Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Etika
Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti
karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan
dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai
apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk
atau baik.
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which
can act as the performance index or reference for our control system”. Dengan
demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan
mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya
yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian
dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsipprinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan
akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan
yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode
etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk
kepenringan kelompok social (profesi) itu sendiri.
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup
tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana
seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling
menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler
dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan
masing-masing yang terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung
tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah
dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan

1
dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya
etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana
yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik,
yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi
tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli
berikut ini :
 Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
 Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang
ditentukan oleh akal.
 Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk
mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada
akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang
perlu kita lakukan dan yang pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat
diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini
dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan
manusianya.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan
baik dan
buruknya prilaku manusia :
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia

2
dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif
memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
prilaku atau sikap yang mau diambil.
2.  Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan.

Etika menurut K. Bertens (1994)  terdiri dari:


1. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai
pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya.
2. Etika adalah nurani (batin), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang
sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya.
3. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau
perbuatan baik mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi.
4. Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain
yang hadir.

Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), etika berasal


dati istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau kebiasaan yang
baik. Bertolak dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi study tentang
kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang
berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada
umumnya. Selain itu, etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan
ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak
manusia. Berdasarkan perkembangan arti tadi, etika dapat dibedakan antara etika
perangai dan etika moral.
1. Etika Perangai
            Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambaran
perangai manusia dalam kehidupan bermasyarakat di aderah-daerah tertentu, pada

3
waktu tertentu pula. Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati
masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku.
Contoh etika perangai:
a. berbusana adat
b. pergaulan muda-mudi
c. perkawinan semenda
d. upacara adat

2. Etika Moral
            Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan benar
berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar timbullah kejahatan, yaitu
perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat
manusia yang disebut moral.
Contoh etika moral:
a. berkata dan berbuat jujur
b. menghargai hak orang lain
c. menghormati orangtua dan guru
d. membela kebenaran dan keadilan
e. menyantuni anak yatim/piatu.

2. Etika Umum dan Etika Khusus Tenaga Kependidikan


A. Etika Umum Tenaga Kependidikan

Etika umum berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia


bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan, teori-teori etika
dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam
bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
Etika umum tersebut adalah:

1. Memiliki sikap jujur, obtimis, kreatip, rasional, rendah hati, demokratis,


sopan, mengutamakan kejujuran, menghargai waktu dan terbuka terhadap

4
setiap perkembangan ilmu pengetahuan, serta mampu menerima dan
mampu menerapkan Information Teknologi pada pelaksanaan tugasnya
sehari-hari di sekolah.
2. Mampu merancang, melaksanakan pembelajaran dengan baik sesuai
dengan norma-norma dan ketentuan kurikulum yang berlaku, dengan tidak
mencari-cari alasan untuk tidak mempersiapkan sebelum masuk kelas
untuk mengejar.
3. Mampu menciptakan lingkungan sekolah, kelas yang aman, nyaman,
bersih, tertip dan konduksif untuk mencapai tujuan pendidikan secara
Nasional dan Visi-Misi sekolah secara khusus.
4. Mampu bertanggung jawab secara moral, spiritual atas tugas dan
tanggungjawab yang dipercayakan kepadanya dengan tidak
memperhitungkan untung rugi secara materi, tetapi melaksanakannya
dengan penuh pengabdian terhadap Nusa dan Bangsa.

B. Etika Khusus Tenaga Kependidikan

Merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang


kehidupan yang khusus. Bagaimana guru mengambil keputusan dan bertindak
dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang dilakukan, yang didasari oleh
cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar serta bagaimana ia menilai perilakunya
dengan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang
dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak.

