Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI MANAJEMEN ANALISIS

BIAYA-VOLUME LABA (CVP)

Dosen :
Ni Made Vita Indiryani, SE, M.Si
Oleh :
D7 Akuntansi
Kelompok 6
Nama Anggota :

1. Putu Mita Puspa Dewi (202033121266)


2. Ni Komang Ayu Pradnyani Putri (202033121285)
3. Ni Made Purnama Sari (202033121314)
4. Ni Kadek Apriani (202033121343)
5. Ni Putu Devi Sari Astiti (202033121344)
6. Putu Mellyani Apriliadewi (202133121345)
7. Elsinta Mawo Naga (1833121465)

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA DENPASAR
2022 PENENTUAN HARGA
1. PENENTUAN HARGA JUAL
a. Pengertian Harga Jual
Harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli
atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. (Supriyono, 2001:314)

Keputusan penentuan harga jual sangat penting, karena selain mempengaruhi laba yang
ingin dicapai perusahaan juga mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu
dalam menentukan harga jual produk, tidak dapat dilakukan sekali saja tetapi harus selalu
dievaluasi dan disesuaikan dengan kondisi yang sedang dihadapi perusahaan. Penentuan harga
jual yang salah bisa berakibat fatal pada masalah keuangan perusahaan dan akan
mempengaruhi kontinuitas usaha perusahaan tersebut seperti kerugian terus menerus.
Perubahan harga jual mempunyai tujuan untuk menyesuaikan agar harga baru yang ditetapkan
dapat mencerminkan biaya saat ini (current cost) atau biaya masa depan (future cost), return
yang diinginkan oleh perusahaan, reaksi pesaing dan sebagainya (Supriyono, 2001:314).

b. Tujuan Penentuan Harga Jual

Tujuan penentuan harga jual ada bermacam-macam. Tujuan penentuan harga jual yang
dilakukan perusahaan terhadap produk yang dihasilkan adalah sebagai berikut (Kotler,
1996:356):

 Kelangsungan hidup perusahaan.

Perusahaan menetapkan tujuan ini apabila menghadapi kelebihan kapasitas produksi,


persaingan yang ketat atau perubahan selera konsumen. Dalam hal ini, bertahan hidup lebih
utama daripada menghasilkan keuntungan. Demi kelangsungan hidup perusahaan, disusun
strategi dengan menetapkan harga jual yang rendah dengan asumsi pasar akan peka terhadap
harga.

 Peningkatan arus keuntungan.

Perusahaan dapat memaksimalkan laba jangka pendek apabila perusahaan lebih mementingkan
prestasi keuangan jangka pendeknya dibandingkan jangka panjang. Perusahaan mempunyai
keuntungan untuk menetapkan harga yang dapat memaksimalkan laba jangka pendek dengan
anggapan bahwa terdapat hubungan antara permintaan dan biaya dengan tingkatan harga yang
akan menghasilkan laba maksimum yang ingin dicapai.

 Kepemimpinan kualitas produk.

Dalam hal ini, perusahaan menetapkan harga yang tinggi supaya kualitas produksi tetap
terjamin. Ada kemungkinan perusahaan mempunyai keinginan untuk memasarkan produk
dengan kualitas tinggi atau ingin menjadi pemimpin dalam kualitas produk di pasarnya. Pada
umumnya perusahaan semacam ini menetapkan harga yang tinggi dengan tujuan agar dapat
menutup tingginya biaya dalam menghasilkan mutu produk yang tinggi.

 Meningkatkan penjualan.

Peningkatan penjualan akan mempengaruhi penerimaan perusahaan, jumlah produksi dan laba
perusahaan. Perusahaan selalu menginginkan jumlah penjualan yang tinggi untuk menunjang
kelangsungan hidupnya. Peningkatan penjualan dapat dilakukan melalui bauran pemasaran
yang agresif. Pengembangan produk dengan memperbarui atau menawarkan produk-produk
baru dapat meningkatkan penjualan. Pada satu sisi, perusahaan dapat meningkatkan volume
penjualan dengan tetap mempertahankan tingkat labanya. Sedangkan di sisi lain, manajemen
dapat memutuskan untuk meningkatkan volume penjualan melalui strategi pemotongan harga
atau penetapan harga yang agresif dengan menanggung resiko.

 Mempertahankan dan meningkatkan bagian pasar.

Salah satu strategi yang dapat ditempuh perusahaan adalah mempertahankan dan
meningkatkan pangsa pasar. Banyak perusahaan menetapkan harga yang rendah untuk
mempertahankan dan memperbesar pangsa pasar.

 Menstabilkan harga.

Perusahaan berupaya menstabilkan harga dengan tujuan untuk menghindari adanya perang harga
pada waku permintaan meningkat atau menurun (tidak stabil). Oleh karena itu perusahaan perlu me
nentukan tujuan utama agar fokus perusahaan menjadi lebih jelas.

c. Faktor Penentuan Harga Jual

Berikut faktor-faktor yang menentukan harga jual suatu produk yaitu:

 Segmentasi Konsumen

Tentukan segmen konsumen yang jadi pelanggan kita. Kelas menengah ke bawah maupun ke
atas. Diusahakan agar harga jual yang ditetapkan dapat dijangkau oleh konsumen dengan kelas
ekonomi menengah ke bawah dan menengah ke atas agar terjadi keseimbangan.

 Harga Kompetitor

Sebelum menetapkan harga jual produk, ada baiknya survey produk dari kompetitor kita.
Setelah mengetahui harga jual rata-rata para pesaing tersebut, penjual bisa menentukan harga
jual produk yang sama dengan para pesaing atau harga jual produk yang lebih tinggi sedikit
namun mengandalkan kualitas yang lebih baik.

 Biaya produksi

Biaya yang dikeluarkan pada saat produk masih dalam tahap produksi. Biaya produksi meliputi
biaya bahan baku produk, biaya tenaga kerja langsung, dan sebagainya.

 Biaya pemasaran

Biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan atau mempromosikan produk baru sebuah
perusahaan.

 Biaya distribusi

Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pengiriman produk dari gudang atau produsen ke
toko.

 Keuntungan dari penjualan produk

Selain itu, ada komponen persentase keuntungan atau laba yang ingin didapatkan atas
penjualan produk juga menjadi faktor penting di dalam menentukan harga jual produk hasil
produksi. Perhitungan keuntungan yang akan diperoleh harus bisa menjadi profit tersendiri bagi
perusahaan agar tetap dapat mengembangkan usahanya.

