Anda di halaman 1dari 9

BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PENGERTIAN BIAYA RELEVAN


Para manajer selalu dihadapi pada masalah pengambilan keputusan diantara dua altematif
atau lebih. Data-data biaya yang tersedia dalam suatu perusahaan cukup banyak, dan
tidaklah mungkin semua data biaya ini relevan dengan berbagai altematif dalam suatu
pengambilan keputusan. Oleh karena itu tidak semua biaya harus dilaporkan kepada
manajemen untuk bertujuan pengambilan keputusan.

Sehubungan dengan konsep biaya untuk tujuan pengambilan keputusan seorang manajer
harus menggunakan konsep biaya yang berbeda terhadap pengambilan keputusan
yang berbeda. Oleh karena itu konsep ini sangat penting untuk tujuan pengambilan
keputusan.

Biaya relevan telah didefinisikan oleh Mulyadi (1989, hal.16) yaitu sebagai berikut: "Biaya
relevan adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda atau
terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan pemilihan diantara berbagai macam
altematif'.

Definisi tersebut menjelaskan bahwa orientasi dari akuntansi manajemen adalah data yang
akan datang. Data historis hanya digunakan untuk merumuskan ramalan kejadian yang
mungkin terjadinya pada masa yang datang. Jadi konsep biaya yang digunakan dalam
proses pengambilan keputusan adalah biaya-biaya relevan. Seorang akuntan manajemen
harus dapat membedakan mana biaya relevan dan mana biaya yang tidak relevan, sehingga
keputusan yang diambil tidak merugikan perusahaan.

Dalam proses pengambilan keputusan peranan akuntan manajemen adalah sebagai


pengumpul dan pengolahan data-data yang relevan termasuk biaya-biaya relevan yang akan
digunakan pimpinan perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan. Apabila biaya yang
diharapkan terjadi pada masa yang akan datang berbeda pada setiap alternatif yang akan
dipilh maka biaya tersebut adalah biaya relevan, tetapi suatu biaya menjadi tidak relevan
apabila biaya itu sama untuk semua alternatif yang sedang dianalisa.

BERBAGAI KONSEP BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN


KEPUTUSAN

Adapun konsep-konsep biaya relevan yang dapat dikembangkan sehubungan dengan


pengambilan keputusan ini, meliputi:
1. Biaya Masa Yang Akan Datang (Future Cost)
2. Biaya Differensial (Differential Cost)
3. Biaya Tambahan (Incremental Cost)
4. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost), dan
5. Biaya Keluar Dari Kantong (Out Of Pocket Cost)

Biaya Masa Yang Akan Datang (Future Cost)


MUHAMMAD HADINI – Akuntansi Manajemen (Materi 5) Halaman 1
 Biaya Masa Yang Akan Datang (Future Cost) adalah biaya yang dapat diperkirakan
atau diharapkan akan terjadi dalam periode yang akan datang. Biaya ini merupakan suatu
ramalan sedangkan pengukurannya merupakan suatu taksiran.
 Berbeda dengan Biaya Historis, biaya masa yang akan datang dapat dikendalikan oleh
manajemen. Biaya historis tidak dapat dikendalikan oleh manajemen karena biaya itu
merupakan biaya yang telah terjadi di masa lalu dan tidak dapat dirubah. Jadi biaya historis
hanya mengisyaratkan “apa yang salah” dengan biaya tersebut apakah terlalu banyak atau
terlalu besar. Sedangkan biaya masa yang akan datang, dapat dikendalikan oleh
manajemen karena perkiraan terjadinya tidak pasti dan dapat direncanakan. Jika biaya ini
dirasa terlalu tinggi maka dapat dibuat penyesuaian-penyesuaian untuk menguranginya.
 Jika biaya masa yang akan datang tidak hanya sekedar diharapkan tetapi secara resmi
dituangkan dalam bentuk rencana kegiatan menyeluruh perusahaan untuk jangka waktu
tertentu di masa yang akan datang, biaya tersebut merupakan “Biaya Yang Dianggarkan”
atau “Budgeted Cost”.

