Anda di halaman 1dari 29

BARISAN, DERET,

KEKONVERGENAN
1
1. Barisan (sequence)
→ himpunan bilangan dalam suatu urutan tertentu yang diatur dan dibentuk melalui suatu aturan
tertentu. →
→ setiap bilangan dalam barisan disebut dengan “suku” (term) dan adalah suku ke-n dari
barisan tersebut.
Contoh 1
- Barisan berhingga:
adalah barisan berhingga;
suku ke-n ditentukan oleh

- Barisan tak berhingga:


adalah barisan tak-berhingga;
suku ke-n ditentukan oleh ,

2
Limit barisan
Suatu bilangan l dinamakan limit suatu barisan tak berhingga jika untuk bilangan positif kita
dapat menentukan suatu bilangan positif N yang bergantung pada sehingga untuk semua .
Dalam hal ini:

Jika limit suatu barisan ada, maka barisan tersebut disebut konvergen; jika tidak maka disebut
divergen. Suatu barisan hanya dapat konvergen pada satu limit, yaitu jika suatu limit ada, maka
limit tersebut unik.

Contoh 2
Dengan menggunakan definisi tersebut, buktikan bahwa untuk semua
Solusi 2
Dengan suatu angka , maka kita harus temukan sedemikian rupa sehingga

untuk ⇨ ; nilai jika


3
Teorema pada limit barisan

Jika dan , maka

1.

3.

4
Barisan fungsi
Misalkan disingkat , adalah suatu barisan fungsi dari dan bernilai tunggal dalam suatu daerah di
bidang . Kita namakan sebagai limit dari untuk , dan ditulis , jika untuk bilangan positif kita dapat
menentukan suatu bilangan positif N (yang bergantung pada dan z) sehingga
untuk semua .
Dalam kasus ini barisan tersebut disebut konvergen, atau konvergen ke
Jika suatu barisan konvergen untuk setiap (titik) dalam suatu daerah ℛ, maka ℛdinamakan
sebagai daerah kekonvergenan.

5
Contoh 3

Selidiki konvergensi barisan berikut:


,
Solusi 3
Lima suku pertama dari barisan tesebut :
atau

Jika diploting pada bidang kompleks terlihat bahwa limit dari barisan ini adalah nol
𝑦
Untuk membuktikan ini, kita harus tunjukkan bahwa:

saat (1)

𝑥 saat
𝑅𝑒𝑎𝑙
Jika kita pilih , maka persamaan (1) benar, sehingga barisan tersebut konvergen ke nol.
𝐼𝑚𝑎𝑗𝑖𝑛𝑒𝑟
6
Contoh 4
Selidiki konvergensi barisan berikut:

Solusi 4

Mempertimbangkan:
(uji rasio)
Misalkan untuk kita dapatkan:
Untuk → ; untuk →

Jadi untuk ; ; ; dan seterusnya yang memperlihatkan nilai yang terus membesar tidak berhingga, sehingga limit-nya
tidak ada. Karenanya barisan ini divergen

7
2. Deret tak berhingga
Misalkan adakah suatu barisan.
Dibentuk barisan baru yang didefinisikan dengan:

dimana dinamakan jumlah parsial ke-n, yaitu jumlah suku pertama dari barisan .
Barisan ditulis dengan notasi

yang dinamakan suatu deret tak berhingga.


Jika ada, maka deret tersebut disebut konvergen dan adalah jumlahnya, jika tidak demikian
disebut divergen. Syarat perlu agar suatu deret konvergen adalah ; tetapi ini bukan syarat cukup.

8
Deret fungsi
Dari barisan fungsi , dibentuk barisan baru yang didefinisikan dengan:

Dimana dinamakan jumlah parsial ke-n, yaitu jumlah suku pertama dari barisan .
Barisan atau ditulis dengan notasi

yang dinamakan suatu deret tak berhingga.

Jika ada, maka deret tersebut disebut konvergen dengan sebagai jumlahnya, jika tidak demikian
disebut divergen.