2. JUAL BARANG DAN JASA


Penentuan Harga Jual Barang dan Jasa
a. Pengertian Harga Jual
Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan untuk
mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Perusahaan selalu menetapkan harga
produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang
maksimal.
Hansen dan Mowen (2001:633) mendefinisikan “harga jual adalah jumlah moneter yang
dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual
atau diserahkan".
Menurut Mulyadi (2001:78)“pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh
ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up".
Jadi dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang
diinginkan perusahaan, oleh karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah
satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga
yang tepat untuk produk yang terjual.Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas
produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.
b. Tujuan Penentuan Harga Jual
Tujuan pokok penentuan harga jual adalah sebagai berikut:
1) Mencapai target penjualan (Return on investment)
2) Memaksimalkan laba
3)Meningkatkan penjualan dan mempertahankan atau memperluas pangsa pasar
4) Menstabilisasikan harga
Metode Penentuan Harga Jual
Menurut Herman (2006:175) ada beberapa metode penetapan harga (methods of price
determination) yang dapat dilakukan budgeter dalam perusahaan, yaitu:
1. Metode taksiran (judgemental method),metode ini biasa digunakan oleh perusahaan yang
baru saja berdiri karena dilakukan dengan menggunakan prediksi tanpa menggunakan data
statistik. Oleh karena itu kekurangan dari metode ini adalah tingkat keakuratan prediksi
sangat rendah.
2. Metode berbasis pasar (market-based pricing)
 Harga pasar saat ini (current market price), metode ini dipakai apabila perusahaan
mengeluarkan produk baru, yaitu hasil modifikasi dari produk yang lama. Perusahaan akan
menetapkan produk baru tersebut seharga dengan produk yang lama. Penggunaan metode
ini murah dan cepat. Akan tetapi pangsa pasar yang didapat pada tahun pertama relatifkecil
karena konsumen belum mengetahui profil produk baru perusahaan tersebut.
 Harga pesaing (competitor price), metode ini menetapkan harga produknya dengan
mereplikasi langsung harga produk perusahaan saingannya untuk produk yang sama atau
berkaitan. Dengan metode perusahaan berpotensi mengalami kehilangan pangsa pasar
karena dianggap sebagai pemalsu. Ini dapat terjadi apabila produk perusahaan tidak mampu
menyaingi produk pesaing.
 Harga pasar yang disesuaikan (adjusted current marker price), penyesuaian dapat dilakukan
berdasarkan pada faktor eksternal dan internal. Dengan metode ini, perusahaan
mengidentifikasi harga pasar yang berlaku pada saat penyiapan anggaran dengan
melakukan survey pasar atau memperoleh data sekunder. Harga yang berlaku tersebut
dikalikan dengan penyesuaian (price adjustment) setelah mempertimbangkan faktor internal
dan eksternal yang ditetapkan dalam angka indeks (persentase). Indeks 87 berarti 87/100.
3. Metode berbasis biaya (cost-based pricing)
a. Harga Jual Normal(manufaktur dan penjual jasa)
Secara normal, harga jual harus dapat menutupi biaya penuh dan menghasilkan laba. Laba
yang dimaksud adalah laba yang sepadan dengan investasi yang ditanam untuk
menghasilkan produk/jasa.
Harga Jual = Taksiran Biaya penuh+Laba yang diharapkan
Unsur pertama yang diperhitungkan dalam harga jual adalah taksiran biaya penuh. Taksiran biaya
penuh dapat dihitung dengan dua pendekatan :Full Costing dan Variable Costing.
Perbedaan Full Costing dan Variable Costing adalah sebagai berikut :

PENDEKATAN UNSUR BIAYA UNSUR MARK UP


Full Costing Biaya Produksi Ekspektasi laba+biaya nonproduksi
Variable Costing Biaya Produksi dan Ekspektasi laba+biaya produksi+
Nonproduksi yang nonproduksi yang bersifat tetap
bersifat variabel
Total Costing Biaya Produksi Ekspektasi laba
+ Nonproduksi

