DISUSUN OLEH :
Nama : Adista Putri Novelin
Kelas : XI – Oryzae
N0. Absen : 01
Laporan ini dibuat dan diajukan sebagai syarat kelengkapan dan bukti ketuntasan kegiatan
PRAKERIN / PKL SMK SENTOSA DHARMA (kompetensi Keahlian Framasi)
Bojonegoro tahun ajaran 2021 / 2022.
Mengetauhi,
Kepala SMK SENTOSA DHARMA BOJONEGORO
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta hidayah-Nya. Sehingga saya dapat
menyelesaikan laporan ini dengan cukup baik.
Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak untuk itu
penyusun mengucapkan trimakasih yang sedalam dalamnya kepada Yth:
1. Ibu Frestina Bhakti H,ST.,MM. Selaku kepala SMK Sentosa Dharma Bojonegoro.
2. Ibu Anna Nurlaili H,M.Farm.,Klin.,Apt. selaku pembimbing di Rumah Sakit
Aisyiyah Bojonegoro.
3. Muhammad Ridwan, S.Pd. Selaku koordinator prakerin. Defi Reti Chika S,SM
selaku pembimbing prakerin
4. Bapak dan ibu guru SMK Sentosa Dharma Bojonegoro.
5. Semua pihak yang membantu dalam pelaksanaan prakerin.
Penyusunan menyadari bahwa laporan ini jauh dari kata sempurana. Oleh karena itu sangat
mengharapkan adanya saran dan masukan serta bimbingan yang membangun guna
melengkapi laporan yang sederharna ini.
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................i
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan masalah ..................................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................................2
D. Manfaat ..................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................3
A. Definisi rumah sakit.................................................................................................3
B. Tugas pokok ...........................................................................................................5
C. Fungsi......................................................................................................................7
D. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit.......................7
E. Penggolongan obat .................................................................................................10
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKERIN........................................................13
A. Lokasi dan waktu ...................................................................................................13
B. Pelayanan resep .....................................................................................................15
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................16
A. Kesimpulan ............................................................................................................16
B. Sasaran....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................20
LAMPIRAN .......................................................................................................................21
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dan pelatihan merupakan suatu upaya meningkatkan pengetahuan,
pemahaman, keterampilan serta kemampuan di bidang kefarmasian atau bidang yang
berkaitan dengan kefarmasian yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Selain itu
juga berfungsi sebagai kegiatan pengembangan sumber daya manusia untuk
meningkatkan potensi dan produktivitas secara optimal, serta untuk mendapatkan
wawasan, pengetauhuan, dan ketrampilan dibidang farmasi. Diharapkan adanya Praktik
Kerja Industri (Prakerin) ini dapat meningkatkan potensi serta mempersiapkan diri
untuk mampu berkompetisi dan lebih siap serta matang berperan sebagai tenaga
kefarmasian dengan menerapkan etik seorang farmasi. Siswa Sekolah Menengah
Kejuruan Farmasi dibekali materi umum (Normatif), pengetahuan dasar penunjang
(Adaptif), serta teori dan keterampilan dasar kejuruan (Produktif). SMK Farmasi
memiliki kegiatan yaitu melaksanakan prakerin yang ditunjukkan untuk menambah
pengetahuan serta pengalaman siswa dan juga sebagai syarat untuk ujian akhir sekolah.
Sarana kesehatan sebagai tempat yang digunakan adalah Rumah Sakit dan Apotek.
Salah satunya terdapat pada UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan adalah mencakup
pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, distribusi
obat, pengolongan obat, pelayanan obat berdasarkan resep dokter, pengembangan obat,
serta bahan obat atau obat tradisional. Sesuai dengan kejuruan SMK Farmasi Sentosa
Dharma Bojonegoro di bidang kesehatan, maka dilakukanya prakerin di Rumah Sakit
Aisyiyah Bojonegoro tepatnya di Instalasi Farmasi.
Alasan penulis memilih Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro sebagai tempat
melaksanakan PKL, yaitu karena rumah sakit merupakan salah satu penyedia pelayanan
kesehatan yang didukung oleh layanan dokter spesialis serta ditunjang dengan fasilitas
medis lainnya. Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro merupakan rumah sakit umum (RSU)
milik swasta dan merupakan salah satu rumah sakit tipe C yang terletak di wilayah
Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengolahan data pembelian dan data penjualan yang masih berjalan
pada Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro
C. Tujuan
Tujuan pembelajarna adalaha sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengolahan data pembelian dan data penjualan yang masih
berjalan pada Rumah Sakit Aisyiyah Bojonegoro.
D. Manfaat
Adapun manfaat dilaksanakannya prakerin antara lain:
1. Mengetauhi tentang Struktur Organisasi dan Deskripsi Tugas yang terdapat di
Instalasi Farmasi Rs Aisyiyah Bojonegoro
2. Calon tenaga teknis kefarmasian diharapkan mampu memahami Fungsi dan peran
Tenaga Teknis Kefarmasian di RS Aisyiyah Bojonegoro.
3. Mengetahui tentang sistem pelayanan yang terdapat di Instalasi Farmasi RS
Aisyiyah Bojonegoro. Mampu menjalin kerja sama dan komunikasi dengan
petugas kesehatan lain secara profesional.
4. Calon Tenaga Teknis Kefarmasian diharapkan mampu berfikir secara umum
untuk melihat perbedaan antara teori dan praktek.
2
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
3
minimal rumah sakit yang wajib dilaksanakan daerah, untuk mengukur kinerja rumah
sakit ada beberapa indikator, yaitu:
Input, yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang
memberikan pelayanana misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur
tetap dan lain - lain.
Proses, yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan yang misalnya
kecepatan pelayanan dengan ramah dan lain- lain
Output, yaitu dapat menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah
yang di layani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.
Outcome, yang menjadi tolok ukur dan merupakan dampak dari hasil pelayanan
sebagai misalnya keluhan pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan dan
lain- lain.
Benefit, adalah tolok ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit
maupun penerima pelayanan atau pasien yang misalnya biaya pelayanan yang
lebih murah, peningkatan pendapatan rumah sakit.
Impact, adalah tolok ukur dampak pada lingkungan atau masyarakat luas
misalnya angka kematian ibu yang menurun, meningkatnya derajat kesehtan
masyarakat, meningkatnya kesejahteraan karyawan.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit, rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolannya,
antara lain:
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Ruamh Sakit dikategorikan dalam
Rumah Sakit Umum Dan Rumah Sakit Khusu:
Rumah Sakit Umum, memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit.
Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau
satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,
jenis penyakit, atau kekhususan lainya.
Berdasarkan pengelolannya, rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit
publik dan rumah sakit privasi:
Rumah Sakit Publik sebagaimana yang dimaksud dapat dikelola oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba.
Rumah Sakit Publik yang dikelola pemerintah dan pemerintah daerah
4
diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau
Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang - undangan. Rumah Sakit Publik yang dikelola pemerintah dan
pemerintahan daerah sebagaimana yang dimaksud tidak dapat dialihkan
menjadi Rumah Sakit Privasi.
Rumah sakit privasi sebagaimana dimaksud dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang terbentuk perseroan terbatas atau persero.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan sebagai berikut:
Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik luas
Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan
subspsesialistik terbatas.
Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar
Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik dasar.
5
d. Mengkoordinasi fungsi pelayanan lintas sekitar yang mendukung pelaksanaan
pekerjaan ke farmasian di lingkup rs aisyiyah bojonegoro.
e. Menyusun laporan pertanggung jawaban terhadap kegiatan kefarmasian dalam
periode pelaporan tertentu secara administrasi dan legal hukum.
f. Melakukan pengembangan staf dan progam Pendidikan sesuai dengan
musrenbang instalasi farmasi.
2. Penangung jawab rawat inap:
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan teknis pekerjaan kefarmasian di farmasi rawat
inap.
b. Mensupervisi pelaksanan teknis lain dalam pelaksanaan perkerjaan
kefarmasiandi farmasi rawat inap.
c. Memastikan berlangsungnya kegiatan administrasi dan pencatatan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku sebagai sumberdaya untuk efaluasi.
d. Untuk memberikan masuakkan efulasi dan penilaian karyawan pada instalasi
farmasi.