Etika khusus tersebut adalah:

1. Berpakaian rapi, bersih, sopan, serasi sesuai dengan konteks keperluan


2. Bergaul, bertegur sapa, dan bertutur kata dengan sopan, wajar,
simpatik, edukatif, bermakna sesuai dengan norma moral yang berlaku

5
3. Mengembangkan iklim penciptaan karya ipteks yang mencerminkan
kejernihan hati nurani, bernuansa pengabdian pada Tuhan YME, dan
mendorong pada kualitas hidup kemanusiaan

Etika umum menjelaskan tentang kajian bagaimana manusia bertindak


secra etis, sedangkan etika khusus mengkaji tentang penerapan-penerapan prinsip-
prinsip moral dasardalam bidang kehidupan yang khusus. Dalam etika umum,
teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar menjadi pegangan bagi manusia
dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu tindakan.
Sedangkan dalam etika khusus, prinsip-prinsip moral dasar tersebut diterapkan
dalam wujud bagaimana untuk mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang dilakukan, yang didasari oleh cara, teori dan
prinsip-prinsip moral dasar, serta prinsip-prinsip moral dasar tersebut digunakan
untuk bagaimana menilai perilaku diri sendiri maupun perilaku orang lain dalam
berbagai kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatar belakangi oleh kondisi yang
memungkinkan manusia untuk bertindak etis. Etika umum lebih terfokus pada
kondisi-kondisi dasar manusia dalam bertindak secara etis serta teori-teorietika
dan prinsip-prinsip moral dasar digunakan sebagai pegangan bagi manusia dalam
bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
Sedangkan etika khusus lebih terfokus pada penerapan prinsip-prinsip moral dasar
dalam bidang kehidupan yang khusus.

3. Etika Profesional

A. Pengertian Etika dan Profesional

Etika berasal dari bahasa yunani yaitu kata “ethos” yang berarti suatu
kehendak atau kebiasaan baik yang tetap. Yang pertama kali menggunakan kata-
kata itu adalah seorang filosof Yunani yang bernama Aris Toteles ( 384 – 322 SM
).Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika / moral adalah ajaran tentang
baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya.Menurut K.

6
Bertenes, Etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang dalam mengatur tingkah lakunya.

Dari pengertian di atas, disimpulkan bahwa Etika merupakan ajaran


baik dan buruk tentang perbuatan dan tingkah laku ( akhlak ). Jadi, Etika
membicarakan tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sadar di pandang dari
sudut baik dan buruk sebagai suatu hasil penilaian.Adapun yang dibicarakan
dalam makalah ini, yaitu etika profesi, yang menyangkut hubungan manusia
dengan sesamanya dalam satu lingkup profesi serta bagaimana mereka harus
menjalankannya profesinya secara profesional agar diterima oleh masyarakat yang
menggunakan jasa profesi tersebut. Dengan etika profesi diharapkan kaum
profesional dapat bekerja sebaik mungkin, serta dapat mempertanggung jawabkan
tugas yang dilakukannya dari segi tuntutan pekerjaannya.

Profesional adalah merupakan yang ahli dibidangnya, yang telah


memperoleh pendidikan atau pelatihan khusus untuk pekerjaannya
tersebut.Profesional merupakan suatu profesi yang mengandalkan keterampilan
atau keahlian khusus yang menuntut pengemban profesi tersebut untuk terus
memperbaharui keterampilannya sesuai dengan perkembangan teknologi.

Untuk menjadi seseorang yang profesional, seseorang yang melakukan


pekerjaan dituntut untuk memiliki beberapa sikap sebagai berikut :

1. Komitmen Tinggi

Seorang profesional harus mempunyai komitmen yang kuat pada pekerjaan


yang

sedang dilakukannya.

2. Tanggung Jawab

Seorang profesional harus bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yang


dilakukannya sendiri.

7
3. Berpikir Sistematis

Seorang yang profesional harus mampu berpikir sitematis tentang apa yang
dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.

4. Penguasaan Materi

Seorang profesional harus menguasai secara mendalam bahan / materi pekerjaan


yang sedang dilakukannya.

5. Menjadi bagian masyarakat profesional

Seyogyanya seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam


lingkungan profesinya.

