OLEH :
YENI HARIANI
NIM. 891211015
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN DAN KRITIS
PADA PASIEN CAD NSTEMI
Mata Kuliah : Praktik Klinik Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis
Semester : II (Genap)
Institusi : STIKES YARSI Pontianak
Prodi : Profesi Ners
Mengetahui,
A. PENGERTIAN
Secara klinis infark kronis tanpa elevasi ST( NSTEMI) sangat mirip dengan angina
tidak normal. Yang membedakan merupakan terdapatnya enzym petanda jantung yang
positif. Angina pektoris tidak normal/ Ustable Angina Pektoris( UAP) serta infark miokard
kronis tanpa elevasi ST( NSTEMI) dikenal ialah sesuatu kesinambungan dengan kemiripan
patofisiologi serta indikasi klinis sehingga pada prinsipnya penatalaksanaan keduanya
tidak berbeda. Penaksiran NSTEMI ditegakkan bila penderita dengan perwujudan klinis
UAP menampilkan fakta terdapatnya nekrosis miokard berbentuk kenaikan biomarker
jantung( Gita, 2020)
NSTEMI merupakan infark miokard kronis tanpa elevasi ST yang terjalin dengan
meningkatkan oklusi lengkap arteri koroner kecil ataupun oklusi parsial arteri koroner
utama yang lebih dahulu terserang aterosklerosis. Perihal ini menimbulkan kehancuran
ketebalan parsial otot jantung. Jumlah NSTEMI dekat 30% dari seluruh serbuan jantung.
Pada APTS serta NSTEMI pembuluh darah ikut serta tidak hadapi oklusi total/ oklusi tidak
total( patency), sehingga diperlukan stabilisasi plak buat menghindari progresi, trombosis
serta vasokonstriksi. Penentuan troponin I/ T karakteristik sangat sensitif serta khusus buat
nekrosis miosit serta penentuan patogenesis serta alur penyembuhannya. Lagi kebutuhan
miokard senantiasa dipengaruhi obat- obat yang bekerja terhadap kerja jantung, beban
akhir, status inotropik, beban dini buat kurangi mengkonsumsi O2 miokard. APTS serta
NSTEMI ialah SKA yang diisyarati oleh ketidakseimbangan pasokan serta kebutuhan
oksigen miokard( Smeltzer, 2010 dalam Gita ,2020)
C. MANIFESTASI KLINIS
Meski tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur, tapi ada beberapa gejala yang menjadi ciri
khas dari NSTEMI, di antaranya (Hallo Sehat, 2021):
Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien NSTEMI, adalah:
1. Disfungsi ventrikuler
Setelah NSTEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial
dalambentuk, ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non
infark. Proses inidisebut remodeling ventikuler dan umumnya mendahului
berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca
infark.
2. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama kematian
di rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang
baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal ( 10 hari infark )
dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan
bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.
3. Infark miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen yang berkepanjanga. Hal ini adalah respon letal terakhir
terhadap iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati
setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini,
kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerobs lenyap dan sel tidak
memenuhi kebutuhan energinya.
4. Aritmia : Karena insidens PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih sering didapat
dan dapat berpengaruh terhadap hemodinamik. Bila curah jantung dan tekanan
darah turun banyak, berpengaruh terhadap aliran darah ke otak, dapat juga
menyebabkan angina, gagal jantung.
5. Gagal Jantung : Gagal jantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu memompa
darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrien tubuh. Gagal
jantung disebabkan disfungsi diastolik atau sistolik. Gagal jantung diastolik dapat
terjadi dengan atau tanpa gagal jantung sistolik. Gagal jantung dapat terjadi akibat
hipertensi yang lama (kronis). Disfungsi sistolik sebagai penyebab gagal jantung
akibat cedera pada ventrikel, biasanya berasal dari infark miokard.
D. PATOFISIOLOGI
1. Ruptur plak atau erosi plak dengan tumpukan thrombus non oklusif (penyebab
ini yang berperan dalam terjadinya NSTEMI).