3. Administrasi farmasi rawat inap:
a. Melakukan rekapitulasi pengeluaran perbekalan farmasi dan farmasi rawat inap
ke ruang perawatan.
b. Merekap output kerja farmasi rawat inap untuk dapat dikirimkan ke instalasi
rekam medik dan infokes.
c. Koordinasi penjadwalan dinas untuk menunjang pelayanan farmasi di
penyimpanan khusus
d. Membuat notulen pertemuan.
4. Staf pelaksana pekerjaan farmsi rawat inap:
a. Menyiapkan permintaan obat dan alat obat kesehatan dari ruang perawatan.
b. Menyiapkan pesanan obat pasien pulang.
5. Penanggung jawab farmasi rawat jalan:
a. Mengkoordinasi pelaksanaan teknis pekerjaan kefarmasian di depo farmasi
rawat jalan.
b. Mensupervisi pelaksanaan teknis lain dalam pelaksanaan pekerjaan kefarmasian
di depo farmasi rawat jalan
c. Memastikan berlangsungnya kegiatan administrasi dan pencatatan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku sebagai sumber data dan evaluasi.
6
d. Memberikan masukan evaluasi kegiatan dan penilaian karyawan pada kepala
instalasi farmasi.
6. Administrasi pekerjaan farmasi rawat jalan:
a. Melakukan kegiatan administrasi stok obat yang dipakai.
b. Menyimpan obat pasien pulang.
7. Penanggug jawab Gudang logistik farmasi:
a. Melakukan estimasi pembelian, penerimaan, penyimpanan, dan
mendistribusikan perbekalan farmasi dll dalam lingkup penunjang medis, sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
b. Mengontrol ketersediaan perbekalan farmasi untuk dapat menunjang perbekalan
farmasi.
c. Inventarisasi pemenuhan kebutuhan obat semua depo pelayanan farmasi baik di
rawat inap dan rawat jalan.
d. Melakukan kegiatan administrasi berupa pencatatan manual dan komputerisasi
semua obat, bahan obat.
C. Fungsi
1. Pengelolan perbekalan farmasi.
2. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan.
3. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
4. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
5. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi
pelayanan.
7
menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan pemilihan obat merupakan
peran aktif tenga farmasi yang berada dalam organisasi panitia farmasi dan terapi
untuk menetapkan kualitas dan efektivitas, serta jaminan purna transaksi
pembelian.
2. Perencanaan
Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran. Untuk
menghindari kekosongan obat atau alkes di IFRS ada hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam proses perencanaan antara lain:
a. Kebutuhan
Perencana yang baik harus sesuai dengan kebutuhan IFRS, perhitungan
kebutuhan yang benar akan mencegah pengadaan perbekalan farmasi yang
berlebihan
b. Persedian atau stok sisa
Lihat berapa jumlah stok sisa yang ada maka dari data tersebut dapat di jadikan
acuan jumlah yang akan dibeli untuk satu jenis perbekalan farmasi.
c. Prioritaas
Perbekalan farmasi yang sering dibutuhkan pasien dirumah sakit hendaklah
diprioritaskan paling utama untuk diadakan
d. Waktu tunggu
Proses pengirimana perbekalan farmasi dari distributor ke IFRS memerlukan
waktu pengadaan melalui tender memerlukan waktu yang lama berbeda dengan
pengadaan melalui pembelian langsung mungkin waktu pengirman akan lebih
cepat.
e. Metode perencanaan
Metode perencanaan yang dapat di pergunakan anatara lain metode konsumsi,
metode epidemiologi dan metode kombinasi.
3. Pengadaan
Pengadaan merupakan suatu proses dari usaha dan kegiatan untuk mendapatkan apa
yang dibutuhkan, dimana dan kapan dibutuhkan dengan cara yang menguntungkan
dalam batas-batas peraturan perundang-undangan. Tujuan dari pengadaan adalah
untuk memperoleh kebutuhan obat-obatan, alkes, alkes habis pakai, dan alat-alat
medis dalam jumlah cukup, mutu dapat dipertanggung jawabkan, harga serendah
mungkin sesuai ketentuan yang berlaku.
8
4. Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan menerima perbekalan farmasi yang telah dipesan ke
PBF atau unit Gudang pelayanan kesehatan sesaui dengan aturaan kefarmasian.
5. Penyimpan
Penyimpan merupakan usaha untuk melakukan pengurusan dan pengaturan barang
persedian pada Gudang penyimpanan. Tujuan penyimpanan adalah memelihara
mutu obat, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga
kelangsungan persedian, memudahkan pencarian dan pengawasan. Metode
penyimpanan diantaranya:
a. Metode FIFO (First In First Out)
FIFO adalah metode penyimpanan berdasarkan barang yang pertama masuk,
maka yang lebih dahulu di keluarkan.
b. Metode FEFO (First Exfire First Out)
FEFO adalah metode penyimpanan berdasarkan barang yang masa
kadaluarsanya paling dekat, maka yang paling dahulu dikeluarkan.
c. Metode LIFO (Last in First Out)
yaitu obat yang datang kemudian/terakhir diletakkan di depan obat yang datang
dahulu.
d. Berdasarkan golongan obat
Metode ini dilakukakan dengan cara memisahkan obat - obatan tiap golongan
dan tidak mempertimbangkan bentuk sediaan atau efek farmakologinya, yang
terpenting obat tertata sesuai dengan golonganya.
e. Berdasarkan Alfabetis
Perbekalan farmasi ditata sesuai namanya secara berurutan dari A sampai Z.
Keuntungan metode ini adalah obat atau alkes akan lebih mudah dicari dan
kelemahanya Gudang tidak digunakan secara maksimal.
f. Berdasarkan Efek farmakolog
Metode ini dilakukan dengan cara menata obat sesuai khasiatnya misalnya obat
untuk batuk berdahak di tempatkan berbeda dengan obat untuk batuk kering.
6. Pendistribusian
Pendistibusian adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi untuk
pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien serta untuk menunjang
pelayanan medis
9
7. Pengendalian
Pengendalian adalah kegiatan yang bertujuan untuk mencegah terjadianya
kelebihan dan kekosongan perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan.
a. Pemusnahan
Pemusnahan adalah kegiatan penyelesian terhadap perbekalan farmasi yang
tidak tepakai karena kadaluarsa, rusak dan tidak memenuhi standrat.
b. Administrasi dan pelaporan
Administrasi bertujuan memonitor transaksi perbekalan farmasi yang masuk
dan keluar. Pencatatan bisa dilakukan secara manual dan komputer.
Pelaporan
Pelaporan berisi kumpulan catatan pendataan kegiatan administrasi perbekalan
farmasi.
8. Evaluas
Evaluasi merupakan salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu
pengelolan perbekalan faramsi.
D. Penggolongan Obat
Penggolongan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
917/Menkes/Per/X/1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor
949/Menkes/Per/IV/2000. Penggolongan obat berdasarkan jenis dan penandaan terdiri
dari : obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, psikotropika, obat narkotika dan obat
wajib rumah sakit.
1. Obat Bebas
Obat bebasdapat dibeli bebas tanpa resep dokterdan dapat dibelidi apotek dan toko
obat berizin. Obat bebas disimbolkan dengan lingkaran berwarna hijau bergaris tepi
hitam yang terdapat pada kemasan. Contoh obat bebas, parasetamol, ibuprofen,
antasida done, minyak kayu putih, dan obh Penandaan obat bebas diatur berdasarkan
SK Menkes RI nomer 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas
dan obat bebas terbatas.
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas di sebut juga (W: Waarschuwing: peringatan/waspada) adalah
obat keras yang dapat dibeli tanpa resep dokter namun penggunananya harus
memperhatikan informasi obat pada kemasan. Obat keras terbatas di tandai dengan
10
lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contoh obat bebas terbatas pratusin, proris, dan
ctm.
3. Obat Keras
Obat keras disebut juga obat daftar "G” dalam bahasa belanda G singkatan dari
"gevaarijk” yang berarti berbahaya. Maksudnya, obat keras adalah obat yang ada di
rumah sakit dan hanya di dapat diberikan dengan resep dokter. Obat keras di tandai
dengan lingkaran merah garis tepi hitam dan terdapat huruf K. Contohnya
dexamethasone, amoxcilin, dan ambroxol.
4. Obat Narkotika
Menurut UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, yang dimaksud dengan narkotik
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunana atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Narkotika di tandai dengan lingkaran putih bergaris
merah dan terdapat simbol palang berwarna merah di dalamnya. Obat narkotika
dibagi menjadi tiga golongan:
a. Narkotika Golonagan I
Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
pengembangan ilmu pengetauhuan dan tidak untuk terapi, serta mempunyai
potensi yang sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh obat narkotika
golongan I yaitu opium dan kokain.
b. Narkotika Golongan II
Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan untuk
pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan untuk terapi
atau pengembangan ilmu pengetauhuan serta berpotensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh obat narkotika golongan II adalah petidin.
c. Narkotika Golongan III
Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi atau pengebangan ilmu pengetauhuan serta
berpotensi ringan menimbulkan ketergantungan. Contoh obat narkotika golongan
III adalah kodein.
5. Obat Piskotropika
Menurut UU No. 5 tahun 1997 tentang piskotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat piskoaktif melalui
11
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan prilaku. Penandaan obat piskotropika hampir sama dengan
penandaan obat keras yaitu lingkaaran merah dengan garis tepi berwarna merah
dengan huruf K yang menyentuh garis tepi. Obat piskotropika dibagi menjadi empat
golongan:
a. Piskotropika golongan I
Piskotropika golonagan I adalah piskotropika yang hanya dapat digunakan untuk
ilmu pengetauhuan dan tidak digunakan untuk terapi, serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh obat piskotropika
golongan I yaitu lsergida mekalina.
b. Piskotropika gaolongan II
Piskotropiaka golongan II adalah piskotropika yang berkhasiat untuk pengobatan
dan digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh
obat piskotropika golongan II yaitu amfetamin.
c. Piskotropika golongan III
Piskotropika golongan III adalah piskotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta berpotensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Contoh obat psikotropiaka golongan III yaitu amobarbital dan penobarbital.
d. Piskotropiaka golongan IV
Piskotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan
sangat luas digunakan dalam terapi dan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh
psikotropika golongan IV yaitu alprazalom dan diazepam
6. Obat Wajib Rumah Sakit
Obat wajib rumah sakit adalah obat keras yang dapat di serahkan oleh rumah sakit
kepada pasien di rumah sakit tanpa resep dokter, tetapi diseratai informasi lengkap
tentang penggunaan obat. Contoh obat wajib rumah sakit yaitu asama mefenamat,
idocain hcl, dan omeprazole.
12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN PRAKERIN
13
3. Antika asari buana
Shif sore tanggal 14-18 februari 2022 dimuali pukul 14.00 - 21.00 WIB
1. Khusnul khotimah
2. Keke nuraini septia wati
14
13. Status Kepemilikan
Pemilik : Pimpinan Pusat Muhamadiyah
Pendiri : Pimpinan Daerah Muhamadiyah
Penyelenggara : Majelis Pelayanan Kesehatan Umum Pimpinana
Daerah Muhammadiyah (mpku pdm) Bojonegoro
B. Pelayanan Resep
Pelayanan resep di IFRS Aisyiyah terbagi menjadi 2 sebagai berikut :
1. Pelayanan Resep bagai Pasien Rawat Inap
Pelayanan resep bagi pasien rawt inap dilakukan selama 24 jam, alur pelayanan
adalah sebagai berikut:
a. Pasien masuk melalui unit gawat darurat (UGD) dilanjutukkan dengan
mendaftarkakn diri pada petugas.
b. Pasien diperiksa oleh dokter.
c. Pasien mendapatkan resep.
d. Petugas menghitng harga obat dalam resep.
e. Keluarga pasien membawa resep ke instalasi farmasi.
f. Petugas menediakan obat sesuai resep dari dokter.
g. Petugas memberikan obat kepada keluarga pasien disertai informasi
penggunaan obat.
