Anda di halaman 1dari 4

2.

Analisis Isu Strategis Pelayanan Kebidanan Persalinan di klinik


mutiara dadap
Berdasarkan hasil perhitungan pada matriks IFAS dan EFAS, diperoleh
titik koordinat diagram SWOT (2,5 ; 0,67) sehingga posisi Pelayanan
Kebidanan Persalinan di klinik mutiara dadap berada pada kuadran I
sebagaimana terlihat pada gambar 1. Hal tersebut berarti strategi yang perlu
dilakukan adalah strategi bertumbuh.

Peluang (Opportunity)

(2,5 ; 0,67)
Pertumbuhan
kelemahan kekuatan

Ancaman

Kelemahan Kekuatan

Ancaman

Posisi Pelayanan Kebidanan Persalinan di klinik berdasarkan Analisis


SWOT Penerapan stratergi bertumbuh adalah dengan memanfaatkan
kekuatan dan peluang yang dimiliki secara optimal. Beberapa alternatif
yang dapat ditempuh di antaranya sebagai berikut.
a. Sarana dan Prasarana
Di klinik mutiara dadap mempunyai ruang tunggu dan alat Persalinan
yang digunakan di klinik sudah lengkap sesuai dengan standar yaitu
terdapat 1 bed bersalin, 3 partus set, 3 heacting set, 1 meja instrumen, 1
meja resusitasi lengkap. APD lengkap sesuai dengan kebutuhan dimasa
pandemi (level 2) dan tersedianya tempat sampah yang dibedakan
berdasarkan jenis sampahnya, yakni sampah infeksius dan noninfeksius,
sampah tajam dan tempat linen kotor dan mempunyai 1 mobil pribadi
untuk merujuk pasien. Upaya pengendalian dan pencegahan infeksi di
ruangan bersalin ini difasilitasi dengan tersedianya ruang khusus untuk
pencegahan infeksi dan 1 wastafel. dan klinik dapat menerima dan
melayani pasien BPJS
Strategi pertumbuhan yang dapat diimplementasikan berkaitan dengan
sarana dan prasarana di klinik yaitu ruang bersalin dengan fasilitas bed
bersalin hanya 1, untuk mengantisipasi pasien bersalin yang banyak dan
datang secara bersamaan bed bersalin sebaiknya bisa ditambahkan serta
meningkatkan dan mengembangkan pelayanan Persalinan dengan cara
memaksimalkan sarana prasarana dengan menggunakan APD lengkap
sesuai tingkat serta delivery chamber.
Banyaknya fasilitas pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan
BPJS sehingga pilihan masyarakat lebih beragam, sehingga ini menjadi
kelemahan dan ancaman di klinik Untuk menyiasati agar pasien BPJS
dapat tetap dilayani perlu adanya inovasi sehingga pasien BPJS tetap
bekerja sama dengan faskes BPJS klinik muitara dadap.

b. Sumber Daya Manusia


Petugas kesehatan di Klinik telah menempuh pendidikan minimal
sesuai dengan standar yaitu tenaga pelaksana pelayanan kebidanan sudah
lulus D3 dan bidan Mutiah Ningsih telah menempuh pendidikan DIV
kebidanan dan saat ini sedang menjalani kuliah profesi bidan, sesuai
dengan kebutuhan SDM yang akan datang, hal ini sesuai dengan adanya
UU No. 4 Tahun 2019 tentang kebidanan, Praktik Mandiri Bidan dan
Klinik hanya diperuntukan bagi bidan berpendidikan profesi, sedangkan
bidan dengan kualifikasi diploma hanya dapat menjalankan praktik di
fasilitas kesehatan, bidan memiliki STR yang aktif, memiliki SIPB, bidan
sudah mengikuti pelatihan APN dan usia asisten bidan masih termasuk
kategori usia produktif yaitu 30 tahun dan 35 tahun. Hal ini sangat
berkaitan dengan kekuatan dan kemampuan petugas dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada pasien, masa kerja bidan
sudah 15 tahun dalam membuka klinik sehingga pengalaman bidan sudah
cukup dalam melakukan pelayanan kebidanan dan sudah memiliki
kepercayaan dari masyarakat setempat.
Surat Izin Kerja Bidan (SIKB) adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk bekerja di fasilitas
pelayanan kesehatan. Sesuai dengan PERMENKES No.
1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan yaitu setiap bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan
wajib memiliki SIKB.
c. Pelayanan Kebidanan
Pada umumnya, pelayanan kebidanan Persalinan yang diberikan di
ruang bersalin di klinik sudah baik karena dilakukan oleh tenaga yang
terampil. Pelayanan kebidanan bersalin atau pertolongan Persalinan
dilakukan secara tim yaitu berdua oleh bidan, dan jika ditemukan
kegawatdaruratan bidan melakukan kolaborasi dengan dokter Obgyn.
Klinik juga bekerjasama dengan RS rujukan, puskesmas danklinik.
Akan tetapi, petugas kesehatan di ruang bersalin tidak melakukan
pemeriksaan fisik secara head to toe pada pasien untuk mengkaji kondisi
pasien secara langsung. Sehingga rencana asuhan lebih sering didasarkan
hanya pada pencatatan dan pelaporan yangada.
d. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan di ruang bersalin telah dilakukan dengan
baik. Melakukan pencatatan dan pelaporan dalam setiap harian, bulanan
dan tahunan dan masih menggunakan pencatatan dan pelaporan secara
manual untuk mempermudah bidan untuk melakukan evaluasi kegiatan
demi perbaikan asuhan kebidanan yang diberikan dan klinik ini memiliki
kelengkapan administrasi seperti Rekam Medis, lembar informed consent,
rujukan, registrasi, partograf dan memiliki kantong Persalinan sehingga
bidan dapat memfollow up ibu hamil yang akan bersalin dengan mudah.
Namun pencatatan dan pelaporan secara manual memiliki resiko
kehilangan, robek, basah pada buku pendokumentasian yang dilakukan
secara manual.
Sekalipun telah terlaksana dengan baik, terdapat beberapa poin dalam
hal pencatatan dan pelaporan di ruang bersalin yang perlu di perhatikan,
yakni pada pelaksanaan pendokumentasian bidan diharapkan teliti agar
tidak terjadi kesalahan kesalahan pencatatan yang tidak sesuai dengan
diagnosa pasien.
Strategi pertumbuhan yang dapat diimplementasikan berkaitan dengan
pencatatan dan pelaporan yaitu memanfaatkan teknologi dalam melakukan
pencatatan dan pelaporan.

Anda mungkin juga menyukai