Anda di halaman 1dari 54

BUKU PANDUAN PROGRAM PROFESI

ORTHODONSIA

PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
Jl. Letjen Suprapto, JAKARTA 10510

1 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


2018

2 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Hak Cipta pada Program Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara
apapun termasuk elektronik, mekanikal, seperti fotokopi, rekaman, pemindaian dan sistem
penelusuran dsb tanpa persetujuan tertulis dari pengarang dan atau penerbit.

3 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Kata Pengantar

Alhamdulillah yang atas izinNya Buku Panduan Program Profesi Orthodonsi Program
Kedokteran Gigi YARSI dapat diselesaikan.
Buku panduan ini disusun berdasar kompetensi yang ditetapkan oleh KKI. Dengan
adanya buku panduan ini diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan pemahaman dan
keterampilan tentang teori dasar yang telah dipelajari dan dapat diterapkan di klinik saat
menangani pasien.
Buku panduan ini menjadi acuan bagi staf pengajar, mahasiswa, tenaga kependidikan
dan pihak yang terkait dalam proses penyelenggaraan pendidikan untuk mendukung proses
belajar mengajar yang baik.
Semoga buku panduan ini bermanfaat bagi mahasiswa dan staf pengajar dalam
proses pendidikan dokter gigi Prodi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
Sebagai penutup, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan dan penyempurnaan buku panduan ini.

Jakarta, Februari 2018


Pusat Pendidikan Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI

TIM PENYUSUN

4 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Visi dan Misi Universitas YARSI

Visi

"Mewujudkan perguruan tinggi Islam yang terpandang, berwibawa, bermutu tinggi dan
mampu bersaing dalam forum nasional maupun internasional di akhir tahun 2020"

Misi

1. Memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, melalui pendidikan, pengajaran dan
pembelajaran yang unggul dan bermutu tinggi sesuai Islam.
2. Memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, melalui pengkajian, penelitian dan
publikasi yang unggul dan bermutu tinggi sesuai Islam.
3. Memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, yang dapat menjawab masalah dan
tantangan masyarakat dunia yang unggul dan bermutu tinggi sesuai Islam.
4. Mengembangkan sumber daya manusia dan tata kelola yang dapat menjawab persoalan
yang timbul di masyarakat serta memberi arah perubahan dalam rangka membangun
masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia yang adil, makmur, merata dan
beradab sesuai Islam.

5 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Tim Penyusun

Penyusun : Dr. Fazwishni Siregar, drg., SpOrt


Nugroho Ahmad Riyadi, drg., SpOrt
Adhi Ginanjar, drg., SpOrt

6 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Instruktur Klinik
SMF Orthodonsia

No Nama Email
1 Dr. Fazwishni Siregar, drg., SpOrt fazwishni.siregar@yarsi.ac.id
2 Nugroho Ahmad Riyadi, drg., SpOrt nugroho.ahmad@yarsi.ac.id
3 Adhi Ginanjar, drg., SpOrt

7 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Daftar Isi

No. Topik Hal.


1. Kata pengantar 3
2. Visi dan misi Universitas YARSI 4
3. Tim penyusun 5
4. Instruktur Klinik 6
5. Daftar isi 7
6. Pendahuluan 8
1.1 Deskripsi 8
1.2 Peserta Kepaniteraan Klinik 9
1.3 Lokasi 9
1.4. Tujuan pembelajaran
1.5 Domain kompetensi
1.6 Capaian pembelajaran
1.7 Bahan kajian
1.8 Tingkat keterampilan
1.9 SKS dan lama studi
7. Metode Pembelajaran 10
2.1 Kerja klinik 10
2.2 Alur Kerja 10
2.3 Presentasi text book reading dan journal reading
8. Evaluasi 15
3.1 Metode Penilaian 15
3.2 Rekapitulasi Komponen Penilaian Akhir Bagian 16
3.3 Borang dan Kriteria Penilaian 16
3.3.1 Kerja Klinik 17
3.3.2 Aktivasi Alat Ortho 18
3.3.3 Nilai Hasil Perawatan 19
3.3.4 DOPS 20
3.3.5 Mini-CEX 32
3.3.6 Observasi Pasien Lain 35
3.3.7 Text Book Reading 35
3.3.8 Presentasi journal reading 37
3.3.9 Laporan Kasus 39
3.3.10 Ujian Holistik 41
3.4 Rekapitulasi Nilai Klinik 42
3.5 Rekapitulasi Nilai Akhir 43
9. Penutup 44
10. Pembekalan klinik 45

PENDAHULUAN

8 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Nama Mata Kuliah : Kepaniteraan Ilmu Orthodonsia
SKS : 3 SKS
Status Mata Kuliah : Wajib
Waktu : 3 semester

1.1 Deskripsi
Pendidikan profesi Orthodonti merupakan jenjang pendidikan lanjutan bagi para
Sarjana Kedokteran Gigi (SKG). Selama pendidikan profesi ini, mereka mengaplikasikan
teori dan keterampilan yang telah diterima untuk merawat kasus ortodontik. Mahasiswa
bekerja di Rumah Sakit Gigi dan Mulut YARSI, satu hari dalam satu minggu selama 1,5
tahun di bawah bimbingan dosen pembimbing.
Selama masa pendidikan profesi, mahasiswa wajib merawat 1 pasien baru dan bila
ada, ditambah 1 pasien warisan. Yang dimaksud dengan pasien baru adalah pasien yang
belum pernah dirawat di Rumah Sakit Gigi dan Mulut YARSI. Sedangkan pasien warisan
adalah pasien lanjutan dari operator sebelumnya, yang ditentukan oleh pembimbing.
Dalam kegiatan pembelajaran profesi ortodonti, mahasiswa diharapkan mampu
melakukan perawatan ortodonti sederhana pada fase gigi campuran dan permanen
dengan menggunakan alat ortodonti lepasan, melakukan pencegahan maloklusi dental,
dan memastikan faktor yang mempengaruhi hasil perawatan.
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, maka dalam kegiatan pembelajaran
profesi klinik orthodonti, mahasiswa diberi requirement untuk menangani 1 kasus
maloklusi ringan dengan menggunakan alat ortodonti lepasan. Di dalamnya termasuk
anamnesis, pemeriksaan pasien, mengisi status pasien, mencetak, analisis model,
diagnosis, membuat rencana perawatan, diskusi kasus, membuat alat ortodonti lepasan,
insersi, dan aktivasi. Selain itu mahasiswa diwajibkan untuk mempresentasikan 1 text
book reading, 1 journal reading serta mengikuti secara aktif presentasi rekannya.
Untuk evaluasi pembelajaran, mahasiswa harus mengikuti ujian mini CEX, DOPS,
mengisi log book, dan ujian komprehensif bagian Orthodonsia.
Pada akhir masa profesi, mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan akan
menerima surat keterangan dari pembimbing guna mendaftar mengikuti ujian profesi.
Syarat untuk mengikuti ujian profesi adalah:
 Progress kasus yang ditangani sudah mencapai 80%
 Kehadiran 80%
 Sudah presentasi textbook reading
 Sudah presentasi journal reading
 Telah mengikuti 9 presentasi textbook reading
 Telah mengikuti 9 presentasi journal reading
 Telah mengikuti 9 presentasi kasus
 Menempuh dan lulus ujian DOPS
 Menempuh dan lulus ujian mini CEX

9 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


 Menempuh dan lulus ujian komprehensif ilmu Orthodonsia
 Mengumpulkan log book

1.2 Peserta Kepaniteraan Klinik


Mahasiswa yang telah menyelesaikan program sarjana kedokteran gigi.

1.3 Lokasi
Rumah Sakit Gigi dan Mulut YARSI, Jl. Letjen Suprapo, Jakarta Pusat.

1.4 Tujuan Pembelajaran


Setelah mengikuti program pendidikan profesi dokter gigi, mahasiswa diharapkan
mampu secara mandiri melakukan perawatan ortodonti sederhana dengan
menggunakan alat ortodonti lepasan sesuai dengan prinsip dasar perawatan kasus
ortodonsia.
1. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan pasien kasus ortodontik
2. Mencetak dan membuat model studi ortodontik
3. Menganalisis studi model ortodontik
4. Membuat diagnosis kasus ortodontik
5. Membuat rencana perawatan kasus ortodontik sederhana dengan alat lepasan
6. Melakukan perawatan kasus ortodontik sederhana dengan alat lepasan
7. Bekerjasama secara terintegrasi di antara berbagai bidang ilmu kedokteran gigi
dalam rangka melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang prima (rujukan)

1.5 Domain Kompetensi

Domain IV: Pemulihan fungsi sistem stomatognatik


Kompetensi Utama Kompetensi Penunjang

13. Tindakan medik kedokteran gigi


13.1 Melakukan perawatan 13.1.1 Melakukan pencegahan maloklusi dental (C3, P4,
ortodonsia pada pasien A3)
anak dan dewasa 13.1.2 Memastikan faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil perawatan (C3, P4, A3)
13.1.3 Melakukan perawatan maloklusi dental (C3, P4,
A4)

1.6 CAPAIAN PEMBELAJARAN

1.6.1. SIKAP
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,
moral dan etika;

10 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


3. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
dan peradaban berdasarkan Pancasila;
4. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air, memiliki nasionalisme
serta rasa tanggungjawab pada negara dan bangsa;
5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan kepercayaan, serta
pendapat atau temuan orisinal orang lain;
6. Bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan
lingkungan;
7. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
8. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
9. Menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara
mandiri;
10. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan kewirausahaan
11. Memiliki sikap melayani (caring) dan empati kepada pasien dan keluarganya.
12. Menjaga kerahasiaan profesi terhadap teman sejawat, tenaga kesehatan, dan pasien
13. Menunjukkan sikap menghormati hak otonomi pasien, berbuat yang terbaik
(beneficence), tidak merugikan (non-maleficence), tanpa diskriminasi, kejujuran (veracity)
dan adil (justice).