2. Pelayanan Obat Rawat Jalan
Pelayanan obat rawat jalan dilakukan diinstalasi rawat jalan (IRJ)
yang meliputi, pemberian obat dilakukan langsung, yaitu :
a. Pasien memberikan resep dokter kepada petugas IFRS.
b. Resep dihitng harganya, kemudian pasien membayar resep ke loket pembayaran
di serta bukti kwintansi pembayaran.
c. Petugas mengisis respon time yang tersedia dan menyampaikan obat.
d. Kemudian obat diberikan sesuai dengan resep dokter disertai etiket.
e. Resep pasien diberikan informasi tentang penggunaan obat oleh petugas apabila
obata dalam resep tidak tersedia atau setok kosong maka pasien diberikan
salianan resep untuk membeli di rumah sakit/apotek lain.
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Undang – Undang RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Rumah
Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
secara umum yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Berdasarkan hal tersebut, rumah sakit dapat di pandang sebagai suatau strutur
terorganisasi yang menggabungkan bersama-sama profesi kesehatan, fasilitas diagnostik
dan terapi, alat dan perbekalan serta fasilitas fisik kedalam suatu sistem terkoordinasi
untuk penghantaran pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud, ruamah sakit mempunyai
fungsi sebagai berikut:
Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
Standrat Pelayanan Rumah Sakit.
Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI Nomer 228/MENKES/SK/2002 tentang
pedoman penyusunan standrat pelayanan minimal rumah sakit yang wajib dilaksanakan
daerah, untuk mengukur kinerja rumah sakit ada beberapa indikator, yaitu:
Input, yang dapat mengukur pada bahan alat sistem prosedur atau orang yang
memberikan pelayanana misalnya jumlah dokter, kelengkapan alat, prosedur tetap
dan lain – lain.
Proses, yang dapat mengukur perubahan pada saat pelayanan yang misalnya
kecepatan pelayanan dengan ramah dan lain- lain.
Output, yaitu dapat menjadi tolok ukur pada hasil yang dicapai, misalnya jumlah
yang di layani, jumlah pasien yang dioperasi, kebersihan ruangan.
Benefit, adalah tolok ukur dari keuntungan yang diperoleh pihak rumah sakit maupun
penerima pelayanan atau pasien yang misalnya biaya pelayanan yang lebih murah,
peningkatan pendapatan rumah sakit.
Menurut undnag – undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit
dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolannya, antara lain:
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Ruamh Sakit dikategorikan dalam
Rumah Sakit Umum Dan Rumah Sakit Khusu:
Rumah Sakit Umum, memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan
jenis penyakit.
16
Rumah sakit khusus, memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu
jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, jenis penyakit,
atau kekhususan lainya.
Berdasarkan pengelolannya, rumah sakit dapat dibagi menjadi rumah sakit publik
dan rumah sakit privasi:
Rumah Sakit Publik sebagaimana yang dimaksud dapat dikelola oleh pemerintah,
pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit Publik
yang dikelola pemerintah dan pemerintahan daerah sebagaimana yang dimaksud
tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit Privasi.
Rumah sakit privasi sebagaimana dimaksud dikelola oleh badan hukum dengan
tujuan profit yang terbentuk perseroan terbatas atau persero.
Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan sebagai berikut:
Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistik
luas.
Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas
spesialistik dan subspsesialistik terbatas.
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar.
Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar.
Mensupervisi pelaksanaan teknis lain dalam pelaksanaan pekerjaan kefarmasian di
depo farmasi rawat jalan. Memastikan berlangsungnya kegiatan administrasi dan
pencatatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai sumber data dan evaluasi.
Pengelolaan Perbekalan Farmasi Di Instalasi Rumah Sakit Pengelolaan Perbekalan
Farmasi Menurut Kepmenkes RI NO.1197/Menkes/SK/2004 merupakan suatu siklus
kegiatan dimulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanana,
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi, dan pelaporan, serta evaluasi
yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan.
