Anda di halaman 1dari 18

RANCANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR: ... TAHUN …

TENTANG

PENDIDIKAN JARAK JAUH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : Dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia No.


                    20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional perlu menetapkan
                    Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Jarak Jauh.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945.


                  2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
                      tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Lembaran Negara tahun 2003
                      No.78; Tambahan Lembaran Negara No.4301

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


                     TENTANG PENDIDIKAN JARAK JAUH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

1. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan
pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi,
informasi, dan media lain.
2. Peserta didik pendidikan jarak jauh adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui program pendidikan jarak jauh pada jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan tertentu.

3. Sumber belajar adalah sarana, narasumber, teknik, lingkungan, bahan ajar, dan media
yang dimanfaatkan oleh peserta didik dalam proses pembelajaran jarak jauh.

4. Bahan ajar adalah kemasan materi pembelajaran yang dikembangkan sebagai bahan yang
dapat dipelajari secara mandiri dan dimanfaatkan dalam proses pembelajaran jarak jauh.

5. Teknologi komunikasi, informasi, dan media lain adalah sarana interaksi yang digunakan
dalam pendidikan jarak jauh untuk proses pembelajaran secara timbal balik di antara
penyelenggara pendidikan, pendidik dan peserta didik.

6. Belajar mandiri adalah kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik secara mandiri baik
secara perorangan maupun kelompok dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar.
7. Sistem operasional adalah sistem layanan administrasi dan akademik yang mencakup
layanan registrasi, distribusi, bantuan belajar, dan ujian.

8. Proses pembelajaran jarak jauh adalah interaksi antara peserta didik, pendidik, sumber
belajar, dan pengelola pendidikan dengan memanfaatkan berbagai teknologi komunikasi,
informasi, dan media lainnya.

9. Pengelola pendidikan jarak jauh adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan


pendidikan jarak jauh yang berbentuk badan hukum pendidikan.

10. Tutor adalah pendidik yang berperan memberikan bantuan akademik dan konseling kepada
peserta didik dalam pembelajaran.

11. Tutorial adalah salah satu bentuk layanan bantuan belajar yang dapat dilakukan baik
secara tatap muka dan/atau melalui pemanfaatan teknologi komunikasi, informasi, dan
media lainnya.

12. Praktik adalah latihan keterampilan penerapan teori dengan atau tanpa pengawasan
langsung dari tutor sesuai dengan kurikulum.

13. Praktikum adalah tugas terstruktur yang berhubungan dengan validasi fakta atau hubungan
antar-fakta yang dilaksanakan di laboratorium, sesuai dengan kurikulum.

14. Evaluasi pendidikan jarak jauh adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan
mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan jarak jauh.

15. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan nasional.

BAB II

PRINSIP PENDIDIKAN JARAK JAUH

Pasal 2

(1) Pendidikan jarak jauh dilaksanakan berdasarkan prinsip pendidikan terbuka, individual, dan
berbasis teknologi pendidikan.
(2) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan pada berbagai jenjang, jalur, dan jenis pendidikan
dimana peserta didik terpisah dari pendidik dan belajar secara mandiri, terstruktur, dan terbimbing
dengan menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media
lain.
(3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dengan sistem operasional berbasis teknologi
komunikasi, informasi, dan media lain dalam bentuk layanan registrasi, distribusi bahan ajar,
bantuan belajar, dan ujian.

Pasal 3

(1) Kurikulum pada program pendidikan jarak jauh mengacu pada struktur kurikulum masing-
masing jalur, jenjang, jenis, dan satuan pendidikan yang relevan dan standar nasional pendidikan.
(2) Bahan ajar dikembangkan dengan menerapkan prinsip teknologi pembelajaran, dan disajikan
berdasarkan prinsip belajar tuntas.
(3) Pembelajaran mengutamakan proses belajar mandiri dengan dukungan layanan bantuan belajar
mencakup tutorial, praktik, praktikum, dan konseling serta beragam sumber belajar yang
memanfaatkan teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
(4) Evaluasi hasil belajar menitik beratkan pada penilaian pencapaian kompetensi berdasarkan
prinsip belajar tuntas.

Pasal 4
(1) Proses pembelajaran dalam pendidikan jarak jauh diselenggarakan secara interaktif melalui
korespondensi, radio/audio, TV/video, telepon, program komputer, jaringan komputer, dan/atau
media lain.
(2) Pendayagunaan berbagai media sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
tepat guna sesuai kondisi dan kebutuhan proses pembelajaran.

Pasal 5

(1) Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan dalam modus pengorganisasian tunggal (single
mode), ganda (dual mode), atau konsorsium.
(2) Pengorganisasian pendidikan jarak jauh modus tunggal berbentuk satuan pendidikan yang
menyelenggarakan program pendidikan hanya secara jarak jauh.
(3) Pengorganisasian modus ganda berbentuk satuan pendidikan yang menyelenggarakan program
pendidikan baik secara tatap muka maupun jarak jauh.
(4) Pengorganisasian modus konsorsium berbentuk jejaring penyelenggaraan pendidikan jarak jauh
secara kolaboratif atau kerja sama secara lintas satuan pendidikan dengan lingkup wilayah nasional
dan/atau internasional.
(5) Struktur organisasi satuan pendidikan jarak jauh ditentukan berdasarkan modus, cakupan, dan
sistem operasional yang diterapkannya.

Pasal 6

(1) Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan dengan cakupan pendidikan berbasis mata
pelajaran, program studi/pendidikan, atau satuan pendidikan.
(2) Cakupan pendidikan berbasis mata pelajaran terbatas untuk satu atau beberapa mata pelajaran
atau mata kuliah.
(3) Cakupan pendidikan berbasis program studi/pendidikan terbatas untuk satu program
studi/pendidikan secara utuh.
(4) Cakupan pendidikan berbasis satuan pendidikan mencakup penyelenggaraan pendidikan jarak
jauh secara penuh pada satu satuan pendidikan.

BAB III

PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH JARAK JAUH

Fungsi dan Satuan Pendidikan

Pasal 7

Pendidikan jarak jauh pada jenjang pendidikan dasar dan menengah berfungsi memberikan
pendidikan umum, kejuruan dan/atau keagamaan dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
nasional.

Pasal 8

Pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dikembangkan dengan modus tunggal, ganda, atau
konsorsium secara nasional atau regional oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
masyarakat.

Peserta Didik

Pasal 9

(1) Peserta didik pada jenjang pendidikan dasar untuk SD atau MI jarak jauh terbuka untuk semua
tanpa persyaratan pendidikan, untuk SMP atau MTs jarak jauh adalah lulusan SD, MI, atau yang
sederajat, sedangkan untuk SMA, MA, SMK, MAK jarak jauh adalah lulusan SMP, MTs, atau yang
sederajat.
(2) Peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dapat pindah ke satuan
pendidikan yang sederajat sesuai persyaratan penerimaan pada satuan pendidikan yang dimasuki,
baik dalam satu daerah maupun antar daerah.

Kurikulum dan Beban Belajar

Pasal 10

(1) Kurikulum untuk pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai satuan pendidikan, potensi peserta didik dan daerah yang diwujudkan dalam
keragaman materi pembelajaran, sistem penyajian, sistem penilaian, dan sumber bahan ajar,
sesuai dengan potensi daerah dan kemampuan peserta didik.
(2) Struktur kurikulum pendidikan dasar dan menengah jarak jauh terdiri atas:

a. kelompok pendidikan keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;


b. kelompok pendidikan kewarganegaraan dan kepribadian;

c. kelompok pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi;

d. kelompok pendidikan estetika;

e. kelompok pendidikan jasmani dan kesehatan.

(3) Proporsi kelompok pendidikan untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau yang sejenis
yang diselenggarakan dengan sistem pendidikan jarak jauh ditentukan berdasarkan kebutuhan
masing-masing satuan pendidikan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Pasal 11

(1) Beban belajar untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah jarak jauh diperhitungkan dengan
menggunakan satuan kredit semester (SKS).
(2) Beban belajar untuk SD dan MI jarak jauh sebanyak 60 sampai 80 SKS:

a. Kelas 1 dan 2 sebanyak maksimal 20 SKS.

b. Kelas 3 sampai dengan kelas 6 sebanyak maksimal 60 SKS.

(3) Beban belajar untuk SMP, MTs, atau yang sederajat jarak jauh sebanyak 80 sampai 90 SKS.
(4) Beban belajar untuk SMA, MA, SMK, MAK, atau yang sederajat jarak jauh sebanyak 90 sampai
100 SKS
(5) Beban belajar setiap SKS terdiri atas tutorial, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur dengan proporsi sebagai berikut:

a. Untuk SD dan MI, atau yang sederajat, kegiatan tutorial 60%, penugasan terstruktur 20%,
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur 20%.
b. Untuk SMP dan MTs, atau yang sederajat, kegiatan tutorial 50%, penugasan terstruktur
25%, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur 25%.

c. Untuk SMA, MA, SMK, MAK, atau yang sederajat, kegiatan tutorial 40%, penugasan
terstruktur 30%, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur 30%.

(6) Proporsi beban belajar per SKS sebagaimana dimaksud pada ayat (5) disesuaikan dengan
karakteristik matapelajarn dan satuan pendidikan.

Proses Pembelajaran
Pasal 12

(1) Proses pembelajaran pada pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dilakukan peserta didik
melalui tutorial, tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur secara perseorangan
dan/atau kelompok pada waktu dan tempat yang ditentukan secara fleksibel oleh peserta didik.
(2) Tutorial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara tatap muka atau melalui
media diselenggarakan secara berkala oleh penyelenggara dengan menggunakan sumber belajar
yang tersedia pada satuan pendidikan yang sejenis, perpustakaan publik yang berbasis teknologi
komunikasi, informasi, dan media lain.
(3) Tugas terstruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan praktik
dan praktikum yang diselenggarakan di laboratorium sekolah penyelenggara dan/atau dengan
memanfaatkan sarana dan lingkungan yang tersedia dalam masyarakat atau multi media
elektronik.
(4) Kegiataan mandiri tidak terstruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui
kegiatan membaca, diskusi, membuat karya tulis, unjuk kerja, dan kegiatan lain yang sejenis
secara perorangan atau kelompok.

Evaluasi

Pasal 13

Evaluasi pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dilaksanakan melalui evaluasi hasil belajar dan
evaluasi program pendidikan.

Pasal 14

(1) Evaluasi hasil belajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dilakukan oleh
pendidik untuk menentukan ketuntasan belajar dan kelulusan.
(2) Evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar dilakukan melalui ulangan harian, ujian tengah
semester, dan ujian akhir semester.
(3) Evaluasi untuk menentukan kelulusan dilakukan dengan memperhatikan hasil evaluasi
ketuntasan belajar dan ujian akhir program.

Pasal 15

(1) Evaluasi program pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dilakukan dalam bentuk evaluasi
pelaksanaan kurikulum, kinerja pendidik dan tenaga kependidikan, serta kinerja satuan pendidikan
sebagai suatu keseluruhan dalam rangka pembinaan, dan pengembangan.
(2) Evaluasi program pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dilakukan oleh pemerintah,
masyarakat, dan/atau organisasi profesi secara profesional sebagai proses akreditasi.

Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pasal 16

(1) Pendidik pada pendidikan dasar dan menengah jarak jauh adalah guru, tutor, fasilitator, dan
konselor.
(2) Pendidik pada pendidikan dasar dan menengah jauh minimal berijazah Sarjana kependidikan
atau nonkependidikan sesuai bidang studi dan memiliki sertifikat kompetensi sesuai kewenangan
mengajar, memberikan tutorial, fasilitasi, atau konseling, serta sehat jasmani dan rohani sehingga
tidak memiliki hambatan yang mengganggu pelaksanaan tugasnya.

Pasal 17

(1) Tenaga kependidikan pada pendidikan dasar dan menengah jarak jauh mencakup pengembang
instruksional, ahli media, ahli evaluasi, pengelola jaringan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber
belajar.
(2) Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki kualifikasi minimum
sarjana atau memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya.

Sarana dan Prasarana

Pasal 18

(1) Sarana dan prasarana pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah jarak jauh harus
berbasis teknologi komunikasi, informasi, dan media lain serta sesuai dengan standar nasional
pendidikan dan standar keamanan komunikasi dan informasi.
(2) Sarana dan prasarana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan oleh
penyelenggara dalam bentuk pusat sumber belajar dan tempat kegiatan belajar untuk melayani
kebutuhan belajar peserta didik.
(3) Penyelenggara satuan pendidikan dasar dan menengah jarak jauh berkewajiban untuk
mengembangkan sistem operasional dengan dukungan jaringan penyiaran radio/TV, dan/atau
jaringan komputer secara mandiri atau konsorsium.
(4) Izin penyiaran radio/TV untuk penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah jarak jauh
diberikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang penyiaran atas usul Menteri.

Pengelolaan, Pembiayaan, dan Pengawasan

Pasal 19

(1) Pengelolaan pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dengan modus tunggal dilakukan oleh
satuan pendidikan dengan cakupan wilayah nasional, provinsi, atau kabupaten.
(2) Pengelolaan pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dengan modus ganda dan konsorsium
dilakukan oleh satuan pendidikan dengan cakupan wilayah kabupaten/kota.
(3) Pengelolaan satuan pendidikan dasar dan menengah jarak jauh sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) dilakukan oleh penyelenggara pendidikan berstatus badan hukum pendidikan
(BHP).
(4) Pengelolaan pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dilaksanakan berdasarkan prinsip
manajemen berbasis sekolah.
(5) Pengelolaan pendidikan dasar dan menengah jarak jauh oleh masyarakat wajib berkoordinasi
dengan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

Pasal 20

(1) Pembiayaan bagi penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dalam rangka
pelaksanaan wajib belajar ditanggung oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan subsidi kepada penyelenggara pendidikan
dasar dan menengah jarak jauh dalam bentuk hibah sesuai statusnya sebagai satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat.
(3) Pengalokasian dana pemerintah dan pemerintah daerah yang diberikan kepada satuan
pendidikan dasar dan menengah jarak jauh yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat
menggunakan satuan biaya sesuai kebutuhan penyelenggaraan pendidikan jarak jauh.

Pasal 21

(1) Pemerintah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan semua program dan kegiatan
pendidikan dasar dan menengah jarak jauh untuk mencapai standar nasional pendidikan.
(2) Masyarakat melalui Dewan Pendidikan melakukan pengawasan atas penyelenggaraan
pendidikan dasar dan menengah jarak jauh sesuai kewenangannya.

Pendirian dan Akreditasi

Pasal 22
(1) Pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dengan modus tunggal, modus ganda atau
konsorsium dapat didirikan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dan/atau masyarakat
berdasarkan standar nasional pendidikan.
(2) Pendirian satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah jarak jauh harus
memenuhi persyaratan berikut:

a. mempunyai sumber daya manusia untuk merancang, menyusun, memproduksi,


menyebarluaskan, dan melaksanakan pendidikan jarak jauh;
b. memiliki dukungan operasional pendidikan jarak jauh serta jaringan kerja sama dengan
pihak terkait;

c. memiliki unsur penunjang untuk melaksanakan proses manajerial pendidikan dasar dan
menengah jarak jauh;

d. memiliki perhitungan proyeksi ketersediaan calon siswa yang menunjukkan minimal ada
satu rombongan belajar untuk setiap kelas;

e. memiliki pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan;

f. memiliki sumber dana tetap untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan pendidikan;

g. memiliki sarana dan prasarana tutorial;

h. berbentuk badan hukum pendidikan.

(3) Pemberian dan pencabutan izin satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah jarak jauh dilakukan oleh Menteri atau Menteri lain sesuai kewenangannya.

Pasal 23

(1) Akreditasi satuan pendidikan dasar menengah jarak jauh dilakukan oleh pemerintah dan/atau
lembaga mandiri untuk menentukan kelayakan sekolah dan dilakukan atas prakarsa sendiri.
(2) Akreditasi terhadap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah jarak jauh
mencakup:

a. Kurikulum dan proses pembelajaran;


b. Administrasi dan manajemen;

c. Organisasi kelembagaan;

d. Sarana dan prasarana;

e. Ketenagaan;

f. Pembiayaan;

g. Peserta didik;

h. Peran serta masyarakat;

i. Lingkungan/kultur pendidikan.

(3) Akreditasi satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah jarak jauh dilakukan
oleh badan yang dibentuk Pemerintah dan/atau lembaga akreditasi mandiri yang berwenang.
BAB IV

PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUH

Fungsi dan Satuan Pendidikan

Pasal 24

Pendidikan tinggi jarak jauh berfungsi memberikan pendidikan akademik dan/atau profesi dan/atau
vokasi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pasal 25

(1) Pendidikan tinggi jarak jauh dapat diselenggarakan dengan modus tunggal, modus ganda atau
konsorsium secara nasional atau internasional oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau
masyarakat dalam bentuk universitas, institut, akademi, politeknik, dan sekolah tinggi.
(2) Program pendidikan tinggi jarak jauh dapat diselenggarakan untuk program diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor, serta program pendidikan berkelanjutan (continuing education).

Peserta Didik

Pasal 26

(1) Peserta didik pada pendidikan tinggi jarak jauh adalah lulusan pendidikan menengah, atau yang
sederajat.
(2) Peserta didik pendidikan tinggi jarak jauh dapat pindah ke satuan pendidikan yang sederajat
sesuai persyaratan penerimaan pada satuan pendidikan yang dimasuki, baik dalam satu daerah,
antar daerah, atau secara internasional.

Kurikulum dan Beban Belajar

Pasal 27

(1) Kurikulum dan bahan ajar untuk pendidikan tinggi jarak jauh dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai satuan pendidikan, potensi peserta didik dan daerah yang diwujudkan dalam
keragaman materi pembelajaran, sistem penyajian, sistem penilaian, dan sumber bahan ajar,
sesuai dengan potensi daerah dan kemampuan peserta didik.
(2) Struktur kurikulum pendidikan tinggi jarah jauh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
atas:

a. kelompok pendidikan keimanan dan ketakwaan, dan kepribadian;


b. kelompok pendidikan keahlian dalam salah satu atau integrasi beberapa disiplin ilmu
pengetahuan dan/atau teknologi dan/atau seni;

c. kelompok pendidikan prilaku berkarya dalam bidang keahliannya;

d. kelompok pendidikan pendukung keahlian;

e. kelompok pendidikan berkehidupan bermasyarakat.

(3) Proporsi kelompok pendidikan untuk perguruan tinggi jarak jauh ditentukan oleh masing-maing
perguruan tinggi berdasarkan standar nasional pendidikan.

Pasal 28
(1) Beban belajar untuk pergurun tinggi jarak jauh diperhitungkan dengan menggunakan satuan
kredit semester (SKS).
(2) Beban belajar program sarjana minimal 144 (seratus empat puluh empat) dan maksimal 160
(seratus enam puluh) SKS.
(3) Beban belajar program pendidikan magister minimal 36 (tigapuluh enam) SKS dan maksimal 50
(lima puluh) SKS sesudah program sarjana.
(4) Beban belajar program pendidikan doktor minimal 48 (empat puluh delapan) dan maksimal 60
(enam puluh) SKS sesudah program magister.
(5) Beban belajar program pendidikan profesi (Spesialis I) minimal 36 (tiga puluh enam) SKS dan
maksimal 50 (lima puluh) SKS sesudah program sarjana.
(6) Beban belajar program pendidikan profesi (Spesialis II) minimal 48 (empat puluh delapan) SKS
dan maksimal 60 (enam puluh) SKS sesudah program Spesialis I.

Proses Pembelajaran

Pasal 29

(1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan tinggi jarak jauh dilakukan peserta didik secara
perseorangan dan/atau kelompok pada waktu dan tempat yang ditentukan secara fleksibel oleh
peserta didik.
(2) Tutorial pada satuan pendidikan tinggi jarak jauh diselenggarakan secara berkala oleh
penyelenggara dengan menggunakan metode tatap muka dan/atau melalui media serta sumber
belajar yang tersedia pada satuan pendidikan yang sejenis, perpustakaan publik yang berbasis
teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
(3) Praktik dan praktikum dalam pendidikan tinggi jarak jauh diselenggarakan di laboratorium
perguruan tinggi penyelenggara dan/atau dengan memanfaatkan sarana praktik dan praktikum
yang tersedia dalam masyarakat berdasarkan prinsip kemitraan dan/atau dalam bentuk multi
media.

Evaluasi Hasil Belajar dan Ujian Akhir

Pasal 30

Pengendalian mutu pendidikan tinggi jarak jauh dilaksanakan melalui evaluasi hasil belajar, evaluasi
program pendidikan, dan akreditasi program pendidikan.

Pasal 31

(1) Evaluasi hasil belajar pada satuan pendidikan tinggi jarak jauh dilakukan untuk menentukan
kelulusan mata kuliah dan kelulusan program pendidikan tinggi yang dilaksanakan melalui ujian
akhir dalam bentuk ujian komprehensif tertulis dan/atau tugas akhir program atau ujian skripsi
untuk sarjana, atau tesis untuk magister, atau disertasi untuk doktor.
(2) Evaluasi program pendidikan tinggi jarak jauh dilakukan dalam bentuk evaluasi pelaksanaan
kurikulum, kinerja pendidik dan tenaga kependidikan, serta kinerja satuan pendidikan sebagai suatu
keseluruhan dalam rangka pembinaan, pengembangan, dan proses akreditasi.
(3) Evaluasi program pendidikan tinggi jarak jauh dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat
secara profesional sebagai proses akreditasi.

Tenaga Kependidikan

Pasal 32

(1) Tutor program diploma minimal berijazah sarjana, tutor program sarjana minimal berijazah
magister, tutor program magister berijazah doktor, dan tutor program doktor berijazah doktor atau
guru besar sesuai dengan bidang ilmu/teknologi/seni yang ditutorkannya.
(2) Tutor sehat jasmani dan rohani sehingga tidak memiliki hambatan yang dapat mengganggu
pelaksanaan tugasnya.
(3) Tutor diambil dari dosen perguruan tinggi dan/atau lembaga pendidikan mitrakerja.
Pasal 33

(1) Tenaga kependidikan untuk pendidikan tinggi jarak jauh lainnya mencakup pengembang
instruksional, ahli media, ahli pengujian, pengelola jaringan, konselor, pustakawan, laboran, dan
teknisi sumber belajar.
(2) Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki kualifikasi minimum
sarjana dan kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya.

Sarana dan Prasarana

Pasal 34

(1) Sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan tinggi jarak jauh harus berbasis
teknologi komunikasi, informasi, dan media lain serta sesuai dengan standar nasional pendidikan
dan standar keamanan komunikasi dan informasi.
(2) Penyelenggara satuan pendidikan tinggi jarak jauh berkewajiban untuk mengembangkan sistem
operasional dengan dukungan jaringan radio/TV pemancar, dan jaringan komputer secara mandiri.
(3) Izin penyiaran radio/TV untuk penyelenggaraan pendidikan tinggi jarak jauh diberikan oleh
Menteri yang bertanggungjawab di bidang penyiaran atas usul Menteri.

Pengelolaan, Pembiayaan, dan Pengawasan

Pasal 35

(1) Pengelolaan pendidikan tinggi jarak jauh dengan modus tunggal dan ganda dilakukan oleh
perguruan tinggi penyelenggara.
(2) Pengelolaan pendidikan tinggi jarak jauh dengan modus konsorsium dilakukan oleh salah satu
perguruan tinggi yang berkolaborasi sebagai penyelenggara.
(3) Pengelolaan pendidikan tinggi jarak jauh dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi perguruan
tinggi.
(4) Pengelola pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) wajib berkoordinasi
dengan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

Pasal 36

(1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan subsidi kepada penyelenggara pendidikan
tinggi jarak jauh dalam bentuk hibah (block grant) sesuai statusnya sebagai satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat.
(2) Pengalokasian dana pemerintah dan pemerintah daerah yang diberikan kepada satuan
pendidikan tinggi jarak jauh yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat menggunakan
satuan biaya sesuai kebutuhan penyelenggaraan pendidikan jarak jauh.

Pasal 37

(1) Pemerintah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan semua program dan kegiatan
pendidikan tinggi jarak jauh sebagai upaya pengendalian mutu untuk mencapai standar nasional
pendidikan.
(2) Masyarakat melalui Dewan Pendidikan melakukan pengawasan atas penyelenggaraan
pendidikan tinggi jarak jauh sesuai kewenangannya.

