Sehubungan dengan konsep biaya untuk tujuan pengambilan keputusan seorang manajer
harus menggunakan konsep biaya yang berbeda terhadap pengambilan keputusan
yang berbeda. Oleh karena itu konsep ini sangat penting untuk tujuan pengambilan
keputusan.
Biaya relevan telah didefinisikan oleh Mulyadi (1989, hal.16) yaitu sebagai berikut: "Biaya
relevan adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda atau
terpengaruh oleh suatu pengambilan keputusan pemilihan diantara berbagai macam
altematif'.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa orientasi dari akuntansi manajemen adalah data yang
akan datang. Data historis hanya digunakan untuk merumuskan ramalan kejadian yang
mungkin terjadinya pada masa yang datang. Jadi konsep biaya yang digunakan dalam
proses pengambilan keputusan adalah biaya-biaya relevan. Seorang akuntan manajemen
harus dapat membedakan mana biaya relevan dan mana biaya yang tidak relevan, sehingga
keputusan yang diambil tidak merugikan perusahaan.
Alternatif manakah yang dapat dipilih oleh perusahaan, apakah tetap membuat produk
X1 atau mengembangkannya menjadi produk baru berupa produk X2 ?
Penyelesaian:
Untuk menganalisis masalah ini, perlu dihitung nilai tunai atau present value proceeds
(arus kas masuk bersih) dari umur proyek investasi tersebut. Adapun proceeds per tahun
untuk proyek ini dapat dihitung sebagaimana berikut:
Perhitungan:
1. Pendapatan differensial: 1.000 unit x (Rp 18.500 - Rp 10.000)….....= Rp 8.5000.00,00
Biaya differensial : 1.000 unit x Rp 5.000,00............................= Rp 5.000.000,00
Laba differensial (per tahun) .............................................................= Rp 3.500.000,00
2. Depresiasi mesin (menggunakan metode garis lurus):
Depresiasi mesin = (Harga Perolehan - Nilai Residu) /: Umur Ekonomis
= (Rp 12.000.000 - Rp 0) / 3 tahun
= Rp 4.000.000 per tahun.
Jadi, proceedsnya = Laba Differensial + Depresiasi Mesin + Nilai Residu
= Rp 3.500.000 + Rp 4.000.000 + Rp 0
= Rp 7.500.000
Proceeds dari umur proyek sebesar Rp 7.500.000 selam 3 tahun ini setelah dinilai
tunaikan (present value) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
NPV = At ∑ (1 + i) -1
- Io
t =1
MUHAMMAD HADINI – Akuntansi Manajemen (Materi 5) Halaman 4
Di mana:
NPV = Net Present Value
At = arus kas masuk bersih (proceeds).
t = biaya modal atau tingkat keuntungan yang diharapkan.
n = umur proyek investasi.
Io = Investasi mula-mula (outlays investment).
Jadi:
3
NPV = Rp 7.500.000 ∑ [(1+20%)-1 + (1 + 20%)-2 + (1 + 20%)-3] – Rp 12.000.000
t=1
Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode NPV pada proyek investasi di atas,
ternyata bernilai positif sebesar Rp 3.798.611,115. Dengan demikian, pengembangan
produk X1 menjadi produk X2 dapat dilaksanakan karena menguntungkan.
Penyelesaian:
Biaya terhindarkan (avoidable cost), sebagai manfaat dari tidak keluarnya biaya jika
kegiatan usaha departemen C ditutup:
Biaya variabel ............................. Rp 12.000.000
Biaya tetap terhindarkan.............. Rp 11.000.000
Total biaya (total manfaat)........... Rp 23.000.000
Biaya kesempatan (opportunity cost), sebagai pengorbanan atas pendapatan yang hilang
dari penjualan jika kegiatan usaha departemen C ditutup:
Pendapatan dari penjulan............. Rp 25.000.000
Perhitungan:
Biaya terhindarkan (avoidable cost) …………………. Rp 23.000.000
Biaya kesempatan (opportunity cost).............................Rp 25.000.000
Kerugian, jika dept. C ditutup ……………………….. Rp 2.000.000
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, biaya terhindarkan ternyata lebih kecil dari biaya
kesempatan jika kegiatan usaha departemen C ditutup. Dengan demikian, kegiatan usaha
departemen C sebaiknya tidak ditutup atau terus dipertahankan saja.
Misalkan dalam periode tahun tersebut, perusahaan ada menerima permintaan pesanan
sebanyak 30.000 unit dengan harga sebesar Rp 750 per unit. Bagaimana tawaran atas
permintaan ini, dapat diterima atau ditolak oleh manajemen perusahaan ?
Penyelesaian / Perhitungan:
Contoh B:
Kegiatan usaha yang selama ini dijalankan oleh perusahaan adalah bidang perakitan. Suku
cadang A sebagai salah satu komponen dari produk rakitan perusahaan selama ini
diproduksi sendiri. Kebutuhan suku cadang A selama setahun berjumlah 100.000 unit.
Biaya pembuatan suku cadang A tampak sebagaimana berikut ini:
Perusahaan menerima tawaran dari perusahaan lain untuk memasok suku cadang A
dengan harga yang lebih murah, yaitu sebesar Rp 25 per unit. Diketahui fasilitas-
fasilitas yang selama ini dipergunakan untuk memproduksi suku cadang A tidak dapat
dipakai lagi (dalam keadaan menganggur) jika suku cadang A tersebut dipasok dari
luar. Apakah tawaran dari pihak lain ini sebaiknya diterima atau ditolak oleh
perusahaan ?
Penyelesaian:
Perhitungan:
Biaya terhindarkan, jika membeli dari perusahan lain ..........................Rp 22,00
Harga beli, jika membeli dari perusahaan lain ......................................Rp 25,00
Kerugian jika membeli dari perusahaan lain ........................................Rp 3,00
Contoh C:
Seandainya dalam contoh B di atas, fasilitas-fasilitas untuk memproduksi suku cadang A
tersebut tidak menganggur karena dapat disewakan kepada pihak lain dengan
menghasilkan pendapatan sewa sebesar Rp 400.000 per tahun. Dalam hal ini, terdapat
biaya kesempatan sebesar Rp 400.000 yaitu jumlah penghasilan yang dikorbankan karena
pemilihan alternatif tetap membuat sendiri suku cadang A tersebut. Data untuk
pengambilan keputusan dapat disajikan sebagaimana berikut ini (data-data relevan):
Berdasarkan data-data tersebut di atas, ternyata perusahaan lebih baik memilih alternatif
membeli suku cadang dari luar perusahaan tersebut (leveransir).
Perhitungan:
Taksiran Laba Bersih Usaha …………………………………..........Rp 175.000,00
Pendapatan Sewa yg Dikorbankan ................................................... Rp 150.000,00
Keuntungan memilih alternatif menggunakan sendiri
ruang toko untuk berdagang barang X …………………………......Rp 25.000,00
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, ternyata menggunakan sendiri ruang toko untuk
berdagang barang X lebih menguntungkan daripada tetap menyewakannya.