Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN DAN KRITIS


PADA PASIEN CAD NSTEMI

OLEH :
YENI HARIANI
NIM. 891211015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM PONTIANAK

2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN DAN KRITIS
PADA PASIEN CAD NSTEMI

Mata Kuliah : Praktik Klinik Stase Keperawatan Gawat Darurat dan Kritis
Semester : II (Genap)
Institusi : STIKES YARSI Pontianak
Prodi : Profesi Ners

Sambas, 27 Mei 2022

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Mahasiswa

Ns. Ali Akbar, M.Kep Yeni Hariani


NIK. NIM . 891211015
LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN

Secara klinis infark kronis tanpa elevasi ST( NSTEMI) sangat mirip dengan angina
tidak normal. Yang membedakan merupakan terdapatnya enzym petanda jantung yang
positif. Angina pektoris tidak normal/ Ustable Angina Pektoris( UAP) serta infark miokard
kronis tanpa elevasi ST( NSTEMI) dikenal ialah sesuatu kesinambungan dengan kemiripan
patofisiologi serta indikasi klinis sehingga pada prinsipnya penatalaksanaan keduanya
tidak berbeda. Penaksiran NSTEMI ditegakkan bila penderita dengan perwujudan klinis
UAP menampilkan fakta terdapatnya nekrosis miokard berbentuk kenaikan biomarker
jantung( Gita, 2020)

NSTEMI merupakan infark miokard kronis tanpa elevasi ST yang terjalin dengan
meningkatkan oklusi lengkap arteri koroner kecil ataupun oklusi parsial arteri koroner
utama yang lebih dahulu terserang aterosklerosis. Perihal ini menimbulkan kehancuran
ketebalan parsial otot jantung. Jumlah NSTEMI dekat 30% dari seluruh serbuan jantung.
Pada APTS serta NSTEMI pembuluh darah ikut serta tidak hadapi oklusi total/ oklusi tidak
total( patency), sehingga diperlukan stabilisasi plak buat menghindari progresi, trombosis
serta vasokonstriksi. Penentuan troponin I/ T karakteristik sangat sensitif serta khusus buat
nekrosis miosit serta penentuan patogenesis serta alur penyembuhannya. Lagi kebutuhan
miokard senantiasa dipengaruhi obat- obat yang bekerja terhadap kerja jantung, beban
akhir, status inotropik, beban dini buat kurangi mengkonsumsi O2 miokard. APTS serta
NSTEMI ialah SKA yang diisyarati oleh ketidakseimbangan pasokan serta kebutuhan
oksigen miokard( Smeltzer, 2010 dalam Gita ,2020)

Non-ST segment elevation myocardial infarction atau biasa disingkat NSTEMI


adalah salah satu jenis serangan jantung yang penggolongannya dilakukan berdasarkan
hasil rekam jantung (EKG) Anda. NSTEMI berbeda dengan ST segment elevation
myocardial infarction (STEMI), yang lebih umum dialami oleh pasien serangan jantung.
Berdasarkan tingkat keparahannya, STEMI memberikan kerusakan jantung yang lebih
parah jika dibandingkan NSTEMI. Maka itu, nama lain dari NSTEMI adalah serangan
jantung ringan (HalloSehat,Hapsari 2021)
B. ETIOLOGI

NSTEMI( Non- ST Elevation Myocardial) didapatkan kehancuran pada plak lebih


berat serta memunculkan oklusi yang lebih persisten serta berlangsung hingga lebih dari 1
jam. Pada kurang lebih¼ penderita NSTEMI, terjalin oklusi trombus yang berlangsung
lebih dari 1 jam, trombolisis terjalin otomatis, resolusi vasokonstriksi serta koleteral
memegang peranan berarti dalam menghindari terbentuknya STEMI, sebaliknya pada
STEMI( ST Elevation Myocardial Infarction) didapatkan kehancuran plak terjalin pada
wilayah yang lebih besar serta menimbulkan terjadinya trombus yang fixed serta persisten
yang menimbulkan perfusi miokard terhenti secara seketika yang berlangsung lebih dari 1(
satu) jam serta menimbulkan nekrosis miokard transmural( Ainiyah, 2016).

Non ST Elevation Myocardial Infarction( NSTEMI), serta ST- Elevation


Myocardial Infarction( STEMI). Lebih dari 90% SKA disebabkan oleh rupturnya plak
aterosklerosis, sehingga terjalin agregasi trombosit serta pembuatan trombus coroner(
Gayatri, Firmansyah, S,& Rudiktyo, 2016).

NSTEMI diakibatkan oleh penyusutan suplai oksigen serta kenaikan kebutuhan


oksigen miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjalin sebab
thrombosis kronis ataupun proses vasokonstriksi koroner, sehingga terjalin iskemia
miokard serta bisa menimbulkan nekrosis jaringan miokard dengan derajat lebih kecil,
umumnya terbatas pada subendokardium. Kondisi ini tidak bisa menimbulkan elevasi
segmen ST, tetapi menimbulkan pelepasan indikator nekrosis.

Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) dapat disebabkan oleh


adanya aterioklerosis, spasme arteri koroner, anemia berat, artritis, dan aorta
Insufisiensi. Faktor resiko pada SKA (Muttaqin, 2009) dibagi menjadi :
1. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah:
a. Usia
Angka morbiditas dan mortalitas penyakit SKA meningkat seiring pertambahan
usia. Sekitar 55% korban serangan jantung berusia 65 tahun atau lebih dan yang
meninggal empat dari lima orang berusia di atas 65 tahun. Mayoritas berada
dalam resiko pada masa kini merupakan refleksi dari pemeliharaan kesehatan
yang buruk di masa lalu.
b. Jenis kelamin
Pria memiliki resiko yang lebih untuk terserang SKA, sedangkan pada wanita
resiko lebih besar setelah masa menopause. Peningkatan pada wanita setelah
menopause terjadi akibat penurunan kadar estrogen dan peningkatan lipid dalam
darah.
c. Riwayat keluarga
Tingkat faktor genetika dan lingkungan membantu terbentuknya atherosklerosis
belum diketahui secara pasti. Tendensi atherosklerosis pada orang tua atau anak
dibawah usia 50 tahun ada hubungan terjadinya sama dengan anggota keluarga
lain.
d. Suku bangsa
Orang Amerika kulit hitam memiliki resiko lebih tinggi dibandinkan dengan
kulit putih, hal ini dikaitkan dengan penemuan bahwa 33% orang Amerika kulit
hitam menderita hipertensi dibandingkan dengan kulit putih.
2. Faktor resiko yang dapat dirubah:
a. Merokok
Perokok memiliki resiko 2 sampai 3 kali untuk meninggal karena SKA daripada
yang bukan perokok. Resiko juga bergantung dari berapa banyak rokok per hari,
lebih banyak rokok lebih tinggi pula resikonya. Hal ini dikaitkan dengan
pengaruh nikotin dan kandungan tinggi dari monoksida karbon yang terkandung
dalam rokok. Nikotin meningkatkan beban kerja miokardium dan dampak
peningkatan kebutuhan oksigen. Karbon monoksida menganggu pengangkutan
oksigen karena hemoglobin mudah berikatan dengan karbon monoksida
daripada oksigen.
b. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah terlibat dalam transportasi, digesti,
dan absorbs lemak. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol melebihi 300
ml/dl memiliki resiko 4 kali lipat untuk terkena SKA dibandingkan yang
memiliki kadar 200 mg/dl. Diet yang mengandung lemak jenuh merupakan
faktor utama yang menimbulkan hiperlipidemia.
c. Diabetes mellitus
Aterosklerosis diketahui berisiko 2 sampai 3 kali lipat pada diabetes tanpa
memandang kadar lipid dalam darah. Predisposisi degenerasi vaskuler terjadi
pada diabetes dan metabolisme lipid yang tidak normal memegang peranan
dalam pertumbuhan atheroma.
d. Hipertensi
Peningkatan resisten vaskuler perifer meningkatkan afterload dan kebutuhan
ventrikel, hal ini mengakibatkan kebutuhan oksigen untuk miokard untuk
menghadapi suplai yang berkurang.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan berhubungan dengan beban kerja yang meningkat
dan juga kebutuhan oksigen untuk jantung. Obesitas berhubungan dengan
peningkatan intake kalori dan kadar low density lipoprotein.
f. Inaktifitas fisik
Kegiatan gerak dapat memperbaiki efisiensi jantung dengan cara menurunkan
kadar kecepatan jantung dan tekanan darah. Dampak terhadap fisiologis dari
kegiatan mampu menurunkan kadar kepekatan rendah dari lipid protein,
menurunkan kadar glukosa darah, dan memperbaiki cardiac output.
g. Stres psikologis berlebihan
Stres merangsang sistem kardiovaskuler melepaskan katekolamin yang
meningkatkan kecepatan jantung dan menimbulkan vasokontriksi.
3. Faktor penyebab
a) Trombus tidak oklusif pada plak yang sudah ada
b) Obstruksi dinamik (spasme coroner atau vasokontriksi)
c) Obstruksi mekanik yang progresif
d) Inflamasi dan atau inflamasi
e) Faktor atau keadaan pencetus

C. MANIFESTASI KLINIS

Meski tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur, tapi ada beberapa gejala yang menjadi ciri
khas dari NSTEMI, di antaranya (Hallo Sehat, 2021):

 Napas jadi pendek atau terengah-engah.


 Terasa tekanan atau rasa tak nyaman pada dada.
 Terasa sakit pada rahang, leher, punggung, atau perut.
 Pusing dan kepala rasanya seperti berputar.
 Mual dan keringat berlebih.
Di mana pada STEMI terjadi sumbatan total di arteri koroner sedangkan pada
NSTEMI hanya terjadi sumbatan sebagian. Selain sumbatan total terdapat pula
perbedaan di mana kadar Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) dan inflamasi yang
terjadi pada STEMI lebih tinggi dibandingkan dengan NSTEMI (Priscillah, 2017).
a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar, ditindih
benda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang berlangsung ≥ 20
menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang menyertai :
berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
d. Bisa atipik:
1) Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
2) Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal jantung bisa
tanpa disertai nyeri dada.

Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien NSTEMI, adalah:
1. Disfungsi ventrikuler
Setelah NSTEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial
dalambentuk, ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non
infark. Proses inidisebut remodeling ventikuler dan umumnya mendahului
berkembangnya gagal jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca
infark.
2. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama kematian
di rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang
baik dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal ( 10 hari infark )
dan sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan
bunyi jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.
3. Infark miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen yang berkepanjanga. Hal ini adalah respon letal terakhir
terhadap iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati
setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini,
kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerobs lenyap dan sel tidak
memenuhi kebutuhan energinya.
4. Aritmia : Karena insidens PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih sering didapat
dan dapat berpengaruh terhadap hemodinamik. Bila curah jantung dan tekanan
darah turun banyak, berpengaruh terhadap aliran darah ke otak, dapat juga
menyebabkan angina, gagal jantung.
5. Gagal Jantung : Gagal jantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu memompa
darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrien tubuh. Gagal
jantung disebabkan disfungsi diastolik atau sistolik. Gagal jantung diastolik dapat
terjadi dengan atau tanpa gagal jantung sistolik. Gagal jantung dapat terjadi akibat
hipertensi yang lama (kronis). Disfungsi sistolik sebagai penyebab gagal jantung
akibat cedera pada ventrikel, biasanya berasal dari infark miokard.

D. PATOFISIOLOGI

Lima proses patofisiologi yang berperan terhadap perkembangan UA/NSTEMI


(Sudoyo et al., 2014):

1. Ruptur plak atau erosi plak dengan tumpukan thrombus non oklusif (penyebab
ini yang berperan dalam terjadinya NSTEMI).

2. Obstruksi dinamis yang disebabkan oleh:

a. Spasme arteri koroner epikardium, seperti pada variant Prinzmetal angina;

b. Resistensi pembuluh darah koroner

c. Vasokontriktor lokal seperti tromboksan A2, yang dilepaskan dari trombosit

d. Disfungsi dari endotel koroner; dan

e. Stimulus adrenergik termasuk dingin dan kokain

3. Penyempitan hebat lumen arteri koroner yang disebabkan oleh pembentukan

arterosklerotik yang progresif atau restenosis pasca-PCI.


4. Inflamasi

5. Angina pectoris tidak stabil sekunder, yang menyebabkan peningkatan

kebutuhan oksigen atau penurunan suplai oksigen (misalnya dalam keadaan

takikardi, demam, hipotensi atau anemia).

E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan penunjang NSTEMI, yaitu:
1. Biomarker Jantung:
Troponin T dan Troponin I
Petanda biokimia troponin T dan troponin I mempunyai peranan yang
sangat penting pada diagnostik, stratifikasi dan pengobatan penderita Sindroma
Koroner Akut (SKA).Troponin T mempunyai sensitifitas 97% dan spesitifitas 99%
dalam mendeteksi kerusakan sel miokard bahkan yang minimal sekalipun (mikro
infark). Sedangkan troponin I memiliki nilai normal 0,1. Perbedaan troponin T
dengan troponin I:
a) Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen
inhibitorik yang berfungsi mengikat aktin.
b) Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi mengikat
tropomiosin.
2. EKG (T Inverted dan ST Depresi)
Pada pemeriksaan EKG dijumpai adanya gambaran T Inverted dan ST
depresi yang menunjukkan adanya iskemia pada arteri koroner. Jika terjadi iskemia,
gelombang T menjadi terbalik (inversi), simetris, dan biasanya bersifat sementara
(saat pasien simptomatik). Bila pada kasus ini tidak didapatkan kerusakan
miokardium, sesuai dengan pemeriksaan CK-MB (creatine kinase-myoglobin)
maupun troponin yang tetap normal, diagnosisnya adalah angina tidak stabil.
Namun, jika inversi gelombang T menetap, biasanya didapatkan kenaikan kadar
troponin, dan diagnosisnya menjadi NSTEMI. Angina tidak stabil dan NSTEMI
disebabkan oleh thrombus non-oklusif, oklusi ringan (dapat mengalami reperfusi
spontan), atau oklusi yang dapat dikompensasi oleh sirkulasi kolateral yang baik.
NSTEMI ditetapkan apabila nyeri dada disertai gambar Elektrokardiografi (EKG)
depresi ST dan T inversi yang disertai laboratorium positif (Halimuddin, 2016).
3. Echo Cardiografi pada Pasien Non-ST Elevasi Miokardial Infark
a) Area Gangguan
b) Fraksi Ejeksi
Fraksi ejeksi adalah daya sembur jantung dari ventrikel ke aorta. Freksi pada
prinsipnya adalah presentase dari selisih volume akhir diastolik dengan volume
akhir sistolik dibagi dengan volume akhir diastolik. Nilai normal > 50%. Dan
apabila < dari 50% fraksi ejeksi tidak normal.

4. Angiografi koroner (Coronari angiografi)


Untuk menentukan derajat stenosis pada arteri koroner. Apabila pasien
mengalami derajat stenosis 50% padapasien dapat diberikan obat-obatan. Dan
apabila pasien mengalami stenosis lebih dari 60% maka pada pasien harus di
intervensi dengan pemasangan stent.

G. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana awal pasien dugaan SKA (dilakukan dalam waktu 10 menit):

a. Memeriksa tanda-tanda vital

b. Mendapatkan akses intra vena

c. Merekam dan menganalisis EKG

d. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik

e. Mengambil sediaan untuk pemeriksaan enzim jantung, elektrolit serta pemeriksaan

koagulasi.

f. Mengambil foto rongten thorax (<30 menit).

EKG harus dilakukan segera dan dilakukan rekaman EKG berkala untuk

mendapatkan ada tidaknya elevasi segmen ST. Troponin T/I diukur saat masuk,

jika normal diulang 6-12 jam kemudian. Enzim CK dan CKMB diperiksa pada

pasien dengan onset < 6 jam dan pada pasien pasca infark < 2minggu dengan

iskemik berulang untuk mendeteksi reinfark atau infark periprosedural.

Pasien perlu perawatan di rumah sakit,sebaiknya di unit intensif koroner, pasien


perlu diistirahatkan (bed rest), diberi penenang dan oksigen. Pemberian morfin atau
petidin perlu pada pasien yang masih merasakan sakit dada walaupun sudah mendapat
nitrogliserin.
 Terapi Medika Mentosa
1) Obat anti-iskemia
a) Nitrat : dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh vena dan arteriol perifer,
dengan efek mengurangi preload dan afterload sehingga dapat mengurangi
wall stress dan kebutuhan oksigen (Oxygen demand). Nitrat juga menambah
oksigen suplay dengan vasodilatsai pembuluh koroner dan memperbaiki
aliran darah kolateral. Dalam keadaan akut nitrogliserin atau isosorbid
dinitrat diberikan secara sublingual atau infus intravena. Dosis pemberian
intravena : 1-4 mg/jam. Bila keluhan sudah terkendali maka dapat diganti
dengan per oral.
Preparat :
Nitrogliserin : Nitromock 2,5 - 5 mg tablet sublingual
Nitrodisc 5- 10 mg tempelkan di kulit
Nitroderm 5-10 mg tempelkan di kulit
Isosorbid dinitrat : Isobit 5-10 mg tablet sublingual
Isodil 5-10 mg tablet sublingual
Cedocard 5-10 mg tablet sublingual
b) β-blocker : dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokardium melalui efek
penurunan denyut jantung dan daya kontraksi miokardium. Berbagai macam
beta-blocker seperti propanolol, metoprolol, dan atenolol. Kontra indikasi
pemberian penyekat beta antra lain dengan asma bronkial, bradiaritmia.
c) Antagonis kalsium : dapat menyebabkan vasodilatasi koroner dan
menurunkan tekanan darah. Ada 2 golongan besar pada antagonis kalsium :
- golongan dihidropiridin : efeknya sebagai vasodilatasi lebih kuat dan
penghambatan nodus sinus maupun nodus AV lebih sedikit dan efek
inotropik negatif juga kecil (Contoh: nifedipin)
- golongan nondihidropiridin : golongan ini dapat memperbaiki survival
dan mengurangi infark pada pasien dengan sindrom koroner akut dan
fraksi ejeksi normal. Denyut jantung yang berkurang, pengurangan
afterload memberikan keutungan pada golongan nondihidropiridin pada
sindrom koroner akut dengan faal jantung normal (Contoh : verapamil
dan diltiazem).
2) Obat anti-agregasi trombosit
Obat antiplatelet merupakan salah satu dasar dalam pengobatan angina
tidak stabil maupun infark tanpa elevasi ST segmen. Tiga gologan obat anti
platelet yang terbukti bermanfaat seperti aspirin, tienopiridin dan inhibitor GP
Iib/IIIa.
a) Aspirin : banyak studi telah membuktikan bahwa aspirin dapat mengurangi
kematian jantung dan mengurangi infark fatal maupun non fatal dari 51%
sampai 72% pada pasien dengan angina tidak stabil. Oleh karena itu aspirin
dianjurkan untuk diberikan seumur hidup dengan dosis awal 160mg/ hari
dan dosis selanjutnya 80 sampai 325 mg/hari.
b) Tiklopidin : obat ini merupakan suatu derivat tienopiridin yang merupakan
obat kedua dalam pengobatan angina tidak stabil bila pasien tidak tahan
aspirin. Dalam pemberian tiklopidin harus diperhatikan efek samping
granulositopenia.
c) Klopidogrel : obat ini juga merupakan derivat tienopiridin yang dapat
menghambat agregasi platelet. Efek samping lebih kecil dari tiklopidin .
Klopidogrel terbukti juga dapat mengurangi strok, infark dan kematian
kardiovaskular. Dosis klopidogrel dimulai 300 mg/hari dan selanjutnya75
mg/hari.
d) Inhibitor glikoprotein IIb/IIIa
Ikatan fibrinogen dengan reseptor GP IIb/IIIa pada platelet ialah ikatan
terakhir pada proses agregasi platelet. Karena inhibitor GP IIb/IIIa
menduduki reseptor tadi maka ikatan platelet dengan fibrinogen dapat
dihalangi dan agregasi platelet tidak terjadi. Pada saat ini ada 3 macam obat
golongan ini yang telah disetujui :
- absiksimab suatu antibodi mooklonal
- eptifibatid suatu siklik heptapeptid
- tirofiban suatu nonpeptid mimetik
Obat-obat ini telah dipakai untuk pengobatan angina tak stabil
maupun untuk obata tambahan dalam tindakan PCI terutama pada kasus-
kasus angina tak stabil.

