Anda di halaman 1dari 11

PENGUJIAN NILAI TOLERANSI PADA

KALIBRASI SENSOR CURAH HUJAN


MODEL TIPPING BUCKET
Elinda Prima F.D1, Muhamad Naufal A2, dan Galih Setyawan, M.Sc3

Prodi D3 Metrologi dan Instrumentasi, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Indonesia
Sekip Utara PO BOX BLS. 21 Yogyakarta 55281, Indonesia

elinda.prima.f@mail.ugm.ac.id 1 , muhamad.naufal.a@mail.ugm.ac.id ,
2
3
galih.setyawan@mail.ugm.ac.id

Abstrak. Telah dilakukan praktikum pengujian nilai toleransi pada kalibrasi sensor curah
hujan model tipping bucket. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara kalibrasi
sensor curah hujan model tipping bucket dan mencari nilai resolusi pada tipping bucket. Pada
praktikum ini praktikan melakukan kalibrasi terhadap tipping bucket sebelum melakukan
percobaan. Kalibrasi dilalukan dengan cara mengatur baut kiri dan kanan pada tipping bucket
sampai didapat volume yang sama untuk bucket kiri dan kanan. Pada dasarnya prinsip kerja
tipping bucket, air hujan yang masuk pada corong tipping bucket akan ditampung didalam
jungkit, apabila jungkit telah penuh terisi air maka air akan dikeluarkan dari jungkit. Terdapat
dua buah jungkit yang saling bergantian menampung air hujan. Dalam melakukan percobaan
praktikan mencatat data pengukuran dalam laporan sementara. Dalam praktikum ini
praktikan setelah mendapatkan data pengukuran kemudian praktikan menghitung nilai
resolusi pada tipping bukcket dengan rumus resolusi = , yang mana nilai
dapat dicari dengan rumus = . Dari hasil perhitungan didapatkan hasil rata – rata pada
sisa kanan 7.76 dan hasil perhitungan didapatkan hasil rata – rata sisa kiri 4.04. Dari hasil
perhitungan dan perhitungan dapat dicari nilai resolusi pada tipping bucket dan
didapatkan hasil perhitungan resolusi 0.2.

Kata kunci : curah hujan, tipping bucket, pengukuran curah hujan

1. Pendahuluan

Hujan merupakan peristiwa jatuhnya air dalam bentuk cairan maupun padat yang
dicurahkan atmosfer ke permukaan bumi. Garis pada peta yang berhubungan dari satu tempat ke tempat
yang lainnya memiliki curah hujan sama disebut isohyet. Berdasarkan ukuran butiran, hujan dapat
dibedakan menjadi:
a) Hujan gerimis/drizzle, dengan diameterbutirannya kurang dari 0,5 mm.
b) Hujan salju/snow, adalah kristal-kristal es yang temperatur udaranya berada di bawah titik beku (0oC).
c) Hujan batu es, curahan batu es yang turun didalam cuaca panas awan yang temperaturnya dibawah titik
beku (0oC).
d) Hujan deras/rain, dengan curah hujan yang turun dari awan dengan nilai temperatur diatas titik beku
berdiameter butiran ± 7 mm.
Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan atas:
a) Hujan frontal, adalah hujan yang terjadi di daerah front, yang disebabkan oleh adanya pertemuan dua
massa udara yang nilai temperaturnya berbeda, yaitu massa udara panas/lembab bertemu massa udara
dingin/padat yang akan menyebabkan adanya kondensasi dan terjadilah hujan.
b) Hujan tropis, merupakan hujan yang terjadi karena udara naik disebabkan adanya pemanasan suhu
yang tinggi. Peristiwa ini biasanya terdapat pada daerah tropis antara 23,5o LU hingga 23,5o LS. Oleh
karena itu disebut juga hujan tropis.
c) Hujan orografis/naik pegunungan, adalah hujan yang terjadi karena adanya udara yang mengandung
uap air dipaksa oleh angin mendaki lereng pegunungan yang makin ke atas makin dingin, sehingga
terjadi kondensasi maka terbentuk awan dan jatuhlah air hujan. Hujan yang jatuh di lereng yang
dilewatinya disebut hujan orografis, sedang di lereng sebelahnya bertiup angin jatuh yang kering disebut
daerah bayangan hujan. ……[ 3 ]

