1396-Article Text-5806-1-10-20211122
1396-Article Text-5806-1-10-20211122
www.jurnal.pknstan.ac.id/index.php/JPI
Halaman 114
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DI KPP Jurnal Pajak Indonesia Vol.5, No.2, (2021), Hal.114-123
PRATAMA DENPASAR BARAT PADA MASA PANDEMI COVID-19
I MADE ADI SURYA JAYA, SUPRIYADI Halaman 115
Fokus dari penulisan ini yaitu mengukur tingkat Sehingga menurut ajaran ini, utang pajak timbul tidak
efektivitas pebagihan pajak dengan surat paksa, dan harus menunggu dikeluarkan/diterbitkannya Surat
kontribusi penagihan dengan surat paksa terhadap Ketetapan Pajak (SKP) oleh pegawai pajak seperti
penerimaan pajak selama tahun 2016-2018 di KPP halnya pada ajaran formil.
Pratama Semarang Selatan. 2.2.2 Penagihan Pajak
Dari kedua penelitian tersebut, semua penulis Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan
melakukan penelitian di saat situasi normal dan tidak agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan
ada pandemi COVID-19 seperti saat ini. Selain itu, biaya-biaya penagihan pajak dengan menegur atau
kedua penelitian tersebut tidak melakukan penelitian memperingatkan, melaksanakan penagihan
atas semua tindakan penagihan pajak, melainkan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat
hanya sampai dengan penyampaian surat paksa. Oleh Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
karena itu lah, penulis melakukan penelitian dan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan
membuat Karya Tulis Tugas Akhir yang berjudul menjual barang-barang yang telah disita. Soemitro
“Efektivitas Pelaksanaan Penagihan Pajak di KPP (1991) dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Pratama Denpasar Barat Pada Masa Pandemi Singkat Hukum Pajak juga mendefinisikan
COVID-19”. penagihan pajak sebagai suatu perbuatan yang
Dalam penulisan ini, penulis ingin mengetahui dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada
bagaimana persentase efektivitas proses penagihan wajib pajak karena wajib pajak tersebut tidak
pajak dalam mencairkan piutang pajak di lokasi memenuhi ketentuan Undang-Undang Perpajakan
penelitian yang berbeda dari penelitian sebelumnya, khususnya mengenai pembayaran utang pajak.
yaitu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Tindakan penagihan pajak di dalam Undang-
Barat, serta pada situasi yang berbeda, yaitu selama Undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa tidak
masa Pandemi COVID-19 khususnya di tahun 2020. dibedakan menjadi istilah penagihan pajak pasif
Tindakan penagihan pajak pada penelitian ini tidak dan penagihan pajak aktif. Namun dari beberapa
hanya sampai dengan penyampaian surat paksa literatur dan kajian, banyak yang membedakan
tetapi semua tindakan penagihan pajak sebagaimana proses penagihan pajak menjadi dua, yaitu proses
diatur Undang-Undang PPSP. Selain itu juga, karena penagihan pajak pasif dan proses penagihan pajak
situasi dan keadaan yang berbeda dari tahun-tahun aktif. Penagihan pajak pasif adalah proses
kemarin saat penelitian terdahulu dibuat, pada penagihan pajak kepada wajib pajak oleh petugas
penelitian ini juga membahas hambatan-hambatan pajak dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak
KPP Pratama Denpasar Barat dalam melakukan (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
penagihan pajak selama masa pandemi COVID-19 dan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
upaya KPP Pratama Denpasar Barat untuk (SKPKBT), SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan
menyelesaikan hambatan tersebut. Banding yang membuat nilai pajak yang terutang
2.2. Teori/Konsep menjadi lebih besar dari sebelumnya (Suandy,
2.2.1 Utang Pajak 2011). Sedangkan penagihan pajak aktif merupakan
Rochmat Soemitro dalam Utara (2011) suatu rangkaian kegiatan yang merupakan tindak
mendefinisikan utang pajak sebagai utang dalam lanjut dari proses penagihan pajak pasif dimana
pengertian sempit menurut hukum perdata, yaitu dalam hal ini petugas pajak atau fiskus tidak hanya
utang yang timbul secara khusus karena adanya menagih dengan menerbitkan produk hukum saja
perikatan atau perjanjian khusus, dalam hal ini tetapi petugas pajak/fiskus lebih berperan aktif
merupakan undang-undang, yang mewajibkan untuk menagih utang pajak kepada wajib pajak
debitur (warga negara) untuk membayar sejumlah dengan dimulai dari menerbitkan surat teguran,
uang kepada kreditur (negara). Utang pajak dapat menyampaikan surat paksa, melakukan penyitaan,
timbul apabila telah terdapat peraturan yang pencegahan atau penyanderaan terhadap wajib
mendasarinya dan juga apabila telah terpenuhinya pajak sampai dengan pelelangan atas barang-
sasaran pemajakan (tatbestand), yang terdiri dari barang sitaan wajib pajak.
