Dosen :
Ni Made Vita Indiryani, SE, M.Si
Oleh :
D7 Akuntansi
Kelompok 6
Nama Anggota :
Keputusan penentuan harga jual sangat penting, karena selain mempengaruhi laba yang
ingin dicapai perusahaan juga mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu
dalam menentukan harga jual produk, tidak dapat dilakukan sekali saja tetapi harus selalu
dievaluasi dan disesuaikan dengan kondisi yang sedang dihadapi perusahaan. Penentuan harga
jual yang salah bisa berakibat fatal pada masalah keuangan perusahaan dan akan
mempengaruhi kontinuitas usaha perusahaan tersebut seperti kerugian terus menerus.
Perubahan harga jual mempunyai tujuan untuk menyesuaikan agar harga baru yang ditetapkan
dapat mencerminkan biaya saat ini (current cost) atau biaya masa depan (future cost), return
yang diinginkan oleh perusahaan, reaksi pesaing dan sebagainya (Supriyono, 2001:314).
Tujuan penentuan harga jual ada bermacam-macam. Tujuan penentuan harga jual yang
dilakukan perusahaan terhadap produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut (Kotler,
1996:356):
Perusahaan dapat memaksimalkan laba jangka pendek apabila perusahaan lebih mementingkan
prestasi keuangan jangka pendeknya dibandingkan jangka panjang. Perusahaan mempunyai
keuntungan untuk menetapkan harga yang dapat memaksimalkan laba jangka pendek dengan
anggapan bahwa terdapat hubungan antara permintaan dan biaya dengan tingkatan harga yang
akan menghasilkan laba maksimum yang ingin dicapai.
Dalam hal ini, perusahaan menetapkan harga yang tinggi supaya kualitas produksi tetap
terjamin. Ada kemungkinan perusahaan mempunyai keinginan untuk memasarkan produk
dengan kualitas tinggi atau ingin menjadi pemimpin dalam kualitas produk di pasarnya. Pada
umumnya perusahaan semacam ini menetapkan harga yang tinggi dengan tujuan agar dapat
menutup tingginya biaya dalam menghasilkan mutu produk yang tinggi.
Meningkatkan penjualan.
Peningkatan penjualan akan mempengaruhi penerimaan perusahaan, jumlah produksi dan laba
perusahaan. Perusahaan selalu menginginkan jumlah penjualan yang tinggi untuk menunjang
kelangsungan hidupnya. Peningkatan penjualan dapat dilakukan melalui bauran pemasaran
yang agresif. Pengembangan produk dengan memperbarui atau menawarkan produk-produk
baru dapat meningkatkan penjualan. Pada satu sisi, perusahaan dapat meningkatkan volume
penjualan dengan tetap mempertahankan tingkat labanya. Sedangkan di sisi lain, manajemen
dapat memutuskan untuk meningkatkan volume penjualan melalui strategi pemotongan harga
atau penetapan harga yang agresif dengan menanggung resiko.
Salah satu strategi yang dapat ditempuh perusahaan adalah mempertahankan dan
meningkatkan pangsa pasar. Banyak perusahaan menetapkan harga yang rendah untuk
mempertahankan dan memperbesar pangsa pasar.
Menstabilkan harga.
Perusahaan berupaya menstabilkan harga dengan tujuan untuk menghindari adanya perang harga
pada waku permintaan meningkat atau menurun (tidak stabil). Oleh karena itu perusahaan perlu me
nentukan tujuan utama agar fokus perusahaan menjadi lebih jelas.
Segmentasi Konsumen
Tentukan segmen konsumen yang jadi pelanggan kita. Kelas menengah ke bawah maupun ke
atas. Diusahakan agar harga jual yang ditetapkan dapat dijangkau oleh konsumen dengan kelas
ekonomi menengah ke bawah dan menengah ke atas agar terjadi keseimbangan.
Harga Kompetitor
Sebelum menetapkan harga jual produk, ada baiknya survey produk dari kompetitor kita.
Setelah mengetahui harga jual rata-rata para pesaing tersebut, penjual bisa menentukan harga
jual produk yang sama dengan para pesaing atau harga jual produk yang lebih tinggi sedikit
namun mengandalkan kualitas yang lebih baik.
Biaya produksi
Biaya yang dikeluarkan pada saat produk masih dalam tahap produksi. Biaya produksi meliputi
biaya bahan baku produk, biaya tenaga kerja langsung, dan sebagainya.
Biaya pemasaran
Biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan atau mempromosikan produk baru sebuah
perusahaan.
Biaya distribusi
Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pengiriman produk dari gudang atau produsen ke
toko.
Selain itu, ada komponen persentase keuntungan atau laba yang ingin didapatkan atas
penjualan produk juga menjadi faktor penting di dalam menentukan harga jual produk hasil
produksi. Perhitungan keuntungan yang akan diperoleh harus bisa menjadi profit tersendiri bagi
perusahaan agar tetap dapat mengembangkan usahanya.