Alat pengukur curah hujan merupakan alat untuk mengukur curah hujan yang terjadi pada suatu
daerah baik pedesaan, kecamatan, ataupun propinsi yang mengacu pada standar WMO (World
Metrological Organization). Curah hujan dapat diukur dengan alat penakar curah hujan otomatis atau
manual. Dengan menggunakan panakar hujan yang bekerja secara manual, maka pengambilan data juga
dilakukan secara manual. Data yang diperoleh merupakan kumpulan curah hujan selama selang waktu
tertentu dan dilakukan secara terus menerus. Ini menyebabkan tidak diketahui jam berapa terjadinya hujan
pada suatu hari karena data yang didapat merupakan data rata – rata. Solusi dari masalah ini adalah
pembuatan alat pengukur curah hujan dengan menggunakan hall effect sensor yang secara otomatis dapat
menghitung dan menyimpan data curah hujan, sehingga dapat diketahui kapan waktu turunnya hujan dan
kapan saat tidak ada hujan dari data yang tersimpan. Dengan adanya alat penakar hujan otomatis ini
sangat membantu perolehan data curah hujan diluar jam pengamatan manual dan diharapkan data yang
diperoleh semakin akurat dan benar. Dengan sistem pengamatan cuaca otomatis ini data akan tersimpan
dalam bentuk digital. Dengan data pengamatan dalam bentuk digital akan memudahkan sistem
penyimpanan data dan pengiriman data.
Penakar hujan adalah instrumen yang digunakan untuk mendapatkan dan mengukur jumlah
curah hujan pada satuan waktu tertentu. Panakar hujan mengukur tinggi hujan seolah-olah air hujan yang
jatuh ke tanah menumpuk ke atas merupakan kolom air. Air yang tertampung volumenya dibagi dengan
luas corong penampung, hasilnya adalah tinggi atau tebal, satuan yang dipakai adalah milimeter (mm).
Secara umum alat penakar hujan terbagi dalam 3 jenis yaitu :
1. Jenis penakar hujan biasa tipe Obervatorium (Obs) atau konvensional
2. Jenis penakar hujan mekanik recorder ( Jenis Hellman )
3. Jenis penakar hujan otomatis/penakar hujan tipping bucket.

Prinsip tipping bucket sensor, air hujan ditampung pada bejana yang berjungkit. Bila air mengisi
bejana penampung yang setara dengan tinggi hujan 0,5 mm akan berjungkit dan air dikeluarkan. Terdapat
dua buah bejana yang saling bergantian menampung air hujan. Tiap gerakan bejana berjungkit secara
mekanis tercapat pada pias atau menggerakkan counter (penghitung). Jumlah hitungan dikalikan dengan
0,5 mm adalah tinggi hujan yang terjadi. Curah hujan di bawah 0,5 mm tidak tercatat. ……. [ 2 ]

