Anda di halaman 1dari 40

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMBAGIAN BEBAN PADA OPERASI PARALEL


GENERATOR SET YANG OPTIMAL DENGAN
SIMULASI BEBAN RESISTIF

SKRIP SI

MUHAMAD HAJAR MURDANA


0806366106

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM TEKNIK ELEKTRO

DEPOK
JULI 2010
HALAMAN PERNYAT AAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah basil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : MUHAMAD HAJAR MURDANA

NPM : 0806366106

Tanda Tangan

Tanggal : 2 Juli 2010

11
Universitas Indonesia
HALAMANPENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh


Nama : Muhamad Hajar Murdana
NPM : 0806366106
Program Studi : Teknik Elektro
Judul Skripsi : Pembagian Behan pada Operasi Paralel Generator Set
yang Optimal dengan Simulasi Behan Resistif

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik,
U niversitas Indonesia.

DEW AN PEN GU JI

Pernbimbing : Ir. I Made Ardita Y, M.T. ( )

Penguji : Prof. Dr. Ir. Iwa Gamiwa, M.K., M.T. ( )

Penguji : Chairul Hudaya, S.T., M.Sc. ( )

Ditetapkan di : Fakultas Teknik Universitas Indonesia


Tanggal : 2 Juli 2010

lll
Universitas Indonesia
Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam
rangka persyaratan tahap awal penyelesaian skripsi. Saya menyadari bahwa, tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, pada penyusunan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
(1) Ir. I Made Ardita Y, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi

(2) Bpk. Sony Djuhansyah selaku manager Training Center P.T. Trakindo Utama
dan Bpk. Bibin Dwijo Sugito sebagai senior yang telah membantu dalam
usaha memperoleh data yang saya perlukan;
(3) orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material dan moral; serta
(4) sahabat yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu dan bisa dikembangkan di masa yang akan datang.

Depok, 2 Juli 2010


Penulis

lV
Universitas Indonesia
Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010
HALAMAN PERNYAT AAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik: Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Muhamad Hajar Murdana


NPM : 0806366106
Fakultas I Program Studi : Teknik I Listrik
Departmen : Teknik Elektro
Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Pembagian Beban pada Operasi Paralel Generator Set yang Optimal dengan
Simulasi Beban Resistif

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencanturnkan nama saya sebagai
penulis I pencipta dan sebagai pemilik:Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal: 2 Juli 2010
Yang menyatakan

( Muhamad Hajar Murdana)

v
Universitas Indonesia
Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010
ABSTRAK

Nama : Muhamad Hajar Murdana


Program Studi : Teknik Elektro
Judul : Pembagian Behan pada Operasi Paralel Generator Set yang
Optimal dengan Simulasi Behan Resistif

Skripsi ini membahas mengenai suatu percobaan untuk mendapatkan pembagian


beban genset yang dioperasikan parallel, ataupun dioperasikan tunggal secara
optimal dan tidak melebihi kapasitas daya listrik unit tersebut, Caranya dengan
penyetelan governor dan kontrol pembagi beban (LSM) pada setiap
penggeraknya. Untuk mengetahui seberapa besar efisiensi dan batas maksimum
kapasitas dayanya, dilakukanlah pengujian Technical Analysis Level 2 (TA2)
secara individu. Kemudian memparalelkannya dengan sinkronisasi otomatis pada
kedua genset dan pengujian pengambilan data pun dilakukan dengan membebani
genset secara bertahap hingga batas tertentu. Hasilnya, didapatkan karakteristik
pembagian beban masing-masing genset di setiap tahapan pembebanan dengan
perbedaan speed setting governor dan akan dibandingkan pengaturan mana yang
paling optimal berdasarkan biaya per kWh dan konsumsi bahan bakarnya. Hal
tersebut bisa dijadikan acuan pengoperasian unit pembangkit secara tunggal atau
paralel berdasarkan beban sistem tertentu.

Kata kunci:
Pembagian beban, genset, paralel, optimal

Vl
Universitas Indonesia
Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010
ABSTRACT

Name : Muhamad Hajar Murdana


Study Program : Electrical Engineering
Title : Load Division for Optimal Utilization Parallel Operation of
Generator Set with Resistive Load Simulation

The focus of this study is to research to get the optimum of load division that is
operated in parallel, or operated in single and don't exceed capacity of electric
power unit. Those ways are adjustment for governor and load division I sharing
control (LSM) are done each prime mover. To know its efficiency and maximum
power capacity limit, is done Technical Analysis Level 2 (TA2) test individually.
Then parallel and synchronize them automatically and testing to get the data
measurements are done with loading both gensets in stages until certain of load.
The result, got the characteristic of loading division on each genset in every stage
of loading with different the speed setting for governor and will be compared
which one of the speed setting is most optimum based on cost per kWh and fuel
consumption. That matter can to be reference for operation of genset in single or
parallel based on load system.

Keywords:
Load division, generator set, parallel, optimum

Vll
Universitas Indonesia
Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010
DAFTARISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
KATA PENGANTAR iv
LEMBAR PERSETUruAN PUBLIKASI KARY A ILMIAH v
ABSTRAK vi
DAFTAR ISI viii
DAFT AR GAMBAR x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
1. PENDAHULUAN 1
1.1 La tar Belakang 1
1.2 Tujuan Penelitian 2
1.3 Batasan Masalah 2
1.4 Metodologi 2
1.5 Sistematika Penulisan 3
2. TEO RI DASAR 4
2.1 Generator Sinkron 4
2.1.1 Prinsip Kerja Generator Sinkron 4
2.1.2 Reaksi Jangkar 5
2.1.3 Generator Tanpa Behan 5
2.1.4 Generator Berbeban 6
2.1.5 Reaktansi Sinkron 7
2.1.6 Pengaturan Tegangan 7
2.1. 7 Generator Tiga Phasa 9
2.1.8 Paralel Generator. 10
2.2 Faktor Daya (Power Factor) 12
2.2.1 Daya Semu (Apparent Power) 13
2.2.2 Daya Aktif (Real Power) 13
2.2.3 Daya Reaktif (Reactive Power) 13
2.3 Operasi Pembagian Behan 15
2.3 .1 Si stem Isochronous 15
2.3.2 Sistem Speed Droop 15
2.3.3 Hubungan antara Speed Droop dan Pernbagian Behan 16
2.4 Generator Set 17
2.4.1 Tenaga pada Engine Diesel 17
2.4.2 Konsep Tenaga Genset.. 18
2.4.3 Rating Genset 18
2.4.4 Rating Arus 19
2.5 Reverse Power Generator. 19
3. KARAKTERISTIK DAN OPERAS! PEMBANGKITAN 22
3.1 Deskripsi Sistem Secara Umum 22
3.2 Sistem pada Prime Mover 25
3.3 Komposisi dan Kandungan Energi Kalor Gas Alam 26
3.4 Prinsip Kerja Pembangkitan Tegangan 27

Vlll
Universitas Indonesia
Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010
3.4.1 Generator Tipe Permanent Magnet Pilot Exciter (PMPE) 27
3.4.2 Generator Tipe Self Excited (SE) 28
3.5 Pengendali Kecepatan Prime mover 29
3.6 Sinkronisasi Generator 30
4. PERCOBAAN DAN ANALISIS DATA 32
4.1 Percobaan 32
4.1.1 Diagram Rangkaian Sistem 32
4.1.2 Daftar Peralatan 33
4.1.3 Pengujian Genset.. 33
4.1.4 Langkah Percobaan 35
4.1.4.1 Pengujian Technical Analysis 2 33
4.1.4.2 Pengaturan Isochronous pada Kedua Genset.. 37
4.1.4.3 Pengaturan Speed Droop pada Kedua Genset.. 39
4.1.5 Tabel Evaluasi 40
4.1.5.1 Data Pengujian Sinkronisasi Frekwensi 40
4.1.5.2 Data Hasil Technical Analysis 2 pada Kedua Genset. .. 40
4.1.5.3 Data Paralel Kedua Genset dengan Isochronous 42
4.1.5.4 Data Paralel Genset Droop Diesel 2% dan Gas 3% 42
4.1.5.5 Data Paralel Genset Droop Diesel 3% dan Gas 2% 43
4.2 Analisis Data 44
4.2.1 Pengujian Technical Analysis 2 44
4.2.2 Pembagian Behan Isochronous 45
4.2.3 Pembagian Behan Droop Diesel 2% dan Gas 3% 47
4.2.4 Pembagian Behan Droop Diesel 3% dan Gas 2% 50
4.2.5 Perhitungan Biaya dan Perbandingan Efisiensi 51
4.2.6 Pengoperasian Unit Pembangkit 55
5. KESIMPULAN 57

DAFTAR ACUAN 58

lX
Universitas Indonesia
Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prinsip generator sinkron 4


Gambar 2.2 Hubungan celah udara 6
Gambar 2.3 Rangkaian dan vektor be ban induktif.. 6
Gambar 2.4 Reaktansi sinkron 7
Gambar 2.5 Perbedaan V dan Eo 8
Gambar 2.6 Hubungan pf dengan tegangan output. 8
Gambar 2.7 Generator tiga phasa dua kutub 9
Gambar 2.8 Bentuk gelombang sinusoidal tiga phasa 9
Gambar 2.9 Gelombang tegangan sinusoidal - rotor 4 kutub 10
Gambar 2.10 Sinkronisasi manual. 11
Gambar 2.11 Kondisi belum sinkron (kiri) dan telah sinkron (kanan) 11
Gambar 2.12 Synchronizer 12
Gambar 2.13 Segitiga daya 12
Gambar 2.14 Karakteristik phasa dan vektor pada beban resitif mumi 13
Gambar 2.15 Karakteristik phasa dan vektor pada beban induktif mumi 14
Gambar 2.16 Karakteristik phasa dan vektor pada beban kapasitif mumi 14
Gambar 2.17 Fungsi beban terhadap frekwensi dengan isochronous 15
Gambar 2.18 Fungsi beban terhadap frekwensi dengan speed droop 15
Gambar 2.19 Pengaruh speed droop terhadap pembagian be ban 16
Gambar 2.20 Konversi energi kirnia ke mekanis kemudian listrik. 18
Gambar 2.21 Mes in generator set. 18
Gambar 2.22 Relay reverse power 20
Gambar 3.1 Skema paralel sistem 23
Gambar 3.2 Diagram daya 23
Gambar 3.3 Electronic Control Module II (ECM II) 24
Gambar 3.4 Si stem bahan bakar pada diesel 3406E 25
Gambar 3.5 Air intake dan exhaust,fuel, dan ignition system engine gas 26
Gambar 3.6 Perhitungan Low Heat Value (LHV) dari komposisi gas 27
Gambar 3.7 Konstruksi generator tipe PMPE pada genset 03508 28
Gambar 3.8 Konstruksi generator tipe SE pada genset diesel 3406 29
Gambar 3.9 Blok diagram kerja speed control. 30
Gambar 3.10 Blok diagram kerja synchronizer 31
Gambar4.l Pemasangan alat ukur di genset diesel ataupun gas 32
Gambar4.2 Frekwensi sinkron isochronous 45
Gambar4.3 Grafik prosentase pembagian beban isochronous .46
Gambar4.4 Grafik pembagian beban isochronous 47
Gambar4.5 Frekwensi sinkron droop diesel 2% dan gas 3% 47
Gambar4.6 Kurva droop diesel 2% dan gas 3% 48
Gambar4.7 Grafik prosentase pembagian beban droop D2% dan G3% 48
Gambar4.8 Grafik pembebanan unit droop D2% dan 03% .49
Gambar4.9 Frekwensi sinkron droop D3% dan 02% 50
Gambar 4.10 Grafik prosentase pembagian beban droop D3% dan Gas 2% 51
Gambar 4.11 Grafik pembebanan unit droop D3% dan 02% 51
Gambar4.12 Biaya bahan bakar per jam sebagai fungsi beban 53
Gambar 4.13 Bia ya per kWh sebagai fungsi be ban 54

x
Universitas Indonesia
Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010
Gambar 4.14 Harga per kWh terhadap fungsi beban genset diesel.. 55
Gambar 4.15 Harga per kWh terhadap fungsi beban genset gas 56

Xl
Universitas Indonesia
Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Spesifikasi nameplate kedua genset.. 22


Tabel 4.1 Daftar peralatan 33
Tabel 4.2 Pengujian frekwensi sinkron .40
Tabel 4.3 Data technical analysis 2 genset diesel 3406E 40
Tabel 4.4 Pengujian kebocoran kompresi (cylinder cut out) engine 3406E 41
Tabel 4.5 Data technical analysis 2 genset gas G3508 .41
Tabel 4.6 Data lab paralel genset isochronous 42
Tabel 4.7 Data lab paralel genset diesel 2% dan gas 3% .42
Tabel 4.8 Data lab paralel genset diesel 3% dan gas 2% .43
Tabel 4.9 Biaya konsumsi bahan bakar per jam pada isochronous 52
Tabel 4.10 Biaya konsumsi bahan bakar per jam pada diesel 2% dan gas 3% 52
Tabel 4.11 Biaya konsumsi bahan bakar per jam pada diesel 3% dan gas 2% 53
Tabel 4.12 Perbandingan biaya bahan bakar per jam dan harga per kWh 53

XU
Universitas Indonesia
Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran.1 Artikel Kenaikan Harga Gas PGN 59


