Anda di halaman 1dari 3

1.

Pemerintah seharusnya lebih berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan pelanggan yakni
menciptakan pelayanan public yang baik. Harus disadari bahwa birokrat bertugas melayani
dan mengayomi masyrakat bukan mengambil kesempatan dalam kesempitan. Untuk itu
masyrakat yang belum tahu tentang KTP-E ini perlunya mendapat sosialisasi dalam
pelaksanaan pembuatan KTP-E yang saat ini masih terkendala. Prosedur apa yang harus
dilakukan masyarakat saat menunggu realisasi pembuatan KTP-E.
Disisi lain pemerintah sebagai sumber awal kebijakan dalam pembuatan KTP-E harus
bertanggung jawab pemerintah harus melakukan langkah nyata untuk mengatasi kekarut-
marutan pembuatan KTP-E upaya yang dilakukan dengan memantau, merevisi jika ada hal-
hal yang tidak sesuai dengan yang direncanakan. Pemerintah juga harus lebih terbuka
terhadap progress program tersebut serta penuntasan kasus KTP-E yang saat ini tengah
diselidiki KPK.

2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 merupakan tahap


ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025
yang ditetapkan melalui Perpres No. 2 Tahun 2015 yang telah ditandatangani tanggal 8
Januari 2015. RPJMN 2015-2019 ini selanjutnya menjadi pedoman bagi
kementerian/lembaga dalam menyusun Rencana Strategis kementerian/lembaga (Renstra-
KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam
menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing-masing dalam rangka
pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan lebih lanjut, RPJMN akan
dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang akan menjadi pedoman bagi
penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).
Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2019 sebagai penjabaran tahun terakhir dari
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
memuat hasil evaluasi pencapaian Prioritas Nasional (PN) RKP 2017, rancangan kerangka
ekonomi makro, arah pengembangan wilayah, pendanaan pembangunan, prioritas
pembangunan nasional, pembangunan bidang, serta kaidah pelaksanaan. Sesuai amanat
Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN), penyusunan RKP merupakan upaya menjaga kesinambungan pembangunan
secara terencana dan sistematis yang tanggap akan perubahan. Rencana Kerja Pemerintah
tahun 2019 memuat tema “Pemerataan Pembangunan untuk Pertumbuhan Berkualitas”
dalam rangka mengejar pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan nasional dalam
RPJMN melalui optimalisasi pemanfaatan seluruh sumber daya (pemerintah dan swasta).

3. CONTOH KASUS : Komisi II DPRD Luwu Timur akhirnya memaparkan hasil evaluasi yang
dilakukannya beberapa waktu lalu terkait pengelolaan dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) tahun anggaran 2010. Menurut Ketua Komisi II DPRD Luwu Timur, Abd Munir Razak
menyebutkan, pengelolaan dana BOS yang dikelola secara langsung oleh seluruh kepala
sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) banyak
ketimpangan. Seperti sebutnya, pemeliharaan gedung sekolah yang sudah jelas dianggarkan
pada APBD 2010, tapi juga dianggarkan melalui dana BOS. Sehingga, sebut Abd Munir,
terindikasi kalau pengelolaan dana BOS oleh para kepala SD dan SMP yang jumlahnya
puluhan miliaran rupiah salah sasaran.
"Dari evaluasi yang kami lakukan mengenai penggunaan dana BOS yang dilakukan para
sekolah mulai dari SD hingga SMP dinilai salah sasaran. Karena sudah sangat jelas kalau
biaya untuk pemeliharaan gedung sekolah sudah dianggarkan dalam APBD, tapi kok
dianggarkan juga dalam dana BOS, sehingga timbul dua nomenklatur,'' papar Abd Munir
kepada Palopo Pos, Selasa 15 Pebruari.
Munir menegaskan, dengan adanya indikasi pengelolaan dana BOS yang menyalahi aturan
itu, maka ditegaskan kepada pihak Inspektorat Luwu Timur untuk mengusut tuntas masalah
itu.
"Kami minta Inspektorat Luwu Timur untuk melakukan pemeriksaan terhadap para kepala
sekolah yang terkait dengan pengelolaan dana BOS yang diduga salah sasaran. Hal ini tak
boleh dibiarkan,'' tegas Munir kemarin.
Olehnya itu, lanjut Munir, kedepan diharapkan agar pengelolaan dana BOS harus betul-betul
tepat sasaran. Bukannya malah menimbulkan ketimpangan, seperti yang terjadi pada
pengelolaan dana BOS 2010.
"Dana BOS itu diperuntukkan agar mutu pendidikan bisa semakin meningkat, sehingga
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dihasilkan bisa bersaing dengan masyarakat lainnya
sesuai dengan apa yang telah menjadi program pemerintah. Bukannya malah dimanfaatkan
oleh oknum yang tidak bertanggungjawab untuk memperkaya diri sendiri," jelas Munir.
Seperti diberitakan sebelumnya, Para pengelola BOS ditingkat sekolah, kini harus berhati-
hati. Pasalnya, Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) sewaktu-waktu dapat masuk secara
langsung ke sekolah, untuk melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan BOS, lebih sering
dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Bidang (Kabid) Anggaran Dinas Pendidikan, Budaya, Pariwisata, Pemuda dan
Olahraga (Dikbudparmudora) Luwu Timur, Ramadan Pirade, SE.,MM menyebutkan,
penyalurannya dana BOS kini sedikit berbeda. Khusus untuk dana-dana dari pusat,
khususnya di sektor pendidikan, ke depan pengawasannya akan semakin ketat. ''Pihak
kementerian telah menandatangani MoU dengan KPK. Artinya, KPK sudah punya peluang
untuk masuk ke sekolah guna melakukan pemantauan,” ujar Ramadan Pirade.
Ia melanjutkan, guna menghindari kesalahan atas pengelolaan anggaran, pihak sekolah
harus benar-benar mematuhi petunjuk teknis (juknis) dari pengelolaan dana BOS. Dalam
banyak kasus, meski penyelewengan terhadap dana tersebut tidak terjadi, namun karena
ketidakakuratan dalam mengikuti juknis, membuat pengelolaan dananya dipandang
bermasalah.

SOLUSI YANG DAPAT DILAKUKAN :

Pemerintah seharusnya mampu mengatasi masalah seperti ini dengan lebih memperketat
penggunaan dan penyaluran dana BOS ,dan pemerintah harus mampu memhukum oknum-
oknum yang terlibat dalam penyalah gunaan dana BOS ,kerena tindakan isi sangat
merugikan siswa yang ingin sekolah tapi tidak memiliki biaya .dan program BOS ini di
tujukan sebagai sebuah solusi dari masalah pendidikan di Indonesia untuk membantu anak-
anak yang tidak dapat sekolah.para anak-anak harus sekolah untuk mengurangi angka buta
huruf yang nantinya akan memnyebabkan masyarakat yang kurang produktif dan kurang
professional .

Harapan saya adalah anak-anak Indonesia mampu sekolah dan menjadi seorang tenaga
professional yang mampu menjadi kebanggaan bagi Indonesia dan mampu membawa
kemajuan bagi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai