0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
34 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang alat pengukur curah hujan secara otomatis (ARG) dan manual, termasuk komponen, cara kerja, prosedur pengambilan data, dan potensi kesalahan masing-masing alat. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan dua jenis alat pengukur curah hujan yaitu otomatis yang bekerja dengan sensor dan pencatat data digital, serta manual yang mengukur curah hujan secara langsung. D
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang alat pengukur curah hujan secara otomatis (ARG) dan manual, termasuk komponen, cara kerja, prosedur pengambilan data, dan potensi kesalahan masing-masing alat. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan dua jenis alat pengukur curah hujan yaitu otomatis yang bekerja dengan sensor dan pencatat data digital, serta manual yang mengukur curah hujan secara langsung. D
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang alat pengukur curah hujan secara otomatis (ARG) dan manual, termasuk komponen, cara kerja, prosedur pengambilan data, dan potensi kesalahan masing-masing alat. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan dua jenis alat pengukur curah hujan yaitu otomatis yang bekerja dengan sensor dan pencatat data digital, serta manual yang mengukur curah hujan secara langsung. D
Anggota Kelompok : 1. Muhammad Youri Azreal (G2401201011) 2. Dwi Wulan Settyaningrum(G2401201014) 3. Muh.Amin (G2401201026) 4. M.Rayhan Qalbi (G2401201047)
RESUME ALAT PENAKAR CURAH HUJAN
A. Alat Pengukur Otomatis / Automatic Rain Gauge (ARG)
Penakar hujan otomatis atau Automatic Rain Gauge (ARG) adalah peralatan yang digunakan untuk menghitung jumlah curah hujan dalam satuan waktu tertentu secara otomatis dengan bantuan baterai sebagai sumber tenaganya. Pengenalan peralatan ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana peralatan ini beroperasi, pemasangannya, melihat datanya dan mengambil datanya. Komponen ARG ada dua yaitu Badan ARG yang berfungsi untuk menampung dan mengukur curah hujan, serta Logger ARG yang berfungsi untuk menghitung dan mencatat data curah hujan. Urut-urutan berikut adalah prosedur pengambilan data dari logger ARG ke Komputer : 1. Buka penutup ARG dengan menggunakan obeng. 2. Lepaskan penutup ARG secara perlahan dari badan peralatan dengan menariknya ke atas. 3. Lepaskan jack kabel konektor dari logger. 4. Lepaskan penutup logger dengan memutar/mengendorkan kedua skrup yang terpasang disampingnya. 5. Tarik secara perlahan penutup logger hingga terpisah dari logger. 6. Sebelum melangkah lebih lanjut, perhatikan LCD display apakah tetap menunjukkan waktu yang benar atau tidak. Bila waktu yang ditunjukkan tidak sesuai dengan waktu pencatatan, maka kemungkinan alat mengalami gangguan atau kerusakan. 7. Setelah yakin kondisi peralatan benar, selanjutnya set mode (mode selection switch) ke posisi 0 yang dikombinasikan dengan menekan tombol Reset Switch. 8. Setelah menekan kombinasi kedua tombol tersebut, selanjutnya Mode Switch diarahkan ke posisi “F” kembali dan di LCD Display akan muncul tampilan “SLEEP”. 9. Kondisi demikian berarti logger tidak melakukan pencatatan lagi sampai logger tersebut diaktifkan kembali. 10. Sebelum melakukan koneksi dengan komputer, Mode Switch diarahkan ke “0” dan tekan tombol reset switch, sehingga pada LCD display akan muncul. Dalam kondisi tersebut logger dihubungkan dengan komputer melalui konektor. 