Lampiran.2 Surat Penawaran Harga Industri Solar Pertamina 60
Lampiran.3 Data Technical Analysis 2 Genset 3406E. 61
Lampiran.4 Pengujian Cylinder Cut Out Genset 3406E 62
Lampiran.5 Pengujian Cylinder Cut Out Genset G3508 63
Lampiran.6 Data Efisiensi Genset Tunggal 3406E. 64
Lampiran.7 Data Efisiensi Genset Tunggal G3508 65
Lampiran.8 Data Paralel Genset Isochronous 66
Lampiran.9 Data Paralel Droop Genset 3406E 2% dan G3508 3% 67
Lampiran.10 Data Paralel Droop Genset 3406E 3% dan G3508 2% 68
Lampiran.11 Grafik Pembebanan Paralel Genset Isochronous 69
Lampiran.12 Grafik Pembebanan Droop Genset 3406E 2% dan G3508 3% 70
Lampiran.13 Grafik Pembebanan Droop Genset 3406E 3% dan G3508 2% 71
Lampiran.14 Perbandingan Biaya Pembangkitan di Kedua Genset.. 72
Lampiran.15 Test Spec 3406E 73
Lampiran.16 Test Spec G3508 74
Lampiran.1 7 Gas Engine Technical Data 75

Xlll
Universitas Indonesia
Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010
BABl
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada biaya operasi penyediaan tenaga listrik umumnya membutuhkan biaya
± 60% untuk operasi pembangkitan listrik khususnya untuk membeli bahan bakar.
Apalagi pada pusat listrik yang menggunaan PLTD yang membutuhkan biaya
kWh yang sangat besar. Akibatnya unit pembangkit kini sudah mulai beralih ke
PLTG dan kebanyakan PLTD hanya dioperasikan saat mendapat be ban menengah
ataupun puncak.
Biaya penyediaan energi pnmer yaitu BBM solar dan gas alam untuk
industri semakin meningkat. Kenaikan harga per liter solar untuk industri pada
pertengahan tahun 2010 sudah mencapai Rp.6.275,- dan kenaikan harga gas alam
untuk golongan K-1, naik menjadi US$ 4,1 per MMBTU. Lalu, biaya angkut gas
naik menjadi Rp 770 per meter kubik. Mengingat kondisi tersebut maka haruslah
mengetahui besamya efisiensi kondisi pembangkit secara individu dan
mendapatkan pengaturan pembebanan dan pengoperasian genset yang tepat bagi
sistem listrik secara keseluruhan artinya dicapai biaya bahan bakar yang minimum.
Umumnya pada pusat listrik, tidak hanya dilayani oleh satu unit pembangkit
saja melainkan bisa dua atau lebih yang beroperasi paralel (interkoneksi) yang
disesuaikan dengan karakteristik bebannya. Tentu diperlukan adanya operator
yang mengatur pengoperasian di antara unit pembangkit tersebut.
Kebanyakan pada pusat listrik skala kecil menggunakan metode pembagian
beban secara isochronous yang dinilai sederhana dalam pengaturannya. Namun,
perlu diteliti dan dibandingkan efisiensinya dengan pengaturan yang lainnya
seperti speed droop. Oleh karena itu, perlu diujicobakan pada genset yang terpisah
dari sistem. Dengan latar belakang permasalahan tersebut maka skripsi ini diberi
judul:
"PEMBAGIAN BEBAN PADA OPERAS! PARALEL GENERATOR SET
YANG OPTIMAL DENGAN SIMULASI BEBAN RESISTIF".

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


2

1.2 TujuanPenulisan
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
1. Mendapatkan efisiensi output daya genset dan hal yang mempengaruhinya.
2. Mendapatkan karakteristik pembagian beban genset yang beroperasi paralel
dengan cara isochronous dan speed droop pada prime mover.
3. Dapat menentukan pengaturan pembagian beban genset yang optimal
berdasarkan biaya per kWh-nya.
4. Dapat mengatur kapan dan berapa jumlah genset yang beroperasi berdasarkan
fungsi beban tertentu.

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas maka pembahasan
penulisan skripsi ini dibatasi pada pengaturan kontrol governor engine yang
berpengaruh terhadap pembagian beban genset yang beroperasi paralel dan
pengoperasian genset yang efisien dengan biaya bahan bakar yang minim pada
beban tertentu. Supaya terarah dan tidak keluar dari permasalahan pokok.

1.4 Metodologi
Berbagai metode yang digunakan untuk menyusun skripsi ini adalah:
1. Metode Observasi
Yaitu meninjau informasi yang ada mengenai skripsi yang dibuat secara
langsung, yang berhubungan dengan kegiatan yang dilaksanakan.
2. Metode Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data-data referensi yang berhubungan dengan pembuatan
skripsi ini.
3. Metode Konsultasi dan Diskusi
Yaitu mendiskusikan dan berkonsultasi langsung dengan dosen pembimbing
dan juga pihak lainnya yang kompeten di bidangnya.
4. Metode Pengujian
Menguji sistem yang tersedia dengan melakukan percobaan tertentu sesuai
dengan tujuannya dan mendapatkan data-data hasil percobaan untuk dianalisis.

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


3

1.5 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah penulisan maka sistematika yang digunakan dalam
penulisan tugas akhir ini dibagi dalam beberapa bab agar pembahasan yang
diberikan mudah dipahami dan sistematis. Pada Bab I adalah pendahuluan yang
berisikan latar belakang, tujuan penulisan, batasan masalah, metodologi, dan
sistematika penulisan. Pada Bab II adalah teori dasar yang menerangkan tentang
teori dasar yang digunakan, baik secara umum maupun khusus yang menunjang
pembuatan skripsi ini. Pada Bab III adalah karakteristik dan operasi pembangkitan
yang menjelaskan tentang karakteristik, spesifikasi, pembebanan sistem
pembangkit, dan sistem operasi. Pada Bab IV adalah percobaan dan analisis data
yang menganalisis data hasil percobaan yang berkaitan dengan tujuan yang ingin
dicapai. Pada Bab V adalah penutup yang terdapat kesimpulan yang didapat dari
pembahasan skripsi ini.

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


BAB2
TEORIDASAR

2.1 Generator Sinkron


Sebagian besar energi listrik yang dipergunakan oleh konsumen untuk
kebutuhan sehari hari dihasilkan oleh generator sinkron phasa banyak (polyphase)
yang ada di pusat pembangkit tenaga listrik. Generator sinkron yang dipergunakan
ini mempunyai rating daya dari ratusan sampai ribuan mega Volt Ampere (MVA).
Disebut mesin sinkron, karena bekerja pada kecepatan dan frekuensi konstan di
bawah kondisi "Steady state". Mesin sinkron bisa dioperasikan baik sebagai
generator maupun motor. Mesin sinkron bila difungsikan sebagai motor berputar
dalam kecepatan konstan. Apabila dikehendaki kecepatan yang bersifat variabel,
maka motor sinkron dilengkapi dengan dengan pengubah frekwensi seperti
inverter atau cyclo-converter.

