ORTHODONSIA
Alhamdulillah yang atas izinNya Buku Panduan Program Profesi Orthodonsi Program
Kedokteran Gigi YARSI dapat diselesaikan.
Buku panduan ini disusun berdasar kompetensi yang ditetapkan oleh KKI. Dengan
adanya buku panduan ini diharapkan mahasiswa dapat meningkatkan pemahaman dan
keterampilan tentang teori dasar yang telah dipelajari dan dapat diterapkan di klinik saat
menangani pasien.
Buku panduan ini menjadi acuan bagi staf pengajar, mahasiswa, tenaga kependidikan
dan pihak yang terkait dalam proses penyelenggaraan pendidikan untuk mendukung proses
belajar mengajar yang baik.
Semoga buku panduan ini bermanfaat bagi mahasiswa dan staf pengajar dalam
proses pendidikan dokter gigi Prodi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
Sebagai penutup, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan dan penyempurnaan buku panduan ini.
TIM PENYUSUN
Visi
"Mewujudkan perguruan tinggi Islam yang terpandang, berwibawa, bermutu tinggi dan
mampu bersaing dalam forum nasional maupun internasional di akhir tahun 2020"
Misi
1. Memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, melalui pendidikan, pengajaran dan
pembelajaran yang unggul dan bermutu tinggi sesuai Islam.
2. Memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, melalui pengkajian, penelitian dan
publikasi yang unggul dan bermutu tinggi sesuai Islam.
3. Memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, yang dapat menjawab masalah dan
tantangan masyarakat dunia yang unggul dan bermutu tinggi sesuai Islam.
4. Mengembangkan sumber daya manusia dan tata kelola yang dapat menjawab persoalan
yang timbul di masyarakat serta memberi arah perubahan dalam rangka membangun
masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia yang adil, makmur, merata dan
beradab sesuai Islam.
No Nama Email
1 Dr. Fazwishni Siregar, drg., SpOrt fazwishni.siregar@yarsi.ac.id
2 Nugroho Ahmad Riyadi, drg., SpOrt nugroho.ahmad@yarsi.ac.id
3 Adhi Ginanjar, drg., SpOrt
PENDAHULUAN
1.1 Deskripsi
Pendidikan profesi Orthodonti merupakan jenjang pendidikan lanjutan bagi para
Sarjana Kedokteran Gigi (SKG). Selama pendidikan profesi ini, mereka mengaplikasikan
teori dan keterampilan yang telah diterima untuk merawat kasus ortodontik. Mahasiswa
bekerja di Rumah Sakit Gigi dan Mulut YARSI, satu hari dalam satu minggu selama 1,5
tahun di bawah bimbingan dosen pembimbing.
Selama masa pendidikan profesi, mahasiswa wajib merawat 1 pasien baru dan bila
ada, ditambah 1 pasien warisan. Yang dimaksud dengan pasien baru adalah pasien yang
belum pernah dirawat di Rumah Sakit Gigi dan Mulut YARSI. Sedangkan pasien warisan
adalah pasien lanjutan dari operator sebelumnya, yang ditentukan oleh pembimbing.
Dalam kegiatan pembelajaran profesi ortodonti, mahasiswa diharapkan mampu
melakukan perawatan ortodonti sederhana pada fase gigi campuran dan permanen
dengan menggunakan alat ortodonti lepasan, melakukan pencegahan maloklusi dental,
dan memastikan faktor yang mempengaruhi hasil perawatan.
Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan, maka dalam kegiatan pembelajaran
profesi klinik orthodonti, mahasiswa diberi requirement untuk menangani 1 kasus
maloklusi ringan dengan menggunakan alat ortodonti lepasan. Di dalamnya termasuk
anamnesis, pemeriksaan pasien, mengisi status pasien, mencetak, analisis model,
diagnosis, membuat rencana perawatan, diskusi kasus, membuat alat ortodonti lepasan,
insersi, dan aktivasi. Selain itu mahasiswa diwajibkan untuk mempresentasikan 1 text
book reading, 1 journal reading serta mengikuti secara aktif presentasi rekannya.
Untuk evaluasi pembelajaran, mahasiswa harus mengikuti ujian mini CEX, DOPS,
mengisi log book, dan ujian komprehensif bagian Orthodonsia.
Pada akhir masa profesi, mahasiswa yang telah memenuhi persyaratan akan
menerima surat keterangan dari pembimbing guna mendaftar mengikuti ujian profesi.