Biaya Diffensial (Differential Cost)


 Biaya Differensial (Differntial Cost) adalah biaya masa yang akan datang yang
diperkirakan akan berbeda jumlahnya atau terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan
pemilihan di antara berbagai macam alternatif. Oleh karena itu, biaya ini adalah relevan
dengan analisis yang dilakukan dalam pengambilan keputusan tersebut. Istilah biaya
differensial ini seringkali juga dipergunakan dengan Biaya Relevan (Relevant Cost).
 Biaya Indeffensial (Indefferential Cost) atau Biaya Tak Relevan (Irrelevant Cost)
adalah lawan dari pengertian biaya diferensial atau biaya relevan, yaitu biaya yang tidak
akan terpengaruh oleh pengambilan keputusan, yang akan sama jumlahnya tanpa
memperhatikan alternatif yang dipilih. Oleh karena itu, biaya tak relevan adalah dapat dan
seharusnya diabaikan di dalam analisis untuk pengambilan keputusan.

Biaya Tambahan (Incremental Cost)


 Biaya Tambahan (Incremental Cost) adalah tambahan biaya yang akan terjadi jika
alternatif tertentu dipilih.
 Jika Biaya Tambahan ini dihubungkan dengan suatu alternatif tindakan yang
kemungkinan akan dilaksanakan atau mungkin juga tidak dilaksanakan oleh manajemen,
biaya tambahan mungkin juga dapat terjadi mungkin juga tidak. Jika alternatif yang
diusulkan bukan merupakan penambahan kegiatan melainkan berupa peniadaan suatu
kegiatan yang sekarang ada, maka biaya tertentu yang ada sekarang dapat dihindari. Biaya
ini disebut Biaya Terhindarkan (Avoidable Cost), yaitu biaya yang tidak akan terjadi
jika suatu alternatif dipilih. Sesungguhnya Biaya Terhindarkan merupakan variasi dari
Biaya Tambahan, oleh karena itu seringkali disebut dengan istilah Penghematan Biaya
Tambahan (Incremental Cost Saving).

Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)


MUHAMMAD HADINI – Akuntansi Manajemen (Materi 5) Halaman 2
 Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) adalah pendapatan yang dikorbankan atau
penghematan biaya sebagai akibat dipilihnya alternatif tertentu.
 Salah satu bentuk dari biaya kesempatan ini adalah Imputed Cost. Biaya ini
kenyataannya tidak terjadi dalam transaksi pertukaran tetapi masih tetap relevan dalam
pengambilan keputusan tertentu.
 Sebagai contoh misalnya, sebagian dari saldo kas yang ada digunakan untuk
menaikkan tingkat persediaan barang dagangan. Biaya yang sesungguhnya telah terjadi
sehubungan dengan penambahan persediaan barang dagangan ini adalah harga beli barang
dagangan, biaya angkutan dan biaya asuransi. Kas, selain digunakan untuk menaikkan
tingkat persediaan dapat pula digunakan dalam kegiatan lain (misalnya untuk investasi
modal) untuk menghasilkan pendapatan, maka pendapatan bunga yang dikorbankan
karena memilih alternatif menaikkan tingkat persediaan barang dagangan tersebut
merupakan “Imputed Cost” yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan
penambahan tingkat persediaan barang dagangan.

Biaya Keluar Dari Kantong (Out Of Pocket Cost)


 Biaya Keluar Dari Kantong (Out Of Pocket Cost) adalah biaya yang memerlukan
pengeluaran kas segera (sekarang atau dalam jangka dekat) sebagai akibat dari keputusan
manajemen.
 Sebagai contoh biaya keluar dari kantong ini, misalnya adalah manajemen
memutuskan untuk menerima pesanan pembuatan produk dari langganan. Dalam hal ini,
biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja merupkan biaya yang keluar dari kantong. Biaya
overhead pabrik selain biaya depresiasi dan amortisasi juga merupakan biaya keluar dari
kantong. Nama lain dari biaya beluar dari kantong adalah Biaya Tunai (Cash Cost).
 Biaya depresiasi aktiva tetap dalam pengambilan keputusan jangka pendek bukan
merupakan biaya keluar dari kantong. Pembayaran kas (atau setidak-tidaknya
kesanggupan untuk membayar kas) telah terjadi pada masa lalu, yaitu pada saat aktiva
tetap tersebut diperoleh. Pada saat perolehan aktiva tetap, harga perolehan tersebut
merupakan biaya keluar dari kantong sedangkan pada masa sesudahnya biaya depresiasi
aktiva tetap bukan merupakan biaya keluar dari kantong. Biaya-biaya depresiasi, deplesi
dan amortasasi merupakan Biaya Terbenam (Sunk Cost) dan tidak relevan dalam
pengambilan keputusan jangka pendek. Biaya terbenam merupakan biaya yang terjadi
sebagai akibat pengambilan keputusan yang telah lalu.