2.1.1 Prinsip KerjaGenerator Sinkron


Memiliki kumparan jangkar pada stator dan medan pada rotor. Kumparan
jangkamya berbentuk sama dengan mesin induksi, sedangkan kumparan
medannya dapat berbentuk sepatu kutub atau kutub dengan celah udara sama rata.
Arus searah (DC) untuk menghasilkan fluks pada kumparan medan dialirkan ke
rotor melaui cincin.

Gambar2.1 Prinsip generator sinkron

4
Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


5

Apabila kumparan jangkar dihubungkan dengan sumber tegangan tiga fasa


akan menimbulkan medan putar pada stator. Kutub medan rotor yang diberi
penguat DC mendapat tarikan dari kutub medan putar stator hingga tumt berputar
dengan kecepatan yang sama (sinkron). Dilihat dari segi adanya interaksi dua
medan magnet maka fungsi sudut kopelnya (S),

T = Br Bs sin o (2.1)

2.1.2 Reaksi Jangkar


Apabila generator sinkron melayani beban maka pada kumparan jangkar
stator mengalir ams; dan ini akan menimbulkan fluks jangkar. Fluks jangkar yang
ditimbulkan ams (<t>A) akan berinteraksi dengan kumparan medan rotor (<t>F),

sehingga menghasilkan resultan fluks (<t>R). Adanya interaksi ini dikenal sebagai
reaksi jangkar.
<t>R =<PF+ <t>A (2.2)

2.1.3 Generator Tanpa Behan


Dengan memutar generator pada kecepatan sinkron dan rotor diberi ams
medan (If); tangangan (Eo) akan terinduksi pada kumparan jangkar stator.
Eo = c n <I> (2.3)
c = konstanta mesin
n = putaran sinkron
<P = fluks yang dihasilkan oleh If

Dalam keadaan tanpa beban, ams jangkar tidak mengalir pada stator,
karenanya tidak terdapat pengamh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh
ams medan (If). Apabila ams medan (If) diubah-ubah nilainya maka akan
diperoleh nilai Eo seperti yang terlihat pada Gambar 3.2. Celah udara kurva
kemagnetan mempakan garis lurus

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


6

ceian Udara

Eo

.__ __,__ __,___ If


A B
Gambar 2.2 Hubungan celah udara

AB = tahanan arus medan yang diperlukan untuk daerah jenuh


Ra = tahanan stator
Xa = fluks bocor
Eo = V (keadaan tanpa beban)

2.1.4 Generator Berbeban


Dalam keadaan berbeban arus jangkar akan mengalir dan mengakibatkan
terjadinya reaksi jangkar. Reaksi jangkar bersifat reaktif karena itu dinyatakan
sebagai reaktansi, dan disebut reaktansi pemagnet (Xm). Xm ini bersama-sama
dengan reaktansi fluks bocor (Xa) dikenal sebagai reaktansi sinkron (Xs). Model
rangkaian dan diagram vector dari generator berbeban induktif (pf lagging)
terdapat pada gambar di bawah ini.
E = V + IRa + jXs; Xs = Xm + Xa (2.4)

If
Rf E~•~V

Gambar 2.3 Rangkaian dan vektor beban induktif

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


7

2.1.5 ReaktansiSinkron
Harga Xs didapat dari dua macam percobaan yakni percobaan tanpa beban
dan hubung singkat. Dari percobaan tanpa beban diperoleh harga Eo sebagai
fungsi arus medan (If). Hubungan ini menghasilkan kurva kemagnetan yang
berharga liniemya (unsaturated). Kelebihan arus medan pada keadaan jenuh
sebenamya dikompesasi oleh adanya reaksi jangkar.Percobaan hubung singkat
menghasilkan hubungan antara arus jangkar (I) sebagai fungsi arus medan (If),
dan ini merupakan garis lurus (Ihs).

Eo A

Gambar 2.4 Reaktansi sinkron

Jadi, nilai reaktansi sinkron adalah:


Eo OA
Xs= - = - (2.5)
Jhs BC

2.1.6 Pengaturan Tegangan


Gambar di bawah ini, terjadi perbedaan antara tegangan terminal V dalam
keadaan berbeban, dengan tegangan Eo pada saat tanpa beban, dipengaruhi selain
oleh faktor kerja juga oleh besamya arus jangkar (I).

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


8

Pf lagging

Pl unity

Pf leading

I I
Gambar 2.5 Perbedaan V dan Eo

Dengan perubahan tegangan V untuk faktor kerja berbeda-beda pada vektor


di atas, karakteristik tegangan terminal V terhadap arus jangkar I dapat
digambarkan pada grafik di bawah ini. Pengaturan tegangan adalah perubahan
tegangan terminal generator antara keadaan tanpa beban dan beban penuh
dinyatakan:
Eo-V
Pengaturan tegangan = --- (2.6)
V

~~====-- Pf leading

Pf unity
Pf lagging

Gambar 2.6 Hubungan pf dengan tegangan output

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


9

2.1.7 Generator Tiga Phasa

II
r
'
FasaB

b
Gambar 2.7 Generator tiga phasa dua kutub

A 90° B 180° C 270°

Gambar 2.8 Bentuk gelombang sinusoidal tiga phasa

Generator tiga phasa lebih handal karena konduktor dalam sistem tiga phasa
hanya membutuhkan % tembaga dari sistem satu phasa untuk menyalurkan daya
yang sama. Effisiensi transmisi tiga phasa juga lebih baik dibanding sistem dua
phasa. Selanjutnya, sistem tiga phasa digunakan pada stator (armatur) generator
karena lebih efektif dan ukurannya lebih kecil jika dibandingkan sistem satu atau
dua phasa dengan daya yang sama. Sistem tiga phasa juga lebih ekonomis dan
efisien.

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


10

ARMATURE
,R'EVOL.,1.JTION OF 4 POL.£ ~OTOR
COIL -
PF!OOUCE'.S TWO CYCLES

v
0 -1-
I..
,-;,-- sz T
t
31
A t
G
E
N2

4 POLE: R'OTOA:
ARE.AS I Dl'CATE WHICH PO!..£ e:xct"l'l:'.3
ARMATURE COIL
Gambar 2.9 Gelombang tegangan sinusoidal - rotor 4 kutub

Frekwensi generator tergantung pada jumlah kutub dan putaran (RPM). Bisa
dirumuskan sebagai berikut:
F (Hz)= (Jumlahkutub). (RPM) (2.7)
2 60

Jumlah dari kutub diberi pembagian dua karena membutuhkan dua kutub
(utara dan selatan) untuk menghasilkan satu siklus. Sedangkan untuk putaran
(RPM) diberi pembagian 60 untuk mendapatkan jumlah dari putaran per detik.

