Anda di halaman 1dari 5

Tanggal Pengumpulan : Jumat, 10 September 2021

Nama Kelompok : Kelompok 3


Anggota Kelompok :
1. Muhammad Youri Azreal (G2401201011)
2. Dwi Wulan Settyaningrum(G2401201014) 
3. Muh.Amin (G2401201026)
4. M.Rayhan Qalbi (G2401201047)

RESUME ALAT PENAKAR CURAH HUJAN

A. Alat Pengukur Otomatis / Automatic Rain Gauge (ARG)


Penakar hujan otomatis atau Automatic Rain Gauge (ARG) adalah peralatan yang
digunakan untuk menghitung jumlah curah hujan dalam satuan waktu tertentu secara
otomatis dengan bantuan baterai sebagai sumber tenaganya. Pengenalan peralatan ini
bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana peralatan ini beroperasi, pemasangannya,
melihat datanya dan mengambil datanya. Komponen ARG ada dua yaitu Badan ARG yang
berfungsi untuk menampung dan mengukur curah hujan, serta Logger ARG yang
berfungsi untuk menghitung dan mencatat data curah hujan. 
Urut-urutan berikut adalah prosedur pengambilan data dari logger ARG ke Komputer :
1. Buka penutup ARG dengan menggunakan obeng.
2. Lepaskan penutup ARG secara perlahan dari badan  peralatan dengan menariknya ke
atas.
3. Lepaskan jack kabel konektor dari logger.
4. Lepaskan penutup logger dengan memutar/mengendorkan kedua skrup yang
terpasang disampingnya.
5. Tarik secara perlahan penutup logger hingga terpisah dari logger.
6. Sebelum melangkah lebih lanjut, perhatikan LCD display  apakah tetap menunjukkan
waktu yang benar atau tidak. Bila waktu yang ditunjukkan tidak sesuai dengan waktu
pencatatan, maka kemungkinan alat mengalami gangguan atau kerusakan.
7. Setelah yakin kondisi peralatan benar, selanjutnya set mode (mode selection switch)
ke posisi 0 yang dikombinasikan dengan menekan tombol Reset Switch.
8. Setelah menekan kombinasi kedua tombol tersebut, selanjutnya Mode Switch
diarahkan ke posisi “F” kembali dan di  LCD Display akan muncul tampilan
“SLEEP”.
9. Kondisi demikian berarti logger tidak melakukan pencatatan lagi sampai logger
tersebut diaktifkan kembali.
10. Sebelum melakukan koneksi dengan komputer, Mode Switch diarahkan ke “0” dan
tekan tombol reset switch, sehingga pada LCD display akan muncul. Dalam kondisi
tersebut logger dihubungkan dengan komputer melalui konektor.
11. Langkah selanjutnya dilakukan di komputer dengan memilih “Connect” pada file
menu software untuk menghubungkan logger dengan komputer.
12. Setelah pada monitor muncul “Link !!”, hal tersebut berarti komputer telah terkoneksi
dengan logger yang selanjutnya data yang ada di dalamnya siap untuk didownload.
13. Secara otomatis data dan lokasi yang telah diset di logger akan terdeteksi. Selanjutnya
data tersebut dapat dikonversi dengan beberapa format pilihan yang terdapat pada file
menu.
14. Pilihan format terdiri dari *.BIN, *,SEQ dan *.PRN
15. Setelah langkah ini selesai, proses download data telah selesai dan selanjutnya
koneksi logger dapat dilepaskan kembali yang sebelumnya didahului dengan
melakukan “Disconnect” pada software kadec dan menutup aplikasi tersebut.
16. Sebelum pemasangan, Mode Switch diarahkan kembali ke “0” dan pada LCD display
akan muncul “P U L S  E”  tekan  tombol  reset switch dan pada LCD display akan 
menunjukkan  waktu  saat  itu. Bila waktu yang ditunjukan belum sesuai, maka dapat
disesuaikan dengan mengatunya pada Check Switch.
17. Untuk melakukan pengujian apakah logger berfungsi dengan benar dapat dilakukan
dengan menekan Pulse Test Switch sebanyak 5 kali (hal ini kita misalkan Tipping
buckets bergerak karena adanya air hujan). Dari perlakukan tersebut maka pada LCD
Display akan muncul “0 0 0 0 5”. Indikator tersebut menunjukkan bahwa peralatan
telah berfungsi dengan baik.
18. Tutup logger dan jack kabel konektor disambungkan kembali sebagaimana prosedur
yang telah disebutkan di atas.
19. Logger ditempatkan kembali pada posisinya dan terakhir penutup ARG dipasang
kembali.