11. Langkah selanjutnya dilakukan di komputer dengan memilih “Connect” pada file menu software untuk menghubungkan logger dengan komputer. 12. Setelah pada monitor muncul “Link !!”, hal tersebut berarti komputer telah terkoneksi dengan logger yang selanjutnya data yang ada di dalamnya siap untuk didownload. 13. Secara otomatis data dan lokasi yang telah diset di logger akan terdeteksi. Selanjutnya data tersebut dapat dikonversi dengan beberapa format pilihan yang terdapat pada file menu. 14. Pilihan format terdiri dari *.BIN, *,SEQ dan *.PRN 15. Setelah langkah ini selesai, proses download data telah selesai dan selanjutnya koneksi logger dapat dilepaskan kembali yang sebelumnya didahului dengan melakukan “Disconnect” pada software kadec dan menutup aplikasi tersebut. 16. Sebelum pemasangan, Mode Switch diarahkan kembali ke “0” dan pada LCD display akan muncul “P U L S E” tekan tombol reset switch dan pada LCD display akan menunjukkan waktu saat itu. Bila waktu yang ditunjukan belum sesuai, maka dapat disesuaikan dengan mengatunya pada Check Switch. 17. Untuk melakukan pengujian apakah logger berfungsi dengan benar dapat dilakukan dengan menekan Pulse Test Switch sebanyak 5 kali (hal ini kita misalkan Tipping buckets bergerak karena adanya air hujan). Dari perlakukan tersebut maka pada LCD Display akan muncul “0 0 0 0 5”. Indikator tersebut menunjukkan bahwa peralatan telah berfungsi dengan baik. 18. Tutup logger dan jack kabel konektor disambungkan kembali sebagaimana prosedur yang telah disebutkan di atas. 19. Logger ditempatkan kembali pada posisinya dan terakhir penutup ARG dipasang kembali.
B. Error dan Kesalahan Alat Ukur
1. Alat Ukur Otomatis/ Recording Precipitation Gauges
a. Tipping-Bucket Gauge Alat ukur curah hujan tipe tipping-bucket terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama adalah bagian penerima air hujan yang terdiri dari bagian penampung air hujan yang berbentuk kerucut serta bagian penerima tetesan dari penampung air hujan yang berbentuk tabung kecil terpancung atau lebih dikenal dengan istilah tipping bucket. Bagian kedua adalah sensor yaitu reed switch, sedangkan bagian terakhir adalah bagian pengolah data yang terdiri dari mikrokontroler dan PC. Bagian penting dari pengukur curah hujan adalah bagian TB yang akan menghasilkan data yang kemudian diolah dan disajikan sebagai data curah hujan. Bagian TB ini berbentuk dua buah tabung kecil terpancung. Ketika hujan turun, tetes air hujan dikumpulkan di bagian kerucut kemudian mengalir ke bagian TB yang terletak di bawah kerucut. Ketika salah satu dari TB yang pada keadaan awal berada di atas ini dipenuhi oleh air hujan, bagian ini menjadi tidak seimbang dan turun ke bawah, mengosongkan air dalam TB dan membuangnya ke saluran pembuangan, kemudian TB yang lain akan naik dan menerima tetesan seperti TB sebelumnya. TB ini dibuat dengan toleransi yang ketat untuk menghasilkan data curah hujan yang tepat. Selain itu, akurasi dari pengukur curah hujan tipe TB akan berubah jika berada di permukaan penempatan yang tidak rata, sehingga dibutuhkan data profil permukaan tempat pengukur curah hujan ini ditempatkan (waterpass bisa digunakan untuk kebutuhan ini). Permukaan juga harus bebas dari getaran. Pada akhirnya, setiap jatuhnya TB mengaktifkan reed switch magnetik yang direkam oleh data logger. Pada penakar hujan tipe tipping-bucket memiliki luas mulut corong sebesar 400 m2 dan memiliki tinggi 140 cm dari