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan penunjang NSTEMI, yaitu:
1. Biomarker Jantung:
Troponin T dan Troponin I
Petanda biokimia troponin T dan troponin I mempunyai peranan yang
sangat penting pada diagnostik, stratifikasi dan pengobatan penderita Sindroma
Koroner Akut (SKA).Troponin T mempunyai sensitifitas 97% dan spesitifitas 99%
dalam mendeteksi kerusakan sel miokard bahkan yang minimal sekalipun (mikro
infark). Sedangkan troponin I memiliki nilai normal 0,1. Perbedaan troponin T
dengan troponin I:
a) Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen
inhibitorik yang berfungsi mengikat aktin.
b) Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi mengikat
tropomiosin.
2. EKG (T Inverted dan ST Depresi)
Pada pemeriksaan EKG dijumpai adanya gambaran T Inverted dan ST
depresi yang menunjukkan adanya iskemia pada arteri koroner. Jika terjadi iskemia,
gelombang T menjadi terbalik (inversi), simetris, dan biasanya bersifat sementara
(saat pasien simptomatik). Bila pada kasus ini tidak didapatkan kerusakan
miokardium, sesuai dengan pemeriksaan CK-MB (creatine kinase-myoglobin)
maupun troponin yang tetap normal, diagnosisnya adalah angina tidak stabil.
Namun, jika inversi gelombang T menetap, biasanya didapatkan kenaikan kadar
troponin, dan diagnosisnya menjadi NSTEMI. Angina tidak stabil dan NSTEMI
disebabkan oleh thrombus non-oklusif, oklusi ringan (dapat mengalami reperfusi
spontan), atau oklusi yang dapat dikompensasi oleh sirkulasi kolateral yang baik.
NSTEMI ditetapkan apabila nyeri dada disertai gambar Elektrokardiografi (EKG)
depresi ST dan T inversi yang disertai laboratorium positif (Halimuddin, 2016).
3. Echo Cardiografi pada Pasien Non-ST Elevasi Miokardial Infark
a) Area Gangguan
b) Fraksi Ejeksi
Fraksi ejeksi adalah daya sembur jantung dari ventrikel ke aorta. Freksi pada
prinsipnya adalah presentase dari selisih volume akhir diastolik dengan volume
akhir sistolik dibagi dengan volume akhir diastolik. Nilai normal > 50%. Dan
apabila < dari 50% fraksi ejeksi tidak normal.
G. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana awal pasien dugaan SKA (dilakukan dalam waktu 10 menit):
koagulasi.
EKG harus dilakukan segera dan dilakukan rekaman EKG berkala untuk
mendapatkan ada tidaknya elevasi segmen ST. Troponin T/I diukur saat masuk,
jika normal diulang 6-12 jam kemudian. Enzim CK dan CKMB diperiksa pada
pasien dengan onset < 6 jam dan pada pasien pasca infark < 2minggu dengan
3) Obat anti-trombin
a) Unfractionated Heparin
Heparin ialah suatu glikosaminoglikan yang terdiri dari pelbagi rantai
polisakarida yang berbeda panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang
berbeda-beda. Antitrombin III, bila terikat dengan heparin akan bekerja
menghambat trombin dan dan faktor Xa. Heparin juga mengikat protein
plasma, sel darah, sel endotel yang mempengaruhi bioavaibilitas. Pada
penggunaan obat ini juga diperlukan pemeriksaan trombosit untuk
mendeteksi adanya kemungkinan heparin induced thrombocytopenia (HIT).
b) Low Molecular Weight Heparin (LMWH)
LMWH dibuat dengan melakukan depolimerisasi rantai plisakarida heparin.
Dibandingkan dengan unfractionated heparin, LMWH mempuyai ikatan
terhadap protein plasma kurang, bioavaibilitas lebih besar. LMWH yang ada
di Indonesia ialah dalteparin, nadroparin, enoksaparin dan fondaparinux.
Keuntungan pemberian LMWH karena cara pemberian mudah yaitu dapat
disuntikkan secara subkutan dan tidak membutuhkan pemeriksaan
laboratorium.
c) Direct Thrombin Inhibitors
Direct Thrombin Inhibitors secara teoritis mempunyai kelebihan karena
bekerja langsung mencegah pembentukan bekuan darah, tanpa dihambat
oleh plasma protein maupun platelet factor 4. Hirudin dapat menurunkan
angka kematian dan infark miokard, tetapi komplikasi perdarahan
bertambah. Bivalirudin telah disetujui untuk menggantikan heparin pada
pasien angina tak stabil yang menjalani PCI. Hirudin maupun bivalirudin
dapat menggantikan heparin bila ada efek samping trombositopenia akibat
heparin (HIT).