1.6.2. KETRAMPILAN UMUM LULUSAN PROGRAM PROFESI


1. mampu bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang spesifik, dan
memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar kompetensi kerja
profesinya;
2. mampu membuat keputusan yang independen dalam menjalankan pekerjaan profesinya
berdasarkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan kreatif;
3. mampu menyusun laporan atau kertas kerja atau menghasilkan karya desain di bidang
keahliannya berdasarkan kaidah rancangan dan prosedur baku, serta kode etik
profesinya, yang dapat diakses oleh masyarakat akademik;
4. mampu mengomunikasikan pemikiran/argumen atau karya inovasi yang bermanfaat bagi
pengembangan profesi, dan kewirausahaan, yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dan etika profesi, kepada masyarakat terutama masyarakat profesinya;
5. mampu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil kerja dan keputusan yang dibuat
dalam melaksanakan pekerjaannya oleh dirinya sendiri dan oleh sejawat
6. mampu meningkatkan keahlian keprofesiannya pada bidang yang khusus melalui
pelatihan dan pengalaman kerja;
7. mampu meningkatkan mutu sumber daya untuk pengembangan program strategis
organisasi;
8. mampu memimpin suatu tim kerja untuk memecahkan masalah pada bidang profesinya;
9. mampu bekerja sama dengan profesi lain yang sebidang dalam menyelesaikan masalah
pekerjaan bidang profesinya;

11 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


10. mampu mengembangkan dan memelihara jaringan kerja dengan masyarakat profesi dan
kliennya;
11. bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesinya sesuai dengan kode etik
profesinya;
12. mampu meningkatkan kapasitas pembelajaran secara mandiri.
13. Mampu berkontribusi dalam evaluasi atau pengembangan kebijakan nasional dalam
rangka peningkatan mutu pendidikan profesi atau pengembangan kebijakan nasional
pada bidang profesinya;
14. mampu mendokumentasikan, menyimpan, mengaudit, mengamankan, dan menemukan
kembali data dan informasi untuk keperluan pengembangan hasil kerja profesinya;
15. Mampu mengikuti perkembangan keilmuan dan keahlian profesi (long life learner)

1.6.3. KETERAMPILAN KHUSUS

No PRODI PROFESI DOKTER GIGI

1 Mampu melakukan anamnesis secara mandiri dengan menggali riwayat pasien


(riwayat keluarga dan psikososial ekonomi, riwayat kepenyakitan dan pengobatan,
riwayat perawatan gigi mulut, perilaku) yang relevan dengan keluhan utama melalui
metode komunikasi efektif terhadap pasien/keluarga pasien.
2 Mampu melakukan pemeriksaan fisik umum dan sistem stomatognatik yang
meliputi pemeriksaan ekstra dan intra oral secara mandiri pada pasien anak dan
dewasa dengan akurat serta mampu menetapkan pemeriksaan penunjang sesuai
indikasi dan kode etik.
3 Mampu mencatat hasil pemeriksaan dalam rekam medik yang akurat dan
komprehensif, sebagai dokumen legal yang mendukung rencana perawatan gigi
mulut serta keperluan identifikasi odontologi forensik sesuai dengan Disaster Victim
Identification (DVI) secara mandiri.
4 Mampu menegakkan diagnosis awal, diagnosis banding, diagnosis akhir dan
menetapkan prognosis kelainan atau penyakit gigi mulut berdasarkan patogenesis
dengan mempertimbangkan derajat resiko penyakit melalui interpretasi, analisis,
dan sintesis hasil pemeriksaan pasien sesuai standar klasifikasi penyakit
internasional (International Classification of Diseases) secara mandiri.
5 Mampu menyusun rencana perawatan gigi mulut pasien melalui analisis hasil
pemeriksaan, diagnosis dan prognosis sesuai konsep kedokteran gigi klinik,
kedokteran gigi pencegahan, kedokteran gigi dasar, kedokteran klinik dan ilmu
biomedik yang relevan dengan mempertimbangkan siklus hidup pasien dan kondisi
sosio-budaya secara mandiri
6 Mampu membuat keputusan, melakukan, dan mengevaluasi keberhasilan
perawatan gigi mulut pada pasien yang disertai atau tanpa kompromis medis secara
komprehensif dengan mengutamakan patient safety, kode etik profesi, cost
effectiveness serta berorientasi pada peningkatan kualitas hidup secara mandiri.

12 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


7 Mampu menggunakan material, peralatan, dan teknologi kedokteran gigi pada
perawatan gigi mulut pasien berdasarkan evaluasi atau penelitian sesuai indikasi
secara mandiri.
8 Mampu mengendalikan rasa nyeri, takut dan cemas dengan pendekatan
farmakologik dan/atau non farmakologik pada pasien secara mandiri.
9 Mampu membuat kajian secara mandiri dan kelompok tentang permasalahan
bidang kedokteran gigi pada pasien atau masyarakat, dan mengusulkan alternatif
solusi yang inovatif dengan pendekatan evidence-based dentistry yang bisa
dipertanggungjawabkan secara akademik dan etik profesi.
10 Mampu mengelola praktik dan lingkungan kerja yang ergonomik dengan
menerapkan prinsip manajemen kesehatan termasuk keselamatan kerja, kontrol
infeksi dan konsep green dentistry secara mandiri atau kelompok.
11 Mampu mengambil keputusan medik sesuai kewenangan klinis (clinical privilege)
untuk merujuk pasien kepada sejawat dan/atau penyelenggara kesehatan lain
berdasarkan standar prosedur operasional secara mandiri.
12 Mampu menyusun, mengelola, dan mengevaluasi program peningkatan kesehatan
gigi mulut masyarakat, serta pencegahan kelainan atau penyakit sistem
stomatognatik berdasarkan analisis hasil survei dan data epidemiologi (menggunakan
pendekatan evidence based dentistry) secara kelompok.
13 Mampu mengelola perilaku pasien, keluarga dan masyarakat dengan menerapkan
prinsip manajemen perilaku secara mandiri dan kelompok.
14 Mampu melakukan kolaborasi antar profesi kesehatan dalam mengelola kesehatan
pasien, keluarga dan masyarakat secara kelompok.

1.6.4. PENGUASAAN PENGETAHUAN

No PROFESI DOKTER GIGI

1 Menguasai pengetahuan faktual tentang:


• Standar kompetensi dokter gigi
2 Menguasai prosedur perawatan klinis dalam bidang kedokteran gigi.
3 Menguasai prinsip-prinsip:
• Psikologi Kesehatan
4 Menguasai konsep aplikatif :
• Dasar etik kedokteran
• Teknik perawatan klinis di bidang kedokteran gigi

6 Menguasai konsep teoritis secara mendalam tentang:


• Proses tumbuh kembang dentokraniofasial pranatal dan pascanatal
• Komunikasi kesehatan dan komunikasi teurapeutik

13 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


7 Menguasai konsep aplikasi tentang:
• Sterilisasi, desinfeksi dan asepsis
• Tatalaksana kedokteran gigi klinik untuk membantu dalam memberikan pelayanan
kesehatan gigi mulut
• Berfikir analitis guna mendukung evidence based dentistry
8 Menguasai konsep aplikasi dalam:
• Ilmu kedokteran gigi klinik untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi mulut
yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
• Biomaterial/Dental material dan teknologi kedokteran gigi
• Radiologi kedokteran gigi

1.7 BAHAN KAJIAN

No Pengetahuan Bahan Kajian

14 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


7 Kedokteran Gigi1. Pemeriksaan subyektif
Klinik 2. Pemeriksaan sistem stomatognatik dan pemeriksaan keadaan
umum
 Ilmu Ortodonti 3. Penentuan pemeriksaan radiologi intra oral dan ekstra oral
4. Penggunaan alat foto sinar X –intra oral, sinar X – ekstra oral
panoramik dan sefalometri
5. Interpretasi hasil pemeriksaan radiologi intra oral dan ekstra oral
secara umum
6. Analisis kondisi fisik, psikologis, dan sosial melalui pemeriksaan
klinis untuk merencanakan penatalaksanaan lebih lanjut
7. Analisis riwayat penyakit, temuan klinis, laboratoris, radiografis
penyakit gigi mulut
8. Diagnosis sementara, diagnosis kerja, diagnosis banding dan
prognosis penyakit gigi mulut
9. Hubungan penyimpangan tumbuh kembang sistem
kraniomaksilofasial dengan maloklusi
10. Identifikasi kelainan dental, skeletal dan fasial akibat gangguan
tumbuh kembang serta hubungannya dengan fungsi dan estetik
11. Prinsip-prinsip tindakan pencegahan maloklusi dental
12. Penentuan indikasi perawatan maloklusi dental dan skeletal
13. Faktor penentu keberhasilan perawatan ortodonsia
14. Identifikasi kelainan oromaksilofasial
15. Hubungan kebiasan buruk dan kelainan oromaksilofasial
16. Identifikasi kelainan oromaksilofasial
17. Hubungan kebiasan buruk dan kelainan oromaksilofasial
18. Prinsip-prinsip tindakan kerjasama terintegrasi secara profesional
di bidang kedokteran gigi (intradisiplin)
19. Prinsip-prinsip tindakan rujukan di bidang kedokteran gigi
interdisiplin (inter professional collaboration) dan intradisiplin