Pendirian dan Akreditasi

Pasal 38

(1) Pendidikan tinggi jarak jauh dengan modus tunggal, modus ganda, atau modus konsorsium
dapat diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
(2) Pendirian satuan pendidikan tinggi jarak jauh harus memenuhi standar pelayanan minimal
yaitu:

a. mempunyai sumber daya manusia untuk merancang, menyusun, memproduksi,


menyebarluaskan, dan melaksanakan pendidikan jarak jauh;
b. memiliki dukungan operasional pendidikan jarak jauh serta jaringan kerja sama dengan
pihak terkait;

c. memiliki unsur penunjang untuk melaksanakan proses manajerial pendidikan jarak jauh.

d. memiliki perhitungan proyeksi ketersediaan calon peserta didik yang menunjukkan minimal
ada satu rombongan belajar untuk setiap program studi.

e. memiliki pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan;

f. memiliki sumber dana tetap untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan pendidikan;

g. memiliki sarana dan prasarana tutorial;

h. berbentuk badan hokum pendidikan.

(3) Izin pendirian satuan pendidikan tinggi jarak jauh diberikan oleh Menteri atau Menteri lain
sesuai kewenangannya.

Pasal 39

(1) Akreditasi pendidikan tinggi jarak jauh dilakukan oleh pemerintah dan/atau lembaga mandiri
untuk menentukan kelayakan pendidikan tinggi tersebut dan dilakukan atas prakarsa sendiri.
(2) Akreditasi terhadap satuan pendidikan tinggi jarak jauh mencakup:

a. Kurikulum dan proses pembelajaran;


b. Administrasi dan manajemen;

c. Organisasi kelembagaan;

d. Sarana dan prasarana;

e. Ketenagaan;

f. Pembiayaan;

g. Peserta didik;

h. Peran serta masyarakat;

i. Lingkungan/kultur pendidikan.

(3) Akreditasi pendidikan tinggi jarak jauh dilaksanakan oleh lembaga akreditasi mandiri
berdasarkan sistem dan mekanisme yang ditetapkan oleh badan akreditasi pendidikan tinggi.

BAB V

PENDIDIKAN NONFORMAL JARAK JAUH


Fungsi dan Satuan Pendidikan

Pasal 40

Pendidikan nonformal jarak jauh berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional, pengembangan sikap,
pendalaman spiritualitas keagamaan, dan pengembangan kepribadian nasional.

Pasal 41

Pendidikan nonformal jarak jauh diselenggarakan dalam lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim serta satuan pendidikan
lain yang sejenis.

Peserta Didik

Pasal 42

(1) Peserta didik pada pendidikan nonformal jarak jauh adalah anggota masyarakat tanpa mengenal
batas usia yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
(2) Peserta didik pada pendidikan nonformal jarak jauh dapat pindah ke satuan pendidikan tatap
muka yang setara sesuai persyaratan penerimaan pada satuan pendidikan yang dimasuki, baik
dalam satu daerah maupun antar daerah.

Kurikulum dan Bahan Ajar Mandiri

Pasal 43

(1) Kurikulum pendidikan nonformal mencakup program:

a. pendidikan keagamaan;
b. pendidikan kecakapan hidup;

c. pendidikan anak usia dini;

d. pendidikan kepemudaan;

e. pendidikan pemberdayaan perempuan;

f. pendidikan keaksaraan;

g. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

h. pendidikan kesetaraan.

(2) Bahan ajar untuk masing-masing program pendidikan memuat materi dan proses sesuai dengan
tujuan masing-masing program, yang masing-masing programnya dikemas dalam paket yang dapat
berisi beberapa mata pelajaran.

Pasal 44

(1) Kurikulum berdiversifikasi pada program nonformal jarak jauh diwujudkan dalam keragaman
materi pembelajaran, sistem penyajian, sistem penilaian, dan sumber bahan ajar, sesuai dengan
potensi daerah dan kemampuan peserta didik serta standar nasional kompetensi lulusan.
(2) Silabus dan bahan ajar dikembangkan berdasarkan standar kompetensi yang ditetapkan dan
pengembangannya dilakukan oleh satuan pendidikan.

Proses Pembelajaran

Pasal 45

(1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan nonformal jarak jaiuh dilakukan peserta didik
secara perseorangan dan/atau kelompok pada waktu dan tempat yang ditentukan secara fleksibel
oleh peserta didik.
(2) Tutorial pada satuan pendidikan nonformal jarak jauh diselenggarakan secara berkala oleh
penyelenggara menggunakan sumber belajar yang tersedia pada satuan pendidikan yang sejenis,
perpustakaan publik yang berbasis teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.
(3) Praktik dan praktikum dalam pendidikan nonformal jarak jauh diselenggarakan di laboratorium
penyelenggara dan/atau dengan memanfaatkan sarana praktik dan praktikum yang tersedia dalam
masyarakat berdasarkan prinsip kemitraan.

Evaluasi Hasil Belajar dan Ujian Akhir

Pasal 46

Pengendalian mutu pendidikan nonformal jarak jauh dilaksanakan melalui evaluasi hasil belajar,
evaluasi program pendidikan, dan akreditasi program pendidikan.

Pasal 47

(1) Evaluasi hasil belajar pada satuan pendidikan nonformal jarak jauh program kesetaraan
dilakukan untuk kenaikan kelas/tingkat dan ujian akhir jenjang pendidikan.
(2) Evaluasi hasil belajar pada program pendidikan nonformal jarak jauh selain pendidikan
kesetaraan diatur oleh masing-masing penyelenggara.