B. Error dan Kesalahan Alat Ukur

1. Alat Ukur Otomatis/ Recording Precipitation Gauges


a. Tipping-Bucket Gauge
Alat ukur curah hujan tipe tipping-bucket terdiri dari tiga bagian. Bagian
pertama adalah bagian penerima air hujan yang terdiri dari bagian penampung air
hujan yang berbentuk kerucut serta bagian penerima tetesan dari penampung air
hujan yang berbentuk tabung kecil terpancung atau lebih dikenal dengan istilah
tipping bucket.
Bagian kedua adalah sensor yaitu reed switch, sedangkan bagian terakhir
adalah bagian pengolah data yang terdiri dari mikrokontroler dan PC. Bagian
penting dari pengukur curah hujan adalah bagian TB yang akan menghasilkan data
yang kemudian diolah dan disajikan sebagai data curah hujan. Bagian TB ini
berbentuk dua buah tabung kecil terpancung. Ketika hujan turun, tetes air hujan
dikumpulkan di bagian kerucut kemudian mengalir ke bagian TB yang terletak di
bawah kerucut. Ketika salah satu dari TB yang pada keadaan awal berada di atas
ini dipenuhi oleh air hujan, bagian ini menjadi tidak seimbang dan turun ke bawah,
mengosongkan air dalam TB dan membuangnya ke saluran pembuangan,
kemudian TB yang lain akan naik dan menerima tetesan seperti TB sebelumnya.
TB ini dibuat dengan toleransi yang ketat untuk menghasilkan data curah hujan
yang tepat. Selain itu, akurasi dari pengukur curah hujan tipe TB akan berubah jika
berada di permukaan penempatan yang tidak rata, sehingga dibutuhkan data profil
permukaan tempat pengukur curah hujan ini ditempatkan (waterpass bisa
digunakan untuk kebutuhan ini). Permukaan juga harus bebas dari getaran. Pada
akhirnya, setiap jatuhnya TB mengaktifkan reed switch magnetik yang direkam
oleh data logger. Pada penakar hujan tipe tipping-bucket memiliki luas mulut
corong sebesar 400 m2 dan memiliki tinggi 140 cm dari permukaan tanah.
b. Weighing-Recording Gauge
Kecuali untuk kesalahan karena hilangnya kebasahan dalam wadah ketika
dikosongkan, alat penakar hujan tipe Weighing-recording juga rentan terhadap
sumber lain kesalahan. Problem penting pada alat pengukur jenis ini adalah curah
hujan, khususnya hujan beku atau salju basah, yang dapat menempel di bagian
dalam lubang pengukur. Hal ini sangat membatasi kemampuan alat pengukur untuk
memberikan waktu yang akurat dari peristiwa hujan. Kesalahan yang berkaitan
dengan rekaman yang bersifat anomali dapat diminimalkan oleh pembacaan secara
rata-rata selama jangka waktu pendek yang biasanya berkisar antara 1 sampai 5
menit. Kesalahan waktu pada jam instrumen dapat menentukan hasil tangkapan
pada periode atau tanggal yang salah. Beberapa potensi kesalahan dalam metode
pengukuran curah hujan manual dapat dihilangkan atau setidaknya dikurangi
dengan menggunakan alat pengukur curah hujan tipe ini. Kekeliruan pengukuran
acak yang dikaitkan dengan kesalahan pengamatan manusia dan kesalahan
sistematis tertentu, khususnya penguapan dan pengikisan air juga diminimalkan.
Karakteristik dasar dari alat pengukur ketika mengukur intensitas curah hujan
adalah waktu respon (termasuk proses penyaringan), yang mengarah pada
kesalahan pengukuran (penundaan sistematis). Waktu respon, yang tersedia dalam
manual operasi adalah selama enam detik sampai beberapa menit tergantung pada
desain dan model alat pengukur yang digunakan. Data tambahan dari stasiun cuaca
otomatis, seperti ketinggian angin pada meteran ukur, suhu udara, cuaca sekarang
atau kedalaman salju, akan berguna untuk menafsirkan dan mengoreksi secara
akurat pengukuran curah hujan dari alat pengukur otomatis.

