Bab 3 Analisis Posisi Cabang (070817)
Bab 3 Analisis Posisi Cabang (070817)
Analisis Posisi dilakukan untuk mengukur kelebihan dan kelemahan yang dimiliki oleh Cabang Pelabuhan Panjang untuk
menjalankan proses bisnis serta melihat seberapa besar peluang cabang untuk dapat melakukan pengembangan bisnis
perusahaan.
Polaa nalisis yang dilakukan dengan pendekatan SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunites, dan Threats). Analisis
SWOT dimulai dengan melakukan identifikasi parameter-parameter yang akan mempengaruhi posisi dan keberlangsungan
operasional perusahaan, yang meliputi parameter internal (Internal Factor) maupun paremeter eksternal (Eskternal Factor).
Berikut ini beberapa parameter internal yang ada di Cabang Pelabuhan Panjang;
a. Status perusahaan sebagai BUMN dan BUP serta sebagai terminal operator
b. Pengalaman perusahaan di bidang pelayanan jasa kepealabuhanan yang ditunjang dengan alat dan fasilitas yang
memadai dan SDM yang handal.
c. Hinterland yang luas khususnya di bidang agrobisnis
d. Fleksibilitas dalam meraih pasar bongkar muat yang masih rendah
e. Belum memiliki dedicated berth untuk jenis kargo selain curah kering dan belum ada zonasi wilayah pelayanan
Pelabuhan berdasarkan jenis kargo.
Berikut ini beberapa parameter eksternal yang ada di Cabang Pelabuhan Panjang;
a. Pasar di bidang bongkar muat yang masih prosepektif khususnya untuk cargo curah kering
b. Kerjasama dengan setiap PBM sebagai tindaklanjut perjanjian konsesi dengan pemerintah akan menjadi sumber
pendapatan baru bagi pelabuhan Panjang.
c. Rencana konfigurasi lahan dan master plan dalam rangka optimalisasi
d. Hadirnya pesaing baru berupa TUKS yang bisa berstatus sebagai BUP yang dapat melayani barang-barang
umum.
e. Dibukanya jalanTol Sumatera yang melalui Bandar Lampung dapat mempengaruhi traffic kunjungan kapal /arus
barang dari/ dan ke Pelabuhan Panjang.
31 3. ANALISIS POSISI CABANG BUSINESS PLAN
CABANG PELABUHAN PANJANG
B. ANALISIS SWOT
Dari hasil identifikasi parameter-parameter internal kemudian dilakukan pemetaan untuk mengelompokan parameter
kedalam sisi Strengths dan sisi Weaknesses. Adapun parameter-parameter eksternal dipetakan kedalam sisi Opportunites
dan sisi Threats. Untuk mengidentifikasi parameter-pamater yang akan berdampak signifikan bagi cabang, selanjutnya
dilakukan pembobotan dan penilaian untuk setiap parameter. Berikut ini disajikan table pemetaan dan pembobotan
parameter-parameter internal dan eksternal kedalam 4 sisi yang berbeda (Strengths, Weaknesses, Opportunites,
danThreats).
Tabel 3.1
PEMETAAN DAN PEMBOBOTAN PARAMETER INTERNAL
Weighted
Internal Strategic Factors Weight Rating
Score
1 2 3 4
Strengths
Status perusahaan sebagai BUMN dan BUP serta sebagai terminal operator 25% 5,00 1,25
Pengalaman perusahaan di bidang pelayanan jasa kepelabuhanan yang
20% 5,00 1,25
ditunjang dengan alat dan fasilitas yang memadai serta SDM yang handal.
Hinterland yang luas khususnya di bidang agrobisnis 15% 10,00 1,50
Weaknesses
Fleksibilitas dalam meraih pasar bongkar muat yang masih
20% 15,00 3,00
rendah
Belum memiliki dedicated berth untuk jenis cargo lain, selain
curah kering dan belum ada zonasi wilayah pelayanan 20% 10,00 2,00
pelabuhan berdasarkan jenis cargo
Tabel 3.2
PEMETAAN DAN PEMBOBOTAN PARAMETER EKSTERNAL
External Strategic Factors Weight Rating Weighted
32 3. ANALISIS POSISI CABANG BUSINESS PLAN
CABANG PELABUHAN PANJANG
Score
1 2 3 4
Opportunities
Pasar di bidang bongkar muat yang masih prospektif khususnya untuk
15% 5,00 0,75
cargo curah kering.
Kerjasama dengan setiap PBM sebagai tindak lanjut perjanjian konsesi
dengan Pemerintah akan menjadi sumber pendapatan baru bagi pelabuhan 15% 10,00 1,50
panjang
Rekonfigurasi lahan dan masterplan dalam rangka optimalisasi. 15% 5,00 0,75
Dibangunnya jalan Tol Sumatera yang melalui Bandar Lampung dapat
mempengaruhi traffik kunjungan Kapal/arus barangdari /dan ke Pelabuhan
15% 10,00 1,50
Panjang.