Unsur kedua yang diperhitungkan dalam harga jual adalah laba yang diharapkan.Cost-plus pricing
adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan laba yang diharapkan di atas biaya penuh
masa yang akan datang untuk memproduksi dan memasarkan produk. Laba yang diharapkan
dihitung berdasarkan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa. Untuk
memperkirakan berapa laba wajar yang diharapkan, manajer penentu harga jual perlu
mempertimbangkan:
 Cost of Capital,yaitu biaya yang dikeluarkan untuk investasi yang dilakukan dalam
perusahaan. Contoh : Perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan usaha dengan
kredit bank, yang bunganya 24%p.a dan tax dari laba yang dihasilkan 25%. Maka, Cost of
Capital = (100% -25%) x 0.24 = 18%,dimana semakin besar biaya modalnya,semakin besar
pula laba yang diharapn dapat diterima oleh perusahaan.
 Risiko Bisnis, semakin besar risiko bisnis yang dihadapi perusahaan, semakin besar
persentase yang ditambahkan pada cost of capital di dalam memperhitungkan laba yang
diharapkan.
 Besarnya Capital Employed,jumlah investasi (atau capital employed)yang ditanamkan
untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa merupakan faktor yang menentukan
besarnya laba yang diharapkan, yang diperhitungkan dalam harga jual.
b. Harga Jual untuk pesanan khusus
Pesanan khusus merupakan pesanan yang diterima oleh perusahaan di luar pesanan
regular perusahaan. Dalam keadaan seperti ini,yang perlu dipertimbangkan oleh manajer
penentu harga jual, yaitu :
1. Pesanan Regular
Pesanan regular adalah pesanan yang dibebani tugas untuk menutup seluruh biaya
tetap yang akan terjadi dalam setahun anggaran. Dengan demikian jika manajer penentu
harga jual yakin bahwa seluruh biaya tetap dalam tahun anggaran akan dapat ditutup oleh
pesanan yang regular, maka pesanan khusus dapat dibebaskan dari kewajiban untuk
memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap.
Jika misalnya dengan penerimaan khusus, perusahaan diperkirakan tidak hanya
akan meregularkan biaya variable saja, namun memerlukan biaya tetap, karena harus
beroperasi di atas kapasitas yang tersedia, maka harga jual pesanan khusus harus di atas
biaya variable dengan kenaikan biaya tetap karena pesanan khusus tersebut. Dalam
mempertimbangkan penerimaan pesanan khusus, informasi akuntansi diferensial
merupakan dasar yang dipakai sebagai landasan penentu harga jual.
c. Harga jual dengan Cost type contract
1. Cost-type Contract
Cost-type Contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa yang pihak pembeli
setuju untuk membeli produk atau jasa pada harga yang didasarkan pada total biaya yang
sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen dengan laba yang dihitung sebesar persentase
tertentu dari total biaya sesungguhnya tersebut. Jika dalam keadaan normal, harga jual
produk atau jasa yang akan dijual di masa yang akan datang ditentukan dengan metode
cost-plus pricing, berdasarkan taksiran biaya penuh sebagai dasar, dalam cost-type contract
harga jual yang dibebankan kepada konsumen dihitung berdasarkan biaya penuh
sesungguhnya yang telah dikeluarkan untuk memproduksi dan memasarkan produk.
Rumusan Menghitung Harga Jual Per Unit
Rumus perhitungan harga jual atas dasar biaya secara umum dapat dinyatakan dalam