Syarat untuk mengikuti ujian profesi adalah:
Progress kasus yang ditangani sudah mencapai 80%
Kehadiran 80%
Sudah presentasi textbook reading
Sudah presentasi journal reading
Telah mengikuti 9 presentasi textbook reading
Telah mengikuti 9 presentasi journal reading
Telah mengikuti 9 presentasi kasus
Menempuh dan lulus ujian DOPS
Menempuh dan lulus ujian mini CEX
1.3 Lokasi
Rumah Sakit Gigi dan Mulut YARSI, Jl. Letjen Suprapo, Jakarta Pusat.
1.6.1. SIKAP
1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas berdasarkan agama,
moral dan etika;
Kemampuan interpretasi
7. Analisis radiografi
c. Foto sefalometri
d. Foto panoramik
Keterampilan prosedural
8. Perawatan maloklusi klas I sederhana/tipe dental
a. Melakukan pencetakan rahang
b. Melakukan pembuatan model studi/diagnostik
c. Melakukan pembuatan foto muka dan profil ekstra oral
d. Melakukan foto intra oral
e. Melakukan analisis model studi
f. Menghitung kebutuhan ruang
g. Merencanakan perawatan
h. Menggambar desain alat ortodontik
i. Melakukan pembuatan alat ortodontik
a) Komponen aktif
b) Komponenen retentive
c) Penjangkaran
d) Lempeng akrilik
9. Tracing foto sefalometri
10. Presentasi laporan kasus dan rencana perawtan
EVALUASI
1. Sikap
2. Keterampilan khusus
No Kegiatan Evaluasi
1 Anamnesis Mini CEX
2 Pemeriksaan fisik secara umum dan system stomatognati Mini CEX
4. Tes/ujian
a. Ujian Mini CEX (3x)
b. Ujian DOPS (4x)
c. Ujian keluar bagian
2 Keterampilan khusus
Kerja klinik 4 16%
Laporan kasus 1 4%
Hasil akhir 4 16%
DOPS 1 1 4%
DOPS 2 1 4%
DOPS 3 1 4%
DOPS 4 1 4%
Mini C-ex 1 1 4%
Mini C-ex 2 1 4%
Mini C-ex 3 1 4%
3 Pengetahuan
Presentasi journal reading 2 4%
Kehadiran pada presentasi makalah 1 4%
Presentasi text book reading 1 4%
Kehadiran pada textbook reading 1 4%
Ujian keluar 2 8%
EVALUASI
3. Instrumen penilaian proses dalam bentuk rubric dan atau penilaian hasil dalam bentuk
porto folio.
4. Penilaian sikap dapat menggunakan teknik observasi.
PEMBEKALAN KLINIK
Riwayat Kesehatan
1. Kesehatan umum
Isi riwayat kesehatan pasien dengan mengajukan pertanyaan seperti :
a. Apakah pasien pernah menderita sakit yang mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan dentofasial dan penyakit yang dapat mengganggu / menghambat proses
perawatan ortodontik yang akan dilakukan. Jika pernah, kapan dan sakit apa yang
diderita ? Berapa lama menderita sakit tersebut ?
b. Apakah sekarang sedang dalam perawatan dokter?
B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
1. UMUM
LOKAL
a. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
Kepala
Dengan jangka bentang (spreading caliper) diukur
Panjang kepala (jarak glabella – occipital): ___________ mm
Lebar kepala (jarak horisontal terlebar antara puncak supramastoidea dan zygomatik
kanan dan kiri): ____________ mm
Indeks kepala : Lebar kepala _ X 100
Panjang kepala
Kesimpulan : Indeks Bentuk Kepala
74,9 dolikosefali
75,0 -- 79,9 mesosefali
80,0 brakisefali
Muka
Dengan jangka sorong (sliding caliper) diukur
Panjang muka (jarak vertikal nasion – gnathion): ____________ mm
Dengan jangka sorong (spreading caliper), diukur
Lebar muka ( jarak antara zygomatik kanan dan kiri ): ____________ mm
Profil muka
Pemeriksaan profil muka dimaksudkan untuk mengetahui apakah maloklusi pasien
berpengaruh terhadap penampilan wajah pasien.
Pasien duduk tegak, pandangan lurus ke depan sejajar lantai, amati profil muka pasien dari
samping tegak lurus bidang sagital. Amati titik – titik : glabela ( G ), bibir atas ( Ulc ), bibir
bawah ( Llc ), pogonion ( Pog ).