Threats
Hadirnya pesaing baru berupa TUKS yang bisa berstatus sebagai BUP
15% 10,00 1,50
yang dapat melayani barang-barang umum
Regulasi terhadap Reklamasi 10% 10,00 1,00
Dilarang beroperasinya truck batubara ke wilayah Provinsi Lampung 15% 10,00 1,50
Total Scores 100%
Dari hasil pemetaan dan pembobotan parameter-parameter diatas diketahui bahwa terdapat beberapa parameter yang
signifikan mempengaruhi posisi cabang, yaitu parameter dengan Weighted Score tertinggi pada masing-masing kelompok
SWOT.
Tabel 3.3
PETA SWOT CABANG PANJANG
1. Status perusahaan sebagai BUMN dan BUP serta sebagai terminal operator.
STRENGTHS (+) 2. Pengalaman perusahaan di bidang pelayanan jasa kepelabuhanan yang ditunjang dengan
alat dan fasilitas yang memadai serta SDM yang handal.
3. Hinterland yang luaskhususnya di bidangagrobisnis.
1. Pasar di bidang bongkar muat yang masih prospektif khususnya untuk cargo curah
OPPORTUNITIE kering.
S (+) 2. Kerjasama dengan setiap PBM sebagai tindak lanjut perjanjian konsesi dengan
Pemerintah akan menjadi sumber pendapatan baru bagi pelabuhan panjang.
3. Rencana rekonfigurasi lahan dan masterplan dalam rangka optimalisasi lahan dan
peningkatan pelayanan.
4. Dibangunnya jalan Tol Sumatera yang melalui Bandar Lampung dapat mempengaruhi
traffik kunjungan Kapal/arus barang dari/dan ke Pelabuhan Panjang.
5.
1. Hadirnya pesaing baru berupa TUKS yang bisa berstatus sebagai BUP yang dapat
THREATS
Hasil (–) kemudian akan
analisis SWOT melayani
menjadi
barang-barang
arahan/rekomendasi
umum. untuk penyiapan program strategis dalam rangka
2. Regulasi terhadap Reklamasi
memaksimalkan kekuatan dan peluang yang dimiliki untuk melakukan pengembangan bisnis serta mengelola kekurangan
3. Dilarang beroperasinya truck batubara ke wilayah Provinsi Lampung
dan ancaman sehingga tidak menghambat upaya-upaya dalam pencapaian target cabang Panjang.
Analisis product mapping digunakan untuk mengetahui posisi setiap segmen usaha. Analisa product mapping meliputi
setiap jenis pelayanan jasa seperti jasa petikemas, general Cargo, dry bulk( Bag Cargo), Curah Cair dan Curah Kering. Pada
bagian dibawah ini ditunjukan volume kargo yang dilayani oleh Cabang Pelabuhan Panjang baik kargo petikemas maupun
non-petikemas.
Grafik 3.5
VOLUME KARGO PETIKEMAS
120,000
104,518
100,000
80,000
2011
57,347 2012
60,000
BOX
2013
2014
2015
40,000
27,187
20,000 13,038
6,946
-
Full 20" Full 40" Empty 20" Empty 40" BOX
Total kargo petikemas di dermaga umum Pelabuhan Panjang pada tahun 2015 mencapai 104.518 Box. Komposisi petikemas
dengan volume terbanyak di tahun 2015 adalah 20ft full dengan 57.347 Box diikuti oleh 20ft empty sebesar 27.187 Box dan
40 ft full sebesar 13.038 Box.
Grafik 3.6
VOLUME KARGO NON-PETIKEMAS
34 3. ANALISIS POSISI CABANG BUSINESS PLAN
CABANG PELABUHAN PANJANG
8,000,000
7,000,000
6,000,000
5,000,000
2011
2012
TONASE
4,000,000 2013
2014
3,000,000 2015
2,000,000
1,000,000
-
GC BC CC CK TOTAL
Dari grafik throughput petikemas diatas terlihat bahwa volume kargo petikemas yang melalui Pelabuhan Panjang
menunjukan tren yang positif sejak 5 tahun terakhir. Hal tersebut selain disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah
produksi cargo agrobisnis di Provinsi Lampung yang bedampak pada peningkatan consumer goods juga diakibatkan oleh
meningkatnya kepercayaan pengguna jasa untuk menggunakan jasa pelabuhan Panjang sebagai pelabuhan tujuan ekspor
maupun Impor. Kondisi tersebut didukung oleh kemampuan pelabuhan Panjang dalam menghadirkan layanan yang
prima, fasilitas, peralatan yang memadai khususnya dengan diterapkanya aplikasi OPUS dan NBS system karena dapat
mempercepat pelayanan bagi Pelanggan Petikemas pelabuhan Panjang.