9
Contoh 5:
a) Buktikan bahwa deret konvergen untuk .
b) Tentukan jumlahnya
Solusi:
a). Jumlah n suku pertama deret:

lim 𝑆𝑛 ( 𝑧 ) = lim ( 𝑧 − 𝑧 𝑛 +1 )= lim ( 𝑧 − ( 𝑧 𝑛 ∙ 𝑧 ¿ ) = lim 𝑧 ( 1− 𝑧 𝑛 )


𝑛→ ∞ 𝑛→ ∞ 𝑛 →∞ 𝑛→ ∞

untuk . lim 𝑆𝑛 ( 𝑧 ) = 𝑧 ( 1 − 0 )= 𝑧
𝑛→ ∞ maka deret tersebut disebut
konvergen dengan
|𝑆𝑛 ( 𝑧 ) − 𝑧|=|− 𝑧 𝑛 +1|=|𝑧|
𝑛 +1
<𝜖
untuk semua
ln 𝜖 𝑛> ln 𝜖 − 1
( 𝑛+1 ) ln | 𝑧|< ln 𝜖 ( 𝑛+1 ) > ln |𝑧 |
ln| 𝑧|
b). Jumlah deret:
lim 𝑆𝑛 ( 𝑧 ) = 𝑧 ( 1 − 0 )= 𝑧
𝑛→ ∞ 10
Solusi cara lain:
a). Jumlah n suku pertama deret:

lim 𝑆𝑛 ( 𝑧 ) = lim ( 𝑧 − 𝑧 𝑛 +1 )= lim ( 𝑧 − ( 𝑧 𝑛 ∙ 𝑧 ¿ ) = lim 𝑧 ( 1− 𝑧 𝑛 )


𝑛→ ∞ 𝑛→ ∞ 𝑛 →∞ 𝑛→ ∞

→ hanya ada limit jika (pecahan)

lim 𝑆𝑛 ( 𝑧 ) = 𝑧 ( 1 − 𝑧 ∞ ) = 𝑧 ( 1 − 0 )= 𝑧
𝑛→ ∞

Karena ada nilai limitnya, maka deret ini konvergen

b). Jumlah deret:


lim 𝑆𝑛 ( 𝑧 ) = 𝑧 ( 1 − 0 )= 𝑧
𝑛→ ∞ 11
Kekonvergenan mutlak
∞ ∞
Suatu deret ∑𝑢 𝑛 ( 𝑧)dinamakan konvergen mutlak jika nilai mutlaknya ∑ |𝑢𝑛(𝑧 )| juga
konvergen 𝑛=1 𝑛=1

∞ ∞
∑ 𝑢 𝑛 ( 𝑧)konvergen, namun ∑ |𝑢𝑛(𝑧 )|
Jika tidak konvergen, maka dikatakan konvergen
𝑛=1 𝑛=1

bersyarat.
Kekonvergenan seragam baris dan deret

Suatu deret dikatakan seragam ke ) dalam ℛ bila untuk suatu bilangan yang diberikan kita
dapat temukan bilangan sehingga untuk setiap dalam ℛ berlaku

untuk setiap
Dimana
adalah sisa deret tak berhingga sesudah suku.
12
Contoh 6:

Buktikan bahwa deret konvergen mutlak untuk .

Solusi:
a). Jumlah n suku pertama deret:

lim 𝑆𝑛 ( 𝑧 ) = lim ( 𝑧 − 𝑧 𝑛 +1 )= lim ( 𝑧 − ( 𝑧 𝑛 ∙ 𝑧 ¿ ) = lim 𝑧 ( 1− 𝑧 𝑛 )


𝑛→ ∞ 𝑛→ ∞ 𝑛 →∞ 𝑛→ ∞

untuk .

lim 𝑆𝑛 ( 𝑧 ) =𝑧 ( 1 −0 )=𝑧 ada, sehingga deret tersebut konvergen


𝑛→ ∞
Suatu deret dinamakan konvergen mutlak jika nilai mutlaknya juga konvergen

Misalkan

14

untuk .

maka

dan sehingga deret tersebut konvergen absolut

14
3. Beberapa teorema terkait dengan barisan, deret dan kekonvergenan
3. a. Teorema yang umum

Teorema 1
Jika suatu barisan memiliki limit, maka limit tersebut unik (hanya satu limit)

Teorema 2
Misalkan , dimana dan riil. Maka suatu syarat perlu dan cukup agar konvergen adalah dan
konvergen.

