Anda di halaman 1dari 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mual muntah masa kehamilan adalah gangguan sistem pencernaan pada masa
kehamilan yang biasanya timbul pada pagi hari yang disebabkan oleh peningkatan
hormon kehamilan seperti hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin), estrogen
dan progesteron. Sekitar 60-80 % primigravida mengaku pernah mengalami mual
muntah. Sedangkan pada multigravida, kejadian mual muntah yang terjadi adalah
sekitar 40-60% (Hanifa, 2006). Mual muntah yang terjadi tidak mengancam
keselamatan jiwa ibu maupun janin, namun mual muntah ini akan mengakibatkan
ketidaknyamanan bagi ibu dan jika berlebihan akan mengganggu aktivitas ibu dan
bisa menimbulkan kekurangan cairan dan elektrolit yang disebut dengan hiperemesis
gravidarum (Ayu, 2008).Berdasarkan pengumpulan data awal yang dilakukan peneliti
di Puskesmas Pandanwangi pada bulan april - mei (2015), didapatkan lebih dari
85orang sebanyak 60-80 % primigravida yang memeriksakan kehamilannya di klinik
tersebut mengaku pernah mengalami mual dan muntah. Hal yang dilakukan oleh ibu-
ibu hamil tersebut adalah dengan minum air putih dan menghentikan aktivitasnya.
Selama ini untuk mengatasi mual muntah, wanita biasanya melakukan
berbagai macam cara seperti makan-makanan yang porsi kecil tapi sering, makan
permen, tidak mengosok gigi segera setelah makan pagi, meminum jahe, pijat, hanya
tidur ditempat tidur dan ada juga yang hanya membiarkannya dan tetap melakukan
kegiatan sehari-hari tanpa memperdulikan rasa mual muntahnya, serta ada yang
memeriksakan diri ke puskesmas atau rumah sakit yang dilakukan oleh ibu hamil
untuk mengurangi rasa mual muntahnya. Sebab seorang ibu hamil mengalami mual
muntah dikarenakan peningkatan hormon HCG, mual muntah pada ibu hamil
merupakan hal yang wajar jika tidak berlebihan. Akibat dari mual muntah yang
berlebihan pada ibu hamil bisa mengganggu ibu dan janinnya, contohnya seperti
kekurangan gizi saat hamil, BBLR pada bayi, dehidrasi saat hamil, dan pada tahap

1
2

yang sangat serius bisa mengakibatkan kematian ibu dan janin. Dari bermacam-
macam intervensi tersebut. Ada yang sesuai dengan konsep keperawatan diantaranya
adalah a) makan porsi kecil tapi sering; b) perubahan tingkah laku; c) memakan
makanan yang bisa mengurangi mual muntah; d) pemijatan; e )makan porsi kecil tapi
sering. Keluhan mual dan muntah ini dapat diminimalisasi dengan makan porsi kecil
tapi sering dan berhenti sebelum kenyang dan menghindari makanan yang mungkin
akan memicu atau memperparah gejala (Williams, 2006). Rekomendasi umum yang
dapat dipilih adalah makan makanan lunak dan manis, tinggi karbohidrat, rendah
lemak, menghindari makanan berbau menyengat, dan tidak mengkonsumsi tablet
besi. Selain itu merekomendasikan makan dalam porsi kecil tapi sering setiap 2
sampai 3 jam, minum minuman mengandung gas diantara makanan lebih baik
daripada dengan makanan untuk menghindari distensi lambung: makan rendah lemak,
tinggi protein, menghindari makanan berminyak dan makanan asin untuk rasa (
Mesics, 2008).
Selain makan porsi kecil tapi sering perubahan tingkah lalu juga dapat
berpengaruh untuk mengurangi mual muntah seperti tidak langsung menggosok gigi
setelah makan atau langsung duduk tiba-tiba saat berbaring dan bangun tidur.
Perubahan tingkah laku yang direkomendasikan untuk pasien yang menderita
hiperemesis gravidarum yaitu untuk meningkatkan waktu istirahat, jalan-jalan
mencari udara segar, menghindari gerak yang tiba-tiba, menghindari menggosok gigi
segera setelah makan, dan berdiri sesaat setelah makan akan mengurangi muntah
(Mesics, 2008).
Williams (2006) mengkaji terapi-terapi alternatif antara lain penggunaan
akupuntur pada titik P6 dan bubuk jahe yang diberikan 250 mg 3-4 kali sehari. Smith,
et al. (2006) juga menyatakan terapi alternatif yang biasa digunakan adalah
penggunaan jahe, peppermint, dan daun raspberry. Jahe memiliki keuntungan sebagai
sebuah terapi alternatif untuk penatalaksanaan variasi mual dan muntah dalam
kehamilan. Dosis yang biasa digunakan untuk jahe adalah 1-2 gr/hari peroral 3-4
dibagi perdosis selama 3 minggu.
3

