Anda di halaman 1dari 23

Nama : Nadya Saputri

Npm : 2011050261

Kelas : 4C

Resume UAS Kalkulus Peubah Banyak

A. Deret Tak Terhingga dan Deret Positif : Uji Integral

1. Deret Tak-Terhingga

Misalkan barisan tak hingga, jumlah suku-suku dari tak hingga disebut deret tak hingga
dan ditulis sebagai :

Deret tak-terhingga ∑ konvergen dan mempunyai jumlah S, jika barisan jumlah


parsial { konvergen ke S. Jika { divergen, maka deret divergen. Deret divergen
tidak mempunyai jumlah. Deret Geometri deret yang berbentuk

Dimana disebut deret geometri.

Contoh 1:

Perlihatkan bahwa deret geometri konvergen dengan jumlah jika | | ,


tetapi divergen jika | |

Penyelesaian :

Misalkan . Jika yang bertambah tanpa


batas, sehingga { divergen. Jika , kita dapat menuliskan

Sehingga,

Jika | | maka sehingga,


Jika | | barisan divergen, sehingga akibatnya { juga divergen.

 Definisi jumlah parsial


Jumlah parsial ke-n, adalah

 Definisi jumlah deret


Deret tak terhingga ∑ konvergen dengan jumlah S jika barisan jumlah parsial
{ konvergen ke S,

S disebut sebagai jumlah deret . Jika { divergen maka deret ∑ divergen, yaitu
deret tidak mempunyai jumlah.
 Definisi jumlah deret geometri
Jika | | , maka deret geometri konvergen dengan jumlah
∑ .

jika | | maka deret geometri divergen.


Contoh 2
Tentukan apakah deret geometri berikut konvergen atau divergen
a.

b.

Penyelesaian :
Deret pada a memiliki rasio | | maka barisan divergen. Sedangkan deret

pada b memiliki rasio | | maka barisan konvergen.

 Teorema D (Uji Suku ke-n Untuk Divergensi)


Jika deret ∑ kovergen, maka . Secara ekuivalen, jika

atau tidak ada, maka deret tersebut divergen. Deret harmonik adalah divergen.

Contoh 3
Perlihatkan bahwa deret harmonik adalah deret divergen
Penyelesaian :
Kita perlihatkan bahwa bertambah tanpa batas. Bayangkan n besar dan tuliskan
( ) ( ) ( )

Jelas bahwa dengan mengambil n cukup besar,dengan memasukkan bilangan sebanyak

yang kita kehendaki ke dalam persamaan yang terakhir. Jadi tumbuh tanpa batas,
sehingga divergen. Dengan demikian, deret harmonik adalah deret divergen.
 Sifat-Sifat Deret Konvergen
Teorema B (Linearitas Deret Konvergen)
Jika ∑ dan ∑ keduanya konvergen dan c sebuah konstanta, maka
∑ dan ∑ juga konvergen, dan
(i) ∑ ∑
(ii) ∑ ∑ ∑
Contoh 4:

Hitunglah ∑ [ ( ) ( ) ].

Penyelesaian :

∑ [ ( ) ( ) ] ∑ ( ) ∑ ( )

Teorema C
Jika ∑ divergen dan maka ∑ divergen.
2. Deret Positif : Uji Integral
Teorema A (Uji Jumlah-Terbatas)
Suatu deret ∑ yang sukunya tak-negatif konvergen jika dan hanya jika jumlah
parsialnya terbatas di atas.
Teorema B (Uji Integral)
Misalkan f adalah fungsi yang kontinu, positif, tidak naik pada interval dan
andaikan bahwa untuk semua bilangan bulat positif k. Maka deret tak-terhingga


Konvergen jika dan hanya jika integral tak-wajar

Konvergen.
Contoh 1
Tentukan apakah ∑ konvergen atau divergen

Penyelesaian :
Hipotesis dalam Uji Integral dipenuhi untuk pada . Bahwa
intervalnya adalah dan bukannya tidak menjadi masalah seperti kita catat
segera setelah Teorema B.

∫ ∫ ( ) ]

Jadi, ∑ divergen.