2. Tinjauan pustaka

Pada jurnal yang berjudul Sampling Errors Of Tipping-Bucket Rain Gauge Measurements oleh
Emad Habib, Witold F. Krajewski, dan Anton Kruger. Dalam penelitian ini menyelidiki kesalahan-terkait
sampling tipping-bucket (TB) pengukuran curah hujan,berfokus pada kemampuan gauge untuk mewakili
skala kecil curah hujan variabilitas temporal. Dengan menggunakan simulator TB sederhana yang
digunakan pengukuran resolusi ultra-tinggi dari pengukur hujan optik eksperimental. Simulasi
pengamatan itu digunakan untuk memberikan TB curah hujan dengan perkiraan pada skala waktu
serendah satu menit. Hasil simulasi itunmenunjukkan bahwa perkiraan TB memiliki kesalahan yang
signifikan jika berdasarkan skala waktu kurang dari 10 sampai 15 menit. rumus perkiraan digunakan
untuk mengkarakterisasi kesalahan pengambilan sampel TB di beberapa skala waktu. Hasil penelitian
menunjukkan pentingnya menggunakan resolusi yang baik dari kedua sampling interval waktu dan ember
ukuran sehingga TB perkiraan curah hujan memiliki tingkat ketidakpastian minimum. …..[ 1 ]
Pada jurnal yang berjudul Sistem Data Logger Curah Hujan Dengan Model Tipping Bucket
Berbasis Mikrokontroller oleh M. Andang Novianta membahas tentang pengukuran jarak jauh curah
hujan pada suatu daerah. Curah hujan yang tinggi atau abnormal dengan daya dukung lingkungan yang
rendah dapat menyebabkan bahaya banjir dan longsor. Data pengukuran yang tersimpan akan digunakan
sebagai pengambil keputusan terhadap akumulasi tingginya curah hujan yang terjadi sehingga ancaman
bencana alam baik banjir atau longsor dapat diketahui secara dini. Tujuan penelitian ini adalah merancang
suatu alat telemetri pengukuran curah hujan secara digital dan berbasis system database, sehingga data
pengukuran tersimpan secara digital. Berdasarkan hasil pengukuran dan pengujian sistem diperoleh hasil
dari alat serta sensor menunjukkan unjuk kerja sistem yang baik. …….[ 3 ]

Pada jurnal yang berjudul Perancangan dan Pembuatan Sensor Curah Hujan Tipe Tipping
Bucket dengan Tampilan LCD oleh Hendra Dwi Saputra, Ir. Nurussa’adah, MT., dan Mochammad
Rif’an, ST., MT. Dalam jurnal ini membuat alat ukur curah hujan yang bekerja secara otomatis yang
dapat menampilkan hasil pengukuran secara langsung dan dapat dilihat langsung oleh publik. Dengan
demikian masyarakat dapat melihat dan mengukur curah hujan yang turun. Pada perancangan dan
pembuatan sensor curah hujan ini, sensor yang dibuat adalah tipe tipping bucket dengan resolusi
pengukuran 0,5 mm. Hasil pengukuran ditampilkan melalui LCD Dot Matrix 2 x 16 karakter. Sensor yang
dibuat dapat menyimpan data selama 24 jam. Selain itu, data hasil pengukuran dapat dikirm melalui
komunikasi serial dan ditampilkan pada komputer, serta disimpan dalam bentuk database. …...[ 4 ]

Pada jurnal yang berjudul Modifikasi Penakar Hujan Otomatis Tipe Tipping Bucket Dengan
Hall Effect Sensor Ats276 oleh Valentina Sophia Manullang. Memperoleh hasil pengujian alat pengukur
curah hujan tipping bucket dengan IC ATS276 telah sesuai dengan data yang diperoleh pada alat
pengukur manual/ konvensional. Tingkat kebenaran yang diperoleh sekitar 98,7 %. Dengan nilai error
hanya 1,3% maka data hasil pengukuran curah hujan tipping bucket dengan IC ATS276 dapat dikatakan
akurat. ……[ 2 ]

3.Metode Penelitian

1. Alat dan Bahan

- Air sebagai pengganti hujan


- Set tipping bucket
- Gelas ukur ( besar dan kecil )
- Timbangan digital
- Pipet
2. Skema Percobaan

Gambar 1.
Skema Percobaan

Gelas ukur besar

timbangan

pipet

Gelas ukur kecil

timbangan
3. Langkah Percobaan

 Prosedur Kalibrasi tipping bucket


a. Gelas ukur kosong ditimbang dengan timbangan digital.
b. Air sebanyak 314 ml ditimbang dan dimasukan ke dalam gelas ukur.
c. Baut kiri dan kanan diatur agar didapat volume yang sama untuk bucket kiri dan
kanan
d. Air dituang ke dalam tipping bucket
e. Banyaknya jungkit yang dihasilkan dicatat ( 10 jungkit )
f. Air yang tersisa pada tipping bucket dipindahkan kedalam gelas ukur. Hasilnya
ditimbang.
g. Perlakuan b – f diulangi sebanyak 5 kali untuk masing jungkit kiri dan kanan