Terapi pemijatan juga berperan untuk meningkatkan serotonin dan dopamine


dan menurunkan kadar kortisol, dapat membantu secara umum untuk relaksasi dan
penurunan stress. Pemijatan taktil dengan lembut, lambat dapat dilakukan pada
tangan dan kaki atau pada seluruh tubuh (Mesics, 2008).Jika mual dan muntah yang
dialam diikuti oleh dehidrasi, diperlukan perawatan di rumah sakit untuk rehidrasi
dan penggantian vitamin dan mineral yang disebut sebagai terapi antiemetik. Setelah
ketonuria dan mual dan muntah teratasi, perlu perawatan di rumah, salah satunya
adalah obat-obatan per oral (Mesics, 2008). Dalam keadaan muntah yang berlebihan
dan dehidrasi ringan, penderita hiperemesis gravidarum sebaiknya dirawat sehingga
dapat mencegah komplikasi dari hiperemesis gravidarum (Mansjoer, 2001).
Fenomena yang terjadi pada kasus ini Ny. T yang usia kehamilannya 11
minggu masih belum mampu sepenuhnya berupaya mengurangi mual muntahnya.
Ketika mual itu datang, yang dilakukan Ny. T hanya berbaring karena tidak ingin
memuntahkan makanan yang sudah dimakannya, ketika makan hanya sedikit-sedikit
saja tapi sering. Pada kehamilan terdahulu mual muntah yang dirasakan oleh Ny. T
tidak seperti pada kehamilan ini, kehamilan yang terdahulu Ny. T masih bisa makan ,
minum, beraktivitas dan melakukan berbagai macam kegiatan seperti biasa sebelum
hamil. Kehamilan ini Ny. T merasakan sangat berbeda dengan kehamilan
pertamanya, kehamilan pertamanya sudah terjadi sekitar 15 tahun yang lalu sehingga
Ny. T tidak terlalu mengingat hal apa saja yang dirasakannya saat hamil.
Sehingga melihat fenomena tersebut diatas, mahasiswa keperawatan dirasakan
perlu untuk menganalisis fenomena tersebut. Agar setelah mengetahui intervensi
yang dilakukan mahasiswa keperawatan dengan mudah mampu melakukan intervensi
keperawatan yang sesuai dengan pengalaman ibu hamil tersebut. Dari tinjauan
literatur, belum ada penelitian tentang upaya untuk mengurangi mual muntah pada
ibu hamil. Dengan alasan tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana
upaya mengurangi mual muntah pada ibu hamil.
4

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimanakah upaya mengurangi mual muntah pada ibu hamil ?

1.3.Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi mual muntah
pada ibu hamil

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi tempat penelitian
Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi perawat di
Puskesmas Pandan Wangi untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
khususnya ibu primigravida yang mengalami mual dan muntah pada masa kehamilan.

1.4.2 Bagi institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan


Sebagai bahan referensi dan sumber bacaan yang berkaitan dengan perilaku
ibuprimigravida dalam mengatasi mual muntah pada masa kehamilan di
perpustakaan.

1.4.3 Bagi Perawat


Sebagai penerapan dari ilmu yang diperoleh selama proses pembelajaran
sehingga menanamkan pengetahuan peneliti dalam melakukan penelitian.

1.4.4 Bagi Partisipan


Diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa menjadi ilmu tambahan dalam
upaya mengurangi mual muntah pada ibu.

Anda mungkin juga menyukai