B. Deret Positif : Uji-Uji Lainnya, Deret Berganti Tanda, Konvergensi


Mutlak dan Konvergensi Bersyarat, serta Deret Pangkat
1. Deret Positif : Uji-Uji Lainnya
Kekonvergenan dan kedivergenan dua deret, yaitu deret geometri dan deret-p, dimana
hasilnya adalah :
∑ konvergen jika ; divergen untuk |r|
∑ konvergen jika ; divergen untuk p

Deret-deret tersebut dapat digunakan sebagai standar untuk menentukan kekonvergenan


atau kedivergenan deret lain.

A. Membandingkan suatu deret dengan deret lain

Sebuah deret yang suku-sukunya lebih kecil daripada suku-suku yang berpadan dari
suatu deret konvergen seharusnya konvergen. Sedangkan, sebuah deret yang suku-
sukunya lebih besar daripada suku-suku yang berpadan dari suatu deret divergen,
seharusnya divergen. Hal ini, dituangkan dalam teorema berikut.
Teorema A (Uji Banding Biasa)
Andaikan 0 n n untuk

 Jika ∑ n konvergen, maka demikian juga ∑ n

 Jika ∑ n divergen, maka demikian juga ∑ n


Contoh 1
Apakah ∑ konvergen atau divergen?

Penyelesaian :
Kita dapat menduga deret divergen, sebab suku ke-n mirip dengan 1/5n untuk n besar.
Perhatikan

Kita ketahui jika deret harmonik ∑1/n divergen, sehingga ∑ juga divergen.

Jadi menurut Uji Banding Biasa deret tersebut juga divergen.


Teorema B (Uji Banding Limit)
Andaikan n n , dan

Jika 0 maka ∑ dan ∑ bersama-sama konvergen atau divergen. Jika L=


0 dan ∑ konvergen; maka ∑ konvergen.
Contoh 2
Tentukan konvergensi atau divergensi deret berikut :



Penyelesaian :
Kita gunakan uji perbandingan limit

Kita simpulkan bahwa di atas divergen menurut Uji Perbandingan Limit.


A. Membandingkan deret dengan deret itu sendiri
Teorema C (Uji Rasio)
Misalkan ∑ sebuah deret yang sukunya positif dan andaikan

 Jika ρ < 1, maka deret konvergen


 Jika ρ > 1, maka deret divergen
 Jika ρ = 1, pengujian ini tidak memberikan kepastian
Contoh 3

Apakah deret ∑ konvergen atau divergen ?

Penyelesaian :

Kita simpulkan menurut Uji rasio bahwa deret konvergen.

2. Deret Berganti Tanda, Konvergensi Mutlak dan konvergensi Bersyarat


A. Deret berganti tanda
Merupakan deret berbentuk

Dengan untuk semua n. contoh penting adalah deret harmonik berganti tanda

Teorema A (Uji Deret Berganti Tanda)


Misalkan

Suatu deret berganti tanda dengan Jika maka deret


konvergen. Galat yang dibuat dengan menggunakan jumlah n suku pertama untuk
mengaproksimasi jumlah deret S tidak lebih besar daripada
Contoh 4
Perlihatkan bahwa deret

Konvergen. Hitunglah dan estimasikan galat yang dibuat dari penggunaan ini sebagai
nilai jumlah keseluruhan deret tersebut.
Penyelesaian :
Uji deret berganti tanda (teorema A) berlaku dan menjamin konvergensi.
| |

B. Konvergensi mutlak
Deret ∑ dikatakan konvergen mutlak :
Bila ∑ konvergen dan ∑ | | konvergen.
Teorema B (uji konvergensi mutlak)
Jika ∑ | | konvergen, maka ∑ konvergen.
Teorema C (Uji Rasio Mutlak)
Misalkan ∑ adalah deret yang suku-sukunya bukan nol dan andaikan bahwa
| |
| |

 Jika deret konvergen secara mutlak


 Jika , deret divergen
 Jika , pengujian ini tidak dapat memberikan kepastian

Contoh 5

Perhatikan bahwa ∑ Konvergen secara mutlak .