2.1.8 ParalelGenerator
Untuk melayani beban yang meningkat, ada kondisi dimana kita harus
memparalel 2 atau lebih generator dengan maksud menambah kapasitas daya dan
dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas pelayanan apabila ada generator yang harus
dimatikan misalnya untuk maintenance atau standby. Adapun syarat paralel
generator adalah:
• Tegangan (GGL) sesaat harus sama.
• Frekwensi harus sama
• Urutan fasa harus sama
• Fasa harus sama

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


11

R~~---~~~~~~~~
s~~----.-~~~~~~
T~~-t----1---+-~~~~~

PRIME
OVER

Gambar 2.10 Sinkronisasi manual

R, S, dan T adalah urutan fasa tegangan jala-jala. U, V, dan W adalah urutan


fasa tegangan generator. Saat memparalelkan, lampu Ll mati sedangkan L2 dan
L3 nyala sama terangnya, dan keadaan ini berlangsung agak lama. Posisi semua
fasa sistem tegangan jala-jala berhimpit dengan semua fasa sistem tegangan
generator.

R L1
,
U
RU
I
I
I
I L1
I
I
I
I
I

v
L3
L2
Gambar 2.11 Kondisi belum sinkron (kiri) dan telah sinkron (kanan)

Ada kontroler yang digunakan pada aplikasi generator guna mencocokan


kecepatan dan phasa tegangan sebelum memparalel dengan generator yang lain
atau bus bar yang sedang online.

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


12

SPM-A -
- - - ,:y~~HRONIZ~R

Gambar 2.12 Synchronizer

2.2 Faktor Daya


A tau disebut juga cosinus sudut ( cos a) adalah perbandingan antara daya
aktif dengan daya semu. Adanya dan besamya faktor daya pada sistem tegangan
AC disebabkan oleh ada beban dan besamya tergantung dari karakteristiknya.

p
Gambar 2.13 Segitiga daya

Daya reaktif yang tinggi akan meningkatkan sudut ini dan sebagai hasilnya
faktor daya akan menjadi lebih rendah. Faktor daya (pf) selalu lebih kecil atau
sama dengan satu. Secara teori, jika seluruh beban daya memiliki pf= 1, maka
daya maksimum yang ditransfer setara dengan kapasitas sistim pendistribusian.
Jika faktor daya sangat rendah maka kapasitas jaringan distribusi listrik menjadi
tertekan. J adi, daya reaktif (VAR) harus serendah mungkin untuk keluaran daya
aktif (W) yang sama dalam rangka meminimalkan kebutuhan daya semu (VA).
Faktor daya yang rendah merugikan karena mengakibatkan arus beban tinggi.
Pada sistem arus bolak-balik, daya listrik tidak sesederhana pada sistem arus
searah. Pada arus bolak-balik terdapat tiga jenis daya, yaitu daya semu, daya aktif,
dan daya reaktif.

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


13

2.4.1 Daya Semu (Apparent Power)


Atau disebut juga daya total yaitu penjumlahan daya aktif dan daya reaktif.
Jadi daya inilah yang dijadikan kapasitas daya maksimal suatu generator.

S = V.I (VA) atau S = ~P2 + Q2 (2.8)

2.4.2 Daya Aktif (Real Power)


Adanya daya aktif (faktor P)disebabkan beban yang digunakan bersifat
resistif seperti lampu pijar, rheostat, load bank, pemanas, motor induksi berbeban
berat, dan trafo berbeban tinggi, dll. Behan resistif membuat phasa antara
tegangan dan arus selalu sama (inphase) sehingga membuat pf = 1. Adapun
perhitungan daya aktif sebagai berikut:
1 phasa P = V x I x cos a (W) dimana Z = R

3 phasa P = fix VL-L x I L x cos a (W)

V(Volt)

Cos a= 1

Gambar2.14 Karakteristik phasa dan vektor pada beban resitif mumi

2.4.3 Daya Reaktif(Reactive Power)


Pada dasarnya daya reaktif ini (faktor Q) disebabkan oleh 2 karakteristik
beban yaitu beban induktif dan kapasitif. Adanya beban induktif membuat
perbedaan phase antara tegangan dan arus dimana arus tertinggal terhadap
tegangan atau disebut dengan pf lagging (positif pf). Sehingga membuat pf rendah
(pf< 1 ), atau induktif murni ia memiliki pf= 0 maka hanya ada daya reaktif saja.
Contoh beban induktif seperti motor induksi tanpa beban atau berbeban rendah,
trafo berbeban rendah, ballast, dll.

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


14

V(Volt)

Cos a= 1

Garn bar 2.15 Karakteristik phasa dan vektor pada beban induktif murni

Sedangkan adanya beban kapasitiftif juga membuat perbedaan phase antara


tegangan dan arus dimana arus mendahului terhadap tegangan atau disebut dengan
pf leading (negatif pf). Sehingga juga membuat pf rendah (pf< 1 ), atau kapasitif
mumi ia memiliki pf = 0 maka hanya ada daya reaktif saja. Contoh beban
kapasitif seperti penghantar daya yang terlalu panjang, filter kapasitor, motor
sinkron yang kelebihan eksitasi, dll. Adapun perhitungan daya reaktif sebagai
berikut:
1 phasa Q = V x I x sin a (VAR) Dimana jika lagging Z = jXL

3 phasa Q = fix VL-L x I L x sin a (VAR) leading Z = -jXC

V(Volt)

Cos a= I

Gambar 2.16 Karakteristik phasa dan vektor pada beban kapasitif mumi

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


15

2.3 Operasi Pembagian Behan


2.3.1 Sistem Isochronous
Metode isochronous atau dengan istilah speed droop 0% digunakan untuk
kecepatan tetap konstan pada prime mover di berbagai tingkat pembebanan baik
aplikasi single operation, atau dua atau lebih prime mover yang dikontrol oleh
load sharing control.

F (Hz)
15.0ehronoua I
so--~~~~~---~~~~------50

______ ..,_ ,,..__ Behan (%)


50 100
Gambar 2.17 Fungsi beban terhadap frekwensi dengan isochronous

2.3.2 Sistem Speed droop


Metode droop digunakan untuk pengendali kecepatan sebagaimana fungsi
pembebanan, artinya kecepatan prime mover berubah sesuai tingkat pembebanan.
Baik dengan aplikasi single operation prime mover atau operasi paralel dua atau
lebih prime mover.

F (Hz)

52 r__ d_ro~a
....
P ~~-----........._ _!I
50 Hz
I
I
I
I
I
I
I
"'-__..___.._ _... .._...,_Beban(%J
50 100
Gambar 2.18 Fungsi beban terhadap frekwensi dengan speed droop (speed droop 4%)

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


16

2.3.3 Hubungan Antara Speed Droop dan Pembagian Behan

j ..