CONTOH BIAYA RELEVAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Mengembangkan Produk Baru Atau Mempertahankan Produk Yang Sudah Ada.

Rapat pimpinan perusahaan sedang mempertimbangkan alternatif pengembangan produk


X1 yang dihasilkan selama ini menjadi produk baru, yang diberi nama produk X 2.
Keinginan untuk mengembangkan produk X1 menjadi produk X2 ini berdasarkan survei
atau riset pasar yang dilakukan oleh perusahaan kepada para pengguna produk tersebut
(para konsumen) tentang peningkatan mutu produk. Berdasarkan hasil survei ini ternyata
memang para pengguna menginginkan adanya mutu yang lebih baik lagi dari produk
tersebut. Apakah perusahaan perlu mengembangkan produk baru atau mempertahankan
produk yang sudah ada? Data-data yang dihimpun tentang permasalahan di atas adalah:

MUHAMMAD HADINI – Akuntansi Manajemen (Materi 5) Halaman 3


a. Harga jual produk X1 per unit adalah Rp 10.000 dan harga jual produk X2 per unit
direncanakan sebesar Rp 18.500.
b. Kapasitas produksi per tahun sebesar 1.000 unit (baik untuk produk X 1 maupun untuk
produk X2 yang sedang direncanakan).
c. Diperlukan tambahan biaya pengolahan untuk mengubah produk X1 menjadi produk X2
untuk per unitnya sebesar Rp 5.000 dan tambahan biaya investasi pada mesin produksi
dengan harga perolehan sebesar Rp 12.000.000 (di mana taksiran umur ekonomisnya
selama 3 tahun dan tanpa nilai residu). Metode depresiasi mesin yang diterapkan adalah
garis lurus.
d. Tingkat pengembalian inventasi (return on investment) yang diinginkan oleh pihak
pimpinan perusahaan adalah sebesar 20 % atas proyek tersebut.

Alternatif manakah yang dapat dipilih oleh perusahaan, apakah tetap membuat produk
X1 atau mengembangkannya menjadi produk baru berupa produk X2 ?

Penyelesaian:
Untuk menganalisis masalah ini, perlu dihitung nilai tunai atau present value proceeds
(arus kas masuk bersih) dari umur proyek investasi tersebut. Adapun proceeds per tahun
untuk proyek ini dapat dihitung sebagaimana berikut:

Proceeds = Laba Differensial + Depresiasi Mesin + Nilai Residu


Diketahui:
Data-data yang relevan pada permasalahan di atas adalah point-point a, c dan d.
Penghitungan proceeds-nya berdasarkan rumus di atas adalah:

Perhitungan:
1. Pendapatan differensial: 1.000 unit x (Rp 18.500 - Rp 10.000)….....= Rp 8.5000.00,00
Biaya differensial : 1.000 unit x Rp 5.000,00............................= Rp 5.000.000,00
Laba differensial (per tahun) .............................................................= Rp 3.500.000,00
2. Depresiasi mesin (menggunakan metode garis lurus):
Depresiasi mesin = (Harga Perolehan - Nilai Residu) /: Umur Ekonomis
= (Rp 12.000.000 - Rp 0) / 3 tahun
= Rp 4.000.000 per tahun.
Jadi, proceedsnya = Laba Differensial + Depresiasi Mesin + Nilai Residu
= Rp 3.500.000 + Rp 4.000.000 + Rp 0
= Rp 7.500.000

Proceeds dari umur proyek sebesar Rp 7.500.000 selam 3 tahun ini setelah dinilai
tunaikan (present value) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

NPV = At ∑ (1 + i) -1
- Io
t =1
MUHAMMAD HADINI – Akuntansi Manajemen (Materi 5) Halaman 4
Di mana:
NPV = Net Present Value
At = arus kas masuk bersih (proceeds).
t = biaya modal atau tingkat keuntungan yang diharapkan.
n = umur proyek investasi.
Io = Investasi mula-mula (outlays investment).