3) Obat anti-trombin
a) Unfractionated Heparin
Heparin ialah suatu glikosaminoglikan yang terdiri dari pelbagi rantai
polisakarida yang berbeda panjangnya dengan aktivitas antikoagulan yang
berbeda-beda. Antitrombin III, bila terikat dengan heparin akan bekerja
menghambat trombin dan dan faktor Xa. Heparin juga mengikat protein
plasma, sel darah, sel endotel yang mempengaruhi bioavaibilitas. Pada
penggunaan obat ini juga diperlukan pemeriksaan trombosit untuk
mendeteksi adanya kemungkinan heparin induced thrombocytopenia (HIT).
b) Low Molecular Weight Heparin (LMWH)
LMWH dibuat dengan melakukan depolimerisasi rantai plisakarida heparin.
Dibandingkan dengan unfractionated heparin, LMWH mempuyai ikatan
terhadap protein plasma kurang, bioavaibilitas lebih besar. LMWH yang ada
di Indonesia ialah dalteparin, nadroparin, enoksaparin dan fondaparinux.
Keuntungan pemberian LMWH karena cara pemberian mudah yaitu dapat
disuntikkan secara subkutan dan tidak membutuhkan pemeriksaan
laboratorium.
c) Direct Thrombin Inhibitors
Direct Thrombin Inhibitors secara teoritis mempunyai kelebihan karena
bekerja langsung mencegah pembentukan bekuan darah, tanpa dihambat
oleh plasma protein maupun platelet factor 4. Hirudin dapat menurunkan
angka kematian dan infark miokard, tetapi komplikasi perdarahan
bertambah. Bivalirudin telah disetujui untuk menggantikan heparin pada
pasien angina tak stabil yang menjalani PCI. Hirudin maupun bivalirudin
dapat menggantikan heparin bila ada efek samping trombositopenia akibat
heparin (HIT).
Tindakan revaskularisasi pembuluh koroner
Tindakan revaskularisasi perlu dipertimbangkan pada pasien dengan
iskemi berat dan refakter dengan terapi medikamentosa. Pada pasien dengan
penyempitan di left main atau penyempitan pada 3 pembuluh darah, bila
disertai faal ventrikel kiri yang kurang tindakan operasi bypass (CABG)
mengurangi masuknya kembali ke rumah sakit. Pada pasien dengan faal
jantung yang masih baik dengan penyempitan pada satu pembuluh darah atau
dua pembuluh darah atau bila ada kontraindikasi tindakan pembedahan PCI
merupakan pilihan utama.
Teknik-teknik invasif misalnya percutaneous transluminal coronary
angioplasty (PTCA) dan bedah pintas arteri koroner dapat menurunkan
serangan angina klasik. Dengan PTCA,lesi aterosklerotik didilatasi oleh sebuah
kateter yang dimasukkan melalui kulit ke dalam arteri femoralis atau brakialis
dan di dorong ke jantung. Setelah berada di pembuluh yag sakit, balon yang
ada di kateter digembungkan. Hal ini akan memecahkan plak dan meregangkan
arteri. Dengan bedah pintas, potongan arteri koroner yang sakit diikat, dan
diambil arteri atau vena dari tempat lain untuk dihubungkan ke bagian yang
tidak sakit. Aliran darah dipulihkan melalui pembuluh baru ini. Pembuluh
yang paling sering ditransplantasikan adalah vena safena atau arteri mamaria
interna. Pemasangan selang artificial atau stent ke dalam arteri agar tatap
terbuka kadang-kadang dilakukan dengan keberhasilan yang bervariasi. Bedah
pintas koroner menghilangkan nyeri angina tetapi tampaknya tidak
mempengaruhi mortalitas jangka-panjang.
 Terapi Non Medika Mentosa
1) Istirahat memungkinkan jantung memompa lebih sedikit darah (penurunan
volume sekuncup) dengan kecepatan yang lambat (penurunan kecepatan
denyut jantung). Hal ini menurukan kerja jantung sehingga kebutuhan oksigen
juga berkurang. Posisi duduk adalah postur yang dianjurkan sewaktu
beristirahat. Sebaliknya berbaring, meningkatkan aliran balik darah ke jantung
sehingga terjadi peningkatan volume diastolik akhir, volume sekuncup dan
curah jantung.
2) Terapi oksigen untuk mengurangi kebutuhan oksigen jantung.
Pencegahan
a. Perubahan life style (termasuk berhenti merokok dan lain-lain), penurunan BB,
penyesuaian diet, olahraga teratur dan lain-lain.
b. Mengobati faktor predisposisi dan faktor pencetus : stress, emosi, hipertensi,
penyakit DM, hiperlipidemia, obesitas, anemia.
c. Menghindari bekerja pada keadaan dingin atau stres lain yang diketahui
mencetuskan serangan angina klasik pada seseorang.
d. Memberikan penjelasan perlunya melatih aktivitas sehari-hari sehingga untuk
meningkatkan kemampuan jantung agar dapat mengurangi serangan jantung.

H. PENGKAJIAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pada pemeriksaan keadaan umum, kesadaran klien IMA biasanya baik atau
compos mentis (CM) dan akan berubah sesuai tingkat gangguan yang melibatkan
perusi sistem saraf pusat.
2. B1 (Breathing)
Klien terlihat sesak, frekuensi napas melebihi normal dan mengeluh sesak
napas seperti tercekik. Dispnea kardiak biasanya ditemukan. Sesak napas terjadi
akibat pengerahan tenaga dan disebabkan oleh kenaikan tekanan akhir diastolic
ventrikel kiri yang meningkatkan tekanan vena pulmonalis. Hal ini terjadi karena
terdapat kegagalan peningkatan curah darah oleh ventrikel kiri pada saat melakukan
kegiatan fisik. Dispnea kardiak pada infark miokardium yang kronis dapat timbul
pada saat istirahat
3. B2 (Blood)
1) Inspeks : adanya jaringan parut pada dada klien. Keluhan lokasi nyeri
biasanya di daerah substernal atau nyeri atas pericardium. Penyebaran nyeri
dapat meluas di dada. Dapat terjadi nyeri dan ketidakmampuan menggerakkan
bahu dan tangan.
2) Palpasi : denyut nadi perifer melemah. Thrill pada IMA tanpa komplikasi
biasanya tidak ditemukan.
3) Auskultasi : tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan volume
sekuncup yang disebabkan IMA. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan
katup biasanya tidak ditemukan pada IMA tanpa komplikasi.
4) Perkusi: batas jantung tidak mengalami pergeseran
4. B3 (Brain)
Kesadaran umum klien biasanya CM. Pengkajian objektif klien, yaitu wajah
meringis, menangis, merintis, merenggang, dan menggeliat yang merupakan
respons dari adanya nyeri dada akibat infark pada miokardium. Tanda klinis lain
yang ditemukan adalah takikardia, dispnea pada saat istirahat maupun saat
beraktivitas.
5. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine dengan intake cairan klien. Oleh karena
itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria pada klien dengan IMA karena
merupakan tanda awal syok kardiogenik.
6. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual dan muntah. Pada palpasi abdomen
ditemukan nyeri tekan pada keempat kuadran, penurunan peristaltic usus yang
merupakan tanda utama IMA.
7. B6 (Bone)
Aktivitas klien biasanya mengalami perubahan. Klien sering merasa
kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, dan jadwal olahraga
teratur. perubahan postur tubuh.

8. PEMERIKSAAN FISIK

Penting untuk mendeteksi komplikasi dan harus mencakup hal-hal berikut:


1. Tingkat kesadaran.
2. Nyeri dada (temuan klinik yang paling penting).
3. Frekwensi dan irama jantung : Disritmia dapat menunjukkan tidak
mencukupinya oksigen ke dalam miokard.
4. Bunyi jantung : S3 dapat menjadi tanda dini ancaman gagal jantung.
5. Tekanan darah : Diukur untuk menentukan respons nyeri dan pengobatan,
perhatian tekanan nadi, yang mungkin akan menyempit setelah serangan
miokard infark, menandakan ketidakefektifan kontraksi ventrikel.
6. Nadi perifer : Kaji frekuensi, irama dan volume.
7. Warna dan suhu kulit.
8. Paru-paru : Auskultasi bidang paru pada interval yang teratur terhadap
tanda-tanda gagal ventrikel (bunyi crakles pada dasar paru).
9. Fungsi gastrointestinal : Kaji mortilitas usus, trombosis arteri mesenterika
merupakan potensial komplikasi yang fatal.
10. Status volume cairan : Amati haluaran urine, periksa adanya edema, adanya
tanda dini syok kardiogenik merupakan hipotensi dengan oliguria.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokontriksi, iskemia miokard, hipertrofi ventricular
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dengan kebutuhan oksigen
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan nyeri
5. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

