0
EXECUTIVE SUMMARY
1
1. Progress Program Fleet Safety & Security Improvement Program 2021
Menindaklanjuti Break Trough Project 2019 improvement Sistem Road Trafic Safety yang
diinisiasi dari fungsi Supply & Distribution dan Fungsi HSSE di 2 lokasi yaitu FT Ujung Berung
dan FT Kertapati melalui peningkatan ketentuan mengendara, , supervisi & monitoring sistem
kinerja Awak Mobil Tangki, peningkatkan fitur teknologi (DVR & GPS) untuk mengawasi AMT
dengan memasang CCTV dan optimalisasi fitur GPS ; penerapan 12 jam kerja dan single
driver untuk distribusi BBM dengan kriteria tertentu.
Selanjutnya pada tahun 2020, dilakukan replikasi program pada 44 unit lokasi fuel terminal
dengan tetap melakukan kontrol 20 item pemantauan yang terbagi dalam 6 pilar. Dengan
penerapan Program Fleet Management Safety Improvement yang diimplementasikan mulai
2019 trend insiden mengalami penurunan. Berikut terkait fokus program untuk pengendalian
Bevahiour AMT kondisi insiden aktif menurun 55,4%. Trend Road Incident Rate (RAR) yaitu
jumlah insiden MT dalam 1.000.000 KM dibandingkan dengan Total Jarak jangkauan MT
mengalami penurunan hingga 0,16 di Tahun 2020
49
109
146
65
2019 2020
Aktif Pasif
Pada tahun 2021 Program Fleet Management Safety Improvement menambah replikasi
program di 15 Fuel Terminal sehingga menjadi total 59 Lokasi Kerja dengan perincian sebagai
berikut :
14
12
10 9
8 7 7
6
6 5 5
4
4
2
0
SUMBAGUT SUMBAGSEL JBB JBT JATIM KALIMANTAN SULAWESI MALUKU
BALINUS PAPUA
2
Dengan bertambahnya jumlah replikasi fuel terminal yang mengimplementasikan program
road traffic safety & security improvement program, untuk mempermudah proses pelaporan
dan monitroing, pada bulan maret 2021 telah dilakukan launching platform Online reporting
dan dashboard moitroing melalui www.pertaminafleetsafety.com.
Hingga saat ini total pengguna / accout user mulai dari RTSO, SS/HO Lokasi, IT/FT , PIC
Region dan Pusat berjumlah 199 User ( Diluar user sebagai guest). Adapun proses pelaporan
online reporting hingga output dashboad monitoring mengikuti alur proses sebagai berikut :
3
Adapun otorisasi dari masing – masing user account
Untuk selanjunya setelah masing – masing user di masing – masing lokasi dan regional
melakukan proses inputing dan review / verifikasi hingga ke end user ( HSSE dan S&D Pusat)
maka akan dapat tampil di dashbboad monitoring untuk 6 pilar ( 19 item kontrol pemanauan
( Berikut contoh tampilan dashbboad performance RTSS Bulan Juli dai Region Jatim Balinus).
Pemantauan dashboard dapat diakses setelah melakukan proses sign up dan setelah proses
pendaftaran terverifikasi / tervalidasi oleh admin.
4
2. Trend Insiden TW I dan TW II Tahun 2021 Kecelakaan Transporasi Produk
BBM
Dari data statistik insiden Subholding Commercial & Trading hingga periode triwulan II 2021,
kecelakaan transportasi produk masih menempati peringkat tertinggi dari keseluruhan insiden
yang terjadi dan mengalami penurunan apabila dibandingkan YTD TW2 dengan periode tahun
sebelumnya 2021 (penurunan 16,5%).
51
44
28 25 32 29
9 13 8 9 5 2 0 1
Kec. Insiden L. LOPC/ Kerusakan Kec. Kerja Kebakaran/ Medical Kec. Trans
Transportasi Penyalur Kebocoran Property Ledakan Illness non produk
Produk
Sedangkan dari jenis armada, Angkutan kendaraan BBM juga memiliki urutan terbanyak
meskipun dari perbandingan statistik insiden YTD TW2 2021 mengalami penurunan bila
dibbandingkan pada periode yang sama dengan tahun sebelumnya ( penurunan rate insiden
12,5%)
Berikut terlampir analisa khusus dari jenis insiden, muatan, pengelola MT, Penyebab dan
nilai angka RAR (Road Accident Rate)
5
Dari data pareto penyebab dasar Laka Lantas Jenis Aktif Mobil Tanki BBM Triwulan I & II
tahun 2021, Fatique (kelelahan) dan kurangnya konsentrasi menyadi penyebab terbesar
6
3. Analisa Data Program Fleet Safety dihubungkan dengan Data Insiden
Dari hasil investigasi dan analisa data lebih lanjut dari program Fleet Safety & Security Improvement
program, bahwa trend penyebab insiden terbesar fatique – kurang konsentrasi adalah disebabkan
salah satunya adalah perihal belum terpenuhinya tingkat kehadiran AMT ( terdapat gap 11 %) yang
berimplikasi pada penambahan waktu kerja ( kesesuaian 12 jam kerja hanya 64 %).