keadaan-keadaan, peristiwa-peristiwa ataupun Penagihan pajak dilakukan oleh Jurusita Pajak.
perbuatan-perbuatan tertentu. Jika dijabarkan lebih Jurusita Pajak yang akan menjadi pelaksana
lanjut, timbulnya utang pajak dapat timbul karena tindakan penagihan pajak yang dimulai dari
dua teori/ajaran, yaitu ajaran formil dan ajaran penerbitan surat teguran, penyampaian surat paksa,
materii. penyitaan, penyanderaan, dan pelelangan atas hasil
Menurut ajaran formil, utang pajak timbul jika sita. Penerbitan surat teguran dapat dilakukan oleh
dan hanya jika dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak petugas pajak dalam jangka waktu 7 hari sejak jatuh
(SKP) oleh pegawai pajak. Surat Ketetapan Pajak tanggal jatuh tempo pembayaran surat ketetapan
menjadi memiliki fungsi sebagai dasar dari seseorang pajak. Surat teguran memberikan jangka waktu
memiliki utang pajak. Dalam ajaran materiil maksimal 21 hari agar wajib pajak segera melunasi
disebutkan bahwa utang pajak timbul jika dan hanya utang-utang pajaknya. Penyampaian surat teguran
jika terdapat sesuatu hal yang dapat menimbulkan dapat disama artikan juga dengan suatu somasi
timbulnya utang pajak. Sesuatu hal tersebut berupa yaitu hanya memberikan suatu peringatan kepada
rangkaian peristiwa-peristiwa, keadaan-keadaan, suatu pihak lain untuk menuruti apa yang
maupun perbuatan-perbuatan tertentu (tatbestand). dikehendaki oleh pemberi somasi.
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DI KPP Jurnal Pajak Indonesia Vol.5, No.2, (2021), Hal.114-123
PRATAMA DENPASAR BARAT PADA MASA PANDEMI COVID-19
I MADE ADI SURYA JAYA, SUPRIYADI Halaman 117
Setelah diterbitkan surat teguran kepada wajib 690.900.327 tentang Pedoman Penilaian Kinerja
pajak, apabila dalam jangka waktu 21 hari tersebut Keuangan Tahun 1996 maka tingkat efektivitas dapat
belum ada pelunasan pajak oleh wajib pajak, maka dikategorikan sebagai berikut.
tindakan penagihan pajak aktif akan dilanjutkan ke Tabel 1. Kategori Efektivitas
proses berikutnya yaitu penerbitan dan penyampaian Persentase
Kategori
surat paksa. Surat paksa merupakan surat yang Efektivitas
diterbitkan Direktorat Jenderal Pajak untuk >100% Sangat Efektif
memerintahkan penanggung pajak untuk melunasi 90-100% Efektif
utang pajak serta biaya penagihan pajak. Direktorat 80-90% Cukup Efektif
Jenderal Pajak dalam menerbitkan surat paksa 60-80% Kurang Efektif
memerintahkan dua hal kepada penanggung pajak, <60% Tidak Efektif
yaitu agar penanggung pajak melunasi utang pajak Sumber: Kepmendagri No 690.900.327
sekaligus biaya penagihan pajak dalam jangka waktu
2 x 24 jam sejak surat paksa itu disampaikan serta
perintah kepada Jurusita Pajak untuk melanjutkan
3. METODE PENELITIAN
pelaksanaan surat paksa dengan melakukan Desain penelitian yang digunakan penulis
penyitaan terhadap barang-barang milik penanggung untuk melakukan penelitian yaitu metode
pajak jika dalam jangka waktu 2 x 24 jam penanggung campuran. Metode campuran (mixed methods)
pajak belum juga melunasi utang pajak. adalah suatu metode penelitian yang
Direktur Jenderal Pajak yang telah menerbitkan mengkombinasikan atau menggabungkan antara
surat paksa dapat menerbitkan Surat Perintah metode kuantitatif dengan metode kualitatif yang
Melaksanakan Penyitaan (SPMP) apabila dalam digunakan secara bersama-sama dalam suatu
jangka waktu 2 kali 24 jam sejak tanggal surat paksa kegiatan penulisan, sehingga diperoleh data yang
diberitahukan kepada wajib pajak atau penanggung lebih komprehensif, valid, reliabel, dan objektif
pajak belum ada pelunasan utang pajak yang (Sugiyono, 2011).
dilakukan oleh wajib pajak. Penyitaan merupakan Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang adalah data primer dan data sekunder. Di dalam
penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk penelitian ini, hasil wawancara penulis dengan
melunasi utang pajak sesuai dengan peraturan narasumber yaitu pegawai pajak Bagian Seksi
perundang-undangan. Apabila setelah melewati Penagihan KPP Pratama Denpasar Barat khususnya
jangka waktu 14 hari wajib pajak masih belum juga Jurusita Pajak akan menjadi data primer.