B. Etika Kerja Guru


Etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak
dan kewajiban yang dianut oleh suatu golonga n atau masyarakat. Etika, pada
hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan keputusan tentang
moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara umum etika dapat
diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi
sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku yang sebaik-
baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku.
Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang
paling baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian
akan terciptanya suatu pola pola hubungan antar manusia yang baik dan harmonis,
seperti saling menghormati, saling menghargai, tolong menolong, dan sebagainya.

Sebagai acuan pilihan perilaku, etika bersumber pada norma-norma moral


yang berlaku. Sumber yang paling mendasar adalah agama sebagai sumber
keyakinan yang paling asasi, filsafat hidup (di negara kita adalah Pancasila),
budaya masyarakat, disiplin keilmuan dan profesi. Dalam dunia pekerjaan, etika

8
sangat diperlukan sebagai landasan perilaku kerja para guru dan tenaga
kependidikan lainnya. Dengan etika kerja itu, maka suasana dan kualitas kerja
dapat diwujudkan sehingga menghasilkan kualitas pribadi dan kinerja yang
efektif, efisien, dan produktif.
Etika kerja lazimnya dirumuskan atas kesepakatan para pendukung
pekerjaan itu dengan mengacu pada sumber-sumber dasar nilai dan moral tersebut
di atas. Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu disebut kode etik. Kode
etik akan menjadi rujukan untuk mewujudkan perilaku etika dalam melakukan
tugas-tugas pekerjaan. Dengan kode etik itu pula perilaku etika para pekerja akan
dikontrol., dinilai, diperbaiki, dan dikembangkan. Semua anggota harus
menghormati, menghayati, dan mengamalkan isi dari semua kode etik yang telah
disepakati
bersama. Dengan demikian akan terciptanya suasana yang harmonis dan semua
anggota akan merasakan adanya perlindungan dan rasa aman dalam melakukan
tugas-tugasnya. Secara umum, kode etik ini diperlukan dengan beberapa alasan,
antara lain:
 Untuk melindungi pekerjaan sesuai dengan ketentuandan kebijakan yang telah
ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.
 Untuk mengontrol terjadinya ketidakpuasan danpersengketaan dari para
pelaksana, sehingga dapat menjaga dan meningkatkan stabilitas internal dan
eksternal pekerjaan.
 Melindungi para praktisi di masyarakat, terutama dalam hal adanya kasus-
kasus penyimpangan tindakan.
 Melindungi anggota masyarakat dari praktek-praktek yang menyimpang dari
ketentuan yang berlaku.

Karena kode etik itu merupakan suatu kesepakatan bersama dari para
anggota suatu profesi, maka kode etik ini ditetapkan oleh organisasi yang
mendapat persetujuan dan kesepakatan dari para anggotanya. Khusus mengenai
kode etik guru. di Indonesia, PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) telah

9
menetapkan kode etik guru sebagai salah satu kelengkapan organisasi
sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
PGRI.

C. Kode Etik Guru Profesional

Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis
yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar
dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar
atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.

Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya


kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan
yang tidak profesional.

Dalam proses pendidikan, banyak unsur-unsur yang terlibat agar


proses pendidikan dapat berjalan dengan baik. Salah satunya adalah guru sebagai
tenaga pendidik. Guru sebagai suatu profesi kependidikan mempunyai tugas
utama melayani masyarakat dalam dunia pendidikan. Dalam hal itu, guru sebagai
jantung pendidikan dituntut semakin profesional seiring perkembangan ilmu dan
teknologi. Etika profesional guru dituntut dalam hal ini. Etika yang harus dimiliki
oleh seorang pendidik sesuai kode etik profesi keguruan. Berikut adalah kode etik
profesi keguruan (dikutip Soetjipto dan kosasi, 1994:34-35).

D. Kode Etik Guru Indonesia

Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian


terhadap tuhan yang maha esa, bangsa, dan negara, serta kemanusiaan pada
umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia kepada Undang-
Undang dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. oleh sebab itu,
guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani
dasar-dasar sbagai berikut:

10
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk
membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa
Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta
didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan
pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan
rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan
dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesinya, semangat
kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan
mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan
pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam
bidang pendidikan.