15
Teorema 3
Misalkan adalah suaru barisan bilangan riil yang bersifat:
(i) atau
(ii) (suatu konstanta)
Maka konvergen
Jika sifat (i) berlaku maka barisannya dinamakan monoton naik, sedangkan jika sarat (ii) berlaku
maka dinamakan monoton turun. Jika sifat (ii) berlaku maka barisan dikatan terbatas.
→ setiap barisan monoton terbatas mempunyai limit.

Teorema 4
Suatu syarat perlu dan cukup agar konvergen adalah jika diberikan kita dapat temukan bilangan
sehingga untuk setiap ,
→ kriteria kekonvergenan Cauchy.
16
Teorema 5
Suatu syarat perlu agar konvergen adalah . Tetapi syarat ini tidak cukup.

Teorema 6

Mengalikan setiap suku deret dengan suatu konstanta tak nol tidak mengubah kekonvergenan atau
kedivergenannya. Menghilangkan (atau menambahkan) sejumlah berhingga suku dari (atau pada)
suatu deret tidak mengubah kekonvergenan atau kedivergenannya.

Teorema 7
Suatu syarat perlu dan cukup agar konvergen, dimana dan riil adalah:
dan konvergen.

17
3. b. Teorema pada kekonvergenan mutlak

Teorema 8
Jika konvergen, maka konvergen.

Teorema 9
Suku-suku suatu deret konvergen mutlak urutannya dapat diatur Kembali dan semua hasil
pengaturan Kembali deret ini konvergen ke jumlah yang sama. Juga jumlah, selisih dan hasil kali
dari deret konvergen mutlak adalah konvergen mutlak. Hal ini tidak berlaku untuk deret
konvergen bersyarat.

3. c. Uji khusus untuk kekonvergenan


Teorema 10 (Uji perbandingan)
(a). Jika konvergen dan , maka konvergen mutlak
(b). Jika divergen dan , maka divergen tetapi maka mungkin konvergen atau mungkin juga
tidak. 18
Teorema 11 (Uji rasio)
Jika , maka konvergen (mutlak) jika , dan divergen jika , jika uji gagal → deret tersebut bisa
konvergen atau divergen.

Teorema 12 (Uji akar ke-)


Jika , maka konvergen (mutlak) jika , dan divergen jika , jika uji gagal → deret tersebut bisa
konvergen atau divergen.

Teorema 13 (Uji integral)


Jika untuk , maka konvergen atau divergen sesuai apakah konvergen atau divergen

19
Teorema 14 (Uji Raabe)
Jika , maka konvergen (mutlak) jika , dan divergen jika , jika uji gagal → deret tersebut bisa
konvergen atau divergen.

Teorema 15 (Uji Gauss)


Jika , dimana untuk setiap , maka konvergen (mutlak) jika , dan divergen jika .

Teorema 16 (Uji deret berayun)


Jika , untuk dan , maka konvergen.

20
3. d. Teorema pada kekonvergenan seragam

Teorema 17 (Uji M. weierstrass)


Jika , dimana tidak tergantung pada dalam suatu daerah ℛ dan konvergen, maka konvergen
seragam dalam ℛ.

Teorema 18
Jumlah suatu deret konvergen seragam dari fungsi-fungsi kontinyu adalah kontinyu, yaitu jika
kontinyu dalam suatu daerah ℛdan , konvergen seragam dalam ℛ maka kontinyu dalam ℛ.