melunasi utang pajak yang dimilikinya, maka Sedangkan, data sekunder dalam penelitian penulis
tindakan penagihan dilanjutkan dengan tindakan yaitu dokumen-dokumen berkaitan penagihan
lelang atas barang-barang sitaan wajib pajak. Lelang pajak yang dimiliki dan disediakan oleh KPP
sendiri merupakan setiap penjualan barang dimuka Pratama Denpasar Barat serta literatur-literatur
umum yang dilakukan dengan cara penawaran harga lain yang berkaitan dengan topik penelitian.
secara lisan dan/atau tertulis melalui usaha Dalam melakukan pengumpulan data, penulis
pengumpulan peminat atau calon pembeli. melakukan beberapa teknik pengumpulan data,
2.2.3 Efektivitas yaitu teknik wawancara, dokumentasi, dan studi
Efektivitas merupakan ukuran mengenai kepustakaan. Teknik wawancara yang dipilih yaitu
seberapa baik atau seberapa tepat sasaran atau wawancara semi terstruktur. Wawancara dilakukan
rencana yang telah ditetapkan dapat direalisasikan penulis kepada pegawai Bagian Seksi Penagihan
(Alijoyo, 2000). KPP Pratama Denpasar Barat yaitu Jurusita Pajak.
Dalam sektor perpajakan khususnya dalam Dokumentasi dilakukan dengan menggunakan
proses penagihan pajak, efektivitas diukur dengan dokumen-dokumen serta data terkait penagihan
membandingkan antara target utang pajak yang akan pajak yang disediakan oleh KPP Pratama Denpasar
dicairkan dengan realisasi atau jumlah yang benar- Barat sebagai data sekunder yang kemudian
benar berhasil dilakukan tindakan penagihan pajak. dianalisis untuk membantu dalam penarikan
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak kesimpulan. Studi kepustakaan dilakukan dengan
Nomor 95/PJ/2015 tentang Rencana Strategis membaca peraturan perundang-undangan terkait,
Direktorat Jenderal Pajak tahun 2015-2019, buku, jurnal ilmiah sebagai referensi. Teknik ini
dijelaskan bahwa indeks kinerja utama untuk digunakan untuk mendapatkan data sekunder
mengukur efektivitas penagihan pajak yaitu diukur sebagai pembanding antara teori dengan
dengan persentase realisasi pencairan utang pajak praktiknya dalam lapangan dan sebagai dasar bagi
dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan, penulis dalam memberikan pendapat.
sehingga proses penagihan pajak akan dikatakan
sepenuhnya efektif jika realisasi pencairan
tunggakan/piutang pajak memenuhi target.
Namun selain itu, terdapat indikator lain untuk
mengklasifikasikan pada tingkat persentase berapa
kinerja keuangan dapat dikatakan efektif ataupun
bahkan sangat efektif. Berdasarkan Kepmendagri No
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DI KPP Jurnal Pajak Indonesia Vol.5, No.2, (2021), Hal.114-123
PRATAMA DENPASAR BARAT PADA MASA PANDEMI COVID-19
I MADE ADI SURYA JAYA, SUPRIYADI Halaman 118
Tabel 2.Persentase Efektivitas Penagihan Pajak 1. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
KPP Pratama Denpasar Barat Tabel 3. Target dan Realisasi Penagihan Pajak dengan
Tahun Surat Paksa
Pajak Target Realisasi Perse-
Target Realisasi Persent Pencairan
(Mar- Pencairan Pencairan ntase Tahun
Des) lembar lembar ase Piutang Pajak
85,54 2018 411 792 192% 4.761.848.074
2018 25.147.464.853 21.510.128.738
% 2019 650 915 140,8% 616.278.118
67,82
2019 21.814.607.895 14.794.367.425 2020 559 496 88,7% 2.515.817.246
%
37,58 Sumber: Diolah penulis dari KPP Pratama Denpasar
2020 16.339.225.483 6.141.008.585 Barat
%
Sumber: Diolah penulis dari KPP Pratama Dari tabel 3 menunjukan bahwa pelaksanaan
Denpasar Barat penagihan pajak dengan Surat Paksa dari tahun 2018-
Dari tabel 2 menunjukan bahwa persentase 2020 mengalami penurunan tingkat efektivitas
efektivitas penagihan pajak di KPP Pratama Denpasar pencapaian target. Dari tiga tahun yang dibandingkan
Barat dari tahun pajak 2018-2020 cenderung terlihat bahwa tahun 2020 menjadi satu-satunya tahun
mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada yang jumlah realisasi penyampaiannya tidak melampaui
tahun 2020, di saat Indonesia dilanda pandemi COVID- target. Namun dengan persentase 88, 7 % dari target
19, target maupun realisasi pencairan piutang pajak dapat dikatakan sudah cukup efektif.