Garis G – Ulc dan Llc – Pog membentuk sudut :
lancip → profil muka cembung
lurus → profil muka lurus
tumpul → profil muka cekung
PEMERIKSAAN FUNGSIONAL
Lingua
Periksa keadaan dan ukuran lidah pasien catat dan beri keterangan
Pemeriksaan lidah pasien dimaksudkan untuk mengetahui:
Apakah ada kelainan, peradangan atau lesi pada lidah yang akan menghambat
perawatan ortodontik yang akan dilakukan?
Apakah ukuran lidah pasien menjadi etiologi maloklusi?
Periksa ada atau tidak ada-nya krenasi (crenation) pada tepi lidah.
Apakah ukuran lidah akan mengganggu stabilitas hasil perawatan ortodontik yang akan
dilakukan ?
Palatum
Periksa catat dan beri keterangan keadaan palatum
Pemeriksaan palatum dimaksudkan untuk mengetahui
Apakah ada kelainan, peradangan atau lesi pada palatum pasien yang akan menghambat
perawatan ortodontik yang akan dilakukan?
Apakah ukuran palatum yang menjadi sebab terjadinya maloklusi?
Apakah ukuran palatum merupakan indikasi adanya kebiasaan bernafas melalui mulut?
Gingiva
Periksa, catat dan beri keterangan keadaan gingiva pasien.
Pemeriksaan gingiva dimaksudkan untuk mengetahui
Apakah ada peradangan atau resesi pada gingiva ? Seberapa parah ?
Apakah ada kelainan lain yang akan menggangu perawatan ortodontik yang akan
dilakukan?
Frenulum
Periksa, catat dan beri keterangan keadaan ketebalan, perlekatan frenulum pasien
(frenulum bibir atas, frenulum bibir bawah dan frenulum lidah).
Pemeriksaan frenulum pasien dimaksudkan untuk mengetahui :
Apakah frenulum pasien normal, tipis atau tebal?
Apakah perlekatannya rendah (mendekati forniks), normal, atau tinggi (mendekati tepi
gingiva)?
Apakah ada kelainan yang akan mengganggu perawatan ortodontik sehingga perlu di-
lakukan frenectomi dulu?
Tonsila
Dengan menggunakan tongue blade atau kaca mulut, lidah pasien ditekan dan periksa
keadaan tonsila pasien, catat dan beri keterangan lengkap.
Pemeriksaan tonsila pasien dimaksudkan untuk mengetahui:
Apakah ada peradangan dan pembengkakan tonsila palatina pada tepi kiri dan kanan
pangkal lidah?
Jika ada apakah akan mengganggu perawatan ortodontik?
Apakah perlu konsul ke dokter spesialis THT?
Pemeriksaan gigi-geligi
Dengan kaca mulut dan sonde periksa secara berurutan dari gigi kiri bawah pasien sampai
gigi kanan bawah dan dari gigi kanan atas sampai gigi kiri atas pasien. Jika ada kelainan catat
dan cocokkan dengan riwayat anamnesis geligi yang telah dilakukan.
Pemeriksaan geligi pasien dimaksudkan untuk mengetahui:
Apakah ada gigi-gigi yang harus dirawat dulu (ditambal, dicabut), sebelum perawatan
ortodontik dimulai?
Apakah ada gigi yang memakai jaket atau mahkota buatan yang mungkin akan lepas atau
rusak jika mendapat tekanan ortodontik?
Apakah ada gigi yang telah mendapat perawatan endodontik sehingga perlu diper-
hatikan jika nanti akan dikenakan tekanan?
Apakah ada gigi yang impaksi, harus dioperasi atau dirawat secara ortodontik?
Apakah ada gigi susu yang persistensi sehingga perlu dicabut dulu?
Apakah ada kelainan lain yang akan menghambat perawatan ortodontik yang akan
dilaksanakan?
TEKNIK MENCETAK
Persiapan alat dan bahan
Persiapan kelengkapan alat dan bahan yang digunakan untuk mencetak
Alat: sendok cetak berbagai ukuran, bowl, spatula, gelas takaran
Bahan: bahan cetak / alginat
Persiapan pasien
Mempersiapkan posisi pasien untuk tindakan pencetakan rahang
Pasien duduk dalam posisi tegak namun dalam keadaan rileks, yaitu posisi punggung dan
kepala bagian belakang terletak sejajar/satu garis
Garis chamfer (chamfer line nasotragal line = naso auricular line= garis khayal yang
ditarik dari sudut sayap hidung ke tragus atau dari ala nasi sampai titik tertinggi dari
porus acusticus externus) sejajar lantai.