Terdapat gap 36 % melebihi 12 jam kerja ini dikarenakan , AMT yang hadir / masuk harus menggantikan
AMT yang tidak masuk untuk melakukan proses operasional pengiriman distribusi ( mencegah LO
outstanding / memenuhi MS2) sehingga waktu berkendarnya / ritase nya menjadi bertambah.
94% 98%
89%
64%
Berikut contoh monitoring dari salah satu kasus kecelakaan di FT Boyolali setelah dilakukan investigasi
lebih lanjut dikarenakan microsleep ( kelelahan). Dari data SIOD menunjukkan crew availabitlity AMT
harian (grafik biru) belum memenuhi jumlah AMT minimal yang dibutuhkan untuk operasional (garis
kuning)
7
Kekurangan tersebut disebabkan AMT yang seharusnya terjadwal namun AMT tsb absen ( sakit, tanpa
keterangan dll) . Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penambahan waktu operasional dari AMT
yang hadir utk memback up operasional agar tidak outstanding Jam Kerja Over ( seharusnya AMT
sdh dapat istirahat namun harus melakukan pengiriman lagi utk memback up AMT yg Absen) Untuk
case di FT boyolali rate AMT absen bulan juli 12 %. Dari data AMT Delivering Non Schedule ( AMT
Yang Libur/ Tidak tejadwal namun tetap masuk kerja) sebesar 13 % . Dari kondisi tersebut
menyebabkan waktu istirahat AMT berkurang..
Berikut analisa Fault Tree Analysis dari kondisi fatique yang disebabkan tidak terpenuhinya jumlah AMT
harian :
Rekomendasi Upaya Tindak Lanjut Perbaikan Terkait Ketersediaan AMT Ops Harian
1. Melakukan perhitungan kebutuhan Jumlah AMT Minimal Harian dan Upaya Pemenuhannya
hingga 100 % Memenuhi Minimal Operasi
2. Tim Fleet melakukan monitor kehadiran AMT harian, mengupdate dan mereview kondisi AMT
yang tidak hadir hingga memberikan punishment atau konsekuensi yang tegas bila ditengarai
melakukan indisipliner / tidak hadir tanpa keterangan.
8
3. Tim Fleet memberikan consequence secara bertahap ( mulai dari coaching dan surat
peringatan bila AMT terkindikasi tetap melaukan indisipliner / tidak hadir) dan menegaskan
kembali kepada 4P selaku pengelola dan penyedia AMT.
4. Tim Fleet melakukan monitor dan control secara kontinue / tiap jam terkait pemenhan Plan Vs
Distribusi, Status Pemenuhan RTH dan mengoptimalkan AMT stand by agar Operasional dapat
berjalan tanpa mengabaikan jam kerja dari AMT ( Balancing Working Load).
5. Tim Fleet bersama 4P mengevalusi lebih detail penyebab ketidakhadiran setiap AMT yang
sudah terjadwal. Sehingga dengan diperoleh penyebab ketidakhadiran dapat dilakukan
alternatif solusi yang lebih baik ( beberapa kasus AMT domisili jauh dari Fuel terminal sehingga
bisa dimutasikan ke lokasi Fuel terminal yang lebih dekat dengan domosili) atau dengan
melakukan peminjaman AMT dari FT yang lebih rendah thrugput ke lokasi yang masih tinggi
throuputnya.
Dari hasil pemantauan dan implementasi single driver di 59 lokasi kerja, secara umum sudah
melaksanakan implementasi single driver dimulai dari pemilihan driver & MT, pemilihan lokasi MT,
penyusunan hazard mapping dan implemntasi hasil mapping dengan hasil sebagai berikut :
Adapun lokasi yang masih belum menerapkan hasil road hazard maping ke SPBU tujuan adalah
lokasi FT Lahat, FT. Lubuk Linggau, FT Baturaja , FT Ampenan, FT Kendari,
9
3.3 Pilar 3 : Monitoring & Coaching AMT
Secara umum sudah dilakukan monitoring & coaching AMT di 59 lokasi kerja dan dilaporkan secara
berkala melalui program Fleet Safety Improvement dan melalui platform www.pertaminafleetsafety.com
Masih terdapat 1 lokasi yang secara definitif belum terdapat RTSO yaitu FT. Tanjung Pandan Regional
Sumbagsel.