Unsur kedua yang diperhitungkan dalam harga jual adalah laba yang diharapkan.Cost-plus pricing
adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan di atas biaya penuh
masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk. Laba yang diharapkan
dihitung berdasarkan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa. Untuk
memperkirakan berapa laba wajar yang diharapkan, manajer penentu harga jual perlu
mempertimbangkan:
Cost of Capital,yaitu biaya yang dikeluarkan untuk investasi yang dilakukan dalam
perusahaan. Contoh : Perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan usaha dengan
kredit bank, yang bunganya 24%p.a dan tax dari laba yang dihasilkan 25%. Maka, Cost of
Capital = (100% -25%) x 0.24 = 18%,dimana semakin besar biaya modalnya,semakin besar
pula laba yang diharapn dapat diterima oleh perusahaan.
Risiko Bisnis, semakin besar risiko bisnis yang dihadapi perusahaan, semakin besar
persentase yang ditambahkan pada cost of capital di dalam memperhitungkan laba yang
diharapkan.
Besarnya Capital Employed,jumlah investasi (atau capital employed)yang ditanamkan
untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa merupakan faktor yang menentukan
besarnya laba yang diharapkan, yang diperhitungkan dalam harga jual.
b. Harga Jual untuk pesanan khusus
Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan di luar pesanan
regular perusahaan. Dalam keadaan seperti ini,yang perlu dipertimbangkan oleh manajer
penentu harga jual, yaitu :
1. Pesanan Regular
Pesanan regular adalah pesanan yang dibebani tugas untuk menutup seluruh biaya
tetap yang akan terjadi dalam setahun anggaran. Dengan demikian jika manajer penentu
harga jual yakin bahwa seluruh biaya tetap dalam tahun anggaran akan dapat ditutup oleh
pesanan yang regular, maka pesanan khusus dapat dibebaskan dari kewajiban untuk
memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap.
Jika misalnya dengan penerimaan khusus, perusahaan diperkirakan tidak hanya
akan meregularkan biaya variable saja, namun memerlukan biaya tetap, karena harus
beroperasi di atas kapasitas yang tersedia, maka harga jual pesanan khusus harus di atas
biaya variable dengan kenaikan biaya tetap karena pesanan khusus tersebut. Dalam
mempertimbangkan penerimaan pesanan khusus, informasi akuntansi diferensial
merupakan dasar yang dipakai sebagai landasan penentu harga jual.
c. Harga jual dengan Cost type contract
1. Cost-type Contract
Cost-type Contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak pembeli
setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total biaya yang
sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen dengan laba yang dihitung sebesar persentase
tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut. Jika dalam keadaan normal, harga jual
produk atau jasa yang akan dijual di masa yang akan datang ditentukan dengan metode
cost-plus pricing, berdasarkan taksiran biaya penuh sebagai dasar, dalam cost-type contract
harga jual yang dibebankan kepada konsumen dihitung berdasarkan biaya penuh
sesungguhnya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi dan memasarkan produk.
Rumusan Menghitung Harga Jual Per Unit
Rumus perhitungan harga jual atas dasar biaya secara umum dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut ini:
Harga Jual/unit = BIAYA* + % Mark-up
Persentase markup dihitung dengan rumus :
Persentase Mark-up = Expectasi Laba + BIAYA*
* Biaya = Biaya yang berhubungan langsung dengan volume (perunit)
** Biaya = Biaya yang tidak berhubungan langsung oleh volume produk (non produksi)
Terdapat perbedaan konsep langsung dan tidak langsungnya biaya dengan volume
antara metode full costing dengan metode variable costing.Konsep biaya yang berhubungan
langsung dengan volume menurut metode full costing adalah berupa biaya produksi,
sedangkan biaya yang tidak berhubungan langsung dengan volume adalah berupa biaya
nonproduksi.
Variable costing memandang dengan cara yang berbeda terhadap biaya yang
dipengaruhi secara langsung oleh volume produk bila dibandingkan dengan full costing.
Dalam pendekatan variable costing, biaya penuh yang dipengaruhi secara langsung oleh
volume produk terdiri dari biaya variabel, sedangkan biaya penuh yang tidak dipengaruhi
secara langsung oleh volume produk terdiri dari biaya tetap.