E. Etika Guru Profesional Terhadap Peraturan Perundang-Undangan

Pada butir kesembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa


“Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan”.
Dengan jelas bahwa dalam kode etik tersebut diatur bahwa guru di Indonesia
harus taat akan peraturan perundang-undangan yang di buat oleh pemerintah
dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasonal.

Guru merupakan aparatur negara dan abdi negara dalam bidang


pendidikan. Oleh karena itu, guru mutlak harus mengetahui kebijaksanaan-

11
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan dan melaksanakannya
sebagaimana aturan yang berlaku. Sebagai contoh pemerintah mengeluarkan
kebijakan yaitu mengubah kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum
2004 atau kurikulum berbasis kompetensi dan kemudian diubah lagi menjadi
KTSP dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.

Dalam kurikulum tersebut, secara eksplisit bahwa hendaknya guru


menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajarannya. Seorang guru
yang profesional taat akan peraturan yang berlaku dengan cara menerapkan
kebijakan pendidikan yang baru tersebut dan akan menerima tantangan baru
tersebut, yang nantinya diharapkan akan dapat memacu produktivitas guru dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional.

F. Etika Guru Profesional Terhadap Anak Didik

Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru
berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang
berjiwa pancasila. Dalam membimbing anak didiknya Ki Hajar Dewantara
mengemukakan tiga kalimat padat yang terkenal yaitu ing ngarso sung tulodo, ing
madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Dari ketiga kalimat tersebut, etika
guru terhadap peserta didik tercermin. Kalimat-kalimat tersebut mempunyai
makna yang sesuai dalam konteks ini.

Pertama, guru hendaknya memberi contoh yang baik bagi anak


didiknya. Ada pepatah Sunda yang akrab ditelinga kita yaitu “Guru digugu dan
Ditiru” (diikuti dan diteladani). Pepatah ini harus diperhatikan oleh guru sebagai
tenaga pendidik. Guru adalah contoh nyata bagi anak didiknya. Semua tingkah
laku guru hendaknya jadi teladan. Menurut Nurzaman (2005:3), keteladanan
seorang guru merupakan perwujudan realisasi kegiatan belajr mengajar, serta
menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa.

Seorang guru berpenampilan baik dan sopan akan sangat


mempengaruhi sikap siswa. Sebaliknya, seorang guru yang bersikap premanisme

12
akan berpengaruh buruk terhadap sikap dan moral siswa. Disamping itu, dalam
memberikan contoh kepada peserta didik guru harus dapat mencontohkan
bagaimana bersifat objektif, terbuka akan kritikan, dan menghargai pendapat
orang lain.

Kedua, guru harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak


didiknya. Dalam hal ini, prilaku dan pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh
untuk mengubah prilaku peserta didik. Sekarang, guru bukanlah sebagai orang
yang harus ditakuti, tetapi hendaknya menjadi ‘teman’ bagi peserta didik tanpa
menghilangkan kewibawaan sebagai seorang guru. Dengan hal itu guru dapat
mempengaruhi dan mampu mengendalikan peserta didik.

Ketiga, hendaknya guru menghargai potensi yang ada dalam


keberagaman siswa. Bagi seorang guru, keberagaman siswa yang dihadapinya
adalah sebuah wahana layanan profesional yang diembannya. Layanan profesional
guru akan tampil dalam kemahiran memahami keberagaman potensi dan
perkembangan peserta didik, kemahiran mengintervensi perkembangan peserta
didik dan kemahiran mengakses perkembangan peserta didik (Kartadinata,
2004:4).

Semua kemahiran tersebut perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh


dan sistematis, secara akademik, tidak bisa secara alamiah, dan semua harus
terinternalisasi dan teraktualisasi dalam perilaku mendidik.