Pasal 48

(1) Evaluasi program pendidikan nonformal jarak jauh dilakukan dalam bentuk evaluasi
pelaksanaan kurikulum, kinerja pendidik dan tenaga kependidikan, serta kinerja satuan pendidikan
sebagai suatu keseluruhan dalam rangka pembinaan, pengembangan, dan proses akreditasi.
(2) Evaluasi program pendidikan nonformal jarak jauh dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat
secara profesional.

Tenaga Kependidikan

Pasal 49

(1) Tutor pada program pendidikan nonformal jarak jauh program kesetaraan minimal berijazah D-
III dalam bidang studi dan/atau bidang keahlian yang relevan dan/atau memiliki sertifikat
kompetensi mengajar pada program pendidikan nonformal.
(2) Tutor pada program pendidikan nonformal jarak jauh sehat jasmani dan rohani sehingga tidak
memiliki hambatan yang mengganggu pelaksanaan tugasnya.
(3) Tutor pada program pendidikan nonformal jarak jauh diambil dari instruktur pada pusat
pendidikan dan pelatihan kerja dan/atau guru-guru dan/atau tenaga ahli/praktisi dalam dunia
industri dan/atau tenaga ahli lokal dalam masyarakat.

Pasal 50

(1) Tenaga kependidikan nonfromal jarak jauh lainnya mencakup pamong belajar, instruktur,
pengembang instruksional, ahli media, ahli pengujian, pengelola jaringan, konselor, pustakawan,
laboran, dan teknisi sumber belajar.
(2) Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki kualifikasi minimum
sarjana dan kompetensi sesuai dengan bidang pekerjaannya.

Sarana dan Prasarana

Pasal 51

(1) Sarana dan prasarana pendidikan pada satuan pendidikan nonformal jarak jauh program
kesetaraan berbasis teknologi komunikasi, informasi, dan media lain serta sesuai dengan standar
nasional pendidikan serta standar keamanan komunikasi dan informasi.
(2) Penyelenggara satuan pendidikan nonformal jarak jauh berkewajiban untuk mengembangkan
sistem operasional dengan dukungan jaringan radio/TV pemancar, dan jaringan komputer secara
mandiri atau konsorsium.
(3) Izin penyiaran radio/TV untuk penyelenggaraan pendidikan nonformal jarak jauh diberikan oleh
Menteri yang bertanggungjawab di bidang penyiaran atas usul Menteri.

Pengelolaan, Pembiayaan, dan Pengawasan

Pasal 52

(1) Pengelolaan pendidikan nonformal jarak jauh dengan modus tunggal dilakukan oleh
penyelenggara pendidikan pada tingkat nasional.
(2) Pengelolaan pendidikan nonformal jarak jauh dengan modus ganda dan konsorsium dilakukan
oleh penyelenggara pada tingkat satuan pendidikan.
(3) Pengelolaan pendidikan nonformal jarak jauh dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi.
(4) Pengelola pendidikan nonformal jarak jauh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
wajib berkoordinasi dengan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

Pasal 53

(1) Pembiayaan bagi penyelenggaraan pendidikan nonformal jarak jauh dalam rangka pelaksanaan
wajib belajar ditanggung oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
(2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan subsidi kepada penyelenggara pendidikan
nonformal jarak jauh dalam bentuk hibah (block grant) sesuai statusnya sebagai satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat.
(3) Pengalokasian dana subsidi pemerintah dan pemerintah daerah yang diberikan kepada satuan
pendidikan nonformal jarak jauh yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat
menggunakan satuan biaya sesuai kebutuhan penyelenggaraan pendidikan jarak jauh.

Pasal 54

(1) Pemerintah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan semua program dan kegiatan
pendidikan nonformal jarak jauh agar sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(2) Masyarakat melalui Dewan Pendidikan melakukan pengawasan atas penyelenggaraan
pendidikan nonformal jarak jauh sesuai kewenangannya.

Pendirian dan Akreditasi

Pasal 55

(1) Pendidikan nonformal jarak jauh untuk modus tunggal atau modus ganda atau konsorsium
dapat diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dan/atau masyarakat
berdasarkan standar nasional pendidikan.
(2) Pendirian satuan pendidikan nonformal jarak jauh harus memenuhi standar pelayanan minimal
yaitu:
a. mempunyai sumber daya manusia untuk merancang, menyusun, memproduksi,
menyebarluaskan, dan melaksanakan pendidikan jarak jauh;
b. memiliki dukungan operasional pendidikan jarak jauh serta jaringan kerja sama dengan
pihak terkait; dan

c. memiliki unsur penunjang untuk melaksanakan proses manajerial pendidikan nonformal


jarak jauh.

d. memiliki pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan;

e. memiliki sumber dana tetap untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan pendidikan;

f. memilki tempat tutorial;

(3) Izin pendirian satuan pendidikan nonformal jarak jauh diberikan oleh Menteri atau Menterai lain
sesuai kewengannya.