98%
96%
91%
Dari 59 lokasi yang mengimplementasikan program Fleet Safety & Security Improvement program, .
terdapat beberapa lokasi yang masih belum secara 100% terpasang GPS Full Fitur di mobil tangki
dengan rekapitulasi sebagai berikut :
Untuk rekapitulasi dari masing – masing fitur GPS yang aktif/ terbaca dan non aktif/ tidak terbaca sbb :
Jumlah Lokasi
Jenis Output GPS Sdh Terbaca Belum Terbaca
Over speeding: 60
km/jam (75 km/jam toll) 54 5
Hars Breake: 22 26 33
km/jam/dt = 0,6 G15
Hars Accelerate: 30 29
km/jam/dt
Harsh Corner = 0,42
: 0.2GG 29 30
Idling: > 7 mnt 49 10
Geofence: Black zone 54 5
10
Berikut rekapitulasi driving behavour berikut status GPS Fitur untuk masing – masing regional :
11
5. Regional Jawa Timur dan Nusa Tenggara
Berikut terlampir data rekapitulasi data 19 Item pemantauan untuk 59 lokasi dari 8 regional yang
termonitor dalam program RTSS :
12
Regiona Sumbagut
No Indikator Keterangan Sumber Data Dumai Kijang Group Lhoksumawe Medan Group Sei Siak Sibolga Teluk Kabung
1 Tingkat kehadiran AMT rata-rata 20 hari / bulan (based on shift 4 : 2) Tingkat kehadiran AMT > 95% / Bln SIOD 98% 100% 101% 81% 75% 90% 60%
Tingkat kehadiran kedisiplinan AMT (based on jadwal delivery
2 Rasio jadwal delivery : realisasi SIOD 98% 100% 88% 104% 74% 89% 70%
harian)
3 Kecukupan driver (AMT 1) Rasio eksisting : ratio KPI S&D KPI S&D & SIOD 100% 100% 97% 96% 87% 108% 86%
4 Kesesuaian kerja AMT 12 jam Prosentase Driver bekerja < 12 jam SIOD 28% 57% 6% 37% 30% 62% 11%
0
Region Sumbagsel
No Indikator Keterangan Sumber Data Kertapati Panjang Jambi pangkal Balam Pulai Baai Lahat Lubuk Linggau Baturaja T. Balam
1 Tingkat kehadiran AMT rata-rata 20 hari / bulan (based on shift 4 : 2) Tingkat kehadiran AMT > 95% / Bln SIOD 73% 75% 64% 100% 93% 96% 100% 80% 100%
Pencapaian Rata-rata 90% 62% 88% 92% 48% 63% 44% 55% 50%
1
Region Jawa Bagian Barat
No Indikator Keterangan Sumber Data Balongan Cikampek Jakarta Padalarang Tanjung Gerem Tasikmalaya Ujung Berung
https://drive.go
Penerapan 12 Jam Kerja AMT Sumber Data ogle.com/drive/
1 Tingkat kehadiran AMT rata-rata 20 hari / bulan (based on shift 4 : 2) Tingkat kehadiran AMT > 95% / Bln SIOD 60% 72% 83% 87% 87% 90% 86%
Tingkat kehadiran kedisiplinan AMT (based on jadwal delivery
2 Rasio jadwal delivery : realisasi SIOD 91% 90% 82% 89% 87% 90% 85%
harian)
3 Kecukupan driver (AMT 1) Rasio eksisting : ratio KPI S&D KPI S&D & SIOD 100% 100% 96% 100% 100% 100% 97%
4 Kesesuaian kerja AMT 12 jam Prosentase Driver bekerja < 12 jam SIOD 47% 99% 94% 30% 100% 39% 100%
2
Region Jawa Bagian Barat
No Indikator Keterangan Sumber Data Balongan Cikampek Jakarta Padalarang Tanjung Gerem Tasikmalaya Ujung Berung
https://drive.go
Penerapan 12 Jam Kerja AMT Sumber Data ogle.com/drive/
1 Tingkat kehadiran AMT rata-rata 20 hari / bulan (based on shift 4 : 2) Tingkat kehadiran AMT > 95% / Bln SIOD 60% 72% 83% 87% 87% 90% 86%
Tingkat kehadiran kedisiplinan AMT (based on jadwal delivery
2 Rasio jadwal delivery : realisasi SIOD 91% 90% 82% 89% 87% 90% 85%
harian)
3 Kecukupan driver (AMT 1) Rasio eksisting : ratio KPI S&D KPI S&D & SIOD 100% 100% 96% 100% 100% 100% 97%
4 Kesesuaian kerja AMT 12 jam Prosentase Driver bekerja < 12 jam SIOD 47% 99% 94% 30% 100% 39% 100%
3
Region Jawa Bagian Tengah
Penerapan 12 Jam Kerja AMT Sumber Data Klik disini Klik disini Klik disini Klik disini Klik disini