1.8 TINGKAT KETERAMPILAN ORTHODONSIA

Jenis Keterampilan Tingkat keterampilan


ANAMNESIS
1. Keluhan utama 4
2. Keadaan umum
a. Berat badan 4
b. Tinggi badan 4
c. Kelainan endokrin 4
d. Penyakit anak-anak 4
e. Alergi 4
f. Kelainan saluran pernafasan 4
g. Tindakan operasi 4
h. Ciri maloklusi keluarga 4
3. Kebiasaan buruk yang berhubungan dengan maloklusi 4

15 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


PEMERIKSAAN FISIK UMUM DAN SISTEM STOMATOGNATIK
4. Pemeriksaan ekstra oral
a. Tipe kepala 4
b. Tipe muka 4
c. Tipe profil 4
d. Bentuk muka/ kepala 4
e. Tonus bibir atas 4
f. Tonus bibir bawah 4
5. Pemeriksaan intra oral
a. Kebersihan mulut 4
b. Jaringan mukosa mulut 4
c. Frenulum labii superior 4
d. Frenulum labii inferior 4
e. Lidah 4
f. Palatum 4
g. Fonetik 4
h. Garis tengah geligi atas 4
i. Garis tengah geligi bawah 4
j. Keadaan gigi geligi 4
6. Analisis Fungsional
a. Freeway space 4
b. Path of closure 4
c. Sendi Temporomandibular 4
d. Pola atrisi 4
KEMAMPUAN INTERPRETASI
7. Analisis Radiografi
a. Foto sefalometri 4
b. Foto panoramik 4
KETERAMPILAN PROSEDURAL
8. Perawatan maloklusi klas I sederhana/tipe dental
a. Melakukan pencetakan rahang 4
b. Melakukan pembuatan model studi/ diagnostic 4
c. Melakukan pembuatan foto profil ekstra oral 4
d. Melakukan pembuatan foto intraoral 4
e. Menggambar desain piranti ortodonti 4
f. Melakukan pembuatan piranti ortodonti:
a) Komponen aktif 3
b) Komponen retentive 3
c) Penjangkaran 3
d) Lempeng akrilik 3
g. Melakukan insersi piranti ortodonti 4
h. Melakukan aktivasi piranti ortodonti 4
9. Perawatan ortodonti sederhana pasien lanjutan 4
10. Tracing foto sefalometri 3
KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI
11. Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang instruksi kepada

16 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


pasien mengenai peranti yang telah dipakai yang telah dipakai
a. Cara memasang dan melepas 4
b. Cara perawatan 4
c. Cara aktivasi (jika menggunakan komponen yang harus 4
diaktivasi oleh pasien)

1.9. SKS DAN LAMA STUDI


Program Pendidikan Profesi Ilmu Orthodonsia sebesar 3 SKS dan pembelajaran dilaksanakan
pada semester 1, 2, dan 3. Penilaian diberikan pada setiap akhir semester dan dicantumkan
pada Kartu Hasil Studi (KHS).

Semester Keterampilan/pengetahuan Evaluasi

17 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


1 Anamnesis Mini CEX
1. Keluhan utama
2. Keadaan umum
a. Berat badan
b. Tinggi badan
c. Kelainan endokrin
d. Penyakit anak-anak
e. Alergi
f. Kelainan saluran pernapasan
g. Tindakan operasi
h. Ciri maloklusi keluarga
3. Kebiasaan buruk yang berhubungan dengan maloklusi

Pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatognati Mini CEX


4. Pemeriksaan ekstra oral
a. Tipe kepala
b. Tipe muka
c. Tipe profil
d. Bentuk muka/kepala
e. Tonus bibir atas
f. Tonus bibir bawah
5. Pemeriksaan intra oral
a. Kebersihan mulut
b. Jaringan mukosa mulut
c. Frenulum labii superior
d. Frenulum labii inferior
e. Lidah
f. Palatum
g. Fonetik
h. Garis tengah geligi atas
i. Garis tengah geligi bawah
j. Keadaan gigi geligi
6. Analisis fungsional
a. Freeway space
b. Path of closure
c. Sendi temporomandibula
d. Pola atrisi
Kemampuan interpretasi
7. Analisis radiografi
a. Foto sefalometri
b. Foto panoramik
Keterampilan prosedural
8. Perawatan maloklusi klas I sederhana/tipe dental
a. Melakukan pencetakan rahang DOPS
b. Melakukan pembuatan model studi/diagnostik
c. Melakukan pembuatan foto muka dan profil ekstra oral
d. Melakukan foto intra oral
e. Melakukan analisis model studi

18 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Presentan 1 topik dari textbook Rubrik
Peserta text book reading 10 x Rubrik
2 Melakukan insersi alat ortodontik DOPS
Melakukan aktivasi alat ortodontik DOPS
Aktivasi 10 - 20x
Cetak rahang atas dan bawah setelah 10x kontrol
Observasi pasien rekan 10 x
Perawatan ortodontik sederhana pasien lanjutan
Presentan journal reading Rubrik
Peserta presentasi journal reading 10x Rubrik
3 Aktivasi 10x bila belum selesai Rubrik
Cetak rahang atas dan bawah setelah selesai perawatan
Laporan kasus dan hasil perawtan Rubrik
Ujian keluar deparemen Lisan

19 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


METODE PEMBELAJARAN

2.1 Kerja klinik


Setiap mahasiswa melakukan 1 perawatan ortodontik kasus sederhana dengan alat
ortodontik lepasan.
Anamnesis
1. Keluhan utama
2. Keadaan umum
i. Berat badan
j. Tinggi badan
k. Kelainan endokrin
l. Penyakit anak-anak
m. Alergi
n. Kelainan saluran pernapasan
o. Tindakan operasi
p. Ciri maloklusi keluarga
3. Kebiasaan buruk yang berhubungan dengan maloklusi

Pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatognati


4. Pemeriksaan ekstra oral
g. Tipe kepala
h. Tipe muka
i. Tipe profil
j. Bentuk muka/kepala
k. Tonus bibir atas
l. Tonus bibir bawah
5. Pemeriksaan intra oral
k. Kebersihan mulut
l. Jaringan mukosa mulut
m. Frenulum labii superior
n. Frenulum labii inferior
o. Lidah
p. Palatum
q. Fonetik
r. Garis tengah geligi atas

20 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


s. Garis tengah geligi bawah
t. Keadaan gigi geligi
6. Analisis fungsional
e. Freeway space
f. Path of closure
g. Sendi temporomandibula
h. Pola atrisi

Kemampuan interpretasi
7. Analisis radiografi
c. Foto sefalometri
d. Foto panoramik

Keterampilan prosedural
8. Perawatan maloklusi klas I sederhana/tipe dental
a. Melakukan pencetakan rahang
b. Melakukan pembuatan model studi/diagnostik
c. Melakukan pembuatan foto muka dan profil ekstra oral
d. Melakukan foto intra oral
e. Melakukan analisis model studi
f. Menghitung kebutuhan ruang
g. Merencanakan perawatan
h. Menggambar desain alat ortodontik
i. Melakukan pembuatan alat ortodontik
a) Komponen aktif
b) Komponenen retentive
c) Penjangkaran
d) Lempeng akrilik
9. Tracing foto sefalometri
10. Presentasi laporan kasus dan rencana perawtan

Komunikasi, informasi, dan edukasi


11. Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang instruksi kepadapasien mengenai
alat yang telah dipakai
a. Cara memasang dan melepas
b. Cara perawatan
c. Cara aktivasi, jika menggunakan komponen yang harus diaktivasi oleh pasien

Insersi dan aktivasi


12. Melakukan insersi alat ortodontik
13. Melakukan aktivasi alat ortodontik: aktivasi 10 - 20x
14. Cetak rahang atas dan bawah setelah 10x kontrol
15. Observasi pasien rekan 10 x
16. Perawatan ortodontik sederhana pasien lanjutan
17. Cetak rahang atas dan bawah setelah selesai perawatan
18. Laporan kasus dan hasil perawatan

21 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Alur Kerja

22 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


2.2 Presentasi textbook reading

23 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Setiap mahasiswa mempresentasikan 1 topik dari textbook yang ditentukan oleh
pembimbing. Presentasi wajib dihadiri oleh anggota kelompok dan diberi nilai.
Setiap mahasiswa menghadiri 9 presentasi rekannya.
Mahasiswa sekelompok wajib hadir pada presentasi anggota kelompok. Jika tidak hadir,
mendapat nilai nol (0).

2.3 Presentasi journal reading


Setiap mahasiswa mempresentasikan 1 topik journal reading yang telah disetujui
pembimbing. Presentasi wajib dihadiri oleh anggota kelompok dan diberi nilai.
Setiap mahasiswa menghadiri 9 presentasi journal reading rekannya.
Mahasiswa sekelompok wajib hadir pada presentasi anggota kelompok. Jika tidak hadir,
mendapat nilai nol (0).