Tinggi dental unit di atur sedemikian rupa sehingga mulut pasien setinggi siku operator
Persiapan operator
Operator menggunakan lab jas, name tag, sarung tangan, dan masker
d. Instruksi
Operator memberikan instruksi seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dan membimbing
pasien supaya merasa nyaman dan tidak merasa mual saat dicetak
Hasil cetakan
Rahang Atas
1. Tanda-tanda anatomis harus tercetak dengan baik: gigi geligi, frenulum (labialis,
bukalis), vestibulum (labialis, bukalis), papila insisivus, rugae palatina, fovea palatina,
tuberositas maksilaris, palatum
2. Harus memenuhi faktor fisik sbb:
a. Tepi cetakan membulat
b. Permukaan cetakan tidak boleh terdapat gelembung udara, robekan dan lipatan-
lipatan
c. Bagian sendok cetak tidak boleh terlihat
d. Bila ada tambahan malam, bahan tersebut tidak boleh terlihat
Rahang Bawah
Sikap
Sikap terhadap pasien selama perawatan berlangsung menunjukkan empati, tanggung-
jawab, melayani, berbuat yang terbaik
Sikap terhadap instruktur selama perawatan berlangsung menunjukkan disiplin dan
etika akademik.
DIAGNOSIS MALOKLUSI
Klasifikasi Angle
Klasifikasi maloklusi menurut Angle dibuat berdasarkan hubungan mesio distal gigi, lengkung
gigi dan kedudukan rahang.
A B
Modifikasi Lischer
Neutrocclusion : maloklusi kelas I
Distocclusion : maloklusi kelas II
Mesiocclusion : maloklusi kelas III
Buccocclusion : sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke bukal
Liinguocclusion : sekelompok gigi atau satu gigi yang terletak lebih ke lingual
Desain alat
Alat lepasan terdiri dari 3 komponen.
1. Komponen aktif atau gaya, yaitu spring, screw, elastik.
2. Komponen retensi, biasanya cengkeram (clasp)
3. Plat basis atau rangka, terbuat dari cold cure atau heat cure acrylic.
Desain spring
Berdasar adanya helix
Simple spring, tidak ada helix
Compound spring, ada helix
Helical spring, ada helix
Looped spring, ada lup, tidak ada helix
Berdasar penyangga spring
Selp supported spring, terbuat dari kawat yang besar
Supported spring, terbuat dari kawat yang lebih kecil sehingga perlu perlindungan
berupa kawat atau dibox dalam acrylic.
Z spring
T spring
Dibuat dari kawat bulat 0,5 mm dan digunakan untuk menggerakkan premolar ke buccal,
dan bisa juga untuk kaninus. Bentuk lengannya seperti huruf T, dan ujungnya tertanam
dalam plat basis. Lup pada lengan dapat dibuka supaya tetap berkontak dengan gigi sewaktu
gigi bergerak ke buccal. Aktivasi dengan cara menarik tepi T ke arah pergerakan gigi yang
diinginkan.
Mattress spring
Labial bow
Komponen ini digunakan untuk mengurangi overjet (jarak gigit) dan untuk fiksasi gigi
anterior. Banyak macam labial bow di antaranya short dan long labial bow.
Short labial bow
Short labial bow dibuat dari kawat SS 0,7 mm dan kontak dengan permukaan labial gigi yang
paling menonjol ke depan. Pada ujung bow terdapat 2 lup yang berlanjut dengan lengan
retentif di antara kaninus dan premolar sebelum tertanam dalam basis akrilik.
Labial bow digunakan untuk retensi, mengurangi sedikit overjet, dan penutupan ruang di
anterior. Kisaran kerjanya terbataas karena kaku dan kurang fleksibel. Untuk penutupan
ruang, lup dikompres 1-2 mm.
Screw (sekrup)
Screw adalah komponen aktif yang memberi tekanan intermitten. Aktivasi dilakukan dengan
cara memutar sekrup sehingga 2 bagian pelat basis terdorong yang selanjutnya mendorong
gigi. Aktivasi berulang menyebabkan gigi bergeser ke posisi baru. Karena itu sekrup dapat
digunakan secara luas tergantung lokasi sekrup, jumlah sekrup, dan lokasi separasi pelat.
Pasien atau orang tuanya mengaktivasi sekrup menggunakan kunci 1-2 kali seminggu
atau lebih sering tergantung macam dan jumlah pergerakan yang diperlukan. Aktivasi ideal
adalah memutar ¼ putaran sekali setiap 3-7 hari yang menghasilkan 0,2-0,25 mm
pergerakan.
