Anda di halaman 1dari 4

KHUTBAH

Khutbah Jumat Bulan Dzulqa’dah: Berupaya Jadi Insan Rendah


Hati
Rabu, 8 Juni 2022 | 05:30 WIB

Manusia kebanyakan mempunyai sifat angkuh. Memiliki kurnia berupa kelebihan sedikit saja, sudah berperilaku
sombong. Padahal semua adalah pemberian dari Allah SWT yang bisa saja dicabut seketika. Karena itu,
hendaknya manusia terus menjaga sifat rendah hati.

Sifat ini penting demi menunjukkan sejatinya manusia tidak memiliki apa-apa untuk disombongkan. Justru
dengan karunia yang telah diterima selama ini sebagai ladang untuk terus rendah hati dan menjauhi sifat
takabur. 

Karenanya, di kesempatan sangat istimewa yakni khutbah Jumat adalah waktu yang tepat untuk mengingatkan
rendah hati tersebut. Agar dalam keseharian tetap menjaga sifat tawadhu dan merasa diri tidak memiliki hal yang
layak ditonjolkan di hadapan manusia.

Naskah khutbah ini silakan untuk dibagi di sejumlah media sosial. Atau diprint out dan dibagikan di sejumlah
masjid agar dapat dijadikan renungan bagi jamaah. (Redaksi)  

Khutbah I 

  ‫ لَاّٰلُهَّم‬.‫ َأ ْشَهُد َأ ْن َلا ِاٰلَه ِإ َّل ا اللُه الَّس ِمْيُع اْلَبِدْيُع َوَأ ْشَهُد َأ َّن َسِّيَدَنا َوَحِبْيَبَنا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه الَّص ِمُع‬. ‫ َاْل َحْمُد ِلّٰلِه اَّلِذْي َأ َمَرَنا ِبَأ َداِء الَّش َراِئِع‬.‫َاْل َحْمُد ِلّٰلِه‬
‫َص ِّل َوَسِّلْم َوَباِرْك َعٰلى َس ِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َوَعٰلى ٰاِلِه َوَأ ْص َحاِبِه َأ ْج َمِعْيَن‬.

Baca Juga:

Khutbah Jumat Bulan Syawal: Ganti Takabur dengan Rendah Hati 


‫ ِاَّت ُقوا اللَه َحَّق ُتَقاِتِه َوَلا َتُم َّن‬.‫ َفَيا َأ ُّي َها اْل َحاِضُرْوَن‬،‫َأ َّم ا َبْعُد‬
 ‫ َأ ُعْوُذ ِباللِه ِمَن الَّش ْيَطاِن الَّر ِجْيِم ِبْسِم‬.‫ َقاَل اللُه َتَعاَلى ِفي اْلُقْرٰاِن اْلَعِظْيِم‬.‫ْوُت ِإ َّل ا َوَأ ْنُتْم ُمْس ِلُمْوَن‬
‫ َوِعَباُد الَّر ْحٰمِن اَّلِذْيَن َيْمُشْوَن َعَلى اْلَاْرِض َهْوًنا َّو ِاَذا َخاَط َبُهُم اْل ٰجِهُلْوَن َق اُلْوا َس ٰلًما‬،‫ اللِه الَّر ْحٰمِن الَّر ِحْيِم‬   

Hadirin yang Dirahmati Allah

Di hari istimewa ini, marilah kita meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Karena, orang yang paling mulia di
sisi Allah adalah yang paling bertakwa kepada-Nya. Yakni menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang. Dan
salah satu bentuk ketakwaan itu adalah tawadhu atau sikap rendah hati.   

Jamaah yang Berbahagia

Tawadhu berarti menempatkan kita lebih rendah daripada mereka semua. Hal ini guna mengubur sifat sombong
yang kerap kali bergelora dalam diri kita. Tawadhu penting kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
hubungan kepada Allah SWT maupun kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya, meliputi manusia, hewan, tetumbuhan,
dan sebagainya.   Lawan dari tawadhu adalah sombong. 