21
4. Beberapa deret istimewa
2 3 n
𝑧 𝑧 𝑧
1). ⅇ
𝑧
= 1+ 𝑧 + + +⋯+ + ⋯| 𝑧|< ∞
2! 3! n!

3 5 2 n −1
𝑧 𝑧 𝑛 −1 𝑧
2). sin 𝑧 = 𝑧 − 3 ! + 5 ! − ⋯ (− 1 ) + ⋯|𝑧|< ∞
(2 n −1 )!

2 4 2n−2
𝑧 𝑧 𝑛 −1 𝑧
3). cos 𝑧 = 𝑧 − 2 ! + 4 ! − ⋯ ( − 1 ) + ⋯|𝑧 |< ∞
( 2n − 2) !

2 3 n
𝑧 𝑧 𝑛 −1 𝑧
4). ln ( 1 + 𝑧 )= 𝑧 − 2 + 3 − ⋯ ( − 1 ) + ⋯| 𝑧|< ∞
𝑛

3 5 2n− 2
−1 𝑧 𝑧 𝑛 −1 𝑧
5). 𝑡𝑎𝑛 𝑧=𝑧 − + − ⋯ ( − 1) + ⋯ |𝑧|<∞
3 5 ( 2 n −1)

𝑝 𝑝 ( 𝑝 − 1) 2 𝑝 ( 𝑝 − 1 ) ⋯ ( 𝑝 − 𝑛 +1 ) n
6). ( 1 + 𝑧 ) =1 +𝑝 𝑧 + 𝑧 + ⋯+ 𝑧 + ⋯|𝑧 |< ∞
2! n!
22
Deret Taylor (Teorema Taylor)

Misalkan analitik di dalam dan pada suatu kurva tertutup sederhana . Jika kedua titik dan ada di dalam maka:

2 𝑛
′ h h ( 𝑛)
𝑓 ( 𝑎+ h ) = 𝑓 ( 𝑎 ) + h 𝑓 ( 𝑎 ) + 𝑓 ′ ′ ( 𝑎 ) + …+ 𝑓 ( 𝑎 ) +⋯ (3)
2! 𝑛!
Atau dengan menuliskan

( 𝑛)
′ 𝑓 ′ ′ ( 𝑎) 2 𝑓 (𝑎) 𝑛
𝑓 ( 𝑧 ) = 𝑓 ( 𝑎 ) + 𝑓 ( 𝑎 )( 𝑧 − 𝑎 )+ ( 𝑧 −𝑎 ) +…+ ( 𝑧 − 𝑎) + ⋯ (4)
2! 𝑛!

Kedua deret di atas dinamakan deret Taylor untuk atau .


Daerah kekonvergenan deret (4) diberikan oleh , dimana jari-jari kekonvergenan adalah jarak dari ke titik singular
terdekat fungsi . Pada deret deret divergen, dan pada deret mungkin konvergen nungkin juga tidak.

Jika pada persamaan (3) dan (4) di atas maka deret yang terjadu dinamakan deret McLaurin

23
Contoh 7:
a). Uraikan dalam deret Taylor di sekitar

Solusi:

𝑓 ( 𝑧 ) =sin 𝑧 , 𝑓 ′ ( 𝑧 ) =cos 𝑧 𝑓, ′ ′ ( 𝑧 )=− sin 𝑧𝑓, ′ ′ ′ ( 𝑧 )=− cos 𝑧 ,


1 𝑓 ′ ( 𝜋 / 4 )= 1
𝑓 ( 𝜋 / 4 )=sin 𝜋 / 4= √ 2 ,
2 2
√ 2 𝑓,
′′
( ) 𝜋
4
=−
1
2
√2 , 𝑓 ′ ′ ′ ( )
𝜋
4
=−
1
2
√2 ,
Maka, karena ,
( 𝑛)
′ 𝑓 ′ ′ ( 𝑎) 2 𝑓 (𝑎) 𝑛
𝑓 ( 𝑧 ) = 𝑓 ( 𝑎 ) + 𝑓 ( 𝑎 )( 𝑧 − 𝑎 )+ ( 𝑧 −𝑎 ) +…+ ( 𝑧 − 𝑎) + ⋯
2! 𝑛!
√ √ √ √2
( ) ( ) +⋯
2 3
2 2 2 𝜋 𝜋
𝑓 ( 𝑧)= + ( 𝑧 − 𝜋 / 4) − 𝑧− − 𝑧−
2 2 2 ∙2 ! 4 2 ∙3 ! 4