Adapun penurunan volume yang terjadi pada komoditas barang baik General cargo, Bag cargo, curah cair dan curah
kering di terminal konvesional lebih diakibatkan karena adanya sebaran pelayanan barang ke DUKS, TUKS di area
pelabuhan Panjang sehingga produksi barang di dermaga umum mengalami penurunan, namun dengan pelayanan
Batubara yang telah dilayani Pelabuhan Panjang di awal tahun 2017 diharapkan adanya peningkatan yang signifikan akan
produksi barang khususnya Batubara di Pelabuhan Panjang.
2. RENCANA STRATEGIS
Sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan kepada pengguna jasa ditengah kompetisi bisnis transportasi yang cukup
kompetitif dan kondisi ekonomi yang belum stabil. Pelabuhan Panjang telah dan akan melakukan upaya-upaya perbaikan
(improvement) dalam segala aspek yang diharapkan akan menambah kapasitas serta kapabilitas pelabuhan dalam
menangkap peluang bisnis yang masih terbuka lebar. Berikut ini beberapa rencana pengembangan yang akan dilakukan
untuk peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan jasa kepelabuhanan:
Dermaga E
3) Pembangunan Terminal Curah Cair
4) Pengembangan Terminal Curah Kering Pangan
5) Pembangunan Terminal Curah Kering non pangan : Pembangunan Lapangan
Penumpukan Curah Kering.
KEUANGAN 1) Mengubah system pembayaran kegiatan oleh mitra dari metode Utip/Uper ke
CMS untuk memudahkan kegiatan transaksi.
PROPERTI 1) Optimalisasi pemanfaatan lahan HPL dari pola sewa lahan dengan pendekatan
metode throughput minimum sehingga diharapkan meningkatkan pendapatan dari
kegiatan pemanfaatan lahan HPL tsb.
3. ISU INTERNAL
a) Harapan Shareholder
a. Pemegang Saham: belum tercapainya target KPI Perusahaan
b. Pegawai: dari survey kepuasan pegawai diperoleh fakta bahwa prioritas kepuasan pegawai adalah penghasilan,
pola pengembangan karir, program pensiun, bonus dan fasilitas kesehatan.
b. Terdapat backlog kesiapan fasilitas, sarana kapal tunda, peralatan bongkar muat dan kualitas & kuantitas SDM.
c. Peran anak perusahaan untuk meningkatkan mutu pelayanan dan fokus pada pelanggan khususnya kesiapan
Peralatan Bongkar Muat belum seluruhnya terealisasi.
b. Penerapan IT perlu keselarasan dengan bisnis proses dan ketentuan sehingga diperlukan perbaikan/penyesuaian
secara berkesinambungan.
b. Masih terdapat gap kinerja dan perilaku personil dalam melayani dan memenuhi harapan pengguna jasa.
e) Kepemimpinan
a. Pemimpin sebagai role model dan system komunikasi struktural yang masih perlu ditingkatkan.
1.
2.
3.
D. OVERVIEW LINGKUNGAN EKSTERNAL
1.
2.
3.
1.
2.
3.
3.1.
Apabila dilihat dari segi sektor usaha seperti yang telah diulas pada Bab I point B bagian hinterland, sektor usaha dengan
kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Lampung adalah sektor usaha pertanian/agrikultur yang menyumbang 32% dari
total PDRB Lampung tahun 2015, diikuti oleh sektor industri pengolahan/manufaktur dengan 18%, dan perdagangan dengan
12%.
Sektor dengan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun tertinggi adalah sektor listrik dan gas yang tumbuh 9,5% per tahun
selama periode 2010-2015, diikuti oleh sektor transportasi dengan tingkat pertumbuhan sebesar 9% per tahun pada periode
yang sama.
Untuk sektor agrikultur, tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 4,2% selama 2010-2015, sektor pertambangan tumbuh sebesar
6,3%, sementara sektor manufaktur tumbuh dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 6,8% per tahun selama 2010-
2015. Tabel di bawah ini menunjukan beberapa produksi komoditas Provinsi Lampung.
Grafik 3.3
PRODUKSI KELAPA SAWIT PROVINSI LAMPUNG
37 3. ANALISIS POSISI CABANG BUSINESS PLAN
CABANG PELABUHAN PANJANG
Tingginya Kabupaten/Kota dengan produksi kelapa sawit tertinggi pada tahun 2014 adalah Lampung Tengah yang berjarak
kurang lebih 95 km dari Pelabuhan Panjang dengan jumlah produksi sebesar 126,7 ribu ton, diikuti oleh Kabupaten Way
Kanan dengan produksi sebesar 87,6 ribu ton.