Tindakan revaskularisasi pembuluh koroner
Tindakan revaskularisasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan
iskemi berat dan refakter dengan terapi medikamentosa. Pada pasien dengan
penyempitan di left main atau penyempitan pada 3 pembuluh darah, bila
disertai faal ventrikel kiri yang kurang tindakan operasi bypass (CABG)
mengurangi masuknya kembali ke rumah sakit. Pada pasien dengan faal
jantung yang masih baik dengan penyempitan pada satu pembuluh darah atau
dua pembuluh darah atau bila ada kontraindikasi tindakan pembedahan PCI
merupakan pilihan utama.
Teknik-teknik invasif misalnya percutaneous transluminal coronary
angioplasty (PTCA) dan bedah pintas arteri koroner dapat menurunkan
serangan angina klasik. Dengan PTCA,lesi aterosklerotik didilatasi oleh sebuah
kateter yang dimasukkan melalui kulit ke dalam arteri femoralis atau brakialis
dan di dorong ke jantung. Setelah berada di pembuluh yag sakit, balon yang
ada di kateter digembungkan. Hal ini akan memecahkan plak dan meregangkan
arteri. Dengan bedah pintas, potongan arteri koroner yang sakit diikat, dan
diambil arteri atau vena dari tempat lain untuk dihubungkan ke bagian yang
tidak sakit. Aliran darah dipulihkan melalui pembuluh baru ini. Pembuluh
yang paling sering ditransplantasikan adalah vena safena atau arteri mamaria
interna. Pemasangan selang artificial atau stent ke dalam arteri agar tatap
terbuka kadang-kadang dilakukan dengan keberhasilan yang bervariasi. Bedah
pintas koroner menghilangkan nyeri angina tetapi tampaknya tidak
mempengaruhi mortalitas jangka-panjang.
Terapi Non Medika Mentosa
1) Istirahat memungkinkan jantung memompa lebih sedikit darah (penurunan
volume sekuncup) dengan kecepatan yang lambat (penurunan kecepatan
denyut jantung). Hal ini menurukan kerja jantung sehingga kebutuhan oksigen
juga berkurang. Posisi duduk adalah postur yang dianjurkan sewaktu
beristirahat. Sebaliknya berbaring, meningkatkan aliran balik darah ke jantung
sehingga terjadi peningkatan volume diastolik akhir, volume sekuncup dan
curah jantung.
2) Terapi oksigen untuk mengurangi kebutuhan oksigen jantung.
Pencegahan
a. Perubahan life style (termasuk berhenti merokok dan lain-lain), penurunan BB,
penyesuaian diet, olahraga teratur dan lain-lain.
b. Mengobati faktor predisposisi dan faktor pencetus : stress, emosi, hipertensi,
penyakit DM, hiperlipidemia, obesitas, anemia.
c. Menghindari bekerja pada keadaan dingin atau stres lain yang diketahui
mencetuskan serangan angina klasik pada seseorang.
d. Memberikan penjelasan perlunya melatih aktivitas sehari-hari sehingga untuk
meningkatkan kemampuan jantung agar dapat mengurangi serangan jantung.
H. PENGKAJIAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau
compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan
perusi sistem saraf pusat.
2. B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan mengeluh sesak
napas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya ditemukan. Sesak napas terjadi
akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic
ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena
terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat melakukan
kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark miokardium yang kronis dapat timbul
pada saat istirahat
3. B2 (Blood)
1) Inspeks : adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri
biasanya di daerah substernal atau nyeri atas pericardium. Penyebaran nyeri
dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan
bahu dan tangan.
2) Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA tanpa komplikasi
biasanya tidak ditemukan.
3) Auskultasi : tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan IMA. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan
katup biasanya tidak ditemukan pada IMA tanpa komplikasi.