J. PERENCANAAN
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung NOC: NIC:
berhubungan dengan Keefektifan pompa Jantung Perawatan Jantung: Akut
peningkatan afterload, Status sirkulasi  Evaluasi nyeri dada
vasokontriksi, iskemia Setelah dilakukan tindakan (intensitas, lokasi, radiasi,
miokard, hipertrofi keperawatan selama ... x 24 durasi, factor pemicu dan
ventricular jam diharapkan curah jantung yang mengurangi)
klien kembali normal, dengan  Instruksikan pasien akan
Domain 4: kriteria hasil: pentingnya melaporkan
Aktivitas/Istirahat Tanda Tanda vital dalam segera jika merasakan
Kelas 4: Respons rentang normal (tekanan ketidaknyamanan di bagian
kardiovaskular/ darah: 120/80 mmHg, nadi: dada
Pulmonal 60-80 x/menit, pernafasan:  Monitor EKG sebagaimana
16-20x/menit) mestinya, apakah terdapat
perubahan segmen ST
 Monitor irama jantung dan
kecepatan denyut jantung
 Auskultasi suara jantung
 Pertahankan lingkungan
yang kondusif untuk
istirahat
 Hindari memicu situasi
emosional
Nyeri akut berhubungan NOC: NIC:
dengan agen injuri - Control nyeri dan tingkat  Kaji nyeri secara
biologis nyeri komprehensif termasuk
Domain 12 Kenyamanan Setelah dilakukan tinfakan lokasi, karakteristik, durasi,
Kelas 1 : Kenyamanan keperawatan selama …. frekuensi, kualitas, dan
fisik Pasien tidak mengalami nyeri, faktor presipitasi.
dengan kriteria hasil:  reaksi non verbal dari
 Mampu mengontrol nyeri ketidaknyamanan
(tahu penyebab nyeri,  Gunakan teknik komunikasi
mampu menggunakan tehnik terapeutik untuk mengetahui
nonfarmakologi untuk pengalaman nyeri pasien
mengurangi nyeri, mencari  Evaluasi pengalaman nyeri
bantuan) masa lalu
 Melaporkan bahwa nyeri  Evaluasi bersama pasien
berkurang dengan dan tim kesehatan lain
menggunakan manajemen tentang ketidakefektifan
nyeri control nyeri masa lampau.
 Mampu mengenali nyeri  Kontrol lingkungan yang
(skala, intensitas, frekuensi dapat mempengaruhi nyeri
dan tanda nyeri) seperti suhu ruangan,
 Menyatakan rasa nyaman pencahayaan, dan
setelah nyeri berkurang kebisingan.
 Tanda vital dalam rentang  Kurangi faktor presipitasi
normal nyeri.
 Tidak mengalami gangguan  Kaji tipe dan sumber nyeri
tidur  Ajarkan teknik penanganan
nyeri farmakologi dan
nonfarmakologi
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasi pemberian
analgetik untuk mengurangi
nyeri
Intoleransi aktivitas NOC: NIC:
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi
kelemahan umum, keperawatan ...x24 jam,  Kaji status fisiologis
ketidakseimbangan pasien mampu bertoleransi pasien yang menyebabkan
antara suplai dengan terhadap aktivitas dengan kelelahan sesuai dengan
kebutuhan oksigen kriteria hasil : konteks usia dan
Domain 4 : aktivitas/ Kelelahan : efek yang perkembangan.
istirahat mengganggu  Pilih intervensi untuk
Kelas 2: Aktivitas fisik  Tidak terjadi mengurangi kelelahan
penurunan energi. baik secara farmakologi
 Tidak ada gangguan maupun non farmakologi
dengan aktivitas sehari dengan tepat.
– hari.  Tentukan jenis dan
 Tidak terdapat banyaknya aktivitas yang
perubahan nutrisi. dibutuhkan untuk
 Tidak ada malaise. menjaga ketahanan.
Daya tahan  Monitor intake dan output
 Dapat melakukan nutrisi untuk mengetahui
aktivitas rutin. sumber energi yang
 Pemulihan energi saat adekuat.
istirahat tidak  Monitor sistem
terganggu. kardiorespirasi pasien
selama kegiatan (misalnya
 Konsentrasi dan daya
takikardia, disritmia,
tahan otot tidak
dyspnea, diaphoresis, dll).
terganggu.
 Montor lokasi dan sumber
ketidaknyamanan/nyeri
yang dialami pasien
selama aktivitas.
 Buat batasan untuk
aktivitas yang hiperaktif
pasien saat menggangu
yang lain atau dirinya
sendiri.
 Ajarkan pasien mengenai
pengelolaan kegiatan dan
teknik manajemen waktu
untuk mencegah
kelelahan.
 Bantu pasien
memproritaskan kegiatan
untuk mengakomodasi
energi yang diperlukan.
 Bantu pasien unttuk
menetapkan tujuan
aktivitas yang akan
dicapai secara realistis.
 Lakukan ROM aktif/pasif
untuk menghilangkan
ketegangan otot.
 Berikan kegiatan
pengalihan yang
menenangkan untuk
meningkatkan relaksasi.

Ketidakefektifan pola NOC: NIC:


napas berhubungan  Status pernapasan: Manajemen jalan napas
dengan nyeri ventilasi  Buka jalan napas, gunakan
 Status pernapasan: teknik chin lift atau jaw
kepatenan jalan nafas thrust bila perlu
 Status vital sign  Posisikan pasien untuk
Setelah dilakukan tindakan memaksimalkan ventilasi
keperawatan selama…. Pasien  Identifikasi pasien
akan menunjukkan keefektifan perlunya pemasangan alat
pola napas dengan jalan nafas buatan
Kriteria hasil:  Pasang mayo bila perlu
 Mendemonstrasikan batuk  Lakukan fisioterapi dada
efektif dan suara napas jika perlu
yang bersif, tidak ada  Keluarkan secret dengan
sianosis, dan dypsneu batuk atau suction
(mampu mengeluarkan  Auskultasi suara napas,
sputum, mampu pernapas catat adanya suara
dengan mudah, tidak ada tambahan
pursed lips)  Lakukan suction pada
 Menunjukkan jalan napas mayo
yang paten (pasien tidak  Berikan bronkodilator bila
merasa tercekik, irama perlu
napas, frekuensi  Berikan pelembab udara
pernapasan dalam rentang kassa basah NaCl lembab
normal, tidak ada suara  Atur intake untuk cairan
nafas abnormal) mengoptimalkan
 Tanda-tanda vital dalam keseimbangan
rentang normal  Monitor respirasi dan
status O2
Terapi oksigen
 Bersihkan mulut, hidung
dan secret
 Pertahankan jalan napas
yang paten
 Atur peralatan oksigenasi
 Monitor aliran oksigen
 Pertahankan posisi pasien
 Observasi adanya tanda-
tanda hipoventilasi
 Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigen
Monitor vital sign
 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitot TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
Nyeri akut berhubungan NOC: NOC:
dengan agen cedera  Tingkat nyeri Management nyeri
biologis  Kontrol nyeri  Lakukan pengkajian nyeri
 Tingkat kenyamanan secara komprehensif
Setelah dilakukan tindakan termasuk lokasi,
keperawatan selama….nyeri karakteristik, durasi,
pasien teratasi dengan frekuensi, kualitas dan
Kriteria Hasil faktor presipitas
 Mampu mengontrol nyeri  Observasi reaksi
(tahu penyebab nyeri, nonverbal dari
mampu menggunakan ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi  Gunakan teknik
untuk mengurangi nyeri, komunikasi teraupetik
mencari bantuan) untuk mengetahui
 Melaporkan bahwa nyeri pengalaman nyeri pasien
berkurang dengan  Kaji kultur yang
menggunakan managemen mempengaruhi respon
nyeri nyeri
 Mampu mengenali nyeri  Evaluasi pengalaman
(skala, intensitas, frekuensi nyeri masa lampau
dan tanda nyeri)  Evaluasi bersama pasien
 Menyatakan rasa nyaman dan tim kesehatan lain
setelah nyeri berkurang tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
 Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor prepitasi
nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
 Tingkatkan istirahat
Pemberian analgesic
 Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian
 Cek instruksi dokter
tentang jenis obat dan
dosis serta frekuensi
 Cek riwayat alergi
 Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari Satu
 Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan nyerinya
Kelebihan volume cairan NOC Fluid management
berhubungan dengan Electrolit and acid base  Timbang popok/pembalut
gangguan mekanisme balance jika diperlukan
regulasi  Fluid balance  Pertahankan catatan intake
dan output yang akurat
 Hydration  Pasang urin kateter jika
diperlukan
Kriteria Hasil :  Monitor hasil Hb yang
sesuai dengan retensi
 Terbebas dari edema,
cairan (BUN, Hmt,
efusi, anaskara
osmolalitas urin)
 Bunyi nafas bersih,
 Monitor status
tidak ada
hemodinamik termasuk
dvspneu/ortopneu
CVP,MAP, PAP dan
 Terbebas dari distensi
PCWP
vena jugularis, reflek
 Monitor vital sign
hepatojugular (+)
 Memelihara tekanan  Montor indikasi retensi /
vena sentral, tekanan kelebihan cairan (cracles,
kapiler paru, output CVP, edema, distensi vena
jantung dan vital sign leher, asites)
dalam batas normal  Kaji lokasi dan luas
 Terbebas dan edema
kelelahan, kecemasan  Monitor masukan
atau kebingungan makanan / cairan dan
 Menjelaskan indikator hitung intake kalori
kelebihan cairan  Monitor status nutrisi
 Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai interuksi
 Batasi masukan cairan
pada keadaan
hiponatrermi dilusi
dengan serum Na < 130
mEq/l
 Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
Fluid Monitoring
 Tentukan riwayat jumlah
dan tipe intake cairan dan
eliminasi
 Tentukan kemungkinan
faktor resiko dan
ketidakseimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal,
gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll)
 Monitor berat badan, BP,
HR, dan RR
 Monitor serum dan
elektrolit urine
 Monitor serum dan
osmilalitas urine
 Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
 Monitor parameter
hemodinamik infasif
 Catat secara akurat intake
dan output
 Monitor adanya distensi
leher, rinchi, eodem
perifer dan penambahan
BB
 Monitor tanda dan gejala
dari odema
DAFTAR PUSTAKA

Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi
- VIII Jakarta: EGC

Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat darurat.
Padang : Medical book

Nurarif, A.H, dan Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa
medis & NANDA NIC-NOC , jilid 1. jogjakarta : penerbit buka Mediaction.

Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah penyakit dalam yogjakarta
: Nuha medika

Dwi Adiyanto, 2017. ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN A ATAS INDIKASI NSTEMI, 2017. Diakses
pada senin 23 mei 2022
https://www.academia.edu/33332014/ASUHAN_KEPERAWATAN_PADA_TN_A_ATAS_IND
IKASI_NSTEMI

Gita, 2019. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. P DENGAN DIAGNOSA MEDIS NSTEMI (NON ST
ELEVASI MYOCARDIAL INFARCTION)RUANG PERAWATAN PJT LANTAI 5 DI RS Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO, diakses 23 mei 2022
https://www.academia.edu/40356023/LP_NSTEMI_GITA

Ainiyah, N. (2016). Peran Perawat Dalam Identifikasi Dini Dan. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
8(2), 184–192.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (6 ed.). (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Penerj.)
Philadephia: Elsevier.

Gayatri, N. I., Firmansyah, S., S, S. H., & Rudiktyo, E. (2016). Prediktor mortalitas dalam
rumah sakit pasien infark miokard ST elevasi ( STEMI ) akut di RSUD dr . Dradjat
Prawiranegara Serang, Indonesia. Cdk, 43(3), 171–174.

