TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
NSTEMI (Non-ST Elevation Myocardial) didapatkan kerusakan pada plak lebih berat
dan menimbulkan oklusi yang lebih persisten dan berlangsung sampai lebih dari 1 jam. Pada
kurang lebih ¼ pasien NSTEMI, terjadi oklusi trombus yang berlangsung lebih dari 1 jam,
trombolisis terjadi spontan, resolusi vasokonstriksi dan koleteral memegang peranan penting
dalam mencegah terjadinya STEMI (Ainiyah, 2016).
4 | Kelompok Purkinje _ Pkkvtd 2022
Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI), dan ST-Elevation Myocardial
Infarction (STEMI). Lebih dari 90% SKA diakibatkan oleh rupturnya plak aterosklerosis,
sehingga terjadi agregasi trombosit dan pembentukan trombus coroner (Gayatri, Firmansyah,
S, & Rudiktyo, 2016).
Hiperkolesterolemia DM Merokok HT
Usia
3
Disfungsi Endotel
Viskositas Darah Metabolisme lemak Sel endotel rusak
Penurunan elastisitas PD Meningkat
Akumulasi LDL
ACS
NSTEMI STEMI
UAP Nyeri Dada Angina
Nyeri Dada Angina
Nyeri Dada Angina EKG ST Elevasi
EKG ST Depresi / T Inversi
EKG Normal Troponin (+)
Troponin (+)
Troponin (-)
Aliran darah Oksigen & Nutrisi Jaringan Miokard Iskemik Nekrosis (jika > 30menit) Infark Miokard
Metabolisme Anaerob
HF Kiri
Syok Dx : Gangguan sirkulasi
Kardiogenik spontan
Forward Failure Backward Failure Produksi Asam laktat
9 | Kelompok Purkinje _ Pkkvtd 2022
COP Bendungan pada atrium kiri Nyeri
Kematian Hipoksemia
Respon pernafasan
Gagal Ventilasi
Hiperventilasi
Ganggaun Difusi
Hipoksemia / Hiperkapnea
ACS
Intervensi
Metabolisme Anaerob
Kurang Pengetahuan
POST PCI
INTRA
Resti Infeksi
Aliran darah ke
ginjal ↓ Abnormal proses
penyembuhan luka
Dx: Gangguan
perfusi jaringan
Pseudoaneurisma
12 | Kelompok Purkinje _ Pkkvtdginjal
2022
Dx :Resti perdarahan
13 | Kelompok Purkinje _ Pkkvtd 2022
3.1.2 Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien NSTEMI, adalah:
1. Disfungsi ventrikuler
Setelah NSTEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial dalambentuk,
ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses
inidisebut remodeling ventikuler dan umumnya mendahului berkembangnya gagal
jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca infark.
2. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama kematian di
rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik
dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal ( 10 hari infark ) dan
sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi
jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.
3. Infark miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen yang berkepanjanga. Hal ini adalah respon letal terakhir terhadap
iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati setelah sekitar 20
menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini, kemampuan sel untuk
menghasilkan ATP secara aerobs lenyap dan sel tidak memenuhi kebutuhan energinya.
4. Aritmia : Karena insidens PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih sering didapat dan
dapat berpengaruh terhadap hemodinamik. Bila curah jantung dan tekanan darah turun
banyak, berpengaruh terhadap aliran darah ke otak, dapat juga menyebabkan angina,
gagal jantung.
5. Gagal Jantung : Gagal jantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu memompa darah
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrien tubuh. Gagal jantung
disebabkan disfungsi diastolik atau sistolik. Gagal jantung diastolik dapat terjadi dengan
atau tanpa gagal jantung sistolik. Gagal jantung dapat terjadi akibat hipertensi yang lama
(kronis). Disfungsi sistolik sebagai penyebab gagal jantung akibat cedera pada ventrikel,
biasanya berasal dari infark miokard (Novia, 2019).
2.1.5 Pencegahan
a. Perubahan life style (termasuk berhenti merokok dan lain-lain), penurunan BB,
penyesuaian diet, olahraga teratur dan lain-lain.
3.