4) Perkusi: batas jantung tidak mengalami pergeseran
4. B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. Pengkajian objektif klien, yaitu wajah
meringis, menangis, merintis, merenggang, dan menggeliat yang merupakan
respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokardium. Tanda klinis lain
yang ditemukan adalah takikardia, dispnea pada saat istirahat maupun saat
beraktivitas.
5. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Oleh karena
itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan IMA karena
merupakan tanda awal syok kardiogenik.
6. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen
ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltic usus yang
merupakan tanda utama IMA.
7. B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga
teratur. perubahan postur tubuh.
8. PEMERIKSAAN FISIK
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokard, hipertrofi ventricular
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dengan kebutuhan oksigen
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
J. PERENCANAAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung NOC: NIC:
berhubungan dengan Keefektifan pompa Jantung Perawatan Jantung: Akut
peningkatan afterload, Status sirkulasi Evaluasi nyeri dada
vasokontriksi, iskemia Setelah dilakukan tindakan (intensitas, lokasi, radiasi,
miokard, hipertrofi keperawatan selama ... x 24 durasi, factor pemicu dan
ventricular jam diharapkan curah jantung yang mengurangi)
klien kembali normal, dengan Instruksikan pasien akan
Domain 4: kriteria hasil: pentingnya melaporkan
Aktivitas/Istirahat Tanda Tanda vital dalam segera jika merasakan
Kelas 4: Respons rentang normal (tekanan ketidaknyamanan di bagian
kardiovaskular/ darah: 120/80 mmHg, nadi: dada
Pulmonal 60-80 x/menit, pernafasan: Monitor EKG sebagaimana
16-20x/menit) mestinya, apakah terdapat
perubahan segmen ST
Monitor irama jantung dan
kecepatan denyut jantung
Auskultasi suara jantung
Pertahankan lingkungan
yang kondusif untuk
istirahat
Hindari memicu situasi
emosional
Nyeri akut berhubungan NOC: NIC:
dengan agen injuri - Control nyeri dan tingkat Kaji nyeri secara
biologis nyeri komprehensif termasuk
Domain 12 Kenyamanan Setelah dilakukan tinfakan lokasi, karakteristik, durasi,
Kelas 1 : Kenyamanan keperawatan selama …. frekuensi, kualitas, dan
fisik Pasien tidak mengalami nyeri, faktor presipitasi.
dengan kriteria hasil: reaksi non verbal dari
Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan
(tahu penyebab nyeri, Gunakan teknik komunikasi
mampu menggunakan tehnik terapeutik untuk mengetahui
nonfarmakologi untuk pengalaman nyeri pasien
mengurangi nyeri, mencari Evaluasi pengalaman nyeri
bantuan) masa lalu
Melaporkan bahwa nyeri Evaluasi bersama pasien
berkurang dengan dan tim kesehatan lain
menggunakan manajemen tentang ketidakefektifan
nyeri control nyeri masa lampau.
Mampu mengenali nyeri Kontrol lingkungan yang
(skala, intensitas, frekuensi dapat mempengaruhi nyeri
dan tanda nyeri) seperti suhu ruangan,
Menyatakan rasa nyaman pencahayaan, dan
setelah nyeri berkurang kebisingan.
Tanda vital dalam rentang Kurangi faktor presipitasi
normal nyeri.
Tidak mengalami gangguan Kaji tipe dan sumber nyeri
tidur Ajarkan teknik penanganan
nyeri farmakologi dan
nonfarmakologi
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi pemberian
analgetik untuk mengurangi
nyeri
Intoleransi aktivitas NOC: NIC:
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
kelemahan umum, keperawatan ...x24 jam, Kaji status fisiologis
ketidakseimbangan pasien mampu bertoleransi pasien yang menyebabkan
antara suplai dengan terhadap aktivitas dengan kelelahan sesuai dengan
kebutuhan oksigen kriteria hasil : konteks usia dan
Domain 4 : aktivitas/ Kelelahan : efek yang perkembangan.
istirahat mengganggu Pilih intervensi untuk
Kelas 2: Aktivitas fisik Tidak terjadi mengurangi kelelahan
penurunan energi. baik secara farmakologi
Tidak ada gangguan maupun non farmakologi
dengan aktivitas sehari dengan tepat.
– hari. Tentukan jenis dan
Tidak terdapat banyaknya aktivitas yang
perubahan nutrisi. dibutuhkan untuk
Tidak ada malaise. menjaga ketahanan.
Daya tahan Monitor intake dan output
Dapat melakukan nutrisi untuk mengetahui
aktivitas rutin. sumber energi yang
Pemulihan energi saat adekuat.
istirahat tidak Monitor sistem
terganggu. kardiorespirasi pasien
selama kegiatan (misalnya
Konsentrasi dan daya
takikardia, disritmia,
tahan otot tidak
dyspnea, diaphoresis, dll).
terganggu.
Montor lokasi dan sumber
ketidaknyamanan/nyeri
yang dialami pasien
selama aktivitas.
Buat batasan untuk
aktivitas yang hiperaktif
pasien saat menggangu
yang lain atau dirinya
sendiri.
Ajarkan pasien mengenai
pengelolaan kegiatan dan
teknik manajemen waktu
untuk mencegah
kelelahan.
Bantu pasien
memproritaskan kegiatan
untuk mengakomodasi
energi yang diperlukan.
Bantu pasien unttuk
menetapkan tujuan
aktivitas yang akan
dicapai secara realistis.
Lakukan ROM aktif/pasif
untuk menghilangkan
ketegangan otot.
Berikan kegiatan
pengalihan yang
menenangkan untuk
meningkatkan relaksasi.
Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi
- VIII Jakarta: EGC
Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat darurat.
Padang : Medical book
Nurarif, A.H, dan Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & NANDA NIC-NOC , jilid 1. jogjakarta : penerbit buka Mediaction.
Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah penyakit dalam yogjakarta
: Nuha medika
Dwi Adiyanto, 2017. ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN A ATAS INDIKASI NSTEMI, 2017. Diakses
pada senin 23 mei 2022
https://www.academia.edu/33332014/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_TN_A_ATAS_IND
IKASI_NSTEMI
Gita, 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN DIAGNOSA MEDIS NSTEMI (NON ST
ELEVASI MYOCARDIAL INFARCTION)RUANG PERAWATAN PJT LANTAI 5 DI RS Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO, diakses 23 mei 2022
https://www.academia.edu/40356023/LP_NSTEMI_GITA
Ainiyah, N. (2016). Peran Perawat Dalam Identifikasi Dini Dan. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
8(2), 184–192.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (6 ed.). (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Penerj.)
Philadephia: Elsevier.
Gayatri, N. I., Firmansyah, S., S, S. H., & Rudiktyo, E. (2016). Prediktor mortalitas dalam
rumah sakit pasien infark miokard ST elevasi ( STEMI ) akut di RSUD dr . Dradjat
Prawiranegara Serang, Indonesia. Cdk, 43(3), 171–174.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing outcomes
Classification (NOC) (5 ed.). (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Penerj.)
Philadelphia: Elsevier.
Priscillah, W. (2017). Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Penderita ST Elevasi
Miokard Infark (STEMI) dan Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) di RSUD
Dr. Moewardi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 6. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Beare. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Ed. 8. Vol.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
DATA KLIEN
A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : .Tn. Xx............................................
1. HEALTH
PROMOTION
a. Kesehatan Umum:
- Alasan masuk rumah sakit:
Nyeri dada kiri dan sesak nafas
3. Oksigen 8 l/menit
3) Lingkar kepala : 55 cm
4) Lingkar dada : 125
5) Lingkar lengan atas : 30
6) IMT : 35
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal:
Urine 150 cc
k. Penilaian Status Cairan (balance cairan)
seimbang
l. Pemeriksaan Abdomen (sistem elimination juga)
Inspeksi : buncit
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan)
Di pasang pempers
Tidak ada
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi
Tidak ada
c. Sistem Integument
4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : biasanya pukul 22.00 malam
2) Insomnia : tidak ada
Tidak ada
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : pedagang
2) Kebiasaan olah raga : jarang
3) ADL
a) Makan : 3 kali sehari
__________________________________________________________
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : angina cordis
2) Edema esktremitas : kadang-kadang
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring : 180/110
b) Duduk : 180/100
4) Tekanan vena jugularis:
Normal
5) Pemeriksaan jantung
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : simetris
d) Auskultasi : sonor
5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SMP
b. Sensasi/persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : ada
2) Sakit kepala : sering
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa ibu
2) Kesulitan berkomunikasi : kurang, karena penyakitnya
6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : ada
2) Perasaan putus asa/kehilangan: ada
3) Keinginan untuk mencederai : tidak ada
4) Adanya luka/cacat : tidak ada
7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : baik
2) Orang terdekat : istri
8. SEXUALITY
9. COPING/STRESS TOLERANCE
10. LIFE
PRINCIPLES a.
Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : hanya sholat jumat
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : kurang
3) Kegiatan kebudayaan : kurang
4) Kemampuan memecahkan masalah :
11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : tidak ada
b. Penyakit autoimune : tidak ada
c. Tanda infeksi : tidak ada
d. Gangguan thermoregulasi : tidak ada
e. Gangguan/resiko
12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) :
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : kuat
3) Regio (dimana letaknya) : dada kiri
4) Scala (berapa skalanya) :7
5) Time (waktu) : menetap
b. Rasa tidak nyaman lainnya :-
c. Gejala yang menyertai :-
13. GROWTH/DEVELOPMENT
Pertumbuhan dan perkembangan :
C. DATA KONTINU
Keadaan Umum
Input :
- Minum : 100 ml (Normal: 2000 ml/hari)
- Makan : 0 ml (Normal: 300 ml/hari)
- Infus : 500 ml
(Amati saat pengkajian klien sudah habis berapa plabot infus)
- Metabolisme :: 250 ml (Normal: 5 ml/kgBB/hari)
TOTAL : 750 ml
Output :
- Urin = 100 ml
- Feses = 50 ml
- Keringat = 50 ml
- IWL = 250 ml
- Cairan NGT= 0 ml
TOTAL 400
INPUT
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00
JAM
Makan 0 0 0 0 0
Infus 60 60 60 60 60
Output
Metabolisme 50 50 50 50 50
Urine 0 0 0 0 0
Feses 0 0 0 0 0
Keringat 0 0 0 0 0
IWL 50 50 50 50 50
Cairan NGT 0 0 0 0 0
Balance cairan Total +110 -40 +110 +40 +110
D. DATA LABORATORIUM
23 Mei 2022 CK/CPK 37/m ug Nilai normal :Dewasa Ug Peningkatan CPK Penyebab1.
Jam 09.00 (creatin pria : 5-35 Ug/ml atau Peningkatan 5 kali atau lebih
posfo 30-180 IU/LWanita : atau lebih dari nilai normal
Kinase)Enzi 5-25 Ug/ml atau 25- Infark
m 150 IU/LAnak laki-
. laki : 0-70 IU/LAnak
wanita : 0-50
IU/LBayi baru lahir :
65-580 IU/
CKMB 11 u/l Nilai normal kurang U/L U/LNilai > 10-13 U/L atau >
(Creatinkinas dari 10 5% total CK menunjukkan
e label M dan adanya peningkatan aktivitas
B). produksienzim.Klinis:Peningk
atan kadar CPK dapat terjadi
pada penderita AMI, penyakit
otot rangka, cedera
cerebrovaskuler. Peningkatan
iso enzim CPK-MM, terdapat
pada penderita distrofi otot,
traumahebat, paska operasi,
latihan berlebihan, injeksi
I.M, hipokalemia dan
hipotiroidisme.Peningkatan
CPK-MB : pada AMI, angina
pectoris, operasi jantung,
iskemik jantung,miokarditis,
hipokalemia, dan defibrilasi
jantun.
Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan agen NOC: NIC:
injuri biologis Control nyeri dan tingkat nyeri Kaji nyeri secara komprehensif termasuk
Domain 12 Kenyamanan Setelah dilakukan tinfakan keperawatan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Kelas 1 : Kenyamanan fisik selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, kualitas, dan faktor presipitasi.
dengan kriteria hasil: reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
nyeri, mampu menggunakan tehnik mengetahui pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
mencari bantuan) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan lain tentang ketidakefektifan control nyeri
menggunakan manajemen nyeri masa lampau.
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, Kontrol lingkungan yang dapat
frekuensi dan tanda nyeri) mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri pencahayaan, dan kebisingan.
berkurang Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Tanda vital dalam rentang normal Kaji tipe dan sumber nyeri
Tidak mengalami gangguan tidur Ajarkan teknik penanganan nyeri farmakologi
dan nonfarmakologi
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri
Hari ke 2
Hari ke 3
http://journal.poltekkesdepkes-sby.ac.id/index.php/KEP/article/view/538
2. Nursing Care for a Patient with NSTEMI Admitted to the Coronary Care Unit for Percutaneous Coronary
Intervention — A Case Study
VOL. 34 NO. 1 (2017) ASEAN Journal on Science and Technology for Development (AJSTD)
http://www.ajstd.org/index.php/ajstd/article/view/70
3. Asuhan Keperawatan pada Pasien Sindrom Koroner Akut Non-ST Elevasi Miokard Infark dengan Nyeri
Dada Akut ( Latif Ibnu Aziz,Barkah Waladani,R Rusmanto/STIKes Muhammadiyah Gombong)
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/601
https://youtu.be/fYYUfhJMZbc
https://youtu.be/Gevfx6agGiA
SOP Pemberian Terapi Oksigen Face Mask
Pengertian
Pemberian terapi oksigen dengan mengguankan face mask adalah pemberian oksigen kepada
pasien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan
mulut klien. Masker tersebut umumnya bewarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat
Perbedaan natara reabreathing mask dan nonreabreating mask terletak pada adanya valve yang mencegah udara
ekspirasi terhinhalasi kembali
Tujuan
Memberi oksigen dalam kadar yang sedang dengan konsentrasi dan kelembapan yang lebih
Persiapan Alat
2. Humidifier menggunakan cairan steril, air distalasi, atau air kran yang dimasak sesuai
Prosedur Pelaksanaan
Posisi ini memudahkan ekspansi dada sehingga pasien lebih mudah bernapas.
b. Jelaskan bahwa oksigen akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea dan tidak
4. Putar kenop oksigen hingga diperoleh kecepatan oksigen yang sesuai dengan intruksi dan
a. Pastikan oksigen mengalir dengan bebas melalui slang dan anda dapat merasakan
oksigen keluar dari kanula nasal. Tidak terdengar bunyi pada slang, sambungan tidak
bocor, dan terdapat gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir melewati
air.
5. Pasang sungkup oksigen pada wajah pasien dari hidung hingga ke dagu pasien
6. Atur sungkup agar sesuai dengan bentuk wajah pasien. Pastikan sungkup menutup wajah
pasien dengan pas sehingga oksigen yang masuk ke mata atau mengalir ke sekitar pipi
7. Pasang karet pengikat melingkari kepala klien agar sungkup terasa nyaman.
8. Beri karet pengikat alas menggunakan kasa di area belakang telinga dan di atas benjolan
tulang. Alas akan mencegah timbulnya iritasi akibat karet pengikat sungkup.
9. Lakukan evaluasi umum pada pasien dalam 15-30 menit pertama, bergantung pada
kondisi pasien. Selanjutnya, lakukan evaluasi umum secarqa teratur yang meliputi
pengkajian tingkat kecemasan; kemudahan bernapas ketika alat dipasang; TTV; pola
napas; pergerakan dada; warna kulit; kuku; kulit; telinga; membrane mukosa hidung;
mulut; dan faring; tanda hipoksia; tanda hiperkarbia; bunyi napas bilateral; AGD;
10. Amati kulit wajah dengan sering dengan sering untuk mengetahui jika terdapat goresan
atau kelembapan.
11. Inspeksi peralatan secara teratur. Periksa volume kecepatan aliran oksigen dengan
ketinggian cairan steril pada humidifier dalam 30 menit dan ketika memberi perawatan
pada pasien.
12. Dokumntasikan hasil pengkajian, terapi yang diberikan dan data yang relevan dalam
dokumentasi keperawatan.