4. Data Hasil dan Pembahasan


a. Data Hasil
Tabel 1
Data hasil
No. Jumlah jungkit Sisa kanan ( ml ) Sisa kiri ( ml )
1 10 9.6 8.6
2 10 4.2 4.4
3 10 5 2
4 10 9.6 2.4
5 10 10.4 2.8
Rata –rata ā = 7.76 b = 4.04

=
. .
=
= 5.9

Resolusi =
Resolusi = 5.9
Resolusi = 0.187898
Resolusi =0.2

b. Pembahasan

Telah dilakukan praktikum Telah dilakukan praktikum pengujian nilai toleransi pada
kalibrasi sensor curah hujan model tipping bucket. Pada praktikum ini sebelum melakukan
prkatikum, praktikan menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum yaitu
air yang digunakan sebagai pengganti hujan, set tipping bucket yang digunakan untuk
pengukuran, pipet, dua buah gelas ukur, dan timbangan digital. Sebelum dilakukan
pengukuran, lakukan kalibrasi tipping bucket terlebih dahulu dengan cara mengatur baut pada
tipping bucket, semakin rendah jungkit pada tipping bucket maka air akan semakin lama
mengisi jungkit, apabila jungkit semakin tinggi, maka air akan semakin cepat mengisi jungkit.
Mula – mula praktikan menimbang gelas ukur besar dalam keadaan kosong, kemudian diisi
air hingga ± 314 ml. setelah didisi air kemudian ditimbang lagi. Siapkan set tipping bucket
dan kemudian tuang air pada gelas ukur kedalam corong tipping bucket. Ukur jumlah jungkit
yang dihasilkan, kemudian ambil air yang tersisa paungkit, sisa air pada jungkit merupakan
error yang terjadi pada tipping bucket, masukkan air pada gelas ukur kecil, kemudian
ditimbang. Lakukan pengukuran itu sebanyak 5 kali, dimulai dengan jungkit kanan, dan 5 kali
dimulai dari jungkit kiri. Sehingga nantinya akan didapatkan air sisa pada jungkit kanan dan
air sisa pada jungkit kiri. Setelah didapatkan hasil pengukuran, kemudian praktikan
menghitung nilai rata – rata sisa kanan, nilai rata – rata sisa kiri, dan nilai resolusi. Dari hasil
perhitungan didapatkan nilai rata – rata sisa kanan yaitu 7.76, nilai rata – rata sisa kiri
yaitu 4.04, dan dari hasil perhitungan dan dapat dihitung nilai resolusi tipping bucket
dan di dapatkan hasil perhitungan nilai resolusi yaitu 0.2.

5.Kesimpulan

Kalibrasi dilalukan dengan cara mengatur baut kiri dan kanan pada tipping bucket sampai didapat
volume yang sama untuk bucket kiri dan kanan. Kalibarsi dilakukan dengan tujuan agar didapatkan hasil
pengukuran yang lebih sedikit dengan tingkat error pada tipping bucket minim. Dari hasil perhitungan
didapatkan nilai rata – rata sisa kanan yaitu 7.76, nilai rata – rata sisa kiri yaitu 4.04, dan dari hasil
perhitungan dan dapat dihitung nilai resolusi tipping bucket dan di dapatkan hasil perhitungan nilai
resolusi yaitu 0.2.

6. Daftar Pustaka

[1] Habib, Emad. Dkk.2001. JOURNAL OF HYDROLOGIC ENGINEERING / MARCH/APRIL


2001 / 161. Sampling Errors Of Tipping-Bucket Rain Gauge Measurements.

[2] Manullang,Valentina Sophia. Modifikasi Penakar Hujan Otomatis Tipe Tipping Bucket Dengan
Hall Effect Sensor Ats276. Mahasiswa Ekstensi Fisika Intrumentasi FMIPA USU .

[3] Novianta, M Andang. 2011. Jurnal Teknologi, Volume 4 Nomor 2, Desember 2011, 160-166.
Sistem Data Logger Curah Hujan Dengan Model Tipping Bucket Berbasis
Mikrokontroller. Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND
Yogyakarta.

[4] Saputra, Hendra Dwi. Dkk.2013. Perancangan dan Pembuatan Sensor Curah Hujan Tipe
Tipping Bucket dengan Tampilan LCD.
7. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai