Anda di halaman 1dari 6

Makalah

Peletakan Dasar Peradaban Islam Nabi Oleh Nabi Muhammad SAW

Disusun oleh :

Kelompok 8

Indah Ayu Rohmawati : 30901900087

Laili Nur Ufiana : 30901900096

Monica Maharani : 30901900107

Mauludatu Syafa’ah : 30901900115

Muhammad Athfal Dafiq : 30901900124

Universitas Islam Sultan Agung Semarang (UNISSULA)

2021/2022
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Arnold Toynbee, seorang Professor sejarah University of London, di luar


kegemilangannya dalam mereformasi bangsa Arab, keberhasilan Muhammad saw. dalam
membangun masyarakat Islam tidak terlepas dari cara kekerasan melalui peperangan dan pajak
yang dipaksakan kepada pemeluk Yahudi. Kepribadiannya yang memiliki dua sisi sebagai Rasul
dan sebagai manusia biasa memunculkan diskusi lebih panjang lagi. Beberapa tokoh sangat
sensitif dan terkesan bernada sinis dalam memahami sosok tersebut, sedangkan beberapa tokoh
lainnya sangat simpatik bahkan di antaranya sangat antusias dalam mengungkapkan nilai-nilai
positif dakwah Muhammad saw.

  Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan


kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua
Hira’ sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai
Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap
sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering
berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan
kebodohan.
            Tentulah kita sebagai seorang muslim tahu siapa beliau, bahkan Michael H. Heart dalam
bukunya The 100, menetapkan Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah
manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih
keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang
awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup
mengalahkan pasukan romawi di medan pertempuran. Dalam makalah inipun akan saya
sebarluaskan tentang adanya keajaiban-keajaiban itu untuk bisa membantu para pembaca untuk
memperluas wawasan tersebut lebih jauh dan dalam.(Wekke et al., 2018)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Membangun Masjid Pembangunan Mesjid

Mempunyai arti yang sangat penting bagi pembinaan masyarakat Islam, yang terdiri atas
individu-individu muslim yang senantiasa berpegang teguh kepada akidah dan syari‟at Islam,
pancaran dan semangat kemasjidannya. Mesjid juga menjadi tempat pelepasan para prajurit ke
medan perang dan tempat menyelesaikan semua urusan umat yang menyangkut ekonomi, sosial,
hukum, dan lain sebagainya. Masyarakat Islam sangat mementingkan persaudaraan atas dasar
akidah Islam (ukhuwah Islamiyah) antara sesama warga masyarakat. Dan ini tidak akan
terpenuhi secara maksimal melainkan dimulai dari masjid, tempat umat Islam bertemu muka dan
bertukar informasi serta menjalin persaudaraan. Dengan cara itu lenyap dengan sendirinya
tembok-tembok pemisah antara golongan kaya dan golongan miskin, golongan elit dan golongan
bawah, warna kulit dan keturunan. Sistem Islam menghendaki adanya persamaan dan keadilan
bagi seluruh umat. Mereka bertemu dalam satu barisan, berdiri tegak bersama-sama dihadapan
Alloh Swt. Hal ini dapat menyingkirkan egoisme, menyuburkan rasa tolong menolong (ta‟awun)
dan saling menanggung atas dasar persaudaraan Islam yang terbina di Masjid.

B. Membangun Ukhuwah Islamiyah

Langkah kedua yang dilakukan Rasululloh Saw. adalah mempersaudarakan antara Kaum
Anshor dan Kaum Muhajirin (Kaum Muslimin yang berhijrah dari Mekkah). Persaudaraan ini
bukan sekedar slogan-slogan kosong tanpa makna, tetapi persaudaraan yang digambarkan
Rasululloh Saw. ibarat satu tubuh, bila salah satu anggota tubuh tertimpa sakit maka anggota
tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit. Persaudaraan yang mendarah daging, mengalir dalam
setiap umat sehingga lenyap sama sekali segala fanatisme golongan, suku bangsa dan ras.
Persaudaraan yang sebenar-benarnya yang sebagaimana dilakukan Rasululloh tidak mungkin
terwujud tanpa didasari akidah Islam. Terjemahnya Dan Alloh lah yang mempersatukan hati
mereka (orang-orang) yang beriman. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang
berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, tetapi Alloh telah
mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-
Anfal : 63)18 Persaudaraan ini sebetulnya telah dilakukan Rasululloh Saw., yakni ketika
mempersaudarakan Muhajirin sewaktu berada di Mekkah. Setelah hijrah, Kaum Muhajirin dan
Kaum Anshor dipersaudarakan kembali di Madinah. Dengan demikian ikatan ukhuwah
Islamiyah bertambah-tambah kuatnya, apalagi setelah dinaungi sebuah sistem Islam di bawah
pimpinan Rasululloh Saw.(Muhammad et al., 2013)