EVALUASI

24 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


3.1 Metode Penilaian
Metode penilaian dibagi menjadi beberapa ……

1. Sikap

2. Keterampilan khusus

No Kegiatan Evaluasi
1 Anamnesis Mini CEX
2 Pemeriksaan fisik secara umum dan system stomatognati Mini CEX

3 Kemampuan interpretasi Rubrik


4 Kemampuan prosedural Rubrik
5 Komunikasi, edukasi, informasi Rubrik
6 Presentasi laporan kasus dan renana perawatan Rubrik
7 Aktivasi DOPS
8 Presentasi laporan kasus dan hasil perawatan Rubrik

3. Textbook dan journal reading, laporan kasus


No Kegiatan Evaluasi
1 Presentasi textbook reading Rubrik
2 Kehadiran pada textbook reading Rubrik
3 Presentasi journal reading Rubrik
4 Kehadiran pada journal reading Rubrik
5 Presentasi laporan kasus dan rencana perawatan Rubrik
6 Kehadiran pada laporan kasus dan rencana perawtan Rubrik
7 Presentasi laporan kasus dan hasil perawatan DOPS
8 Kehadiran laporan kasus dan hasil perawatan Rubrik

4. Tes/ujian
a. Ujian Mini CEX (3x)
b. Ujian DOPS (4x)
c. Ujian keluar bagian

3.2 REKAPITULASI NILAI

25 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


No Uraian Nilai Bobot Bobot Nilai
nilai
1 Sikap 2 8%

2 Keterampilan khusus
Kerja klinik 4 16%
Laporan kasus 1 4%
Hasil akhir 4 16%
DOPS 1 1 4%
DOPS 2 1 4%
DOPS 3 1 4%
DOPS 4 1 4%
Mini C-ex 1 1 4%
Mini C-ex 2 1 4%
Mini C-ex 3 1 4%

3 Pengetahuan
Presentasi journal reading 2 4%
Kehadiran pada presentasi makalah 1 4%
Presentasi text book reading 1 4%
Kehadiran pada textbook reading 1 4%
Ujian keluar 2 8%

Nilai akhir 100%

Grade Nilai Akhir


Nilai akhir dinyatakan dalam huruf

EVALUASI

26 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


1. Penilaian proses (pengetahuan, Sikap, Keterampilan Umum, dan Keterampilan Khusus),
dengan satu atau kombinasi berbagai teknik dan instrument penilaian.
2. Teknik penilaian yang dimaksud berupa: observasi, unjuk kerja.

No. Teknik Penilaian Contoh


1 Observasi 1. Direct Observation Procedural (DOPS)
2. Mini CEx
3. Penilaian diskusi kelompok/tutorial.
4. Penilaian sikap.
5. Porto folio
6. Long case
7. Short case
3 Unjuk Kerja 1. Objective Struktured Clinical Examination (OSCE).
2. Integrated Performance Procedural Instrument (IPPI).
5 Tes lisan 1. Student Oral Case Analysis (SOCA)
2. Tes lisan berpedoman.

3. Instrumen penilaian proses dalam bentuk rubric dan atau penilaian hasil dalam bentuk
porto folio.
4. Penilaian sikap dapat menggunakan teknik observasi.

PEMBEKALAN KLINIK

27 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


ANAMNESIS (PEMERIKSAAN SUBJEKTIF)
Keluhan utama
Isi alasan permintaan perawatan pasien, menyangkut motivasi, aspek estetik, fungsi
pengunyahan, fungsi bicara dan bentuk kelainan yang sangat diderita sehingga mendo-rong
untuk datang minta dirawat. Wawancara menggunakan bahasa awam/pasien.
Pertanyaan yang bisa diajukan:
 Apakah anda datang untuk dirawat atas dasar kemauan sendiri atau atas saran orang
lain? Siapa?
 Bagian gigi dan rahang Anda mana yang ingin diperbaki? Menurut Anda bagaimana
keadaannya, apakah gigi-gigi tidak teratur / berjejal maju, renggang, atau alasan-alasan
lain?
 Apakah kelainan itu anda rasakan sangat mengganggu kecantikan, fungsi pengu-nyahan,
atau fungsi bicara Anda?
 Sejak kapan kelainan itu Anda rasakan?
Jika pada pemeriksaan awal dilihat ada bagian-bagian lain yang kira-kira perlu dirawat,
ditanyakan apakah bagian itu juga mau dirawat? Ini merupakan keluhan sekunder.

Riwayat Kesehatan
1. Kesehatan umum
Isi riwayat kesehatan pasien dengan mengajukan pertanyaan seperti :
a. Apakah pasien pernah menderita sakit yang mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan dentofasial dan penyakit yang dapat mengganggu / menghambat proses
perawatan ortodontik yang akan dilakukan. Jika pernah, kapan dan sakit apa yang
diderita ? Berapa lama menderita sakit tersebut ?
b. Apakah sekarang sedang dalam perawatan dokter?

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi


Diajukan pertanyaan yang dimaksudkan untuk menelusuri riwayat pertumbuhan dan
perkembangan gigi-geligi pasien dari periode gigi desidui, periode gigi bercampur sampai
periode gigi permanen yang dikeluhkan sekarang ini. Apakah ada faktor pertumbuhan dan
perkembangan gigi-geligi sebagai etiologi maloklusi yang dikeluhkan pasien?
Pertanyaan yang dapat diajukan
 Pada usia di bawah 5 tahun (balita), apakah banyak gigi yang berlubang (karies) atau gigis
(rampant caries)? Apakah pernah mengalami trauma, cabut gigi, menambalkan gigi ke
dokter gigi?
 Pada usia 6–12 tahun apakah ada gigi yang karies, kesundulan (persistensi, prolong
retensi, premature loss), trauma? Di sebelah mana?
 Apakah gigi yang goyah dicabutkan ke dokter gigi atau dicabut sendiri / oleh orang lain,
atau dibiarkan tanggal sendiri?
 Pada usia 12-15 tahun (masa SMP) dan usia 15–18 tahun (masa SMA) ada gigi permanen
yang sudah dicabut? Karena apa?

28 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


 Adakah gigi yang pernah mendapat perawatan syaraf (PSA) ?
 Apakah ada gigi yang mengalami trauma sampai goyah? Kapan? Di bagian mana?
 Serta lain-lain pertanyaan yang berkaitan dengan keluhan utama pasien.
Jika dari riwayat, ada yang dicurigai sebagai etiologi maloklusi, dicatat secara lengkap sesuai
dengan periode pertumbuhan gigi-gigi pasien.

Kebiasaan jelek/ bad habit. (Tidak ada/Ada)


Adakah kebiasaan yang dilakukan pada masa pertumbuhan gigi dan rahang dicurigai sebagai
etiologi maloklusi seperti yang dikeluhkan tersebut?
Dari maloklusi yang dikeluhkan pasien, operator harus sudah bisa menduga-duga ke-
mungkinan bad habit apa yang mungkin cocok sebagai etiologi untuk ditanyakan kepada
pasien atau orang tuanya. Jika ada riwayat, ditanyakan lebih lanjut berapa lama bad habit
itu dilakukan (durasi: dari kapan sampai kapan bad habit itu dilakukan),dimana dan
bagaimana melakukan (posisi dan lokasi), kuat/lemahnya (intensitas) melakukan kebiasaan,
sering-tidaknya (frekuensi) kebiasaan dilakukan.
Pertanyaan yang bisa diajukan:
 Pasien mengeluhkan giginya maju.
Pertanyaannya, apakah pernah mempunyai kebiasaan mengisap ibu jari, menggigit-gigit
bibir bawah? Dari kapan sampai kapan?
 Pada pasien yang gigi anteriornya berjejal.
Pertanyaannya apakah pernah mempunyai kebiasaan menggigit-gigit pensil, lidi atau
ujung handuk/saputangan? Kapan dan berapa lama?
 Pada pasien yang rahang atasnya sempit
Pertanyaannya apakah anda pernah mempunyai kebiasaan mulut terbuka sewaktu
bernafas?

4. Riwayat keluarga yang berkaitan dengan keluhan pasien


Riwayat keluarga, dimaksudkan untuk klarifikasi etiologi maloklusi pasien, apakah
bersumber dari sifat genetik yang diturunkan dari orang tua, atau pengaruh lingkungan.
Pertanyaan yang bisa diajukan:
 Apakah keadaan gigi yang anda keluhkan mirip seperti keadaan ajah, Ibu, saudara laki-
laki, saudara perempuan, saudara ke berapa? Jika ada kemiripan berarti ada sifat
penurunan.
 Jika keadaan gigi pasien berdesakan atau jarang-jarang: Apakah ayah Anda orangnya
tinggi besar, rahang dan gigi besar sedangkan Ibu orangnya kecil, rahang dan giginya
kecil-kecil? Atau sebaliknya Ibu orangnya besar, ayah orangnya kecil? Jika ya,
kemungkinan terjadi penurunan yang sifatnya poligenik antara ukuran gigi dan ukuran
rahang dari kedua orang tuanya yang ukurannya sangat berbeda.

B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. UMUM

29 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Jasmani : Periksa keadaan jasmani pasien dan beri keterangan.
Pemeriksaan jasmani dimaksudkan untuk mengetahui apakah pasien cukup sehat
jasmani untuk mendapat perawatan ortodontik yang akan dilakukan.
Mental : Periksa keadaan mental pasien dan beri keterangan.
Pemeriksaan mental dimaksudkan untuk mengetahui apakah pasien nanti cukup
mampu bekerja sama (kooperatif) dalam menjalankan perawatan, seperti : emosi
labil, tidak tela-ten, tidak mampu memahami instruksi operator dan lain lain.
Status Gizi : Periksa keadaan gizi pasien dan beri keterangan
Pemeriksaan bisa dilakukan dengan menghitung status gizi pasien dengan rumus
perim-bangan berat badan ( BB, dalam kilogram ) dan tinggi badan (TB, dalam
meter). Gunakan Indeks Masa Tubuh, dengan Rumus IMT = BB (kg) = _____
TB2(m)
Keterangan : Indeks Status Gizi Kategori
 18,5 Kurang Kurus
18,5 – 25.0 Normal Normal
 25.0 Lebih Gemuk
Pemeriksaan gizi dimaksudkan untuk mengetahui adakah keadaan gizi pasien ini me-rupakan
faktor etiologi maloklusi pasien. Apakah perawatan akan terhambat karena kea-daan gizi
pasien.
Catatan : Indeks Masa Tubuh digunakan untuk melihat status gizi pada orang dewasa.