Echo Cardiografi pada Pasien Non-ST Elevasi Miokardial Infark (Hamiluddin 2016)
a) Area Gangguan
2.1.7 Penatalaksanaan
Tatalaksana awal pasien dugaan SKA (dilakukan dalam waktu 10 menit):
a. Memeriksa tanda-tanda vital
b. Mendapatkan akses intra vena
c. Merekam dan menganalisis EKG
d. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
e. Mengambil sediaan untuk pemeriksaan enzim jantung, elektrolit serta pemeriksaan
koagulasi.
f. Mengambil foto rongten thorax (<30 menit).
EKG harus dilakukan segera dan dilakukan rekaman EKG berkala untuk mendapatkan
ada tidaknya elevasi segmen ST. Troponin T/I diukur saat masuk, jika normal diulang
6-12 jam kemudian. Enzim CK dan CKMB diperiksa pada pasien dengan onset < 6 jam
dan pada pasien pasca infark < 2minggu dengan iskemik berulang untuk mendeteksi
reinfark atau infark periprosedural.
Pasien perlu perawatan di rumah sakit,sebaiknya di unit intensif koroner, pasien perlu
diistirahatkan (bed rest), diberi penenang dan oksigen. Pemberian morfin atau petidin perlu
pada pasien yang masih merasakan sakit dada walaupun sudah mendapat nitrogliserin.
Terapi Medika Mentosa
1) Obat anti-iskemia
2. Gangguan elekrolit
4. Gagal ginjal
2) Perawat:
a) Menyiapkan pasien
d. Map besar untuk arsip laporan hasil cath/ PCI, report selama
tindakan berlangsung ( pada map sudah ada tulisan: Nama pasien,
umur, Dokter, jenis tindakan,tanggal dan Nomer ID)
e. Monitoring pressure dan gambaran EKG
Menurut Merriweather & Hoke (2012), area penusukan pada tindakan PCI
terdiri atas:
a. Arteri Femoralis
b. Arteri Brachialis
c. Arteri Radialis
3. Akut disritmia
4. Cardiac arest
5. Tamponade jantung
6. Hipotensi
9. Pseudoaneurisma
1. Inform consent
2. Anjurkan klien untuk puasa 4-6 jam sebelum tindakan (elektif PCI)
3. Observasi dan ukur tanda-tanda vital (perubahan EKG, tekanan
darah, HR, RR, dan saturasi O2)
4. Pemeriksaan penunjang
13. 4 jam post tindakan PCI, sheath boleh dicabut/aff oleh dokter jika nilai
ACT (Activating Clohting Time, nilai normal < 100 detik)
14. Dengan menggunakan sarung tangan steril dan prosedur steril, sheath
di aff dan dilakukan penekanan selama kurang lebih 10-15 menit
sampai dengan perdarahan berhenti
15. Beritahu kepada klien bahwa prosedur pencabutan sheath akan
dilakukan dan ajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mencegah
terjadinya reflek vagal
16. Observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,
saturasi oksigen), pulsasi arteri perifer, dan keluhan klien selama aff
sheath
17. Bila darah sudah tidak keluar, luka pungsi ditutup dengan kasa steril
dan verban elastic lalu diberi bantal steril
18. 6 jam post aff sheath klien baru diperbolehkan mobilisasi
19. Observasi daerah distal ekstremitas dan keadaan umum klien post aff
sheath (tekanan darah, nadi, irama ekg/perubahan gelombang EKG,
30 | Kelompok Purkinje _ Pkkvtd 2022
saturasi O2, pernapasan, nilai ureum dan kreatinin) dari adanya
komplikasi berupa perdarahan/hematoma, thrombosis, fistula
arteriovenosus, dan CIN (Contras Induce Nefropathy).
2. Gunakan sarung tangan bersih, letakkan tangan kiri diatas nichiband, dan beri
sedikit penekanan dengan kuat
a. Identitas
Identitas klien meliputi nama,umur,jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan,suku/bangsa, alamat, nomor register, tanggal MRS, dan diagnose
medis
b. Keluhan utama
Biasanya keluhan yang dirasakan adalah sesak nafas dan nyeri dada
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Alasan MRS
Menjelaskan keadaan klien sehingga klien berobat ke RS seperti:sesak nafas,
nyeri dada tidak hilang walaupun sudah istirahat
e. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Mempunyai riwayat penyakit jantung
2) Mempunyai riwayat vaskuler
3) Mempunyai riwayat penyakit DM
f. Riwayat kesehatan keluarga