persamaan berikut ini:
Harga Jual/unit = BIAYA* + % Mark-up
Persentase markup dihitung dengan rumus :
Persentase Mark-up = Expectasi Laba + BIAYA*
* Biaya = Biaya yang berhubungan langsung dengan volume (perunit)
** Biaya = Biaya yang tidak berhubungan langsung oleh volume produk (non produksi)
Terdapat perbedaan konsep langsung dan tidak langsungnya biaya dengan volume
antara metode full costing dengan metode variable costing.Konsep biaya yang berhubungan
langsung dengan volume menurut metode full costing adalah berupa biaya produksi,
sedangkan biaya yang tidak berhubungan langsung dengan volume adalah berupa biaya
nonproduksi.
Variable costing memandang dengan cara yang berbeda terhadap biaya yang
dipengaruhi secara langsung oleh volume produk bila dibandingkan dengan full costing.
Dalam pendekatan variable costing, biaya penuh yang dipengaruhi secara langsung oleh
volume produk terdiri dari biaya variabel, sedangkan biaya penuh yang tidak dipengaruhi
secara langsung oleh volume produk terdiri dari biaya tetap.
Contoh soal:
 Manajer Pemasaran PT. GLORY sedang mempertimbangkan penentuan harga jual produk
ASTREX untuk tahun anggaran yang akan datang. Menurut anggaran, perusahaan
direncanakan akan beroperasi pada kapasitas normal sebanyak 1.000.000 kg dengan
taksiran biaya penuh untuk tahun anggaran yang akan datang sbb :
Biaya Variabel :
Biaya produksi variable Rp.2.000.000.000
Biaya adm & umum variable Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran variable Rp. 50.000.000 +
Total biaya variable Rp.2.100.000.000
Biaya Tetap ;
Biaya produksi tetap Rp.1.000.000.000
Biaya adm.& umum tetap Rp. 150.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 250.000.000 +
Total biaya tetap Rp.1.400.000.000 +
Total biaya penuh Rp.3.500.000.000
Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaran Rp.4.000.000.000 dan laba
yangdiharapkan dinyatakan dalam tariffkembalian investasi (ROI)25%
Jawab:
Menggunakan pendekatan Full Costing
Unsur biaya:
Biaya produksi variable Rp.2.000.000.000
Biaya produksi tetap Rp.1.000.000.000 +
Rp.3.000.000.000
Unsur mark-up :
Biaya non produksi variable Rp. 100.000.000
Biaya non produksi tetap Rp. 400.000.000
Ekspektasi laba25% X rp.4.000.000.000 Rp.1.000.000.000 +
TOTAL unsur Mark-up Rp.1.500.000.000
Persentase Mark-up =Rp1.500.000.000 x100=50
Rp 3.000.000.000
Perhitungan Harga Jual:
Biaya produksi Rp.3.000.000.000
Mar-up 50% x Rp.3.000.000.000 Rp.1.500.000.000 +
Total harga jual Rp.4.500.000.000
Volume produksi 1.000.000kg :
Harga jual produk/kg Rp. 4.500,-
Penentuan Harga Jual Waktu dan Bahan (Time And Material Pricing)
Biasanya digunakan oleh perusahaan bengkel mobil, dok kapal dan perusahaan-perusahaan
penjual jasa reparasi, bahan dan suku cadang sebagai pelengkap penjualan jasa. Dalam perusahaan
jasa volumenya dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk melayani konsumen bukan
harga jual/unit tetapi harga jual per satuan waktu yang dinikmati konsumen.
Harga jual =Blaya Penuh +Ekspektasi Laba
Dalam sebuah bengkel yang menjual jasa perbaikan mobil, maka :
1. Biaya yang berhubungan dengan produk adalah biaya tenaga mekanik dan ahli listrik.
2. Biaya yang tidak behubungan dengan produk adalah biaya tenaga kerja tidak langsung,
listrik,depresiasi, asuransi dll.