Sombong adalah pangkal berbagai macam sifat tercela lainnya. Kita tentu hafal betul kisah iblis yang menolak
bersujud dalam rangka menghormati Nabi Adam AS. Itu tidak lain karena kesombongan makhluk terlaknat tersebut.
Pasalnya, iblis merasa lebih baik karena diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam AS diciptakan dari tanah. 

Hadirin yang Dirahmati Allah

Imam al-Ghazali dalam kitabnya Bidayatul Hidayah menegaskan bahwa merasa lebih baik dari makhluk lain adalah
bentuk kesombongan. Karenanya, kita harus meyakini bahwa sesungguhnya yang terbaik di sisi Allah SWT itu
adanya di akhirat kelak. Hal demikian tentu saja tidak berada dalam jangkauan kita sebagai manusia biasa.   

Dan kita harus memiliki keyakinan bahwa orang lain itu lebih baik dari kita. Jika dalam pandangan mata terlihat
buruk, kita tidak dapat menganggap keseluruhannya demikian. Setiap manusia pasti memiliki sisi yang baik. Imam
al-Ghazali memberikan tips bagaimana kita menggunakan kacamata tawadhu dalam melihat siapa saja, anak kecil,
orang tua, orang bodoh, atau kafir sekalipun. 

Baca Juga:

Khutbah Jumat: Bulan Rajab Kesempatan Menyempurnakan Shalat

Anak kecil tentu belum dihukumi taklif sehingga tidak bermaksiat kepada Allah SWT, sedangkan hari-hari kita tidak
pernah lepas dari bermaksiat kepada-Nya. Dengan begitu, kita tidak perlu ragu untuk mengakui bahwa anak kecil
itu lebih baik dari diri kita. Orang yang lebih tua dari kita seyogianya dipandang lebih baik. Sebab, mereka lebih
dahulu daripada kita dalam beribadah kepada Allah SWT. Karenanya, tak ada halangan lagi untuk meyakini bahwa
mereka lebih baik daripada kita. Sekalipun ada orang yang tampak, mohon maaf, bodoh, kita juga harus meyakini
kebaikan mereka. Sebab, jika pun mereka melakukan maksiat, tentu itu didasari atas ketidaktahuannya, sedangkan
kita tetap bermaksiat, meskipun kita tahu bahwa hal tersebut salah dan dilarang Allah SWT.   

Bahkan, terhadap orang kafir pun kita tidak boleh merasa lebih baik. Sebab, mungkin saja di suatu saat nanti, atau
mungkin di akhir hayatnya kelak, ia mengucapkan syahadat dan wafat dalam membawa keislaman dan keimanan.
Hal demikian bukanlah hal yang mustahil dan memang banyak terjadi.   

Jamaah Jumat yang Mulia

Dengan keyakinan demikian, perasaan tidak lebih baik dari orang lain, maka kita akan berusaha untuk terus
memperbaiki diri, berintrospeksi, mencari kesalahan diri agar tidak lagi mengulanginya di kemudian hari dan
menggantinya dengan sikap dan laku yang baik. 

Kita juga tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi justru mencari dan menemukan kebaikannya untuk kita
tiru, kita teladani sebaik mungkin sehingga kita bukan saja terhindari dari laku buruk, tetapi justru melampaui hal
tersebut, yakni dengan berlaku baik.   

Oleh karena itu, jamaah Jumat sekalian, penting bagi kita untuk menerapkan sikap tawadhu dalam kehidupan
sehari-hari. Sebab, orang tawadhu adalah hamba Allah SWT yang utama. Hal ini ditegaskan Allah dalam Al-Qur’an
surat Al-Furqan ayat 63 sebagai berikut: 

   ‫ َوِعَباُد الَّر ْحٰمِن اَّلِذْيَن َيْمُشْوَن َعَلى اْلَاْرِض َهْوًنا َّو ِاَذا َخاَط َبُهُم اْل ٰجِهُلْوَن َقاُلْوا َس ٰلًما‬   

Baca Juga:

Khutbah Jumat: Hikmah di Balik Aneka Musibah dan Bencana

Artinya: Adapun hamba-hamba (utama) Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi
dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka
mengucapkan ‘salam’.   