Penyelesaian ;
| |
| |

Kita simpulkan dari uji rasio mutlak bahwa deret ini konvergen secara mutlak.
C. Konvergensi bersyarat
Deret ∑ dinamakan konvergen bersyarat jika ∑ konvergen tetapi ∑ | |
divergen.
Teorema D (Teorema Penyusunan Ulang)
Suku-suku suatu deret yang konvergen secara mutlak dapat disusun ulang tanpa
mempengaruhi konvergensi maupun jumlah deret tersebut.
Misalnya, deret

Konvergen secara mutlak. Penyusunan ulang


Konvergen dan mempunyai jumlah yang sama seperti deret semula.

3. Deret Pangkat
Bentuk umum deret pangkat dalam x yaitu :

Teorema A
Himpunan konvergensi dari deret pangkat ∑ selalu berupa interval yang berbentuk :
 Titik tunggal x = 0 .
 Interval konvergensi dengan kemungkinan-kemungkinannya adalah
]atau ]
 Seluruh garis bilangan riil.
Teorema B
Deret pangkat ∑ konvergen secara mutlak pada bagian dalam interval
konvergensinya.
Contoh 6

Carilah himpunan konvergensi untuk ∑

Penyelesaian :
Kita terapkan uji rasio mutlak.

| |

| |

| |
Jadi, deret konvergen jika | | jika deret divergen jika | | .

B. Operasi Pada Deret Taylor dan Maclaurin

A. Deret Taylor
Teorema A (Teorema Ketunggalan)
Andaikan f memenuhi
Untuk semua x dalam suatu interval disekitar , maka . Pernyataan deret

pangkat suatu fungsi dalam disebut deret taylor.

Teorema B (Rumus Taylor Dengan Sisa)

Misalkan f fungsi yang turunan ke- , ada untuk masing-masing x dalam


interval terbuka I yang mengandung . Maka untuk masing-masing x dalam I

Dengan sisa Dengan c titik antara x dan

Teorema C (teorema taylor)

Misalkan f fungsi yang memiliki turunan-turunan keberapapun pada suatu selang

Deret taylor

Merepresentasikan fungsi f pada selang jika dan hanya jika

dimana adalah suku sisa dalam Rumus Taylor,

dan titik c adalah titik pada .

B. Deret maclaurin
Jika nilai a di deret Taylor pada persamaan diteorema taylor adalah 0 maka diperoleh
deret MacLaurin

C. Aproksimasi Taylor terhadap fungsi


 Polinomial taylor orde 1
Suatu fungsi f dapat diaproksimasikan dekat titik a oleh garis singgungnya yang
melalui titik (a, f (a)) (Gambar 1). Kita sebut garis seperti ini sebagai aproksimasi
linier terhadap f dekat a dan kita akan mendapatkan bahwa
.
P1(x) disusun oleh dua suku pertama, yakni suku-suku orde 0 dan 1, dari deret Taylor
dari f yang diuraikan di sekitar a. Karenanya kita sebut P1 sebagai polinomial Taylor
orde 1 yang terletak di a.

 Polynomial Taylor Orde n

Penjumlahan sampai suku- suku yang berorde lebih tinggi dalam deret Taylor
biasanya akan memberikan aproksimasi yang lebih baik. Jadi, polinomial kuadrat :

Polinomial Taylor orde n yang terletak di a adalah

 Polinomial Maclaurin

Ketika a = 0, polynomial Taylor orde n menyerdehanakan polynomial Maclaurin


orde n, yang memberikan aproksimasi secara khusus dekat x = 0.

E. Parabola, Elips dan Hiperbola, Translasi dan Rotasi Sumbu

1. Parabola

Merupakan himpunan titik-titik P yang berjarak sama dari direktris t dan fokus F yaitu
yang memenuhi :

| | | |

Dari syarat | | | | dan rumus jarak, kita peroleh

√ √

Setelah mengkuadratkan kedua ruas dan menyederhanakan, diperoleh :


Ini disebut persamaan baku sebuah parabola horizontal (sumbu horizontal) terbuka ke
kanan. Perhatikan bahwa dan merupakan jarak dari fokus ke puncaknya.

Contoh 1

Carilah persamaan parabola dengan puncak di titik asal dan fokus di (0,5)

Penyelesaian :

Parabola ini terbuka ke atas dan P = 5.