3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL BARANG DAN JASA


Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi harga jual barang dan jasa, yaitu :
1. Customers atau pelanggan, pelanggan dapat mempengaruhi harga berdasarkan fitur yang
terdapat pada produk tersebut serta kualitasnya.
2. Competitors atau pesaing, perusahaan harus memperhatikan apa yang dilakukan oleh
pesaingnya, termasuk harga jual produk mereka, yang bisa menjadi substitusi produk
tersebut.
3. Costs atau biaya, semakin tinggi biaya produksi produk tersebut, maka semakin mahal
produk tersebut dijual.

Hal-Hal yang Mempengaruhi Harga Jual


Biaya penuh untuk memproduksi produk/jasa.Biaya penuh tidak boleh lebih besar
dari harga jual, supaya tidak menghasilkan kerugian. Manfaat biaya penuh adalah sebagai
berikut:
a. Biaya penuh merupakan titik awal untuk mengurangi ketidakpastian yang dihadapi oleh
pengambil keputusan: dalam pengambilan keputusan satu-satunya informasi yang
memberikan kepastian relatif tinggi adalah biaya. Dengan informasi biaya manajer penentu
harga jual memiliki dasar untuk menetapkan kebijakan penentuan harga jual dengan aman.
b. Biaya penuh merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi perusahaan dari
kemungkinan kerugian:untuk menghindari kerugian, salah satu cara adalah dengan
berusaha memperoleh pendapatan yang paling tidak tidak dapat menutup biaya penuh.
c. Biaya penuh memberikan informasi yang memungkinkan manajer penentu harga jual
melihat struktur biaya perusahaan lain: dengan informasi biaya penuh, manajer penentu
harga jual akan mampu memahami atau paling tidak menduga tindakan yang dilakukan
oleh perusahaan pesaing bila perusahaan pesaing melakukan perubahan harga jual produk
atau jasanya.
d. Biaya penuh merupakan dasar untuk pengambilan keputusan perusahaan memasuki pasar.
Berdasarkan perbandingan harga jual yang terbentuk di pasar dengan biaya penuh produk
atau jasa, manajer penentu harga jual akan menghadapi tiga kemungkinan berikut ini :
 Jika biaya penuh produk atau jasa perusahaan melebihi harga jual yang terbentuk di pasar
tertentu, perusahaan tidak mungkin memasuki pasar tersebut, karena kerugian akan terjadi.
 Jika biaya penuh produk atau jasa dapat di tutup dengan harga jual yang terbentuk di pasar,
namun harga jual tersebut belum mampu menghasilkan laba yang memadai jika
dibandingkan dengan investasi, maka perusahaan tidak mungkin memasuki pasar tersebut.
 Jika kemungkinan pertama dan kedua tersebt di atas akan dihadapi, perusahaan dapat
merancang program untuk mengubah proses produksi dankegiatan pemasaran agar biaya
penuh untuk memproduksi dan memasarkan produk atau jasa, yang dengan harga jual
tertentu yang terbentuk di pasar,perusahaan akan menutup seluruh biaya penuh dan mampu
menghasilkan laba yang sepadan dengan investasi.
 Aspek di luar biaya:
- Selera konsumen
- Demand dan suplai
- Jumlah pesaing yang memasuki pasar
- Harga jual produk pesaing

4. METODE PENENTUAN HARGA JUAL


A. Metode Penetapan Harga: Biaya (Cost Oriented Pricing)

Banyak bisnis menganggap biaya produksi sebagai dasar untuk menghitung


harga barang jadi. Metode penetapan harga berorientasi biaya mencakup cara penetapan
harga berikut:
1. Cost-Plus Pricing

Metode ini adalah metode penetapan harga paling sederhana. Produsen menghitung
biaya produksi yang dikeluarkan dan menambah persentase tertentu dari markup untuk
merealisasikan harga jual. Markup adalah persentase keuntungan yang dihitung dari
total biaya yaitu biaya tetap dan biaya variable.
- Contoh:

Jika Harga Pokok Produksi produk-A adalah Rp 5000 dengan markup 25% dari
total biaya, harga jual akan dihitung sebagai berikut.

= Harga pokok produksi + Harga Pokok Produksi x Markup Persentase/100

= 5000+ 5000 x 0,25= 6250

Jadi, sebuah bisnis memperoleh laba sebesar Rp 125 (Laba = Harga jual Harga pokok).
2. Markup Pricing
Metode ini adalah variasi biaya ditambah penetapan harga dengan persentase markup
dihitung pada harga jual.
- Contoh:

Jika biaya per unit sebuah coklat adalah Rp16.000 dan produsen ingin
mendapatkan markup 20% dari penjualan maka harga markup adalah:

= Biaya Satuan/ 1 laba atas penjualan yang diinginkan

= 16.000/1-0,20 = 20.000
Jadi, produsen akan membebankan Rp20.000 untuk satu cokelat dan akan memperoleh
keuntungan Rp4.000 per unit.