Jadi:
3
NPV = Rp 7.500.000 ∑ [(1+20%)-1 + (1 + 20%)-2 + (1 + 20%)-3] – Rp 12.000.000
t=1

= Rp 7.500.000 x (2,106481482) – Rp 12.000.000


= Rp 3.798.611,115

Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode NPV pada proyek investasi di atas,
ternyata bernilai positif sebesar Rp 3.798.611,115. Dengan demikian, pengembangan
produk X1 menjadi produk X2 dapat dilaksanakan karena menguntungkan.

2. Menghentikan Atau Melanjutkan Kegiatan Usaha Suatu Bagian Dalam Perusahaan.

Suatu perusahaan memiliki 3 departemen, yaitu: Departemen A, Departemen B dan


Departemen C. Diketahui kinerja usaha dari departemen C tidak selalu memuaskan,
bahkan lebih sering mengalami kerugian. Laporan perhitungan laba-rugi ketiga departemen
tersebut dalam suatu periode tahun tertentu menunjukkan keadaan yang berikut ini:

Keterangan Departemen A Departemen B Departemen C


Penjualan Rp 50.000.000 Rp 25.000.000 Rp 25.000.000
Biaya Variabel (BV) Rp 25.000.000 Rp 10.000.000 Rp 12.000.000
Laba Kontribusi Rp 25.000.000 Rp 15.000.000 Rp 13.000.000
BT Terhindarkan Rp 10.000.000 Rp 8.000.000 Rp 11.000.000
BT Tak Terhindarkan Rp 3.000.000 Rp 3.000.000 Rp 3.000.000
Total Biaya Tetap (BT) Rp 13.000.000 Rp 11.000.000 Rp 14.000.000
Laba (Rugi) Bersih Rp 12.000.000 Rp 4.000.000 (Rp 1.000.000)

Bagaimana keputusan manajemen perusahaan mengenai kinerja dari departemen C


tersebut, apakah tetap dipertahankan kegiatan usahanya atau ditutup saja?

Penyelesaian:

MUHAMMAD HADINI – Akuntansi Manajemen (Materi 5) Halaman 5


Biaya relevan yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan untuk menutup
atau tidaknya kegiatan usaha dari departemen C tersebut adalah biaya terhindarkan
(avoidable cost) dan biaya kesempatan (opportunity cost), sebagaimana berikut ini:

Biaya terhindarkan (avoidable cost), sebagai manfaat dari tidak keluarnya biaya jika
kegiatan usaha departemen C ditutup:
Biaya variabel ............................. Rp 12.000.000
Biaya tetap terhindarkan.............. Rp 11.000.000
Total biaya (total manfaat)........... Rp 23.000.000

Biaya kesempatan (opportunity cost), sebagai pengorbanan atas pendapatan yang hilang
dari penjualan jika kegiatan usaha departemen C ditutup:
Pendapatan dari penjulan............. Rp 25.000.000

Perhitungan:
Biaya terhindarkan (avoidable cost) …………………. Rp 23.000.000
Biaya kesempatan (opportunity cost).............................Rp 25.000.000
Kerugian, jika dept. C ditutup ……………………….. Rp 2.000.000

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, biaya terhindarkan ternyata lebih kecil dari biaya
kesempatan jika kegiatan usaha departemen C ditutup. Dengan demikian, kegiatan usaha
departemen C sebaiknya tidak ditutup atau terus dipertahankan saja.