LOKAL
a. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
Kepala
Dengan jangka bentang (spreading caliper) diukur
Panjang kepala (jarak glabella – occipital): ___________ mm
Lebar kepala (jarak horisontal terlebar antara puncak supramastoidea dan zygomatik
kanan dan kiri): ____________ mm
Indeks kepala : Lebar kepala _ X 100
Panjang kepala
Kesimpulan : Indeks Bentuk Kepala
 74,9 dolikosefali
75,0 -- 79,9 mesosefali
 80,0 brakisefali

Muka
Dengan jangka sorong (sliding caliper) diukur
Panjang muka (jarak vertikal nasion – gnathion): ____________ mm
Dengan jangka sorong (spreading caliper), diukur
Lebar muka ( jarak antara zygomatik kanan dan kiri ): ____________ mm

Indeks muka : Tinggi muka (jarak vertikal Gn-Na) X 100:

30 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Lebar bizygomatik

Kesimpulan Indeks Bentuk Muka


X -- 79,9 hiper euriprosop
80,0 -- 84,9 euriprosop
85,0 -- 89.9 mesoprosop
90,0 -- 94,9 leptoprosop
95,0 -- Y hiperleptoprosop

Profil muka
Pemeriksaan profil muka dimaksudkan untuk mengetahui apakah maloklusi pasien
berpengaruh terhadap penampilan wajah pasien.
Pasien duduk tegak, pandangan lurus ke depan sejajar lantai, amati profil muka pasien dari
samping tegak lurus bidang sagital. Amati titik – titik : glabela ( G ), bibir atas ( Ulc ), bibir
bawah ( Llc ), pogonion ( Pog ).
Garis G – Ulc dan Llc – Pog membentuk sudut :
lancip → profil muka cembung
lurus → profil muka lurus
tumpul → profil muka cekung

Sendi Temporomandibular (TMJ)


 Pemeriksaan TMJ dimaksudkan untuk mengetahui apakah sudah ada gangguan pada
TMJ.
 Pasien duduk tegak dan relaks, kedua jari telunjuk operator ditempelkan pada kondilus
pasien kanan dan kiri, pasien diinstruksikan membuka mulut kemudian digerakkan
pelan-pelan.
 Adakah kondilus kanan dan kiri pasien berputar secara tidak smooth antara kanan dan
kiri Jika ada berarti : Ada gangguan TMJ pada saat rotasi madibula.
 Kemudian disuruh membuka lebar-lebar dan melakukan gerakan membuka-menutup,
apakah ada pergeseran kondilus yang tidak lancar ? Jika ada, berarti ada gangguan pada
saat translasi mandibula.
 Pada saat mandibula digerak-gerakkan dirasakan, apakah ada getaran dan pasien
mende-ngar suara gemrisik ? Jika ya, berarti ada krepitasi, dan bila setiap gerakan juga
disertai dengan rasa sakit, berarti ada peradangan (Kondilitis).
 Catat dan beri keterangan pada formulir pemeriksaan.

Tonus Otot Mastikasi

31 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Tujuan pemeriksaan tonus otot pengunyahan adalah untuk mengetahui apakah maloklusi
pasien terjadi karena ada tonus otot pengunyahan yang tidak normal.
Pemeriksaan secara klinis hanya dapat mengindikasikan adanya kelainan tersebut, diag-nosis
yang tepat bisa dilakukan dengan pemeriksaan elektromyografi .
 Tempelkan kedua telapak tangan operator pada kedua pipi pasien kanan dan kiri, pasien
disuruh melakukan gerakan pengunyahan dan menggigit kuat-kuat. Rasakan ketegangan
otot pipi (M. masseter).
 Pada rahang pasien yang sempit, apakah otot pipi terasa terlalu tegang? Jika ya, ke-
mungkinan terdapat hipertonus otot.
 Pada rahang pasien yang lebar, apakah otot terlalu kendor ? Jika ya, hipotonus otot
Catat pada formulir dan beri keterangan, bila perlu konsulkan untuk pemeriksaan EMG.

Tonus Otot Bibir


Pemeriksaan tonus otot bibir (M. orbicularis oris) tujuannya sama dengan pemeriksaan otot
masseter.
 Pemeriksaan dilakukan dengan cara meletakkan kaca mulut pada bibir ba-wah dengan
menahan kemudian pasien diinstruksikan menelan ludah. Rasakan ketegangan otot bibir
bawah.
 Dengan cara yang sama lakukan pada bibir atas. Dengan kaca mulut bibir atas sedikit
diangkat, instruksikan menelan, rasakan ketegangannya
 Pada pasien yang gigi depan protrusif apakah dicurigai adanya otot bibir yang kendor
(hipotonus)?
 Catat dan beri keterangan, bila perlu konsulkan untuk pemeriksaan EMG.

Bibir posisi istirahat


Pemeriksaan posisi bibir dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada incompetensi otot-otot
bibir pasien pada posisi istirahat.
Pada pasien yang gigi anterior atasnya protrusif, diam-diam tanpa sepengetahuan pasien
amati posisi bibirnya , apakah menutup atau terbuka?
Amati posisi bibir bawah apakah di belakang gigi anteror atas?
Kemudian pasien disuruh menutup bibirnya, apakah penutupan tampak dipaksakan? Jika ya
berarti ada incompetent otot bibir pasien.
Catat pada formulir pemeriksaan dan beri keterangan.

Free way space


Pengukuran free way space pasien dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar jarak in-
terocclusal pasien pada saat posisi istirahat. Ini berguna untuk menentukan ketebalan bite
plane jika diperlukan pada perawatan nanti.
Cara pengukuran:
 Pasien duduk tegak pandangan lurus kedepan sejajar lantai.
 Dengan spidol beri tanda posisi titik:Subnasal (Sn) dan Pogonion (Pog).

32 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


 Bibir tertutup pada posisi istirahat, dengan jangka sorong (sliding caliper) ukurlah jarak
Sn – Pog.
 Kemudian pasien diinstruksikan oklusi sentrik, ukur lagi jarak Sn – Pog.
 Catatlah selisih pengukuran tadi. Besar free way space normal 2- 4 mm.

PEMERIKSAAN FUNGSIONAL

b. PEMERIKSAAN INTRA ORAL


Higiene mulut
 Periksa higiene mulut pasien : plak, kalkulus, debris.
 Tetapkan OHI pasien catat dan beri keterangan.
 Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah higiene mulut pasien akan
menghambat perawatan yang akan dilakukan ? Apa perlu dilakukan scaling lebih dulu?

Lingua
Periksa keadaan dan ukuran lidah pasien catat dan beri keterangan
Pemeriksaan lidah pasien dimaksudkan untuk mengetahui:
 Apakah ada kelainan, peradangan atau lesi pada lidah yang akan menghambat
perawatan ortodontik yang akan dilakukan?
 Apakah ukuran lidah pasien menjadi etiologi maloklusi?
 Periksa ada atau tidak ada-nya krenasi (crenation) pada tepi lidah.
 Apakah ukuran lidah akan mengganggu stabilitas hasil perawatan ortodontik yang akan
dilakukan ?

Palatum
Periksa catat dan beri keterangan keadaan palatum
Pemeriksaan palatum dimaksudkan untuk mengetahui
 Apakah ada kelainan, peradangan atau lesi pada palatum pasien yang akan menghambat
perawatan ortodontik yang akan dilakukan?
 Apakah ukuran palatum yang menjadi sebab terjadinya maloklusi?
 Apakah ukuran palatum merupakan indikasi adanya kebiasaan bernafas melalui mulut?

Gingiva
Periksa, catat dan beri keterangan keadaan gingiva pasien.
Pemeriksaan gingiva dimaksudkan untuk mengetahui
 Apakah ada peradangan atau resesi pada gingiva ? Seberapa parah ?
 Apakah ada kelainan lain yang akan menggangu perawatan ortodontik yang akan
dilakukan?

33 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Mukosa
Periksa, catat dan beri keterangan keadaan mukosa pipi dan bibir pasien.
Pemeriksaan mukosa pasien dimaksudkan untuk mengetahui
 Apakah ada peradangan, lesi, tumor pada mukosa? Seberapa parah?
 Apakah ada kelainan lain yang akan mengganggu perawatan ortodontik yang akan
dilakukan?

Frenulum
Periksa, catat dan beri keterangan keadaan ketebalan, perlekatan frenulum pasien
(frenulum bibir atas, frenulum bibir bawah dan frenulum lidah).
Pemeriksaan frenulum pasien dimaksudkan untuk mengetahui :
 Apakah frenulum pasien normal, tipis atau tebal?
 Apakah perlekatannya rendah (mendekati forniks), normal, atau tinggi (mendekati tepi
gingiva)?
 Apakah ada kelainan yang akan mengganggu perawatan ortodontik sehingga perlu di-
lakukan frenectomi dulu?

Tonsila
Dengan menggunakan tongue blade atau kaca mulut, lidah pasien ditekan dan periksa
keadaan tonsila pasien, catat dan beri keterangan lengkap.
Pemeriksaan tonsila pasien dimaksudkan untuk mengetahui:
 Apakah ada peradangan dan pembengkakan tonsila palatina pada tepi kiri dan kanan
pangkal lidah?
 Jika ada apakah akan mengganggu perawatan ortodontik?
 Apakah perlu konsul ke dokter spesialis THT?