3. Target Return Pricing

Dalam metode penetapan harga semacam ini, bisnis menetapkan harga untuk
menghasilkan Tingkat Pengembalian Investasi atau ROI yang diperlukan dari
penjualan barang dan jasa.
- Contoh:

Jika produsen sabun menginvestasikan Rp1.000.000 dalam bisnis dan


mengharapkan ROI 20% yaitu Rp 200.000, maka perhitungannya:

= Biaya Unit + (Pengembalian yang Diinginkan x modal yang


diinvestasikan)/ penjualan unit
= 16 + (0,20 x 100000)/5000 Target Return Pricing = Rp 20.000

Dengan demikian, produsen akan mendapatkan 20% ROI asalkan biaya dan
unit penjualan akurat. Jika penjualan tidak mencapai 50.000 unit maka
pabrikan harus menyiapkan grafik titik impas dimana ROI yang berbeda dapat
dihitung pada unit penjualan yang berbeda.

B. Metode Penetapan Harga: Pasar (Market Oriented Pricing Method)

Dalam metode ini, harga dihitung berdasarkan kondisi pasar. Berikut penjelasan lebih
lanjutnya.
1. Perceived-Value Pricing

Dalam metode penetapan harga ini, produsen memutuskan harga berdasarkan


persepsi pelanggan terhadap barang dan jasa dengan mempertimbangkan semua
elemen seperti iklan, promosi, manfaat, kualitas produk, saluran distribusi, dll yang
mempengaruhi persepsi pelanggan.
- Contoh:

Pelanggan membeli produk Sony meskipun produk dengan harga lebih murah tersedia
di pasar, hal ini karena perusahaan Sony mengikuti kebijakan penetapan harga yang
dipersepsikan di mana pelanggan bersedia membayar ekstra untuk kualitas dan daya
tahan produk yang lebih baik.
2. Value Pricing

Dengan metode penetapan harga ini, bisnis merancang produk dengan harga
rendah dan mempertahankan penawaran berkualitas tinggi. Produk direkayasa ulang
untuk mengurangi biaya produksi dan menjaga kualitas secara bersamaan.
- Contoh:

Tata Nano adalah contoh terbaik dari metode yang satu ini. Beberapa mobil
Tata dirancang dengan fitur terbaik dengan harga rendah dan tetap memenuhi
kualitasnya.
3. Going Rate Pricing

Dalam metode ini, bisnis mempertimbangkan harga pesaing sebagai dasar dalam
menentukan harga penawarannya sendiri. Umumnya, harga kurang lebih sama
dengan harga pesaing.
- Contoh:

Di Industri Oligopolistik seperti baja, kertas, pupuk, dll, harga yang dikenakan
hampir semua sama.
4. Auction Type Pricing

Metode penetapan jenis ini semakin populer dengan semakin banyaknya


penggunaan internet. Beberapa situs online seperti eBay, Quikr, OLX, dll.
menyediakan platform bagi pelanggan untuk membeli atau menjual komoditas. Ada
tiga jenis lelang:
a) English Auctions: Ada satu penjual dan banyak pembeli. Penjual menempatkan
barang di situs seperti Yahoo dan penawar menaikkan harga sampai harga terbaik
tercapai.
b) Dutch Auctions: Ada satu penjual dan banyak pembeli atau satu pembeli
dan banyak penjual. Dalam kasus pertama, harga terbaik diumumkan dan
kemudian perlahan-lahan turun sesuai dengan penawar sedangkan pada
jenis kedua pembeli mengumumkan produk yang ingin dibeli kemudian
calon penjual bersaing dengan menawarkan harga terendah.
c) Sealed-Bid Auctions: Metode semacam ini sangat umum dalam kasus
pembelian di pemerintahan, di mana tender mengambang di pasar, dan
calon pemasok mengajukan penawaran mereka dalam amplop tertutup,
tidak mengungkapkan penawaran kepada siapa pun.

5. Differential Pricing

Metode penetapan harga ini diterapkan ketika harga yang berbeda


harus dibebankan dari kelompok pelanggan yang berbeda. Harga juga
dapat bervariasi sehubungan dengan waktu, area, dan bentuk produk.
- Contoh:

Contoh terbaik dari metode ini adalah Air Mineral. Harga air
mineral bervariasi di hotel, stasiun kereta api, toko ritel.

Anda mungkin juga menyukai