dari tindakan penagihan pajak mengalami penurunan 2. Penagihan Pajak dengan Surat Perintah
yang cukup signifikan dari dua tahun sebelumnya. Seksi Melaksanakan Penyitaan (SPMP)
Penagihan KPP Pratama Denpasar Barat memiliki target Tabel 4. Target dan Realisasi Penagihan Pajak dengan
sebesar Rp. 16.339.225.483 dengan realisasi yang SPMP
cukup jauh, yaitu hanya sebesar Rp. 6.141.008.585. Tahun Target Realisasi Perse Pencairan
Sehingga jika dibandingkan hanya memiliki persentase Lembar Lembar ntase Piutang Pajak
efektivitas sebesar 37, 58% dari target. Angka ini jika 2018 30 30 100% 7.652.456.183
digolongkan ke kategori efektivitas sesuai Kepmendagri
2019 30 28 93,3 9.699.817.241
No 690.900.327 Tahun 1996 dan IKU Direktorat
%
Jenderal Pajak maka tergolong ke kategori tidak efektif.
Hal ini menunjukan bahwa pandemi COVID-19 memiliki 2020 30 38 126,7 872.518.851
pengaruh terhadap tingkat efektivitas pelaksanaan %
penagihan pajak ditinjau dari pencairan piutang Sumber: Diolah penulis dari KPP Pratama Denpasar
pajaknya. Barat
Sependapat dengan penjelasan diatas, Putu Gde Pada tahun 2020 terlihat bahwa dari segi
Yudha, salah satu Jurusita Pajak di KPP Pratama pelaksanaan SPMP terlihat efektif karena mampu
Denpasar Barat juga mengatakan bahwa apabila melampaui target dari yang telah ditetapkan. Namun
parameter efektivitas penagihan pajak diukur dengan meskipun demikian, nyatanya piutang pajak yang
tingkat pencairan piutang pajak maka memang di tahun terealisasi dari SPMP jumlahnya paling kecil
2020 pada masa pandemi seperti sekarang, efektivitas dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tentunya
penagihan pajak nya menurun dibandingkan dengan hal ini bisa saja dikarenakan situasi pandemi yang
tahun-tahun sebelumnya. Namun disisi lain, Putu Gde membuat ekonomi masyarakat menurun.
Yudha juga menyampaikan bahwa pada masa pandemi 3. Penagihan Pajak dengan Pemblokiran
COVID-19 seperti sekarang, pencairan piutang pajak Tabel 5. Target dan Realisasi Penagihan Pajak dengan
sebenarnya tidak bisa sepenuhnya digunakan untuk Pemblokiran
mengukur tingkat efektivitas. Menurut pendapat Persen Pencairan
narasumber, sepanjang pelaksanaan masing-masing Tahun Target Realisasi
tase Piutang Pajak
tindakan penagihan pajak dapat dilaksanakan 2018 6 30 500% 7.652.456.183
memenuhi target, maka hal tersebut juga bisa 2019 8 21 262,5 3.222.346.780
dikatakan pelaksanaan penagihan pajak berjalan efektif
%
Untuk mengetahui hal tersebut, berikut
2020 7 9 128,6 205.797.005
merupakan data beserta hasil analisis penulis terhadap
%
pelaksanaan masing-masing tindakan penagihan pajak
Sumber: Diolah penulis dari KPP Pratama Denpasar
di KPP Pratama Denpasar Barat.
Barat
Pada tahun 2020, terdapat penurunan yang
sangat signifikan dalam pelaksanaan pemblokiran.
Penurunan jumlah pelaksanaan pemblokiran disertai
dengan besaran penurunan nilai pencairan dari
pemblokiran itu sendiri, yaitu sebesar Rp.
205.797.005. Hal ini menunjukan bahwa baik dari sisi
pelaksanaan hingga pencairan piutang pajak,
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DI KPP Jurnal Pajak Indonesia Vol.5, No.2, (2021), Hal.114-123
PRATAMA DENPASAR BARAT PADA MASA PANDEMI COVID-19
I MADE ADI SURYA JAYA, SUPRIYADI Halaman 120
penagihan pajak dengan pemblokiran tidak cukup 4.3. Hambatan KPP Pratama Denpasar Barat dalam
efektif dibandingkan dengan tahun-tahun Melaksanakan Tindakan Penagihan Pajak
kemarinnya. Dalam menjalankan tindakan penagihan pajak
4. Penagihan Pajak dengan Lelang khususnya pada masa pandemi COVID-19 tidak sedikit
Tabel 6. Target dan Realisasi Penagihan Pajak dengan hambatan-hambatan yang dilalui oleh Jurusita Pajak,
Lelang terutama pada saat proses penagihan pajak yang
Pencairan mengharuskan adanya pertemuan dengan wajib
Persent pajak. Tentunya ada tantangan-tantangan yang
Tahun Target Realisasi Piutang
ase berbeda dan baru dialami oleh Jurusita Pajak
Pajak
dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya disaat
2018 1 1 100% 6.090.000
situasi normal.