Halimuddin. (2016). TEKANAN DARAH DENGAN KEJADIAN INFARK PASIEN


Blood Pressure and Infarction in Acute Coronary Syndrome patients. Idea Nursing,
VII(3), 30–36.

Heather, H. T. (2015). Nursing Diagnoses definitions and classification 2015-2017 (10


ed.). (B. A. Keliat, H. D. Windarwati, A. Pawirowiyono, & A. Subu, Penerj.)
Jakarta: EGC.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing outcomes
Classification (NOC) (5 ed.). (I. Nurjannah, & R. D. Tumanggor, Penerj.)
Philadelphia: Elsevier.

Priscillah, W. (2017). Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Penderita ST Elevasi
Miokard Infark (STEMI) dan Non ST Elevasi Miokard Infark (NSTEMI) di RSUD
Dr. Moewardi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia dari sel ke sistem Edisi 6. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Beare. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Ed. 8. Vol.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN ICCU DENGAN CAD NSTEMI


KASUS:
2 jam sebelum MRS klien tiba-tiba pingsan, dada terasa tertekan, nyeri menjalar ke bahu
belakang, keluar keringat dingin, sesak nafas. Maka oleh tkeluarganya di bawa ke IGD
RSUD sambas tanggal 23 Mei 2022 jam 11.20 WIB dan masuk ke ICCU/ICU .

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN INTENSIVE

Nama Mahasiswa :. Yeni Hariani


Semester/Tingkat : 2/ Ners
Tempat Praktek : RSUD sambas
Tanggal Pengkajian : 23 Mei 2022

DATA KLIEN

A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : .Tn. Xx............................................

2. Umur : .59 tahun .......................................


3. Alamat : .Desa Dalam Kaum Kec. Sambas.
4. Agama : .Islam ....................................
5. Tanggal masuk RS : 23 Mei 2022...........................
6. Nomor Rekam Medis : .56077.............................
: .INFARC MIOKARDIUM
7. Diagnosa medis NSTEMI
8. Bangsal : . ICCU/ICU

B. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA

1. HEALTH
PROMOTION
a. Kesehatan Umum:
- Alasan masuk rumah sakit:
Nyeri dada kiri dan sesak nafas

-Tekanan darah : 185/110 MM/HG


- Nadi : 101 X/MENIT
- Suhu : 36,6 O C
- Respirasi : 23 X/MENIT
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan,dll):
Angina pectoris, Hipertensi
c. Riwayat pengobatan

No Nama obat/jamu Dosis Keterangan

1. Nitrogliserin 300–600 mcg Lozenges


diletakkan persis
di bawah lidah.
Dosis 3 kali sehari

2. Aspilet 1 x 100 mg oral

d. Kemampuan mengontrol kesehatan:

- Yang dilakukan bila sakit : berobat ke Puskesmas


- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll)
Sebagai pedagang
e. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll):
Penghasila ekonomi meneganh , BPJS mandiri
f. Pengobatan sekarang:

No Nama obat Dosis Kandungan Manfaat

1. Nitrogliserin 300–600 mcg Vasodilatator


diletakkan
persis di bawah
lidah. Dosis 3
kali sehari

2. Aspilet 1 x 100 mg Anti trombosis

3. Oksigen 8 l/menit

4. Infus dektrose 5 % 20 tetes/menit

5 Captoril 25 mg 2 kali 25 mg Anti HT


2. NUTRITION

a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT:


1) BB biasanya: ....67..... dan BB sekarang: 67......
2) Lingkar perut : 110 cm

3) Lingkar kepala : 55 cm
4) Lingkar dada : 125
5) Lingkar lengan atas : 30
6) IMT : 35
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal:

Didapatkan juga hasil pemeriksaan laboratorium leukosit meningkat dengan hasil


12.71 10^3/ul (normal 4.0 – 10.0 10^3/ul) , troponin I meningkat dengan hasil
15.24 ug/L (< 0.60 ug/L).
Nilai
c. Pemeriksaan Hasil Satuan
normal
Darah lengkap
Hemoglobin L 12,0 g/dl 11,2-17.3
Leokosit L 12710 /ul 3800-10600
Hematokrit L 36 % 40-52
Eritrosit L 4.2 10^6/ul 4,4-5,9
Trombosit N 224..000 /ul 150.000-
440.000
MCV N 85,8 Fl 80-100
MCH N 28,4 Pg 26-34
MCHC N 33,1 % 32-36
RDW N 12.9 % 11,5-14,5
MPV N 10,0 Fl 9,4-12,4
Hitung jenis
Basofil N 0,5 % 0-1
Eosinofil N 2,6 % 2-4
Batang L 0,5 % 3-5
Segmen N 67,3 % 50-70
Limfosit L 17,9 % 25-40
Monosit H 11,2 % 2-8
Kimia Klinik
Ureum darah H 41.3 Mg/dl 14.98-38.52
Kreatinin darah H 2.18 Mg/dl 0,5- 1,5
Natrium L 138 mEq/L 135-145
Hematologi
APTT H 59,5 detik 29.0-40.2
d. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir,
conjungtiva anemis/tidak:
konjungtiva tidak anemis

e. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan selama


di rumah sakit:
Sementara tidak diberikan makan
Minum air putih

f. E (Enegy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di


rumah sakit:
Pasien hanya baring di tempat tidur
g. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan,
mengunyah,dll)
Mengunyah kurang baik, karena gigi tidak lengkap
h. Penilaian Status Gizi

Status gizi gemuk


i. Pola asupan cairan

Sementara hanya melalui peraentral


j. Cairan masuk

Lewat infus Glukosa 5 %, 20 tetes /menit


j. Cairan keluar

Urine 150 cc
k. Penilaian Status Cairan (balance cairan)

seimbang
l. Pemeriksaan Abdomen (sistem elimination juga)
Inspeksi : buncit

Auskultasi : peristaltik 15 x/ menit

Palpasi: agak kembung


Perkusi: bunyi tympani
3. ELIMINATION

a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan)
Di pasang pempers

2) Riwayat kelainan kandung kemih


Tidak ada
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau)
Jumlah normal, warna normal, bau normal
4) Distensi kandung kemih/retensi urine

Tidak ada
b. Sistem Gastrointestinal

1) Pola eliminasi

Biasanya BAB 1 kali sehari tiap pagi

2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi

Tidak ada
c. Sistem Integument

1) Kulit (integritas kulit/ hidrasi/ turgor / warna/ suhu)

Turgor baik, suhu normal, akral agak dingin

4. ACTIVITY/REST

a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : biasanya pukul 22.00 malam
2) Insomnia : tidak ada

3) Pertolongan untuk merangsang tidur:

Tidak ada
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : pedagang
2) Kebiasaan olah raga : jarang
3) ADL
a) Makan : 3 kali sehari

b) Toileting : BAB 1 kali sehari, BAK 5 kali sehari


c) Kebersihan : mandi 2 kali sehari
d) Berpakaian : sederhana
4) Bantuan ADL : tidak ada
5) Kekuatan otot : normal

6) ROM : dalam batas normal


7) Resiko untuk cidera :
Tidak ada

__________________________________________________________

c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : angina cordis
2) Edema esktremitas : kadang-kadang
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring : 180/110
b) Duduk : 180/100
4) Tekanan vena jugularis:
Normal

5) Pemeriksaan jantung

a) Inspeksi : dada simetris, ictus cordis terlihat


b) Palpasi : iktus cordis teraba
c) Perkusi : bunyi pekak

d) Auskultasi : bunyi lup dup tidak normal .. ada suara


tambahan
d. Pulmonary respon

1)Penyakit sistem nafas : rasa sesak nafas

2)Penggunaan O2 : 4 liter per menit

3) Kemampuan bernafas : kurang normal


4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll)

Suara nafas agak berat

5) Pemeriksaan paru-paru

a) Inspeksi : simetris

b) Palpasi : gerakan dada teratur

c) Perkusi : suara hipersonor

d) Auskultasi : sonor

5. PERCEPTION/COGNITION

a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : SMP

2) Kurang pengetahuan : kurang memahami tentang penyakit


jantung yang diderita
3) Pengetahuan tentang penyakit: kurang
4) Orientasi (waktu, tempat, orang), kurang , lesu

b. Sensasi/persepsi
1) Riwayat penyakit jantung : ada
2) Sakit kepala : sering

3) Penggunaan alat bantu : tidak ada


4) Penginderaan : mata kabur kalau membaca

c. Communication
1) Bahasa yang digunakan : bahasa ibu
2) Kesulitan berkomunikasi : kurang, karena penyakitnya
6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : ada
2) Perasaan putus asa/kehilangan: ada
3) Keinginan untuk mencederai : tidak ada
4) Adanya luka/cacat : tidak ada

7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan : baik
2) Orang terdekat : istri

3) Perubahan konflik/peran : tidak ada


4) Perubahan gaya hidup : tidak ada
Interaksi dengan orang
5) lain : baik

8. SEXUALITY

a. Identitas seksual = laki-laki

1) Masalah/disfungsi seksual : ada


2) Periode menstruasi :-

3) Metode KB yang digunakan :-


4) Pemeriksaan SADARI :-
5) Pemeriksaan papsmear :-

9. COPING/STRESS TOLERANCE

a. Coping respon baik


1. Rasa sedih/takut/cemas : ada
2. Kemampan untuk mengatasi
: normal
3. Perilaku yang menampakkan cemas
; gelisah

10. LIFE
PRINCIPLES a.
Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : hanya sholat jumat
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : kurang
3) Kegiatan kebudayaan : kurang
4) Kemampuan memecahkan masalah :
11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : tidak ada
b. Penyakit autoimune : tidak ada
c. Tanda infeksi : tidak ada
d. Gangguan thermoregulasi : tidak ada
e. Gangguan/resiko

(komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi neurovaskuler peripheral,


kondisi hipertensi, pendarahan, hipoglikemia, Sindrome disuse, gaya
hidup yang tetap) : resiko jatuh

12. COMFORT

a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) :
2) Quality (bagaimana kualitasnya) : kuat
3) Regio (dimana letaknya) : dada kiri
4) Scala (berapa skalanya) :7
5) Time (waktu) : menetap
b. Rasa tidak nyaman lainnya :-
c. Gejala yang menyertai :-