Persamaannya adalah , yakni

2. Elips dan Hiperbola

Persamaaan baku elips untuk elips, 0< e < 1 sehingga positif. Untuk
menyederhanakan cara penulisan, misalkan √ maka persamaan yang
diturunkan diatas akan berbentuk :

Disebut persamaan baku elips, karena c = ae bilangan-bilangan a, b, c memenuhi


hubungan pythagoras . Bilangan 2a adalah diameter mayor, sedangkan 2b
adalah diameter minor.

Contoh 2 : Sketsakan grafik dari

dan tentukan fokus dan eksentrisitasnya.


Penyelesaian :
Kuadrat yang lebih besar berada di bawah , yang memberitahu kita bahwa sumbu
mayor adalah vertikal. Dengan memperhatikn bahwa a=5 dan b=4, disimpulkan bahwa

√ . Jadi, fokus adalah dan

Persamaaan baku hiperbola untuk elips, e > 1 sehingga positif. Misalkan

√ maka persamaan yang diturunkan sebelumnya

mengambil bentuk

Elips merupakan himpunan titik di bidang, yang jumlah jaraknya dari dua titik tetap
(fokus) berupa konstanta positif 2a yang diberikan.

Hiperbola merupakan himpunan titk di bidang, yang selisih jaraknya dari dua titik
tetap (fokus) berupa konstanta positif 2a yang diberikan.

Contoh 3

Carilah persamaan himpunan titik-titik yang jumlah jaraknya dari sama dengan
10.

Penyelesaian :

dan . Jadi, √ dn persamaan adalah

3. Translasi dan Rotasi Sumbu


Translasi jika sumbu baru dipilih di bidang, setiap titik akan memiliki dua himpunan
koordinat yaitu koordinat lama (x,y), relatif terhadap sumbu-sumbu lama dan koordinat
baru (u,v) relatif terhadap sumbu-sumbu baru. Jika sumbu-sumbu yang baru masing-
masing sejajar dengan sumbu yang lama dan memiliki arah dan skala yang sama
transformasi itu disebut translasi sumbu. Koordinat baru (u,v) dihubungkan terhadap
koordinat lama (x,y). Misalkan (h,k) adalah koordinat lama dari titik asal yang baru.
Maka,
Contoh 5:

Carilah koordinat baru P(-6,5) setelah sumbu-sumbu digeser ke titik asal baru di (2,-4)

Penyelesaian :

Oleh karena dan k=-4, maka

Koordinat baru adalah (-8,9)

Persamaan Derajat-Dua

Rotasi , sumbu-u dan sumbu-v dengan titik asal sama seperti sumbu-x dan sumbu-y tetapi
diputar sampai membuat sudut . Sebuah titik P memiliki dua himpunan koordinat : (x,y) dan
(u,v). Dengan melihat segitiga OPM

Sehingga,

Peninjauan segitiga OPN memperlihatkan bahwa dan . Jadi,

Penalaran serupa juga berlaku untuk

Rumus-rumus ini menentukan suatu transformasi ysng disebut Rotasi Sumbu.

F. Pernyataan Parametrik Kurva Dalam Bidang dan Sistem Koordinat


Polar

1. Pernyataan Parametrik Kurva dalam Bidang

Suatu kurva bidang ditentukan oleh sepasang persamaan parameter


Dengan f dan g adalah kontinu pada interval I. Biasanya I berupa suatu interval
tertutup ]. t disebut parameter, sebagai waktu ukur. Apabila nilai t bergerak maju dari
a ke b, titik (x,y) menelusuri kurva di bidang-xy. Ketika I berupa interval tertutup ],
titik-titik dan ( )disebut titik ujung awal dan titik ujung
akhir. Jika kurva mempunyai titik-titik ujung berimpit maka dikatakan bahwa kurva itu
tertutup. Jika nilai-nilai t yang berlainan menghasilkan titik-titik berlainan di bidang
(kecuali mungkin untuk ), kurva tersebut adalah kurva sederhana.
Pasangan hubungan bersama dengan interval I disebut parametrisasi
kurva.