Pemeriksaan gigi-geligi
Dengan kaca mulut dan sonde periksa secara berurutan dari gigi kiri bawah pasien sampai
gigi kanan bawah dan dari gigi kanan atas sampai gigi kiri atas pasien. Jika ada kelainan catat
dan cocokkan dengan riwayat anamnesis geligi yang telah dilakukan.
Pemeriksaan geligi pasien dimaksudkan untuk mengetahui:
 Apakah ada gigi-gigi yang harus dirawat dulu (ditambal, dicabut), sebelum perawatan
ortodontik dimulai?
 Apakah ada gigi yang memakai jaket atau mahkota buatan yang mungkin akan lepas atau
rusak jika mendapat tekanan ortodontik?
 Apakah ada gigi yang telah mendapat perawatan endodontik sehingga perlu diper-
hatikan jika nanti akan dikenakan tekanan?
 Apakah ada gigi yang impaksi, harus dioperasi atau dirawat secara ortodontik?
 Apakah ada gigi susu yang persistensi sehingga perlu dicabut dulu?
 Apakah ada kelainan lain yang akan menghambat perawatan ortodontik yang akan
dilaksanakan?

34 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


PENGAMBILAN FOTO MUKA

TEKNIK MENCETAK
Persiapan alat dan bahan
Persiapan kelengkapan alat dan bahan yang digunakan untuk mencetak
 Alat: sendok cetak berbagai ukuran, bowl, spatula, gelas takaran
 Bahan: bahan cetak / alginat

Persiapan pasien
Mempersiapkan posisi pasien untuk tindakan pencetakan rahang
 Pasien duduk dalam posisi tegak namun dalam keadaan rileks, yaitu posisi punggung dan
kepala bagian belakang terletak sejajar/satu garis
 Garis chamfer (chamfer line nasotragal line = naso auricular line= garis khayal yang
ditarik dari sudut sayap hidung ke tragus atau dari ala nasi sampai titik tertinggi dari
porus acusticus externus) sejajar lantai.
 Tinggi dental unit di atur sedemikian rupa sehingga mulut pasien setinggi siku operator

Persiapan operator
Operator menggunakan lab jas, name tag, sarung tangan, dan masker

Pemilihan sendok cetak


Melakukan pemilihan sendok cetak dengan mencobakan pada pasien
 Ukuran sendok cetak harus sesuai dengan ukuran rahang pasien
Panjang sendok cetak di daerah posterior mencapai garis AH line (batas mukosa palatum
yang keras dengan lunak)

Instruksi kepada pasien


Memberikan penjelasan dan instruksi pada pasien terhadap proses pencetakan yang akan
dilakukan
 Pasien diinstruksikan untuk bernapas melalui hidung
 Sebelum sendok cetak dimasukkan, pasien diinstruksikan untuk menarik nafas
panjang supaya paru-paru terisi penuh oksigen
 Tidak disarankan untuk menahan napas karena dapat meningkatkan CO2 sehingga
merangsang muntah
 Ketika menekan sendok cetak rahang bawah, pasien diinstruksikan untuk meletakkan
ujung lidah di palatum anterior, kemudian lidah diletakkan dan dijulurkan di atas sendok
cetak

35 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Prosedur mencetak rahang atas
a. Posisi operator
Operator berdiri di depan kanan pasien.

b. Manipulasi bahan cetak


1) Menuang air ke bowl
2) Menuang alginat ke air
3) Mengaduk bahan cetak
4) Menempatkan ke sendok cetak

c. Mencetak rahang atas


 Operator memasukkan sendok cetak rahang atas dari arah depan.
 Sendok cetak dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri menarik
ujung mulut sebelah kiri.
 Dengan gerakan rotasi, sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut pasien bagian
kanan sampai gagang sendok cetak terletak pada satu garis dengan garis median
wajah pasien
 Tekan sendok cetak ke atas sampai sendok cetak ini sejajar dengan lantai. Pada
bagian vestibulum dapat dipakai jari telunjuk kanan untuk menekan atau menaikkan
bahan cetak ke bagian vestibulum. Bibir dapat ditarik ke bawah dan dilepaskan
kembali.
 Saat menekan sendok cetak ke rahang atas, posisi operator berada di belakang
kanan pasien.
 Sendok cetak ditahan dengan tekanan yang konstan dan ditunggu pengerasan
bahan cetak selama 2-3 menit.
 Melepas sendok cetak. Setelah bahan cetak mengeras, sendok cetak dilepaskan
dari rahang pasien sejajar dengan sumbu gigi

d. Instruksi kepada pasien


Operator memberikan instruksi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dan membimbing
pasien supaya merasa nyaman dan tidak merasa mual saat dicetak

e. Menjelaskan kepada instruktur


Melakukan pengamatan dan menjelaskan pada instruktur hasil cetakan rahang atas.

Prosedur mencetak rahang bawah


a. Posisi operator
Operator berdiri di depan kanan pasien.

b. Manipulasi bahan cetak


1) Menuang air ke bowl

36 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


2) Menuang alginat ke air
3) Mengaduk bahan cetak
4) Menempatkan ke sendok cetak

c. Mencetak rahang bawah


 Operator memasukkan sendok cetak rahang bawah dari arah depan.
 Sendok cetak dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri membuka ujung mulut
sebelah kiri.
 Sendok cetak yang telah diisi dengan bahan cetak harus dibalik terlebih dahulu
sebelum dicetakkan ke rahang bawah pasien.
 Dengan gerakan rotasi, sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut pasien bagian
kanan sampai gagang sendok cetak terletak pada satu garis dengan garis median
wajah pasien
 Setelah sendok cetak berada dalam mulut dengan posisi yang tepat, pasien kita
instruksikan untuk mengangkat lidahnya, kemudian baru sendok cetak ditekan
 Sendok cetak ditahan dengan tekanan yang konstan dan ditunggu pengerasan bahan
cetak selama 2-3 menit
 Melepas sendok cetak rahang bawah. Setelah bahan cetak mengeras, sendok cetak
dilepaskan dari rahang pasien sejajar dengan sumbu gigi

d. Instruksi
Operator memberikan instruksi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dan membimbing
pasien supaya merasa nyaman dan tidak merasa mual saat dicetak

e. Menjelaskan kepada instruktur


Melakukan pengamatan dan menjelaskan pada instruktur hasil cetakan rahang bawah

Hasil cetakan
Rahang Atas
1. Tanda-tanda anatomis harus tercetak dengan baik: gigi geligi, frenulum (labialis,
bukalis), vestibulum (labialis, bukalis), papila insisivus, rugae palatina, fovea palatina,
tuberositas maksilaris, palatum
2. Harus memenuhi faktor fisik sbb:
a. Tepi cetakan membulat
b. Permukaan cetakan tidak boleh terdapat gelembung udara, robekan dan lipatan-
lipatan
c. Bagian sendok cetak tidak boleh terlihat
d. Bila ada tambahan malam, bahan tersebut tidak boleh terlihat

Rahang Bawah

37 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


1. Tanda-tanda anatomis harus tercetak dengan baik gigi geligi, frenulum (labialis,
bukalis), vestibulum (labialis, bukalis), retromolar pad, mylohyoid ridge
2. Harus memenuhi faktor fisik sbb :
a. Tepi cetakan membulat
b. Permukaan cetakan tidak boleh terdapat gelembung udara, robekan dan lipatan-
lipatan
c. Bagian sendok cetak tidak boleh terlihat
d. Bila ada tambahan malam, bahan tersebut tidak boleh terlihat

Sikap
 Sikap terhadap pasien selama perawatan berlangsung menunjukkan empati, tanggung-
jawab, melayani, berbuat yang terbaik
 Sikap terhadap instruktur selama perawatan berlangsung menunjukkan disiplin dan
etika akademik.

DIAGNOSIS MALOKLUSI
Klasifikasi Angle
Klasifikasi maloklusi menurut Angle dibuat berdasarkan hubungan mesio distal gigi, lengkung
gigi dan kedudukan rahang.

1. Maloklusi kelas I Angle (neutro-oklusi)


Hubungan molar maloklusi kelas I normal puncak cusp mesiobukal molar pertama
rahang atas terletak pada buccal groove molar pertama rahang bawah. Maloklusi Angle
Kelas I dibedakan menjadi beberapa tipe (Dewey):
A. Tipe 1, gigi anterior berjejal
B. Tipe 2, gigi anterior maksila protrusif
C. Tipe 3, gigitan silang gigi anterior
D. Tipe 4, gigitan silang gigi posterior
E. Tipe 5, mesial drifting gigi molar
F. Hubungan vertikal gigi anterior, diastema, gigitan dalam, gigitan terbuka, dll

Gambar 1. Maloklusi Kelas I Angle

2. Maloklusi kelas II (disto-oklusi)

38 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Hubungan maloklusi kelas II ditentukan dari hubungan rahang atas dan bawah yang
memperlihatkan hubungan mandibula yang lebih ke distal dari maksila. Maloklusi kelas
II ditunjukkan oleh posisi puncak cusp mesiobukal molar pertama rahang atas lebih
anterior dari buccal groove molar pertama rahang bawah. Klasifikasi kelas II Angle
dibagi atas dua divisi, yaitu:
1) Divisi 1, menunjukkan posisi insisif maksila yang labioversi secara ekstrem
2) Divisi 2, menunjukkan inklinasi insisif sentral maksila mendekati normal atau sedikit
palatoversi, sedangkan insisif lateral maksila tipping ke arah labial dan mesial.