1 Tingkat kehadiran AMT rata-rata 20 hari / bulan (based on shift 4 : 2) Tingkat kehadiran AMT > 95% / Bln SIOD 90% 92% 88% 97% 90%
Tingkat kehadiran kedisiplinan AMT (based on jadwal delivery
2 Rasio jadwal delivery : realisasi SIOD 86% 93% 92% 96% 88%
harian)
3 Kecukupan driver (AMT 1) Rasio eksisting : ratio KPI S&D KPI S&D & SIOD 102% 103% 106% 99% 105%
4 Kesesuaian kerja AMT 12 jam Prosentase Driver bekerja < 12 jam SIOD 60% 78% 100% 87% 87%
4
Region Jatim Balinus
No Indikator Keterangan Sumber Data Ampenan Badas Bima Camplong Ende Madiun Malang Manggis
Penerapan 12 Jam Kerja AMT Sumber Data Klik disini Klik disini Klik disini Klik disini Klik disini Klik disini Klik disini Klik disini
1 Tingkat kehadiran AMT rata-rata 20 hari / bulan (based on shift 4 : 2) Tingkat kehadiran AMT > 95% / Bln SIOD 91% 75% 109% 106% 100% 100% 100% 88%
Pencapaian Rata-rata 79% 97% 70% 84% 79% 81% 79% 83%
5
Region Jatim Balinus
No Indikator Keterangan Sumber Data Maumere Reo Sanggaran Surabaya Tanjung Wangi Tenau Tuban Waingapu
Penerapan 12 Jam Kerja AMT Sumber Data Klik disini Klik disini Klik disini Klik disini Klik disini Klik disini Klik disini Klik disini
1 Tingkat kehadiran AMT rata-rata 20 hari / bulan (based on shift 4 : 2) Tingkat kehadiran AMT > 95% / Bln SIOD 67% 104% 82% 100% 100% 113% 100% 100%
Tingkat kehadiran kedisiplinan AMT (based on jadwal delivery
2 Rasio jadwal delivery : realisasi SIOD 96% 97% 84% 84% 99% 100% 100% 100%
harian)
3 Kecukupan driver (AMT 1) Rasio eksisting : ratio KPI S&D KPI S&D & SIOD 100% 91% 94% 98% 100% 100% 100% 93%
4 Kesesuaian kerja AMT 12 jam Prosentase Driver bekerja < 12 jam SIOD 66% 79% 82% 53% 89% 58% 87% 100%
Pencapaian Rata-rata 75% 56% 91% 76% 84% 77% 83% 81%
6
Region Kalimatan
1 Tingkat kehadiran AMT rata-rata 20 hari / bulan (based on shift 4 : 2) Tingkat kehadiran AMT > 95% / Bln SIOD 75% 93% 96% 78%
7
Region Sulawesi
No Indikator Keterangan Sumber Data Bitung Donggal Kendari Makassar Palopo Pare-Pare
8
Regional Maluku Papua
https://drive.go
Penerapan 12 Jam Kerja AMT Sumber Data https://drive.go ogle.com/drive/
ogle.com/drive/
1 Tingkat kehadiran AMT rata-rata 20 hari / bulan (based on shift 4 : 2) Tingkat kehadiran AMT > 95% / Bln SIOD 97% 98% 80% 83%
9
4. Rencana Replikasi Program RTSS Untuk kendaraan LPG Skid Tank
Menindaklanjuti dari data dan trend insiden di kendaraan LPG Skid Tank Hingga TW II diperlukan upaya untuk melakukan monitoring dan
proses pemantauan behaviour AMT, fatique management dan kontroling terkait aspek teknis kendaraan.
10
Dikarenakan skema pengelolaan transportasi Skid LPG didominasi ( 85%) dari Transportir pola tarif / milik SPBE dan SPPBE oleh karenanya pola montirongnya
dengan menambahkan / menghire RTSO dan diupdate progress data pelaporannya melalui platform www.pertaminafleetsafety.com .
11
Dengan tugas tanggung jawab dan keweangan dari masing – masing pihak sebagai berikut :
12
13
Berikut terkait item kontrol yang akan dimonitor pada program RTSS Kendaraan Skid LPG sebanyak 12 item kontrol pemantauan.
14
Rencana timeline implementasi pelaksanaan implementasi replikasi program Fleet Safety RTSS di Kendaraan LPG dengan Pilot Project di LPG Terminal Makasar
Bosowa ( Regional Sulawesi) dan LPG Terminal Pangkalan Susu (Regional Sumbagut).
15