{ ( ) −( )
}
2 3
𝜋 𝜋
𝑧− 𝑧−
√ 2 1 +( 𝑧 − 𝜋 / 4 ) −
( ) +⋯
3
4 4 𝜋
¿ 𝑧−
2 2! 3! 4

24
Deret Laurent (Teorema Laurent)
Misalkan dan adalah lingkaran sepusat dengan jari-jari masing-masing dan dan berpusat di Misalkan bernilai
tunggal dan analitik pada dan dan pada anulus ℛ. Dan misalkan adalah suatu titik di dalam ℛ. Maka kita
mempunyai:
𝑎 −1 𝑎−2 𝑎−3 (5)
𝑓 ( 𝑎+ h ) =𝑎 0 +𝑎 1 h+𝑎 2 h+…+ + + +⋯
h h
2
h
3

1 𝑓 (𝑧)
Di mana 𝑎𝑛 = ∮
2 𝜋 𝑗 𝑐 ( 𝑧 − 𝑎) 𝑛+1
𝑑𝑧
1 (6)
1
𝑎 −𝑛 = ∮
2𝜋 𝑗 𝑐
( 𝑧 −𝑎 ) 𝑛− 1
𝑓 ( 𝑧 ) 𝑑𝑧
1

1 𝑓 (𝑧)
𝑎𝑛 = ∮
2 𝜋 𝑗 𝑐 ( 𝑧 − 𝑎) 𝑛+1
𝑑𝑧 (7)


1
2 𝑎− 1 𝑎− 2
𝑓 ( 𝑧 ) =𝑎 0 +𝑎 1 ( 𝑧 − 𝑎 ) + 𝑎 2 ( 𝑧 − 𝑎 ) + …+ + +⋯ (8)
𝑧 − 𝑎 ( 𝑧 − 𝑎 )2

Di mana 1 𝑓 (𝜁)
𝑎𝑛 = ∮ 𝑑𝜁 (9)
2 𝜋 𝑗 𝑐 ( 𝜁 −𝑎 )
1
𝑛+ 1
25
Pengelompokkan kesingularan
1. Pole
Jika berbentuk seperti persamaan (8) sehingga bagian utamanya hanya memiliki sejumlah
berhingga suku:

di mana , maka dinamakan suatu pole bertingkat . Jika maka dinamakan pole sederhana.
2. Kesingularan yang dapat dihapuskan
Jika suatu fungsi bernilai tunggal tidak didefinisikan di tetapi ada, maka dinamakan kesingularan yang
dapat dihapuskan. Dalam kasus ini, kita mendefinisikan di sama dengan .
Contoh:
Suatu fungsi bernilai tunggal , maka adalah kesingularan yang dapat dihapuskan karena tidak terdifinisi
namun
Catatan, dengan menggunakan deret istimewa, maka

{ } 𝑧
3 5lim 2 4 sin
sin 𝑧 1 𝑧 𝑧 𝑧 𝑧
= 𝑧− + − ⋯ =1 −
𝑧 →0
+ −⋯ =1
𝑧 𝑧 3! 5! 3! 5! 𝑧 26
27
3. Kesingularan esensial.
Jika suatu fungsi bernilai tunggal maka kesingularan yang bukan pole atau kesingularan yang
dapat dihapuskan dinamakan kesingularan esensial.

4. Titik cabang.
Suatu titik dinamakan suatu titik cabang dari fungsi bernilai banyak jika cabang bertukar
bilamana menggambarkan suatu lintasan tertutup di sekitar .

28
TERIMA KASIH
29

Anda mungkin juga menyukai