A B

Gambar 2. Maloklusi kelas II. A. divisi 1. B. Divisi 2

3. Maloklusi kelas III (mesio-oklusi)


Hubungan molar maloklusi kelas III ditentukan oleh posisi puncak cusp mesiobukal
molar pertama rahang atas terletak lebih distal dari pada bukal groove molar pertama
rahang bawah. Maloklusi ini dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan hubungan
gigi anterior, yaitu :
A. Tipe 1, hubungan gigi insisif rahang atas dan bawah edge to edge.
B. Tipe 2, hubungan gigi insisif rahang atas dan bawah normal
C. Tipe 3, hubungan gigi insisif rahang atas dan bawah terbalik

Gambar 3. Maloklusi kelas III

Modifikasi Lischer
Neutrocclusion : maloklusi kelas I
Distocclusion : maloklusi kelas II
Mesiocclusion : maloklusi kelas III
Buccocclusion : sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke bukal
Liinguocclusion : sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke lingual

39 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Supraocclusion : sekelompok gigi atau satu gigi yang erupsi di atas batas normal
Infraocclusion : sekelompok gigi atau satu gigi yang erupsi di bawah batas normal
Mesioversion : posisi gigi lebih ke mesial dari pada posisi normal
Distoversion : posisi gigi lebih ke distal dari pada posisi normal
Transversion : transposisi dari dua gigi
Axiversion : inklinasi aksial yang abnormal dari gigi
Torsoversion : rotasi gigi menurut sumbu panjang nya

Kunci oklusi Andrew


Menurut Andrew (1972), terdapat 6 kunci oklusi untuk mendapatkan oklusi yang normal.
1. Hubungan molar
2. Posisi puncak cusp mesiobukal molar pertama rahang atas terletak pada bukal groove
molar pertama rahang bawah. Puncak cusp distobukal molar pertama rahang atas
berkontak dengan cusp mesiobukal molar kedua rahang bawah.
3. Angulasi mahkota gigi (mesio-distal tip)
4. Angulasi merupakan sumbu panjang gigi dari insisal atau oklusal hingga ke apex gigi.
Pada oklusi normal, aspek insisal atau oklusal lebih ke mesial dari pada servikal gigi.
5. Inklinasi mahkota (labio-lingual / bucco-lingual tip)
6. Insisal permukaan labial gigi anterior lebih labial dari pada gingiva pada aspek labial.
Permukaan oklusal gigi posterior lebih lingual dari permukaan gingiva pada aspek bukal.
7. Rotasi
8. Pada hubungan oklusi yang normal tidak ada gigi yang rotasi
9. Spacing
10. Pada hubungan oklusi yang normal tidak terdapat diastema ataupun ruang
11. Dataran oklusi
12. Dataran oklusal dari cusp dan insisal gigi rahang bawah terlihat dasar

40 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Gambar 4. Diagram Venn kesejajaran lengkung gigi

KOMPONEN ALAT LEPASAN ORTODONTIK


Adalah alat yang dapat dilepas atau dipasang oleh pasien tanpa intervensi dokter gigi. Alat
tersebut dapat bersifat aktif atau pasif tergantung kemampuannya menghasilkan gaya. Alat
lepasan ada yang aktif dan pasif. Alat lepasan yang aktif dirancang untuk menggerakkan
pergerakan gigi, biasanya tipping, oleh alat aktif seperti spring (pegas). Alat lepasan yang
pasif dirancang untuk mempertahankan posisi gigi sekarang seperti space maintainer dan
retainer.
Disamping kelebihannya, ada kekurangan alat ortodontik lepasan yaitu menjadi di
bawah kendali pasien. Selain itu, pergerakan gigi tidak dapat dilakukan dalam 3 dimensi
secara simultan.

Desain alat
Alat lepasan terdiri dari 3 komponen.
1. Komponen aktif atau gaya, yaitu spring, screw, elastik.
2. Komponen retensi, biasanya cengkeram (clasp)
3. Plat basis atau rangka, terbuat dari cold cure atau heat cure acrylic.

41 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Komponen aktif
Mekanik alat ortodontik adalah komponen aktif yang dapat menghasilkan gaya yang akan
menggeser gigi secara individual, secara grup, dan/atau rahang.
1. Spring, terbuat dari kawat SS diameter 0,5. 0,6, 0,7 mm.
2. Bow (busur), terbuat dari kawat SS diameter 0, atau 0,6 mm.
3. Screw (sekrup)
4. Elastik.

Desain spring
Berdasar adanya helix
 Simple spring, tidak ada helix
 Compound spring, ada helix
 Helical spring, ada helix
 Looped spring, ada lup, tidak ada helix
Berdasar penyangga spring
 Selp supported spring, terbuat dari kawat yang besar
 Supported spring, terbuat dari kawat yang lebih kecil sehingga perlu perlindungan
berupa kawat atau dibox dalam acrylic.

Macam spring (pegas)


Finger spring
Spring yang paling bermanfaat adalah single atau cantilever atau finger spring. Terbuat dari
kawat SS bundar 0,5 – 0,6 mm. Pegas tersebut mempunyai
 coil atau helix di dekat perlekatan ke akrilik, dengan diameter 3 mm. Arah helix
berlawanan dengan arah pergerakan gigi. Letaknya pada sumbu panjang gigi.
 ujung bebas yang menggerakkan gigi pada lengkung gigi yang sudah baik. Ini adalah
lengan aktif, panjang 12-15 mm, menempel ke mukosa
 lengan retensi, panjang minimum 4-5 mm dengan ujung retensi, tidak menempel ke
mukosa
Indikasi adalah pergerakan mesio-distal gigi misalnya penutupan diastema.
Aktivasi dilakukan dengan membuka coil atau menggerakkan lengan aktif ke arah pergerakan
gigi sebesar 3 mm.

Letak helix pada sumbu panjang gigi.

42 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Aktivasi finger spring dengan membuka coil.

Aktivasi dilakukan dengan menggerakkan lengan aktif ke


arah pergerakan gigi sebesar 3 mm.

Double cantilever spring atau Z spring


Dibentuk oleh 2 lipatan dengan 2 coil. Spring dapat melakukan proklinasi 2 atau lebih gigi
insisif atas.
Konstruksi spring terbuat dari kawat SS bulat 0,5 mm, mempunyai 2 helix. Posisinya tegak
lurus permukaan palatal gigi yang akan digerakkan. Lengan retensi panjang 12 mm. Aktivasi
dengan cara membuka helix 2-3 mm. Untuk memperbaiki rotasi, aktivasi dilakukan hanya
pada 1 helix. Bermanfaat untuk koreksi anterior cross bite yang tidak melebihi free way
space.

Z spring

T spring
Dibuat dari kawat bulat 0,5 mm dan digunakan untuk menggerakkan premolar ke buccal,
dan bisa juga untuk kaninus. Bentuk lengannya seperti huruf T, dan ujungnya tertanam
dalam plat basis. Lup pada lengan dapat dibuka supaya tetap berkontak dengan gigi sewaktu
gigi bergerak ke buccal. Aktivasi dengan cara menarik tepi T ke arah pergerakan gigi yang
diinginkan.

43 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Mattress spring
Spring digunakan untuk koreksi gigi ke labial dan digunakan jika ruang cukup. Dibuat dari
kawat SS 0,6 mm dengan bentuk seperti mattress dengan lup U meluas sampai lengan
retensi. Posisinya dekat tepi gingiva.

Mattress spring

Labial bow
Komponen ini digunakan untuk mengurangi overjet (jarak gigit) dan untuk fiksasi gigi
anterior. Banyak macam labial bow di antaranya short dan long labial bow.
Short labial bow
Short labial bow dibuat dari kawat SS 0,7 mm dan kontak dengan permukaan labial gigi yang
paling menonjol ke depan. Pada ujung bow terdapat 2 lup yang berlanjut dengan lengan
retentif di antara kaninus dan premolar sebelum tertanam dalam basis akrilik.
Labial bow digunakan untuk retensi, mengurangi sedikit overjet, dan penutupan ruang di
anterior. Kisaran kerjanya terbataas karena kaku dan kurang fleksibel. Untuk penutupan
ruang, lup dikompres 1-2 mm.

Short labial bow


Long labial bow

44 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Merupakan modifikasi short labial bow dengan ujung lengan retentif berakhir di antara
premolar 1 dan premolar 2. Dapat digunakan sebagai komponen retensi dan komponen
aktif. Gunanya untuk mengurangi sedikit overjet, penutupan sedikit ruang anterior, menutup
ruang distal kaninus, dan sebagai guidance untuk kaninus pada saat retraksi kaninus. Aktivasi
dengan cara mengkompres lup 1-2 mm sehingga bow pergerak ke palatal 1 mm.

Long labial bow

Screw (sekrup)
Screw adalah komponen aktif yang memberi tekanan intermitten. Aktivasi dilakukan dengan
cara memutar sekrup sehingga 2 bagian pelat basis terdorong yang selanjutnya mendorong
gigi. Aktivasi berulang menyebabkan gigi bergeser ke posisi baru. Karena itu sekrup dapat
digunakan secara luas tergantung lokasi sekrup, jumlah sekrup, dan lokasi separasi pelat.
Pasien atau orang tuanya mengaktivasi sekrup menggunakan kunci 1-2 kali seminggu
atau lebih sering tergantung macam dan jumlah pergerakan yang diperlukan. Aktivasi ideal
adalah memutar ¼ putaran sekali setiap 3-7 hari yang menghasilkan 0,2-0,25 mm
pergerakan.
Berdasar lokasi sekrup dan pembelahan pelat, ada 3 macam pergerakan yang dapat
dihasilkan.
1. Ekspansi rahang, sekrup ditempatkan di pusat lengkung.
2. Gerakan labial/bukal sekelompok gigi
3. Gerakan mesial/distal dari 1 atau lebih gigi.