- »>

,__
s,
i!---------------
-------------~ .>:'.-
------......____
---·---....._..
»<
.... .-
_ ..... . ~,..-

-...-- Beban (W)


P, P2

- p
P11 P21
I -
p1
1- -
Gambar 2.19 Pengaruh speed droop terhadap pembagian beban

Terdapat dua buah unit pembangkit yang bekerja secara paralel dan
melayani beban sebesar P, hanya saja untuk pembangkit 2, garis beban berarah ke
kiri dan sumbu frekwensinya ada di kanan untuk memudahkan penggambaran
bahwa be ban P selau sama dengan jumlah daya yang dibangkitkan yakni PI
ditambah P2• Unit pembangkit 1 mempunyai speed droop S1 sedangkan
pembangkit 2 speed droop-nya S2.
Mula-mula masing-masing unit mempunyai beban P1 dan P2 sedangkan
frekwensinya FI dan jumlah beban adalah P. Kemudian terjadi kenaikan beban
menjadi P1 sehingga beban masing-masing unit pembangkit menjadi P11 dan P21
dimana penjumlahan keduanya adalah P1 dan frekwensinya turun menjadi F2.
Terlihat bahwa unit pembangkit 1 yang mempunyai speed droop SI lebih kecil
daripada S2 mengalami penambahan beban yang lebih besar daripada penambahan
beban pada unit pembangkit 2 yang sebesar P21-P2.
Sistem yang terdiri dari banyak unit pembangkit sesungguhnya dapat
dianalogikan dengan sebuah unit pembangkit besar yang memiliki speed droop
tertentu.

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


17

2.4 Generator Set


Adalah suatu mesin listrik yang merubah energi kimia pada bahan bakar ke
bentuk energi listrik dan panas. Gabungan antara engine, generator, dan
kontrolemya disebut juga generator set (genset).

2.4.1 Tenaga pada Engine Diesel


Daya output shaft engine diesel dapat dinyatakan dengan persamaan:
SxAxlxBMEPxnxk
p = --------- (2.9)
2
Dimana:
P = Daya output engine I indicated horse power (IHP)
S = Jumlah silinder
A = Luas lingkaran silinder ( cm")
I = Panjang langkah (m)
BMEP = Tekanan rata-rata peledakan tiap silinder (kg/cm')
n = Jumlah putaran per detik (RPS)
2 = Untuk 4 langkah, 1 untuk 2 langkah
k = Konstanta = 1/75 = karena 1 HP= 75 kgm/s

Dalam PLTD, putaran engme harus konstan agar frekwensi yang


dikeluarkan generator selalu konstan 50Hz atau 60Hz sehingga untuk pengaturan
daya output dari generator ( dengan mengacu persamaan di atas ), yang dapat diatur
hanya nilai BMEP. Pengaturan nilai BMEP ini dilakukan dengan mengatur
pemberian bahan bakar yang harus diikuti oleh pengaturan pemberian udara. Hal
ini disebabkan bahan bakar memerlukan udara untuk pembakaran.
Terlalu banyak atau sedikit udara untuk pembakaran menyebabkan
pembakaran di dalam silinder menjadi tidak efisien. Masalahnya, karena genset
putarannya konstan, jadi perubahan pemberian bahan bakar tidak dapat diikuti
oleh pemberian udara secara seimbang. Sehingga nilai efisiensi maupun nilai
BMEP tidak konstan sebagai fungsi beban. Oleh karena itu, unit PLTD sebaiknya
dibebani konstan yang menghasilkan efisiensi maksimum, kira-kira beban 80%.

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


18

2.4.2 Konsep Tenaga Genset

Gambar 2.20 Konversi energi kimia ke mekanis kemudian listrik

Engine merubah campuran udara dan bahan bakar ( energi kimia) ke dalam
energi mekanik. Generator mengambil tenaga dari engine (Brake HP atau kW)
dan merubahnya ke dalam energi listrik (Electrical kW). BHP adalah daya yang
tertera pada nameplate engine. Tenaga engine (kW) selalu lebih besar antara
105% - 110% dibanding tenaga nyata generator (ekW).

Gambar 2.21 Mesin generator set

2.4.3 Rating Genset


Berdasarkan aplikasinya, genset dibagi dalam beberapa rating yakni:
• Emergency Stam/by Power Rating (ESP Rating)
Diaplikasikan untuk beban yang lebih bervariasi. Load factor normalnya
mencapai 70 %. Jumlah jam operasi per tahun selama 50 jam dan maksimum 200
jam. Aplikasi ini cocok dipergunakan untuk building service standby.

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


19

• Standby Power Rating


Diaplikasikan untuk beban yang lebih bervariasi. Load factor normalnya
mencapai 70 %. Jumlah jam operasi per tahun selama 200 jam dan maksimum
500 jam. Aplikasi ini cocok dipergunakan sebagai standby power dan rental
power.
• Prime Power Rating
Diaplikasikan untuk beban yang bervariasi dengan load factor normal
mencapai 70 % dalam jam yang tidak terbatas per tahun. Behan maksimum 100%
dengan tambahan 10 % overload capability hanya boleh dioperasikan selama 1
jam dalam 12 jam operasi. Operasi overload tidak boleh lebih dari 25 jam per
tahun. Aplikasi ini disarankan pada pembangkit listrik untuk industri, pompa, dan
konstruksi.
• Continuous Power Rating
Rating ini dapat memikul beban yang konstan atau sedikit variasi dengan
load factor normal mencapai 70% - 100 % dalam jam yang tidak terbatas per
tahun. Engine dengan rating ini dapat dibebani secara terus-menerus dengan
100 % beban ( ekW). Aplikasi ini disarankan pada pembangkit listrik utama
(utility power supply)

2.4.4 Rating Arus


Generator mempunyai rating ams maksimal yang diizinkan yang mengalir di
armatur tanpa menyebabkan kerusakan isolasi ( overheating). Rating ini dapat
dilihat pada nameplate generator.

2.5 Reverse power Generator


Adalah suatu fenomena perubahan unjuk kerja dari generator menjadi motor.
Jadi dalam kejadian ini, sebuah generator yang tadinya menghasilkan daya listrik,
berubah menjadi menggunakan daya listrik. Hal ini bisa terjadi karena pada
dasamya antara generator dan motor memiliki konstruksi yang sama dan jika:
• Generator dihubungkan paralel atau bergabung dalam suatu jaringan dengan
generator lain.