Di sekitar Pelabuhan Panjang, Kabupaten/Kota dengan produksi kelapa sawit tertinggi adalah Pringsewu dengan 44 ribu
ton, diikuti oleh Lampung Selatan dengan 40 ribu ton.
Grafik 3.4
Kabupaten/Kota dengan produksi karet tertinggi pada tahun 2013 adalah Way Kanan yang berjarak kurang lebih 180
km dari Pelabuhan Panjang dengan jumlah produksi sebesar 22,8 ribu ton, diikuti oleh Kabupaten Tulang Bawang Barat
dengan produksi sebesar 8,9 ribu ton.
Di sekitar Pelabuhan Panjang, Kabupaten/Kota dengan produksi karet tertinggi adalah Lampung Selatan dengan 6,4 ribu
ton, diikuti oleh Pesawaran dengan 4 ribu ton.
Grafik 3.5
PRODUKSI KOPI PROVINSI LAMPUNG
38 3. ANALISIS POSISI CABANG BUSINESS PLAN
CABANG PELABUHAN PANJANG
Kabupaten/Kota dengan produksi kopi tertinggi pada tahun 2013 adalah Lampung Barat yang berjarak kurang lebih
215 km dari Pelabuhan Panjang dengan jumlah produksi sebesar 52,5 ribu ton, diikuti oleh Tanggamus dengan produksi
sebesar 30,7 ribu ton.
Di sekitar Pelabuhan Panjang, Kabupaten/Kota dengan produksi kopi tertinggi adalah Pringsewu dengan 7,9 rib ton,
diikuti oleh Pesawaran dengan 3,5 ribu ton.
Terdapat beberapa rencana proyek pengembangan yang akan dilaksanakan di Provinsi Lampung yaitu :
PEMBANGUNAN JALAN TOL BAKAUHENI-TERBANGGI BESAR
Hal ini juga akan berdampak pada kelancaran distribusi barang di pulau Sumatera. Dengan adanya jalur tol tersebut juga
berpotensi untuk menumbuhkan investasi industri di wilayah Lampung dengan melihat kondisi ketersediaan lahan untuk
industri di pulau Jawa yang semakin padat. Pembangunan industri di wilayah Lampung memliki potensi untuk
meningkatkan distribusi barang melalui Pelabuhan Panjang.
Adanya rencana exit tol trans sumatera pada daerah Lematang akan mendukung akses ke Pelabuhan Panjang melalui Jalan
Insinyur Sutami dan Jalan Soekarno Hatta. Terlebih lagi, Jalan Soekarno Hatta direncanakan oleh PUPR untuk dilakukan
pelebaran.
Terminal Barang
Rajabasa
Exit/Entry Tol Lematang Exit/Entry Tol Lematang
Rencana
Terminal
Sutami
Tipe C
Pelabuha
n Panjang
Stasiun
Taraha
n
Termin
Jalan Sutami al
Stasiun
Ketibun Exit/Entry Tol Sidomulyo
Transit
±20 km g Termin
Sidorej
al o
Sidorej
Tol Trans Sum
o
1.1.
1.2.
3. ISU EKSTERNAL
a) Regulasi
UU Pelayaran Nomor 17 Tahun 2008tentang Pelayaran membawa perubahan signifikan terhadap struktur administrasi
kepelabuhan di Indonesia. Peraturan itu memisahkan fungsi regulator dengan operator pelabuhan, sehingga menciptakan
otoritas pelabuhan baru yang mengambil alih beberapa fungsi yang sebelumnya dimiliki Pelindo. UU No. 17 Tahun 2008
tentang Pelayaran menghapus monopoli PT Pelindo (Persero) II di pelabuhan komersial dan membuka peluang bagi
operator lain, termasuk dari sektor swasta.
Perubahan peran PT Pelindo (Persero) II menjadi Operator Pelabuhan dan dengan semakin terbukanya persaingan membuat
PT Pelindo (Persero) II harus mengambil langkah-langkah strategik untuk mempertahankan dan mengembangkan bisnis,
baik optimalisasi internal PT Pelindo (Persero) II, bersinergi dengan sesama BUMN dan melakukan kerjasama bisnis
dengan pihak swasta dalam dan luar negeri
Peraturan Pemerintah No. 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan: Hierarki Kepelabuhanan sebagai penegas
pemisahan fungsi operator dan regulator.
UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah: Pemda berkeinginan untuk berpartisipasi dalam mengelola
pelabuhan dan mendapat kontribusi langsung dari pengelolaan pelabuhan serta menuntut adanya keselarasan penataan
pelabuhan dengan RUTR/RUTW Pemda.