Komponen retentif atau fiksasi


Komponen ini membantu mempertahankan alat tetap pada tempatnya dan menahan
pergeseran alat karena komponen aktif. Efektivitas komponen aktif tergantung pada retensi

45 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


alat. Fiksasi yang baik membantu kepatuhan pasien memakai alat, penjangkaran
(anchorage), dan pergerakan gigi.
Untuk alat lepasan aktif, secara geometri ada 3 sistem penjangkaran: (i) penjangkaran
trapesium; (ii) penjangkaran triangular, dan (iii) penjangkaran triangular-trapesium.

Clasp (cengkeram)
Komponen retentif pada alat ortodontik lepasan umumya adalah cengkeram yang
memegang gigi sehingga tahan terhadap pergerakan alat. Cara kerja cengkeram adalah
memanfaatkan undercut untuk retensi pada alat lepasan. Ada 2 macam undercut yaitu
proximal dan cervical. Cengkeram Adam memanfaatkan proximal undercut, sedangkan
Jackson memanfaatkan buccal undercut.

Circumferential atau C clasp


Disebut juga cengkeram tiga per empat dan memanfaatkan undercut bukal. Dibuat dari
kawat SS 0,7 mm. Biasanya ujung bebas dimulai dari undercut proksimal mesial sepanjang
tepi cervical menuju sisi proksimal distal, lanjut ke arah oklusal melalui embrassure dan
berakhir sebagai lengan retentif. Cengkeram ini digunakan untuk gigi yang sudah erupsi
sempurna.

Cengkeram C

Cengkeram Jackson atau cengkeram penuh

46 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Bentuk cengkeram seperti U dan dibuat dari kawat SS 0,7 mm. Bentuk cengkeram diadaptasi
sepanjang tepi servikal bukal gigi memanjang dari mesial ke distal undercut, melalui
embrassure oklusal dan berkhir sebagai lengan retensi pada kedua sisi gigi. Cengkeram
hanya untuk gigi yang telah erupsi sempurna.

Cengkeram Jackson

Cengkeram Schwarz atau cengkeram arrow head


Cengkeram mempunyai arrow head (anak panah) yang memanfaatkan undercut proksimal
antara premolar dan molar.

Cengkeram Schwarz

Cengkeram Adam
Cengkeram ini efektif dan banyak digunakan. Cengkeram memanfaatkan undercut proksimal
di embrassure distal dan mesial gigi M1. Dibuat dari kawat bulat SS 0,7 mm. Dapat
digunakan pada molar, premolar, dan gigi molar sulung, dalam hal ini digunakan 0,6 mm.

47 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Cengkeram Adam

Modifikasi cengkeram Adam dengan 1 arrowhead pada M yang belum erupsi sempurna.

Cengkeram triangular
Cengkeram triangular digunakan untuk retensi tambahan, tidak dapat digunakan sendiri.
Cengkeram terletak pada undercut proksimal antara 2 gigi posterior, kemudian melewati
embrassure occlusal dan berakhir sebagai lengan retentif di bagian palatal.

Cengkeram triangular

Cengkeram ball end


Terbuat dari kawat SS 0,7 mm dengan satu ujungnya berbentuk bola yang terletak pada
undercut proksimal di antara 2 gigi posterior yang berdekatan. Bisa dibeli jadi. Merupakan
retensi tambahan.

Cengkeram ball end

48 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Pelat basis
Pelat basis dapat terbuat dari cold cure atau heat cure acrylic dan merupakan bagian
terbesar alat lepasan. Perannya sebagai penyangga bagi sumber tekanan dan
mendistribusikan reaksi dari gaya ke daerah penjangkaran. Ketebalannya 1,5-2 mm. Pada
rahang atas, jika pelat menutupi banyak bagian palatum akan menyebabkan pasien mual.
Untuk mengatasinya, bagian posterior berakhir pada M1 dan bagian tengahnya dipotong
lebih ke anterior (bentuk U).

Kiri pelat basis dan kanan pelat basis bentuk U

Modifikasi pelat basis


Pada pelat basis dapat ditambahkan bite plate di anterior atau posterior.
Anterior bite plane digunakan untuk mengurangi overbite (tumpang gigit) dan dibuat di
posterior insisif dan kaninus. Bentuk permukaannya harus datar tidak boleh miring untuk
mencegah gaya proklinasi gigi anterior bawah.

Anterior bite plane yang datar

49 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


Kiri, dapat dibuat alur untuk mendukung insisif bawah.
Tengah, gigi insisif maksila dapat dibuat cap untuk mencegah supra erupsi dan flaring
(menyebar)
Kanan, permukaannya dapat dibuat miring dengan tujuan agar pasien menggigit lebih ke
depan sehingga mandibula tumbuh ke depan. Dapat juga menyebabkan proklinasi gigi insisif
mandibula.

Posterior bite plane digunakan bila ada gigi yang harus didorong melewati gigitan. Gigi
tersebut harus bebas dari hambatan oklusi.

INSTRUKSI PADA PASIEN

Daftar pustaka
Singh G. Textbook of orthodontics. 3 ed. 2015. New Delhi. The health science publisher.

INSERSI
Tahap-tahap insersi :
1. Persiapan alat
2. Adaptasi dan kelengkapan alat
3. Penyesuaian komponen retensi
4. Penyesuaian komponen aktif
5. Pengenalan alat pada pasien
6. Instruksi pada pasien

1. Persiapan alat
Plat sudah dipoles dengan baik, tidak ada bagian yang tajam.
2. Adaptasi dan kelengkapan alat
 Alat harus tepat dan akurat, adaptasi baik.
 Adaptasi diperiksa menggunakan kaca mulut dan sonde.
 Periksa apakah terdapat kesalahan alat, seperti kesalahan teknik pembuatan,
antisipasi apakah nanti akan dilakukan pencabutan gigi, antisipasi erupsi gigi,
keterlambatan pemasangan alat, pemasangan alat berikutnya, dan kesalahan
prosedur lab.
3. Penyesuaian komponen retensi
Pemeriksaan menggunakan sonde pada adam clasp dan labial bow. Pada saat dilakukan
pemeriksaan, alat tidak boleh terlepas.
4. Penyesuaian komponen aktif
 Alat-alat aktif dalam keadaan pasif.
 Disesuaikan dengan kedudukan yang benar tanpa tekanan.
5. Pengenalan alat pada pasien

50 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


 Memberi tahu pasien cara memasang dan melepas alat.
 Didepan cermin, mencontohkan cara memasang dan melepas alat, lalu pasien
mencoba melakukan sendiri.
6. Instruksi pada pasien
Keberhasilan perawatan alat lepasan tergantung kepada kepatuhan pasien mengikuti
instruksi dokter gigi. Pasien dan orang tuanya harus diberi instruksi secara verbal dan
diperkuat dengan instruksi tertulis.
a. Pasien diperlihatkan dengan cermin cara memasang dan melepas alat. Semua
dilakukan pada cengkeram dan bukan pada labial bow dan spring.
b. Alat harus dipakai 24 jam kecuali pada waktu makan, waktu membersihkannya,
waktu olahraga dengan kontak fisik, dan berenang.
c. Kebersihan mulut harus dijaga untuk mencegah demineralisasi email.
d. Alat harus dibersihkan dengan sikat dan sabun. Hati-hati untuk tidak menekuk atau
merusak semua komponen.
e. Bila ada sakit atau kerusakan alat, pasien harus segera melaporkannya ke klinik.
f. Pasien dengan alat yang mempunyai screw, harus diberi instruksi cara aktivasi
screw.
g. Pasien tidak boleh membiarkan alat dalam waktu yang lama di luar mulut, karena
kemungkinan menjadi lebih besar alat menjadi berubah atau rusak.
h. Alat harus dijauhkan dari binatang piaraan bila tidak sedang dipakai.

AKTIVASI
1. Finger spring
Aktivasi dilakukan dengan membuka coil sehingga lengan aktifnya bergerak kearah
pergerakan gigi sebesar 1-2 mm pada initial visit dan 3 mm pada visit berikutnya. Coil
harus berada pada sisi yang berhadapan dengan mukosa dan untuk menjaga arah
gerakan dapat diberi palatal guard bar diatasnya atau dibawah plat (box in) bila
diperlukan.

Cara menentukan letak coil :


Letak coil tergantung pada posisi gigi dan arah pergerakan gigi yang diinginkan.

51 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


2. Z Spring (Pegas Z)
Letak spring harus tegak lurus permukaan palatal gigi (a). Aktivasi dilakukan dengan
memperbesar kedua coil 2-3 mm. Jika ingin mengoreksi rotasi ringan, makan aktivasi
dapat dilakukan dengan meperbesar satu coil saja.

3. T spring (Pegas T)
Aktivasi T spring dilakukan dengan menarik tepi T kearah pergerakan gigi yang
diinginkan. Cara memperpanjang T spring adalah dengan melebarkan lup. Letak t spring
dekat dengan permukaan mukosa dan dibagian atasnya terdapat plat. Dapat dilihat
pada gambar (a).

4. Mattress spring
Aktivasi dilakukan dengan memperbesar lup.

52 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


5. Labial bow
Aktivasi labial bow dilakukan dengan cara memperkecil lup sehingga bagian horizontal
labial bow terletak lebih ke palatal atau lingual. besarnya aktivasi dapat diperiksa
dengan cara menarik labial bow kearah insisal gigi, lalu dengan kaca mulut dilihat
jaraknya terhadap permukaan labial gigi, yaitu sebesar 1 mm.

BAB IV
PENUTUP

Buku panduan profesi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, maka buku ini akan ditinjau kembali dan diperbaiki
sebagaimana mestinya.
Hal yang belum diatur dalam buku ini akan ditetapkan kemudian dengan keputusan
tersendiri.

53 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI


54 Buku Panduan Profesi Ortodonsia Kedokteran Gigi Universitas YARSI

Anda mungkin juga menyukai