 Sikloida

Merupakan kurva yang ditelusuri oleh sebuah titik P pada pelek roda apabila
roda ini menggelinding tanpa tergelincir sepanjang sebuah garis lurus

 Kalkulus Untuk Kurva yang Terdefinisi secara Parametris

Teorema A

Misalkan f dan g dapat didefinisikan secara kontinu dengan pada


maka persamaan-persamaan parameter

Mendefinisikan y sebagai fungsi x dan y


2. Sistem Koordinat Polar

Pemberian jarak berarah dari sepasang sumbu yang tegak lurus bukanlah satu-satunya
jalan untuk merinci suatu titik cara lain untuk melakukan ini adalah dengan memberikan
apa yang disebut Koordinat Polar.

Koordinat Polar koordinat polar dimulai dengan sebuah setengah garis tepat disebut
sumbu polar memancar dari sebuah titik tepat disebut polar atau titik asal. Sembarang titik
P selain dari polar adalah perpotongan antara sebuah lingkaran tunggal yang berpusat di
O. Jika r adalah sejajar lingkaran dan adalah salah satu sudut antara sinar pada sumbu
polar maka adalah sepasang koordinat polar untuk P (gambar 2). Gambar 3
memperlihatkan beberapa titik yang di plot pada suatu kisi polar.

Persamaan Polar adalah :

Grafik persamaan polar adalah himpunan titik masing-masing mempunyai paling


sedikit sepasang koordinat polar yang memenuhi persamaan cara yang paling mendasar
untuk sketsakan grafik ialah menyusun tabel nilai-nilai plot titik-titik yang berpadanan
kemudian menghubungkan titik-titik ini dengan sebuah kurva mulus.

 Hubungan Ke Koordinat Cartesius Kita andaikan bahwa sumbu polar berimpitan


dengan sumbu-x positif sistem cartesius. Maka koordinat polar adalah sebuah
titik P dan koordinat kartesius (x, y) titik yang sama itu dihubungkan oleh
persamaan :
Polar ke Cartesius ke Polar
Cartesius

G. Grafik persamaan polar, kalkulus dalam koordinat polar


1. Grafik Persamaan Polar
Berikut beberapa uji yang cukup untuk kesimetrian dalam koordinat polar :
 Grafik persamaan polar simetris terhadap sumbu-x (sumbu polar) jika penggantian
oleh (atau oleh menghasilkan persamaan yang ekuivalen
(gambar 1).
 Grafik persamaan polar simetris terhadap sumbu-y (garis jika penggantian
oleh (atau oleh menghasilkan persamaan yang ekuivalen
(gambar 2).

 Grafik persamaan polar simetris terhadap titik asal (polar jika penggantian
oleh (atau oleh menghasilkan persamaan yang ekuivalen (gambar
3).

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3

 Kardioidia dan limason

Kita tinjau persamaan yang berbentuk

Dengan dan positif. Grafik mereka dinamakan limason, dengan khusus untuk
disebut sebagai kardiodia. Grafik-grafik khas diperlihatkan pada gambar 4.
Contoh 1
Analisis persamaan untuk simetri dan sketsakan grafiknya.
Penyelesaian :
Karena dan ]

Maka grafik simetris terhadap kedua sumbu. Jelas, grafik simetri juga terhadap titik
asal. Tabel nilai-nilai dan grafik diperlihatkan pada gambar 6.

 Mawar

Persamaan polar yang berbentuk

Menyatakan kurva-kurva berbentuk bunga yang dinamakan mawar. Mawar memiliki


n daun jika n gasal dan 2n daun jika n genap.

 Spiral

Grafik disebut spiral archimedes; grafik dinamakan spiral


logaritma.
Contoh 2
Sketsakan grafik untuk
Penyelesaian :
Perhatikan bahwa grafik memotong sumbu polar di(0,0), dan
memotong perpanjangan yang kekiri di seperti pada
gambar 8.
Gambar 8

 Perpotongan kurva dalam koordinat polar

Dalam koordinat cartesius, semua titik perpotongan dua kurva dapat dicari dengan
jalan menyelesaikan persamaan-persamaan kurva secara serempak. Namun, dalam
kondisi polar, tidak selalu demikian kasusnya. Ini disebabkan sebuah titik P memiliki
banyak koordinat polar, dan satu pasangan dapat memenuhi persamaan polar satu kurva
dan pasangan yang lain dapat memenuhi kurva lain. Misalnya (lihat gambar 9),

lingkaran memotong garis didua titik yaitu, polar dan ( ) tetapi

hanya pasangan terakhir yang merupakan penyelesaian bersama kedua persamaan


tersebut. Ini terjadi karena koordinat polar yang memenuhi persamaan garis adalah

( ) dan yang memenuhi persamaan lingkaran adalah ( ).

