hasil peningkatan derajat
kesehatan tersebut dapat tercapai dalam waktu yang singkat, namun berkesinambungan.
Pada keterampilan klinik ini, mahasiswa akan diperkenalkan berbagai usaha pencegahan
melalui pendekatan kegiatan percobaan produk – produk yang memiliki efektivitas untuk
mencegah permasalahan kesehatan gigi dan mulut, kemudian menganalisis sasaran
terbaik untuk usaha preventif tersebut. Melalui kegiatan ini diharapakan dapat menjadi
dasar mahasiswa untuk memilih, menyusun, dan menggunakan sebuah usaha
preventif yang menyeluruh, terpadu, dan tepat guna sehingga mendapat hasil yang
optimal untuk meningkatkan derjat kesehatan gigi dan mulut di masyarakat tempat
para dokter gigi bekerja.

B. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu melakukan usaha pencegahan kesehatan pada gigi dan mulut sesuai
standar kompetensi

C. TUJUAN KHUSUS
Setelah skills lab ini, mahasiswa diharapkan mampu:
- Mahasiswa mampu mengidentifikasi usaha pencegahan kesehatan gigi dan mulut
- Mahasiswa mampu memilih metode pencegahan kesehatan gigi dan mulut terbaik,
untuk di aplikasikan kepada pasien dan masyarakat
- Mahasiswa mampu membuat perencanaan usaha pencegahan pada masalah kesehatan
gigi dan mulut, khususnya ditengah masyarakat

D. MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN:

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 97
Alat: Bahan:
1. Kertas 1. Belbagai jenis minuman bersoda
2. Alat Tulis 2. Belbagai jenis pasta gigi
3. pH meter 3. Belbagai jenis sikat gigi
4. pH paper 4. Belbagai jenis obat kumur
5. Parrafin 5. Flouride varnish
6. Gelas 6. Disclosing agen
7. Cairan Cuka
8. Telur

E. BENTUK KEGIATAN:
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pratikum dan diskusi kelompok dengan seorang
instruktur. Mahasiswa akan dibagi dalam beberapa kelompok besar berisi 10 – 11 orang,
kemudian melakukan enam jenis kegiatan pratikum upaya pencegahan dalam kesehatan
gigi dan mulut. Hasil pratikum yang didapatkan kemudian dianalisa, didiskusikan dengan
instruktur dan dipaparkan dalam forum kelas serta laporan hasil kegiatan skills lab.

F. JENIS KEGIATAN
I. Mengukur Tingkat Keasaman Minuman Bersoda
II. Analisa Perbedaan Sikat Gigi, Pasta Gigi, dan Obat Kumur
III. Efektivitas Pasta Gigi Terhadap Paparan Asam
IV. Saliva Check Buffer dan Mengukur pH saliva
V. Topical Flouride Varnish
VI. Disclosing Agen

G. LANGKAH KEGIATAN
I. Pengukuran Tingkat Keasaman Minuman Bersoda
Bahan : pH Meter
7 jenis minuman bersoda
7 gelas plastik
Langkah :
1. Tuangkan 7 jenis minuman bersoda ke masing-masing gelas plastik sebanyak
±100ml
2. Masukan pH meter kedalam larutan minuman bersoda

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 98
3. Tunggu sampai pH meter menunjukan nilai pH minuman tersebut.
4. Catat, foto dan bandingkan nilai pH semua jenis minuman
5. Diskusikan dengan kelompok pertanyaan dibawah ini

Diskusi :
1. Jelaskan kondisi pH dari berbagai jenis minuman bersoda !
2. Apa dampak dari kondisi pH minuman tersebut terhadap kesehatan gigi dan
mulut?
3. Jelaskan teori Steven’s Curve !
4. Jelaskan hubungan pola konsumsi diet asam dengan teori Steven’s Curve
dalam konteks pencegahan kesehatan gigi dan mulut !

II. Analisa Perbedaan Sikat Gigi, Pasta Gigi, dan Obat Kumur
Bahan : 1. 3 jenis pasta gigi
2. 3 jenis sikat gigi
3. 3 jenis obat kumur

Langkah :

1. Catatlah kandungan dari masing – masing 3 jenis pasta gigi yang telah
disediakan, kemudian carilah fungsi / khasiat dari kandungan tersebut !
2. Catatlah perbedaan (Tekstur bulu sikat, tipe bulu sikat, tipe ujung bulu sikat
gigi, dll.) dari 3 jenis sikat gigi yang telah disediakan, kemudian carilah
indikasi, keuntungan dan kerugian jenis sikat gigi tersebut !
3. Catatlah kandungan dari masing – masing 3 jenis obat kumur yang telah
disediakan, kemudian carilah fungsi / khasiat dari kandungan tersebut !

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 99
4. Buatlah laporan beserta foto mengenai kegiatan ini, dan diskusikan pertanyaan
dibawah ini.

Diskusi:
1. Bagaimana efektivitas penggunaan sikat gigi dengan pasta gigi, dan penggunaan
obat kumur dalam mencegah permasalahan kesehatan gigi dan mulut ?
2. Bagaimana anda merekomendasikan pasta gigi, sikat gigi, dan penggunaan obat
kumur yang baik untuk mencegah permasalahan kesehatan gigi dan mulut
kepada pasien anda kelak ?
3. Bagaimana pendapat kelompok anda, mengenai efektivitas program sikat gigi
bersama, sebagai langkah preventif pencegahan permasalahan kesehatan gigi
dan mulut ?

III. Efektivitas Pasta Gigi Terhadap Paparan Asam


Bahan : Telur
Gelas
Air Cuka
Pasta Gigi ( 3 merk berbeda)
Spidol
Langkah :
1. Siapkan dua telur, dua gelas berisi air cuka.
2. Telur pertama ditaruh ke dalam gelas air cuka. Beri tanda (TP) pada gelas ini,
artinya telur yang terdapat di dalamnya tidak diberi lapisan pasta gigi
3. Telur kedua, dibagi tiga area. Tiga area tersebut mewakili 3 merk pasta gigi
yang berbeda.
4. Olesi 3 merk pasta gigi tersebut di area yang telah ditandai pada telur kedua,
kemudian masukan telut kedua ke dalam gelas air cuka. Beri tanda (P) pada
gelas ini, artinya telur yang terdapat di dalamnya telah diberi lapisan pasta gigi.
5. Buatlah catatan dan foto perubahan bentuk, tekstur, ukuran setelah 24 jam
perendaman, dan 48 jam perendaman. Bandingkan antara telur pertama dan
kedua.
6. Buatlah laporan mengenai kegiatan ini, dan diskusikan pertanyaan dibawah ini.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 100
Diskusi :
1. Proses apakah yang terjadi pada kedua telur tersebut ?
2. Apakah pengolesan pasta gigi dapat memberi perbedaan hasil ? Apabila bisa
memberikan perbedaan, mengapa hal tersebut bisa terjadi ?
3. Usaha pencegahan permasalahan kesehatan gigi dan mulut apakah yang dapat
disimpulkan dari kegiatan ini ?

IV. Saliva Check Buffer dan Tes pH Saliva


Bahan : pH paper
Gelas ukur saliva
Paraffin
Langkah :
A. Tanpa Stimulasi
1. Subyek duduk dalam posisi tegak dan rileks
2. Subyek diminta untuk melakukan gerakan menelan selama 30 detik
3. Subyek diminta untuk mengumpulkan salivanya secara pasif ke dalam
gelas ukur yang telah disediakan
4. Pemeriksa mengamati dan mencatat hasil tampilan saliva dalam gelas
ukur saliva

B. Terstimulasi dengan paraffin


1. Subyek duduk dalam posisi tegak dan rileks

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 101
2. Subyek diminta unutk mengunyah paraffin selama 5 menit kemudian
mengumpulkan saliva secara pasif ke dalam gelas ukur yang sudah
disediakan setiap interval 1 menit.
3. Pemeriksa membasahi kertas strip dapar dengan saliva yang telah
dikumpulkan, kemudian diamkan kertas strip dapar selama 5 menit
4. Lihat kapasitas dapar saliva, dan catat hasilnya

C. Tes pH saliva tanpa stimulasi


1. Pemeriksa mencelupkan kertas lakmus ke dalam saliva yang ada dalam
gelas ukur
2. Pemeriksa mencocokan perubahan warna yang terjadi, dan bandingkan
dengan panduan indikator pH saliva untuk mendapat nilai pH saliva
3. Pemerikan mencatat hasilnya

Diskusi :
1. Apakah fungsi mengetahui keadaan buffer saliva seseorang ?
2. Apakah fungsi mengetahui nilai pH saliva seseorang ?
3. Apakah hubungan saliva dengan usaha pencegahan permasalahan kesehatan
gigi dan mulut ?

V. Pengunaan Topical Flouride Varnish


Bahan : MI Varnish by GC
Langkah :
1. Bersihkan permukaan gigi, dan keringkan sebelum pemberian MI
Varnish

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 102
2. Buka tutup foil dari MI Varnish
3. Aplikasikan selapis tipis MI Varnish dengan bantuan brush.
4. MI Varnish akan set ketika sudah berkontak dengan saliva atau air.
5. Instruksikan pasien agar tidak mengonsumsi makanan/minuman yang
keras, panas, lengket, dan tidak menyikat gigi, flossing, dan
penggunaan produk yang mengandung alkohol selama 4 jam.

Langkah aplikasi fluoride varnish

6. Lakukan dan foto lima langkah pemakaian fluoride varnish seperti yang
telah dijelaskan diatas (perorangan), kemudian diskusikan pertanyaan
dibawah ini dengan anggota kelompok lainnya, dan buat laporan
mengenai kegiatan serta hasil diskusi kelompok anda.

Diskusi:
1. Apakah manfaat dari flouride varnish?
2. Bagaimana fluoride varnish bekerja ?
3. Apakah metode aplikasi fluoride varnish efisien sebagai metode
pencegahan permasalahan kesehatan gigi dan mulut di masyarakat ?
Jelaskan alasannya!

VI. Penggunaan Disclosing Agen


VI.1 GC Triple Tone
Bahan : Disclosing Agen (GC Triple Tone)
Sikat gigi berbulu halus / sedang
Langkah :
1. Siapkan alat dan bahan berupa disclosing agen dan sikat gigi berbulu
halus/sedang
2. Taruh gel disclosing agen diatas bula sikat gigi, kurang lebih 1 cm
3. Sikat seluruh rongga mulut

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 103
Langkah aplikasi disclosing agen

4. Setelah menyikat semua permukaan gigi, kemudian berkumur ringan


(cukup 1 kali)
5. Identifikasi warna gel yang tertinggal di gigi
- Merah atau merah muda : terdapat akumulasi plak baru
- Biru atau ungu : terdapat plak matang berusia setidaknta 48 jam
- Biru muda : terdapat asam yang kuat dan matang, yang memproduksi plak

6. Selesai mengidentifikasi, dapat dilanjutkan dengan membersihkan sisa gel


dengan menyikat gigi dengan pasta gigi sampai bersih, tidak
meninggalkan warna apapun di gigi.
7. Lakukan langkah 1-6, dan foto setiap langkah tersebut (perorangan),
kemudian diskusikan pertanyaan dibawah ini dengan anggota kelompok
lainnya, dan buat laporan mengenai kegiatan serta hasil diskusi kelompok
anda.

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 104
Diskusi:
1. Apakah manfaat dari aplikasi disclosing agen?
2. Apakah metode aplikasi fluoride varnish efisien sebagai metode
pencegahan permasalahan kesehatan gigi dan mulut di masyarakat ?
Jelaskan alasannya!

VI.2 GC Tooth Mousse


Bahan : Disclosing Agen (GC Tooth Mousse)
Langkah :
1. Siapkan alat dan bahan berupa disclosing agen (GC Tooth Mousse)
2. Ambil gel GC Tooth Mousse seukuran bulat kecil
3. Oleskan GC Tooth Mousse dengan jari pada gigi rahang atas dan rahang
bawah, dan ratakan dengan lidah, kemudian diamkan beberapa saat
4. Bilas / bersihkan sisa gel yang ada di gigi.
5. Lakukan langkah 1-4, dan foto setiap langkah tersebut (perorangan),
kemudian diskusikan pertanyaan dibawah ini dengan anggota kelompok
lainnya, dan buat laporan mengenai kegiatan serta hasil diskusi kelompok
anda.

Diskusi :
1. Apakah manfaat dari aplikasi disclosing agen?
2. Apakah metode aplikasi fluoride varnish (GC Tooth Mousse) efisien
sebagai metode pencegahan permasalahan kesehatan gigi dan mulut di
masyarakat ? Jelaskan alasanya!

Buku Penuntun Skills Lab Blok 20 IKGM Kedokteran Gigi Universitas YARSI Page 110

Anda mungkin juga menyukai