3. Menerima Atau Menolak Pesanan Dan Tawaran Khusus.


Contoh A:
Kapasitas produksi yang dimiliki oleh perusahaan adalah sebanyak 200.000 unit per tahun.
Untuk tahun anggaran periode sekarang, perusahaan hanya merencanakan tingkat produksi
sebanyak 150.000 unit dengan harga jual per unitnya adalah Rp 1.250. Anggaran biaya
produksi untuk perode sekarang ditetapkan sebagaimana berikut ini:
Keterangan Per Unit Total
Biaya Variabel:
- Biaya Produksi Variabel. Rp 400 Rp 60.000.000
- Biaya Komersial Variabel Rp 120 Rp 18.750.000
Jumlah Biaya Variabel Rp 520 Rp 78.750.000
Biaya Tetap:
- Biaya Produksi Tetap Rp 300 Rp 45.000.000
- Biaya Komersial Tetap Rp 150 Rp 22.500.000
Jumlah Biaya Tetap Rp 450 Rp 67.500.000
Jumlah Seluruh Biaya Rp 970 Rp 146.250.000

Misalkan dalam periode tahun tersebut, perusahaan ada menerima permintaan pesanan
sebanyak 30.000 unit dengan harga sebesar Rp 750 per unit. Bagaimana tawaran atas
permintaan ini, dapat diterima atau ditolak oleh manajemen perusahaan ?
Penyelesaian / Perhitungan:

MUHAMMAD HADINI – Akuntansi Manajemen (Materi 5) Halaman 6


Informasi relevan yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan diterima atau
ditolaknya pesanan khusus tersebut adalah pendapatan differensial dan biaya differensial,
sebagaimana berikut ini:
Pendapatan diferensial : 30.000 unit @ Rp 750,00................................ Rp 22.500.000,00
Biaya diferensial::
Biaya produksi variabel : 30.000 unit @ Rp 400,00 = Rp 12.000.000,00
Biaya komersial variabel : 30.000 unit @ Rp 120,00 = Rp 3.600.000,00
Jumlah biaya diferensial............................................................................. Rp 15.600.000,00
Laba diferensial ......................................................................................... Rp 6.900.000,00

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, pendapatan differensial (sebagai pendapatan


karena diterimanya pesanan khusus tersebut) ternyata lebih tinggi jika dibandingkan
dengan biaya differensial. Dengan demikian, pesanan khusus tersebut sebaiknya diterima
oleh perusahaan karena menguntungkan.

Contoh B:
Kegiatan usaha yang selama ini dijalankan oleh perusahaan adalah bidang perakitan. Suku
cadang A sebagai salah satu komponen dari produk rakitan perusahaan selama ini
diproduksi sendiri. Kebutuhan suku cadang A selama setahun berjumlah 100.000 unit.
Biaya pembuatan suku cadang A tampak sebagaimana berikut ini:

Keterangan Per Unit Total


Biaya Bahan Baku (BBB) Rp 5 Rp 500.000
Biaya Tenaga Kerja Variabel (BTKV) Rp 10 Rp 1.000.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel (BOPV) Rp 3 Rp 300.000
BOP Tetap Terhindarkan (BOPTT) Rp 4 Rp 400.000
BOP Tetap Bersama (BOPTBs) Rp 5 Rp 500.000
Jumlah Biaya Produksi Rp 27 Rp 2.700.000

Perusahaan menerima tawaran dari perusahaan lain untuk memasok suku cadang A
dengan harga yang lebih murah, yaitu sebesar Rp 25 per unit. Diketahui fasilitas-
fasilitas yang selama ini dipergunakan untuk memproduksi suku cadang A tidak dapat
dipakai lagi (dalam keadaan menganggur) jika suku cadang A tersebut dipasok dari
luar. Apakah tawaran dari pihak lain ini sebaiknya diterima atau ditolak oleh
perusahaan ?

Penyelesaian:

Informasi relevan yang perlu dipertimbangkan sehubungan dengan diterima atau


ditolaknya tawaran khusus tersebut adalah biaya terhindarkan (jika produksi suku cadang
A dihentikan karena di pasok dari luar) dan biaya kesempatan atau penghematan biaya
(berupa harga beli suku cadang A dari pemasok), sebagaimana berikut ini:

Biaya-biaya terhindarkan per unit, terdiri dari:


Biaya-biaya Variabel:
- Biaya Bahan Baku (BBB) …………………………………………. Rp 5,00

MUHAMMAD HADINI – Akuntansi Manajemen (Materi 5) Halaman 7


- Biaya Tenaga Kerja Variabel (BTKV) ……………………………. Rp 10,00
- Biaya Overhead Pabrik Variabel (BOPV) ………………………. Rp 3,00
Biaya Tetap:
- BOP Tetap Terhindarkan (BOPTT).....................................................Rp 4,00
Jumlah biaya terhindarkan, jika membeli dari perusahan lain ..............Rp 22,00

Harga beli, jika membeli dari perusahaan lain ......................................Rp 25,00

Perhitungan:
Biaya terhindarkan, jika membeli dari perusahan lain ..........................Rp 22,00
Harga beli, jika membeli dari perusahaan lain ......................................Rp 25,00
Kerugian jika membeli dari perusahaan lain ........................................Rp 3,00

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, jelas kelihatan bahwa alternatif memproduksi


sendiri suku cadang A lebih menguntungkan untuk perusahaan jika dibandingkan dengan
membeli dari perusahaan lain. Hal ini dikarenakan, jika membeli dari perusahaan lain
pengorbanan biaya yang dikeluarkan adalah Rp 25 per unit sedangkan penghematan
biaya yang diperoleh (berupa biaya terhindarkan) hanya sebesar Rp 22 per unit.

Contoh C:
Seandainya dalam contoh B di atas, fasilitas-fasilitas untuk memproduksi suku cadang A
tersebut tidak menganggur karena dapat disewakan kepada pihak lain dengan
menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp 400.000 per tahun. Dalam hal ini, terdapat
biaya kesempatan sebesar Rp 400.000 yaitu jumlah penghasilan yang dikorbankan karena
pemilihan alternatif tetap membuat sendiri suku cadang A tersebut. Data untuk
pengambilan keputusan dapat disajikan sebagaimana berikut ini (data-data relevan):

Data-data Biaya Jumlah Biaya


Yang Relevan Jika Membuat Jika Membeli Dari
Sendiri Luar
Biaya suku cadang A*) Rp 2.200.000 Rp 2.500.000
Biaya kesempatan Rp 400.000 ---
(berupa pendapatan sewa)
Jumlah biaya yang relevan Rp 2.600.000 Rp 2.500.000
Catatan: *)
Lihat datanya pada Contoh B di atas.

Berdasarkan data-data tersebut di atas, ternyata perusahaan lebih baik memilih alternatif
membeli suku cadang dari luar perusahaan tersebut (leveransir).

4. Melanjutkan Sewa Atau Memakai Untuk Kegiatan Usaha Sendiri.


Sebuah ruang toko yang dimiliki oleh perusahaan pada masa sekarang disewakan dengan
pendapatan sewa sebesar Rp 150.000 per bulan. Pimpinan perusahaan sedang

MUHAMMAD HADINI – Akuntansi Manajemen (Materi 5) Halaman 8


mempertimbangkan akan menggunakan sendiri ruang toko tersebut untuk keperluan
perdagangan barang X dan menghentikan persewaan ruang toko tersebut. Di dalam
mempertimbangkan apakah lebih menguntungkan menyewakan untuk memakai sendiri
ruang toko tersebut, dilakukan analisis sebagaimana berikut ini:

Taksiran Laba Bersih Usaha:


Taksiran Laba Kotor:
Taksiran hasil penjualan per bulan ……………………............ Rp 450.000,00
Taksiran harga pokok penjualan ………………………………. Rp 200.000,00
Taksiran laba kotor ……………………………………………. Rp 250.000,00
Taksiran Biaya Usaha:
Taksiran biaya administrasi & umum ............... Rp 50.000,00
Taksiran biaya pemasaran ............................... Rp 25.000,00 Rp 75.000,00
Taksiran laba bersih usaha ……………………………………. Rp 175.000,00
Biaya Kesempatan:
Pendapatan sewa yang dikorbankan ………………………….. Rp 150.000,00

Perhitungan:
Taksiran Laba Bersih Usaha …………………………………..........Rp 175.000,00
Pendapatan Sewa yg Dikorbankan ................................................... Rp 150.000,00
Keuntungan memilih alternatif menggunakan sendiri
ruang toko untuk berdagang barang X …………………………......Rp 25.000,00

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, ternyata menggunakan sendiri ruang toko untuk
berdagang barang X lebih menguntungkan daripada tetap menyewakannya.

MUHAMMAD HADINI – Akuntansi Manajemen (Materi 5) Halaman 9

Anda mungkin juga menyukai