Berdasar lokasi sekrup dan pembelahan pelat, ada 3 macam pergerakan yang dapat
dihasilkan.
1. Ekspansi rahang, sekrup ditempatkan di pusat lengkung.
2. Gerakan labial/bukal sekelompok gigi
3. Gerakan mesial/distal dari 1 atau lebih gigi.
Clasp (cengkeram)
Komponen retentif pada alat ortodontik lepasan umumya adalah cengkeram yang
memegang gigi sehingga tahan terhadap pergerakan alat. Cara kerja cengkeram adalah
memanfaatkan undercut untuk retensi pada alat lepasan. Ada 2 macam undercut yaitu
proximal dan cervical. Cengkeram Adam memanfaatkan proximal undercut, sedangkan
Jackson memanfaatkan buccal undercut.
Cengkeram C
Cengkeram Jackson
Cengkeram Schwarz
Cengkeram Adam
Cengkeram ini efektif dan banyak digunakan. Cengkeram memanfaatkan undercut proksimal
di embrassure distal dan mesial gigi M1. Dibuat dari kawat bulat SS 0,7 mm. Dapat
digunakan pada molar, premolar, dan gigi molar sulung, dalam hal ini digunakan 0,6 mm.
Modifikasi cengkeram Adam dengan 1 arrowhead pada M yang belum erupsi sempurna.
Cengkeram triangular
Cengkeram triangular digunakan untuk retensi tambahan, tidak dapat digunakan sendiri.
Cengkeram terletak pada undercut proksimal antara 2 gigi posterior, kemudian melewati
embrassure occlusal dan berakhir sebagai lengan retentif di bagian palatal.
Cengkeram triangular
Posterior bite plane digunakan bila ada gigi yang harus didorong melewati gigitan. Gigi
tersebut harus bebas dari hambatan oklusi.
Daftar pustaka
Singh G. Textbook of orthodontics. 3 ed. 2015. New Delhi. The health science publisher.
INSERSI
Tahap-tahap insersi :
1. Persiapan alat
2. Adaptasi dan kelengkapan alat
3. Penyesuaian komponen retensi
4. Penyesuaian komponen aktif
5. Pengenalan alat pada pasien
6. Instruksi pada pasien
1. Persiapan alat
Plat sudah dipoles dengan baik, tidak ada bagian yang tajam.
2. Adaptasi dan kelengkapan alat
Alat harus tepat dan akurat, adaptasi baik.
Adaptasi diperiksa menggunakan kaca mulut dan sonde.
Periksa apakah terdapat kesalahan alat, seperti kesalahan teknik pembuatan,
antisipasi apakah nanti akan dilakukan pencabutan gigi, antisipasi erupsi gigi,
keterlambatan pemasangan alat, pemasangan alat berikutnya, dan kesalahan
prosedur lab.
3. Penyesuaian komponen retensi
Pemeriksaan menggunakan sonde pada adam clasp dan labial bow. Pada saat dilakukan
pemeriksaan, alat tidak boleh terlepas.
4. Penyesuaian komponen aktif
Alat-alat aktif dalam keadaan pasif.
Disesuaikan dengan kedudukan yang benar tanpa tekanan.
5. Pengenalan alat pada pasien
AKTIVASI
1. Finger spring
Aktivasi dilakukan dengan membuka coil sehingga lengan aktifnya bergerak kearah
pergerakan gigi sebesar 1-2 mm pada initial visit dan 3 mm pada visit berikutnya. Coil
harus berada pada sisi yang berhadapan dengan mukosa dan untuk menjaga arah
gerakan dapat diberi palatal guard bar diatasnya atau dibawah plat (box in) bila
diperlukan.
3. T spring (Pegas T)
Aktivasi T spring dilakukan dengan menarik tepi T kearah pergerakan gigi yang
diinginkan. Cara memperpanjang T spring adalah dengan melebarkan lup. Letak t spring
dekat dengan permukaan mukosa dan dibagian atasnya terdapat plat. Dapat dilihat
pada gambar (a).
4. Mattress spring
Aktivasi dilakukan dengan memperbesar lup.
BAB IV
PENUTUP
Buku panduan profesi ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Apabila di kemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan, maka buku ini akan ditinjau kembali dan diperbaiki
sebagaimana mestinya.
Hal yang belum diatur dalam buku ini akan ditetapkan kemudian dengan keputusan
tersendiri.