Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rahmatullah

NPM : 19810588
Mata Kuliah : Teori Perundang-Undangan
Kelas : Non Regular BJB 6B
Jawaban :
1. Reza Fikri Febriansyah mengatakan bahwa definisi ini menjelaskan bahwa ada
lima unsur produk hukum itu dikatakan sebagai peraturan perundang-undangan itu.
Unsur-unsur tersebut adalah peraturan tertulis, memuat norma hukum, mengikat
secara umum, dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang, dan melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
undangan.

2. Pertama, orang menaati hukum karena takut akan sanksi (hukuman). Sanksi itu
adalah petaka bagi yang terkenanya.
Kedua, orang menaati hukum karena ia memang orang yang taat dan soleh serta
dapat membedakan antara yang baik dan buruk.
Ketiga, orang menaati hukum karena pengaruh masyarakat sekelilingnya.
Keempat, orang menaati hukum atau mengikutinya peraturan hukum dikarenakan
tidak ada pilihan lain.
Kelima, orang menaati hukum itu karena kombinasi keempat faktor tersebut di atas.
Hal ini adalah konsekuensi logis gabungan dari keempat penyebab mengapa orang
menaati hukum. Artinya, dapat saja orang menaati hukum itu disebabkan oleh salah
satu atau lebih, bahkan mungkin semuanya, sebagai hal yang menjadi  latar belakang
ketaatannya.
Contoh : Kewajiban untuk menjunjung hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat 1).
Artinya warga negara wajib mematuhi peraturan pemerintah seperti peraturan lalu
lintas, membayar pajak, membayar iuran listrik, dan sebagainya.

3. Berdasarkan pasal 7 UU Nomor 12 Tahun 2011, jenis dan hierarki peraturan


perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

3. Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

4. Peraturan Pemerintah (PP)

5. Peraturan Presiden (Perpres)

6. Peraturan Daerah Provinsi (Perda Provinsi)

7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Perda Kabupaten/Kota)

4. Gangguan rasa aman terhadap masyarakat


Sudah tertera dalam PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2020 TENTANG PENYELENGGARAAN

KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT SERTA

PELINDUNGAN MASYARAKAT.

Pasal 3

(1) Satpol PP menyelenggarakan Ketertiban Umum dan Ketenteraman


Masyarakat di provinsi dan kabupaten/kota.
(2) Kepala Desa/Lurah melalui satlinmas membantu Penyelenggaraan
Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat di Desa/Kelurahan.
(3) Penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), termasuk
Penyelenggara Pelindungan Masyarakat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2), meliputi kegiatan:
a. deteksi dan cegah dini;
b. pembinaan dan penyuluhan;
c. patroli;
d. pengamanan;
e. pengawalan;
f. penertiban; dan
g. penanganan unjuk rasa dan kerusuhan massa.
(5) Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat
di kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4),
dapat dilakukan melalui koordinasi dan kerja sama antar Satpol PP
kabupaten/kota dibawah koordinasi Kepala Satpol PP provinsi dan
antar Satpol PP provinsi dibawah koordinasi Menteri melalui
Direktur Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan.
(6) Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat
di kecamatan dapat dibentuk Unit Pelaksana Teknis Satpol PP
Kabupaten/Kota.
(7) Unit Pelaksana Teknis Satpol PP Kabupaten/Kota di kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dipimpin oleh seorang kepala
satuan yang secara ex-official dijabat oleh Kepala Seksi
Ketenteraman dan Ketertiban Umum pada kecamatan.
(8) Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat
serta Pelindungan Masyarakat di Desa/Kelurahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4), dilaksanakan oleh
Kepala Desa/Lurah di bawah koordinasi camat.
Masyarakat bisa melapor ke pihak terkait, Gangguan antar desa bisa melapor ke

RT/RW setempat.

Contoh : Ada perkelahian antar desa,, Ada pencurian bisa melapor ke kepolisian dan

sebagainya.

5. Pembentukan peraturan perundang-

undangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-undangan yang pada

dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan,

pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan.

Pembentukan peraturan daerah sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 1

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan adalah pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang mencakup tahapan

perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan

pengundangan. Dalam pembentukan peraturan daerah, ada beberapa tahapan yang

harus dilalui yaitu: (1) tahapan perencanaan; (2) tahapan penyusunan; (3) tahapan

pembahasan; (4) tahapan pengesahan atau penetapan, (5) tahapan pengundangan, dan

(6) tahapan penyebarluasan.

Anda mungkin juga menyukai