Contoh soal:
Manajer Pemasaran PT. GLORY sedang mempertimbangkan penentuan harga jual produk
ASTREX untuk tahun anggaran yang akan datang. Menurut anggaran, perusahaan
direncanakan akan beroperasi pada kapasitas normal sebanyak 1.000.000 kg dengan
taksiran biaya penuh untuk tahun anggaran yang akan datang sbb :
Biaya Variabel :
Biaya produksi variable Rp.2.000.000.000
Biaya adm & umum variable Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran variable Rp. 50.000.000 +
Total biaya variable Rp.2.100.000.000
Biaya Tetap ;
Biaya produksi tetap Rp.1.000.000.000
Biaya adm.& umum tetap Rp. 150.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 250.000.000 +
Total biaya tetap Rp.1.400.000.000 +
Total biaya penuh Rp.3.500.000.000
Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaran Rp.4.000.000.000 dan laba
yangdiharapkan dinyatakan dalam tariffkembalian investasi (ROI)25%
Jawab:
Menggunakan pendekatan Full Costing
Unsur biaya:
Biaya produksi variable Rp.2.000.000.000
Biaya produksi tetap Rp.1.000.000.000 +
Rp.3.000.000.000
Unsur mark-up :
Biaya non produksi variable Rp. 100.000.000
Biaya non produksi tetap Rp. 400.000.000
Ekspektasi laba25% X rp.4.000.000.000 Rp.1.000.000.000 +
TOTAL unsur Mark-up Rp.1.500.000.000
Persentase Mark-up =Rp1.500.000.000 x100=50
Rp 3.000.000.000
Perhitungan Harga Jual:
Biaya produksi Rp.3.000.000.000
Mar-up 50% x Rp.3.000.000.000 Rp.1.500.000.000 +
Total harga jual Rp.4.500.000.000
Volume produksi 1.000.000kg :
Harga jual produk/kg Rp. 4.500,-
Penentuan Harga Jual Waktu dan Bahan (Time And Material Pricing)
Biasanya digunakan oleh perusahaan bengkel mobil, dok kapal dan perusahaan-perusahaan
penjual jasa reparasi, bahan dan suku cadang sebagai pelengkap penjualan jasa. Dalam perusahaan
jasa volumenya dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk melayani konsumen bukan
harga jual/unit tetapi harga jual per satuan waktu yang dinikmati konsumen.
Harga jual =Blaya Penuh +Ekspektasi Laba
Dalam sebuah bengkel yang menjual jasa perbaikan mobil, maka :
1. Biaya yang berhubungan dengan produk adalah biaya tenaga mekanik dan ahli listrik.
2. Biaya yang tidak behubungan dengan produk adalah biaya tenaga kerja tidak langsung,
listrik,depresiasi, asuransi dll.
Metode ini adalah metode penetapan harga paling sederhana. Produsen menghitung
biaya produksi yang dikeluarkan dan menambah persentase tertentu dari markup untuk
merealisasikan harga jual. Markup adalah persentase keuntungan yang dihitung dari
total biaya yaitu biaya tetap dan biaya variable.
- Contoh:
Jika Harga Pokok Produksi produk-A adalah Rp 5000 dengan markup 25% dari
total biaya, harga jual akan dihitung sebagai berikut.
Jadi, sebuah bisnis memperoleh laba sebesar Rp 125 (Laba = Harga jual Harga pokok).
2. Markup Pricing
Metode ini adalah variasi biaya ditambah penetapan harga dengan persentase markup
dihitung pada harga jual.
- Contoh:
Jika biaya per unit sebuah coklat adalah Rp16.000 dan produsen ingin
mendapatkan markup 20% dari penjualan maka harga markup adalah:
= 16.000/1-0,20 = 20.000
Jadi, produsen akan membebankan Rp20.000 untuk satu cokelat dan akan memperoleh
keuntungan Rp4.000 per unit.
Dalam metode penetapan harga semacam ini, bisnis menetapkan harga untuk
menghasilkan Tingkat Pengembalian Investasi atau ROI yang diperlukan dari
penjualan barang dan jasa.
- Contoh:
Dengan demikian, produsen akan mendapatkan 20% ROI asalkan biaya dan
unit penjualan akurat. Jika penjualan tidak mencapai 50.000 unit maka
pabrikan harus menyiapkan grafik titik impas dimana ROI yang berbeda dapat
dihitung pada unit penjualan yang berbeda.
Dalam metode ini, harga dihitung berdasarkan kondisi pasar. Berikut penjelasan lebih
lanjutnya.
1. Perceived-Value Pricing
Pelanggan membeli produk Sony meskipun produk dengan harga lebih murah tersedia
di pasar, hal ini karena perusahaan Sony mengikuti kebijakan penetapan harga yang
dipersepsikan di mana pelanggan bersedia membayar ekstra untuk kualitas dan daya
tahan produk yang lebih baik.
2. Value Pricing
Dengan metode penetapan harga ini, bisnis merancang produk dengan harga
rendah dan mempertahankan penawaran berkualitas tinggi. Produk direkayasa ulang
untuk mengurangi biaya produksi dan menjaga kualitas secara bersamaan.
- Contoh:
Tata Nano adalah contoh terbaik dari metode yang satu ini. Beberapa mobil
Tata dirancang dengan fitur terbaik dengan harga rendah dan tetap memenuhi
kualitasnya.
3. Going Rate Pricing
Dalam metode ini, bisnis mempertimbangkan harga pesaing sebagai dasar dalam
menentukan harga penawarannya sendiri. Umumnya, harga kurang lebih sama
dengan harga pesaing.
- Contoh:
Di Industri Oligopolistik seperti baja, kertas, pupuk, dll, harga yang dikenakan
hampir semua sama.
4. Auction Type Pricing
5. Differential Pricing
Contoh terbaik dari metode ini adalah Air Mineral. Harga air
mineral bervariasi di hotel, stasiun kereta api, toko ritel.