Contoh 3
Carilah titik potong dua kardiodia dan
Penyelesaian :

Jika kita hilangkan r dari dua persamaan tersebut, maka diperoleh :


Jadi atau

Kita simpulkan bahwa atau , yang menghasilkan dua titik potong

√ ) dan √ ). Namun grafik pada gambar 10 memperlihatkan

bahwa kita telah melewatkan titik potong yang ketiga , yaitu polar. Alasan kita terlewat
adalah bahwa dalam persamaan ketika tetapi dalam
persamaan
ketika .

2. Kalkulus Dalam Koordinat Polar

 Luas dalam koordinat polar

Misalkan menentukan sebuah kurva dibidang, dengan fungsi kontinu, tak-


negatif untuk dan Kurva-kurva dan
membatasi daerah R(yang diperlihatkan dibagian kiri dalam gambar 2), yang luas
ingin kita tentukan.

Gambar 2

Kita aproksimasikan luas irisan ke-i kenyataannya kita melakukannya dalam


dua cara. Pada interval ke ], misalkan f mencapai nilai minimumnya dan nilai
maksimumnya, masing-masing di dan (gambar 3). Jadi, jika

] ]

Sehingga

∑ ] ∑ ∑ ]
Anggota pertama dan ketiga pertidaksmaan ini adalah jumlah Riemann untuk integral

yang sama : ∫ ] . Ketika norma partisi kita biarkan menuju nol, kita peroleh

(dengan menggunakan teorema apit) rumus luas :

∫ ]

 Garis singgung dalam koordinat polar


Dalam koordinat cartesius, kemiring dari garis singgung pada suatu kurva
diberikan oleh . Dengan cepat kita menolak sebagai rumus
kemiringan yang berpadan dalam koordinat polar, lebih baik, jika
menentukan kurva, kita tuliskan :

Jadi,

Yakni,

Rumus yang baru saja diturunkan menjadi sederhana jika grafik melalui
polar sebagai contoh, andaikan untuk suatu sudut dan
maka (dipolar tersebut) rumus kita untuk adalah :

Karena garis memiliki kemiringan , kita simpulkan bahwa garis itu


menyinggung kurva dipolar.
Soal dan jawaban

1. Tentukan apakah ∑ ( ) konvergen atau divergen. Jika konvergen,

tentukanlah jumlahan dari deret tersebut !


Penyelesaian :

∑( ) ( ) ( ) ( )

Karena memenuhi atau , maka deret tersebut divergen.


Jadi, deret tersebut divergen.
2. Tentukan deret taylor dalam hingga suku
penyelesaian :
Deret taylor adalah sebagai berikut :

Untuk fungsi cos, berikut turunan fungsinya :

Maka deret taylor dari fungsi cos disekitar adalah :

( ) ( ) ( )


Diketahui sin dan cos maka deret diatas sama dengan :

√ √
cos x = ( ) ( ) ( )

3. Tentukan apakah ∑ konvergen bersyarat atau konvergen mutlak ?

Penyelesaian :

Deret mutlaknya adalah ∑

Dengan uji rasio diperoleh


Karena , maka ∑ Konvergen.

Sehingga ∑ Merupakan konvergen mutlak.

4. Diketahui deret tak hingga ∑ ∑ , tentukan empat suku pertama

barisan jumlahan parsial , tentukan formula dalam variabel n!


Penyelesaian :

Berkutnya akan kita lihat bentuk masing-masing suku deret yang diberikan dan dibuat
pecahan parsialnya menjadi :
=

Oleh karena itu,

Karena,

Sehingga

( ) ( ) ( ) ( ) ( )

Maka persamaan diatas diperoleh :


5. Tentukan persamaan parabola dengan puncak dengan garis direktrix
Penyelesaian :
Titik puncak

Sehingga persamaannya adalah

Anda mungkin juga menyukai