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


20

• Torsi yang dihasilkan oleh penggerak mula (power mover, dalam hal ini
misalkan turbin uap, turbin air, atau mesin diesel) lebih kecil dari torsi yang
dibutuhkan untuk menjaga agar kecepatan rotomya berada pada kecepatan
proporsionalnya (dengan referensi frekuensi sistem).
• Terjadi kehilangan torsi dari penggerak mulanya (dengan kata lain penggerak
mulanya seperti turbin atau mesin diesel "Trip" atau mengalami kegagalan
operasi) dan generator masih terhubung dengan jaringan. Karena masih ada
kecepatan sisa pada rotomya, sedangkan disisi statomya ada tegangan dari
janngan, sehingga tegangan di stator menginduksi ke lilitan rotor yang
berputar.

Dampak reverse power adalah sebagai berikut:


• Pada diesel generator dapat terjadi ledakan pada ruang bakamya karena
adanya akumulasi bahan bakar yang tak terbakar sedangkan rotor terus
berputar,
• Pada gas turbin juga akan merusak gear box-nya dan
• Pada hydroplant (turbin air) akan terjadi kavitasi.

Pada suatu sistem pembangkitan yang terdiri dari dua atau lebih generator
dan dioperasikan secara paralel maka setiap generator dilengkapi dengan peralatan
proteksi berupa relay reverse power untuk mendeteksi dan membuka pemutus
apabila ada reverse power (gangguan) yang mengalir dari satu generator ke
generator lainnya yang mengalami gangguan pada penggerak mulanya.

Gambar 2.22 Relay reverse power

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


21

Relay reverse power bekerja dengan mengukur komponen aktif arus beban,
I x cos rp. Ketika generator menghasilkan daya listrik maka komponen arus beban
I x cos cp bemilai positif, sedangkan dalam kondisi reverse power berubah
menjadi bemilai negatif. Jika nilai negatif ini melampaui set point dari relay,
maka reverse power relay akan bekerja secara interlock dengan membuka Circuit
Breaker (CB). Inti dari semuanya, jika terjadi reverse power pada suatu unit
pembangkit listrik maka terjadi kerusakan pada peralatan penggerak mulanya
(power mover).

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


BAB3
KARAKTERISTIK DAN OPERAS! PEMBANGKITAN

3.1 Deskripsi Sistem Secara Umum


Pada power plant-nya memilik:i 3 unit genset yakni 2 unit engine diesel;
Olympian GEH200 dan Caterpillar 3406E dan 1 unit engine gas yakni G3508 LE
dengan Low and High Pressure. Diesel genset Olympian digunakan untuk aplikasi
standby yang akan mem-back-up suplai ke beban jika terjadi pemadaman listrik
oleh PLN dan terpasang dengan sistem terpisah oleh kedua genset yang lain. Jadi
tidak adanya sistem paralel ataupun pembagian beban bagi genset tersebut.
Berikut spesifikasi nameplatenya:

Ta be I 3 1 S.pesiifik asi. name p ate ke dua genset


No. Specification CAT 3406E CAT G3S08
1. Fuel Diesel Natural Gas
2. Application Rating Prime Continous
3. SN Genset 8AZ00325 CPJ00324
4. SN Engine 1MZ00507 CTN00186
5. SN Generator 7ZL00384 4WN00655
6. Voltage 230 I 400 V 230 I 400 V
7. Current 656.8 A 866A
8. Frequency 50Hz 50Hz
9. RPM 1500 RPM 1500RPM
10. kVA 455 kVA 600 kVA
11. kW 364kW 480kW
12. pf 0.8 0.8
13. Winding Star Series Star
14. Wire 12 6
15. Insulation Class H F
16. Excitation Voltage 47V 28 V
17. Excitation Current 8.799 A 5.2A
18. Max Temp Ambient 40 deg. 40 deg.
19. Max Height Altitude 152.4 m lOOOm
20. Enclosure IP22 NIA

22
Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


23

Loed Slrnlflng
M,11i.Jlc, (L."iMJ ---------------. I
I
I
I
VR6 EMCPII
Re laoor ContrOI Palllil I I
I
I
Diesel Engine Generator I
3406E 364 kW
455 kVA ACB

2301 A LS SC a
Eleclrle GO'l/ernor

DVR EI\ICP JI+


Re laror ContrOI Palllil I

Gas Engine Generator


G3508 480 kW
AGB
600 l<VA

Load Bank
Resistive, 480V, 750 kW,
3 ph, 60 Hz
Gambar 3.1 Skema paralel sistem

R~---.~~~~~~~~~~~---.~~~~~~~--~~~~~~~~---1t--~~~~
S~--+---1~~~~~~~~~~--+~..-~~~~~-+--.-~~~~~~~---1--,,__~~~
T~--+-t---t,__~~~~~~~~--+~+---~~~~-+--+--+~~~~~~--1~1--.....-~~
N- f- ----r- -------r-
1
I
I

SPM-A
- -- -~ SYNCHRONIZER

Fan Radiator
Y-D. 987 RPM
45 kW, 400V
0.87 pf, 81.7A
D3406E 50 Hz, 6 poles
364 kW, 0.8 pf
455 kVA
Y, 400V, 50 Hz -, Load Bank
I Resistive
I 750 kW
1
Sync Input 480V, 3ph
to LSSC : 60Hz

Gambar 3.2 Diagram daya

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


24

Genset yang diteliti adalah 3406E dan G3508. Seluruh kapasitas daya pada
genset diesel didistribusikan langsung ke main bus bar sedangkan pada genset gas
sebagian kapasitas dayanya digunakan untuk mensuplai motor induksi untuk kipas
radiator. Jadi kapasitas daya yang tersedia adalah selisihnya dan menjadikan
beban minimum sebesar daya motor induksi tersebut. Untuk percobaannya,
digunakanlah sebuah load bank resistive heater (isolated system). Desain
panelnya dapat disinkron baik secara manual ataupun otomatis (autosynchrone).
Keduanya tergolong engine elektronik yakni engine diesel memiliki
governor elektronik berupa Electronic Control Module (ECM) atau Advanced
Diesel Engine Management (ADEM) yang modulnya terpasang pada engine
sedangkan pada engine gas memiliki governor elektronik eksternal berupa modul
2301A Load Sharing and Speed Control (LSSC).
Fungsi ECM sebagai pusat kendali yang mengintegrasikan fungsi sistem
governor, Air Fuel Ratio Control (AFRC), power curve mapping, monitor input
sensing, dan output control. Jadi jika ada unit yang menggunakan ECM, pasti
tidak adalagi modul untuk speed control karena fungsi speed control sudah ada di
dalam ECM. Jadi hanya membutuhkan input desired engine speed dari electronic
load sharing governor (LSM) yang dibutuhkan juga saat paralel. Fungsinya
sebagai pembagi sejumlah beban yang diterima dengan prosentase tertentu saat
genset diparalel. Kontrol ini juga bisa digunakan untuk membangkitkan sinyal
isochronous atau speed droop. Beberapa konfigurasi dan setting point ada di
dalam ECM yang bisa diprogram dengan menggunakan software CAT Electronic
Technician (ET) melalui perangkat keras Communication Adapter.

Gambar 3.3 Electronic Control Module II (ECM II)

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


25

2301A Load Sharing dan Speed Control (LSSC) mempunyai dua fungsi
utama yaitu, mengontrol kecepatan engine secara presisi dan membagi beban di
antara genset yang diparalel. Kontrol mi juga bisa digunakan untuk
membangkitkan sinyal isochronous atau speed droop.

3.2 Sistem Pada Prime Mover


Sistem pada engine gas sebagian kecil berbeda dengan sistem pada engine
diesel. Hal yang paling beda adalah pada sistem bahan bakamya, sistem
pemasukkan udaranya, dan sistem penyalaannya sedangkan untuk sistem-sistem
yang lainnya umumnya sama, seperti sistem pelumasan, pendinginan, dan
kelistrikan. Pada ketiga hal tadi yang paling berhubungan langsung dengan tenaga
yang dihasilkan oleh engine sebagai komponen pembentuk api. Namun yang kita
teliti di sini adalah prosentase beban yang dipikul maksimal oleh masing-masing
engine dan bahan bakar yang dikonsumsi. Penjabaran ketiga sistem tadi dan
operasinya mari kita amati skema dan perbedaan sistem engine diesel dan gas
berikut.

INJECTORS
~(Ir

~,ni..__,
((JJ- CRAIIKSHAfT
POSITIOII
SEIISOR

ATM06PHERIC FUEL
PRESSURE SENSOR PUMP

ENGINE OIL PRESSURE SENSOR

ENGINE COOL.ANT lEPAP. SENSOR

INTAKE AIR TEMPERATURE SENSOR

ENGINE FUEL TEMPERATURE SENSOR

AMBIENT AIR TEMPERATURE


(OPTlOtlAL)

ENGINE COOLAtll LEVEL SEIISOR

Gambar 3.4 Sistem bahan bakar pada engine diesel 3406E

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


26

Solar dipompakan, ditakarkan dan dikompresikan kemudian diinjeksikan


langsung di ruang bakar bersamaan dengan udara yang terkompresi pada saat
beberapa derajat sebelum akhir langkah kompresi. Jadi jumlah bahan bakarlah
yang diatur dan dikonsumsi untuk mengendalikan putaran dan tenaga engine
tanpa diketahui berapa jumlah udara yang masuk.
Pada sistem engine gas, ia mengkonsumsi pencampuran gas dan udara
dalam mengendalikan putaran dan tenaga yang dikeluarkan. Artinya pencampuran
gas dan udara tadi selalu diatur perbandingannya pada jumlah yang tepat dan
konstan diberbagai tingkat pembebanan engine oleh komponen yang disebut gas
pressure regulator. Jadi bertemunya gas dan udara terjadi di luar ruang bakar di
dalam karburator. Komponen yang mengatur jumlah campuran gas udara yang
akan dikonsumsi engine adalah elektronik governor (LSSC) dengan proporsional
membuka atau menutup melalui throttle valve.

l'lywheel ear

0
Natural ras
PGN
60 PSI

SCAC Timing Gear

Air upply
0
Turbo
Charger
rroup

ombu.stion hamber
pad
Plug
Exhaust Mixture Manifold

Anno.sphere

'I urbine
Gambar 3.5 Air intake dan exhaust, fuel system, dan ignition system pada engine gas

3.3 Komposisi dan Kandungan Energi Kalor Gas Alam


Pada engine gas, tenaga yang bisa dihasilkan sangat tergantung dari
komposisi gas yang dikonsumsi. Jika engine tersebut dipindahkan ke daerah lain
yang suplai gasnya berbeda maka akan berbeda pula tenaga yang bisa dihasilkan.

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010


27

Perhitungannya bisa secara manual ataupun dengan menggunakan software


Caterpillar Methane Number di bawah ini untuk memudahkan perhitungan.
Beberapa tujuannya adalah mendapatkan estimasi besamya pemanfaatan
kemampuan engine untuk menghasilkan tenaga (relative power capability), Lower
Heating Value (LHV) yang merupakan nilai kalor peledakan pencampuran gas di
ruang bakar yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan gerak mekanis. Semakin
tinggi nilai LHV maka semakin irit konsumsi bahan bakamya.

ii Caterpillar Methane Number ~(QJ~


File Edit Utilities Help

~earch: • • Predefined Fuel Makeups

_!lescription:

Const~uent
IPGN 10-2009

Fuel Constituents
Abbrev Mole~
CATERPILLAR®
Water Vapor H20 0.001
Unit of Measu1e: (." English (" Metric
Methane CH4 89.356
Ethane C2H6 3.814
Caterpillar Methane Number: 54.9
Prooene C3HB 1.680
lsobutane iso-C4H10 Compressibility Factor: 0. 998
0.000
N01butane nor-C4H10 0.422 Stoich Alf Ratio (VolNol): 10.30
lsopenl:ane iso-C5H12 0.085 Stoich A/F Ratio (Mass/Mass): 16.61
~pentane nor-C5H12 0.356 Specific Gravity (Relative to Air): 0.620
N-Hexane C6H14 0.475 Specific Heat Constant [KJ: 1.268
N-Heptane C7H16 0.132
Relative Power Capability(%):
Nitrogen N2 0.000
[To 905 Btu/sci Fuel) 100%
Carbon Dioxide C02 0.706
Hydrogen Sulfide H2S 0.000
Ca,bon Monoxide co 0.000 (Btu/sci)
Hydrogen H2 0.000
Lower Heating Value: 988
Oxygen 02 0.000
Higher Heating Value: 1094
Heflum HE 0.000
WOBBE Index: 1255
Neopentane neo-C5H12 0.356
Octane CBH18 0.057
Nonane C9H20 0.002
Ethylene C2H4 0.000
Propylene C3H6 0.000

llilllll!III Total: 97.442


Gambar 3.6 Perhitungan Low Heat Value (LHV) dari komposisi gas

3.4 Prinsip Kerja Pembangkitan Tegangan


Pada kedua genset yang diteliti temyata memiliki tipe konstruksi
generatomya berbeda. Ada yang disebut tipe permanent magnet dan residual
magnetik.

3.4.1 Generator Tipe Permanent Magnet Pilot Exciter (PMPE)


Generator jenis ini disebut juga triple generator cara kerjanya memanfaatkan
pembangkitan awal dari permanent magnet yang berada pada rotor yang mana
medannya akan menginduksikan PM Pilot Armature yang akan menghasilkan

Universitas Indonesia

Pembagian beban... , Muhamad Hajar Murdana, FT UI, 2010

Anda mungkin juga menyukai