C. Membangun konsensus bersama non-muslim

Agama tidak pernah berhenti untuk mengatur tata kehidupan manusia. Tujuan salah
satunya adalah bahwa agama dapat memberi arah yang menuju kepada tujuan hidup yang
bahagia, dunia maupun akhirat. Oleh karena itu, kerukunan dalam berinteraksi sosial dan juga
adanya toleransi antar umat beragama bukansekedar hidup berdampingan yang pasif saja akan
tetapi lebih dari itu, yaitu untuk berbuat baik dan berlaku adil antara satu sama yang
lainnya.Hubungan antar umat beragama tidak selamanya harmonis. Meskipun doktrin agama
masing-masing menganjurkan keharmonisan, kedamaian, kerukunan, saling menghormati,
menjunjung tinggi prinsip kebersamaan, namun dalam realitas historis empiris, doktrin agama,
keputusan majelis ulama keputusan konsili atau juga hasil kesepakatan sidang dewan gereja-
gereja sedunia yang bagus-bagus tersebut belum dengan sendirinya dapat terlaksana seperti yang
diidam-idamkan oleh masing-masing pihak. Masih banyak faktor “kepentingan” politik,
ekonomi, sosial, pertahanan keamanan yang ikut mewarnai pergumulan, dinamika yang pasang
surut hubungan antar umat beragama.

Di dalam Quran terdapat banyak ayat yang membolehkan Muslim untuk berhubungan
dengan kelompok di luar agama Islam, ayat-ayat itu diantaranya: Allah tidak melarang kamu
untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu Karena
agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orangorang yang berlaku adil. (Q.S al Mumtahanah (60): 8) (yaitu) orang-orang yang Telah
diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali Karena mereka berkata:
"Tuhan kami hanyalah Allah". dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia
dengan sebagian yang lain, tentulah Telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-
rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa, (Q.S al Hajj (22): 40). Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan
bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang
qalaaid, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka
mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah
haji, Maka bolehlah berburu. dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum
Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya
(kepada mereka). dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada
Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S al Maidah (5): 2). Janganlah orang-orang
mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin.
barang siapa berbuatdemikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali Karena (siasat)
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu
terhadap diri (siksa)-Nya. dan Hanya kepada Allah kembali (mu). (Q.S Ali Imran (3): 28).

Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka Telah menjadi kafir, lalu
kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-
penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan
dan Bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di
antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong, (Q.S an Nisa (4): 89).
Tentang ayat terahir disebutkan ini ada sebuah riwayat, bahwa beberapa orang Arab datang
kepada Rasulullah s.a.w. di Madinah. lalu mereka masuk Islam, Kemudian mereka ditimpa
demam Madinah, Karena itu mereka kembali kafir lalu mereka keluar dari Madinah. Kemudian
mereka berjumpa dengan sahabat nabi, lalu sahabat menanyakan sebab-sebab mereka
meninggalkan Madinah. mereka menerangkan bahwa mereka ditimpa demam Madinah. sahabat-
sahabat berkata: Mengapa kamu tidak mengambil teladan yang baik dari Rasulullah? sahabat-
sahabat terbagi kepada dua golongan dalam hal ini. yang sebahagian berpendapat bahwa mereka
Telah menjadi munafik, sedang yang sebahagian lagi berpendapat bahwa mereka masih Islam.
lalu turunlah ayat Ini yang mencela kaum muslimin Karena menjadi dua golongan itu, dan
memerintahkan supaya orang-orang Arab itu ditawan dan dibunuh, jika mereka tidak berhijrah
ke Madinah, Karena mereka disamakan dengan kaum musyrikin yang lain. (Podungge, 2014)
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, N., Sebagai, S. A. W., & Dasar, P. (2013). Nabi muhammad saw sebagai peletak
dasar pembinaan masyarakat islam di madinah.
Podungge, R. (2014). Hubungan Muslim-Non Muslim. Farabi, 83–99.
Wekke, I. S., Tamimi, R. H., & Sugandi, B. (2018). Muhammad Saw Dan Peletakan Dasar
Peradaban Islam. Aqlam: Journal of Islam and Plurality, 3(1).
https://doi.org/10.30984/ajip.v3i1.629

Anda mungkin juga menyukai