13. GROWTH/DEVELOPMENT
Pertumbuhan dan perkembangan :
C. DATA KONTINU

Keadaan Umum

JAM 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00

TTV TD 180/110 170/90 170/90 160/90 160/90


NADI 101 95 85 80 72
RR 23 21 19 18 17
SUHU 36.6 36.6 36.7 37 37.2
GCS EYE 4 4 4 4 4
MOTORIK 4 5 5 5 5
VERBAL 5 5 6 6 6

Data Penghitungan Balance Cairan


Hari/Tanggal : 23 Mei 2022

Input :
- Minum : 100 ml (Normal: 2000 ml/hari)
- Makan : 0 ml (Normal: 300 ml/hari)
- Infus : 500 ml
(Amati saat pengkajian klien sudah habis berapa plabot infus)
- Metabolisme :: 250 ml (Normal: 5 ml/kgBB/hari)
TOTAL : 750 ml

Output :
- Urin = 100 ml
- Feses = 50 ml

- Keringat = 50 ml
- IWL = 250 ml
- Cairan NGT= 0 ml

TOTAL 400
INPUT
10.00 11.00 12.00 13.00 14.00
JAM

Minum 100 0 100 0 100

Makan 0 0 0 0 0
Infus 60 60 60 60 60

Output

Metabolisme 50 50 50 50 50

Urine 0 0 0 0 0

Feses 0 0 0 0 0

Keringat 0 0 0 0 0

IWL 50 50 50 50 50

Cairan NGT 0 0 0 0 0
Balance cairan Total +110 -40 +110 +40 +110

D. DATA LABORATORIUM

Tanggal & Jenis Hasil Harga Satuan Interpretasi


Jam Pemeriksaan Pemeriksaan Normal

23 Mei 2022 CK/CPK 37/m ug Nilai normal :Dewasa Ug Peningkatan CPK Penyebab1.
Jam 09.00 (creatin pria : 5-35 Ug/ml atau Peningkatan 5 kali atau lebih
posfo 30-180 IU/LWanita : atau lebih dari nilai normal
Kinase)Enzi 5-25 Ug/ml atau 25- Infark
m 150 IU/LAnak laki-
. laki : 0-70 IU/LAnak
wanita : 0-50
IU/LBayi baru lahir :
65-580 IU/

CKMB 11 u/l Nilai normal kurang U/L U/LNilai > 10-13 U/L atau >
(Creatinkinas dari 10 5% total CK menunjukkan
e label M dan adanya peningkatan aktivitas
B). produksienzim.Klinis:Peningk
atan kadar CPK dapat terjadi
pada penderita AMI, penyakit
otot rangka, cedera
cerebrovaskuler. Peningkatan
iso enzim CPK-MM, terdapat
pada penderita distrofi otot,
traumahebat, paska operasi,
latihan berlebihan, injeksi
I.M, hipokalemia dan
hipotiroidisme.Peningkatan
CPK-MB : pada AMI, angina
pectoris, operasi jantung,
iskemik jantung,miokarditis,
hipokalemia, dan defibrilasi
jantun.

Troponin I 15,24 ug/dl (< 0.60 ug/L). Troponin merupakan enzim


jantung yang penting .
Troponin merupakan protein
yang didapati pada
myokardium dan dilepaskan
kedalam darah apabila terjadi
iskemik pada
myokardium.pada Nstemi
terdapat peningkatan
Troponin I maupun T
B. Analisa data
Nama klien : Tn.xx Tanggal masuk : 23 MEI 2022
Ruangan : ICCU/ICU Tanggal pengkajian : 23 MEI 2022
Diagnosa medis : NSTEMI (NON ST-ELEVASI MIOCARD INFARC)

Data Subyektif dan Masalah


Tgl Etiologi
Obyektif Keperawatan
24 Mei DS: Agen injury Nyeri akut
2017 Pasien mengatakan nyeri dada seperti tertekan, nyeri menjalar kebahu belakang biologis
dengan skala 7 dan dirasakan hilang timbul
1. DO :
KU pasien lemah,
Pasien tampak menyeringai kesakitan
Dispnea
Pasien tampak gelisah
TD : 185/100 mmHg, N : 77 x/menit, RR: 24 X/menit
2. Ds : pasien mengatakan mengalami nyeri dada, lemah dan kelelahan Cardiac output Penurunan
DO : TD : 185/100 mmHg curah jantung
RR : 24 x/ menit
HR :77 X / menit
S : 36 C
Pasien tampak lemah
Kulit pasien tampak pucat

3. DS : Pasien mengatakan sesak nafas karena nyeri dada dispnea Ketidakefektifa


DO : dispnea n pola nafas
Pernafasan cuping hidung
Penggunaan otot bantu pernafasan
Nafas pendek dan dangkal
RR: 24 x/menit
Tampak pasien memegangi dada
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis

2. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan cardiac output

Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dispnea

Intervensi
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan agen NOC: NIC:
injuri biologis Control nyeri dan tingkat nyeri Kaji nyeri secara komprehensif termasuk
Domain 12 Kenyamanan Setelah dilakukan tinfakan keperawatan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Kelas 1 : Kenyamanan fisik selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, kualitas, dan faktor presipitasi.
dengan kriteria hasil: reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
nyeri, mampu menggunakan tehnik mengetahui pengalaman nyeri pasien
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
mencari bantuan) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan lain tentang ketidakefektifan control nyeri
menggunakan manajemen nyeri masa lampau.
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, Kontrol lingkungan yang dapat
frekuensi dan tanda nyeri) mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri pencahayaan, dan kebisingan.
berkurang Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Tanda vital dalam rentang normal Kaji tipe dan sumber nyeri
Tidak mengalami gangguan tidur Ajarkan teknik penanganan nyeri farmakologi
dan nonfarmakologi
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri

Penurunan curah jantung berhubungan NOC: NIC:


dengan peningkatan afterload, Keefektifan pompa Jantung Perawatan Jantung: Akut
vasokontriksi, iskemia miokard, Status sirkulasi Evaluasi nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi,
hipertrofi ventricular Setelah dilakukan tindakan keperawatan durasi, factor pemicu dan yang mengurangi)
selama ... x 24 jam diharapkan curah jantung Instruksikan pasien akan pentingnya
Domain 4: klien kembali normal, dengan kriteria hasil: melaporkan segera jika merasakan
Aktivitas/Istirahat Tanda Tanda vital dalam rentang normal ketidaknyamanan di bagian dada
Kelas 4: Respons kardiovaskular/ (tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 60-80 Monitor EKG sebagaimana mestinya, apakah
Pulmonal x/menit, pernafasan: 16-20x/menit) terdapat perubahan segmen ST
Nyeri akut berhubungan dengan agen Monitor irama jantung dan kecepatan denyut
injuri biologis jantung
Domain 12 Kenyamanan Auskultasi suara jantung
Kelas 1 : Kenyamanan fisik Pertahankan lingkungan yang kondusif untuk
istirahat
Hindari memicu situasi emosional

Ketidakefektifan pola napas NOC: NIC:


berhubungan dengan nyeri Status pernapasan: ventilasi Manajemen jalan napas
Status pernapasan: kepatenan jalan nafas Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift
Status vital sign atau jaw thrust bila perlu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Posisikan pasien untuk memaksimalkan
selama…. Pasien akan menunjukkan ventilasi
keefektifan pola napas dengan Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
Kriteria hasil: jalan nafas buatan
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara Pasang mayo bila perlu
napas yang bersif, tidak ada sianosis, dan Lakukan fisioterapi dada jika perlu
dypsneu (mampu mengeluarkan sputum, Keluarkan secret dengan batuk atau suction
mampu pernapas dengan mudah, tidak ada Auskultasi suara napas, catat adanya suara
pursed lips) tambahan
Menunjukkan jalan napas yang paten Lakukan suction pada mayo
(pasien tidak merasa tercekik, irama napas, Berikan bronkodilator bila perlu
frekuensi pernapasan dalam rentang normal, Berikan pelembab udara kassa basah NaCl
tidak ada suara nafas abnormal) lembab
Tanda-tanda vital dalam rentang normal Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan
Monitor respirasi dan status O2
Terapi oksigen
Bersihkan mulut, hidung dan secret
Pertahankan jalan napas yang paten
Atur peralatan oksigenasi
Monitor aliran oksigen
Pertahankan posisi pasien
Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigen
Monitor vital sign
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi tekanan darah
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
Monitot TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
Monitor kualitas dari nadi
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor suara paru
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad
Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

CATATAN KEPERAWATAN dan EVALUASI


Hari ke I

No Hari/Tgl/ Waktu Dx Implementasi evaluasi Paraf


1. SENIN, 23 MEI 1 mengkaji nyeri secara komprehensif 14.00 wib
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, Pasien mengatakan
2022/09.40 S:
frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi. nyeri dada seperti
Mengobservasi reaksi non verbal dari tertekan, nyeri
ketidaknyamanan menjalar kebahu
menggunakan teknik komunikasi terapeutik belakang dengan
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien skala 7 dan dirasakan
mengevaluasi pengalaman nyeri masa lalu hilang timbul
mengevaluasi bersama pasien dan tim KU pasien masih
kesehatan lain tentang ketidakefektifan lemah,
control nyeri masa lampau. Pasientampak
Mengontrol lingkungan yang dapat menyeringai esakitan
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, Dispnea
pencahayaan, dan kebisingan. Pasien tampak gelisah
O:
mengurangi faktor presipitasi nyeri. TD : 180/100 mmHg,
mengkaji tipe dan sumber nyeri N : 77 x/menit, RR:
mengajarkan teknik penanganan nyeri 24 X/menit Pasien
farmakologi dan nonfarmakologi mengatakan nyeri
Tingkatkan istirahat pada dada kiri,
Kolaborasi pemberian analgetik untuk
A:
Masalah belum
teratasi
Intervensi dilanjutkan
P:

2 23 mei 2022 2 mengevaluasi nyeri dada (intensitas, lokasi, S: pasien mengatakan


radiasi, durasi, factor pemicu dan yang mengalami nyeri
mengurangi)
dada, lemah dan
menginstruksikan pasien akan pentingnya
melaporkan segera jika merasakan kelelahan
ketidaknyamanan di bagian dada O: TD : 185/100 mmHg
Memonitor EKG sebagaimana mestinya,
RR : 24 x/ menit
apakah terdapat perubahan segmen ST HR :77 X / menit
Memonitor irama jantung dan kecepatan S : 36 C
denyut jantung
Pasien tampak lemah
mengauskultasi suara jantung
mempertahankan lingkungan yang kondusif Kulit pasien tampak
untuk istirahat pucat
A: Masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
3 23 mei 2022 3 Terapi oksigen S: Pasien mengatakan

membersihkan mulut, hidung dan secret sesak nafas nya


mempertahankan jalan napas yang paten berkurang
mengatur peralatan oksigenasi, masker O: dispnea berkurang
oksigen
Pernafasan cuping
Memonitor aliran oksigen 8 l/mt
mempertahankan posisi pasien hidung (-)
mengobservasi adanya tanda-tanda Penggunaan otot
hipoventilasi
bantu pernafasan (-)
Memonitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigen RR: 20 x/menit
Monitor vital sign A: Masalah teratasi

Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR sebagian


mencatat adanya fluktuasi tekanan darah P: Lanjutkan intervensi
Memonitor VS saat pasien berbaring, duduk,
Observasi kebutuhan
atau berdiri
mengauskultasi TD pada kedua lengan dan oksigen
bandingkan
Memonitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Memonitor kualitas dari nadi
Memonitor frekuensi dan irama pernapasan
Memonitor suara paru
Memonitor pola pernapasan abnormal
Memonitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit

Hari ke 2

No Hari/Tgl/ Waktu Dx Implementasi evaluasi Paraf

1. SELASA, 24 MEI 1 mengkaji nyeri secara komprehensif 14.00 wib


termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
2022 10.00 wib S: Pasien mengatakan
frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi.
Mengobservasi reaksi non verbal dari nyeri dada sebelah
ketidaknyamanan
kiri sudah berkurang
menggunakan teknik komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Klien mengatakan
mengevaluasi pengalaman nyeri masa lalu
Skala nyeri 4
mengevaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan O: Pasien tampak lebih
control nyeri masa lampau.
rileks
Mengontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, A: Masalah teratasi
pencahayaan, dan kebisingan.
sebagian
mengurangi faktor presipitasi nyeri.
mengkaji tipe dan sumber nyeri P: Lanjutkan sebagian
mengajarkan teknik penanganan nyeri
intervensi
farmakologi dan nonfarmakologi
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi pemberian analgetik untuk

2 Selasa, 24 mei 2 mengevaluasi nyeri dada (intensitas, lokasi, S: Klien menagatakan


2022 radiasi, durasi, factor pemicu dan yang nyeri dadanya
mengurangi)
berkurang
menginstruksikan pasien akan pentingnya
melaporkan segera jika merasakan O: Kulit sudah tidak
ketidaknyamanan di bagian dada pucat ,akral hangat
Memonitor EKG sebagaimana mestinya,
A: Masalah teratasi
apakah terdapat perubahan segmen ST
Memonitor irama jantung dan kecepatan sebagian
denyut jantung P: Intervensi dilanjutkan
mengauskultasi suara jantung
mempertahankan lingkungan yang kondusif
untuk istirahat

3 Selasa, 24 mei 3 Terapi oksigen S: Klien mengatakan


2022 membersihkan mulut, hidung dan secret sudah tidak nyeri
mempertahankan jalan napas yang paten dada
mengatur peralatan oksigenasi, kanul Klien mengatakan
Memonitor aliran oksigen 5 l/mt
sesak berkurang
mempertahankan posisi pasien
mengobservasi adanya tanda-tanda O : RR: 20x/mt
hipoventilasi Nadi : 72x/mt
Memonitor adanya kecemasan pasien TD: 165 /90 mmhg
terhadap oksigen
Oksigen nasal kanul 5
Monitor vital sign
l/mt
Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR
A: Masalah teratasi
mencatat adanya fluktuasi tekanan darah
Memonitor VS saat pasien berbaring, duduk, sebagian
atau berdiri P: Intervensi dilanjutkan
mengauskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
Memonitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Memonitor kualitas dari nadi
Memonitor frekuensi dan irama pernapasan
Memonitor suara paru
Memonitor pola pernapasan abnormal
Memonitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit

Hari ke 3

No Hari/Tgl/ Waktu Dx Implementasi Evaluasi Paraf

1. Rabu , 25 MEI 1 mengevaluasi bersama pasien dan tim 14.00 wib


kesehatan lain tentang ketidakefektifan pasien mengatakan
2022/09.00 S:
control nyeri masa lampau. tidak lagi nyeri dada
Mengontrol lingkungan yang dapat sebelah kiri
mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pasien mengatakan
pencahayaan, dan kebisingan. dapat melakukan
mengurangi faktor presipitasi nyeri. teknik nafas dalam
mengajarkan teknik penanganan nyeri pasien tampak
O:
farmakologi dan nonfarmakologi tenang, klien tidak
Tingkatkan istirahat memegang bagian
Kolaborasi pemberian analgetik untuk dada kirinya
Klien tampak sudah
bisa tidur
Masalah teratasi
A:
P: Observasi tetap
dilanjutkan

2 Rabu, 25 mei 2 Memonitor EKG sebagaimana mestinya, S: pasien mengatakan


apakah terdapat perubahan segmen ST tidak nyeri dada lagi
2022
Memonitor irama jantung dan kecepatan pasien mengatakan
tidak lemah lagin
denyut jantung
mengauskultasi suara jantung O:
pasien tampak tidak
mempertahankan lingkungan yang kondusif lemah lagi
untuk istirahat pasien dapat makan,
dan ambulasi
ditempat tidur
akral tampak hangat
A:
masalah teratasi
P: lanjutkan observasi
3 Rabu, 25 mei 3 Terapi oksigen S: Pasien mengatakan
tidak ada nyeri dada
2022 membersihkan mulut, hidung dan secret Pasien mengatakan
mempertahankan jalan napas yang paten nafasnya tidak sesak
mengatur peralatan oksigenasi lagi
Memonitor aliran oksigen
O: Pasien tampak rileks
mempertahankan posisi pasien
Tidak tampak dispnoe
RR : 18 x/mt
Monitor vital sign Nadi: 74x/mt
TD : 160/85 mm/hg
Memonitor TD, nadi, suhu, dan RR A:
Masalah teratasi
mencatat adanya fluktuasi tekanan darah P:
Memonitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, Lanjutkan observasi
dan setelah aktivitas
Memonitor frekuensi dan irama pernapasan
Dokumen Log Book Minggu 3
LOGBOOK
No. Tanggal Aktivitas Hasil yang Kendala Rencana Paraf
Diperoleh Tindak Preseptor
Lanjut

1 23 Mei 2022 Memahami dan laporan


menerima kontrak pendahuluan
Menyusun dan logbook
laporan
pendahuluan
berdasarkan kasus
pemicu
Membuat log
book

2 24 Mei Mengirim Askep dan


2022 laporan loogbook
pendahuluan
kepada
pembimbing
Mulai
menyusun
manajemen kasus
(askep)
Membuat log
book
3 25 Mei Menyusun Askep dan
2022 manajemen kasus loogbook
(Askepsesuai
format gadar dan
kritis)
Menemukan artikel
jurnal yang
mendasarisalah satu
intervensi
Menemukan video
tutorial dari salah
satuintervensi
(sesuai pilihan
jurnal)
Menyusun SOP
intervensi dan
pembahasan,
Membuat log
book
4 26 mei Menyusun Askep dan
2022 manajemen kasus loogbook
(Askep)
Menemukan artikel
jurnal yang
mendasarisalah satu
intervensi
Menyusun SOP
intervensi dan
pembahasan.

5 27 Mei Implementasi Askep dan


2022 loogbook
6 28 mei Evaluasi dan Askep dan
2022 dokumentasi loogbook
keperawatan
LINK jurnal yang terkait:

1. .PERUBAHAN GAMBARAN EKG PASIEN JANTUNG KORONER SETELAH PEMBERIAN TERAPI


OKSIGEN DAN TERAPI FARMAKOLOGI THE CHANGES OF ECG PATIENT WITH CORONARY
HEART DESEASE AFTER GIVING OXYGEN THERAPY AND PHARMACOLOGY THERAPY

Neni Ernawati, Joko Suwito, Siti Maemonah, Dhiana Setyorini

http://journal.poltekkesdepkes-sby.ac.id/index.php/KEP/article/view/538

2. Nursing Care for a Patient with NSTEMI Admitted to the Coronary Care Unit for Percutaneous Coronary
Intervention — A Case Study

VOL. 34 NO. 1 (2017) ASEAN Journal on Science and Technology for Development (AJSTD)

M. S. SITI MARYATI(Sulaiman Al Habib Hospital, Arrayan, Riyadh KSA)

R. (II) P. DIOSO(Lincoln University College)

http://www.ajstd.org/index.php/ajstd/article/view/70

3. Asuhan Keperawatan pada Pasien Sindrom Koroner Akut Non-ST Elevasi Miokard Infark dengan Nyeri
Dada Akut ( Latif Ibnu Aziz,Barkah Waladani,R Rusmanto/STIKes Muhammadiyah Gombong)

http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/601

link Video: Pemasangan oksigen Masker

https://youtu.be/fYYUfhJMZbc

https://youtu.be/Gevfx6agGiA
SOP Pemberian Terapi Oksigen Face Mask

Pengertian

Pemberian terapi oksigen dengan mengguankan face mask adalah pemberian oksigen kepada

pasien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan

mulut klien. Masker tersebut umumnya bewarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat

mengikat kuat mengelilingi wajah klien.

Bentuk dari face mask bermacam-macam

Perbedaan natara reabreathing mask dan nonreabreating mask terletak pada adanya valve yang mencegah udara
ekspirasi terhinhalasi kembali

Tujuan

Memberi oksigen dalam kadar yang sedang dengan konsentrasi dan kelembapan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan kanula nasal

Persiapan Alat

1. Tabung oksigen dengan flowmeter

2. Humidifier menggunakan cairan steril, air distalasi, atau air kran yang dimasak sesuai

dengan kebijakan rumah sakit.

3. Sungkup wajah dengan ukuran yang sesuai

4. Karet pengikat sungkup wajah

5. Kasa jika perlu

Prosedur Pelaksanaan

1. Kaji kebutuhan terapi oksigen dan klarifikasi intruksi terapi

2. Siapkan pasien dan keluarga

a. Bantu pasien memperoleh posisi semi-flower jika memungkinkan.

Posisi ini memudahkan ekspansi dada sehingga pasien lebih mudah bernapas.

b. Jelaskan bahwa oksigen akan mengurangi ketidaknyamanan akibat dispnea dan tidak

menimbulkan bahaya jika petunjuk keamanan diperhatikan. Informasikan kepada

pasien dan keluarga tentang petunjuk keamanan yang berhubungan dengan


penggunaan oksigen.

3. Siapkan peralatan oksigen dan humidifier.

4. Putar kenop oksigen hingga diperoleh kecepatan oksigen yang sesuai dengan intruksi dan

pastikan peralatan berfungsi dengan baik.

a. Pastikan oksigen mengalir dengan bebas melalui slang dan anda dapat merasakan

oksigen keluar dari kanula nasal. Tidak terdengar bunyi pada slang, sambungan tidak

bocor, dan terdapat gelembung udara pada humidifier saat oksigen mengalir melewati

air.

b. Atur kecepatan aliran oksigen sesuai dengan terapi yang direkomendasikan.

5. Pasang sungkup oksigen pada wajah pasien dari hidung hingga ke dagu pasien

6. Atur sungkup agar sesuai dengan bentuk wajah pasien. Pastikan sungkup menutup wajah

pasien dengan pas sehingga oksigen yang masuk ke mata atau mengalir ke sekitar pipi

dan dagu minimal

7. Pasang karet pengikat melingkari kepala klien agar sungkup terasa nyaman.

8. Beri karet pengikat alas menggunakan kasa di area belakang telinga dan di atas benjolan

tulang. Alas akan mencegah timbulnya iritasi akibat karet pengikat sungkup.

9. Lakukan evaluasi umum pada pasien dalam 15-30 menit pertama, bergantung pada

kondisi pasien. Selanjutnya, lakukan evaluasi umum secarqa teratur yang meliputi

pengkajian tingkat kecemasan; kemudahan bernapas ketika alat dipasang; TTV; pola

napas; pergerakan dada; warna kulit; kuku; kulit; telinga; membrane mukosa hidung;

mulut; dan faring; tanda hipoksia; tanda hiperkarbia; bunyi napas bilateral; AGD;

toleransi aktivitas; adanya takikardia; dispnea; konfusi; kelelahan; dan sianosis.

10. Amati kulit wajah dengan sering dengan sering untuk mengetahui jika terdapat goresan

atau kelembapan.

11. Inspeksi peralatan secara teratur. Periksa volume kecepatan aliran oksigen dengan

ketinggian cairan steril pada humidifier dalam 30 menit dan ketika memberi perawatan

pada pasien.

12. Dokumntasikan hasil pengkajian, terapi yang diberikan dan data yang relevan dalam
dokumentasi keperawatan.

INSTRUMENT EVALUASI PENDOKUMENTASIAN

Nama mahasiswa : Yeni Hariani


NIM: 891211015
Tanggal Praktek:RSUD SAmbas

SKOR
NO KOMPONEN YANG DINILAI
1 2 3 4
A Laporan Pendahuluan (20%)
1 Kesesuaian sistematika penulisan
2 Kesesuaian lp dengan masalah klien
3 Ketepatan rumusan konsep gangguan
4 Kebenaran rumusan pathway
5 Kelengkapan diagnosa keperawatan
6 Ketepatan rumusan tujuan dan kriteria hasil
7 Ketepatan rumusan tindakan keperawatan
8 Rujukan daftar pustaka mutakhir

Nilai = ((Total Skor : 32) x 100) x 20%


B Laporan Resume Kasus (30%)
1 Kesesuaian sistematika penulisan
2 Ketepatan & kelengkapan data fokus
3 Ketepatan analisis data
4 Ketepatan rumusan pathway
Ketepatan dan kesesuaian rumusan diagnosa
5
keperawatan dengan kasus
6 Ketepatan rumusan fokus intervensi rasionalnya
Ketepatan pendokumentasian catatan keperawa-
7
tan
8 Ketepatan analisa respon perkembangan
Nilai = ((Total Skor : 32) x 100) x 30%
C Laporan Askep Kasus Kelolaan (ICU/ICCU/HCU) (50%)
1 Kesesuaian sistematika penulisan
2 Kelengkapan pengkajian data dasar
3 Ketepatan identifikasi data fokus
4 Ketepatan analisis data
5 Ketepatan rumusan pathway
Ketepatan dan kesesuaian rumusan diagnosa
6
eperawatan dengan kasus
Ketepatan penentuan prioritas diagnosa kepera-
7
watan
8 Ketepatan rumusan tujuan dan kriteria hasil
Ketepatan rumusan fokus intervensi dan rasio-
9
nalnya
Ketepatan pendokumentasian catatan keperawa-
10
tan
11 Ketepatan analisa respon perkembangan
12 Merumuskan rencana tindak lanjut
Nilai = ((Total Skor : 48) x 100) x 50%
D Analisa Ruang IGD (80%)
1 Ketepatan Primary Survey
2 Ketepatan Diagnosa Prioritas Gadar (Primer)
3 Ketepatan Tindakan Primer Gadar
4 Ketepatan Evaluasi dan Analisa Hasil Primer
5 Ketepatan Secondary Survey + Diagnostik
6 Ketepatan Diagnosa Prioritas Sekunder
7 Ketepatan Rencana Tindak Lanjut dan Rujukan
Nilai = ((Total Skor : 48) x 100) x 80%

TOTAL NILAI DOKUMENTASI IGD (A+D)

TOTAL NILAI DOKUMENTASI ICU/ICCU/HCU


(A+B+C)
Keterangan Rentang Nilai :1 =
Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
Pontianak, ....................... 2022
Penilai,

( ............................................ )
Lampiran 6

FORMAT PENILAIAN
CASE STUDY/ STUDENT ORAL CASE ANALYSIS (SOCA)

NAMA : yeni hariani KASUS :CAD NSTEMI


NIM :891211015 RUANGAN :ICCU

Nilai
No ASPEK YANG DINILAI
1 2 3 4
A. Kemampuan Analisis
1. Mampu menganalisi kasus secara sistematis
2. Mampu membuat alur pikir yang logis
3. Mampu mnejelaskan alasan klinis (reasoning) pada pernyataan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnose
keperawatan dan perencanaan.
B. Kemampuan Memahami Konsep Asuhan Keperawatan (berhubungan dengan
kasus)
4. Menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan
komplikasi
5. Menjelaskan penatalaksanaan keperawatan
6. Menjelaskan penatalaksanaan medis
7. Mengidentifikasi masalah keperawatan
C. Sikap dan penampilan
8. Kemampuan mengemukakan pendapat/argumentasi
9. Penampilan dan sikap teruji saat tanya jawab
10. Kemampuan menerima masukan
Nilai = (Jumlah x 100) : 40

Keterangan Rentang Nilai :


1 = Kurang
2 = Cukup Nilai :
3 = Baik
4 = Sangat Baik

Pontianak, ..................................................................................................................... 2022

( ............................................ )
Lampiran 7
FORMAT PENILAIAN PENAMPILAN KLINIK (SUPERVISI)
NAMA :yeni Hariani RUANGAN :ICCU
NIM :891211015
Penilaian
4
No. Kriteria 1 2 3
Baik
Cukup Sedang Baik
sekali
A. Persiapan
1. Mengkaji data subjektif dan objektif pasien/ keluarga
2. Merumuskan masalah keperawatan pasien/ keluarga
3. Merencanakan tindakan keperawatan untuk pasien
4. Merencanakan tindakan keperawatan untuk keluarga
B. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Mengucapkan salam
2. Melakukan evaluasi/ validasi masalah pasien/ keluarga
3. Membuat kontrak dengan pasien / keluarga
4. Mendiskusikan tentang masalah yang terjadi
5. Mendiskusikan cara-cara mengatasi masalah
6. Melatih pasien/ keluarga cara mengatasi masalah
7. Memberikan pujian atas keberhasilan pasien/ keluarga
8. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik
9. Mengevaluasi respon subjektif pasien / keluarga
10. Mengevaluasi respon objektif pasien / keluarga
11. Menganjurkan kegiatan lanjutan untuk pasien /
keluarga (jadwal kegiatan harian)
12. Melakukan kontrak pertemuan berikutnya dengan
pasien/keluarga
C. Dokumentasi asuhan keperawatan
1. Mendokumentasikan data hasil pengkajian
2. Mendokumentasian masalah keperawatan pasien/
keluarga
3. Mendokumentasikan tindakan keperawatan terhadap
pasien/ keluarga
4. Mendokumentasikan evaluasi kemampuan pasien/
keluarga (SOAP)
Total skor
NILAI AKHIR:
Nilai akhir = total skor x 100
80

Pontianak, ..................................................................................................................... 2022

( ............................................ )
INSTRUMENT PENILAIAN SIKAP MAHASISWA PRAKTEK PROFESI STIKES
YARSI PONTIANAK

NAMA MAHASISWA : YENI HARIANI

RUANG PRAKTEK :ICCU

Range
No Komponen yang dinilai Nilai Keterangan
nilai
A Komunikasi
1 Membina hubungan kepercayaan dengan klien 0 –4
2 Responsif terhadap klien 0 –4
3 Melakukan pendokumentasian dan pelaporan 0 –4
Askep
B Keterampilan dasar
1 Melakukan pengkajian (anamnesa, pemeriksaan 0 –4
fisik dan studi dokumenter)
2 Memberikan askep pada klien dan keluarga 0 –4
dengan baik
3 Melakukan tindakan pencegahan infeksi 0 –4
4 Menciptakan keamanan dan kenyamanan 0 –4
5 Menggunakan alat secara tepat guna 0 –4
6 Bereaksi cepat dan tepat sesuai kondisi klien 0 –4
C Perilaku profesional
1 Bersikap sopan dan santun 0 –4
2 Melakukan komunikasi pada klien dan keluarga 0 –4
secara terapeutik
3 Melakukan sikap tanggung jawab dan tanggung 0 –4
Gugat
4 Melmpertahankan etika keperwatan 0 –4
5 Menghargai hak asasi dan keunikan klien 0 –4
6 Mampu bekerjasama dan berpartisipasi dalam 0-4
kegiatan ruangan
Total skor
Total skor Pontianak, 2022
Nilai = x 100% =
60 ……………………………..

Anda mungkin juga menyukai