SKOR
NO KOMPONEN YANG DINILAI
1 2 3 4
A Laporan Pendahuluan (20%)
1 Kesesuaian sistematika penulisan
2 Kesesuaian lp dengan masalah klien
3 Ketepatan rumusan konsep gangguan
4 Kebenaran rumusan pathway
5 Kelengkapan diagnosa keperawatan
6 Ketepatan rumusan tujuan dan kriteria hasil
7 Ketepatan rumusan tindakan keperawatan
8 Rujukan daftar pustaka mutakhir
( ............................................ )
Lampiran 6
FORMAT PENILAIAN
CASE STUDY/ STUDENT ORAL CASE ANALYSIS (SOCA)
Nilai
No ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
A. Kemampuan Analisis
1. Mampu menganalisi kasus secara sistematis
2. Mampu membuat alur pikir yang logis
3. Mampu mnejelaskan alasan klinis (reasoning) pada pernyataan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnose
keperawatan dan perencanaan.
B. Kemampuan Memahami Konsep Asuhan Keperawatan (berhubungan dengan
kasus)
4. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan
komplikasi
5. Menjelaskan penatalaksanaan keperawatan
6. Menjelaskan penatalaksanaan medis
7. Mengidentifikasi masalah keperawatan
C. Sikap dan penampilan
8. Kemampuan mengemukakan pendapat/argumentasi
9. Penampilan dan sikap teruji saat tanya jawab
10. Kemampuan menerima masukan
Nilai = (Jumlah x 100) : 40
( ............................................ )
Lampiran 7
FORMAT PENILAIAN PENAMPILAN KLINIK (SUPERVISI)
NAMA :yeni Hariani RUANGAN :ICCU
NIM :891211015
Penilaian
4
No. Kriteria 1 2 3
Baik
Cukup Sedang Baik
sekali
A. Persiapan
1. Mengkaji data subjektif dan objektif pasien/ keluarga
2. Merumuskan masalah keperawatan pasien/ keluarga
3. Merencanakan tindakan keperawatan untuk pasien
4. Merencanakan tindakan keperawatan untuk keluarga
B. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Mengucapkan salam
2. Melakukan evaluasi/ validasi masalah pasien/ keluarga
3. Membuat kontrak dengan pasien / keluarga
4. Mendiskusikan tentang masalah yang terjadi
5. Mendiskusikan cara-cara mengatasi masalah
6. Melatih pasien/ keluarga cara mengatasi masalah
7. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/ keluarga
8. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
9. Mengevaluasi respon subjektif pasien / keluarga
10. Mengevaluasi respon objektif pasien / keluarga
11. Menganjurkan kegiatan lanjutan untuk pasien /
keluarga (jadwal kegiatan harian)
12. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya dengan
pasien/keluarga
C. Dokumentasi asuhan keperawatan
1. Mendokumentasikan data hasil pengkajian
2. Mendokumentasian masalah keperawatan pasien/
keluarga
3. Mendokumentasikan tindakan keperawatan terhadap
pasien/ keluarga
4. Mendokumentasikan evaluasi kemampuan pasien/
keluarga (SOAP)
Total skor
NILAI AKHIR:
Nilai akhir = total skor x 100
80
( ............................................ )
INSTRUMENT PENILAIAN SIKAP MAHASISWA PRAKTEK PROFESI STIKES
YARSI PONTIANAK
Range
No Komponen yang dinilai Nilai Keterangan
nilai
A Komunikasi
1 Membina hubungan kepercayaan dengan klien 0 –4
2 Responsif terhadap klien 0 –4
3 Melakukan pendokumentasian dan pelaporan 0 –4
Askep
B Keterampilan dasar
1 Melakukan pengkajian (anamnesa, pemeriksaan 0 –4
fisik dan studi dokumenter)
2 Memberikan askep pada klien dan keluarga 0 –4
dengan baik
3 Melakukan tindakan pencegahan infeksi 0 –4
4 Menciptakan keamanan dan kenyamanan 0 –4
5 Menggunakan alat secara tepat guna 0 –4
6 Bereaksi cepat dan tepat sesuai kondisi klien 0 –4
C Perilaku profesional
1 Bersikap sopan dan santun 0 –4
2 Melakukan komunikasi pada klien dan keluarga 0 –4
secara terapeutik
3 Melakukan sikap tanggung jawab dan tanggung 0 –4
Gugat
4 Melmpertahankan etika keperwatan 0 –4
5 Menghargai hak asasi dan keunikan klien 0 –4
6 Mampu bekerjasama dan berpartisipasi dalam 0-4
kegiatan ruangan
Total skor
Total skor Pontianak, 2022
Nilai = x 100% =
60 ……………………………..