2. Penakar Hujan Manual / Non-Recording Precipitation Gauges


Untuk alat penakar hujan secara manual ada dua tipe yaitu penakar hujan tipe
observatorium dan penakar hujan tipe Hillman. Penakar hujan tipe observatorium
termasuk tipe kolektor yang menggunakan gelas ukur untuk mengukur air hujan.
Penakar hujan ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan di Indonesia sejak
abad yang lalu hingga sekarang, merupakan tipe “standard” di negara kita. 
Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai Penakar Hujan Tipe Observatorium
adalah penampang penakar harus selalu horizontal, alat harus tetap bersih, kayu harus
di cat putih, corong harus bersih dari kotoran yang bisa menutup lobang, kran harus
sering dibersihkan (jika terjadi kebocoran harus segera diganti/diperbaiki), bak
penampung air hujan harus dibersihkan dari endapan dan debu dengan jalan
menuangkan air ke dalamnya dan kran dibuka. Gelas penakar harus dijaga tetap
bersih, dikeringkan dengan air bersih dan disimpan di tempat yang aman dan jangan
sampai pecah.
Untuk Penakar Hujan Tipe Hillman, air hujan yang jatuh pada mulut/corong
penakar masuk ke dalam silinder kolektor. Di dalam silinder kolektor ini terdapat
sebuah penampang pelampung. Pelampung dihubungkan dengan tangkai pena yang
selanjutnya goresan pena diterima oleh silinder pias. Silinder kolektor memiliki daya
tampung maksimal senilai dengan curah hujan 10 mm. Tepat pada saat kolektor
penuh, maka air senilai 10 mm ini tercurah habis melalui pipa pembuangan untuk
kemudian masuk ke dalam ember penadah. Bersamaan peristiwa ini maka pelampung
turun ke dasar dan pena kembali ke titik nol pada kertas pias. Jika hujan masih
berlanjut, tabung kolektor akan terisi kembali diikuti naiknya pena pencatat. Proses
pengisian dan pengosongan terus berlangsung hingga saatnya hujan berhenti. Penakar
ini umumnya mencatat periode hujan 24 jam sehingga dilakukan penggantian pias
setiap hari.
Error yang dapat terjadi saat memakai alat  hujan manual:
(a) Kesalahan karena deformasi medan angin sistematis di atas lubang pengukur:
biasanya 2% hingga 10% untuk hujan dan 10% hingga 50% untuk salju;
(b) Kesalahan karena kehilangan kebasahan pada dinding bagian dalam kolektor;
(c) Kesalahan karena kehilangan kebasahan dalam wadah saat dikosongkan: biasanya
2% hingga 15% di musim panas dan 1% hingga 8% di musim dingin, untuk (b)
dan (c) bersama-sama;
(d) Kesalahan karena penguapan dari wadah (paling penting di iklim panas): 0%
hingga 4%;
(e) Kesalahan akibat tiupan dan hanyutnya salju;
(f) Kesalahan karena masuk dan keluarnya percikan air: 1% sampai 2%;
(g) Kesalahan mekanis dan pengambilan sampel sistematis, dan kesalahan efek
dinamis (yaitu penundaan sistematis karena waktu respons instrumen): biasanya
5% hingga 15% untuk intensitas curah hujan, atau bahkan lebih dalam kejadian
dengan laju tinggi (lihat WMO, 2009);
(h) Kesalahan pengamatan dan instrumental acak, termasuk waktu pembacaan
pengukur yang salah.
C. Kalibrasi dan Kesalahan

1. Alat Ukur Otomatis


Silinder atau tongkat yang dipilih haruslah konsisten dengan ukuran kolektor
yang dipilih. Kalibrasi pengukur dalam hal ini dilakukan dengan  memeriksa
diameter lubang pengukur, dan memastikan bahwa itu termasuk dalam toleransi
yang diizinkan, termasuk pemeriksaan volumetrik slinder pengukur atau tongkat,
vegetasi di sekitar pengukur harus di pangkas hingga 5 cm (jika ada), paparan juga
harus di periksa dan juga di catat. Pemeliharaan harus dilakukan dengan rutin,
untuk menjaga pengukur keluar dari level.

2. Alat Ukur Manual


a. Weighing-Recording Gauges
Alat pengukur penimbangan pada umumnya terdapat bagian yan bergerak,
oleh karena itu jarang menggunakan kalibrasi. Pada umumnya kalibrasi
menggunakan serangkaian bobot yang ketika di tempatkan di sebuah wadah
tangkapan akan memberikan nilai yang telah ditentukan sebelumnya setara
dengan jumlah curah hujan. Prosedur alternatif untuk mengkalibrasi alat
pengukur penimbang saat menangani pengukuran intensitas pengukuran cura
hujan disebut sebagai kalibrasi dinamis dalam kondisi stabil dari laju aliran
referensi yang menunjukan satu perubahan mendadak dari nol ke laju hujan
ekuivalen yang diberikan. Dalam kondisi tidak stabil memungkinkan  kalibrasi
pengukur penimbangan yang lebih baik dan dapat meningkatkan kinerja
dinamis dan akurasi. Pemeriksaan kalibrasi lapangan atau inspeksi lapangan
juga harus dilakukan secara teratur sebagai bagian dari pemeliharaan dan
pemeriksaan rutin, dengan mempertimbangkan keadaan lokasi dan operasional.
b. Tipping-Bucket Gaues
Kalibrasi tipping bucket biasanya dilakukan dengan melakukan sejumlah air
yang diketahui melalui mekanisme dengan volume yang diketahui melalui
mekanisme tipping pada berbagai tingkat dan dengan menyesuaikan mekanisme
dengan volume yang diketahui. Karena banyaknya sumber kesalahan,
karakteristik pengumpulan dan kalibrasi alat pengukur hujan tipping bucket
merupakan interaksi kompleks dari banyak variabel. Faktor koreksi dapat
bervariasi dari stasiun ke stasiun. Faktor koreksi umumnya lebih besar dari 1,0
(kurang terbaca) untuk hujan dengan intensitas rendah, dan kurang dari 1,0
(terbaca lebih) untuk hujan dengan intensitas tinggi, hubungan antara faktor
koreksi dan intensitas tidak linear tetapi membentuk kurva.

Anda mungkin juga menyukai