Anda di halaman 1dari 106

TRANSKRIP

SYARH

‫ﻋﻘﯾدة أھل اﻟﺳ ّﻧﺔ واﻟﺟﻣﺎﻋﺔ‬


‫ﻟﻔﺿﯾﻠﺔ اﻟﺷﯾﺦ‬
‫ﻣﺣﻣد ﺑن ﺻﺎﻟﺢ اﻟﻌﺛﯾﻣﯾن رﺣﻣﮫ ﷲ‬

Syarh/Penjelasan oleh:
Ustadz DR. Abdullah Roy, M.A.‫ﺣﻔظﮫ ﷲ‬
Bab Beriman Kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla
BAGIAN 02 (Halaqah 046-070)

Disampaikan di WAG Dirosah Islamiyah


(17 Muharram - 19 Shafar 1444H)
(15 Agustus - 16 September 2022M)

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 1 of 106


🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _SENIN_
| 17 Muharram 1444 H
| 15 Agustus 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-46*
📖 _Al-Quran Adalah Kalam Allāh Ta’āla_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ وأﺻْ ﺣﺎﺑﮫ وﻣن واﻻه‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, kembali kita


dipertemukan oleh Allāh pada kesempatan kali ini untuk melanjutkan pembahasan Kitab
Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang dikarang oleh Fadhilatul Syaikh Muhammad
bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullāh.

Masih kita pada pembahasan Rukun Iman yang Pertama yaitu tentang beriman kepada
Allāh Azza wa Jalla.

Kita lanjutkan, ucapan beliau di dalam kitab ini, beliau mengatakan,

‫وﻧؤ ﻣن ﺑﺄن اﻟﻘرآن اﻟﻛرﯾم ﻛﻼم ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬

Dan kami, yaitu Ahlus Sunnah wal Jama’ah beriman, mempercayai, meyakini dengan
seyakin-yakinnya, bahwasanya Al-Qurān Al-Karim adalah firman Allāh atau ucapan
Allāh. Dan ini adalah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang telah menyelisihi di
dalamnya sebagian aliran yang sesat.

Setelah beliau Rahimahullahu Ta'ala berbicara tentang keyakinan Ahlus Sunnah


bahwasanya Allāh memiliki sifat Kalam, maka di sini beliau ingin menekankan bahwa
Al-Qurān Al-Karim, kitab yang agung ini adalah bagian dari Kalamullāh.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 2 of 106

Berarti ini pembahasan lebih khusus dari sebelumnya. Karena sebelumnya beliau
berbicara tentang bahwasanya Allāh memiliki sifat Kalam, dan sudah berlalu
penjelasannya.

Maka di sini beliau ingin menjelaskan bahwasanya di antara Kalamullāh adalah Al-
Qurān Al-Karim. Al-Karim artinya adalah yang mulia, atau yang pemurah, sebagaimana
Allāh Subhānahu wa Ta’āla mensifati Al-Qurān dengan demikian, yaitu dengan
“karomah”.

‫إِ ﱠﻧﮫُۥ َﻟﻘُرْ َءانٌ َﻛ ِرﯾ ٌم‬

"Sesungguhnya ini adalah Al-Qurān yang mulia.” [QS Al-Waqiah: 77]

Disifati demikian, ada yang mengatakan karena banyaknya pahala bagi orang yang
membaca Al-Qurān. Sehingga dia disifati dengan Karim yaitu pemurah, karena orang
yang membaca Al-Qurān ini mendapatkan pahala yang besar sebagaimana dalam
hadits,

ٌ‫ب اﻟﻠﱠ ِﮫ َﻓ َﻠ ُﮫ ِﺑ ِﮫ َﺣ َﺳ َﻧ ٌﺔ َو ْاﻟ َﺣ َﺳ َﻧ ُﺔ ِﺑ َﻌ ْﺷ ِر أَﻣْ َﺛﺎﻟِ َﮭﺎ ﻻَ أَﻗُو ُل اﻟم ﺣرْ فٌ َو َﻟﻛِنْ أَﻟِفٌ َﺣرْ فٌ َوﻻَ ٌم َﺣرْ فٌ َوﻣِﯾ ٌم َﺣرْ ف‬
ِ ‫َﻣنْ َﻗ َرأَ َﺣرْ ًﻓﺎ ﻣِنْ ِﻛ َﺗﺎ‬

"Barangsiapa yang membaca satu huruf di dalam Al-Qurān, maka baginya dari setiap
satu huruf yang dia baca itu satu kebaikan. Dan satu kebaikan dilipatgandakan dengan
sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan bahwasanya ‫ اﻟــــم‬adalah satu huruf tapi Alif = ‫ا‬
adalah satu huruf, Lam = ‫ ل‬adalah satu huruf dan Mim = ‫ م‬adalah satu huruf.”
[HR Tirmidzi]

Jadi orang yang hanya sekedar dia membaca Alif Lam Mim = ‫ اﻟــــم‬, sudah ditulis tiga
kebaikan dan tiga kebaikan dilipatgandakan sehingga menjadi tiga puluh kebaikan.

Lalu bagaimana dengan orang yang membaca ayat yang lebih panjang daripada itu,
bagaimana dengan orang yang membaca satu halaman, dua halaman, satu juz, berapa
kebaikan yang dia dapatkan. Sehingga disifati Al-Qurān itu dengan Al Karim yaitu
pemurah, karena orang yang membaca Al-Qurān ini akan banyak mendapatkan pahala.

Kemudian disifati dengan Al-Karim karena banyak kebaikan yang didapatkan dengan
mengamalkan isinya. Jadi membaca saja sudah baik, mendapatkan pahala. Orang
yang mengamalkan isinya maka dia akan mendapatkan kebaikan yang banyak.

Karena Al-Qurān Al-Karim ini adalah petunjuk bagi manusia, sehingga apabila dia
mengamalkan isinya maka ini akan membawa dia kepada kehidupan yang baik di
dunia. Dan dia akan mendapatkan keberuntungan yang besar dan keuntungan yang
besar ketika dia bertemu dengan Allāh Azza wa Jalla.

Ini semua didapatkan yaitu dengan cara berpegang teguh dan mengamalkan apa yang
ada di dalam Al-Qurān.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 3 of 106

‫ِﻲ أَ ْﻗ َو ُم‬ َ ْ‫إِنﱠ ٰ َھ َذا ْاﻟﻘُر‬


َ ‫آن َﯾ ْﮭدِي ﻟِﻠﱠﺗِﻲ ھ‬

“Sesungguhnya Al-Qurān itu memberikan petunjuk membimbing kepada suatu (jalan)


yang paling lurus.” [QS Al-Isra': 9]

Kalau kita menghukumi di antara manusia dengan Al-Qurān, maka kita akan
mendapatkan keadilan. Yaitu kita akan berbuat adil, apabila kita menghukumi manusia
dengan Al-Qurān ini. Karena di dalamnya adalah hikmah dan juga keadilan, sehingga
kalau seseorang memutuskan di antara manusia berdasarkan Al-Qurān pasti dia adil di
dalam keputusannya.

Dan orang yang berbicara dengan Al-Qurān, maksudnya dia berucap dengan dasar Al-
Qurān, dia ‫ﺻـــدق‬, orang yang demikian pasti dia jujur. Karena firman Allāh Azza wa Jalla
ini adalah ( ‫ ) أﺻدــــق ﻗﯾـﻼ‬adalah firman yang paling benar, yang paling jujur tidak ada
kedustaan di dalamnya.

Al-Qurān Al-Karim, disifati dengan ‘Al-karom’ dengan kemulian dengan kemurahan,


karena banyaknya pahala orang yang membacanya dan banyaknya kebaikan bagi
orang yang mengamalkan isinya.

‫ﻛﻼم ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬

Bahwasanya Al Qur'anul Karim ini adalah firman Allāh berdasarkan sebuah ayat di
mana Allāh Subhanahu wa Taala mengatakan di dalam surat At Taubah ayat 6:

ِ ‫ﺎر َك َﻓﺄ َ ِﺟرْ هُ َﺣ ﱠﺗ ٰﻰ َﯾﺳْ َﻣ َﻊ َﻛ ٰ َﻠ َم ﱠ‬


N‫ٱ‬ َ ‫َوإِنْ أَ َﺣ ٌد ﻣ َﱢن ْٱﻟ ُﻣ ْﺷ ِرﻛ‬
َ ‫ِﯾن ٱﺳْ َﺗ َﺟ‬

"Dan apabila salah seorang di antara orang-orang musyrikin meminta perlindungan


kepadamu, diperangi kemudian dia minta perlindungan, maka lindungilah dia, sampai
dia mendengar firman Allāh.”

Sampai dia mendengar ucapan Allāh, maksudnya apa? Lindungi dia, dijaga darahnya
jangan sampai ditumpahkan darahnya sehingga dia sempat untuk mendengarkan
kalamullāh.

ِ ‫َﺣ ﱠﺗ ٰﻰ َﯾﺳْ َﻣ َﻊ َﻛ ٰ َﻠ َم ﱠ‬
N‫ٱ‬

"Sampai dia mendengar kalamullāh.”

Apa yang dimaksud Kalamullāh di sini? Tidak lain dan tidak bukan Kalamullāh yang
dimaksud adalah Al-Qurān.

Sampai mereka mendengar Al-Qurān yang dibacakan oleh Nabi atau dibacakan oleh
salah seorang sahabat. Diharapkan dengan dia mendengarkan Al-Qurān tadi atau
sebagian dari Al-Qurān tadi, dia terbuka hatinya dan dia mendapatkan petunjuk dan
masuk ke dalam agama Islam. Inilah yang dimaksud dalam ayat ini.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 4 of 106

Bukan maksudnya dia mendengar Kalamullāh secara langsung, bukan maksudnya


mendengar ucapan Allāh secara langsung dari Allāh bukan, tapi maksudnya adalah
mendengarkan Al-Qurān yang dibacakan oleh Nabi atau dibacakan oleh salah seorang
sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam.

Sehingga di sini kita tahu bahwasanya Allāh mengabarkan kepada kita bahwasanya Al-
Qurān adalah ucapannya,

ِ ‫َﺣ ﱠﺗ ٰﻰ َﯾﺳْ َﻣ َﻊ َﻛ ٰ َﻠ َم ﱠ‬
N‫ٱ‬

"Sampai dia mendengar Kalamullāh.”

Makanya Aqidah Ahlul Sunnah wal Jama’ah, Al-Qurān adalah Kalamullāh dan di dalam
sebuah Hadits, Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam ketika beliau awal berdakwah,
mendakwahi kaumnya, dan di situ beliau mendapatkan tantangan, gangguan dari
kaumnya dan ditolak, maka beliau menawarkan kepada manusia yang datang ke kota
Makkah untuk melaksanakan haji. Beliau mengatakan,

‫أﻻ رﺟل ﯾﺣﻣﻠﻧﻲ إﻟﻰ ﻗوﻣﮫ ﻓﺈن ﻗرﯾﺷﺎ ﻗد ﻣﻧﻌوﻧﻲ أن أﺑﻠﻎ ﻛﻼم رﺑﻲ؛ او ﻛﻣﺎ ﻗﺎل رﺳول ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ وﺳﻠم‬

"Adakah di antara kalian seseorang yang mau membawaku kepada kaumnya, karena
sesungguhnya orang-orang Quraisy telah melarangku untuk menyampaikan Kalam
Allāh (‫)ﻛﻼم رﺑﻲ‬.”

Apa yang dimaksud? Menyampaikan Al-Qurān, yaitu membacakan Al-Qurān. Beliau


mengatakan (‫ )ﻛﻼم رﺑﻲ‬Kalam Rabb-ku

Di sini juga menguatkan dan menjelaskan kepada kita tentang bahwasanya Al-Qurān
Al-Karim ini adalah Kalamullāh. Dan ini adalah Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, dan
insya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya, pada waktu dan
keadaan yang lebih baik.

‫ اﻟﺗوﻓﯾق و اﻟﮭداﯾﺔ‬N‫و ﺑﺎ‬


ّ
‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 5 of 106


🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _SELASA_
| 18 Muharram 1444 H
| 16 Agustus 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-47*
📖 _Allah Berkata Dengan Sebenar-Benar Perkataan_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ وأﺻْ ﺣﺎﺑﮫ وﻣن واﻻه‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang ditulis oleh
Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullāh.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh, kemudian beliau mengatakan,

ً ‫ﺗﻛﻼم ﺑﮫ ﺣﻘﺎ‬

"Allāh berbicara (yaitu mengucapkan Al-Qurān) dengan benar atau dengan sebenarnya
(sungguh-sungguh).”

Dan kita membenarkan yang demikian bahwasanya Allāh mengucapkan Al-Qurān Al-
Karim. Ucapan beliau ً ‫ ﺣــــﻘـﺎ‬yaitu dengan benar, dengan hakikat, karena ada sebagian
orang yang mereka mungkin mengatakan di hadapan kita, bahwasanya “iya Al-Qurān
itu adalah Kalamullāh”, tapi ditambah, “Kalamullāh tapi ini adalah majas”.

Yang hakikat dimana? yang hakikat adalah apa yang ada di dalam diri Allāh. Adapun Al-
Qurān ini adalah Kalamullāh tapi majas, tapi kalau yang hakikat adalah apa yang ada
dalam diri Allāh. Ada orang yang mengatakan demikian sehingga perlu di sini beliau
mengatakan,

ً ‫ﺗﻛﻼم ﺑﮫ ﺣﻘﺎ‬

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 6 of 106

Allāh mengucapkan Al-Qurān dengan sebenarnya. Yaitu sesuai dengan keagungan-


Nya, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berbicara mengucapkan Al-Qurān Al-Karim sesuai
dengan keagungan-Nya. Tidak sama dengan sifat kalam yang dimiliki oleh manusia. Ini
adalah keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Adapun orang yang mengatakan bahwasanya, Allāh Subhānahu wa Ta’āla


mengucapkan Al-Qurān tapi ini adalah majas, sementara yang hakikat adalah apa yang
ada di dalam diri Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Maka yang demikian tidak ada dasarnya.
Tidak ada dalilnya di dalam Al-Qurān dan juga Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa
Sallam.

Mungkin di antara kita ada yang mendengar mereka mendatangkan ucapan seorang
syair, dia mengatakan,

ً ‫إنﱠ ْاﻟ َﻛ َﻼ َم َﻟﻔِﻲ ْاﻟﻔُ َؤا ِد َوإِ ﱠﻧ َﻣﺎ ُﺟ ِﻌ َل اﻟﻠﱢ َﺳﺎنُ َﻋ َﻠﻰ ْاﻟﻔُ َؤا ِد دَ ﻟ‬
‫ِﯾﻼ‬

"Sesungguhnya ucapan adalah apa yang ada di dalam jiwa. Dan sesungguhnya
dijadikan lisan ini sebagai sesuatu yang menunjukkan apa yang ada di dalam hati."

√ Pertama ini bukan dalil, ini adalah ucapan manusia.

√ Kedua, ini adalah ucapan seorang yang Nasrani. Dia mengatakan ini adalah ucapan
Akhthol (‫ــل‬ َ ‫ )أَ ْﺧ‬dan dia adalah seorang Nasrani. Bagaimana seorang mengambil
ِ ‫ــــط‬
agamanya dari syair yang diucapkan oleh seorang Nasrani.

Maka ini tidak bisa dijadikan dalil, bahwasanya ucapan adalah apa yang ada di dalam
hati. Atau di antara mereka ada yang mendatangkan firman Allāh Azza wa Jalla,

‫ون ﻓ ِٓﻰ أَﻧﻔُﺳِ ِﮭ ْم َﻟ ْو َﻻ ﯾ َُﻌ ﱢذ ُﺑ َﻧﺎ ﱠ‬


‫ُ ِﺑ َﻣﺎ َﻧﻘُو ُل‬N‫ٱ‬ َ ُ‫َو َﯾﻘُوﻟ‬

"Dan mereka mengatakan di dalam hati mereka, ‘Mengapa Allāh Subhānahu wa Ta’āla
tidak menyiksa kita karena ucapan kita itu?’.” [QS Al-Mujadilah: 8]

Kemudian mereka berdalil dengan ayat ini bahwasanya yang namanya ucapan itu
adalah apa yang ada di dalam hati.

Kita katakan di sini adalah diikat dengan (‫ِــــﻰ أَﻧــــﻔُﺳِ ِﮭ ْم‬


ٓ ‫ ) ﻓ‬yang kalau (‫ )ﻗول‬itu ucapan, kalam
ُ َ
diikat dengan (‫ِــﻰ أﻧــﻔﺳِ ِﮭ ْم‬
ٓ ‫ )ﻓ‬itu di dalam hati. Diketahui di sini, maksudnya adalah apa yang
ada di dalam hati seseorang.

Tapi pembicaraan kita di sini apabila tidak ada kata (‫ِــﻰ أَﻧــﻔُﺳِ ِﮭ ْم‬
ٓ ‫ )ﻓ‬tidak ada “diikat dengan di
dalam jiwa”, ‫ـــون‬ُ ُ
َ ‫ َو َﯾـــﻘوﻟ‬misalnya, atau (‫ )وﻗـــﺎل‬tidak disebutkan di dalam jiwa, maka orang
arab memahami ini adalah ucapan yang diucapkan oleh lisan.

Tapi kalau ingin memaksudkan ucapan yang dimaksud itu adalah ucapan yang ada di
dalam hati, maka dia harus mengatakan ‫ ﻓِﻰ َﻧ ْﻔﺳِ ﮫِۦ‬atau ‫ﻓ ِٓﻰ أَﻧﻔُﺳِ ِﮭم‬

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 7 of 106

Dan di dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam sendiri membedakan
antara apa yang diucapkan oleh seseorang di dalam hati dan apa diucapkan oleh lisan.

Yang diucapkan oleh lisan itulah yang dimaksud dengan (‫ )ﻛــــﻼم ﻋِ ــــﻧـ ِد اﻹطــــﻼق‬ketika dia
dimutlakkan, maka ini yang dimaksud kalam adalah yang diucapkan dengan lisan
bukan yang ada di dalam hati.

Di dalam sebuah hadits, Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam mengatakan,

ْ ‫ﷲ َﺗ َﺟ َﺎو َز َﻋنْ أ ُ ﱠﻣﺗِﻲ َﻣﺎ َﺣ ﱠد َﺛ‬


‫ت ِﺑ ِﮫ أَ ْﻧﻔُ َﺳ َﮭﺎ َﻣﺎ َﻟ ْم َﺗﻌْ َﻣ ْل أَ ْو َﺗ َﺗ َﻛﻠﱠ ْم‬ َ ‫إِنﱠ ﱠ‬

Beliau mengatakan, "Sesungguhnya Allāh memaafkan untuk umatku apa yang ada di
dalam jiwa seseorang". (HR Al-Bukhari)

‫ت ِﺑ ِﮫ أَ ْﻧﻔُ َﺳ َﮭﺎ‬
ْ ‫َﻣﺎ َﺣ ﱠد َﺛ‬

“Apa yang seseorang berbicara di dalam hatinya.”

Mungkin ia ada terbetik di dalam hatinya sesuatu, maka ini Allāh Subhanahu wa Taala
memaafkan yang demikian, maka hal ini tidak bisa kita hindari.

Ada terbetik di dalam hati seseorang untuk melakukan sebuah kemaksiatan misalnya,
belum menjadi keinginan yang kenceng atau kuat, tapi baru terbetik saja. Maka yang
demikian siapa di antara kita yang bisa menghindari, yang demikian dimaafkan oleh
Allāh.

‫َﻣﺎ َﻟ ْم َﺗﻌْ َﻣ ْل‬

"Selama dia belum mengerjakan.”

Kalau sudah dikerjakan barulah di sini ditulis dosa. Sesuatu yang terbetik tadi,
kemudian dia aplikasikan, dia praktekkan, dia kerjakan, barulah di sini ditulis.

‫أَ ْو َﺗ َﺗ َﻛﻠﱠ ْم‬

"Atau dia berbicara dengan apa yang ada di dalam hatinya tadi.”

Dia ungkapkan dengan pembicaraan. Di sini ditulis juga.

Berarti di sini Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam membedakan antara, ‫ـــت ِﺑـــ ِﮫ أَ ْﻧـــﻔُ َﺳ َﮭﺎ‬
ْ ‫َﻣـــﺎ َﺣـــ ﱠد َﺛ‬
‫ﱠ‬ َ َ َ َ
dengan ‫أ ْو ﺗــﺗﻛﻠم‬, apa yang ada di dalam hati seseorang dengan ucapan dia. Maka jelas di
sini harus kita bedakan.

Dan sekali lagi kalam yang dimaksud di dalam bahasa arab, kalau dimutlakkan seperti
itu maka yang dimaksud adalah apa yang diucapkan oleh lisan.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 8 of 106

Jaman dahulu pernah terjadi fitnah yang besar tentang masalah Al-Qurān Kalamullāh.
Ada di antara ahlul bid'ah yang mereka mengatakan bahwasanya Al-Qurān ini adalah
makhluk dan ini fitnah besar.

Saat itu pemerintah atau penguasa dipengaruhi oleh ulama-ulama su' yaitu ulama-
ulama yang jelek yang mengajak kepada kesesatan dan mereka adalah ulama-ulama
mu'tazilah yang memaksa manusia dan mereka meminta bantuan kepada penguasa
yang sudah terpengaruh tadi untuk meyakini bahwasanya Al-Qurān adalah makhluk.

Kemudian akhirnya fitnah yang besar sekali dan ada di antara mereka yang dipaksa
untuk mengucapkan Al-Qurān adalah makhluk, dan terpaksa mereka melakukan yang
demikian, yaitu mengatakan bahwa Al-Qurān adalah makhluk bukan karena ridha tapi
karena ancaman yang dahsyat sampai perkaranya kepada ‫ أ ُ ْﻛ ِر َه‬yaitu dipaksa.

Sehingga ada di antara mereka yang mengucapkan ucapan bahwasannya Al-Qurān


adalah makhluk dan bukan karena ridha dan percaya bahwasanya itu adalah makhluk
tapi karena dalam keadaan terpaksa.

Karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

ْ ‫إِ ﱠﻻ َﻣنْ أ ُ ْﻛر َه َو َﻗ ْﻠ ُﺑﮫُۥ ﻣ‬


‫ُط َﻣﺋِنﱞ ِﺑ ْﭑﻹِﯾ َﻣ ٰـ ِن‬ ِ

“Kecuali orang yang dipaksa dan hatinya tetap tenang dengan keimanan.” [QS An-Nahl:
106]

Maka yang demikian tidak masalah. Dan ada di antara mereka yang menggunakan
Tauriyah (‫)اﻟــــﺗـورﯾــــﺔ‬. Tauriyah ini dia mengucapkan sebuah ucapan yang menginginkan
sebuah makna tetapi dipahami oleh orang lain dengan makna yang lain. Jadi seseorang
mengucapkan sebuah ucapan dia memahami sesuatu tapi dipahami oleh orang lain
bahwasanya maksudnya adalah demikian, ini dinamakan tauriyah.

Ada di antara mereka ketika ditanya apakah engkau menyakini bahwasanya Al-Qurān
adalah makhluk? maka dia mengatakan, "Ya saya beriman bahwasanya Taurat, Injil, Al-
Qurān, Zabur semua ini adalah makhluk".

Orang yang mendengar ucapan orang ini seakan-akan dia mempercayai bahwasanya
Al-Qurān adalah makhluk, itu yang dipahami oleh orang yang ada di depannya atau
orang yang bertanya tadi. Tapi dia memaksudkan lain.

Ucapan dia semua ini, dia menunjuk kepada tangan-tangannya atau jari-jarinya. Semua
ini adalah jari-jarinya, semua adalah makhluk. Ini yang dinamakan Tauriyah. Dia tidak
bohong tapi dia dipahami orang sesuatu yang lain, dan dia tidak bohong. Ini yang
dinamakan dengan Tauriyah.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 9 of 106

Ada di antara sebagian mereka yang menggunakan cara itu saat itu dan keyakinan
tetap sama yaitu meyakini bahwasanya Al-Qurān adalah Kalamullāh.

Dan di sana ada ulama yang mereka bersabar dan menanggung segala resiko,
dicambuk, dipenjara, disiksa, di antaranya adalah Al Imam Ahmad bin Hambal
Rahimahullāh, beliau saat itu tidak mau mengatakan bahwasanya Al-Qurān adalah
makhluk dan dengan gigihnya beliau bertahan dan bahkan menyampaikan hujjah,
menyampaikan alasan dan menyebutkan bahwasanya Al-Qurān adalah Kalamullāh dan
dia bukan makhluk.

Dan sebagaimana kita tahu beliau mendapatkan ujian yang berat saat itu, dan orang
seperti beliau Rahimahullāh memang kewajibannya menyampaikan seperti itu dan tetap
tidak mengucapkan sesuatu yang menyimpang.

Karena beliau adalah seorang imam yang dilihat oleh manusia dan dicontoh oleh
manusia sehingga apabila beliau tidak bersabar kemudian mengucapkan meskipun
dalam keadaan terpaksa, maka dikhawatirkan manusia akan meniru apa yang beliau
lakukan ini.

Sehingga beliau Rahimahullāh memilih untuk bersabar tetap teguh dalam memegang
prinsip dan juga Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, bahwasanya Al-Qurān adalah
Kalamullāh dan bukan makhluk.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan insya
Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya, pada waktu dan keadaan
yang lebih baik.

ّ ‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬


‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈•⊰✿✿⊱•┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 10 of 106

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _RABU_
| 19 Muharram 1444 H
| 17 Agustus 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-48*
📖 _Allāh Menyampaikan Al-Qurān Kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
Melalui Malaikat Jibril Bagian Pertama_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ
‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ وأﺻْ ﺣﺎﺑﮫ وﻣن واﻻه‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullāh ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh, berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsaimin Rahimahullāh ta'ala:

‫و أﻟﻘﺎه إﻟﻰ ﺟﺑرﯾل‬

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyampaikannya kepada Jibril, yaitu Jibril


mendengar apa yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla ucapkan.

Allāh menyampaikan Al-Qurān ini kepada Jibril, mengucapkan Al-Qurān ini dan
didengar oleh Jibril alayhissalam.

‫ﻓﻧزل ﺑﮫ ﺟﺑرﯾل ﻋﻠﻰ ﻗﻠب اﻟﻧﺑﻲ ﷺ‬

Kemudian malaikat Jibril turun dengan apa yang dia dengar ini kepada hati Nabi
Shallallahu alaihi wa Sallam.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 11 of 106

Karena ‫ اﻟــــﻘــﻠــب‬adalah tempat atau wadah dari ilmu (wahyu), maka malaikat Jibril
alayhissalam turun kepada Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam dan menyampaikan Al-
Qurān yang sudah dia dengar kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam.

Tentunya ini semua terjadi secara berangsur-angsur sesuai dengan kejadian


(peristiwa), diturunkan oleh malaikat Jibril alayhissalam kepada Rasulullah Shallallahu
alaihi wa Sallam .

Kemudian beliau mengatakan (membawakan) firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

‫ﱢك ِﺑ ْﭑﻟ َﺣ ﱢق‬ ِ ‫ﻗُ ْل َﻧ ﱠز َﻟﮫُۥ رُو ُح ْٱﻟﻘُ ُد‬


َ ‫س ﻣِن رﱠ ﺑ‬

Katakanlah wahai Muhammad : "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al-Qurān itu dari
Rabb-mu dengan benar." [QS An-Nahl: 102]

Malaikat Jibril dinamakan ruhul al-qudus karena dia adalah makhluk yang suci, karena
Al-Qudus maknanya adalah suci atau bersih, karena dia adalah makhluk yang amanah
yang tidak melakukan kemaksiatan kepada Allāh. Sehingga Allāh Subhānahu wa Ta’āla
mensifati beliau dengan Al-Qadāsah (ruhul qudus = ruh yang suci).

Dia-lah yang menurunkan Al-Qurān dari Rabb-Mu dengan benar, dan ini menunjukkan
bahwasanya Al-Qurān diturunkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan menunjukkan
bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang berada di atas, kemudian malaikat Jibril
alayhissalam yang membawa ke bawah dan disampaikan kepada Nabi Shallallahu
alaihi wa Sallam.

Ini disebutkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam Surat An-Nahl ayat 102.

Kemudian setelahnya beliau membawakan firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang ada
di dalam surat Asy-Syu'ara ayat 192 sampai 195.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

۞ ‫ﯾن‬
ٖ ‫ﺎن َﻋ َر ِﺑﻲّٖ ﻣ ِﱡﺑ‬
ٍ ‫ﯾن ۞ ِﺑﻠ َِﺳ‬ َ ‫ِﯾن ۞ َﻧ َز َل ِﺑ ِﮫ ٱﻟرﱡ و ُح ۡٱﻷَﻣِﯾنُ ۞ َﻋ َﻠ ٰﻰ َﻗ ۡﻠ ِﺑ َك ﻟِ َﺗ ُﻛ‬
َ ‫ون ﻣ َِن ۡٱﻟﻣُﻧذ ِِر‬ َ ‫ﻧزﯾ ُل َربﱢ ۡٱﻟ ٰ َﻌ َﻠﻣ‬
ِ ‫َوإِ ﱠﻧﮫُۥ َﻟ َﺗ‬

"Dan sesungguhnya, (Al-Qurān ini benar-benar diturunkan oleh Rabb seluruh alam,
yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar
engkau termasuk orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.”
[QS Asy-Syu'ara': 192-195]

Al-Qurān diturunkan oleh Allāh Rabbil'alamin, ini adalah keyakinan Ahlus Sunnah
bahwasanya Al-Qurān munajal min indillah (diturunkan dari sisi Allāh Subhānahu wa
Ta’āla).

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 12 of 106

Sekali lagi, ini menunjukkan bahwasanya Allāh berada di atas karena diturunkan Al-
Qurān berarti Al-Qurān berasal dari atas (Allāh Subhānahu wa Ta’āla).

ُ‫َﻧ َز َل ِﺑ ِﮫ ٱﻟرﱡ و ُح ۡٱﻷَﻣِﯾن‬

Ar-Ruh Al-Amin adalah nama lain dari malaikat Jibril alayhissalam.

Kalau di dalam ayat sebelumnya tadi Allāh mensifati Jibril dengan Al-Qudus karena
kebersihannya, adapun di dalam ayat ini maka Jibril disifati dengan amanah (Al-Amin)
yaitu ruh yang sangat menjaga amanah.