Para Hadirin Rahimakumullah

Imam Abu Ishaq Ats-Tsa’labi dalam kitabnya, Al-Kasyfu wal Bayan fi Tafsiril Qur’an menjelaskan bahwa hamba yang
dimaksud dalam ayat tersebut adalah hamba utama, yakni orang yang tawadhu, rendah hati. Bahkan, jika ada orang
yang ‘mengkhutbahi’, menasihati dengan kata-kata yang justru tidak membuatnya nyaman, orang tersebut tetap
menjawabnya dengan doa keselamatan. 

Dalam tafsir lain, Ibnu Hayyan mengatakan bahwa hamba utama itu menjawab dengan perkataan yang
menyelamatkannya dari dosa. Meskipun diperlakukan dengan tidak baik, sikap tawadhu menghindarkan kita dari
dosa-dosa berupa laku buruk yang serupa atau bahkan lebih sebagai balasan kepadanya. Kita justru akan menjawab
perlakuan itu dengan kebalikannya, yaitu dengan mendoakan keselamatan, tetap menjaga etika dan akhlak kita, baik
secara perbuatan ataupun perkataan, sebagaimana disebutkan oleh Imam Abul Qasim al-Qusyairi dalam kitab
tafsirnya, Lathaiful Isyarat.   

Jamaah yang Dimuliakan Allah 

Nabi Muhammad SAW bersabda sebagaimana dicantumkan Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab Lubabul Hadits
sebagai berikut:  

‫ِء‬
 ‫ الَّت َواُضُع ِمْن َأ ْخَلاِق اْلَأ ْنِبَيا َوالَّت َكُّب ُر ِمْن َأ ْخَلاِق اْل ُكَّف اِر َواْلُفَراِعَنِة‬    

Artinya: Tawadhu merupakan bagian dari akhlaknya para Nabi, sedangkan sombong adalah akhlaknya orang-orang
kafir dan para Firaun.   
 
Artikel diambil dari: Khutbah Jumat: Melatih Diri untuk Rendah Hati
 
Oleh karena itu, dengan kita bertawadhu, sesungguhnya kita tengah menjalankan salah satu akhlaknya para Nabi.
Dan semoga, kita dapat senantiasa menjalankan sikap demikian ini. Meskipun mungkin akan sulit diterapkan
karena beragam hal, mulai merasa diri pintar karena berprestasi, merasa lebih dekat dengan Allah karena selalu
berjamaah di masjid, misalnya, dan sebagainya, tawadhu haruslah kita latih. Sedikit demi sedikit, insyaallah, kita
akan terbiasa bersikap demikian. 

   ‫ َوَأ ْس َتْغِفُر اللَه‬.‫َباَرَك اللُه ِلْي َوَلُكْم ِفي اْلُقْرٰاِن اْلَعِظْيِم َوَنَفَعِنْي وِإ َّي اُكْم ِبَما ِفْيِه ِمَن اْلٰاَياِت َوالِّذْكِر اْل َحِكْيِم َوَتَقَّب َل ِمِّنْي َوِمْنُكْم ِتَلاَوَتُه ِإ َّن ُه ُهَو الَّس ِمْيُع اْلَعِلْيُم‬

‫ اْلَعِظْيَم ِلْي َوَلُكْم َوِلَساِئِر اْلُمْس ِلِمْيَن َواْلُمْس ِلَماِت َفَيا َفْوَز اْلُمْس َتْغِفِر ْيَن َوَيا َن َجاَة الَّت اِئِبْيَن‬    
 
Khutbah II
   ‫ َأ ْشَهُد َأ ْن َلا ِإ ٰلَه ِإ َّل ا اللُه‬. ‫ َوَعٰلى ٰاِلِه َوَأ ْص َحاِبِه اْلِكَراِم‬. ‫ َوالَّص َلاُة َوالَّس َلاُم َعٰلى َس ِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َخْيِر اْلَأ َناِم‬. ‫َاْل َحْمُد ِلّٰلِه اَّلِذْي َأ ْنَعَمَنا ِبِنْعَمِة اْلِإ ْيَماِن َواْلِإ ْس َلاِم‬

‫اْلَمِلُك اْلُقُّد ْوُس الَّس َلاُم َوَأ ْشَهُد َأ َّن َسِّيَدَنا َوَحِبْيَبَنا ُم َّمَح ًدا َعْبُدُه َوَرُسْوُلُه َصاِحُب الَّش َرِف َواْلِاْحِتَراِم‬.