permukaan tanah. b. Weighing-Recording Gauge Kecuali untuk kesalahan karena hilangnya kebasahan dalam wadah ketika dikosongkan, alat penakar hujan tipe Weighing-recording juga rentan terhadap sumber lain kesalahan. Problem penting pada alat pengukur jenis ini adalah curah hujan, khususnya hujan beku atau salju basah, yang dapat menempel di bagian dalam lubang pengukur. Hal ini sangat membatasi kemampuan alat pengukur untuk memberikan waktu yang akurat dari peristiwa hujan. Kesalahan yang berkaitan dengan rekaman yang bersifat anomali dapat diminimalkan oleh pembacaan secara rata-rata selama jangka waktu pendek yang biasanya berkisar antara 1 sampai 5 menit. Kesalahan waktu pada jam instrumen dapat menentukan hasil tangkapan pada periode atau tanggal yang salah. Beberapa potensi kesalahan dalam metode pengukuran curah hujan manual dapat dihilangkan atau setidaknya dikurangi dengan menggunakan alat pengukur curah hujan tipe ini. Kekeliruan pengukuran acak yang dikaitkan dengan kesalahan pengamatan manusia dan kesalahan sistematis tertentu, khususnya penguapan dan pengikisan air juga diminimalkan. Karakteristik dasar dari alat pengukur ketika mengukur intensitas curah hujan adalah waktu respon (termasuk proses penyaringan), yang mengarah pada kesalahan pengukuran (penundaan sistematis). Waktu respon, yang tersedia dalam manual operasi adalah selama enam detik sampai beberapa menit tergantung pada desain dan model alat pengukur yang digunakan. Data tambahan dari stasiun cuaca otomatis, seperti ketinggian angin pada meteran ukur, suhu udara, cuaca sekarang atau kedalaman salju, akan berguna untuk menafsirkan dan mengoreksi secara akurat pengukuran curah hujan dari alat pengukur otomatis.
Untuk alat penakar hujan secara manual ada dua tipe yaitu penakar hujan tipe observatorium dan penakar hujan tipe Hillman. Penakar hujan tipe observatorium termasuk tipe kolektor yang menggunakan gelas ukur untuk mengukur air hujan. Penakar hujan ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan di Indonesia sejak abad yang lalu hingga sekarang, merupakan tipe “standard” di negara kita. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai Penakar Hujan Tipe Observatorium adalah penampang penakar harus selalu horizontal, alat harus tetap bersih, kayu harus di cat putih, corong harus bersih dari kotoran yang bisa menutup lobang, kran harus sering dibersihkan (jika terjadi kebocoran harus segera diganti/diperbaiki), bak penampung air hujan harus dibersihkan dari endapan dan debu dengan jalan menuangkan air ke dalamnya dan kran dibuka. Gelas penakar harus dijaga tetap bersih, dikeringkan dengan air bersih dan disimpan di tempat yang aman dan jangan sampai pecah. Untuk Penakar Hujan Tipe Hillman, air hujan yang jatuh pada mulut/corong penakar masuk ke dalam silinder kolektor. Di dalam silinder kolektor ini terdapat sebuah penampang pelampung. Pelampung dihubungkan dengan tangkai pena yang selanjutnya goresan pena diterima oleh silinder pias. Silinder kolektor memiliki daya tampung maksimal senilai dengan curah hujan 10 mm. Tepat pada saat kolektor penuh, maka air senilai 10 mm ini tercurah habis melalui pipa pembuangan untuk kemudian masuk ke dalam ember penadah. Bersamaan peristiwa ini maka pelampung turun ke dasar dan pena kembali ke titik nol pada kertas pias. Jika hujan masih berlanjut, tabung kolektor akan terisi kembali diikuti naiknya pena pencatat. Proses pengisian dan pengosongan terus berlangsung