Pasal 56

(1) Akreditasi program pendidikan nonformal jarak jauh dilakukan oleh pemerintah dan/atau
lembaga mandiri untuk menentukan kelayakan pendidikan dan dilakukan atas prakarsa sendiri.
(2) Akreditasi terhadap satuan pendidikan nonformal jarak jauh mencakup:

a. Kurikulum dan proses pembelajaran;


b. Administrasi dan manajemen;

c. Organisasi kelembagaan;

d. Sarana dan prasarana;

e. Ketenagaan;

f. Pembiayaan;

g. Peserta didik;

h. Peran serta masyarakat;

i. Lingkungan/kultur pendidikan.

(3) Akreditasi satuan pendidikan nonformal jarak jauh dilaksanakan oleh lembaga akreditasi mandiri
berdasarkan sistem dan mekanisme yang ditetapkan oleh badan akreditasi pendidikan nonformal.

BAB VI

PENDIDIKAN INFORMAL JARAK JAUH

Fungsi dan Satuan Pendidikan

Pasal 57

Pendidikan informal jarak jauh berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan
pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional, pengembangan sikap, pendalaman
spiritualitas keagamaan, dan pengembangan kepribadian nasional.
Pasal 58

Pendidikan informal jarak jauh diselenggarakan dalam pendidikan keluarga, kelompok pendengar,
pembaca dan pemirsa, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim
serta bentuk lain yang sejenis.

Peserta Didik

Pasal 59

(1) Peserta didik pada pendidikan informal jarak jauh adalah anggota masyarakat tanpa mengenal
batas usia yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

(2) Peserta didik pada pendidikan informal jarak jauh dapat pindah ke satuan pendidikan formal
atau nonformal yang sesuai dengan persyaratan penerimaan pada satuan pendidikan yang
dimasuki.

Program Pendidikan dan Bahan ajar Mandiri

Pasal 60

(1) Pendidikan informal antara lain mencakup program:

a. pendidikan keagamaan;
b. pendidikan kecakapan hidup;

c. pendidikan anak usia dini;

d. pendidikan kepemudaan;

e. pendidikan pemberdayaan perempuan;

f. pendidikan keaksaraan;

g. pendidikan keterampilan;

h. pendidikan seni dan budaya

i. pelatihan kerja;

j. pendidikan kesetaraan.

(2) Bahan ajar untuk masing-masing program pendidikan memuat materi dan proses sesuai dengan
tujuan masing-masing program, yang masing-masing programnya dikemas dalam paket yang dapat
berisi beberapa materi pembelajaran.

Pasal 61

(1) Program pendidikan informal jarak jauh berdiversifikasi diwujudkan dalam keragaman materi
pembelajaran, sistem penyajian, sistem penilaian, dan sumber bahan ajar, sesuai dengan potensi
peserta didik.
(2) Uraian materi pembelajaran dikembangkan berdasarkan kompetensi yang diperlukan.
Proses Pembelajaran

Pasal 62

Proses pembelajaran pada pendidikan informal jarak jauh dilakukan peserta didik secara
perseorangan dan/atau kelompok pada waktu dan tempat yang ditentukan secara fleksibel oleh
peserta didik.

Evaluasi Hasil Belajar

Pasal 63

(1) Pengendalian mutu pendidikan informal jarak jauh dilaksanakan melalui evaluasi hasil belajar.
(2) Evaluasi hasil belajar pada program pendidikan informal kesetaraan jarak jauh dilakukan untuk
kenaikan kelas/tingkat dan ujian akhir jenjang pendidikan.

BAB VII

SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 64

Pemerintah dan Pemerintah Daerah berwenang mengambil tindakan administratif terhadap


pengelola dan penyelenggara pendidikan jarak jauh yang melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan peraturan pemerintah ini sesuai Ketentuan Pidana Pasal 67 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003.

BAB VIII

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN JARAK JAUH

OLEH LEMBAGA NEGARA LAIN

Pasal 65

(1) Lembaga pendidikan asing yang terakreditasi atau diakui di negaranya dapat menyelenggarakan
pendidikan jarak jauh di wilayah Republik Indonesia dalam bentuk kerjasama dengan mitra nasional
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Kurikulum pendidikan jarak jauh yang diselenggarakan bekerjasama dengan lembaga
pendidikan asing harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik untuk mengikuti sistem
penilaian pendidikan yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.
(3) Pengawasan atas mutu isi dan layanan pendidikan jarak jauh yang diselenggarakan
bekerjasama dengan lembaga pendidikan asing di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
dilakukan oleh Menteri.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 66

Semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan peraturan


perundang-undangan di bidang pendidikan jarak jauh yaitu Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0564/U/1991 Tanggaal 8 Oktober 1991 Tentang Pendidikan Jarak Jauh pada
saat diundangkannya Peraturan Pemerintah ini masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan Peraturan Pemerintah ini atau belum diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan
Peraturan Pemerintah ini.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 67

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal ……………………

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diumumkan di Jakarta
Pada tanggal ……………………………

SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

(                                                 )

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


TAHUN ……. NOMOR …..

Anda mungkin juga menyukai