Untuk menghindari kekosongan obat atau alkes di IFRS ada hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam proses perencanaan antara lain:
17
Kebutuhan Perencana yang baik harus sesuai dengan kebutuhan IFRS, perhitungan
kebutuhan yang benar akan mencegah pengadaan perbekalan farmasi yang
berlebihan.
Persedian atau stok sisa lihat berapa jumlah stok sisa yang ada maka dari data
tersebut dapat di jadikan acuan jumlah yang akan dibeli untuk satu jenis perbekalan
farmasi. Pengadaan merupakan suatu proses dari usaha dan kegiatan untuk
mendapatkan apa yang dibutuhkan, dimana dan kapan dibutuhkan dengan cara yang
menguntungkan dalam batas-batas peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan golongan obat Metode ini dilakukakan dengan cara memisahkan obat -
obatan tiap golongan dan tidak mempertimbangkan bentuk sediaan atau efek
farmakologinya, yang terpenting obat tertata sesuai dengan golonganya.
Penggolongann obat ini terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, obat
piskotropika, obat narkotika dan obat wajib rumah sakit (OWA).
Obat bebas dapat di beli di apotek. Penandaan obat bebas diatur berdasarkan SK
Menkes RI nomer 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan
obat bebas terbatas.
Obat Bebas Terbatas di sebut juga (W: Waarschuwing: peringatan/waspada) adalah
obat keras yang dapat dibeli tanpa resep dokter namun penggunananya harus
memperhatikan informasi obat pada kemasan.
Maksudnya, obat keras adalah obat yang ada di rumah sakit dan hanya di dapat
diberikan dengan resep dokter.
Menurut UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, yang dimaksud dengan narkotik
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintesis, yang dapat menyebabkan penurunana atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan. Obat narkotika dibagi menjadi tiga golongan:
Narkotika Golonagan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
pengembangan ilmu pengetauhuan dan tidak untuk terapi, serta mempunyai
potensi yang sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
Menurut UU No. 5 tahun 1997 tentang piskotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat piskoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan prilaku. Obat piskotropika dibagi menjadi empat golongan:
18
Piskotropika golongan I adalah piskotropika yang hanya dapat digunakan untuk
ilmu pengetauhuan dan tidak digunakan untuk terapi, serta mempunyai potensi
amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Piskotropika golongan III adalah piskotropika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi atau untuk tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta berpotensi sedang mengakibatkan sindrom ketergantungan.
Obat Wajib Rumah Sakit Obat wajib rumah sakit adalah obat keras yang dapat di
serahkan oleh rumah sakit kepada pasien di rumah sakit tanpa resep dokter, tetapi
diseratai informasi lengkap tentang penggunaan obat.
B. Saran
1. Sekolah hendaknya lebih menyiapkan lagi kemampuan siswa sebelum praktek di
dunia kerja.
2. Adanya kerja sama yang baik antara sekolah dengan dunia kerja sehingga terjadi
sinkronisasi materi yang diajarkan di sekolah dan proses pembimbingan di
tempat praktek.
19
DAFTAR PUSTAKA
https://img.ucweb.com/s/uae/g/6l/sharebacklink/76f34f97b9f7abd876ca4fac1e75699c.html
https://img.ucweb.com/s/uae/g/6l/sharebacklink/
8924455609f6f73e207115315ab5a446.html
file:///C:/Users/User/Downloads/uu44-2009.pdf
https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/kmk11972004.pdf
https://adoc.pub/bab-ii-tinjauan-pustaka-pelayanan-kesehatan-perorangan-
secar.html#:~:text=2.3.2%20Tugas%20dan%20Fungsi,informasi%20dan
%20edukasi%20(KIE).
20
LAMPIRAN
21
Infus
22
Etiket putih obat dalam
Beberapa sedian ada yang di simpan di dalam kulkas pada suhu 2-8 c, antara lain :
1. Dulcolax supp
2. Pamol supp
3. Actrapid
4. Myotocyn
5. Anbacim dll.
sedian di simapan di kulkas agar menjaga fisik dan kimianya.
23