2019 3 7 233,3% 181.537.43
Terlebih lagi dengan diterbitkannya Surat Edaran
3
Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-34/PJ/2020
2020 1 2 200% 851.571.71 tentang Panduan Teknis Pelaksanaan Tugas Dalam
9 Tatanan Kenormalan Baru di Lingkungan Direktorat
Sumber: Diolah penulis dari KPP Pratama Denpasar Jenderal Pajak yang mengharuskan Jurusita Pajak
Barat menjalankan proses penagihan pajak menyesuaikan
Tabel 6 menunjukan bahwa pelaksanaan dengan situasi pandemi COVID-19.
penagihan pajak dengan lelang pada tahun 2020 Berdasarkan hasil wawancara dengan Putu Gde
memiliki tingkat pencapaian yang tinggi dengan tingkat Yudha, salah satu Jurusita Pajak di KPP Pratama
persentase sebesar 200%. Tingkat pencapaian Denpasar Barat, adapun beberapa hambatan-
pelaksanaan yang melebihi target ini juga diikuti hambatan yang dilalui dalam pelaksanaan penagihan
dengan pencairan piutang pajak yang berhasil pajak pada masa pandemi COVID-19 adalah sebagai
dilakukan, dengan jumlah yang tertinggi dibandingkan berikut.
dua tahun sebelumnya. Hal ini menunjukan bahwa 1. Ketidakjelasan alamat dan nomor telepon wajib
meskipun pada tahun 2020 terhalang dengan adanya pajak.
pandemi COVID-19, seksi penagihan pajak KPP Pratama
Salah satu kendala yang dialami oleh Jurusita
Denpasar Barat tetap bisa melaksanakan penagihan
Pajak dalam melaksanakan penagihan pajak adalah
pajak lelang dengan efektif. Hal tersebut dikarenakan
alamat wajib pajak yang tidak jelas. Tidak jelas yang
pelaksanaan lelang bisa melebihi target pelaksanaan.
dimaksud dalam hal ini memiliki banyak maksud,
Dari hasil analisis-analisis diatas, apabila dilihat diantaranya alamat wajib pajak yang ditulis tidak secara
dari pelaksanaan masing-masing tindakan penagihan mendetail, alamat yang ditulis tidak sesuai dengan
pajak, terlihat bahwa memang pada tahun 2020 tempat wajib pajak, dan bahkan termasuk wajib pajak
(Maret-Desember) rata-rata pelaksanaan penagihan yang sudah pindah alamat namun belum melakukan
pajak berjalan efektif. Hal ini dikarenakan cukup banyak pembaruan data alamat.
tindakan penagihan pajak yang bisa dilakukan
Alamat yang tidak jelas ini juga terkadang
melampaui target yang ditetapkan, yaitu penagihan
dipersulit dengan nomor telepon wajib pajak yang tidak
dengan Surat Paksa, SPMP, Pemblokiran dan
aktif ataupun salah. Putu Gde Yudha, Jurusita Pajak KPP
Pelaksanaan Lelang. Meskipun demikian, nyatanya
Pratama Denpasar Barat, menjelaskan bahwa ketika
tindakan pelaksanaan tersebut tidak seefektif dua
Jurusita kesulitan dalam mencari alamat, maka
tahun sebelumnya dalam hal mencairkan piutang pajak
menghubungi wajib pajak merupakan salah satu cara
dari tindakan penagihan tersebut. Hal ini kembali
agar mengetahui alamat terbaru wajib pajak, namun
menunjukan bahwa meskipun proses pelaksanaan
tidak sedikit juga nomor telepon wajib pajak yang
penagihan telah dilakukan dengan baik, namun tidak
terdaftar dalam SIDJP merupakan nomor yang tidak
diimbangi dengan kemampuan wajib pajak atau
aktif.
penanggung pajak melunasi utang pajak nya akibat
2. Ketakutan wajib pajak untuk bertatap muka secara
ekonomi masyarakat menurun pada masa pandemi
langsung.
COVID-19.
Pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang,
Persoalan ini disampaikan juga saat wawancara
hal ini dapat dikatakan sebagai hambatan baru yang
dengan Jurusita Pajak KPP Pratama Denpasar Barat.
dirasakan oleh Jurusita Pajak dalam menjalankan
Narasumber menjelaskan bahwa pada masa pandemi
tindakan penagihan pajak. Sebagaimana kita ketahui
COVID-19, tidak sedikit wajib pajak atau penanggung
bahwa sesuai dengan aturan perundang-undangan
pajak yang bersedia untuk melunasi seluruh utang
penagihan pajak dengan Surat Paksa dijelaskan bahwa
pajak yang dimiliki dibandingkan harus mengikuti
Surat Paksa wajib disampaikan secara langsung kepada
tindakan penagihan yang semakin panjang, namun hal
wajib pajak. Adanya pembatasan oleh pemerintah
tersebut justru tidak diimbangi dengan kemampuan
untuk bertatap muka secara langsung membuat tidak
finansial/keuangan wajib pajak untuk melunasi
sedikit wajib pajak yang takut untuk menerima orang-
keseluruhan utang pajaknya.
orang yang datang ke rumah wajib pajak.
Hal ini tentu menjadi suatu hambatan dan
dilema bagi Jurusita. Tentunya bukanlah hal yang salah
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DI KPP Jurnal Pajak Indonesia Vol.5, No.2, (2021), Hal.114-123
PRATAMA DENPASAR BARAT PADA MASA PANDEMI COVID-19
I MADE ADI SURYA JAYA, SUPRIYADI Halaman 121
ketika wajib pajak tidak ingin bertatap muka langsung Berikut merupakan upaya-upaya yang telah
dengan orang lain mengingat hal tersebut juga dilakukan KPP Pratama Denpasar Barat khususnya seksi
merupakan anjuran dari pemerintah untuk menghindari penagihan pajak dalam menyelesaikan hambatan
penyebaran virus COVID-19 yang semakin luas. selama melakukan penagihan pajak di masa pandemi
3. Wajib pajak tidak kooperatif. COVID-19.
Dalam menjalankan penagihan pajak, tidak 1. Menghubungi wajib pajak melalui media telepon.
sedikit oknum wajib pajak yang tidak kooperatif kepada Ketika dihadapkan dengan alamat wajib pajak
Jurusita. Tidak kooperatif dalam artian tidak mau yang tidak jelas saat akan melakukan penagihan pajak
mengikuti tindakan penagihan sesuai dengan peraturan ke lokasi wajib pajak, upaya yang dilakukan Jurusita
perundang-undangan. Salah satu contoh tindakan yang yaitu dengan menghubungi wajib pajak dengan media
tidak kooperatif yang terjadi di KPP Pratama Denpasar telepon. Namun disampaikan juga bahwa untuk
Barat, yaitu pada saat Jurusita Pajak akan melakukan mengurangi resiko tidak bertemu wajib pajak di lokasi,
tindakan pemblokiran terhadap rekening wajib pajak. sering kali Jurusita memilih untuk menghubungi wajib
Seringkali wajib pajak tidak mau mengakui keseluruhan pajak terlebih dahulu atau mengkonfirmasi keberadaan
rekening-rekening Bank yang dimilikinya padahal hal wajib pajak sebelum berangkat ke lokasi untuk
tersebut sangat diperlukan oleh Jurusita Pajak dalam melaksanakan tindakan penagihan pajak. Hal ini juga
hal wajib pajak tidak memiliki aset tetap yang dapat sebagai bentuk tindak lanjut dari terbitnya Nota Dinas
dilakukan penyitaan. Nomor ND-633/PJ.04/2020.
4. Ketidakjelasan dan ketidakpastian protokol 2. Berdiskusi melalui media telepon.
kesehatan. Pada situasi COVID-19 seperti saat ini, terlebih
Pada awal-awal masa pandemi COVID-19 di saat awal-awal dinyatakan sebagai pandemi, memang
Indonesia, tepatnya bulan Maret-April 2020, belum ada sangat sulit untuk bisa bertatap muka secara langsung
kepastian mengenai protokol kesehatan yang tepat dan dengan wajib pajak. Oleh karenanya upaya yang
pasti sehingga membuat pelaksanaan penagihan pajak dilakukan oleh Jurusita untuk tetap dapat menjalankan
di KPP Pratama Denpasar barat pun sedikit terhambat tindakan penagihan pajak aktif, yaitu dengan meminta
khususnya dalam penerbitan dan penyampaian Surat kepada wajib pajak untuk segera menghubungi Jurusita
Paksa. Pajak. Selanjutnya, Jurusita pun akan menyampaikan
Jurusita Pajak KPP Pratama Denpasar Barat tindakan penagihan pajak yang akan dilakukan hanya
mengatakan bahwa memang karena isu pandemi yang melalui telepon.
heboh pada saat itu disertai dengan ketidakjelasan Jurusita merasa bahwa tindakan ini merupakan
protokol kesehatan yang sesuai, membuat KPP Pratama tindakan yang paling tepat untuk dilakukan pada situasi
Denpasar barat memutuskan untuk sedikit seperti ini terlebih diperkuat dengan adanya Nota Dinas
memperlambat tindakan penagihan pajaknya. KPP Nomor ND-633/PJ.04/2020 dan Surat Edaran Direktur
Pratama Denpasar Barat pada saat itu lebih Jenderal Pajak Nomor SE-34/PJ/2020 yang diterbitkan
memfokuskan kepada penerbitan surat teguran kepada oleh Direktur Jenderal Pajak.
wajib pajak yang mana hal tersebut tidak mengharuskan 3. Bekerja sama dengan Pihak Ketiga.
adanya tatap muka secara langsung dan dapat Untuk mengatasi beberapa oknum wajib pajak
dikirimkan melalui kantor pos. yang tidak kooperatif saat dilakukan tindakan
5. Penurunan daya beli atau kemampuan finansial penagihan pajak, upaya yang dilakukan Jurusita, yaitu
masyarakat. bekerjasama dengan pihak ketiga. Seperti yang sudah
Hambatan lainnya dalam proses penagihan dijelaskan pada bagian hambatan diatas, bahwa tidak
pajak aktif di KPP Pratama Denpasar Barat selama masa sedikit wajib pajak yang tidak memberi tahu
pandemi COVID-19, yaitu sulitnya untuk melakukan keseluruhan rekening yang dimilikinya. Sehingga untuk
pelelangan dengan harga yang maksimal terhadap aset- tetap mengupayakan agar bisa memblokir rekening
aset wajib pajak yang disita. Putu Gde Yudha, Jurusita wajib pajak, Jurusita Pajak melakukan kerjasama
KPP Pratama Denpasar Barat, mengatakan bahwa dengan pihak Bank untuk membantu mencari rekening
meskipun Jurusita berhasil melakukan penyitaan wajib pajak.
terhadap aset wajib pajak namun yang lebih penting 4. Memfokuskan penagihan pajak dengan Surat
adalah bagaimana bisa mencairkan aset sitaan tersebut Teguran.
sehingga bisa masuk ke kas negara sebagai bentuk Upaya yang dilakukan oleh KPP Pratama
penerimaan negara. Daya beli/kemampuan finansial Denpasar Barat pada awal-awal masa pandemi COVID-
masyarakat yang turun akibat pandemi, diakui oleh 19, yaitu dengan memfokuskan penagihan pajak melalui
Jurusita sangat berpengaruh terhadap penawaran- penerbitan surat teguran. Kebijakan ini diambil oleh KPP
penawaran masyarakat umum terhadap aset hasil Pratama Denpasar Barat untuk melindungi pegawainya
penyitaan. Akibatnya pencairan yang didapatkan dari dari kemungkinan terpapar virus COVID-19 akibat
proses pelelangan pun sering jauh dari target yang bertemu banyak orang. Selain itu, upaya yang dilakukan
diinginkan.
juga yaitu melakukan penagihan pajak dengan
4.4. Upaya KPP Pratama Denpasar Barat mengundang wajib pajak untuk hadir langsung ke
Menyelesaikan Hambatan dalam Penagihan Pajak kantor pajak untuk membicarakan utang pajak yang
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DI KPP Jurnal Pajak Indonesia Vol.5, No.2, (2021), Hal.114-123
PRATAMA DENPASAR BARAT PADA MASA PANDEMI COVID-19
I MADE ADI SURYA JAYA, SUPRIYADI Halaman 122
dimiliki. Upaya ini setidaknya cukup membuat tindakan Berikutnya, ketidakpastian protokol kesehatan
penagihan pajak di KPP Pratama Denpasar Barat tetap pada awal-awal masa pandemi COVID-19 dan
berjalan meskipun pada situasi dan kondisi yang sulit. ketakutan wajib pajak untuk bertatap muka secara
5. Memberikan penawaran diluar Proses Lelang. langsung menghambat tindakan penagihan pajak
Dengan menurunnya daya beli masyarakat, khususnya penyampaian Surat Paksa. Penurunan
untuk bisa secepat mungkin mencairkan aset sitaan
kemampuan finansial masyarakat dan adanya
wajib pajak menjadi kas yang masuk ke penerimaan
negara, salah satu upaya yang dilakukan oleh Jurusita oknum wajib pajak yang tidak kooperatif untuk
Pajak, yaitu dengan mempromosikan aset sitaan wajib mengikuti setiap tindakan penagihan pajak juga
pajak diluar dari proses lelang. Hal ini dilakukan guna menjadi hambatan Jurusita dalam melakukan
memberikan informasi kepada pembeli secepat pencairan piutang pajak melalui tindakan
mungkin dengan menginformasikan tetap dengan harga penagihan.
yang sesuai dengan harga wajarnya. Tindakan ini dirasa 4. Upaya yang dilakukan KPP Pratama Denpasar Barat
oleh Jurusita merupakan salah satu cara yang efektif
dalam menghadapi hambatan selama pelaksanaan
dibandingkan dengan menunggu waktu pengumuman
lelang yang cukup lama sejak aset telah disita. penagihan pajak pada masa pandemi COVID-19
diantaranya, yaitu menghubungi wajib Pajak
5. KESIMPULAN DAN SARAN melalui media telepon ketika kesulitan menemukan
Berdasarkan data, fakta, hasil wawancara dengan alamat wajib pajak. Juru sita juga memilih untuk
Jurusita Pajak, dan analisis efektivitas pelaksanaan berdiskusi melalui media telepon dan
penagihan pajak di KPP Pratama Denpasar Barat pada memfokuskan penagihan pajak dengan Surat
masa pandemi COVID-19, maka penulis dapat menarik Teguran untuk mengurangi tatap muka langsung
kesimpulan sebagai berikut. saat akan menyampaikan Surat Paksa. Upaya lain,
1. Pelaksanaan penagihan pajak di KPP Pratama
dengan bekerjasama kepada pihak ketiga seperti
Denpasar Barat pada masa pandemi COVID-19
bank dan memberikan penawaran kepada
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-
masyarakat atas aset sitaan mendahului
undangan perpajakan, yaitu Undang-Undang
pengumuman lelang untuk bisa memaksimalkan
Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak
pencairan piutang pajak.
dengan Surat Paksa dan peraturan
pelaksanaannya, meliputi: Peraturan Pemerintah,
Peraturan Menteri Keuangan, Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak, hingga Nota Dinas.
DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES)
Terdapat sedikit perbedaan ketentuan Alijoyo. (2000). Effectiveness. Jakarta: Ghalia.
dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Pada Direktorat Jenderal Pajak. (2020). Laporan Kinerja
masa pandemi COVID-19, KPP Pratama Denpasar Direktorat Jenderal Pajak 2019. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pajak.
Barat menjalankan ketentuan dengan
Direktorat Jenderal Pajak. (2020). Nota Dinas Nomor
mengutamakan tindakan penagihan persuasif. ND-1153/PJ.04/2020. Jakarta: Direktorat
2. Efektivitas pelaksanaan penagihan pajak di KPP Pemeriksaan dan Penagihan.
Pratama Denpasar Barat pada masa pandemi Direktorat Jenderal Pajak. (2020). Nota Dinas Nomor
COVID-19, jika dinilai berdasarkan perbandingan ND-633/PJ.04/2020. Jakarta: Direktorat
antara realisasi pencairan piutang pajak dengan Pemeriksaan dan Penagihan.
Direktorat Jenderal Pajak. (2020). Surat Edaran Direktur
target, maka dapat dikatakan bahwa tergolong
Jenderal Pajak Nomor SE-34/PJ/2020 tentang
tidak efektif dengan tingkat persentase sebesar 37, Panduan Teknis Pelaksanaan Tugas Dalam
58% dari target. Persentase efektivitas ini jauh Tatanan Kenormalan Baru di Lingkungan
menurun dibandingkan dengan dua tahun Direktorat Jenderal Pajak. Jakarta.
sebelumnya pada saat situasi normal, yaitu pada Hadi, H. (2001). Dasar-Dasar Penagihan Pajak. Jakarta:
tahun 2018 sebesar 85,54% dan pada tahun 2019 PT. Raja Grafindo Persada.,,
Handoko, T. H. (2001). Manajemen Personalia dan
sebesar 67,82%. Dari persentase ini dapat
Sumber Daya Manusia. BPFE.
menggambarkan bahwa pada tahun 2020 menjadi Harahap, M. A. (2020, Agustus). penagihan-pajak-di-
tingkat persentase efektivitas yang terendah. masa-pandemi. Retrieved from www.pajak.go.id:
3. Hambatan KPP Pratama Denpasar Barat dalam https://www.pajak.go.id/id/artikel/penagihan-
melaksanakan penagihan pajak pada masa pajak-di-masa-pandemi
pandemi COVID-19 diantaranya, yaitu Hasan, M. I. (2002). Pokok-Pokok Materi Metodologi
Penelitian & Aplikasinya. Bogor: Ghalia Indonesia.
ketidakjelasan alamat dan nomor telepon wajib
Hasbi Rifqiansyah, M. S. (2014). Analisis Efektivitas dan
pajak yang mengakibatkan Jurusita Pajak kesulitan Kontribusi Penagihan Pajak Aktif terhadap
dalam menjalankan proses penagihan pajak. Pencairan Tunggakan Pajak (Studi pada Kantor
EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK DI KPP Jurnal Pajak Indonesia Vol.5, No.2, (2021), Hal.114-123
PRATAMA DENPASAR BARAT PADA MASA PANDEMI COVID-19
I MADE ADI SURYA JAYA, SUPRIYADI Halaman 123