 ‫ َفَقاَل اللُه َتَعاَلى ِإ َّن اللَه َو َمَلاِئَكَتُه ُيَص ُّل ْوَن َعَلى الَّن ِبِّي ٰيَأ ُّي َها اَّلِذْيَن ٰاَمُنْوا َص ُّل ْوا َعَلْيِه‬.‫ َفَياَأ ُّي َها الَّن اُس ُأ ْوِصْيُكْم َوَنْفِسْي ِبَتْقَوى اللِه َفَقْد َفاَز اْلُمَّت ُقْوَن‬.‫َأ َّم ا َبْعُد‬

‫ لَاّٰلُهَّم َص ِّل َوَسِّلْم َعٰلى َس ِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َو َعٰلى ٰاِل َس ِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َك َما َص َّل ْيَت َعٰلى َس ِّيِدَنا ِإ ْبَراِهْيَم َوَباِرْك َعٰلى َس ِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َوَعٰلى ٰاِل َس ِّيِدَنا ُم َّمَح ٍد َك َما‬.‫َو َس ِّلُمْوا َتْس ِلْيًما‬
.‫ َوَعْن َأ ْص َحاِب َنِبِّيَك َأ ْج َمِعْيَن‬.‫ لَاّٰلُهَّم َواْرَض َعِن اْل ُخَلَفاِء الَّر اِشِدْيَن‬.‫َباَرْك َت َعٰلى َسِّيِدَنا ِإ ْبَراِهْيَم َوَعٰلى ٰاِل َسِّيِدَناِإ ْبَراِهْيَم ِفي اْلَعاَلِمْيَن ِإ َّن َك َحِمْيٌد َمِجْيٌد‬

‫َوالَّت اِبِعْبَن َوَتاِبِع الَّت اِبِعْيَن َو َتاِبِعِهْم ِإ ٰلى َيْوِم الِّدْيِن‬.




‫لَاّٰلُهَّم اْغِفْر ِلْلُمْس ِلِمْيَن َواْلُمْس ِلَماِت َواْلُمْؤِمِنْيَن َواْلُمْؤِمَناِت ‪ .‬لَاّٰلُهَّم اْدَفْع َعَّن ا اْلَغَلاَء َواْلَوَباَء َوالَّط اُعْوَن َواْلَأ ْمَراَض َواْلِفَتَن َما َلا َيْدَفُعُه َغْيُرَك َعْن َبَلِدَنا ٰهَذا‪ ‬‬
‫ِه ِا‬
‫ِإ ْنُدْوِنْيِس َّي ا َخاَّص ًة َوَعْن َساِئِر ِبَلاِد اْلُمْس ِلِمْيَن َعاَّم ًة َيا َرَّب اْلَعاَلِمْيَن‪َ .‬رَّب َنا ٰاِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَسَنًة َو ِفي اْلٰاِخَرِة َحَسَنًة َو ِقَنا َعَذاَب الَّن اِر‪ِ .‬عَباَد الل َّن اللَه‬
‫َيْأ ُمُر ِباْلَعْدِل َواْلِاْح َساِن َوَيْنَه ى َعِن اْلَفْح َشاِء َواْلُمْنَكِر‪َ .‬يِعُظُكْم َلَعَّل ُكْم َتَذَّك ُرْوَن‪َ .‬فاْذُكُروا اللَه اْلَعِظْيَم َيْذُكْرُكْم‪َ .‬و اْش ُكُرْوُه َعٰلى ِنَعِمِه َيِزْدُكْم‪َ .‬وَلِذْكُر اللِه َاْك َبُر‬

‫‪Editor: Syaifullah‬‬

‫‪‬‬

Anda mungkin juga menyukai