hingga saatnya hujan berhenti. Penakar ini umumnya mencatat periode hujan 24 jam sehingga dilakukan penggantian pias setiap hari. Error yang dapat terjadi saat memakai alat hujan manual: (a) Kesalahan karena deformasi medan angin sistematis di atas lubang pengukur: biasanya 2% hingga 10% untuk hujan dan 10% hingga 50% untuk salju; (b) Kesalahan karena kehilangan kebasahan pada dinding bagian dalam kolektor; (c) Kesalahan karena kehilangan kebasahan dalam wadah saat dikosongkan: biasanya 2% hingga 15% di musim panas dan 1% hingga 8% di musim dingin, untuk (b) dan (c) bersama-sama; (d) Kesalahan karena penguapan dari wadah (paling penting di iklim panas): 0% hingga 4%; (e) Kesalahan akibat tiupan dan hanyutnya salju; (f) Kesalahan karena masuk dan keluarnya percikan air: 1% sampai 2%; (g) Kesalahan mekanis dan pengambilan sampel sistematis, dan kesalahan efek dinamis (yaitu penundaan sistematis karena waktu respons instrumen): biasanya 5% hingga 15% untuk intensitas curah hujan, atau bahkan lebih dalam kejadian dengan laju tinggi (lihat WMO, 2009); (h) Kesalahan pengamatan dan instrumental acak, termasuk waktu pembacaan pengukur yang salah. C. Kalibrasi dan Kesalahan
1. Alat Ukur Otomatis
Silinder atau tongkat yang dipilih haruslah konsisten dengan ukuran kolektor yang dipilih. Kalibrasi pengukur dalam hal ini dilakukan dengan memeriksa diameter lubang pengukur, dan memastikan bahwa itu termasuk dalam toleransi yang diizinkan, termasuk pemeriksaan volumetrik slinder pengukur atau tongkat, vegetasi di sekitar pengukur harus di pangkas hingga 5 cm (jika ada), paparan juga harus di periksa dan juga di catat. Pemeliharaan harus dilakukan dengan rutin, untuk menjaga pengukur keluar dari level.
2. Alat Ukur Manual
a. Weighing-Recording Gauges Alat pengukur penimbangan pada umumnya terdapat bagian yan bergerak, oleh karena itu jarang menggunakan kalibrasi. Pada umumnya kalibrasi menggunakan serangkaian bobot yang ketika di tempatkan di sebuah wadah tangkapan akan memberikan nilai yang telah ditentukan sebelumnya setara dengan jumlah curah hujan. Prosedur alternatif untuk mengkalibrasi alat pengukur penimbang saat menangani pengukuran intensitas pengukuran cura hujan disebut sebagai kalibrasi dinamis dalam kondisi stabil dari laju aliran referensi yang menunjukan satu perubahan mendadak dari nol ke laju hujan ekuivalen yang diberikan. Dalam kondisi tidak stabil memungkinkan kalibrasi pengukur penimbangan yang lebih baik dan dapat meningkatkan kinerja dinamis dan akurasi. Pemeriksaan kalibrasi lapangan atau inspeksi lapangan juga harus dilakukan secara teratur sebagai bagian dari pemeliharaan dan pemeriksaan rutin, dengan mempertimbangkan keadaan lokasi dan operasional. b. Tipping-Bucket Gaues Kalibrasi tipping bucket biasanya dilakukan dengan melakukan sejumlah air yang diketahui melalui mekanisme dengan volume yang diketahui melalui mekanisme tipping pada berbagai tingkat dan dengan menyesuaikan mekanisme dengan volume yang diketahui. Karena banyaknya sumber kesalahan, karakteristik pengumpulan dan kalibrasi alat pengukur hujan tipping bucket merupakan interaksi kompleks dari banyak variabel. Faktor koreksi dapat bervariasi dari stasiun ke stasiun. Faktor koreksi umumnya lebih besar dari 1,0 (kurang terbaca) untuk hujan dengan intensitas rendah, dan kurang dari 1,0 (terbaca lebih) untuk hujan dengan intensitas tinggi, hubungan antara faktor koreksi dan intensitas tidak linear tetapi membentuk kurva.