Sementara itu, prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini


memandang manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun
rohani. Peserta didik tidak hanya dituntut berlimu pengetahuan tinggi, tetapi harus
bermoral tinggi juga. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya
mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus
memperhatikan perkembangan pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial
maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini dimaksudkan
agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu

13
menghadapi tantangan-tantangan di masa depan. Peserta didik tidak dapat
dipandang sebagai objek semata yang harus patuh pada kehendak dan kemauan
guru.

G. Etika Guru Profesional terhadap pekerjaan

Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang mulia. Sebagai seorang yang


profesional , guru harus melayani masyarakat dalam bidang pendidikan dengan
profesional juga. Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat,
guru harus dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan
keinginan dan permintaan masyarakat. Keinginan dan permintaan ini selalu
berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi
oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh sebab itu, guru selalu dituntut untuk
secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan meningkatkan dan
mengembangkan mutu ini merupakan butir keenam dalam Kode Etik Guru
Indonesia yang berbunyi “Guru secara pribadi dan bersama-sama
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya”.

Secara profesional, guru tidak boleh dilanda wabah completism,


merasa diri sudah sempurna dengan ilmu yang dimilikinya, melainkan harus
belajar terus menerus (Kartadinata, 2004:1). Bagi seorang guru, belajar terus
menerus adalah hal yang mutlak. Hal ini karena yang dihadapi adalah peserta
didik yang sedang berkembang dengan segala dinamikanya yang memerlukan
pemahaman dan kearifan dalam bertindak dan menanganinya.

Untuk meningkatkan mutu profesinya, menurut Soejipto dan kosasi


ada ua cara yaitu cara formal dan cara informal. Secara formal artinya guru
mengikuti pendidikan lanjutan dan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau
kegiatan ilmiah lainnya. Secara informal dapat dilakukan melalui televisi, radio,
koran, dan sebagainya.

14
H. Etika Guru Profesional Terhadap Tempat kerja

Sudah diketahui bersama bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan
meningkatkan produktivitas. Ketidakoptimalan kinerja guru antara lain
disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak menjamin pemenuhan tugas dan
kewajiban guru secara optimal. Dalam UU No. 20/2003 pasal 1 bahwa pemerintah
berkewajiban menyiapkan lingkungan dan fasilitas sekolah yang memadai secara
merata dan bermutu diseluruh jenjang pendidikan. Jika ini terpenuhi, guru yang
profesional harus mampu memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rangka
terwujudnya manusia seutuhnya sesuai dengan Visi Pendidikan Nasional.

Disisi lain, jika kita dihadapkan dengan tempat kerja yang tidak
mempunyai fasilitas yang memadai bahkan buku pelajaran saja sangat minim.
Keprofesionalan guru sangat diuji disini. Tanpa fasilitas yang memadai guru
dituntut untuk tetap profesional dalam membimbing.

Sementara itu, sikap profesional guru terhadap tempat kerja juga


dengan cara menciptakan hubungan harmonis di lingkungan tempat kerja, baik di
lingkungan sekolah, masyarakat maupun dengan orang tua peserta didik.

15
Daftar Pustaka
Indriana. St Julfaidah. 2012. Etika dalam Profesi Keguruan.
http://zulfaidah-indriana.blogspot.com/2012/11/etika-dalam-profesi-
keguruan.html. Diakses pada: 30-09-2019 pukul 07:30
Ndruru.2014. Etika Pendidikdan Kependidikan.
https://ndruru.wordpress.com/2014/03/25/etika-pendidik-dan-tenaga-
kependidikan/. Diakses pada 30-09-2019 pukul 07:53

Academia.edu. Makalah Filsafat Pendidikan Etika dan Etika Profesional.


https://www.academia.edu/28723009/MAKALAH_FILSAFAT_PENDIDIKAN_
ETIKA_DAN_ETIKA _PROFESIONAL_UNIVERSITAS_NEGERI_PADANG.
Diakses pada: 30-09-2019 pukul 10:00

16

Anda mungkin juga menyukai