Apa yang disampaikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla kepada beliau berupa wahyu,
disampaikan apa adanya tidak ditambah dan dikurang kepada Nabi Shallallahu alaihi
wa Sallam.

Maka beliau alayhissalam disifati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan Al-Amin
karena dia adalah makhluk yang sangat-sangat dipercaya tidak mengkhianati apa yang
datang dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

‫َﻋ َﻠ ٰﻰ َﻗ ۡﻠ ِﺑ َك‬

"Disampaikan atas hatimu.”

Karena sekali lagi, hati ini sebagai wadah dari ilmu, wadah dari wahyu Allāh Subhānahu
wa Ta’āla. Sehingga malaikat Jibril alayhissalam menyampaikan wahyu yang telah
beliau dengar kepada Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam yaitu kepada hatinya.

َ ‫ون ﻣ َِن ۡٱﻟﻣُﻧذ ِِر‬


‫ﯾن‬ َ ‫ﻟِ َﺗ ُﻛ‬

"Supaya engkau menjadi orang yang termasuk mengingatkan.”

Mundirin di sini masih sebagai nabi, diturunkan wahyu kepada beliau supaya beliau
menjadi seorang nabi.
Al-Mundirin artinya adalah orang yang mengingatkan.

Maksudnya adalah para nabi dan rasul alayhimssalam karena mereka diutus oleh Allāh
Subhānahu wa Ta’āla sebagai mubasysyirina wa mundirin sebagaimana firman Allāh.

‫ﯾن‬ َ ‫رﱡ ﺳ ًُﻼ ﱡﻣ َﺑ ﱢﺷ ِر‬


َ ‫ﯾن َوﻣُﻧذ ِِر‬

"Para rasul yang mereka diutus oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dalam rangka
memberikan kabar gembira dan memberikan peringatan kepada mereka.”

Yaitu memberikan kabar gembira dan memberikan peringatan kepada mereka.


Memberikan kabar gembira apabila mereka beriman dengan apa yang mereka bawa,

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 13 of 106

beriman kepada Allāh, beriman dengan hari akhir. Maka mereka akan mendapatkan
kegembiraan dan kebahagiaan.

Dan sebaliknya orang yang menentang rasul dan tidak beriman dengan apa yang dia
bawa maka orang yang demikian diperingatkan dari adzab yang pedih dan agung.

Firman Allāh,

َ ‫ون ﻣ َِن ۡٱﻟﻣُﻧذ ِِر‬


‫ﯾن‬ َ ‫َﻋ َﻠ ٰﻰ َﻗ ۡﻠ ِﺑ َك ﻟِ َﺗ ُﻛ‬

Menunjukkan bahwasanya wahyu adalah kekhususan para nabi dan rasul. Apabila dia
diwahyukan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maka jadilah dia seorang nabi, kalau dia
tidak diwahyukan oleh Allāh maka dia bukan seorang nabi.

‫ﻣن ﺧﺻﺎﺋص ٱﻟرﱠ ﺳُول‬


Wahyu termasuk kekhususan para nabi dan rasul alayhissalam.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan In
sya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya. Pada waktu dan keadaan
yang lebih baik.

‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈••••○○○••••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 14 of 106

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _KAMIS_
| 20 Muharram 1444 H
| 18 Agustus 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-49*
📖 _Allah Menyampaikan Al-Qurān Kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam
Melalui Malaikat Jibril Bagian Kedua_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ
‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ وأﺻﺣﺎﺑﮫ وﻣن واﻻه‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullāh ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Beliau membawakan firman Allāh yang ada di dalam surat Asy-Syu'ara ayat 195:

ٖ ‫ﺎن َﻋ َر ِﺑﻲّٖ ﻣ ِﱡﺑ‬


‫ﯾن‬ ٍ ‫ِﺑﻠ َِﺳ‬

"Dengan bahasa Arab yang jelas."

Lisan di sini maksudnya adalah lughah yaitu bahasa.

ّٖ‫ﺎن َﻋ َر ِﺑﻲ‬
ٍ ‫ِﺑﻠ َِﺳ‬

Maksudnya dengan bahasa Arab. Sehingga disana ada kitab ‫ ﻟﺳﺎن اﻟﻌرب‬bahasa Arab.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

‫ٱﺧ ِﺗ َﻠ ٰـفُ أَ ْﻟﺳِ َﻧ ِﺗ ُﻛ ْم‬


ْ ‫َو‬

"Dan perbedaan lisan-lisan kalian.” [QS Ar-Rum: 22]

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 15 of 106

Maksudnya adalah perbedaan bahasa-bahasa kalian.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

‫ﺎن َﻗ ْو ِﻣﮫِۦ‬
ِ ‫ِﺑﻠ َِﺳ‬

"Dengan lisan kaumnya.” [QS Ibrahim: 4]

Maksudnya adalah dengan bahasa kaumnya.

Arabiyyin ( ّٖ‫ـــر ِﺑـــﻲ‬


َ ‫)ﻋ‬ َ dengan bahasa Arab, menunjukkan bahwasanya Al-Qurān diturunkan
oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan bahasa Arab.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebagaimana telah berlalu berbicara sesuai dengan
kehendak-Nya, terkadang Allāh berbicara dengan bahasa Arab, terkadang dengan
bahasa Suryaniyyah, dan terkadang dengan bahasa Ibriyyah.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berbicara sesuai dengan kehendak-Nya sebagaimana


berlalu bahwasanya Allāh berbicara ‫ﻛﯾف ﯾﺷﺎء‬, “Bagaimana Allāh menghendaki.”

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menurunkan Al-Qurān dengan bahasa Arab. Kata
ٖ ‫ ﻣ ِﱡﺑ‬artinya jelas, adalah fasih sesuai dengan apa yang dipahami oleh orang-orang Arab.
‫ﯾن‬

Ada yang mengatakan ‫ﱡــــﺑـﯾ ٖـن‬


ِ ‫ ﻣ‬di sini adalah jelas dan bisa dipahami, sampai orang awam
sekalipun kalau memang dia pernah belajar bahasa Arab dengan baik, belajar bahasa
Arab dengan kaidah-kaidahnya, maka in sya Allāh bisa memahami Al-Qurān.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memudahkan Al-Qurān ini sehingga bisa dipahami
oleh manusia.

َ ‫َو َﻟ َﻘ ۡد َﯾﺳ ۡﱠر َﻧﺎ ۡٱﻟﻘُ ۡر َء‬


‫ان ﻟ ﱢِﻠذ ۡﻛ ِر َﻓ َﮭ ۡل ﻣِن ﱡﻣ ﱠدﻛ ِٖر‬

"Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qurān untuk diingat dengannya, apakah ada di
antara mereka yang menyadari yang demikian?" [QS Al-Qamar: 22]

Jadi Al-Qurān diturunkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan bahasa Arab yang
jelas, bukan dengan bahasa Arab yang tidak dipahami oleh orang.

Kenapa diturunkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan bahasa yang jelas, bahasa
yang mudah dipahami oleh manusia?

Karena maksud dari Al-Qurān ini adalah untuk petunjuk bagi manusia (‫)ھــــدى ﻟــــﻠـﻣـﺗـﻘـﯾـن‬
diturunkan Al-Qurān sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Orang yang
mengambil petunjuk yang ada di dalam Al-Qurān maka dia akan menjadi orang yang
bertakwa.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 16 of 106

Demikian pula Allāh mengatakan:

ۡ ۡ ٰ ۡ ُ ٓ ‫ﺎن ٱﻟﱠذ‬
‫ﺎن‬ ِ ‫ﻧز َل ﻓِﯾ ِﮫ ٱﻟﻘُ ۡر َءانُ ھ ُٗدى ﻟﱢﻠ ﱠﻧ‬
ِ ۚ ‫ﺎس َو َﺑ ﱢﯾ َﻧتٖ ﻣ َﱢن ٱﻟﮭُدَ ٰى َوٱﻟﻔُ ۡر َﻗ‬ ِ ‫ِي أ‬ َ ‫ﺿ‬َ ‫َﺷ ۡﮭ ُر َر َﻣ‬

"Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qurān, sebagai


petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda
(antara yang benar dan yang batil)." [QS Al-Baqarah:185]

Menunjukkan bahwasanya Al-Qurān berisi tentang petunjuk bagi manusia dan


didalamnya ada

‫َو َﺑ ﱢﯾ ٰ َﻧتٖ ﻣ َﱢن ۡٱﻟﮭُدَ ٰى‬

“Di dalamnya juga ada yang menjelaskan dari petunjuk tadi.”

Ini menunjukkan bahwa Al-Qurān adalah sesuatu yang jelas dan bisa dipahami dan ini
adalah bantahan terhadap sebagian kelompok yang mereka mengatakan bahwasanya
kita tidak bisa memahami Al-Qurān, bahwasanya yang bisa memahami Al-Qurān adalah
mujtahid mutlak.

Dan mujtahid mutlak adalah orang yang sudah hafal Al-Qurān atau sudah menpelajari
berapa puluh kitab tafsir, yang sudah menghafal ratusan ribu hadits (misalnya).

Mengapa dia mengucapkan ucapan ini? Maksudnya agar menjauhkan manusia dari Al-
Qurān dan juga Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam .

Padahal Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menjelaskan dalam ayat ini ‫ﯾن‬
ٖ ‫ﱡـــﺑ‬
ِ ‫ـــر ِﺑـــﻲّٖ ﻣ‬
َ ‫ﺎن َﻋ‬
ٍ ‫ِﺑـــﻠ َِﺳ‬
(dengan bahasa Arab yang jelas), dan orang yang belajar bahasa Arab in sya Allāh dia
akan mudah memahami Al-Qurān. Jadi bukan kekhususan orang yang sampai kepada
tingkat mujtahid mutlak seperti yang mereka inginkan.

Dan ini juga bantahan kepada Al-Mufawwidhah yang mereka menyerahkan makna yang
ada di dalam Al-Qurān ini kepada Allāh saja, sehingga mereka tidak mau memaknai
apa yang datang kepada mereka, misalnya mereka mengatakan tentang istiwa' Allāh.

Mengatakan bahwa yang dimaksud dengan istiwa' hanya Allāh saja yang tahu, adapun
kita maka kita tidak mengetahui apa makna istiwa'. Ini adalah ucapan mufawidhah dan
yang demikian adalah kekeliruan karena yang benar bahwasanya apa yang ada di
dalam Al-Qurān ini maknanya dipahami di dalam bahasa Arab.

Kita memahami makna istawa, kita memahami makna Ar-Rahman, Ar-Rahim, Al-Malik,
Al-Qudus dan kita memahami sifat-sifat Allāh yang lain. Diketahui maknanya di dalam
bahasa Arab.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 17 of 106

Jadi ucapan mereka bahwasanya tidak mengetahui yang demikian kecuali Allāh, maka
ini adalah ucapan yang tidak sesuai dengan Al-Qurān.

Yang tidak kita ketahui adalah tentang hakikat dari nama dan juga sifat tadi. Itu benar.
Itu sesuatu yang tidak kita ketahui, karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak
mengabarkan kepada kita tentang hakikatnya.

Tetapi makna dan sifat tadi dalam bahasa Arab adalah sesuatu yang kita pahami, dan
In sya Allāh akan kita bahas nanti ketika kita membahas tentang masalah istiwa’. Kita
akan menukil ucapan dari Al-Imam Malik di dalam masalah ini.

Termasuk di antara aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah di dalam masalah Al-Qurān
adalah Kalamullāh.

Mereka menyebutkan bahwasanya Al-Qurān ini adalah ‫‘ ﻣــــﻧـﮫ ﺑــــدا‬dari Allāh mulainya’,
maksudnya adalah yang pertama kali mengucapkannya adalah Allāh Subhānahu wa
Ta’āla.

Sehingga kalau kita membaca Kitab-Kitab aqidah yang sudah lama ditulis oleh para
ulama mereka menyebutkan kalimat ini, yaitu ‫“ ﻣـﻧﮫ َﺑـدَ ا‬Dari Allāh pertama kali munculnya”,
maksudnya Allāh yang pertama kali mengucapkan.

Dan ini adalah keyakinan Ahlus Sunnah yang membantah orang yang mengatakan
bahwasanya yang mengucapkan Al-Qurān pertama kali adalah Jibril atau yang
mengucapkan pertama kali adalah Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam atau
mengatakan bahwasanya Allāh menciptakan Al-Qurān di hawa. Ini adalah ucapan
orang yang mengatakan bahwa Al-Qurān adalah makhluk.

Al-Qurān diciptakan di hawa sehingga dia adalah makhluk di antara makhluk-makhluk


Allāh. Adapun Ahlus Sunnah mereka mengatakan ‫“ ﻣــــﻧـﮫ ﺑــــدا‬Al-Qurān itu dari Allāh
mulainya”.

Kemudian ‫“ وإﻟــــﯾﮫ ﯾــــﻌود‬Al-Qurān ini akan kembali kepada Allāh”, jadi mulainya dari Allāh
dan kelak akan kembali kepada Allāh.

Para ulama ketika menjelaskan tentang ‫ وإﻟــــﯾــﮫ ﯾــــﻌــود‬- ada di antara mereka yang
menjelaskan, bahwa maksudnya nanti di akhir jaman Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan
menarik kembali Al-Qurān.

Ketika manusia sudah sudah benar-benar rusak, dan mereka sudah tidak perhatian
dengan Al-Qurān dan kedudukan Al-Qurān menjadi sangat dilalaikan dan diremehkan
manusia, maka Allāh berkenan untuk mengambil kembali Al-Qurān. Sehingga tidak
akan tersisa di dalam hati-hati manusia di dalam dada-dada manusia satu huruf pun
dari Al-Qurān dan tidak akan tersisa satu huruf pun dalam mushaf dari Al-Qurān ini.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 18 of 106

Sebagaimana disebutkan di dalam hadits dan ini adalah tafsiran dan juga penjelasan
dari ucapan para ulama ‫ وإﻟــــﯾـﮫ ﯾــــﻌـود‬- bahwasanya Al-Qurān akan kembali kepada Allāh
Azza wa Jalla.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan In
sya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya. Pada waktu dan keadaan
yang lebih baik.

‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈••••○○○••••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 19 of 106

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _JUM’AT_
| 21 Muharram 1444 H
| 19 Agustus 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-50*
📖 _Allah Ta'ala Maha Tinggi Atas Makhluk-Nya Dengan Dzat dan Sifat-SifatNya
Bagian Pertama_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و أﺻﺣﺎﺑﮫ وﻣن واﻻه‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāh Ta'ala.

Beliau mengatakan,

‫وﻧؤﻣن ﺑﺄن ﷲ ﻋز وﺟل ﻋﻠﻰﱞ ﻋﻠﻰ ﺧﻠﻘﮫ ﺑذاﺗﮫ و ﺻﻔﺎﺗﮫ‬

Dan kami (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) meyakini, mempercayai bahwasanya Allāh Azza
wa Jalla, adalah ‫ ﻋﻠﻰﱞ‬yang Maha Tinggi atas makhluk-makhluk-Nya.

Ini adalah keyakinan Ahlus Sunnah.

‫ﺑذاﺗﮫ و ﺻﻔﺎﺗﮫ‬

Dengan dzat-Nya dan juga sifat-Nya.

Artinya,
1. Ahlus Sunnah wal Jama'ah meyakini ketinggian Allāh dilihat dari sisi dzat-Nya, yaitu
Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Tinggi dzat-Nya, kemudian

2. Maha Tinggi sifat-Nya.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 20 of 106

Dua perkara ini, Ahlus Sunnah wal Jama'ah meyakini yang demikian.

Al 'uluwu - ‫( اﻟﻌﻠو‬ketinggian) ini ada tiga jenis:


1. 'Uluwudz Dzat (‫ )ﻋﻠو اﻟذات‬ketinggian dzat-Nya, kemudian
2. 'Uluwu Al-Qadr (‫ )ﻋﻠو اﻟﻘدر‬ketinggian kedudukan Allāh,
3. 'Uluwu Al-Qahr (‫ )ﻋﻠواﻟﻘﮭر‬ketinggian yaitu kekuasaan Allāh.

Atau kalau lebih ringkas lagi, kedudukan Al-Qadr dan juga kekuasaan Al-Qahr, masuk di
dalam sifat. Sehingga di sana ada ‘Uluwu Dzat, di sana ada 'Uluwu Sifat. Sehingga di
sini, beliau mengatakan,

‫ﺑذاﺗﮫ وﺻﻔﺎﺗﮫ‬

"Dengan dzat-Nya dan juga dengan sifat-Nya."

Sifat, masuk di dalamnya adalah ‘Uluwu Al-Qadr dan juga Al-Qahr, kedudukan dan juga
kekuasaan Allāh.

Ahlus Sunnah, meyakini ketinggian Allāh dzat-Nya maupun sifat-Nya. Adapun Ahlul
Bid'ah atau sebagian Ahlul Bid'ah, maka mereka meyakini tentang ketinggian sifat Allāh,
baik Qadr-Nya maupun Qahr-Nya, baik kedudukan Allāh maupun kekuasaan-Nya.

Antara kita dengan mereka sama, meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Dialah yang Maha Tinggi sifat-Nya. Karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

‫ ْٱﻟ َﻣ َﺛ ُل ْٱﻷَﻋْ َﻠ ٰﻰ ۚ َوھ َُو ْٱﻟ َﻌ ِزﯾ ُز ْٱﻟ َﺣﻛِﯾ ُم‬N


ِ ‫َو ِ ﱠ‬

"Dan Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang memiliki ‫ اﻟــــﻣـﺛـل اﻷ ﻋــــﻠـﻰ‬sifat yang paling
tinggi." [QS An-Nahl: 60]

Maka Ahlus Sunnah dan Ahlul Bid'ah sepakat bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla
sifat-Nya adalah yang paling tinggi. Sifat di sini masuk Al-Qadr dengan Al-Qahr. Sifat-
sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah sifat-sifat yang paling tinggi. Ini tidak ada
perbedaan antara kita dengan Ahlul Bid'ah.

Adapun ‫ ﻋـﻠو اﻟـذات‬- ketinggian dzat, maka di sana ada perbedaan antara kita dengan Ahlul
Bid'ah. Ahlus Sunnah wal Jama'ah mereka menetapkan bahwasanya Allāh Subhānahu
wa Ta’āla Dialah yang Maha Tinggi Dzat-Nya.

Adapun sebagian Ahlul Bid'ah mereka ada yang mengatakan, Allāh Subhānahu wa
Ta’āla tidak disifati dengan Maha Tinggi Dzat-Nya. Tapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

‫ﻓﻲ ﻛل ﻣﻛن‬

"Allāh ada di mana-mana."

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 21 of 106


Ini pendapat sebagian. Ada yang mengatakan lagi mereka mengingkari sifat tinggi bagi
dzat Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan mengatakan bawasanya Allāh tidak di atas, Allāh
tidak di bawah, Allāh tidak di dalam alam, Allāh tidak di luar alam.

Menafikan seluruh sifat, dan dua-duanya dikumpulkan oleh kalimat yaitu “menafikan
sifat tinggi” bagi dzat Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dua-duanya sama-sama mengingkari
ketinggian dzat Allāh.

Satunya mengatakan Allāh berada di mana-mana dan satunya menafikan seluruh sifat
bagi Allāh. Tidak disifati dengan sifat tinggi dan tidak disifati dengan sifat bawah dan
seterusnya.

Makanya di sini Syaikh mengatakan,

‫ﺑذاﺗﮫ و ﺻﻔﺎﺗﮫ‬

Ahlus Sunnah wal Jama'ah mereka meyakini tentang ketinggian Allāh Subhānahu wa
Ta’āla baik dengan dzat-Nya maupun sifat-Nya. Dua duanya, bukan hanya dengan
ketinggian di dalam sifat saja tapi dalam dzat-Nya juga.

Kemudian beliau mendatangkan firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

‫ َوھ َُو ْٱﻟ َﻌﻠِﻰﱡ ْٱﻟ َﻌظِ ﯾ ُم‬: ‫ﻟﻘوﻟﮫ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬

"Dan Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang Maha Tinggi lagi Maha Besar." [QS Asy-
Syura: 4]

Ucapan Allāh,

‫َوھ َُو اَ ْﻟ َﻌﻠِﻲﱡ‬

"Dan Dia lah yang Maha Tinggi".

Tinggi di sini adalah mutlak. Berarti dia mencakup

‫ﻋﻠو اﻟذات و ﻋﻠو ﺻﻔﺎت‬

Mencakup;
1. Ketinggian dzat Allāh (‫)ﻋﻠو اﻟذات‬
2. Ketinggian sifat Allāh Azza wa Jalla yang mencakup ketinggian kedudukan Allāh dan
juga ketinggian kekuasaan Allāh Azza wa Jalla.

Dan dalil-dalil tentang ketinggian Allāh Subhānahu wa Ta’āla selain ayat yang
disebutkan oleh Syaikh di sini. Dan di sana ada dalil-dalil yang lain.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 22 of 106

Dan dalil-dalil tentang ketinggian Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam Al-Qurān dan
juga di dalam As-Sunnah ini banyak sekali, sehingga wajib bagi seorang muslim untuk
meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berada di atas.

Saya sebutkan di sini sebagiannya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

‫ﱢك ْاﻷَﻋْ َﻠﻰ‬


َ ‫َﺳﺑ ِﱢﺢ اﺳْ َم َرﺑ‬

"Hendaklah engkau mensucikan nama Rabb mu yang Maha Tinggi." [QS Al A’la: 1]

Di antara nama Allāh adalah (‫)اﻟــﻌﻠﻰ‬, dan di antara nama Allāh adalah (‫ )اﻷﻋــﻠﻰ‬Yang Maha
Tinggi, hal ini segi pendalilanya sama dengan firman Allāh

‫َوھ َُو ْٱﻟ َﻌﻠِﻰﱡ ْٱﻟ َﻌظِ ﯾ ُم‬

Yaitu bahwasanya 'uluw di sini adalah sifat yang mutlak. Sehingga mencakup di
dalamnya ketiga jenis 'uluwu tadi.

Kemudian dalam ayat yang lain Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan bahwasanya
Allāh di atas para hambaNya. Allāh mengatakan,

‫ َوھ َُو ْٱﻟ َﻘﺎ ِھ ُر َﻓ ْو َق ﻋِ َﺑﺎ ِدهِۦ‬: ‫وﻗوﻟﮫ‬

"Dan Dia lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang ‫ اَ ْﻟــــ َﻘــﺎھِــــ ُر‬yang menguasai, yang
mengalahkan,

‫َﻓ ْو َق ﻋِ َﺑﺎ ِد ِه‬

“Berada di atas hamba-hambaNya"

Di sini Allāh menetapkan sifat (‫ )ﻓوﻗﯾﮫ‬yang artinya adalah sifat di atas.

Demikian pula Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan di dalam Al-Qurān


bahwasanya Allāh turunkan Al-Qurān. Menunjukkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa
Ta’āla berada di atas, karena menurunkan, yaitu menurunkan Al-Qurān dari Allāh. Allāh
menurunkan Al-Qurān dari-Nya.

Menunjukkan bahwasanya Allāh di atas,

َ َ‫إِ ﱠﻧﺂ أ‬
‫ﻧز ْﻟ َﻧ ٰـ ُﮫ ﻓِﻰ َﻟ ْﯾ َﻠ ِﺔ ْٱﻟ َﻘ ْد ِر‬

"Sesungguhnya kami telah menurunkan Al-Qurān pada malam Lailatul Qadr." [QS Al-
Qadr: 1]

Kalimat menurunkan, menunjukkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berada di


atas. Demikian pula,

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 23 of 106

َ ‫ﻧزﯾ ُل َربﱢ ْٱﻟ َﻌ ٰـ َﻠﻣ‬


‫ِﯾن‬ ِ ‫َﻟ َﺗ‬

"Bahwasanya Al-Qurān itu diturunkan oleh Allāh Rabbul Alamin." [QS Asy-Syu'ara: 192]

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan bahwasanya Allāh menurunkan


malaikat, dan bahwasanya malaikat turun,
ٓ
‫َﺗ َﻧ ﱠز ُل ْٱﻟ َﻣ ٰ َﻠ ِﺋ َﻛ ُﺔ َوٱﻟرﱡ و ُح‬

"Para malaikat turun dan juga jibril turun" [QS Al-Qadr: 4]

Turun dari siapa? turun dari Allāh. Menunjukkan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla
berada di atas. Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan beberapa perkara naik
kepada-Nya. Allāh mengatakan,

‫إِ َﻟ ْﯾ ِﮫ َﯾﺻْ َﻌ ُد ْاﻟ َﻛﻠِ ُم ﱠ‬


‫اﻟطﯾﱢبُ َو ْاﻟ َﻌ َﻣ ُل اﻟﺻﱠﺎﻟِ ُﺢ َﯾرْ َﻓ ُﻌ ُﮫ‬

"Kepada Allāh akan naik ucapan yang baik, dan amal shalih akan menaikannya" [QS Al
Fathir: 10]

‫إِ َﻟ ْﯾ ِﮫ‬

“Kepada Allāh naik.”

Menunjukkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berada di atas.

Dan Allāh mengabarkan bahwasanya malaikat naik ke atas,

‫َﺗﻌْ ُر ُج ْاﻟ َﻣ َﻼ ِﺋ َﻛ ُﺔ َواﻟرﱡ و ُح‬

"Bahwasanya malaikat dan juga malaikat Jibril mereka naik ke atas" [QS Al Ma'arij: 4]

‫اﻟﻌروج و اﻟﺻﻌود‬

Ini artinya adalah naik ke atas. Menunjukkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla
berada di atas.

Demikian pula di dalam ayat yang lain, ketika Allāh mengabarkan tentang Nabi Isa
alaihis Salam. Allāh mengatakan,

‫ُك إَىﱠ‬ َ ‫إِ ﱢﻧﻲ ُﻣ َﺗ َو ﱢﻓ‬


َ ‫ﯾك َو َرا ِﻓﻌ‬

"Aku akan menidurkanmu dan akan mengangkatmu kepada-Ku." [QS Ali Imran: 55]

Menunjukkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berada di atas.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 24 of 106

Dalil dari Al-Qurān yang menunjukan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki
sifat ‫ ﻋـﻠو اﻟـذات‬banyak sekali. Tidak boleh kita mengingkari sifat ‫ ﻋـﻠو‬bagi Allāh Subhānahu
wa Ta’āla yaitu sifat ‫ﻋﻠو اﻟذات‬.

Kewajiban seorang muslim adalah menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, dan In sya Allāh kita
lanjutkan pada sesi berikutnya,

‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻰ ﻧﺑﯾﻧﺎ ﻣﺣﻣد و ﻋﻠﻰ آﻟﮫ و أﺻﺣﺎﺑﮫ و ﺳﻠم‬

•┈┈┈••✵🍃 ✵••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 25 of 106


🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _SENIN_
| 24 Muharram 1444 H
| 22 Agustus 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-51*
📖 _Allah Ta'ala Maha Tinggi Atas Makhluk-Nya Dengan Dzat dan Sifat-SifatNya
Bagian Kedua_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و أﺻﺣﺎﺑﮫ وﻣن واﻻه‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāh Ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Di sana ada beberapa dalil dari Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam yang menjelaskan
bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat, yaitu Allāh Maha Tinggi dzat-
Nya.

Terbagi menjadi tiga macam,

1. Terkadang berupa ucapan Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam, sunnah Qauliyah, di


antara dzikir yang beliau baca ketika beliau sujud,

‫ﺎن َرﺑ َﱢﻰ اﻷَﻋْ َﻠﻰ‬


َ ‫ُﺳﺑ َْﺣ‬

"Mahasuci Allāh Yang Mahatinggi"


[HR Muslim, nomor 772 dan Abu Daud, nomor 871]

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 26 of 106

Ini diucapkan oleh Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam. Karena seseorang ketika sujud
maka dia meletakkan sesuatu yang paling tinggi pada dirinya, yaitu kepalanya.
Diletakkan di tempat yang sejajar dengan kakinya. Dan saat itulah dia mengucapkan,

‫ﺎن َرﺑ َﱢﻰ اﻷَﻋْ َﻠﻰ‬


َ ‫ُﺳﺑ َْﺣ‬

"Mahasuci Allāh Yang Mahatinggi"


[HR Muslim, nomor 772 dan Abu Daud, nomor 871]

Dan dia menyadari bahwa dia adalah makhluk yang rendah, sedangkan Allāh
Subhānahu wa Ta’āla Dia lah yang Maha Tinggi. Dan ini adalah ketinggian yang mutlak.

2. Kemudian juga dari perilaku Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam, sunnah fi'liyyah.
Ketika haji Wada' Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam mengatakan kepada manusia,

‫أَﻻ َھ ْل َﺑﻠﱠ ْﻐت؟‬

"Bukankah Aku telah menyampaikan?".

Yaitu aku telah menyampaikan syariat Allāh kepada kalian. Mereka mengatakan, ‫ ﻧــــﻌـم‬, ”
iya"

Kemudian beliau bertanya lagi,

‫أَﻻ َھ ْل َﺑﻠﱠ ْﻐت؟‬

"Bukankah aku telah menyampaikan?"

"Mereka mengatakan, ‫ﻗﺎل ﻧﻌم‬, iya (sampai 3 kali)"

Dan para sahabat mengatakan ‫ ﻧــــﻌـم‬yaitu benar, bahwasanya Rasulullah engkau telah
menyampaikan seluruh amanat, seluruh wahyu yang telah diturunkan kepadamu. Maka
beliau Shallallahu alaihi wa Sallam ketika mendengar ucapan para sahabat,
mengatakan,

‫اَﻟﻠﱠ ُﮭ ﱠم إ ْﺷ َﮭ ِد اَﻟﻠﱠ ُﮭ ﱠم إ ْﺷ َﮭ ِد‬

"Ya Allāh saksikanlah.”

Saksikanlah ya Allāh bahwasanya aku telah menyampaikan amanat yang Engkau


berikan kepada manusia. Sambil beliau mengangkat jarinya ke atas, yaitu jari
telunjuknya diangkat oleh beliau ke atas, yaitu ke arah langit. Ini menunjukkan
bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berada di atas.

Ini dalil dari fi'il beliau, dalil dari perilaku beliau.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 27 of 106



3. Dan di sana ada sunnah taqririyyah: sunnah yang merupakan taqrir, persetujuan
Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam.

Sebagaimana beliau Shallallahu alaihi wa Sallam didatangi Muawiyyah bin Hakam


Radhiyallahu 'anhu, yang beliau saat itu sebelumnya mengutus seorang budak wanita
untuk melakukan sesuatu, cuma karena tidak puas dengan pekerjaannya akhirnya
beliau memukul budak wanita ini.

Setelah itu beliau menyesal dan ingin membebaskan budak wanita ini. Datanglah
Muawiyyah ini kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam dan mengabarkan apa
yang terjadi.

Maka, Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam ingin mengetes apakah budak wanita ini
berhak untuk dibebaskan atau tidak. Apakah dia adalah wanita yang beriman atau
bukan. Bagaimana cara mengetesnya? Beliau bertanya dengan dua pertanyaan, yang
dengannya beliau tahu, bahwasanya ini wanita yang beriman atau tidak.

‫أَﯾ َْن ﱠ‬, ”Dimanakah Allāh?"


Pertanyaan yang pertama beliau mengatakan, ‫ﷲ ؟‬

Dia mengatakan, ‫ﻓِــــﻲ اﻟــــﺳﱠـ َﻣـﺎء‬, "Allāh Subhānahu wa Ta’āla berada di atas”. ‫ ﻓــــﻲ‬di dalam
bahasa arab kadang maknanya (‫)ﻋــــﻠـﻰ‬. Jadi ‫ ﻓِــــﻲ اﻟــــﺳﱠـ َﻣـﺎء‬artinya adalah di atas langit,
sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

‫ُوا ﻓِﻰ ْٱﻷَرْ ض‬


۟ ‫َﻓﺳِ ﯾر‬

"Hendaklah kalian berjalan di atas bumi.” [QS An-Nahl: 36]

Kata ‫ﻓِــــﻰ ْٱﻷَرْ ض‬, “di atas bumi”, maksudnya bukan di dasar bumi. Ketika wanita
mengatakan ‫ﻓِﻲ اﻟ ﱠﺳ َﻣﺎء‬.

Maksudnya adalah Allāh berada di atas atau Allāh berada di atas langit. Karena ‫اﻟــــﺳـﻣـﺎء‬
bisa memiliki dua arti, yaitu ‫ اﻟــﺳﻣﺎء‬yang berarti atas atau makna ‫ اﻟــﺳﻣﺎء‬di sini adalah langit
yang berupa makhluk.

Kalau maksudnya ‫ اﻟﺳﻣﺎء‬adalah atas (yaitu sifat atas), maka bisa diartikan ‘di atas’.

Tapi kalau maksud ‫ اﻟــــﺳـﻣـﺎء‬di sini adalah langit, yang merupakan makhluk bagi Allāh
Subhānahu wa Ta’āla maka bisa diartikan ‘di atas langit’. Dan dua-duanya benar.

Yang salah yang mengartikan ‫ ﻓــــﻲ‬di sini ‘di dalam’, kemudian mengatakan bahwasanya
‘Allāh di dalam langit’. Yang benar yaitu mengatakan ‘di atas atau di atas langit’, dua-
duanya boleh.

Kemudian beliau bertanya lagi, ‫و َﻣنْ أَ َﻧﺎ ؟‬,َ ”Siapakah aku?"


Dia mengatakan, ‫ﷲ‬ َ ‫ أَ ْﻧ‬, ”Engkau adalah Rasulullah"
‫ت َﯾﺎ َرﺳُو ُل ﱠ‬

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 28 of 106



[HR Muslim 537, dalam AshShahih]

Para pendengar yang dimuliakan oleh Allāh Azza wa Jalla. Dari sini kita tahu
bahwasanya orang yang beriman, keyakinan mereka bahwasanya Allāh Subhānahu wa
Ta’āla berada di atas. Ini adalah keyakinan seorang mukmin dan mukminah.

Buktinya Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam beliau meng-iqror, beliau menyetujui, beliau
tidak membantah atau mengingkari ucapan wanita tersebut, “Mengapa engkau
meyakini bahwasanya Allāh berada di atas?”, bahkan beliau menyetujuinya dan
mengatakan kepada Muawiyyah,

‫أَﻋْ ﺘِ ْﻘ َﮭﺎ َﻓﺈِ ﱠﻧ َﮭﺎ ُﻣﺆْ ِﻣﻨ ٌَﺔ‬

“Bebaskanlah budak wanita ini, karena sesungguhnya dia adalah wanita yang beriman.”

Subhanallah. Beliau Shallallahu alaihi wa Sallam menamakan wanita ini dengan wanita
yang, ‫ﻣــــوﻣــــﻧـﺔ‬, ”Wanita yang beriman” karena sebab dia meyakini bahwasanya Allāh
Subhānahu wa Ta’āla berada di atas. Dan bahwasanya beliau Shallallahu alaihi wa
Sallam adalah Rasulullah.

Berarti di sini telah tetap dalil dari sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam baik berupa
ucapan beliau, maupun perilaku beliau, maupun dari taqrir dan juga persetujuan beliau
Shallallahu alaihi wa Sallam.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan kali ini, dan In sya Allāh kita
lanjutkan pada sesi berikutnya,

‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻰ ﻧﺑﯾﻧﺎ ﻣﺣﻣد و ﻋﻠﻰ آﻟﮫ و أﺻﺣﺎﺑﮫ و ﺳﻠم‬

•┈┈┈••✵🍃 ✵••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 29 of 106


🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _SELASA_
| 25 Muharram 1444 H
| 23 Agustus 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-52*
📖 _Allah Ta'ala Maha Tinggi Atas Makhluk-Nya Dengan Dzat dan Sifat-SifatNya
Bagian Ketiga_
~•~•~•~•~•~•~•~•~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ
‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ وﻣن واﻻه‬،‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و اﺻﺣﺎﺑﮫ‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāh ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Di sana ada Ijma’, maka para sahabat juga para tabi'in dan juga para a'immah (para
imam-imam) yang empat dan juga yang lain, semuanya meyakini bahwasanya Allāh
Subhānahu wa Ta’āla berada di atas.

Tidak ada di antara mereka yang mengatakan bahwasanya Allāh berada dimana-mana
atau mengingkari sifat ‘Uluwu bagi Allāh. Bahwasanya Allāh tidak di atas dan tidak di
bawah (misalnya), Allāh tidak di dalam, tidak di luar. Maka tidak ada di antara Salaf
yang mengatakan demikian, semua mengatakan bahwasanya Allāh Subhānahu wa
Ta’āla berada di atas.

Kemudian juga dalil fitrah (fitrah manusia) yaitu meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu
wa Ta’āla berada di atas. Allāh Subhānahu wa Ta’āla sudah memfitrahkan hati kita
bahkan makhluk yang lain, hewan sekali pun. Bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla
berada di atas. Tidak bisa kita ingkari.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 30 of 106


Orang yang berdoa kepada Allāh (meminta kepada Allāh) maka di dalam hatinya dia
merasakan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dia-lah yang berada di atas. Tidak
bisa ditolak dan diingkari yang demikian.

Meskipun secara ucapan, terkadang seseorang mengatakan Allāh di mana-mana, tetapi


yang namanya fitrah tidak bisa dirubah.

‫ﺎس َﻋ َﻠ ۡﯾ َﮭ ۚﺎ‬ َ ‫ﻓ ِۡط َر‬


ِ‫ت ﱠ‬
َ ‫ ٱﻟﱠﺗِﻲ َﻓ َط َر ٱﻟ ﱠﻧ‬N‫ٱ‬

"Fitrah Allāh, Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.” [QS Ar-Rum: 30]

Tidak ada yang bisa merubah. Sehingga di sana ada kisah bahwasanya seorang tokoh
Ahlul kalam yaitu Abu Al-Ma'ali Al-Juwaini. Ada kisah antara dia dengan salah seorang
muridnya yaitu Abu Ja'far Al-Hamadani. Ketika itu Abu Ja'far Al-Hamadani bertanya
kepada gurunya.

Dia mengatakan kepada gurunya yang dia mengingkari sifat istiwa' bagi Allāh, dia
mengatakan:

‫ﻣﺎ ﺗﻘول ﻓﻲ ھذه ﻓطرة‬


"Apa yang engkau katakan wahai guruku tentang fitrah ini?"

،‫ إﻻ وﺟد ﻓﻲ ﻗﻠﺑﮫ ﺿرورة ﺗطﻠب اﻟﻌﻠو‬،‫ ﯾﺎ ﷲ‬:‫ﻣﺎ ﻗﺎل ﻋﺎرف ﻗط‬

"Tidak ada seorang yang beribadah kepada Allāh dan dia mengatakan, 'Ya Allāh,
kecuali dia menemukan di dalam hatinya perasaan untuk mencari yang di atas (mencari
ketinggian).”

Artinya dia meyakini bahwasanya Allāh berada di atas dengan fitrahnya, orang yang
ahli ibadah demikian. Orang yang beribadah kepada Allāh merasakan bahwa Allāh
Subhānahu wa Ta’āla berada di atas.

Maka Al-Juwaini, beliau memukul kepalanya dan mengatakan,

‫ﺣﯾرﻧﻲ اﻟﮭﻣداﻧﻲ‬

"Ya Al-Hamadani telah menjadikan aku bingung.”

Sampai dua kali beliau menyebutkan kalimat ini. Maknanya bagaimana? Maksudnya
beliau tidak bisa menjawab. Secara akalnya yang rusak dia mengatakan bahwasanya
Allāh berada di mana-mana atau mengingkari sifat tinggi bagi Allāh. Tapi fitrah dia tidak
bisa mengingkari yang demikian.

Sehingga dia mengatakan,

‫ﺣﯾرﻧﻲ اﻟﮭﻣداﻧﻲ‬

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 31 of 106

"Al-Hamadani telah menjadikan aku binggung", yaitu “aku tidak memiliki jawaban.”

Ini menunjukkan dalil dari fitrah. Para ulama juga menyebutkan dalil dari akal,
menunjukkan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat ‘Uluwu.

Bagaimana caranya? Bahwasanya sifat ‘Uluwu ini adalah sifat kesempurnaan. Dimana-
mana yang namanya sifat tinggi adalah sifat kesempurnaan. Adapun rendah maka ini
adalah sifat kekurangan.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla secara kaidah, Allāh memiliki sifat-sifat kesempurnaan.
Sehingga apa yang menghalangi Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat Al-‘Uluw ini?
Dan Al-‘Uluw ini (ketinggian) di sini mencakup ketinggian di dalam dzat dan juga di
dalam sifat.

Kemudian juga tentang pembahasan orang yang mengatakan bahwasanya Allāh


berada di mana-mana, mungkin perlu kita sedikit berbicara tentang keyakinan
bahwasanya Allāh berada di mana-mana.

Dan ini (mohon maaf) mungkin banyak di antara kita yang dahulunya masih meyakini
yang demikian, bahwasanya Allāh di mana-mana. Sebabnya adalah karena kejahilan
kita dan juga kita sebenarnya ingin mengagungkan Allāh dan ingin mengatakan kepada
orang lain bahwasanya Allāh mengetahui segala sesuatu dimanapun kita berada.

Dan akhirnya dia mengatakan Allāh ‫ ﻓﻲ ﻛل ﻣﻛن‬Allāh di mana-mana. Kita katakan;

• Yang Pertama | Ucapan seperti ini jelas bertentangan dengan dalil-dalil yang sudah
disebutkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Maha Tinggi.

• Yang Kedua | Bahwasanya kalau dikatakan Allāh berada di mana-mana, maka ini
adalah penghinaan bagi Allāh. Karena tidak semua tempat adalah baik. Di sana ada
tempat-tempat yang kita paham itu adalah tempat yang buruk (jelek), WC (misalnya)
atau tempat bermaksiat (misalnya).

Bagaimana seseorang mengatakan bahwa Allāh ada di WC atau Allāh berada di tempat
bermaksiat. Tidak ada di antara kita yang mengatakan demikian.

Maka ucapan ‫( ﷲ ﻓـﻲ ﻛـل ﻣـﻛن‬Allāh di mana-mana) ini adalah ucapan yang tidak benar dan
yang benar bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Tinggi dan nanti akan
disebutkan di sana ada ketinggian yang khusus yang harus kita yakini bahwasanya
Allāh berada di atas Arsy.

Kemudian juga ucapan orang yang mengatakan, di mana dia ingin mengingkari sifat
tinggi bagi Allāh kemudian mengatakan, "Allāh tidak di atas dan Allāh tidak di bawah"
atau mengatakan, "Allāh tidak di dalam dan Allāh tidak di luar" atau "Allāh tidak
muthashil dan tidak munfashil” yaitu Allāh tidak sambung dengan makhluk dan tidak

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 32 of 106

pisah dengan makhluk" menafikan seluruhnya atau menafikan dua perkara yang
bertolak belakang. Maka ini juga tidak ada dalilnya (menyelisihi dalil).

Kemudian yang kedua mensifati sesuatu dengan cara seperti ini sama saja mensifati
sesuatu yang tidak ada. Seandainya kita disuruh untuk memberikan definisi sesuatu
yang tidak ada ya seperti ini caranya.

Tidak di atas, tidak di bawah, tidak kecil dan tidak besar, tidak ini dan tidak itu. Itu berarti
sesuatu yang tidak ada. Artinya orang yang mensifati demikian berarti dia, kalau bisa
kita urutkan, pada hakikatnya dia mengingkari keberadaan Allāh dan ini adalah perkara
yang berbahaya tentunya.

Konsekuensi dari ucapan-ucapan dia adalah mengingkari keberadaan Allāh Subhānahu


wa Ta’āla.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang kali ini dan In sya Allāh
kita lanjutkan pada sesi berikutnya.

‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻰ ﻧﺑﯾﻧﺎ ﻣﺣﻣد و ﻋﻠﻰ آﻟﮫ و أﺻﺣﺎﺑﮫ و ﺳﻠم‬


‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈••✵🍃 ✵••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 33 of 106

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _RABU_
| 26 Muharram 1444 H
| 24 Agustus 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-53*
📖 _Allah Ta'ala Maha Tinggi Atas Makhluk-Nya Dengan Dzat dan Sifat-SifatNya
Bagian Keempat_
~•~•~•~•~•~•~•~•~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ
‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ وﻣن واﻻه‬،‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و اﺻﺣﺎﺑﮫ‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāh ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Beliau mengatakan:

‫ َوھ َُو ۡٱﻟ َﻘﺎ ِھ ُر َﻓ ۡو َق ﻋِ َﺑﺎ ِد ِهۦۚ َوھ َُو ۡٱﻟ َﺣﻛِﯾ ُم ۡٱﻟ َﺧ ِﺑﯾ ُر‬: ‫وﻗوﻟﮫ‬

[QS Al-An'am: 18]

Dan kita beriman dengan firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

‫َوھ َُو ۡٱﻟ َﻘﺎ ِھ ُر‬

"Dan Dia-lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang Maha Menguasai.”

ۡ artinya yang Maha Menguasai Al-Ghalib, yang Menguasai yang


Al-Qahir (ُ‫)ٱﻟ َﻘــــﺎھِــــر‬
Mengalahkan. Maka Dia-lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang mengalahkan. Tidak ada
yang bisa mengalahkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, baik di dalam hukum-Nya yang
kauni maka tidak ada yang bisa menolak apa yang sudah Allāh putuskan.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 34 of 106

ۚ‫َﻓ ۡو َق ﻋِ َﺑﺎ ِد ِهۦ‬

"Di atas hamba-hamba Nya.”

Dan ‫ ﻓـوﻗـﯾﺔ‬di sini - di atas hamba-hamba Nya di sini, baik di atas secara makna atau sifat-
Nya maupun di atas secara dzat-Nya. Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dia-lah yang di
atas hamba-hambaNya, baik secara makna maupun dari sisi Dzat-Nya.

Kemudian firman Allāh:

‫َوھ َُو ۡٱﻟ َﺣﻛِﯾ ُم ۡٱﻟ َﺧ ِﺑﯾ ُر‬

"Dan Dia-lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang Maha Bijaksana dan juga Maha
Mengetahui.”

Al-Hakim ( ‫ )اﻟــﺣﻛﯾم‬termasuk di dalamnya adalah bahwa Al-Hakim mengandung sifat ‫اﻟــﺣﻛم‬,


Dia-lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menghukumi (memberikan keputusan) atau
yang kedua mengandung sifat Al-Hikmah yang Bijaksana. Dan tidak ada pertentangan
antara kedua makna ini.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dialah Al-Hakim, Dialah yang memberikan keputusan dan
keputusan atau hukum Allāh ada yang syar'i dan ada yang kauni.

Hukum Syar'i adalah keputusan Allāh, syari'at Allāh, baik berupa perintah maupun
larangan maka ini dinamakan dengan hukum yang syar'i.

Hukum Kauni adalah Allāh memutuskan, mentakdirkan, ini dinamakan dengan hukum
kauni, yaitu hukum yang berkaitan dengan kejadian-kejadian. Allāh memutuskan si
fulan menjadi orang yang tinggi, menjadi orang yang pendek, yang pemarah (misalnya)
dan seterusnya. Ini namanya hukum kauni.

Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah Al-Hakim yang Maha Menghukumi termasuk
yang syar'i maupun yang kauni.

Kalau yang syar'i seperti firman Allāh Azza wa Jalla:

ِ ‫َو َﻣنْ أَﺣْ َﺳنُ ﻣ َِن ﱠ‬


َ ‫ ﺣ ُْﻛﻣًﺎ ﻟﱢ َﻘ ْو ٍم ﯾُو ِﻗ ُﻧ‬N‫ٱ‬
‫ون‬

"Siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allāh bagi orang-orang yang yakin?" [QS
Al-Maidah: 50]

Orang yang yakin dan orang yang berilmu maka dia akan memahami dan mempercayai
bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah yang paling baik hukum syar’i-Nya. Sehingga
kewajiban dia adalah mengikuti apa yang Allāh syari'atkan. Dan meyakini bahwasanya
hukum Allāh adalah sebaik-baik hukum. Tidak ada hukum yang lebih baik daripada
hukum Allāh.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 35 of 106

Demikian juga mencakup hukum yang kauni, keputusan yang Allāh putuskan dan
kejadian-kejadian (musibah, kenikmatan) maka ini adalah hukum Allāh juga.

Dan inilah yang dimaksud dengan firman Allāh, ketika menceritakan saudara dari Yusuf
alayhissalam.

‫أَ ْو َﯾﺣْ ُﻛ َم ﱠ‬
ۖ ‫ُ ﻟِﻰ‬N‫ٱ‬

“Atau Allāh memutuskan untukku”. [QS Yusuf: 80]

Yang memutuskan di sini adalah hukum yang kauni (takdir). “Sampai Allāh Subhānahu
wa Ta’āla mentakdirkan untukku”, yang dimaksud adalah hukum kauni.

Dan dua hukum ini di dalamnya ada hikmah. Di dalam hukum syar'i, Allāh Subhānahu
wa Ta’āla melarang khamr (misalnya) ada hikmahnya. Karena di situ ada kerusakan
bagi tubuh, menghilangkan akal. Ketika seorang hilang akalnya maka dia akan
melakukan segala sesuatu, bisa membunuh, bisa menzhalimi orang, bisa memperkosa
dan seterusnya dan merusak badannya.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla melarang perzinahan karena di sana banyak mudharatnya,


campur nasab manusia, kemudian penyakit-penyakit yang diakibatkan dari perzinahan.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengharamkan pembunuhan jiwa tanpa hak, di sana juga
ada hikmah-hikmahnya.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mensyari'atkan shalat kenapa berdiri, kenapa mengangkat


tangan, kenapa rukuk, kenapa sujud, kenapa duduk di antara dua sujud, pasti di sana
ada hikmahnya. Tidak ada sesuatu yang tanpa hikmah.

Kenapa kita berwudhu, kenapa dimulai dengan membasuh kedua tangan, kenapa
sebelah sini tidak di basuh yang di basuh sebelah sana saja. Pasti di sana ada hikmah
dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Cuma terkadang hikmah tersebut ada yang diketahui
dan ada yang tidak diketahui, tetapi nama Allāh Al-Hakim menunjukkan bahwa Allāh
Subhānahu wa Ta’āla di dalam semua itu pasti di sana ada hikmahnya.

Demikian pula di dalam hukum Allāh yang kauni, pasti di sana ada hikmahnya. Musibah
yang menimpa seseorang, pasti ada hikmahnya, kenikmatan yang didapatkan oleh
seseorang, pasti ada hikmahnya.

Jadi Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dialah Al-Hakim yang memutuskan dan di dalam
keputusan Allāh pasti ada hikmahnya. Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

َ ْ‫َو َﻣﺎ َﺧ َﻠ ْﻘ َﻧﺎ ٱﻟ ﱠﺳ َﻣﺂ َء َو ْٱﻷَر‬


‫ض َو َﻣﺎ َﺑ ْﯾ َﻧ ُﮭ َﻣﺎ َﺑ ٰـطِ ًﻼ‬

"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya
dalam keadaan bathil (tidak ada yang sia-sia).” [QS Sad: 27]

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 36 of 106

Tidak ada sesuatu yang salah, baik di dalam hukum Allāh yang syar'i maupun hukum
Allāh yang kauni. Ini disebutkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam surat Al-
An’am ayat yang ke-18.

Kemudian firman Allāh Al-Khabir yang Maha Mengetahui dan sebetulnya sudah berlalu
bahwasanya Al-Khabir ini lebih khusus daripada Al-'Alim. Kalau Al-'Alim ini Maha
Mengetahui yang dzahir maupun yang bathin. Adapun Al-Khabir ini berkaitan dengan
segala sesuatu yang bathin (tersembunyi).

Maka ada yang mengatakan bahwa Al-Khabir ini lebih khusus daripada Al-'Alim.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang kali ini dan In sya Allāh
kita lanjutkan pada sesi berikutnya.

‫ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻰ ﻧﺑﯾﻧﺎ ﻣﺣﻣد و ﻋﻠﻰ آﻟﮫ و أﺻﺣﺎﺑﮫ و ﺳﻠم‬


‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈••✵🍃 ✵••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 37 of 106


🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _KAMIS_
| 27 Muharram 1444 H
| 25 Agustus 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-54*
📖 _Allāh Subhānahu wa Ta’āla Beristiwa' Di Atas Arsy’ Bagian Pertama_
~•~•~•~•~•~•~•~•~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ وﻣن واﻻه‬،‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و اﺻﺣﺎﺑﮫ‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāh ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Beliau mengatakan:

‫ش ﯾُدَ ﱢﺑ ُر ۡٱﻷَ ۡﻣ ۖ َر‬ ۡ َ ‫ت َو ۡٱﻷَ ۡر‬


ۡ ‫ض ﻓِﻲ ﺳِ ﱠﺗ ِﺔ أَﯾ ٖﱠﺎم ُﺛ ﱠم‬
ِ ۖ ‫ٱﺳ َﺗ َو ٰى َﻋ َﻠﻰ ٱﻟ َﻌ ۡر‬ ِ ‫ َﺧ َﻠ َق ٱﻟ ﱠﺳ ٰ َﻣ ٰ َو‬:‫وﻧؤﻣن ﺑﺄﻧﮫ‬

[QS Yunus: 3]

Dan kita Ahlus Sunnah Jama’ah beriman bahwasanya ‫ ﺑــــﺄﻧــــﮫ‬yaitu Allāh Subhānahu wa
Ta’āla

َ ‫ت َو ۡٱﻷَ ۡر‬
‫ض ﻓِﻲ ﺳِ ﱠﺗ ِﺔ أَﯾ ٖﱠﺎم‬ ِ ‫َﺧ َﻠ َق ٱﻟ ﱠﺳ ٰ َﻣ ٰ َو‬

"Dia-lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menciptakan langit-langit dan bumi dalam
enam hari.”

ۡ ۡ ‫ُﺛ ﱠم‬
ِ ‫ٱﺳ َﺗ َو ٰى َﻋ َﻠﻰ ٱﻟ َﻌ ۡر‬
‫ش‬

"Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla beristiwa’ di atas Arsy".

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 38 of 106

Di sini beliau ingin mengajak kita semuanya untuk beriman bahwasanya Allāh beristiwa’
di atas Arsy. Dan ini adalah ‫ – ﻋـﻠو ﺧـﺎص‬sifat tinggi yang khusus. Kalau yang sebelumnya
beliau sebutkan adalah sifat tinggi yang umum. Di sana ada sifat tinggi yang khusus
yang dinamakan dengan sifat Istiwa’.

Istiwa’ memiliki makna di dalam bahasa Arab,

‫َﻋ َﻠﻰ وارﺗﻔﻊ وﺻﻌد واﺳﺗﻘر‬

"Yang meninggi dan menetap.”

Ini adalah makna Istiwa’ di dalam bahasa Arab.

Makna ‫ َﻋـــ َﻠﻰ وارﺗـــﻔﻊ وﺻـــﻌد‬hampir sama yaitu meninggi dan ‫ واﺳـــﺗﻘر‬kurang lebih maknanya
adalah menetap.

Maka beliau mengatakan, “kita beriman dengan ayat ini”. Di antara bentuk iman kita
terhadap ayat ini adalah menetapkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla
beristiwa’ di atas Arsy.

Sebagaimana firman Allāh:

ۡ ۡ ‫ُﺛ ﱠم‬
ِ ‫ٱﺳ َﺗ َو ٰى َﻋ َﻠﻰ ٱﻟ َﻌ ۡر‬
‫ش‬

"Kemudian Allāh beristiwa’ di atas Arsy.”

Sekali lagi ini adalah kekhususan atau sifat tinggi yang khusus bagi Allāh Subhānahu
wa Ta’āla, bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat Istiwa’ ini. Dan Istiwa’
di dalam bahasa Arab ini ada beberapa penggunaan.

Disebutkan dalam ayat Istawa’ saja tidak memakai huruf setelahnya, ini dinamakan
dengan Istiwa’ mutlak.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

‫ﺷ ﱠدهُۥ َوٱﺳْ َﺗ َو ٰ ٓى‬


ُ َ‫َو َﻟﻣﱠﺎ َﺑ َﻠ َﻎ أ‬

Ketika dia sudah sampai dewasa dan ‫ َوٱﺳْ ــــ َﺗ َـو ٰ ٓى‬dan juga matang dalam surat Al-Qashash
ayat 14, di sini Allāh menceritakan tentang nabi Musa alayhissalam. “Ketika beliau
sudah dewasa”, istawa maksudnya di sini adalah sempurna baik badannya maupun
akalnya. Sehingga kalau Istawa’ ini tidak memakai huruf setelahnya, maka ini
dinamakan dengan Istiwa’ yang mutlak maknanya adalah dewasa atau matang.
Berdasarkan ayat ini.

Dan di sana ada istawa yang digunakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan
menggunakan huruf ‫ ﻋــﻠﻰ‬atau ‫ إﻟــﻰ‬setelahnya. Terkadang menggunakan huruf ‫ ﻋــﻠﻰ‬kalau

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 39 of 106


menggunakan huruf ‫ ﻋـﻠﻰ‬maka maksudnya adalah beristiwa’ di atas sebagaimana firman


Allāh Azza wa Jalla:

َ َ‫ْت أ‬
ِ‫ﻧت َو َﻣن ﻣ َﱠﻌ َك َﻋ َﻠﻰ ْٱﻟﻔُ ْﻠك‬ َ ‫َﻓﺈِ َذا ٱﺳْ َﺗ َوﯾ‬

"Apabila kamu sudah beristiwa’ dan juga orang-orang yang bersamamu telah berada di
atas kapal.” [QS Mukminun: 28]

Istawa ala di sini maksudnya sudah beristiwa’, kalau memakai ‫ ﻋـﻠﻰ‬berarti di atasnya dan
Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

۟ ‫ظﮭُورهِۦ ُﺛ ﱠم َﺗ ْذ ُﻛر‬
‫ُوا ﻧِﻌْ َﻣ َﺔ َر ﱢﺑ ُﻛ ْم‬ ُ ‫ﻟِ َﺗﺳْ َﺗوُ ۟ۥا َﻋ َﻠ ٰﻰ‬
ِ

"Supaya kamu istiwa di atas punggungnya (hewan tunggangan), kemudian kamu ingat
nikmat Allāh atas kalian.” [QS Az-Zukhruf :13]

Maka di sini istawa menggunakan ‫ ﻋﻠﻰ‬setelahnya, artinya adalah meninggi.

Kemudian di sana ada Istiwa’ setelahnya huruf ‫إﻟــــﻰ‬. Kalau setelahnya adalah huruf ‫إﻟــــﻰ‬
maka maksudnya adalah ‫ اﻟـﻘﺻد‬yaitu bermaksud dan di dalam Al-Qurān Allāh Subhānahu
wa Ta’āla mengatakan:

َ ‫ﺛ ﱠم ٱﺳْ َﺗ َو ٰ ٓى إِ َﻟﻰ ٱﻟ ﱠﺳ َﻣﺂ ِء َوھ‬


ٌ‫ِﻰ ُد َﺧﺎن‬

"Kemudian Allāh menuju ke atas (kelangit) dan dia adalah asap.” [QS Fussilat: 11]

Ini kalau Istawa’ setelahnya ‫إﻟــــﻰ‬, maka yang dimaksud adalah Al-Qashdu yaitu
bermaksud.

Kemudian di sana ada penggunaan istawa setelahnya huruf wawu (‫ )و‬seperti orang
mengatakan:

‫ٱﺳْ َﺗ َو ٰ ٓى اﻟﻣﺎء و اﻟﺧﺷﺑﮫ‬

"Air telah sejajar dengan kayu.”

Maksudnya adalah

‫ﺗﺳو ٰ ٓى اﻟﻣﺎء و اﻟﺧﺷﺑﮫ‬


َ

“Sudah sama (sejajar) antara air dengan kayu.”

Kita lihat sekarang yang ada di dalam Al-Qurān yaitu yang bagaimana?

Seperti di dalam firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 40 of 106

ِ ْ‫ٱﻟرﱠ ﺣْ َﻣ ٰـنُ َﻋ َﻠﻰ ْٱﻟ َﻌر‬


‫ش ٱﺳْ َﺗ َو ٰى‬

“Ar-Rahman itu beristiwa’ di atas ‘Arsy.” [QS Thaha: 5]

Di sini Allāh Subhānahu wa Ta’āla menggunakan ‫ ﻋــــﻠـﻰ‬sehingga kita mengetahui makna


Istiwa’ ini adalah di atas. Berarti maknanya di atas.

Beristiwa’ di atas Arsy maksudnya adalah Allāh meninggi, Allāh berada di atas Arsy,
makanya Syaikh mengatakan setelahnya:

‫واﺳﺗواؤه ﻋﻠﻰ اﻟﻌرش‬

"Dan Istiwa’nya Allāh di atas Arsy.”

‫ﻋﻠوه ﻋﻠﯾﮫ ﺑذاﺗﮫ ﻋﻠوا ﺧﺎﺻﺎ ﯾﻠﯾق ﺑﺟﻼﻟﮫ و ﻋظﻣﺗﮫ ﻻ ﯾﻌﻠم ﻛﯾﻔﯾﺗﮫ إﻻ ھو ﻋزوﺟل‬

Istiwa’nya Allāh di atas Arsy itu adalah tingginya Allāh di atas Arsy dengan Dzat -Nya.

Di sini beliau menggunakan kalimat ‫ ﺑــــذاﺗــــﮫ‬dengan Dzat-Nya karena ada sebagian yang
menetapkan sifat ‘Uluwu bagi Allāh tetapi maknanya saja, bukan Dzat-Nya. Sehingga
ketika di katakan ‫ ﺑـذاﺗـﮫ‬beliau ingin menerangkan kepada kita bahwasanya Ahlus Sunnah
wal Jama'ah mereka juga menetapkan tingginya sifat dan tingginya Dzat bagi Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

‫ﻋﻠوا ﺧﺎﺻﺎ ﯾﻠﯾق ﺑﺟﻼﻟﮫ و ﻋظﻣﺗﮫ‬

Ketinggian yang khusus yang sesuai dengan keagungan Allāh dan juga kebesaran-Nya.
Bukan berarti kita menyerupakan Allāh dengan makhluk. Tidak!

Di sini beliau mengatakan ‫ ﯾــــﻠـﯾـق ﺑــــﺟـﻼﻟــــﮫ‬sesuai dengan keagungan Allāh dan juga
kebesaran-Nya.

‫ﻻ ﯾﻌﻠم ﻛﯾﻔﯾﺗﮫ إﻻ ھو ﻋزوﺟل‬

Tidak mengetahui tentang bagaimana tingginya Allāh kecuali Allāh saja.

Tidak ada yang mengetahui kaifiyahnya bagaimana Allāh meninggi dan bagaimana
Allāh beristiwa’ tidak ada keterangannya. Allāh tidak mengabarkan kepada kita tentang
bagaimana Allāh beristiwa’, hanya saja Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan
kepada kita bahwasanya Allāh beristiwa’ (di situ saja).

Tidak sampai Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan kepada kita tentang


bagaimananya, sehingga Ahlus Sunnah wal Jama'ah mereka menetapkan sifat Istiwa’
bagi Allāh sebagaimana datangnya dan kita memahami makna Istiwa’, tidak kita ingkari
kemudian kita katakan tidak mengetahui tentang bagaimana Allāh beristiwa’ kecuali
Allāh saja.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 41 of 106

Tidak sama Istiwa’nya makhluk karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

‫ْس َﻛﻣ ِْﺛﻠِﮫِۦ َﺷﻰْ ٌء ۖ َوھ َُو ٱﻟ ﱠﺳﻣِﯾ ُﻊ ْٱﻟﺑَﺻِ ﯾ ُر‬


َ ‫َﻟﯾ‬

"Tidak ada yang serupa dengan Allāh dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan Maha
Melihat.” [QS Asy-Syura: 11]

Di sana ada ucapan Al-Imam Malik bin Annas, Imam Darul Hijrah ketika beliau ditanya
oleh sebagian orang yang datang kepada beliau dan mengatakan,

‫ ﻛﯾف اﺳﺗوى ؟‬، ‫ﯾﺎ إﻣﺎم اﻟرّ ﺣن ﻋﻠﻰ اﻟﻌرش اﺳﺗوى‬

"Wahai Imam, Ar-Rahman adalah beristiwa’ di atas Arsy, bagaimana Allāh beristiwa’ ?"

Setelah beliau menundukkan kepalanya dan berubah wajah dan berkeringat ketika
beliau mendengar ucapan ini, yang bertanya tentang bagaimana Allāh beristiwa’.

Maka beliau mengatakan:

‫ واﻟﺳؤا ُل ﻋﻧﮫ ﺑدﻋﺔ‬،‫ واﻹﯾﻣﺎنُ ﺑﮫ وا ِﺟب‬،‫ واﻟﻛﯾف ﻣﺟﮭول‬،‫اﻻﺳﺗواء ﻣﻌﻠوم‬

Istiwa’ itu adalah ma'lum dalam bahasa Arab maknanya jelas.

.‫ﻋﻼ وارﺗﻔﻊ و ﺻﻌد و اﺳﺗﻘر‬

Orang yang pernah belajar bahasa Arab (orang Arab dan orang yang telah belajar
bahasa Arab dengan baik) maka dia mengetahui maka istawa ini, bukan sesuatu yang
tidak diketahui maknanya.

‫واﻟﻛﯾف ﻣﺟﮭول‬

Tapi bagaimananya tidak diketahui yaitu bagaimana Allāh beristiwa’ tidak diketahui.
Tidak boleh kita menyerupakan Istiwa’ Allāh dengan makhluk.

Kemudian beliau mengatakan:

‫واﻹﯾﻣﺎنُ ﺑﮫ وا ِﺟب‬

Beriman bahwa Allāh itu beristiwa’ adalah sebuah kewajiban karena sudah diterangkan
dan dikabarkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam Al-Qurān.

Kemudian ‫ واﻟــــﺳـؤا ُل ﻋــــﻧـﮫ ﺑــــدﻋــــﺔ‬dan bertanya tentang bagaimana Allāh beristiwa’ adalah
kebid'ahan. Karena para sahabat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang mereka
dikenal dengan semangatnya untuk bertanya di dalam agama, bertanya tentang

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 42 of 106


sesuatu yang penting, tidak ada diantara mereka yang bertanya kepada Nabi tentang
bagaimana Allāh beristiwa’ .

Sehingga orang yang bertanya tentang bagaimana Allāh beristiwa’ ini telah membuat
atau melakukan sesuatu yang baru dan tidak dicontoh yang demikian.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan in sya Allāh, kita lanjutkan pada kesempatan
yang akan datang.

ِ ‫اَ ْﻟ َﺣﻣْ ُد ِ ﱠ‬
‫ اﻟﱠذِي ِﺑﻧِﻌْ َﻣ ِﺗ ِﮫ َﺗ ِﺗ ّم اﻟﺻﱠﺎﻟ َِﺣﺎت‬N
‫وﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ أﻋﻠم‬
‫ اﻟﺗوﻓﯾق واﻟﮭداﯾﺔ‬N‫وﺑﺎ‬
‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈••✵🍃 ✵••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 43 of 106


🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _JUM’AT_
| 28 Muharram 1444 H
| 26 Agustus 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-55*
📖 _Allāh Subhānahu wa Ta’āla Beristiwa' Di Atas Arsy’ Bagian Kedua_
~•~•~•~•~•~•~•~•~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ وﻣن واﻻه‬،‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و اﺻﺣﺎﺑﮫ‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāh ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Beliau mengatakan (rahimahullāh):

َ َ‫ش ﯾُدَ ﱢﺑ ُر ْٱﻷ‬


‫ﻣْر‬ ِ ْ‫ﱠﺎم ُﺛ ﱠم ٱﺳْ َﺗ َو ٰى َﻋ َﻠﻰ ْٱﻟ َﻌر‬ َ َ ْ‫ت َو ْٱﻷَر‬
ٍ ‫ض ﻓِﻰ ﺳِ ﱠﺗ ِﺔ أﯾ‬ ِ ‫ َﺧ َﻠ َق ٱﻟ ﱠﺳ َﻣ ٰـ ٰ َو‬:‫وﻧؤﻣن ﺑﺄﻧﮫ‬

Dan kita beriman (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) karena beliau memberikan judul kitab ini
dengan Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, maka ‫ وﻧـــؤﻣـــن‬maksudnya adalah kita (Ahlus
Sunnah wal Jama'ah) beriman (percaya, meyakini) bahwasanya Allāh telah
menciptakan langit dan juga bumi.

َ
ٍ ‫ﻓِﻰ ﺳِ ﱠﺗ ِﺔ أﯾ‬
‫ﱠﺎم‬

“Dalam enam hari.”

Yang dimaksud dengan hari atau enam hari di sini adalah dimulai dari hari ahad
sampai hari Jum'at.

ِ ْ‫ُﺛ ﱠم ٱﺳْ َﺗ َو ٰى َﻋ َﻠﻰ ْٱﻟ َﻌر‬


‫ش‬

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 44 of 106


"Kemudian setelahnya Allāh beristiwa’ di atas Arsy.”

َ َ‫ﯾُدَ ﱢﺑ ُر ْٱﻷ‬
‫ﻣْر‬

"Mengatur seluruh perkara.”

Di dalam ayat yang mulia ini, Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan bahwasanya
Allāh menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari, dan ini adalah hikmah dari Allāh
Subhānahu wa Ta’āla menciptakan langit dan bumi dalam 6 hari.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mampu untuk menciptakan semuanya dalam satu
waktu.

ُ‫إِ ﱠﻧ َﻣﺂ أَﻣْ ُرهُۥٓ إِ َذآ أَ َرادَ َﺷﯾْـًٔﺎ أَن َﯾﻘُو َل َﻟﮫُۥ ُﻛن َﻓ َﯾ ُﻛون‬

"Sesungguhnya urusan Allāh apabila menghendaki sesuatu tinggal mengatakan:


"Jadilah!" maka terjadilah ia." [QS Yasin: 82]

Tetapi di sini Allāh Subhānahu wa Ta’āla, ada sebagian ulama yang mengatakan
bahwasanya Allāh ingin mengajarkan kepada manusia tentang ‫( ﺗــــدرج‬pelan-pelan) dan
bertahap. Sehingga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan langit dan bumi dalam 6
hari.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu,
menciptakan semua makhluk dalam sekejap (dalam satu waktu). Allāh Subhānahu wa
Ta’āla Maha Mampu yang demikian.

“Kemudian beristiwa‘ di atas Arsy.”

Dan makna dari istiwa' sudah kita sampaikan pada pertemuan yang telah berlalu.

Sudah kita sampaikan tentang masalah makna dari istawa, ada 4 makna yang datang
dari para Salaf yaitu ‫ ﻋﻼ وارﺗﻔﻊ وﺻﻌد و اﺳﺗﻘر‬- meninggi dan juga menetap.

Dan sudah kita sampaikan terkadang istawa di dalam Al-Qur'an ini datang secara
mutlak maksudnya tidak ada di sana huruf setelahnya maka maknanya adalah kamula
(‫ )ﻛﻣل‬yaitu sempurna dan terkadang setelah istawa ini ada huruf ‫إﻟﻰ‬

َ ‫ُﺛ ﱠم ٱﺳْ َﺗ َو ٰ ٓى إِ َﻟﻰ ٱﻟ ﱠﺳ َﻣﺂ ِء َوھ‬


ٌ‫ِﻰ ُد َﺧﺎن‬

"Kemudian Allāh beristiwa’ ke langit.”

Maksudnya adalah ‫ ﻗــــﺻـد‬- menuju, menginginkan, memaksudkan dan terkadang istawa


setelahnya adalah huruf ‫ﻋـﻠﻰ‬, maka maknanya adalah ‫ ﻋـﻠﻰ وارﺗـﻔﻊ‬- meninggi seperti dalam
ayat ini.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 45 of 106

ِ ْ‫ُﺛ ﱠم ٱﺳْ َﺗ َو ٰى َﻋ َﻠﻰ ْٱﻟ َﻌر‬


‫ش‬

Kemudian terkadang istawa setelahnya adalah huruf ‫ اﻟـــواو‬maka maknanya adalah ‫ﺗـــﺳو ٰ ٓى‬
َ
yaitu merata atau sejajar.

‫اﺳﺗوى اﻟﻣﺎ ُء واﻟﺧﺷﺑ َﺔ‬

"Air sejajar dengan kayu.”

Maka ini adalah penggunaan istawa di dalam bahasa Arab, kadang setelahnya
memakai huruf ‫ إﻟــــﻰ‬atau ‫ ﻋــــﻠﻰ‬atau tanpa huruf atau terkadang setelahnya ‫ اﻟــــواو‬memiliki
makna yang berbeda.

َ ‫ ُﺛــــ ﱠم ٱﺳْ ــــ َﺗ َو ٰى َﻋــــ َﻠﻰ ْٱﻟ‬- ini terdapat di


ِ ْ‫ــــﻌر‬
Dan di dalam Al-Qur'an maka di sana ada kalimat ‫ش‬
dalam 6 ayat. Di dalam Al-Qur'an Allāh Subhānahu wa Ta’āla menggunakan kalimat ini

ِ ْ‫ُﺛ ﱠم ٱﺳْ َﺗ َو ٰى َﻋ َﻠﻰ ْٱﻟ َﻌر‬


‫ش‬

"Kemudian Allāh beristiwa’ di atas Arsy.”

Menunjukkan bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat istiwa’.

َ َ‫ﯾُدَ ﱢﺑ ُر ْٱﻷ‬
‫ﻣْر‬

"Mengatur seluruh perkara.”

Kemudian beliau menjelaskan di sini:

‫واﺳﺗواؤه ﻋﻠﻰ اﻟﻌرش ﻋﻠوه ﻋﻠﯾﮫ ﺑذاﺗﮫ ﻋﻠوا ﺧﺎﺻﺎ ﯾﻠﯾق ﺑﺟﻼﻟﮫ و ﻋظﻣﺗﮫ ﻻ ﯾﻌﻠم ﻛﯾﻔﯾﺗﮫ إﻻھو‬

"Dan istiwanya Allāh di atas Arsy adalah ketinggian Allāh di atas Arsy dengan Dzat-Nya.
Ketinggian yang khusus sesuai dengan keagungan-Nya dan kebesaran-Nya. Tidak
mengetahui bagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla beristiwa’ kecuali Dia."

Ucapan beliau:

‫واﺳﺗواؤه ﻋﻠﻰ اﻟﻌرش ﻋﻠوه ﻋﻠﯾﮫ ﺑذاﺗﮫ ﻋﻠوا ﺧﺎﺻﺎ‬

"Dan istiwanya Allāh di atas Arsy adalah ketinggian Allāh dengan Dzat-Nya.”

Al-Arsy (‫ )اﻟــــﻌـرش‬adalah makhluk di antara makhluk-makhluk Allāh Subhānahu wa Ta’āla


dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam Al-Qur'an telah menyebutkan beberapa sifat
Arsy ini. Di antaranya adalah bahwasanya Arsy ini adalah mahkluk yang besar.

Allāh mengatakan:

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 46 of 106


ِ ْ‫ُذو ْٱﻟ َﻌر‬


‫ش ْٱﻟ َﻣ ِﺟﯾ ُد‬

"Dialah (Allāh) yang memiliki 'Arsy yang ‫( ْٱﻟ َﻣ ِﺟﯾ ُد‬Maha Luas)". [QS Al-Buruj: 15]

Menunjukkan bahwasanya Allāh, Dia-lah yang memiliki Arsy. Berarti Arsy adalah
makhluk yang dimiliki, sebagaimana kita juga dimiliki oleh Allāh dan disifati oleh Allāh
dengan ‫( اﻟﻌظﻣﺔ‬besar).

Allāh mengatakan:

‫ش ْٱﻟ َﻌظِ ِﯾم‬


ِ ْ‫َربﱡ ْٱﻟ َﻌر‬

"Rabb bagi Arsy yang sangat besar.” [QS Al-Mu'minun : 86]

Menunjukkan bahwasanya Arsy adalah dikuasai, dipelihara, dijaga oleh Allāh. Allāh
beristiwa’ di atas Arsy dan yang memiliki, yang menjaga, yang memelihara Arsy adalah
Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dan di dalam ayat yang lain Allāh mensifati Arsy ini dengan Al-Karāmah (‫ )اﻟــــﻛـراﻣﺔ‬atau
alKaram.

‫ش ْٱﻟ َﻛ ِر ِﯾم‬
ِ ْ‫َربﱡ ْٱﻟ َﻌر‬

"Dan Rabb bagi Arsy yang mulia.” [QS Al-Mu'minun : 116]

Di dalam ayat yang lain Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan bahwasanya Arsy
Allāh ini dipikul oleh 8 malaikat di hari kiamat.

‫ﱢك َﻓ ْو َﻗ ُﮭ ْم َﯾ ْو َﻣ ِﺋ ٍذ َﺛ َﻣ ٰـ ِﻧ َﯾ ٌﺔ‬ َ ْ‫َو َﯾﺣْ ِﻣ ُل َﻋر‬


َ ‫ش َرﺑ‬

"Dan memikul Arsy Rabbmu pada hari itu di atas mereka ada 8 malaikat.” [QS Al-
Haqqah: 17]

Dan pendapat yang lebih kuat bahwasanya Arsy ini adalah mahkluk yang pertama dan
para ulama berselisih pendapat dan ini adalah perselisihan di antara ulama Ahlus
Sunnah sendiri.

Apakah makhluk yang pertama?

Apakah Arsy Allāh atau qalam, pena yang digunakan untuk menulis takdir sampai hari
kiamat.

Ada di antara ulama yang mengatakan yang pertama adalah Arsy dan ada yang
mengatakan yang pertama adalah Al-Qalam. Dan pendapat yang lebih kuat, dan ini

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 47 of 106

yang dikuatkan oleh sebagian guru-guru kami yang kami belajar kepada mereka.
Bahwasanya yang pertama adalah Arsy.

Di antara dalil mereka adalah ketika Allāh Subhānahu wa Ta’āla menulis takdir di dalam
sebuah hadits,

َ ‫ﯾن أَ ْﻟ‬
‫ف َﺳ َﻧ ٍﺔ‬ َ ْ‫ت َو ْاﻷَر‬
َ ِ‫ض ِﺑ َﺧﻣْﺳ‬ ِ ‫ِﯾر ْاﻟ َﺧ َﻼﺋ ِِق َﻗ ْﺑ َل أَنْ َﯾ ْﺧﻠُ َق اﻟ ﱠﺳ َﻣ َﺎوا‬
َ ‫ﻛﺗب اﻟﻠﱠ ُﮫ َﻣ َﻘﺎد‬

"Allāh menulis takdir bagi makhluk-makhluknya 50 ribu tahun sebelum Allāh


menciptakan langit dan bumi".

Disebutkan dalam sebagian lafadz ‫وﻋـرﺷـﮫ ﻋـﻠﻰ اﻟـﻣﺎء‬. Ditulis takdir dan Arsy Allāh berada di
atas air.

Menunjukkan bahwasanya Arsy sudah ada sebelum Qalam, sehingga sebagian ulama
kita mereka berpendapat bahwasanya Arsy adalah makhluk yang pertama.

Jadi dia adalah makhluk yang pertama, makhluk yang paling besar, makhluk yang
paling tinggi. Ini adalah sifat Arsy.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan In
sya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya, pada waktu dan
keadaan yang lebih baik.

‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈••••○○○••••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 48 of 106

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _SENIN_
| 01 Shafar 1444 H
| 29 Agustus 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-56*
📖 _Allāh Subhānahu wa Ta’āla Beristiwa' Di Atas Arsy’ Bagian Ketiga_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و أﺻﺣﺎﺑﮫ وﻣن واﻻه‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāh Ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh. Beliau mengatakan rahimahullāh,

‫ﻋﻠوه ﻋﻠﯾﮫ ﺑذاﺗﮫ‬

Yang dimaksud dengan istiwa' nya Allāh di atas Arsy ini adalah ketinggian Allāh dengan
dzat-Nya. Ucapan beliau, ‫ ﺑــــذا ﺗــــﮫ‬di sini, untuk menafikan ucapan sebagian orang yang
mengatakan bahwasanya Allāh beristiwa' di atas Arsy majas, bukan hakikat.

Maka beliau mengatakan, ‫ ﺑــذاﺗــﮫ‬untuk menafikan atau mengingkari sebagian orang yang
mengatakan, "Iya kami beriman dengan istiwa' Allāh di atas Arsy, tapi ini adalah majas".

Ahlus Sunnah menyakini bahwasanya Allāh beristiwa' di atas Arsy ‫ ﺑــــذاﺗــــﮫ‬dengan dzat-
Nya, bukan majas. Hakikat Allāh Subhānahu wa Ta’āla beristiwa' di atas Arsy.

Kemudian ucapan beliau, ‫" ﻋﻠوا ﺧﺎﺻﺎ‬Ketinggian yang khusus".

Karena di sana ada dua sifat atau dua jenis (‫ )ﻋﻠوا‬bagi Allāh:

1. ‫ﻋﻠوا ﻋﺎم‬

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 49 of 106



Ketinggian yang umum, dan ini sudah kita sampaikan penjelasannya, yaitu Allāh
Subhānahu wa Ta’āla adalah Maha Tinggi. Dan di dalam Al-Qur'an

‫وھو اﻟﻌﻠﻰ اﻟﻌظﯾم‬

Maha Tinggi di sini mencakup ketinggian dzat-Nya, ketinggian kedudukan Allāh


Subhānahu wa Ta’āla, Qadr-Nya dan juga ketinggian kekuasaan Allāh. Ini adalah
ketinggian yang umum sifatnya. Di sana ada ketinggian yang khusus,

2. ‫ﻋﻠوا ﺧﺎﺻﺎ‬

Yaitu istiwanya Allāh di atas Arsy.

Kalau ketinggian yang umum maka ini termasuk (‫ )ﺻـــﻔﺔ ذاﺗـــﯾﺔ‬sifat yang berkaitan dengan
dzat Allāh, Allāh senantiasa memiliki sifat tinggi yang umum ini, tidak pernah terlepas
dari Allāh, tidak berkaitan dengan (‫)ﻣﺎ ﺷﯾﺋﺎت ﷲ‬

Adapun (‫ )ﻋــــﻠـو‬yang (‫ )ﺧــــﺎص‬ketinggian yang khusus maka ini adalah sifat (‫ )ﻓــــﻌـﻠـﯾـﺔ‬yaitu
berkaitan dengan kehendak Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kalau Allāh menghendaki maka Allāh beristiwa', kalau Allāh tidak menghendaki maka
Allāh tidak beristiwa’. Ini namanya sifat fi'liyah. Maka yang dimaksud beristiwa' Allāh di
atas ‘Arsy adalah ketinggian Allāh yang khusus, dengan kehendak-Nya.

Makanya dalam ayat tadi,

َ ‫ﱡﺛ َم اﺳْ َﺗ َوى َﻋ َﻠﻰ‬


‫اﻟﻌرْ ش‬

"Kemudian Allāh beristiwa' di atas Arsy."

Itu Allāh berkehendak beristiwa' di atas Arsy, berkaitan dengan kehendak Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian ucapan beliau, ‫ﯾــــﻠـﯾـق ﺑــــﺟـﻼﻟــــﮫ وﻋــــظـﻣـﺗـﮫ‬,"Sesuai dengan keagungan-Nya dan


kebesaran-Nya"

Sesuai dengan keagungan dan kebesaran Allāh. Tidak sama dengan istiwanya
makhluk. Karena sebagian makhluk juga beristiwa'. Kita beristiwa' di atas kendaraan
kita, orang lain beristiwa' di atas kursinya, atau raja beristiwa' di atas singgasananya, itu
adalah istiwa' sesuai dengan kita sebagai seorang makhluk.

Namun Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah yang memiliki sifat istiwa' sesuai dengan
keagungan-Nya dan kebesaran-Nya.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 50 of 106

Dan sebagaimana yang kita sebutkan, bahwasanya Arsy Allāh Subhānahu wa Ta’āla
dipikul oleh malaikat, dan ini menunjukkan bahwasanya Arsy ini membutuhkan Allāh.
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak butuh kepada Arsy.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dialah ‫ اﻟــــﺻــﻣــد‬،‫ﻟــــﻐــﻧــﻲ‬. Dia lah yang Maha Kaya, tidak
membutuhkan makhluk. Allāh beristiwa’ di atas Arsy dan tidak melazimkan bahwasanya
Allāh membutuhkan Arsy.

Kita saja di dunia ini, makhluk berada di atas makhluk yang lain, dan dia tidak butuh
dengan yang ada di bawahnya. Awan yang ada di atas kita, dia berada di atas kita, dan
dia tidak butuh dengan kita. Tidak melazimkan bahwa Allāh beristiwa’ di atas Arsy,
kemudian kita katakan, "Loh berarti Allāh butuh dengan Arsy?"

Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dialah ‫اﻟــــﻐـﻧـﻲ‬, Dialah ‫اﻟــــﺻـﻣـد‬, segala sesuatu butuh kepada
Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

ِ ‫َﯾﺎ أَ ﱡﯾ َﮭﺎ اﻟ ﱠﻧﺎسُ أَ ْﻧ ُﺗ ُم ْاﻟﻔُ َﻘ َرا ُء إِ َﻟﻰ ﱠ‬


‫ﷲ‬

"Wahai manusia sesungguhnya kalian adalah sangat fakir kepada Allāh." [QS Fathir:
15]

Seluruh makhluk adalah sangat fakir kepada Allāh, termasuk di antaranya adalah Arsy,
bagaimanapun besarnya dia, luasnya dia, tingginya dia, maka dia tidak bisa berlepas
dari pertolongan Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Kalau Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak
menahannya, niscaya dia tidak akan tetap ditempatnya. Bahkan Allāh Subhānahu wa
Ta’āla Dialah yang memeliharanya, menciptakan dia.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, dan
Insya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya pada waktu dan
keadaan yang lebih baik

‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈••••○○○••••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 51 of 106

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _SELASA_
| 02 Shafar 1444 H
| 30 Agustus 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-57*
📖 _Allāh Subhānahu wa Ta’āla Beristiwa' Di Atas Arsy’ Bagian Keempat_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و أﺻﺣﺎﺑﮫ وﻣن واﻻه‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāh.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Beliau mengatakan Rahimahullāh,

‫ﯾﻠﯾق ﺑﺟﻼ ﻟﮫ وﻋظﻣﺗﮫ ﻻ ﯾﻌﻠم ﻛﯾﻔﯾﺗﮫ إﻻ ھو‬

"Tidak mengetahui tentang (‫)ﻛــــﯾـﻔـﯾـﺗـﮫ‬, tentang bagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla


beristiwa' kecuali Dia."

Kecuali Allāh, karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak memberitahukan tentang (‫)ﻛــــﯾـﻔـﯾـﺗـﮫ‬
ini, tentang bagaimana Allāh beristiwa' kepada makhluk-Nya.

Sehingga apa yang akan kita lalukan, kita beriman sesuai dengan apa yang sampai
kepada kita. Allāh mengabarkan, bahwasanya Allāh beristiwa'. Dia lebih tahu tentang
dirinya sendiri, dan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah manusia yang paling tahu
tentang diri Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Maka kita beriman bahwasanya Allāh beristiwa'.

Bagaimana Allāh beristiwa' kita tidak tahu, yang jelas kita meyakini Allāh beristiwa'
sesuai dengan keagungan-Nya, sesuai dengan kebesaran-Nya, tidak sama dengan
istiwa' yang ada pada makhluk.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 52 of 106


Maka mengimani bahwasanya Allāh beristiwa' adalah wajib. Kalau sampai kita
mengingkari maka ini adalah perbuatan yang diharamkan dalam agama Islam,
mengingkari istiwa' Allāh.

Kalau memang kita beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka kita beriman
dengan setiap apa yang Allāh kabarkan di dalam Al Qur'an, termasuk di antaranya
adalah bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla beristiwa' di atas Arsy.

‫ واﻟﺳؤا ُل ﻋﻧﮫ ﺑدﻋﺔ‬،‫واﻹﯾﻣﺎنُ ﺑﮫ وا ِﺟب‬

Bertanya tentang, "bagaimana Allāh beristiwa'?" Ini adalah bid'ah.

Tidak boleh, kenapa di sini dikatakan oleh Al Imam Malik sebagai pertanyaan yang
bid'ah, karena ini adalah pertanyaan yang berkaitan dengan agama dan ternyata
pertanyaan seperti ini tidak pernah dilakukan oleh para sahabat Radhiyallahu ta'ala
'anhum.

Padahal mereka Radhiyallahu ta'ala 'anhum adalah orang yang paling semangat dalam
bertanya kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Kalau itu memang adalah pertanyaan yang bermanfaat, maka mereka para sahabat
Radhiyallahu ta'ala 'anhum bertanya kepada Nabi. Melaksanakan firman Allāh Azza wa
Jalla,

‫َﻓﺎﺳْ ﺄَﻟُوا أَھْ َل ﱢ‬


َ ‫اﻟذ ْﻛ ِر إِنْ ُﻛ ْﻧ ُﺗ ْم َﻻ َﺗﻌْ َﻠﻣ‬
‫ُون‬

"Hendaklah kalian bertanya kepada para ulama apabila kalian tidak mengetahui." [QS
Al Anbiya' 7]

Para sahabat, mereka bertanya kepada Rasūlullāh Shallallāhu 'alaihi wa Sallam dan
Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberikan jawaban, tapi tidak ada di antara mereka
yang bertanya kepada Nabi. Padahal tentang istiwa' ayatnya berulang sampai enam
kali dengan lafadz yang sama, kemudian pada ayat yang ketujuh dengan lafadz,

ِ ْ‫ٱﻟرﱠ ﺣْ ٰ َﻣنُ َﻋ َﻠﻰ ْٱﻟ َﻌر‬


‫ش ٱﺳْ َﺗوى‬

Tidak ada di antara sahabat yang mereka bertanya kepada Nabi,

‫ ﻛﯾف اﺳﺗوى ﷲ؟‬: N ‫ﯾﺎرﺳول‬

"Bagaimana Allāh beristiwa' ?"

Menunjukan bahwasanya mereka dalam keadaan tahu, bahwa istiwa' Allāh adalah
sesuai dengan kebesaran-Nya. Kita hanya diberitahu tentang Allāh beristiwa', tapi Allāh
tidak memberitahukan kepada kita tentang bagaimana.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 53 of 106

Sehingga mereka pun tidak bertanya. Menunjukkan bahwasanya mereka adalah orang-
orang yang paham Radhiyallahu ta'ala 'anhum.

Sekali lagi, ucapan Imam Malik ini bisa dijadikan kaidah dalam setiap sifat.

Misalnya, Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat nuzul (‫)ﻧــــزل‬, Allāh turun. Insya Allāh
pembahasannya setelah ini, setelah pembahasan tentang sifat turun bagi Allāh.

Kaidahnya sama, makna turun adalah ‫ﻣــــﻌــﻠــوم‬, dan mengetahui kaifiyyahnya adalah
sesuatu yang tidak diketahui. Dan beriman dengan turunnya Allāh adalah wajib, dan
bertanya tentang bagaimana Allāh turun adalah suatu yang bid'ah.

Semua bisa kita terapkan dengan kaidah ini.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, dan In
sya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya, pada waktu dan
keadaan yang lebih baik

ّ ‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬


‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈••••○○○••••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 54 of 106


🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _RABU_
| 04 Shafar 1444 H
| 31 Agustus 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-58*
📖 _Ma'iyyatullah atau Kebersamaan Allāh Ta'ala Bagian Pertama_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ وﻣن واﻻه‬،‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و اﺻﺣﺎﺑﮫ‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Beliau mengatakan:

‫ ﻣﻊ ﺧﻠﻘﮫ وھو ﻋﻠﻰ ﻋرﺷﮫ‬:‫وﻧؤﻣن ﺑﺄﻧﮫ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬

"Dan kami beriman bahwasanya Allāh bersama makhluk-Nya. Dan Allāh berada di atas
Arsy.”

Kita menyebutkan bahwasanya kita meyakini bahwasanya Allāh beristiwa' di atas Arsy.
Dalam waktu yang sama kita Ahlus Sunnah meyakini bahwasanya Allāh bersama
makhluk-Nya.

Apa yang dimaksud dengan “bersama makhluk-Nya”?

‫وھو ﻋﻠﻰ ﻋرﺷﮫ‬

"Dan Allāh berada di atas Arsy.”

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 55 of 106

Yang dimaksud dengan “bersama makhluk-Nya” di sini adalah ‫ﻣــﻌﯾﺔ اﻟــﻌﺎﻣــﺔ‬, kebersamaan
yang umum (‫“ )ﻣــــﻌـﯾـﺔ‬bersama dengan makhluk-Nya”, kebersamaan yang umum yaitu
dengan ilmu-Nya.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla meskipun berada di atas Arsy, beristiwa' di atas Arsy, tapi
Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Mengetahui apa yang terjadi, termasuk makhluk yang
ada di bumi dan yang ada di langit. Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Tinggi, Allāh
Subhānahu wa Ta’āla beristiwa' di atas Arsy dan di waktu yang sama Allāh Subhānahu
wa Ta’āla bersama kita yaitu dengan ilmu-Nya.

Makanya, setelahnya beliau mengatakan:

‫ﯾﻌﻠم أﺣواﻟﮭم‬

"Allāh mengetahui tentang keadaan-keadaan mereka.”

‫و ﯾﺳﻣﻊ أﻗواﻟﮭم‬

"Dan Allāh mendengar ucapan-ucapan mereka.”

‫و ﯾرى أﻓﻌﺎﻟﮭم‬

"Dan Allāh melihat perbuatan-perbuatan mereka.”

‫وﯾدﺑر أﻣورھم‬

"Dan Allāh mengatur urusan mereka.”

‫ و ﯾـؤﺗـﻲ اﻟـﻣﻠك ﻣـن ﯾـﺷﺎء و ﯾـﻧزع اﻟـﻣﻠك ﻣـﻣن ﯾـﺷﺎء وﯾـﻌز ﻣـن ﯾـﺷﺎء و ﯾـذل ﻣـن ﯾـﺷﺎء ﺑـﯾده اﻟـﺧﯾر و ھـو‬،‫ﯾـرزق اﻟـﻔﻘﯾر و ﯾـﺟﺑر اﻟﻛﺳـﯾر‬
‫ﻋﻠﻰ ﻛل ﺷﺊ ﻗدﯾر‬

Allāh bersama kita dan Dia berada di atas Arsy, mengetahui keadaan kita, mendengar
ucapan kita, tidak ada yang samar bagi Allāh ucapan manusia sedikit pun, dan Allāh
melihat apa yang kita lakukan.

Duduknya kita, berdirinya kita, masuk keluarnya kita, dan Allāh berada di atas Arsy dan
Allāh mengatur urusan kita semua; yang fakir diberikan rezeki, yang patah
disembuhkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla atau orang yang sedih diberikan
kebahagiaan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang dikehendaki, mengambil kerajaan-


Nya dari siapa yang dikehendaki, memuliakan siapa yang dikehendaki, menghinakan
siapa yang dikehendaki. Di tangan-Nya ada seluruh kebaikan dan Dia mampu untuk
melakukan segala sesuatu.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 56 of 106


Meskipun Allāh berada di atas Arsy, tapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla Maha Mengetahui
segala sesuatu. Maha Mendengar, Maha Melihat, Dia-lah yang mengurus urusan kita,
menghidupkan, mematikan. Sampai perkara yang sedetail-detailnya, yang sekecil-
kecilnya, itu yang mengurus adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Tidak ada yang samar
bagi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dan penyebutan tentang ma'iyyah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang sifatnya umum ini
disebutkan di antara dalilnya adalah apa yang Allāh sebutkan di dalam surat Al-
Mujadalah dan surat Al-Hadid. Dalam surat yaitu Al-Hadid ayat yang ke-4, Allāh
Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

َ ‫ـﻧز ُل ﻣ‬
‫ِـن‬ ۡ ۡ ِ ‫ش َﯾ ۡـﻌ َﻠـ ُم َﻣـﺎ َﯾـﻠِ ُﺞ ِﻓـﻲ ۡٱﻷَ ۡر‬
ِ ‫ض َو َﻣـﺎ َﯾـﺧ ُر ُج ﻣِـﻧ َﮭـﺎ َو َﻣـﺎ َﯾ‬
ۡ َ ‫ت َو ۡٱﻷَ ۡر‬
ۡ ‫ض ِﻓـﻲ ﺳِ ـ ﱠﺗ ِﺔ أَﯾ ٖﱠـﺎم ُﺛـ ﱠم‬
ِ ۖ ‫ٱﺳ َﺗ َـو ٰى َﻋـ َﻠﻰ ٱﻟ َﻌ ۡـر‬ ِ ‫ھ َُـو ٱﻟﱠـذِي َﺧـ َﻠ َق ٱﻟ ﱠﺳ ٰ َﻣ ٰ َو‬
‫ون ﺑَﺻِ ﯾر‬ ‫ٱﻟ ﱠﺳ َﻣﺂ ِء َو َﻣﺎ َﯾ ۡﻌ ُر ُج ﻓِﯾ َﮭ ۖﺎ َوھ َُو َﻣ َﻌ ُﻛمۡ أَ ۡﯾ َن َﻣﺎ ُﻛﻧ ُﺗ ۡۚم َو ﱠ‬
َ ُ‫ُ ِﺑ َﻣﺎ َﺗ ۡﻌ َﻣﻠ‬N‫ٱ‬

Dialah (Allāh Subhānahu wa Ta’āla) yang menciptakan langit dan bumi dalam enam
hari, kemudian Allāh beristiwa' di atas ‘Arsy.

Ini disebutkan tentang istiwa' Allāh, kemudian apa kata Allāh?

ِ ‫َﯾ ۡﻌ َﻠ ُم َﻣﺎ َﯾﻠِ ُﺞ ﻓِﻲ ۡٱﻷَ ۡر‬


‫ض‬

"Allāh mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi.”

Dan Allāh berada di atas Arsy.

‫َو َﻣﺎ َﯾ ۡﺧ ُر ُج ﻣ ِۡﻧ َﮭﺎ‬

"Dan apa yang keluar dari bumi.”

Yang masuk ke dalam bumi, hujan, biji-bijian, orang yang meninggal, orang yang
memendam sesuatu. Segala sesuatu yang masuk ke dalam bumi, Allāh Subhānahu wa
Ta’āla mengetahuinya.

Dan apa yang keluar dari bumi juga demikian, yang keluar dari bumi, misalnya, air,
tumbuh-tumbuhan atau barang tambang, tidaklah dia keluar dari bumi kecuali di bawah
ilmu Allāh. Allāh mengetahuinya.

‫ﻧز ُل ﻣ َِن ٱﻟ ﱠﺳ َﻣﺂ ِء‬


ِ ‫َو َﻣﺎ َﯾ‬

"Dan apa yang turun dari langit, malaikat-malaikat (misalnya).”

‫َو َﻣﺎ َﯾ ۡﻌ ُر ُج ﻓِﯾ َﮭ ۖﺎ‬

"Dan apa yang naik ke langit.”

‫َوھ َُو َﻣ َﻌ ُﻛمۡ أَ ۡﯾ َن َﻣﺎ ُﻛﻧ ُﺗ ۡۚم‬

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 57 of 106


"Dan Dia bersama kalian dimanapun kalian berada.”

‫َو ﱠ‬
َ ُ‫ُ ِﺑ َﻣﺎ َﺗ ۡﻌ َﻣﻠ‬N‫ٱ‬
‫ون ﺑَﺻِ ﯾر‬

"Dan Allāh melihat apa yang kalian kerjakan.”

Inilah ayat yang menunjukkan kepada kita tentang ma'iyyah yang ‘āmah (kebersamaan
Allāh yang umum) dengan ilmu-Nya. Oleh karena itu tadi disebutkan dalam ayat ‫ــــﻌ َﻠــــ ُم‬
ۡ ‫ َﯾ‬-
Allāh Mengetahui.

Menunjukkan bahwasanya ma'iyyah di sini adalah ‫ﻣــﻌﯾﺔ اﻟــﻌﺎﻣــﺔ‬, yaitu ma'iyyatul ‘ilm, Allāh
Subhānahu wa Ta’āla bersama kita dengan ilmu-Nya. Dimanapun kita berada Allāh
Subhānahu wa Ta’āla mengetahui keberadaan kita dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla
berada di atas Arsy.

Kemudian di dalam surat Al-Mujadalah ayat ke-7, Allāh Subhānahu wa Ta’āla


mengatakan:

‫ض َﻣـﺎ َﯾـ ُﻛونُ ﻣِـن ﱠﻧ ۡـﺟ َو ٰى َﺛ ٰ َﻠ َﺛ ٍﺔ إِ ﱠﻻ ُھ َـو َر ِاﺑـ ُﻌﮭُمۡ َو َﻻ َﺧ ۡـﻣ َﺳـ ٍﺔ إِ ﱠﻻ ُھ َـو َﺳـﺎ ِدﺳُـﮭُمۡ َو َﻵ أَ ۡد َﻧ ٰـﻰ‬ ۖ ِ ‫ت َو َﻣـﺎ ِﻓـﻲ ۡٱﻷَ ۡر‬ َ ‫أَ َﻟـمۡ َﺗ َـر أَنﱠ ﱠ‬
ِ ‫ َﯾ ۡـﻌ َﻠـ ُم َﻣـﺎ ِﻓـﻲ ٱﻟ ﱠﺳ ٰ َﻣ ٰ َو‬N‫ٱ‬
ۚ ۡ ۖ ۡ ٰ
َ ‫ﻣِن َذﻟ َِك َو َﻵ أَﻛ َﺛ َر إِ ﱠﻻ ھ َُو َﻣ َﻌﮭُمۡ أَ ۡﯾ َن َﻣﺎ َﻛﺎ ُﻧو ْا ُﺛ ﱠم ُﯾ َﻧ ﱢﺑ ُﺋﮭُم ِﺑ َﻣﺎ َﻋ ِﻣﻠُو ْا َﯾ ۡو َم ٱﻟ ِﻘ ٰ َﯾ َﻣ ِﺔ إِنﱠ ﱠ‬
‫ ِﺑ ُﻛ ﱢل َﺷ ۡﻲ ٍء َﻋﻠِﯾ ٌم‬N‫ٱ‬

Apakah engkau tidak melihat bagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengetahui apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidaklah ada tiga orang yang saling
berbisik-bisik kecuali Allāh yang keempat dan tidak ada lima orang yang saling berbisik-
bisik kecuali Allāh yang keenam dan tidak kurang dari itu atau lebih kecuali Allāh
bersama mereka dimanapun mereka berada.

Maksudnya apa? Maksudnya adalah ilmi, ilmiyyah makanya sebelumnya Allāh


mengatakan:

َ ‫أَ َﻟمۡ َﺗ َر أَنﱠ ﱠ‬


‫ َﯾ ۡﻌ َﻠ ُم‬N‫ٱ‬

"Apakah engkau tidak melihat bahwasanya Allāh mengetahui.”

Berarti ma'iyyah disini adalah ma'iyyah al-ilm (ma'iyyah yang berkaitan dengan ilmu)
Allāh bersama kita dengan ilmu-Nya, dimanapun kita berada. Kita berbisik-bisik,
dengan suara yang dilirihkan, dirahasiakan, ketahuilah bahwasanya Allāh mendengar
yang demikian. Menunjukkan kepada kita bahwasanya ma'iyyah di sini adalah ma'iyyah
ilmiyyah.

‫ُﺛ ﱠم ُﯾ َﻧ ﱢﺑ ُﺋﮭُم ِﺑ َﻣﺎ َﻋ ِﻣﻠُو ْا َﯾ ۡو َم ۡٱﻟ ِﻘ ٰ َﯾ َﻣ ۚ ِﺔ‬

"Kemudian Allāh akan mengabarkan kepada mereka dengan apa yang mereka lakukan
di hari kiamat.”

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 58 of 106

Karena Allāh mengetahui mendengar apa yang mereka ucapkan.

َ ‫إِنﱠ ﱠ‬
‫ ِﺑ ُﻛ ﱢل َﺷ ۡﻲ ٍء َﻋﻠِﯾ ٌم‬N‫ٱ‬

"Sesungguhnya Allāh Maha Mengetahui segala sesuatu".

Juga menunjukkan kepada kita tentang ma'iyyah atau sifat maiyyah bagi Allāh
Subhānahu wa Ta’āla dan di sini adalah ma'iyyah yang umum (maksudnya) adalah
kebersamaan Allāh dengan makhluk yaitu dengan ilmu-Nya.

Kemudian setelahnya:

‫وﻣن ﻛﺎن ھذا ﺷﺄﻧﮫ ﻛﺎن ﻣﻊ ﺧﻠﻘﮫ ﺣﻘﯾﻘﺔ‬

"Dan barang siapa atau Dzat yang demikian keadaannya (mendengar, melihat,
mengetahui, mengurus) maka yang demikian dia bersama makhluknya ‫( ﺣــــﻘـﯾـﻘـﺔ‬dengan
hakikat).”

Dzat yang demikian keadaannya berarti dia bersama makhluknya.

‫و إن ﻛﺎن ﻓو ﻗﮭم ﻋﻠﻰ ﻋرﺷﮫ ﺣﻘﯾﻘﺔ‬

"Meskipun Allāh berada di atas mereka, beristiwa' di atas Arsy secara hakikat.”

Jadi istiwa' nya Allāh di atas Arsy adalah hakikat dan kebersamaan Allāh dengan
makhluk-Nya Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengetahui, ini juga hakiki
(hakikat) dua-duanya hakikat.

‫ۖء َوھ َُو ٱﻟ ﱠﺳﻣِﯾ ُﻊ ۡٱﻟﺑَﺻِ ﯾ ُر‬ٞ ‫س َﻛﻣ ِۡﺛﻠِﮫِۦ َﺷ ۡﻲ‬


َ ‫َﻟ ۡﯾ‬

"Tidak ada yang serupa dengan Allāh. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar, lagi Maha
Melihat". [QS Asy-Syura': 11]

Istiwa’nya Allāh, tidak ada yang serupa dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Demikian
pula ma'iyyatullah Subhanahu wa ta’ala, tidak ada yang serupa dengan ma’iyyatullah.

Kalau kita makhluk tidak demikian. Makhluk kalau dia semakin jauh, semakin dia tidak
mengetahui keadaan, ini keadaan kita makhluk. Tetapi kalau Allāh Subhānahu wa
Ta’āla, Dialah yang Maha Tinggi. Tidak ada yang lebih tinggi daripada Allāh meskipun
demikian di waktu yang sama Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.

Ini Allāh, Dia-lah yang Maha Mampu untuk melakukan segala sesuatu, berbeda dengan
makhluk yang sangat lemah.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 59 of 106

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan in
sya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya, pada waktu dan
keadaan yang lebih baik.

‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈••••○○○••••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 60 of 106


🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _KAMIS_
| 04 Shafar 1444 H
| 01 September 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-59*
📖 _Ma'iyyatullah atau Kebersamaan Allāh Ta'ala Bagian Kedua_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ وﻣن واﻻه‬،‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و اﺻﺣﺎﺑﮫ‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Beliau mengatakan:

‫وﻻ ﻧﻘول ﻛﻣﺎ ﺗﻘول اﻟﺣﻠوﻟﯾﺔ ﻣن اﻟﺟﮭﻣﯾﺔ وﻏﯾرھم إن ﻣﻊ ﺧﻠﻘﮫ ﻓﻲ اﻷرض‬

"Dan kami yaitu Ahlus Sunnah tidak berpendapat tidak mengatakan sebagaimana yang
diucapkan oleh Hululiyyah yang diucapkan oleh firqah atau sekte Hululiyyah yang
mengatakan bahwasanya Allāh bersama makhluk-Nya di bumi.”

Hululiyyah dari kalangan Jahmiyyah atau selain mereka, yang mereka meyakini
bahwasanya Allāh bersama makhluk di bumi.

Mengatakan misalnya: "Allāh berada di mana-mana, Allāh bersama makhluk-Nya di


mana-mana".

Maka ini adalah bukan ucapan Ahlus Sunnah, kita tidak mengatakan demikian, tetapi
kita katakan sebagaimana yang Allāh katakan di dalam Al-Qur’an, bahwasanya Allāh
beristiwa' di atas Arsy. Dan di dalam ayat yang lain bahwasanya Allāh Maha
Mengetahui segala sesuatu.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 61 of 106

Ini keyakinan Ahlus Sunnah, kalau kita kembali kepada dalil selesai masalah.

Masalahnya di sini sebagian orang, mereka tidak mau kembali kepada dalil, mengikuti
hawa nafsunya atau sudah terbiasa dengan taklid tanpa bertanya tentang dalil.

Kalau kita mau kembali kepada dalil dan tulus hati kita untuk mengikuti dalil maka In
sya Allāh, Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan petunjuk, kalau Allāh mengetahui
dalam hati seseorang kebaikan, Allāh akan memberikan kebaikan.

Jadi kita Ahlus Sunnah tidak meyakini seperti yang diyakini oleh Al-Hululiyyah dari
kalangan Jahmiyyah dan selain mereka, bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla
bersama makhluk-Nya di bumi.

Sehingga mereka mengingkari ayat tentang istiwa’, mengingkari Allāh Subhānahu wa


Ta’āla beristiwa’ di atas Arsy, atau mentakwilnya dengan mengatakan bahwasanya
istawa di sini adalah istaula yaitu menguasai, dan ini adalah takwil yang tidak
dibenarkan secara syari'at karena ini adalah menyelisihi dzahir ayat. Allāh mengatakan
istawa.

Kemudian yang kedua di dalam bahasa Arab tidak ada bahwasanya istawa ini
maknanya adalah istaula, ini tidak ada. Yang ada seperti yang kita sampaikan,

.‫ﻋﻼ وارﺗﻔﻊ وﺻﻌد و اﺳﺗﻘر‬

Adapun istawa dengan makna istaula maka ini tidak ada di dalam bahasa Arab.

Apa makna istaula?

Istaula maknanya adalah menguasai setelah sebelumnya tidak berkuasa. Itu namanya
istaula.

Seorang raja misalnya, dia menyerang kerajaan yang lain atau daerah yang lain
kemudian berhasil menguasai daerah tersebut. Kita mengatakan,

‫ﻓﻼن اﺳﺗوﻟﻰ ﻋﻠﻰ ذﻟك اﻟﺑﻼد‬

“Dia sudah berhasil menguasai negeri tersebut.”

Ini makna istaula.

Apakah Allāh, kita sifati dengan istaula? Yaitu bahwasanya Allāh sebelumnya tidak
menguasai Arsy, kemudian setelah itu Allāh menguasai Arsy? Maka ini makna yang
bathil, makna yang tidak benar.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 62 of 106

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berkuasa dari sejak dahulu, bagaimana seseorang ridha
mensifati Allāh dengan istaula? Karena istaula maknanya "sebelumnya tidak berkuasa
kemudian berkuasa”, sedangkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla berkuasa dari sejak
dahulu.
Ini makna yang bathil.

Kemudian seandainya seseorang mentakwil dengan istaula maka dia tidak bisa lari dari
tasybih (penyerupaan). Kenapa? Karena beberapa orang mereka mentakwil istawa
menjadi istaula takut untuk menyerupakan Allāh dengan makhluk.

Ketika dia mensifati Allāh dengan istaula, apakah dia bisa terlepas dari tasybih ini?

Jawabannya, tidak. Karena makhluk juga istaula, seperti yang tadi kita sebutkan
seorang raja menguasai kerajaan yang lain maka dia istaula. Berarti makhluk juga
istaula.

Kalau kita mensifati Allāh dengan istaula sesuai dengan kaidah mereka, berarti kita
menyerupakan Allāh dengan makhluk. Sehingga dengan dia mentakwil istawa dengan
istaula ini tidak menyelesaikan masalah.

Yang menyelesaikan masalah hanyalah kalau kita mengikuti Al-Qur'an.

‫س َﻛﻣ ِۡﺛﻠِﮫِۦ َﺷ ۡﻲء‬


َ ‫َﻟ ۡﯾ‬

"Tidak ada yang serupa dengan Allāh.” [QS Asy-Syura': 11]

Kita tetapkan Allāh beristiwa’ sesuai dengan keagungan-Nya tidak sama dengan
istiwanya makhluk. Selesai, ringkas sekali sebenarnya aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama'ah.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan in
sya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya, pada waktu dan
keadaan yang lebih baik.

‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈••••○○○••••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 63 of 106

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _JUM’AT_
| 05 Shafar 1444 H
| 02 September 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-60*
📖 _Ma'iyyatullah atau Kebersamaan Allāh Ta'ala Bagian Ketiga_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ وﻣن واﻻه‬،‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و اﺻﺣﺎﺑﮫ‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Beliau mengatakan:

‫ ﻷﻧﮫ وﺻف ﷲ ﺑﻣﺎ ﻻ ﯾﻠﯾق ﻣن اﻟﻧﻘﺎﺋص‬،‫و ﻧرى أن ﻣن ﻗﺎل ذﻟك ﻓﮭو ﻛﺎﻓر أو ﺿﺎل‬

Dan kami memandang, kami berpendapat yaitu Ahlus Sunnah, bahwasanya orang yang
mengatakan demikian yaitu, “Allāh bersama dengan makhluk-Nya di bumi” maka dia
adalah orang yang kafir.

Apabila terpenuhi syarat-syarat takfir, orang yang mengatakan bahwasanya Allāh ada di
bumi bersama makhluk-Nya, maka bisa menjadi orang yang keluar dari agama Islam.

Baligh, kemudian berakal, tidak dipaksa, tidak mentakwil, dan dia mengingkari tentang
istiwa’ Allāh di atas Arsy, ketinggian Allāh. Kemudian mengatakan bahwasanya Allāh
Subhānahu wa Ta’āla bersama makhluk, bersama manusia, bersama hewan
maksudnya adalah di bumi, bersama hewan, bersama manusia, bersama jin, maka ini
adalah sifat-sifat yang kekurangan bagi Allāh.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 64 of 106


Mensifati Allāh dengan sifat kekurangan, maka ini bisa menjadi orang yang keluar dari
agama Islam, apabila terpenuhi syarat-syaratnya.

‫أو ﺿﺎل‬

"Atau minimal dia adalah orang yang sesat.”

Apabila dia tidak terpenuhi syarat-syarat takfir di sini maka dia bisa menjadi orang yang
sesat.

Jadi ada dua kemungkinan, bisa kafir kalau terpenuhi syarat-syarat takfir dan ini adalah
bukan perkara yang ringan dan para ulama mujtahidun merekalah yang berhak untuk
mengeluarkan hukum ini dan Ahlus Sunnah sangat berhati-hati sekali dengan masalah
takfir ini.

Di sana ada syarat-syarat yang harus terpenuhi dan di sana harus ternafi'kan dari ‫اﻟـﻣواﻧـﻊ‬
(hal-hal yang menghalangi) atau yang kedua kemungkinan dia adalah orang yang
sesat. Tidak sampai pada kekafiran tetapi adalah orang yang sesat karena,

‫ﻷﻧﮫ وﺻف ﷲ ﺑﻣﺎ ﻻ ﯾﻠﯾق ﻣن اﻟﻧﻘﺎﺋص‬

"Karena dia telah mensifati Allāh dengan sesuatu yang tidak pantas bagi Allāh berupa
‫ ﻧﻘﺎﺋص‬- sifat-sifat kekurangan.

Karena kita adalah makhluk yang serba kekurangan, kita juga ada kotoran, ada tempat-
tempat yang itu adalah tempat-tempat yang najis, tempat-tempat yang kotor.
Bagaimana kita katakan bahwasanya Allāh bersama makhluk di bumi dengan segala
jenis makhluk yang ada di bumi, ada yang shalih, ada yang tidak shalih, ada yang najis,
ada yang tidak najis, bagaimana kita mensifati Allāh dengan sifat-sifat yang merupakan
sifat yang ‫ﻧﻘﺎﺋص‬.

Maka seorang mukmin, ‫ ﺗﺳﺑﯾﺢ‬- mensucikan Allāh dari segala sifat kekurangan.

Untuk menutup apa yang kita sampaikan pada kesempatan kali ini perlu kita sampaikan
bahwa ma'iyyatullah ini selain ada di sana ma'iyyah yang ‘āmah (ma'iyyah yang umum)
di sana ada ma'iyyah yang khusus.

Ma'iyyah yang khusus, ini Allāh khususkan bagi orang-orang tertentu saja. Kalau yang
umum tadi seluruhnya, yaitu ilmu Allāh, yang kafir maupun yang mukmin, yang fasiq
maupun yang shalih semuanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla bersama mereka dengan
ilmu-Nya.

Tapi di sana ada kebersamaan Allāh yang khusus yaitu kebersamaan Allāh yang di
antara konsekuensinya adalah Allāh menolong mereka, Allāh memudahkan urusan
mereka, dan inilah yang dimaksud dengan kebersamaan yang khusus. Ini Allāh berikan

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 65 of 106

kepada sebagian makhluk seperti misalnya orang-orang yang bertakwa. Allāh


Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

َ ‫ِﯾن ٱ ﱠﺗ َﻘو ْا وﱠ ٱﻟﱠذ‬


َ ‫ِﯾن ھُم ﻣ ۡﱡﺣﺳِ ُﻧ‬
‫ون‬ َ ‫إِنﱠ ﱠ‬
َ ‫ َﻣ َﻊ ٱﻟﱠذ‬N‫ٱ‬

"Sesungguhnya, Allāh bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang


berbuat kebaikan." [QS. An-Nahl: 128]

Bersama orang-orang yang bertakwa, maksudnya adalah dengan ilmu-Nya tadi,


ditambah lagi dengan pertolongan Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Allāh menolong mereka,
memudahkan urusan mereka menjaga mereka dan Allāh mengatakan:

‫ﯾن‬ ‫ َﻣ َﻊ ٱﻟ ٰ ﱠ‬N‫ٱ‬
َ ‫ﺻ ِﺑ ِر‬ َ ‫إِنﱠ ﱠ‬

"Sesungguhnya Allāh bersama orang-orang yang bersabar." [QS Al-Baqarah: 153]

Orang-orang yang bersabar, Allāh bersama mereka, menolong mereka, menjaga


mereka, memelihara mereka, maka ini adalah ma'iyyah yang khusus. Allāh berikan
kepada sebagian orang saja. Adapun ma'iyyah yang umum tadi yaitu ilmu maka ini
untuk semua manusia.

In sya Allāh, itu penjelasan dari kami berkaitan dengan sifat ma'iyyatullah Subhanahu
wa Ta'ala yang disebutkan oleh pengarang Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin di
dalam kitab ini.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan kita semuanya kemudahan untuk bisa
memahami agama ini dan memberikan kita istiqomah dan ketetapan hati dalam
mengarungi kehidupan ini khususnya di zaman yang penuh dengan fitnah ini, maka di
antara cara untuk membentengi diri dari fitnah adalah dengan membekali diri kita
dengan ilmu agama khususnya tentang masalah aqidah.

Demikian, wallahu ta'ala a’lam. Dan sampai bertemu kembali pada pertemuan yang
selanjutnya.

‫ اﻟﺗوﻓﯾق و اﻟﮭداﯾﺔ‬N‫وﺑﺎ‬
‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈••••○○○••••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 66 of 106

🌐 *WAG Dirosah Islamiyah*


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _SENIN_
| 08 Shafar 1444 H
| 05 September 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-61*
📖 _Allāh Subhānahu wa Ta’āla Turun Ke Langit Dunia (Bagian 1)
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ وﻣن واﻻه‬،‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و اﺻﺣﺎﺑﮫ‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Beliau rahimahullah mengatakan:

‫وﻧؤﻣن ﺑﻣﺎ أﺧﺑر ﺑﮫ ﻋﻧﮫ رﺳو ﻟﮫ ﷺ أﻧﮫ ﺑﻧزل ﻛل ﻟﯾﻠﺔ إﻟﻰ اﻟﺳﻣﺎء اﻟدﻧﯾﺎ ﺣﯾن ﯾﺑﻘﻰ ﺛﻠث اﻟﻠﯾل اﻷﺧﯾر‬

"Dan kami (Ahlus Sunnah wal Jama'ah) beriman (percaya, meyakini, tidak ragu-ragu)
dengan apa yang dikabarkan oleh Rasulullah ‫"ﷺ‬

Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam datang sebagai seorang Rasul, dan di antara yang
beliau bawa adalah kabar-kabar (berita-berita) dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Maka
kita sebagai seorang Ahlus Sunnah yang mengaku bersyahadah (bersaksi)
bahwasanya beliau adalah seorang Rasulullah harus meyakini dan percaya dengan
setiap apa yang beliau kabarkan.

Terkadang beliau mengabarkan tentang berita-berita yang sudah berlalu, kisah-kisah


yang telah berlalu, yang sudah ratusan tahun atau ribuan tahun yang lalu, maka kita
membenarkan beliau ‫ ﻧؤﻣن ﺑﮫ‬kita beriman dengan apa yang beliau sampaikan.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 67 of 106

Terkadang beliau mengabarkan tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan
datang, manusia pada asalnya tidak mengetahui yang demikian. Ini adalah kekhususan
Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Tapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla terkadang memberi tahu sebagian dari perkara yang
akan terjadi di masa yang akan datang ini kepada para nabi-Nya. Termasuk di
antaranya yang beliau kabarkan adalah tentang sifat-sifat Allāh.

Maka apabila beliau shallallahu 'alayhi wa sallam mengabarkan tentang sebagian sifat
Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka kita harus membenarkan dan wajib bagi kita untuk
membenarkan.

Karena beliau shallallahu 'alayhi wa sallam adalah:

‫ ﷻ‬N‫أﻋﻠم اﻟﻧﺎس ﺑﺎ‬

⑴ Beliau adalah manusia yang paling mengenal Allāh Azza wa Jalla, tidak ada manusia
yang lebih mengenal Allāh daripada Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam.

‫اﺻدق اﻟﻧﺎس‬

⑵ Beliau adalah manusia yang paling jujur, tidak pernah beliau berdusta meskipun
hanya sekali.

Oleh karena itu orang-orang Quraisy ketika Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam di awal
dakwahnya mengatakan kepada mereka, "Bagaimana pendapat kalian seandainya aku
mengabarkan kepada kalian bahwasanya ada pasukan yang akan menyerang kalian?".
Dan beliau berada di atas bukit Shafa saat itu.

Seandainya di balik bukit ini ada pasukan yang akan menyerang kalian,

‫أﻛﻧﺗم ﻣﺻدﻗﻲ؟‬

“Apakah kalian akan membenarkan diriku?”

Maka orang-orang Quraisy yang mereka sangat mengenal sekali Nabi Muhammad
shallallahu 'alayhi wa sallam, mengenal sekali Muhammad Ibnu Abdillah Ibnu Abdil
Muthalib. Mereka mengatakan dan tidak ada di antara mereka menyelisihi.

ً ‫َﻣﺎ َﺟرﱠ ْﺑ َﻧﺎ َﻋ َﻠ ْﯾ َﻛم ﻛذﺑﺎ‬

"Kami tidak pernah melihat engkau berdusta.”

Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam dikenal sebagai seorang yang al-amin (orang yang
shadiq) ‫ اﺻدق اﻟﻧﺎس‬adalah Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 68 of 106

⑶ Beliau adalah orang yang paling fasih, orang yang bisa mengungkapkan sesuatu
sesuai dengan hakikatnya adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alayhi wa sallam.

⑷ Beliau adalah orang yang paling amshah, orang yang paling menginginkan kebaikan
bagi manusia. Hatinya lembut (bersih) tidak menginginkan kejelekan bagi manusia.

Orang yang sangat menginginkan kebaikan bagi manusia, bagi orang yang melihat
sirah beliau, membaca perjalanan hidup beliau maka akan mengetahui yang demikian.
Sehingga terkumpul di dalam ucapan beliau tiga sifat ini atau di dalam diri beliau tiga
sifat ini.

Beliau adalah orang yang paling mengetahui tentang Allāh dan beliau adalah orang
yang paling jujur, tidak dusta di dalam ucapannya dan ucapan beliau adalah ucapan
yang paling jelas yang paling mengungkapkan kenyataan dan beliau adalah orang yang
paling amshah orang yang paling menasehati manusia, orang yang paling bersih
hatinya.

Maka tidak ada ‫( ﺣـﯾﻠﺔ‬alasan) bagi seseorang untuk menolak kabar dari beliau shallallahu
'alayhi wa sallam. Kalau kabar tersebut datang dari orang yang bodoh meskipun dia
jujur, tidak kita terima. Kita tidak meragukan kejujurannya tetapi karena dia adalah
orang yang jahil dikhawatirkan dia salah berbicara. Maka tidak bisa kita terima kabarnya
begitu saja.

Seandainya dia mengetahui tetapi dia tidak jujur, juga demikian. Pintar tetapi dia
bohong. Dikenal kebohongannya maka tidak bisa kita membenarkan ucapannya.

Dia pintar dan dia adalah orang yang jujur tetapi dia tidak bisa berbicara, tidak fasih di
dalam mengungkapkan sebuah perkara, sehingga terkadang salah-salah di dalam
mengungkapkan. Dia ingin mengungkapkan A (misalnya) tetapi bicaranya B, ini juga
kita tidak bisa membenarkan ucapannya meskipun dia adalah orang yang pandai,
meskipun dia adalah orang yang jujur tetapi yang kita khawatirkan dia salah dalam
berbicara.

Ini semua di dalam diri Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam sempurna.

Makanya seorang muslim membenarkan apa yang beliau kabarkan. Termasuk di


antaranya adalah tentang sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Di antara yang beliau
kabarkan kepada kita:

‫أﻧﮫ ﺑﻧزل ﻛل ﻟﯾﻠﺔ إﻟﻰ اﻟﺳﻣﺎء اﻟدﻧﯾﺎ‬

"Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla turun setiap malam ke langit dunia.”

‫ﺣﯾن ﯾﺑﻘﻰ ﺛﻠث اﻟﻠﯾل اﻷﺧﯾر‬

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 69 of 106

"Ketika sudah tersisa sepertiga malam yang terakhir.”

Ini di antara sifat yang dikabarkan oleh Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam di dalam
hadits yang shahih. Turun sesuai dengan keagungan-Nya.

• Pertama kita harus tetapkan sebagaimana sifat ini datang dari Nabi shallallahu 'alayhi
wa sallam, maka harus kita tetapkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla turun.

• Kedua harus kita yakini bahwasanya turunnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla ini sesuai
dengan keagungan-Nya. Tidak sama dengan turunnya makhluk.

Turunnya di sini sesuai dengan keagungan Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak sama
dengan turunnya makhluk.

Kita kembali ke kaidah:

‫ْس َﻛﻣ ِْﺛﻠِﮫِۦ َﺷﻰْ ٌء‬


َ ‫َﻟﯾ‬

"Tidak ada yang serupa dengan Allāh.”

Ini adalah kaidah umum.

Makanya yang terpatri dalam diri seorang yang beriman datang kabar dari Nabi
shallallahu 'alayhi wa sallam tentang sifat Allāh dia paham bahwasanya sesuai dengan
keagungan Allāh. Tidak sama dengan turunnya makhluk sehingga jangan dibayangkan
turunnya Allāh sama dengan turunnya makhluk.

ۖ ‫ْس َﻛﻣ ِْﺛﻠِﮫِۦ َﺷﻰْ ٌء‬


َ ‫َﻟﯾ‬

"Tidak ada yang serupa dengan Allāh.”

Tidak bisa kita bayangkan, tidak boleh kita taqyif, kita bagaimanakan. Oleh karena itu
kalau kita sudah tahu bahwasanya ini sesuai dengan keagungan Allāh, tidak perlu di
sana ada pertanyaan.

Misalnya: "Apakah ketika Allāh turun Arsy ini menjadi kosong atau tidak kosong?"

Atau seperti yang diucapkan oleh sebagian. "Kalau Allāh turun pada sepertiga malam
yang terakhir berarti Allāh turun terus.”

Karena kalau di sini sudah berlalu sepertiga malam yang terakhir nanti daerah yang lain
sepertiga malam juga, daerah yang selanjutnya juga demikian.

Sehingga sebagian ada yang menolak turunnya Allāh dengan argumen-argumen


aqliyyah seperti ini. Ini dibangun karena sebelumnya sudah ada tasybih,

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 70 of 106

membayangkan bahwasanya turunnya Allāh sama dengan turunnya makhluk. Kita


katakan, "Tidak!"

Allāh Subhānahu wa Ta’āla turun sebagaimana dikabarkan oleh Nabi shallallahu 'alayhi
wa sallam, tapi turunnya Allāh sesuai dengan keagungan-Nya.

Apa yang tadi dipertanyakan. "Apakah Arsy kosong atau tidak kosong" berarti nanti
Allāh Subhānahu wa Ta’āla terus turun karena sepertiga malam yang terakhir ini
berpindah-pindah.

Ini tidak perlu lagi dipertanyakan karena itu adalah turunnya makhluk. Yang ada di
dalam hadits ini adalah turunnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla yaitu sesuai dengan
keagungannya sehingga tidak masalah bagi Ahlus Sunnah.

Mereka menerima kabar dari Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam dan mengatakan
"Sami'na Wa Atho'na" (kami mendengar dan kami taat).

Selama hadits ini adalah shahih dan hadits ini adalah shahih diriwayatkan oleh Bukhari
dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.

Tidak ada keraguan di dalam diri seorang muslim bahwasanya ini adalah benar dan
beliau shallallahu 'alayhi wa sallam,

َ ‫ﻲ ﯾ‬ٞ ‫َو َﻣﺎ ﯾَﻧطِ ُق َﻋ ِن ۡٱﻟ َﮭ َو ٰ ٓى ۞ إِ ۡن ھ َُو إِ ﱠﻻ َو ۡﺣ‬


‫ُوﺣ ٰﻰ‬

"Tidak berbicara dari hawa nafsunya, tidaklah apa yang beliau ucapkan kecuali wahyu
yang diwahyukan kepada beliau shallallahu 'alayhi wa sallam.” [QS An-Najm: 3-4]

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan in
sya Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya, pada waktu dan
keadaan yang lebih baik.

‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 71 of 106

🌐 WAG Dirosah Islamiyah


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _SELASA_
| 09 Shafar 1444 H
| 06 September 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-62*
📖 _Allāh Subhānahu wa Ta’āla Turun Ke Langit Dunia Bagian 2_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ وﻣن واﻻه‬،‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و اﺻﺣﺎﺑﮫ‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ta'ala.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh. Beliau rahimahullah mengatakan,

‫ﻛل ﻟﯾﻠﺔ إﻟﻰ اﻟﺳﻣﺎء اﻟدﻧﯾﺎ‬

"Kelangit dunia.”

Ini yang dimaksud dengan langit dunia adalah langit yang paling dekat, karena langit
ada tujuh dan langit yang paling dekat dengan kita dinamakan dengan ‫اﻟــﺳﻣﺎء اﻟــدﻧــﯾﺎ‬, ”langit
yang paling dekat”.

Kemudian ucapan beliau, ‫ﻛل ﻟﯾﻠﺔ‬, ”setiap malam”.

Yang dimaksud malam, ini pendapat yang kuat atau yang lebih kuat yang namanya
malam ini dimulai dari waktu maghrib, diakhiri dengan terbitnya fajar, inilah yang
dimaksud dengan malam.

‫ﺣﯾن ﯾﺑﻘﻰ ﺛﻠث اﻟﻠﯾل اﻷ ﺧﯾر‬

"Ketika masih tersisa sepertiga malam yang terakhir.”

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 72 of 106


Kalau kita ingin mengetahui sepertiga malam yang terakhir, berarti dihitung dulu dari
maghrib sampai subuh. Maghribnya jam berapa, subuhnya jam berapa. Kemudian kita
hitung berapa jam.

Kalau totalnya adalah misalnya sembilan jam berarti dibagi tiga, tiga jam, tiga jam, tiga
jam. Tiga jam yang terakhir sampai subuh itulah sepertiga malam yang terakhir. Di
situlah Allāh Subhānahu wa Ta’āla turun ke langit dunia sesuai dengan keagungan Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian,

: ‫ﻓﯾﻘول‬

Allāh mengatakan,

‫ﯾب َﻟ ُﮫ َﻣنْ َﯾﺳْ ﺄَﻟُﻧِﻲ َﻓﺄُﻋْ طِ َﯾ ُﮫ َﻣنْ َﯾﺳْ َﺗ ْﻐ ِﻔ ُرﻧِﻲ َﻓﺄ َ ْﻏﻔ َِر َﻟ ُﮫ‬
َ ‫َﻣنْ َﯾدْ ُﻋوﻧِﻲ َﻓﺄَﺳْ َﺗ ِﺟ‬

"Siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan mengabulkannya. Siapa yang meminta
kepada-Ku maka Aku akan memberinya, siapa yang memohon ampun kepada-Ku
sehingga Aku akan mengampuni dosanya.”

Allāh akan mengucapkan ucapan ini ketika Allāh Subhānahu wa Ta’āla turun di
sepertiga malam yang terakhir dan ini menunjukkan tentang bahwasanya sepertiga
malam yang terakhir adalah waktu yang mustajab.

Sehingga disunnahkan dan dianjurkan sekali kita bangun di waktu tersebut, ketika
manusia dalam keadaan lelap dengan tidurnya, seseorang berwudhu meninggalkan
kenikmatan sesaatnya.

Berdiri di hadapan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, bermunajat, berdo'a, mengadukan


seluruh permasalahannya kepada Allāh, permasalahan yang berkaitan dengan dunia
dan juga meminta kepada Allāh kebaikan akhirat, menangis di hadapan Allāh,
memohon ampun, maka ini adalah sebuah keutamaan.

Di saat itulah Allāh Subhānahu wa Ta’āla turun dan Allāh akan mengucapkan ucapan-
Nya. "Siapa yang meminta kepada-Ku atau berdo'a kepada-Ku kemudian Aku akan
mengabulkan do'anya"

Karena itu saudara dan juga saudari sekalian, siapa di antara kita yang tidak memiliki
hajat, masing-masing kita punya keinginan atau bahkan seorang di antara kita disuruh
menulis keinginannya di sebuah buku tulis misalnya, niscaya di sana akan ada
berlembar-lembar halaman yang isinya adalah keinginan kita, angan-angan kita.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 73 of 106

Maka ini kesempatan bagi kita untuk mendapatkan doa yang mustajab. Allāh yang
menjanjikan. Tinggal kita mau bangun, mengangkat kedua tangan kita meminta kepada
Allāh.

Bagi orang yang kesulitan masalah rezeki, bagi orang yang masih belum mendapatkan
jodoh, bagi orang yang sakit, bagi orang yang kesulitan dalam mendidik anak-anaknya,
dan seluruh permasalahan yang dia miliki, bangun di sepertiga malam yang terakhir,
shalat untuk Allāh Subhanahu wa Taala, berdoa kepada Allāh, janji dari Allāh
Subhānahu wa Ta’āla

‫َﻣنْ َﯾﺳْ ﺄَﻟُﻧِﻲ َﻓﺄُﻋْ طِ َﯾ ُﮫ‬

"Siapa yang meminta kepada-Ku kemudian Aku akan memberikan kepadanya.”

Ada yang mengatakan perbedaan antara berdoa dengan meminta, kalau berdoa itu
mengatakan misalnya,

‫اﻟﻠﮭم ارزﻗﻧﻲ‬

"Ya Allāh, berikanlah aku rezeki.”

Tapi kalau meminta mengatakan,

‫اَﻟ ٰﻠّ ُﮭ ﱠم ِا ﱢﻧﻰْ اَﺳْ ﺄَﻟُ َك‬

"Ya Allāh aku meminta kepada-Mu.”

Ada yang mengatakan demikian,

‫َﻣنْ َﯾﺳْ ﺄَﻟُﻧِﻲ َﻓﺄُﻋْ طِ َﯾ ُﮫ‬

"Siapa yang meminta kepada-Ku kemudian Aku akan memberikan kepadanya.”

Maka bangun, mintalah kepada Allāh kebaikan dunia dan juga kebaikan akhirat.
Meminta kepada Allāh surga,

ُ َ َ َ
ِ ‫ َوأﻋ ُْوذ ِﺑ َك ﻣ َِن اﻟ ﱠﻧ‬،‫اَﻟﻠﱠ ُﮭ ﱠم إِ ﱢﻧﻲْ أﺳْ ﺄﻟُ َك ْاﻟ َﺟ ﱠﻧ َﺔ‬
‫ﺎر‬

"Ya Allāh aku meminta kepada-Mu surga dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka.”

Meminta kebaikan dunia dan juga akhirat.

Kemudian Allāh mengatakan,

‫َﻣنْ َﯾﺳْ َﺗ ْﻐ ِﻔ ُرﻧِﻲ َﻓﺄ َ ْﻏﻔ َِر َﻟ ُﮫ‬

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 74 of 106

"Siapa yang memohon ampun kepada-Ku kemudian Aku pun akan mengampuni
dosanya.”

Dan siapa di antara kita yang tidak memiliki dosa. Dosa-dosa kita terlalu banyak. Dosa
yang berkaitan dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dalam melaksanakan kewajiban, di
sana ada banyak larangan yang kita langgar ataupun dosa yang berkaitan dengan
orang lain, kepada orang tua, kepada keluarga, kepada istri, kepada anak.

Maka ini saatnya waktu yang tepat untuk memohon ampun kepada Allāh. Tentunya
kalau dosa tersebut berkaitan dengan hak orang lain, sebagaimana yang kita ketahui
harus kita mengembalikan hak tersebut. Kalau kita memang pernah menyakiti
kehormatannya maka kita harus meminta maaf, minta untuk dihalalkan. Kalau itu
berupa harta benda maka itu kita harus kembalikan dan seterusnya.

‫َﻣنْ َﯾﺳْ َﺗ ْﻐ ِﻔ ُرﻧِﻲ َﻓﺄ َ ْﻏﻔ َِر َﻟ ُﮫ‬

"Siapa yang memohon ampun kepada-Ku maka Aku pun akan mengampuni dosanya.”

Hadits ini shahih diriwayatkan oleh Bukhari dan juga Muslim dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ta'ala anhu.

Ada sebagian saudara kita ُ‫ َھــــدَ اھُــــم ﷲ‬, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan
petunjuk kepada mereka dan kita semuanya tentunya, yang mereka menolak sifat Allāh
Subhānahu wa Ta’āla ‘nuzul’ (turun), mereka mengatakan, "Kalau Allāh turun berarti
Allāh Subhānahu wa Ta’āla di bawah"

Kemudian akhirnya mereka mentakwil, dan mengatakan, “Yang turun disini adalah
malaikat, atau yang turun di sini adalah perintah Allāh”.

Kita katakan bahwasanya hadits yang ada ini atau yang datang kepada kita ini
disebutkan di situ yang turun adalah Allāh,

‫َﯾ ْﻧ ِز ُل َر ﱡﺑ َﻧﺎ‬

"Rabb kita turun.”

Jelas bahwasanya yang turun di sini adalah Allāh, yang disifati di sini adalah Allāh
Subhānahu wa Ta’āla. Bagaimana seseorang mengatakan yang turun adalah malaikat-
Nya atau perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian yang kedua, di sini disebutkan ucapan

َ ‫َﻣنْ َﯾدْ ُﻋوﻧِﻲ َﻓﺄَﺳْ َﺗ ِﺟ‬


‫ﯾب َﻟ ُﮫ‬

"Siapa yang berdoa kepada-Ku"

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 75 of 106

‫َﻣنْ َﯾﺳْ ﺄَﻟُﻧِﻲ‬

"Siapa yang meminta kepada-Ku.”

‫َﯾﺳْ َﺗ ْﻐ ِﻔ ُرﻧِﻲ‬

"Siapa yang memohon ampun kepada-Ku.”

Yang mengucapkan ucapan ini yang berhak hanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Apakah malaikat berhak untuk mengucapkan hal ini?

‫َﻣنْ َﯾدْ ُﻋوﻧِﻲ‬

Tidak boleh. Doa adalah ibadah, istighfar juga demikian. Apakah perintah Allāh
mengucapkan ucapan ini ? Tidak. Menunjukkan bahwasanya yang mengucapkan
ucapan ini yang turun adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Karena ucapan ini tidak
mungkin mengucapkan ucapan ini kecuali Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sehingga yang mentakwil nuzul di sini sebagai turunnya malaikat atau perintah Allāh
Subhānahu wa Ta’āla maka ini tidak benar dan bertentangan dengan dalil dan juga
kaidah dan tidak perlu seseorang untuk lari dari tasybih kemudian dia mentakwil.
Sebagaimana yang sering kita ulang-ulang cukup kita meyakini Allāh Subhānahu wa
Ta’āla turun sesuai dengan keagungan-Nya tidak sama dengan turunnya makhluk.

Dengan demikian kita,


• Pertama kita menetapkan sifat tersebut. Ini adalah bagian dari keimanan kita kepada
Allāh, kemudian yang,

• Kedua adalah kita mengatakan sesuai dengan keagungan Allāh, berarti kita sudah
tidak mentasybih Allāh, kita tidak menyerupakan Allāh dengan makhluk

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, dan in
syaa Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya pada waktu dan keadaan
yang lebih baik

‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈••••○○○••••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 76 of 106


🌐 WAG Dirosah Islamiyah


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _RABU_
| 10 Shafar 1444 H
| 07 September 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-63*
📖 _Allāh Subhānahu wa Ta’āla Datang Pada Hari Kiamat Bagian 1_
~•~•~•~•~•~•~•~•~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ وﻣن واﻻه‬،‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و اﺻﺣﺎﺑﮫ‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Beliau rahimahullah mengatakan:

َ ‫ت ۡٱﻷَ ۡرضُ دَ ٗ ّﻛﺎ دَ ٗ ّﻛﺎ ۞ َو َﺟـﺂ َء َر ﱡﺑ‬


‫ـك‬ ۖ ‫ َﻛ ﱠ‬:‫وﻧـؤﻣـن ﺑـﺄﻧـﮫ ﺳـﺑﺣﺎﻧـﮫ و ﺗـﻌﺎﻟـﻰ ﯾـﺄﺗـﻲ ﯾـوم اﻟـﻣﻌﺎد ﻟـﻠﻔﺻل ﺑـﯾن اﻟـﻌﺑﺎد ﻟـﻘوﻟـﮫ ﺗـﻌﺎﻟـﻰ‬
ِ ‫ـﻶ إِ َذا ُد ﱠﻛـ‬
[QS Al-Fajr: 21-23] ۞ ‫ٱﻟذ ۡﻛ َر ٰى‬ َ ٰ ِ‫ﺻ ٗ ّﻔﺎ ۞ َو ِﺟﺎْ ٓي َء َﯾ ۡو َﻣ ِﺋ ِذ ِﺑ َﺟ َﮭ ﱠﻧ ۚ َم َﯾ ۡو َﻣﺋِذٖ َﯾ َﺗ َذ ﱠﻛ ُر ۡٱﻹ‬
‫ﻧﺳنُ َوأَ ﱠﻧ ٰﻰ َﻟ ُﮫ ﱢ‬ َ ‫ﺻ ٗ ّﻔﺎ‬ ُ ‫َو ۡٱﻟ َﻣ َﻠ‬
َ ‫ك‬

Dan kami (Ahlus Sunnah) beriman (percaya, meyakini) bahwasanya Allāh Subhānahu
wa Ta’āla datang pada hari ketika manusia dikembalikan yaitu yaumul qiyamah.

Ketika manusia dikumpulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla di padang Mahsyar


seluruhnya dari yang awal sampai yang akhir (dari Nabi Adam alayhissalam sampai
manusia yang terakhir).

Jin juga demikian dikumpulkan oleh Allāh. Tidak ada di antara mereka yang ketinggalan
seorangpun, bahkan hewan-hewan (binatang-binatang) juga dikumpulkan oleh Allāh.
Demikian pula para malaikat dikumpulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla semuanya.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 77 of 106

Oleh karena itu, ini adalah perkumpulan yang akbar (perkumpulan yang paling besar),
semuanya kumpul jadi satu (manusia, jin, malaikat, hewan-hewan) semuanya yang kita
tidak mengetahui jumlahnya kecuali Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Kumpul semuanya.

Kemudian datang Allāh Subhānahu wa Ta’āla ‫ ﻣــﺎﻟــك اﻟــﻣك‬- yang merajai seluruhnya, yang
telah menciptakan mereka semuanya, yang telah memberikan mereka kehidupan.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan datang di hari tersebut untuk memberikan keputusan
di antara manusia yaitu untuk menghisab mereka. Ini keyakinan Ahlus Sunnah wal
Jama'ah.

Jadi dunia bukan terakhir, kehidupan di alam kubur bukan peristirahatan yang terakhir,
di sana ada yaumul ma'ad, di sana ada hari dimana manusia akan dikembalikan
kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ini keyakinan kita dan in syaa Allāh nanti akan datang pembahasan tentang beriman
dengan hari akhir secara terperinci. In syaa Allāh akan kita bahas ketika syaikh
menyebutkan tentang beriman dengan hari akhir yang merupakan rukun iman yang
ke-6.

Di sini yang akan kita bahas tentang masalah sifat datang bagi Allāh Subhānahu wa
Ta’āla. Allāh akan datang pada hari tersebut. Ini berdasarkan ayat dan juga
berdasarkan hadits di antaranya adalah yang disebutkan oleh pengarang di sini.

‫ت ۡٱﻷَ ۡرضُ دَ ٗ ّﻛﺎ دَ ٗ ّﻛﺎ‬ ۖ ‫ َﻛ ﱠ‬:‫ﻟﻘوﻟﮫ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


ِ ‫ﻶ إِ َذا ُد ﱠﻛ‬

"Sekali-kali (tidak kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla), apabila bumi digoncangkan dengan
segoncang-goncangnya.” [QS Al-Fajr: 21]

Bumi yang kita tempati ini akan digoncangkan (digetarkan) gempa dengan getar yang
segetar-getarnya (segoncang-goncangnya), sehingga tidak ada di sana gunung, tidak
ada di sana lembah, tidak ada di sana batu, menjadi rata dan ini adalah pendapat
sebagian ulama.

Mengatakan bahwasanya, "Tempat dikumpulkannya manusia di hari tersebut adalah


bumi ini hanya saja berbeda sifatnya".

Para ulama berselisih pendapat tentang firman Allāh:

ِ ْ‫َﯾ ْو َم ُﺗ َﺑ ﱠد ُل ْٱﻷَرْ ضُ َﻏﯾ َْر ْٱﻷَر‬


ُ ‫ض َوٱﻟ ﱠﺳ َﻣ ٰـ ٰ َو‬
‫ت‬

"Pada hari dimana akan diganti bumi selain bumi ini.” [QS Ibrahim: 48]

Ada yang mengatakan akan didatangkan bumi yang lain dan ada yang mengatakan
buminya sama akan tetapi berbeda sifatnya. Sebelumnya (mungkin) ada pohon, ada
gunung, ada lembah, ada berbagai makhluk, bangunan, benda dan seterusnya maka di

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 78 of 106

hari tersebut akan hilang. Yang ada adalah tempat yang rata tidak ada gunung, tidak
ada lembah, tidak ada tanda bagi manusia.

Kemudian Allāh mengatakan:

‫ﺻ ٗ ّﻔﺎ‬
َ ‫ﺻ ٗ ّﻔﺎ‬ ُ ‫ﱡك َو ۡٱﻟ َﻣ َﻠ‬
َ ‫ك‬ َ ‫َو َﺟﺂ َء َرﺑ‬

"Dan akan datang Rabb-Mu”, di sini syahidnya ‫ﱡك‬


َ ‫َو َﺟﺂ َء َرﺑ‬

Maka harus kita yakini, kita beriman bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan
datang pada hari tersebut. Sesuai dengan keagungan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, tidak
sama dengan datangnya kita sebagai seorang makhluk.

Kembali kita kepada kaidah yang disebutkan di dalam ayat

‫ْس َﻛﻣ ِْﺛﻠِﮫِۦ َﺷﻰْ ۭ ٌء‬


َ ‫َﻟﯾ‬

"Tidak ada yang serupa dengan Allāh.”

Kita tetapkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan datang di hari tersebut.

‫ﺻ ٗ ّﻔﺎ‬
َ ‫ﺻ ٗ ّﻔﺎ‬ ُ ‫َو ۡٱﻟ َﻣ َﻠ‬
َ ‫ك‬

“Dan malaikat juga akan bershaf-shaf.” [QS Al-Fajr: 22]

Allāh Subhānahu wa Ta’āla datang, malaikat juga didatangkan oleh Allāh dan mereka
bershaf-shaf (berbaris). Ada yang mengatakan bahwasanya mereka (malaikat) akan
mengitari manusia dan juga jin yang dikumpulkan (mengelilingi) mereka.

Shaf yang pertama adalah malaikat yang tinggal di langit yang pertama. Kemudian shaf
kedua, dan ini lebih banyak lagi malaikatnya, karena langit yang kedua lebih besar
daripada langit yang pertama, mereka bershaf-shaf. Shaf ketiga adalah malaikat yang
tinggal di langit yang ketiga. Dan seterusnya, sehingga di sana ada 7 shaf.

Mereka mengitari manusia dan juga jin yang dikumpulkan oleh Allāh pada hari tersebut.

‫َو ِﺟﺎْ ٓي َء َﯾ ۡو َﻣ ِﺋ ۭ ِذ ِﺑ َﺟ َﮭ ﱠﻧ ۚ َم‬

"Pada hari tersebut akan didatangkan Jahannam.”

Manusia di padang mahsyar dan mereka dalam keadaan takut dalam keadaan mereka
menunggu hari keputusan dan masing-masing mereka mengingat apa yang sudah
mereka kerjakan di dunia. Di antara yang menambah takut mereka adalah didatangkan
Jahannam saat itu.

Di dalam sebuah hadits Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam mengatakan:

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 79 of 106

‫ﯾؤﺗﻰ ﺑﺟﮭﻧم ﯾوﻣﺋذ ﻟﮭﺎ ﺳﺑﻌون أﻟف زﻣﺎم ﻣﻊ ﻛل زﻣﺎم ﺳﺑﻌون أﻟف ﻣﻠك ﯾﺟروﻧﮭﺎ‬

"Akan didatangkan pada hari tersebut dengan Jahannam dan dia memiliki 70 ribu tali
kekang (tali yang digunakan untuk menyeret Jahannam).

Jahannam saat itu memiliki 70 ribu tali kekang dan ini adalah jumlah yang banyak.
Kemudian beliau shallallahu 'alayhi wa sallam mengatakan: "Bahwasanya setiap tali
kekang yang jumlahnya 70 ribu dipegang oleh 70 ribu malaikat"

Berarti 70 ribu malaikat memegang satu tali kekang dan jumlah tali kekang Jahannam
saat itu adalah 70 ribu tali kekang. Maka ini adalah jumlah yang sangat banyak sekali,
kurang lebih 4.9 milyar.

Mereka adalah jumlah malaikat yang sangat banyak dan ini menunjukkan kepada kita
tentang;

⑴ Banyaknya malaikat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.


⑵ Besarnya Jahannam dan beratnya Jahannam, sehingga harus diseret oleh malaikat
sebanyak itu.

Padahal malaikat adalah makhluk Allāh yang kuat tapi ternyata Jahannam diseret dan
ini menunjukkan tentang beratnya Jahannam tadi oleh 4.9 milyar malaikat.

Maka manusia saat itu mereka melihat Jahannam tadi dan ini tentunya semakin
menambah ketakutan mereka.

‫ٱﻟذ ۡﻛ َر ٰى‬ َ ٰ ِ‫َﯾ ۡو َﻣﺋِذٖ َﯾ َﺗ َذ ﱠﻛ ُر ۡٱﻹ‬


‫ﻧﺳنُ َوأَ ﱠﻧ ٰﻰ َﻟ ُﮫ ﱢ‬

Pada hari tersebut manusia akan mengingat, ingat tentang apa yang dilakukan di dunia.

Tentang kekurangan yang dia lakukan di dunia di dalam mentaati Allāh dan juga Rasul-
Nya. Pada hari tersebut mereka ingat.

‫ٱﻟذ ۡﻛ َر ٰى‬
‫َوأَ ﱠﻧ ٰﻰ َﻟ ُﮫ ﱢ‬

Lalu apa faedahnya mengingat pada hari tersebut?

Kalau ingat (misalnya) di hari tersebut, "Yaa Allāh, kenapa dahulu di dunia tidak
demikian dan demikian”. "Kenapa dahulu tidak mentaati suami”. "Kenapa dahulu di
dunia tidak berbakti kepada kedua orang tua”. "Kenapa dahulu di dunia tidak shalat"

Thayyib. Apakah ada manfaatnya pada hari tersebut? Tidak ! Waktu sudah berlalu
(sudah habis), kita sudah diberikan kesempatan di dunia.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 80 of 106

‫ٱﻟذ ۡﻛ َر ٰى‬
‫َوأَ ﱠﻧ ٰﻰ َﻟ ُﮫ ﱢ‬

Tidak ada faedahnya saat itu mengingat kembali apa yang sudah terjadi di dunia. Ini
menunjukkan bahwasanya yang bermanfaat adalah sekarang ini. Kalau kita ingat
sekarang ini, maka ini akan bermanfaat.

Ingat tentang dosa kita, kemudian kita beristighfar memperbaiki amal shalih
mendekatkan diri kepada Allāh, ini yang bermanfaat. Bertaubat, beristighfar, tapi kalau
sudah di akhirat kemudian seseorang mengingat apa yang dia lakukan di dunia maka
ini sudah tidak ada manfaatnya.

‫ٱﻟذ ۡﻛ َر ٰى‬
‫َوأَ ﱠﻧ ٰﻰ َﻟ ُﮫ ﱢ‬

Bagaimana akan bermanfaat bagi dia mengingat pada hari tersebut.

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan in
syaa Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya, pada waktu dan
keadaan yang lebih baik.

‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 81 of 106


🌐 WAG Dirosah Islamiyah


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _KAMIS_
| 11 Shafar 1444 H
| 08 September 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-64*
📖 _Allāh Subhānahu wa Ta’āla Datang Pada Hari Kiamat Bagian 2_
~~~•~~~•~~~•~~~

ّ ‫ﺑﺳم‬
‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬
ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ وﻣن واﻻه‬،‫ واﻟﺻﻼة واﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ رﺳول ﷲ وﻋﻠﻰ آﻟﮫ و اﺻﺣﺎﺑﮫ‬N ‫اﻟﺣﻣد‬

Anggota grup whatsapp Dirasah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allāh.

Kita lanjutkan pembahasan Kitab Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang ditulis oleh
fadhilatul Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah.

Masih kita pada pasal beriman kepada Allāh.

Beliau rahimahullah menyebutkan tentang satu dalil yang menunjukan bahwasanya


Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan datang di hari kiamat sesuai dengan keagungan-Nya.
Di sana ada dalil-dalil lain, yang juga menunjukan tentang sifat ini.

Saya sebutkan di antaranya adalah apa yang Allāh katakan di dalam surat Al-An'am
ayat 158 Allāh mengatakan,

‫ﱢك‬ ِ ‫ﱢك ۗ َﯾ ْو َم َﯾﺄْﺗِﻲ َﺑﻌْ ضُ آ َﯾﺎ‬


َ ‫ت َرﺑ‬ َ ‫ت َرﺑ‬ َ ‫ُون إِ ﱠﻻ أَنْ َﺗﺄْ ِﺗ َﯾ ُﮭ ُم ْاﻟ َﻣ َﻼ ِﺋ َﻛ ُﺔ أَ ْو َﯾﺄْﺗ َِﻲ َرﺑ‬
ِ ‫ﱡك أَ ْو َﯾﺄْﺗ َِﻲ َﺑﻌْ ضُ آ َﯾﺎ‬ َ ‫ظر‬ُ ‫َھ ْل َﯾ ْﻧ‬

Yang artinya, "Mereka tidaklah menunggu kecuali kedatangan malaikat atau


kedatangan Rabb-mu."

Yaitu orang-orang kafir yang mereka tidak beriman kepada Allāh, tidak beriman kepada
hari akhir, mendustakan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Tidaklah mereka
menunggu kecuali kedatangan malaikat yaitu nanti ketika mereka meninggal dunia.
Atau kedatangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

َ ‫أَ ْو َﯾﺄْﺗ َِﻲ َرﺑ‬


‫ﱡك‬

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 82 of 106

"Atau kedatangan Allāh"

Yang dimaksud kedatangan Allāh di sini adalah di hari kiamat yaitu untuk memutuskan
di antara manusia.

‫ﱢك‬ ِ ‫أَ ْو َﯾﺄْﺗ َِﻲ َﺑﻌْ ضُ آ َﯾﺎ‬


َ ‫ت َرﺑ‬

"Atau mereka menunggu kedatangan sebagian tanda-tanda kekuasaan Allāh."

Dan yang dimaksud adalah terbitnya matahari dari arah Barat. Syahid ayat ini adalah
firman Allāh,

َ ‫أَ ْو َﯾﺄْﺗ َِﻲ َرﺑ‬


‫ﱡك‬

"Atau kedatangan Rabb-mu"

Ini maksudnya adalah di padang mahsyar kedatangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla


untuk memberikan keputusan di antara manusia.

Kemudian juga firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam surat Al-Baqarah ayat 210,
Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,
ٓ
ۚ ‫ظ َﻠ ٍل ﻣ َﱢن ْٱﻟ َﻐ َﻣ ِﺎم َو ْٱﻟ َﻣ ٰ َﻠ ِﺋ َﻛ ُﺔ َوﻗُﺿِ َﻰ ْٱﻷَﻣْ ُر‬ ‫ُون إِ ﱠﻵ أَن َﯾﺄْ ِﺗ َﯾ ُﮭ ُم ﱠ‬
ُ ‫ُ ﻓِﻰ‬N‫ٱ‬ ُ ‫َھ ْل َﯾ‬
َ ‫ﻧظر‬

"Tidaklah mereka menunggu kecuali Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan datang kepada
mereka di antara awan”,
ٓ
‫ھو ْٱﻟ َﻣ ٰ َﻠ ِﺋ َﻛ ُﺔ‬
َ

"Demikian pula para malaikat"

‫َوﻗُﺿِ َﻰ ْٱﻷَﻣْ ُر‬

"Dan akan diputuskan seluruh perkara"

Ini juga semakna dengan dua ayat yang kita sebutkan, menunjukan tentang
kedatangan Allāh Subhānahu wa Ta’āla di hari kiamat dan in syaa Allāh perincian
tentang masalah apa yang terjadi di padang mahsyar in syaa Allāh kita akan perjelas
ketika syaikh membahas tentang beriman dengan hari akhir.

Dan apa yang sudah disebutkan in syaa Allāh sudah cukup karena maksud dari apa
yang disampaikan oleh syaikh di paragraf ini.

Maksudnya adalah masalah tentang keimanan kita dan kewajiban kita untuk beriman
bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan datang di hari kiamat.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 83 of 106

Demikianlah yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini dan in
syaa Allāh kita bertemu kembali pada pertemuan yang selanjutnya pada waktu dan
keadaan yang lebih baik .

‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈••••○○○••••┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 84 of 106

🌐 WAG Dirosah Islamiyah


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _JUM’AT_
| 12 Shafar 1444 H
| 09 September 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-65*
📖 _Sifat Iradah Allāh Subhānahu wa Ta’āla Bagian Pertama_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬ ّ ‫ﺑﺳم‬


‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬ ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ ﻣـن ﺷـرور أﻧـﻔﺳﻧﺎ وﻣـن ﺳـﯾﺋﺎت أﻋـﻣﺎﻟـﻧﺎ ﻣـن ﯾﮭـده ﷲ ﻓـﻼ ﻣـﺿل ﻟـﮫ وﻣـن ﯾـﺿﻠل‬N‫ وﻧـﻌوذ ﺑـﺎ‬,‫ ﻧﺣـﻣده وﻧﺳـﺗﻌﯾﻧﮫ وﻧﺳـﺗﻐﻔره‬N ‫إن اﻟﺣـﻣد‬
‫ اﻟـﻠﮭم ﺻـﻠﻰ وﺳـﻠم وﺑـﺎرك ﻋـﻠﻰ ﻧـﺑﯾﻧﺎ ﻣﺣـﻣد‬,‫ وأﺷﮭـد أن ﻣﺣـﻣدا ﻋـﺑده ورﺳـوﻟـﮫ‬,‫ وأﺷﮭـد أﻻ إﻟـﮫ إﻻ ﷲ وﺣـده ﻻ ﺷـرﯾـك ﻟـﮫ‬,‫ﻓـﻼ ھـﺎدي ﻟـﮫ‬
‫و ﻋﻠﻰ آﻟﮫ وﺻﺣﺑﮫ و ﻣن ﺗﺑﻌﮭم ﺑﺈﺣﺳﺎن اﻟﻰ ﯾوم اﻟدﯾن أﻣﺎ ﺑﻌد‬

Alhamdulillah kembali kita dimudahkan oleh Allāh pada kesempatan kali ini untuk
melanjutkan kajian tentang masalah aqidah.

Masih kita membahas kitab yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsaimin rahimahullah yang berjudul Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah, sebuah kitab
yang ringkas berisi tentang aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah yang berintikan pada
rukun iman yang 6.

Dan kita masih membahas pada rukun yang pertama yaitu beriman kepada Allāh.
Alhamdulillah pada kesempatan yang lalu kita sudah membaca bersama keterangan
beliau tentang sifat datang dan sifat turun bagi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kita lanjutkan pada kesempatan kali ini, in syaa Allāh kita akan bersama membahas
tentang masalah sifat iradah bagi Allāh.

Iradah artinya adalah berkehendak atau berkeinginan.

Beliau rahimahullah mengatakan:

‫ َﻓﻌﱠﺎ ٌل ﻟﱢ َﻣﺎ ﯾ ُِرﯾ ُد‬:‫وﻧؤ ﻣن ﺑﺄﻧﮫ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 85 of 106


"Ahlus Sunnah wal Jama'ah beriman (meyakini, mempercayai) bahwasanya Allāh


Subhānahu wa Ta’āla, Dia-lah yang ‫( ﻓــــﻌـﺎل ﻟــــﻣـﺎ ﯾــــرﯾــــد‬Maha melakukan apa yang Dia
kehendaki).”

Fa'alun (‫ )ﻓــــﻌﺎل‬artinya adalah yang sangat melakukan apa yang dikehendaki. Fa'il ( ‫)ﻓــــﻌل‬
artinya melakukan.

Ayat ini menunjukkan kepada kita:

Pertama | Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat iradah, karena Allāh
mengatakan ‫( ﻓﻌﺎل ﻟﻣﺎ ﯾرﯾد‬Dia-lah yang Maha Melakukan apa yang Dia kehendaki).

Menunjukkan bahwasanya Allāh memiliki sifat iradah sesuai dengan keagungan-Nya.


Iradah Allāh (kehendak Allāh, keinginan Allāh) tidak sama dengan keinginan yang kita
miliki.

Makhluk memiliki kehendak, manusia memiliki iradah, jin juga memiliki iradah, hewan
juga memiliki iradah dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat iradah dan sifat
iradah Allāh adalah sesuai dengan keagungan-Nya, sifat iradah yang sempurna. Tidak
sama dengan sifat iradah yang dimiliki oleh makhluk. Maka jelas ayat ini menunjukkan
kepada kita tentang sifat iradah ini.

Dan di sana ada ayat-ayat yang lain yang cukup banyak yang menunjukkan kepada kita
semua tentang penetapan sifat iradah bagi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Di dalam ayat yang lain Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan (sekedar contoh saja)
sebagian yang Allāh sebutkan di dalam Al-Qur'an di antaranya di dalan surat Al-Kahfi
ayat 39.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

ِۚ ‫ُ َﻻ ﻗُوﱠ َة إِ ﱠﻻ ِﺑ ﱠ‬N‫ٱ‬
N‫ﭑ‬ ‫ت َﻣﺎ َﺷﺂ َء ﱠ‬ َ ‫َو َﻟ ۡو َﻵ إِ ۡذ دَ َﺧ ۡﻠ‬
َ ‫ت َﺟ ﱠﻧ َﺗ َك ﻗُ ۡﻠ‬

Di sini disebutkan, “dan seandainya ketika engkau memasuki kebunmu, engkau


mengatakan ُ‫ﷲ‬ّ ‫ َﻣــﺎ َﺷــﺂ َء‬Ma syaa Allāh (dengan kehendak Allāh)”. Artinya kebun ini menjadi
baik dan indah, subur seperti ini adalah karena kehendak Allāh.

Kemudian juga firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam surat Al-Baqarah ayat 253.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

ُ ‫ِﯾن ﻣ ِۢن َﺑﻌْ ِدھِم ﻣ ۢﱢن َﺑﻌْ ِد َﻣﺎ َﺟﺂ َء ْﺗ ُﮭ ُم ْٱﻟ َﺑ ﱢﯾ َﻧ ٰـ‬
‫ت‬ ‫َو َﻟ ْو َﺷﺂ َء ﱠ‬
َ ‫ُ َﻣﺎ ٱ ْﻗ َﺗ َﺗ َل ٱﻟﱠذ‬N‫ٱ‬

"Dan seandainya Allāh menghendaki, niscaya orang-orang yang datang setelah mereka
tidak akan saling berperang satu dengan yang lain.”

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 86 of 106

Kalau Allāh menghendaki, berarti Allāh mempunyai kehendak.

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan di dalam surat Al-Maidah ayat


pertama.

َ ‫إِنﱠ ﱠ‬
‫ َﯾ ۡﺣ ُﻛ ُم َﻣﺎ ﯾ ُِرﯾ ُد‬N‫ٱ‬

"Sesungguhnya Allāh menetapkan hukum sesuai dengan yang Dia kehendaki.”

Dan Allāh mengatakan:

َ ْ‫ُ أَن َﯾ ْﮭ ِد َﯾﮫُۥ َﯾ ْﺷ َرح‬N‫ٱ‬


ِ ْ ‫ﺻ ْد َرهُۥ ﻟ‬
‫ِﻺﺳْ َﻠ ٰـ ِم‬ ‫َﻓ َﻣن ﯾ ُِر ِد ﱠ‬

"Maka barangsiapa yang Allāh kehendaki untuk diberikan hidayah, Allāh Subhānahu wa
Ta’āla akan membuka dadanya untuk menerima agama Islam.” [QS Al-An’am:125]

Ini adalah beberapa ayat yang menunjukkan kepada kita semuanya bahwasanya Allāh
Subhānahu wa Ta’āla memiliki sifat iradah.

Dan di dalam ayat ini Allāh mengatakan:

‫َﻓﻌﱠﺎ ٌل ﻟﱢ َﻣﺎ ﯾ ُِرﯾ ُد‬

"Allāh Maha Melakukan apa yang Dia kehendaki.”

Berbeda dengan makhluk, ini bedanya antara kita dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Beda antara iradah kita dengan iradah Allāh.

Kalau Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maka Allāh Maha Melakukan apa yang Dia
kehendaki.

ُ‫إِ ﱠﻧ َﻣﺂ أَﻣْ ُرهُۥٓ إِ َذآ أَ َرادَ َﺷﯾْـًٔﺎ أَن َﯾﻘُو َل َﻟﮫُۥ ُﻛن َﻓ َﯾ ُﻛون‬

"Sesungguhnya urusan Allāh, apabila Allāh menghendaki sesuatu hanyalah berkata


kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia.” [QS Yasin: 82]

Itu adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Di dalam ayat yang lain Allāh mengatakan:

َ ‫إِنﱠ ﱠ‬
‫ َﯾ ْﻔ َﻌ ُل َﻣﺎ ﯾ ُِرﯾد‬N‫ٱ‬

"Sesungguhnya Allāh melakukan apa yang Dia kehendaki”. [QS Al-Hajj: 14]

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 87 of 106

Adapun makhluk (kita semua) maka kita adalah makhluk yang ‫ ﻣُــــدَ ﺑﱠــــ ٌر‬- mudabbar. Dan
kehendak kita di bawah kehendak Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Tidak semua yang kita
inginkan bisa kita laksanakan.

Ada di antara kita yang ingin menjadi seorang dokter, tapi tidak sampai dia menjadi
seorang dokter, banyak yang menghalangi (mungkin) dari sisi biaya, kemampuan.

Ada di antara kita yang ingin belajar di Saudi Arabia, dia punya keinginan yang kuat,
semangat yang kuat, sudah melakukan berbagai cara, berbagai sebab namun hanya
sebatas angan-angan atau sebatas keinginan saja. Belum ditakdirkan oleh Allāh (belum
tercapai).

Keadaan kita demikian, kita memiliki iradah tetapi tidak semua apa yang kita kehendaki
(semua yang kita inginkan) kemudian bisa kita laksanakan (bisa kita capai).

Ini menunjukkan kepada kita bedanya iradah Allāh dengan iradah makhluk.

Akhirnya kita sampai pada akhir dari pertemuan kali ini. Kita berdo'a kepada Allāh
Subhānahu wa Ta’āla, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan hidayah
kepada kita semuanya dan menjaga hati kita, menetapkan kita di atas agama Islam
sampai kita bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Itulah yang bisa kita sampaikan.

‫ رب اﻟﻌﺎﻟﻣﯾن‬N ‫واﺧردﻋواﻧﺎ أن اﻟﺣﻣد‬


ّ ‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 88 of 106

🌐 WAG Dirosah Islamiyah


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _SENIN_
| 15 Shafar 1444 H
| 12 September 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-66*
📖 _Sifat Iradah Allāh Subhānahu wa Ta’āla Bagian Kedua: Iradah Kauniyah_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬ ّ ‫ﺑﺳم‬


‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬ ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ ﻣـن ﺷـرور أﻧـﻔﺳﻧﺎ وﻣـن ﺳـﯾﺋﺎت أﻋـﻣﺎﻟـﻧﺎ ﻣـن ﯾﮭـده ﷲ ﻓـﻼ ﻣـﺿل ﻟـﮫ وﻣـن ﯾـﺿﻠل‬N‫ وﻧـﻌوذ ﺑـﺎ‬,‫ ﻧﺣـﻣده وﻧﺳـﺗﻌﯾﻧﮫ وﻧﺳـﺗﻐﻔره‬N ‫إن اﻟﺣـﻣد‬
‫ اﻟـﻠﮭم ﺻـﻠﻰ وﺳـﻠم وﺑـﺎرك ﻋـﻠﻰ ﻧـﺑﯾﻧﺎ ﻣﺣـﻣد‬,‫ وأﺷﮭـد أن ﻣﺣـﻣدا ﻋـﺑده ورﺳـوﻟـﮫ‬,‫ وأﺷﮭـد أﻻ إﻟـﮫ إﻻ ﷲ وﺣـده ﻻ ﺷـرﯾـك ﻟـﮫ‬,‫ﻓـﻼ ھـﺎدي ﻟـﮫ‬
‫و ﻋﻠﻰ آﻟﮫ وﺻﺣﺑﮫ و ﻣن ﺗﺑﻌﮭم ﺑﺈﺣﺳﺎن اﻟﻰ ﯾوم اﻟدﯾن أﻣﺎ ﺑﻌد‬

Alhamdulillah kembali kita dimudahkan oleh Allāh pada kesempatan kali ini untuk
melanjutkan kajian tentang masalah aqidah.

Masih kita membahas kitab yang dikarang oleh syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsaimin rahimahullah yang berjudul Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Beliau rahimahullah mengatakan:

: ‫وﻧؤﻣن ﺑﺄن إرادﺗﮫ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻧوﻋﺎن‬

Dan kita (Ahlus Sunnah) beriman bahwasanya kehendak (iradah) Allāh Ta'ala ada 2
(dua) jenis:

Darimana kita mengatakan ucapan demikian?


Darimana kita mengetahui iradah Allāh ada 2 (dua)?
Tidak lain kecuali kita kembali kepada Al-Qur'an dan Hadits.

Apakah di sana ada Qur'an atau Hadits yang menyebutkan iradah ada 2 (dua)?
Tentunya tidak! Para ulama menyimpulkan yang demikian dari istiqra' yaitu membaca
secara keseluruhan, meneliti secara keseluruhan dalil-dalil yang ada di dalam Al-Qur'an
dan Hadits, kemudian mereka menyimpulkan (menemukan) bahwasanya iradah Allāh
ada 2 (dua) jenis.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 89 of 106

Dan ini banyak dilakukan oleh para ulama dari berbagai cabang ilmu, mereka membuat
taqsimat (pembagian-pembagian seperti ini) berdasarkan penelitian secara menyeluruh.

Dan ini sangat bermanfaat sekali ketika seseorang bisa mengetahui sesuatu terbagi
menjadi sekian, jenis yang pertama adalah demikian, jenis yang kedua maknanya
demikian (ini sangat bermanfaat sekali).

Dengannya kita bisa memahami banyak perkara, terkadang sesatnya seseorang atau
sebuah aliran disebabkan karena dia tidak mengetahui pembagian dari sesuatu.
Sehingga menganggap semuanya sama, kemudian dihukumi sama rata.

Padahal di situ ada beberapa jenis, oleh karena itu perlu seseorang khususnya para
penuntut ilmu untuk memperhatikan masalah ini (yaitu) adanya pembagian-pembagian.

Di sini beliau mengatakan: ”Kita beriman bahwasanya iradah Allāh terbagi menjadi
dua”.

Apakah dua perkara tadi?

⑴ Iradah Kauniyyah (‫)ﻛوﻧﯾﺔ‬

Iradah yang berkaitan dengan kejadian alam semesta.

Kemudian beliau menjelaskan di sini apa makna iradah kauniyyah.

‫ﯾﻘﻊ ﺑﮭﺎ ﻣراده وﻻ ﯾﻠزم أن ﯾﻛون ﻣﺣﺑوﺑﺎ ً ﻟﮫ‬

Iradah kauniyyah ini apa yang diinginkan oleh Allāh terjadi (‫)ﯾﻘﻊ ﺑﮭﺎ‬.

Kemudian beliau menambahkan:

‫وﻻ ﯾﻠزم أن ﯾﻛون ﻣﺣﺑوﺑﺎ ﻟﮫ‬

Dan tidak lazim (tidak harus) apa yang terjadi itu dicintai oleh Allāh.

Iradah kauniyyah adalah:


⑴ Kehendak Allāh dan pasti terjadi.
⑵ Tidak harus sesuatu yang dicintai oleh Allāh.

Terkadang dicintai oleh Allāh, dikendaki oleh Allāh dan dicintai oleh Allāh Subhānahu wa
Ta’āla. Dan terkadang dikehendaki oleh Allāh terjadi, tetapi dia tidak dicintai oleh Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

Misalnya:

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 90 of 106

√ Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan ketaatan dan juga maksiat (ini adalah iradah
kauniyyah).

√ Allāh menciptakan orang yang beriman dengan orang yang kafir (terjadi dengan
iradah kauniyyah).

Allāh menghendaki di sana adanya maksiat dan maksiat tidak dicintai oleh Allāh dan
terjadi dengan kehendak Allāh.

Misalnya orang yang minum khamr, orang yang berzinah, orang yang melakukan riba.
Mereka melakukan itu dan semua itu dengan kehendak Allāh (masuk dalam kehendak
Allāh) dan tidak mungkin terjadi di dunia ini sesuatu yang keluar dari kehendak Allāh
(semua dengan kehendak Allāh).

Demikian pula orang yang taat, terjadi dengan iradah kauniyyah Allāh Subhānahu wa
Ta’āla ditambah nanti akan disebutkan, plus iradah syar'iyyah juga. Tergabung dua
iradah ini pada diri seorang yang beriman. Secara kauniyyah (dikehendaki oleh Allāh),
secara syar'iyyah diinginkan oleh Allāh menjadi orang yang bertakwa (beriman).

Jadi iradah kauniyyah yang ingin kita sampaikan ini tidak melazimkan dia dicintai
oleh Allāh.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan maksiat dan Allāh tidak cinta dengan
kemaksiatan, dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan orang kafir dan Allāh tidak
cinta dengan orang kafir.

Allāh menciptakan di sana ada orang yang zhalim dan Allāh tidak cinta dengan orang
yang zhalim.

‫و ھﻲ اﻟﺗﻲ ﺑﻣﻌﻧﻰ اﻟﻣﺷﯾﺋﺔ‬

Dan inilah yang semakna dengan al-masyi’ah.

Jadi di sana ada al-masyi'ah, di sana ada iradah kauniyyah (ini sama maknanya). Kalau
digunakan di dalam Al-Qur'an “al-masyi'ah” maka yang dimaksud adalah iradah
kauniyyah.

Nama lain (sinonim), sama antara al-masyi'ah dengan al-iradah al-kauniyyah

‫ َﯾ ْﻔ َﻌ ُل َﻣﺎ ﯾ ُِرﯾ ُد‬N‫ٱ‬ ۟ ُ‫ُ َﻣﺎ ٱ ْﻗ َﺗ َﺗﻠ‬N‫ٱ‬


َ ‫وا َو َﻟ ٰـﻛِنﱠ ﱠ‬ ‫ َو َﻟ ْو َﺷﺂ َء ﱠ‬:‫ﻛﻘوﻟﮫ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬

۟ ُ‫ُ َﻣــﺎ ٱ ْﻗــ َﺗ َﺗﻠ‬N‫ٱ‬


َ ‫وا َو َﻟ ٰـﻛِنﱠ ﱠ‬ ‫)و َﻟ ْــو َﺷــﺂ َء ﱠ‬
ِ ‫ َﯾــ ْﻔ َﻌ ُل َﻣــﺎ ﯾ‬N‫ٱ‬
Contoh dari iradah kauniyyah (seperti) firman Allāh (‫ُــرﯾــ ُد‬ َ
karena iradah kauniyyah sama masyi'ah.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 91 of 106

Di sini beliau mengatakan, mendatangkan firman Allāh, ‫( ﻛـﻘوﻟـﮫ‬seperti firman Allāh) ‫َو َﻟ ْـو َﺷـﺂ َء‬
‫( ﱠ‬seandainya Allāh menghendaki) niscaya mereka tidak saling berperang.
ُN‫ٱ‬

Maka al-masyi'ah di sini adalah nama lain dari iradah al-kauniyyah.

َ ‫َو َﻟ ٰـﻛِنﱠ ﱠ‬
‫ َﯾ ْﻔ َﻌ ُل َﻣﺎ ﯾ ُِرﯾ ُد‬N‫ٱ‬

"Akan tetapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla melakukan apa yang Dia kehendaki.”

Yaitu iradah kauniyyah, ini menunjukkan tentang iradah kauniyyah bagi Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

Sebagian mengatakan, Allāh tidak mencintai adanya ‫( ٱ ْﻗـ َﺗ َﺗ ُل‬saling berperang satu dengan
yang lain) tetapi kenapa di sini dikehendaki oleh Allāh?

Kehendak di sini adalah kehendak kauniyyah, bukan kehendak syar'iyyah. ‫ُ َﻣـــﺎ‬N‫ٱ‬ ‫ـــو َﺷـــﺂ َء ﱠ‬
ْ ‫َو َﻟ‬
۟‫( ٱ ْﻗــــ َﺗ َﺗﻠُوا‬seandainya Allāh menghendaki niscaya mereka tidak akan saling berperang satu
dengan yang lain).

Masyi'ah di sini adalah iradah kauniyyah dan iradah kauniyyah tidak harus sesuatu
yang dicintai oleh Allāh Azza wa Jalla.

Akhirnya kita sampai pada akhir dari pertemuan kali ini. Kita berdo'a kepada Allāh
Subhānahu wa Ta’āla, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan hidayah
kepada kita semuanya, dan menjaga hati kita, menetapkan kita di atas agama Islam
sampai kita bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Itulah yang bisa kita sampaikan.

‫ رب اﻟﻌﺎﻟﻣﯾن‬N ‫واﺧردﻋواﻧﺎ أن اﻟﺣﻣد‬


ّ ‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 92 of 106


🌐 WAG Dirosah Islamiyah


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _SELASA_
| 16 Shafar 1444 H
| 13 September 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-67*
📖 _Sifat Iradah Allāh Subhānahu wa Ta’āla Bagian Ketiga: Iradah Syar'iyyah_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬ ّ ‫ﺑﺳم‬


‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬ ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ ﻣـن ﺷـرور أﻧـﻔﺳﻧﺎ وﻣـن ﺳـﯾﺋﺎت أﻋـﻣﺎﻟـﻧﺎ ﻣـن ﯾﮭـده ﷲ ﻓـﻼ ﻣـﺿل ﻟـﮫ وﻣـن ﯾـﺿﻠل‬N‫ وﻧـﻌوذ ﺑـﺎ‬,‫ ﻧﺣـﻣده وﻧﺳـﺗﻌﯾﻧﮫ وﻧﺳـﺗﻐﻔره‬N ‫إن اﻟﺣـﻣد‬
‫ اﻟـﻠﮭم ﺻـﻠﻰ وﺳـﻠم وﺑـﺎرك ﻋـﻠﻰ ﻧـﺑﯾﻧﺎ ﻣﺣـﻣد‬,‫ وأﺷﮭـد أن ﻣﺣـﻣدا ﻋـﺑده ورﺳـوﻟـﮫ‬,‫ وأﺷﮭـد أﻻ إﻟـﮫ إﻻ ﷲ وﺣـده ﻻ ﺷـرﯾـك ﻟـﮫ‬,‫ﻓـﻼ ھـﺎدي ﻟـﮫ‬
‫و ﻋﻠﻰ آﻟﮫ وﺻﺣﺑﮫ و ﻣن ﺗﺑﻌﮭم ﺑﺈﺣﺳﺎن اﻟﻰ ﯾوم اﻟدﯾن أﻣﺎ ﺑﻌد‬

Alhamdulillah kembali kita dimudahkan oleh Allāh pada kesempatan kali ini untuk
melanjutkan kajian tentang masalah aqidah.

Masih kita membahas kitab yang dikarang oleh syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsaimin rahimahullah yang berjudul Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Beliau rahimahullah mengatakan:

‫ ﻻ ﯾﻠزم ﺑﮭﺎ و وﻗوع اﻟﻣراد‬:‫وﺷرﻋﯾﺔ‬

⑵ Iradah Syar'iyyah

Iradah yang berkaitan dengan syari'at, maka iradah yang seperti ini tidak melazimkan
(tidak mengharuskan) terjadi apa yang dikehendaki oleh Allāh.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menurunkan syari'at, Allāh menginginkan manusia beriman


kepada rasul, bertauhid, melakukan ketaatan kepada Allāh. Itu yang ada dalam syari'at
Allāh Subhānahu wa Ta’āla (itu yang Allāh inginkan).

Allāh turunkan Al-Qur'an, Allāh turunkan kitab-kitab sebelumnya, Allāh utus para rasul.
Allāh ingin supaya manusia beriman, supaya manusia menjadi orang-orang yang taat,
dengan demikian mereka mendapatkan keberuntungan di dunia dan juga di akhirat.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 93 of 106


Apakah apa yang Allāh inginkan dengan menurunkan syari'at mengutus para rasul tadi
terjadi? Jawabannya "tidak!" atau “tidak semuanya” terjadi.

‫َﻓ ِﻣ ْﻧﮭُم ﻣﱠنْ َءا َﻣ َن َو ِﻣ ْﻧﮭُم ﻣﱠن َﻛ َﻔ َر‬

"Ada di antara mereka yang beriman dan ada di antara mereka yang kafir.” [QS Al-
Baqarah: 253]

Beriman sesuai dengan yang dikehendaki Allāh dan ada di antara mereka yang kafir,
tidak beriman dengan rasul yang diutus kepada mereka, tidak beriman dengan Al-
Qur'an, tidak beriman dengan hari akhir. Padahal Allāh Subhānahu wa Ta’āla
menginginkan dengan syari'at tadi supaya mereka beriman. Menunjukkan bahwasanya
iradah syar'iyyah ini tidak harus terjadi.

Maka kita harus bedakan antara iradah syar'iyyah dengan iradah kauniyyah. Klauniyyah
pasti terjadi, adapun syar'iyyah belum tentu terjadi.

Kemudian syaikh menjelaskan:

‫وﻻ ﯾﻛون اﻟﻣراد ﻓﯾﮭﺎ إﻻ ﻣﺣﺑوﺑﺎًﻟﮫ‬

"Dan tidaklah apa yang diinginkan oleh Allāh dengan iradah syar'iyyah ini kecuali
sesuatu yang dicintai oleh Allāh.”

Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki iradah syar'iyyah dan tidaklah apa yang diinginkan
oleh Allāh dengan iradah syar'iyyah ini kecuali sesuatu yang dicintai oleh Allāh.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla memiliki iradah syar'iyyah; mencintai yang namanya shalat,
puasa, ibadah, haji, berbuat baik kepada orang lain. Ini adalah sesuatu yang dicintai
oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menginginkan manusia untuk melakukan amalan-amalan


ini, maka iradah syar'iyyah tidaklah yang diinginkan oleh Allāh dengan iradah syar'iyyah
ini kecuali sesuatu yang dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, dan ini belum tentu
terjadi.

َ ‫ُ ﯾ ُِرﯾ ُد أَن َﯾ ُﺗ‬N‫ٱ‬


‫وب َﻋ َﻠ ْﯾ ُﻛ ْم‬ ‫ َو ﱠ‬:‫ﻛﻘوﻟﮫ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬

َ ‫ُ ﯾ ُِرﯾ ُد أَن َﯾ ُﺗ‬N‫ٱ‬


Seperti misalnya firman Allāh ‫وب َﻋ َﻠ ْﯾ ُﻛ ْم‬ ‫و ﱠ‬.َ

َ ‫ُــرﯾــ ُد أَن َﯾــ ُﺗ‬


Contoh dari iradah syar'iyyah adalah apa yang Allāh sebutkan ‫وب َﻋــ َﻠ ْﯾ ُﻛ ْم‬ ‫( َو ﱠ‬dan
ِ ‫ُ ﯾ‬N‫ٱ‬
Allāh ingin untuk memberikan taubat kepada kalian).

Apakah semua orang bertaubat? Jawabannya,"Tidak!"

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 94 of 106

Ada di antara manusia yang segera dia bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla
setelah berdosa, setelah lalai dengan Allāh, lupa dengan Allāh, setelah menjauh dari
Allāh. Tapi ada di antara manusia yang dalam keadaan terus melakukan dosa dan
maksiat, padahal Allāh Subhānahu wa Ta’āla ingin memberikan ampunan kepada
mereka. Menunjukkan bahwasanya iradah di sini adalah iradah syar'iyyah.

Yang disebutkan oleh syaikh di sini hanya sekedar contoh saja, sementara di sana
banyak lagi dalil-dalil yang menunjukkan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla
memiliki iradah syar'iyyah yang intinya adalah mahabbah yaitu kecintaan Allāh supaya
makhluk itu melakukan apa yang diinginkan oleh Allāh.

َ ‫ُ ﯾ ُِرﯾ ُد أَن َﯾ ُﺗ‬N‫ٱ‬


‫وب َﻋ َﻠ ْﯾ ُﻛ ْم‬ ‫َو ﱠ‬

"Dan Allāh menginginkan untuk memberikan taubat kepada kalian.”

Contoh yang lain dari ayat yang menunjukkan tentang iradah syar'iyyah adalah firman
Allāh:

‫ﯾ ُِرﯾ ُد ﱠ‬
‫ُ ِﺑ ُﻛ ُم ْٱﻟﯾُﺳْ َر َو َﻻ ﯾ ُِرﯾ ُد ِﺑ ُﻛ ُم ْٱﻟﻌُﺳْ َر‬N‫ٱ‬

"Allāh Subhānahu wa Ta’āla ingin memudahkan kalian dan tidak menginginkan untuk
menyulitkan kalian.” [QS Al-Baqarah:185]

Akhirnya kita sampai pada akhir dari pertemuan kali ini. Kita berdo'a kepada Allāh
Subhānahu wa Ta’āla, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan hidayah
kepada kita semuanya dan menjaga hati kita, menetapkan kita di atas agama Islam
sampai kita bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Itulah yang bisa kita sampaikan.

‫ رب اﻟﻌﺎﻟﻣﯾن‬N ‫واﺧردﻋواﻧﺎ أن اﻟﺣﻣد‬


ّ ‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 95 of 106

🌐 WAG Dirosah Islamiyah


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _RABU_
| 17 Shafar 1444 H
| 14 September 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-68*
📖 _Sifat Iradah Allāh Subhānahu wa Ta’āla Bag 04: Iradah Kauniyyah dan Syari'yyah
Mengikuti Hikmah Allāh Ta'alaa_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬ّ ‫ﺑﺳم‬


ّ
‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ ﻣـن ﺷـرور أﻧـﻔﺳﻧﺎ وﻣـن ﺳـﯾﺋﺎت أﻋـﻣﺎﻟـﻧﺎ ﻣـن ﯾﮭـده ﷲ ﻓـﻼ ﻣـﺿل ﻟـﮫ وﻣـن ﯾـﺿﻠل‬N‫ وﻧـﻌوذ ﺑـﺎ‬,‫ ﻧﺣـﻣده وﻧﺳـﺗﻌﯾﻧﮫ وﻧﺳـﺗﻐﻔره‬N ‫إن اﻟﺣـﻣد‬
‫ اﻟـﻠﮭم ﺻـﻠﻰ وﺳـﻠم وﺑـﺎرك ﻋـﻠﻰ ﻧـﺑﯾﻧﺎ ﻣﺣـﻣد‬,‫ وأﺷﮭـد أن ﻣﺣـﻣدا ﻋـﺑده ورﺳـوﻟـﮫ‬,‫ وأﺷﮭـد أﻻ إﻟـﮫ إﻻ ﷲ وﺣـده ﻻ ﺷـرﯾـك ﻟـﮫ‬,‫ﻓـﻼ ھـﺎدي ﻟـﮫ‬
‫و ﻋﻠﻰ آﻟﮫ وﺻﺣﺑﮫ و ﻣن ﺗﺑﻌﮭم ﺑﺈﺣﺳﺎن اﻟﻰ ﯾوم اﻟدﯾن أﻣﺎ ﺑﻌد‬

Alhamdulillah kembali kita dimudahkan oleh Allāh pada kesempatan kali ini untuk
melanjutkan kajian tentang masalah aqidah.

Masih kita membahas kitab yang dikarang oleh syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsaimin rahimahullah, yang berjudul Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Beliau rahimahullah mengatakan,

‫و ﻧؤ ﻣن ﺑﺄن ﻣراده اﻟﻛوﻧﻲ واﻟﺷرﻋﻲ ﺗﺎﺑﻊ ﻟﺣﻛﻣﺗﮫ‬

Dan kita (Ahlus Sunnah) beriman bahwasanya apa yang dikehendaki oleh Allāh
Subhānahu wa Ta’āla, baik yang kauniyyah maupun yang syar’iyyah, baik iradah
kauniyyah maupun iradah syar’iyyah, keduanya

‫ﺗﺎﺑﻊ ﻟﺣﻛﻣﺗﮫ‬

Ini mengikuti hikmah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Jadi meskipun Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

‫َﻓﻌﱠﺎ ٌل ﻟﱢ َﻣﺎ ﯾ ُِرﯾ ُد‬

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 96 of 106

"Allāh Maha melakukan apa yang Dia kehendaki.”

Adapun makhluk maka mereka tidak demikian, dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla
memberikan syari'at sesuai dengan apa yang Dia kehendaki, mensyariatkan sesuai
dengan apa yang Dia kehendaki, namun kita beriman dan kita yakini bahwasanya apa
yang Allāh kehendaki, baik yang kauniyyah maupun yang syar’iyyah itu, mengikuti
hikmah Allāh.

Di antara sifat Allāh adalah memiliki hikmah. Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,
‫” وﷲ َﻋﻠِﯾم َﺣﻛِﯾم‬Dan Allāh itu Maha Mengetahui dan Maha bijaksana.”

َ ‫إِنﱠ ﱠ‬
َ ‫ َﻛ‬N‫ٱ‬
‫ﺎن َﻋﻠِﯾﻣًﺎ َﺣﻛِﯾﻣًﺎ‬

"Sesungguhnya Allāh Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana" [QS Al Insan: 30]

Artinya hikmah adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tidak zhalim, tetapi
menempatkan sesuatu pada tempatnya. Jadi, meskipun Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Maha Melakukan apa yang Dia kehendaki tapi apa yang Allāh kehendaki sesuai dengan
hikmah.

Jadi ini berbeda dengan manusia. Kalau kita dikatakan kepada salah seorang diantara
kita, "kerjakan apa yang engkau inginkan, mintalah apa yang engkau inginkan".

Ketika mendengar ucapan ini, maka terkadang sebagian dari kita atau bahkan sebagian
besar dari kita, kemudian menyampaikan apa yang dia inginkan tetapi tanpa hikmah.
Menyebutkan apa yang diinginkan tetapi tanpa hikmah. Itu keadaan kita.

ِ ‫ َﻓـــﻌﱠﺎ ٌل ﻟﱢـــ َﻣﺎ ﯾ‬, tapi ini semua mengikuti


Tapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla meskipun Allāh ‫ُـــرﯾـــ ُد‬
hikmah Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Allāh Subhānahu wa Ta’āla apabila menciptakan
sesuatu, menyesatkan fulan, memberikan hidayah kepada fulan, menghidupkan,
mematikan, menggerakkan, mendiamkan maka itu semua dilakukan oleh Allāh dengan
hikmah.

Demikian pula di dalam syariat, Allāh Subhānahu wa Ta’āla mensyariatkan shalat lima
waktu, subuh dua rakaat, dhuhur empat rakaat, ashar empat rakaat, kenapa sujudnya
dua kali, ruku'nya satu kali, itu semua adalah dengan hikmah. Jangan kita mengira Allāh
Subhānahu wa Ta’āla mensyariatkan itu semua tanpa ada hikmah dan kosong dari
tujuan. Pasti itu semuanya ada hikmah.

َ ‫إِنﱠ ﱠ‬
َ ‫ َﻛ‬N‫ٱ‬
‫ﺎن َﻋﻠِﯾﻣًﺎ َﺣﻛِﯾﻣًﺎ‬

"Allāh itu Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.” [QS Al Insan: 30]

Semuanya ada hikmahnya, baik dalam hal yang berkaitan dengan iradah kauniyyah
maupun dengan iradah syar’iyyah. Cuma apakah semua hikmah itu kita ketahui ?

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 97 of 106

Jawabannya tidak, karena akal kita terlalu pendek, akal kita terlalu kurang, untuk bisa
memahami hikmah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Tapi kita sebagai orang yang beriman, yakin seyakin-yakinnya bahwasanya Allāh
Subhānahu wa Ta’āla adalah Maha Bijaksana di dalam seluruh perkaranya, iradah
syar’iyyah maupun iradah kauniyyah.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

َ ‫أَ َﻓ َﺣﺳِ ْﺑ ُﺗ ْم أَ ﱠﻧ َﻣﺎ َﺧ َﻠ ْﻘ َﻧﺎ ُﻛ ْم َﻋ َﺑﺛﺎ ً َوأَ ﱠﻧ ُﻛ ْم إِ َﻟ ْﯾ َﻧﺎ َﻻ ُﺗرْ َﺟﻌ‬


‫ُون‬

"Apakah kalian mengira bahwasanya kami menciptakan kalian (ً ‫)ﻋــــ َﺑـﺛـﺎ‬


َ dalam keadaan
sia-sia? Dan bahwasanya kalian tidak akan kembali kepada Kami?” [QS Al Mukminun:
115]

Menunjukkan bahwasanya, apa yang Allāh ciptakan di dunia ini semuanya dengan
hikmah. Allāh tidak menciptakan sekecil apapun ً ‫( َﻋــــ َﺑـﺛـﺎ‬sia-sia), termasuk makhluk yang
ada disekitar kita yang kita tidak melihatnya atau apa yang ada di dalam tubuh kita yang
dia berjalan kita tidak mengetahui dan tidak merasakan jalannya dia. Itu Allāh ciptakan
dengan hikmah, pasti! Tidak Allāh ciptakan begitu saja tanpa adanya hikmah.

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan dalam ayat yang lain,

َ ‫ض َو َﻣﺎ َﺑ ْﯾ َﻧ ُﮭ َﻣﺎ ٰ َﻟﻌ ِِﺑ‬


‫ﯾن‬ َ ْ‫َو َﻣﺎ َﺧ َﻠ ْﻘ َﻧﺎ ٱﻟ ﱠﺳ َﻣﺂ َء َو ْٱﻷَر‬

"Dan tidaklah Kami menciptakan langit dan juga bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam keadaan bermain-main.” [QS Anbiya: 16]

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan dengan kesungguhan dan dengan hikmah.


Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan apa yang ada di antara langit
dan bumi. Allāh ciptakan itu dengan hikmah.

Awan yang berjalan, kenapa hari ini berjalannya pelan, kenapa besok dia cepat, kenapa
mendung berada di atas daerah A kenapa tidak di daerah B. Semuanya dengan hikmah
dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Inilah yang harus kita pahami.

Kalau kita bisa memahami yang demikian, maka In syaa Allāh, bi idznillah akan
menjadikan kita semangat untuk taat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan
meninggalkan kemaksiatan. Seseorang melakukan ketaatan kepada Allāh, melakukan
shalat, berpuasa, berzakat, berhaji dan yakin bahwasanya di balik itu semua ada
hikmah yang dalam.

Demikian pula semangat untuk meninggalkan berbagai macam dosa dan juga
kemaksiatan. Yakin bahwasanya Allāh ketika mengharamkan sesuatu pasti di situ ada
kejelekan dan juga mudharat bagi manusia. Kenapa Allāh mengharamkan zina, kenapa

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 98 of 106

Allāh mengharamkan riba, kenapa Allāh mengharamkan minuman keras, pasti di sana
ada mudharat.

Sehingga zaman sekarang banyak penemuan-penemuan, penelitian-penelitian yang


mencengangkan dunia, padahal ini sudah dibahas dan sudah turun syariatnya kurang
lebih seribu empat ratus tahun yang lalu. Sekarang mereka meneliti dan menemukan,
bahwasanya diharamkannya sebuah perkara atau suatu perkara ini di dalamnya ada
mafsadah, ada kerusakan demikian dan demikian.

Zina misalnya, betapa banyak penyakit-penyakit kelamin yang ditimbulkan oleh zina,
homosex. Kemudian juga riba, apa akibatnya bagi manusia, bagi masyarakat. Minum
minuman keras juga demikian.

Banyak orang yang justru menambah keresahan dia, kemudian membawa dia untuk
melakukan kemaksiatan yang lain, karena dari minum minuman keras ini, kemudian dia
akhirnya berzina, bahkan menghalalkan zina, nauzubillah min zalik, atau berzina
dengan keluarganya , kemudian diiringi dengan pembunuhan dan seterusnya.

Maka ketahuilah, bahwasanya di dalam syari'at Allāh maupun apa yang Allāh takdirkan
di alam semesta ini, pasti di sana ada hikmah yang dalam.

Akhirnya kita sampai pada akhir dari pertemuan kali ini. Kita berdo'a kepada Allāh
Subhānahu wa Ta’āla, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan hidayah
kepada kita semuanya dan menjaga hati kita, menetapkan kita di atas agama Islam
sampai kita bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Itulah yang bisa kita sampaikan.

‫ رب اﻟﻌﺎﻟﻣﯾن‬N ‫واﺧردﻋواﻧﺎ أن اﻟﺣﻣد‬


ّ ‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 99 of 106


🌐 WAG Dirosah Islamiyah


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _KAMIS_
| 18 Shafar 1444 H
| 15 September 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-69*
📖 _Sifat Iradah Allāh Subhānahu wa Ta’āla Bagian Kelima: Iradah Kauniyyah dan
Syari'yyah Mengikuti Hikmah Allāh Subhānahu wa Ta’āla_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬ّ ‫ﺑﺳم‬


ّ
‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬
‫ ﻣـن ﺷـرور أﻧـﻔﺳﻧﺎ وﻣـن ﺳـﯾﺋﺎت أﻋـﻣﺎﻟـﻧﺎ ﻣـن ﯾﮭـده ﷲ ﻓـﻼ ﻣـﺿل ﻟـﮫ وﻣـن ﯾـﺿﻠل‬N‫ وﻧـﻌوذ ﺑـﺎ‬,‫ ﻧﺣـﻣده وﻧﺳـﺗﻌﯾﻧﮫ وﻧﺳـﺗﻐﻔره‬N ‫إن اﻟﺣـﻣد‬
‫ اﻟـﻠﮭم ﺻـﻠﻰ وﺳـﻠم وﺑـﺎرك ﻋـﻠﻰ ﻧـﺑﯾﻧﺎ ﻣﺣـﻣد‬,‫ وأﺷﮭـد أن ﻣﺣـﻣدا ﻋـﺑده ورﺳـوﻟـﮫ‬,‫ وأﺷﮭـد أﻻ إﻟـﮫ إﻻ ﷲ وﺣـده ﻻ ﺷـرﯾـك ﻟـﮫ‬,‫ﻓـﻼ ھـﺎدي ﻟـﮫ‬
‫و ﻋﻠﻰ آﻟﮫ وﺻﺣﺑﮫ و ﻣن ﺗﺑﻌﮭم ﺑﺈﺣﺳﺎن اﻟﻰ ﯾوم اﻟدﯾن أﻣﺎ ﺑﻌد‬

Alhamdulillah kembali kita dimudahkan oleh Allāh pada kesempatan kali ini untuk
melanjutkan kajian tentang masalah aqidah.

Masih kita membahas kitab yang dikarang oleh syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsaimin rahimahullah yang berjudul Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Beliau rahimahullah mengatakan,

‫ﻓﻛل ﻣﺎ ﻗﺿﺎه ﻛوﻧﺎ أو ﺗﻌﺑد ﺑﮫ ﺧﻠﻘﮫ ﺷرﻋﺎ ﻓﺈﻧﮫ ﻟﺣﻛﻣﺔ‬

Maka seluruh apa yang Allāh takdirkan di alam semesta ini atau apa yang digunakan
oleh para makhluk untuk beribadah kepada Allāh, maka sesungguhnya semua itu ada
hikmahnya. Baik syariat maupun apa yang Allāh takdirkan, pasti di sana ada
hikmahnya.

:‫وﻋﻠﻰ وﻓق اﻟﺣﻛﻣﺔ ﺳواء ﻋﻠﻣﻧﺎ ﻣﻧﮭﺎ ﻣﺎﻧﻌﻠم أو ﺗﻘﺎﺻرت ﻋﻘو ﻟﻧﺎ ﻋن ذﻟك‬

Dan sesuai dengan hikmah, itu adalah untuk hikmah tujuan tertentu dan dia sesuai
dengan hikmah bukan sebuah kedzaliman.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 100 of 106

Syariat Allāh tidak ada di dalamnya kedzaliman. Dan apa yang Allāh lakukan di alam
semesta ini, apa yang Allāh takdirkan tidak ada di dalamnya kedzaliman. Yang ada
hanyalah keutamaan dari Allāh dan juga ada keadilan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ada dua kemungkinan saja;


1. Keutamaan dari Allāh, karunia dari Allāh
2. Keadilan,

Adapun yang ketiga kedzaliman, maka ini tidak mungkin terjadi di dalam syariat Allāh
dan tidak mungkin terjadi di alam semesta ini. Dalam ayat Allāh Subhānahu wa Ta’āla
mengatakan,

‫ َﻻ َﯾ ْظﻠِ ُم ﻣ ِْﺛ َﻘﺎ َل َذرﱠ ٍة‬N‫ٱ‬


َ ‫إِنﱠ ﱠ‬

"Sesungguhnya Allāh tidak akan mendzalimi meskipun hanya sebesar dzaroh.” [QS An
Nisa: 40]

Yang dimaksud dengan dzaroh adalah semut yang kecil. Demikian pula Allāh
Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

ُ ‫ُ ﯾُرﯾ ُد‬N‫ٱ‬
َ ‫ظ ْﻠﻣًﺎ ﻟﱢ ْﻠ َﻌ ٰـ َﻠﻣ‬
‫ِﯾن‬ ِ ‫َو َﻣﺎ ﱠ‬

"Dan tidaklah Allāh menginginkan untuk mendzalimi manusia (untuk mendzalimi alam
semesta).” [QS Ali-Imran: 108]

Dan di dalam hadits qudsi Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

‫ت ﱡ‬
‫اﻟظ ْﻠ َم َﻋ َﻠﻰ َﻧ ْﻔﺳِ ﻰ َو َﺟ َﻌ ْﻠ ُﺗ ُﮫ َﺑ ْﯾ َﻧ ُﻛ ْم ﻣ َُﺣرﱠ ﻣًﺎ َﻓﻼَ َﺗ َظﺎ َﻟﻣُوا‬ ُ ْ‫َﯾﺎ ﻋِ َﺑﺎدِى إِ ﱢﻧﻰ َﺣرﱠ ﻣ‬

"Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kedzaliman atas


diriKu, dan Aku telah menjadikan kedzaliman tadi sesuatu yang diharamkan di antara
kalian, Maka janganlah kalian saling mendzalimi satu dengan yang lain.” [HR Muslim:
6373]

Berarti di sini kita mengetahui Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah hakim yang Maha
Bijaksana, baik di dalam yang Allāh takdirkan maupun yang Allāh syariatkan.

:‫ﺳواء ﻋﻠﻣﻧﺎ ﻣﻧﮭﺎ ﻣﺎ ﻧﻌﻠم أوﺗﻘﺎﺻرت ﻋﻘو ﻟﻧﺎ ﻋن ذﻟك‬

Sama saja apakah hikmah tadi kita ketahui atau akal kita ini terlalu pendek untuk bisa
memahami hikmah tadi.

Jadi terkadang hikmah yang ada dalam syariat atau yang ada dalam apa yang Allāh
takdirkan itu ‫( ﻣــــﻌـﻠـوم‬sesuatu yang kita ketahui dengan mudah), tapi pada kesempatan
yang lain kita tidak mengetahuinya. Maka ini semua adalah karena akal kita yang
lemah.

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 101 of 106

Jangankan memahami masalah hikmah. Ada perkara yang dia ada di dalam jasad kita
dan sangat dekat dengan kita, tapi kita tidak mengetahuinya karena akal kita yang
terlalu lemah. Nyawa atau ruh misalnya.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

ً ‫ﻣْر َرﺑﱢﻰ َو َﻣﺂ أُوﺗِﯾ ُﺗم ﻣ َﱢن ْٱﻟﻌ ِْﻠم إِ ﱠﻻ َﻗﻠ‬َ


ِ ‫وح ۖ ﻗُ ِل ٱﻟرﱡ و ُح ﻣِنْ أ‬ ُ
[QS Al Isra': 85] ‫ِﯾﻼ‬ ِ ِ ‫َو َﯾﺳْ ـَٔﻠو َﻧ َك َﻋ ِن ٱﻟرﱡ‬
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh (tentang nyawa) yang ada di dalam diri
manusia, yang kalau nyawa ini berpisah dari kita, maka kita akan meninggal dunia.

Sesuatu yang sangat dekat dengan kita, kita tidak mengetahui hakekatnya. Allāh
Subhānahu wa Ta’āla, Dialah saja yang mengetahui tentang hakekat dari ruh ini

ً ‫ﻣْر َرﺑﱢﻰ َو َﻣﺂ أُوﺗِﯾ ُﺗم ﻣ َﱢن ْٱﻟﻌ ِْﻠم إِ ﱠﻻ َﻗﻠ‬


‫ِﯾﻼ‬ َ
ِ ‫ﻗُ ِل ٱﻟرﱡ و ُح ﻣِنْ أ‬
ِ

Dan tidaklah kalian diberikan dari ilmu ini kecuali sangat sedikit saja.

Ini menunjukkan bagaimana lemahnya manusia, bagaimana ‫ ﺿــــﻌـف‬- nya mereka,


lemahnya akal mereka. Kalau kita sudah mengetahui bahwasanya apa yang Allāh
takdirkan, apa yang Allāh syariatkan ini di dalamnya ada hikmah, maka seseorang
bersemangat untuk menjalankan ketaatan dan dia semangat untuk meninggalkan
kemaksiatan.

Di samping itu, orang yang memahami bahwasanya di setiap perkara pasti ada
hikmahnya, ketika dia mendapatkan musibah misalnya, maka dia yakin bahwasanya
musibah yang menimpa dia pasti ada hikmahnya. Kehilangan anak atau kehilangan
harta, atau tabrakan misalnya, laqadarullah, atau musibah-musibah yang lain yang
menimpa baik kehormatan seseorang, harta seseorang, maupun fisik seseorang.

Ketika seseorang kembali pada dalil dan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka
Allāh Maha bijaksana maka akan timbul di dalam hatinya apa? Ketenangan. Yakin
bahwa di balik musibah ada hikmahnya

Ada sebuah kisah yang mungkin bermanfaat.

Seseorang yang dia sudah habis masa kontraknya, yaitu kontrak rumahnya. Padahal
dia memiliki keluarga yang banyak. Akhirnya ia berusaha untuk mencari rumah
kontrakan yang lain, berusaha dan kesulitan untuk mendapatkan rumah kontrakan yang
sesuai dengan apa yang dia miliki, sesuai dengan kemampuan dia, sesuai dengan sifat
yang dia inginkan.

Sampai Alhamdulillah Allāh Subhānahu wa Ta’āla memudahkan dia menemukan rumah


yang dia inginkan, akhirnya terjadilah kesepakatan antara dia dan pemilik rumah tadi

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 102 of 106

dan sudah hampir dia dan juga keluarganya mau menempati rumah tersebut. Tapi
ternyata yang memiliki rumah tadi membatalkan perjanjian.

Antum bisa bayangkan bagaimana perasaan seorang bapak tadi, seorang kepala
rumah tangga yang dia bertanggung jawab dan dia sudah senang dan juga
keluarganya, akan pindah ke rumah yang baru, setelah bersusah payah untuk
mendapatkan rumah tadi, ternyata dibatalkan. Terpaksalah dia mencari rumah yang
lain, yang mungkin tidak sesuai dengan keinginan dia.

Beberapa hari setelah itu dia mendengar atau sampai kepadanya kabar bahwasanya
rumah yang hampir saja mereka sewa tadi roboh. Barulah di situ dia memuji Allāh
Subhānahu wa Ta’āla setelah sebelumnya mungkin ada di dalam hatinya sebuah
perasaan, di dalamnya seakan akan tidak ridho dengan takdir Allāh Subhānahu wa
Ta’āla, atau menunjukkan perasaan tidak sabar.

Setelah itu dia baru bisa memahami, ternyata di dalam musibah tadi ada hikmahnya.
Kenapa dia dibatalkan perjanjiannya, ternyata Allāh Subhānahu wa Ta’āla
menyelamatkan dia dan juga keluarganya dari musibah yang lebih besar.

Demikian seorang yang beriman harusnya dia berpikir ketika dia mendapatkan musibah
(musibah apa saja) dia yakin bahwasanya dibalik musibah itu pasti di sana ada hikmah.

Akhirnya kita sampai pada akhir dari pertemuan kali ini. Kita berdo'a kepada Allāh
Subhānahu wa Ta’āla, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan hidayah
kepada kita semuanya dan menjaga hati kita, menetapkan kita di atas agama Islam
sampai kita bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Itulah yang bisa kita sampaikan.

‫ رب اﻟﻌﺎﻟﻣﯾن‬N ‫واﺧردﻋواﻧﺎ أن اﻟﺣﻣد‬


ّ ‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 103 of 106


🌐 WAG Dirosah Islamiyah


Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad

▪🗓 _JUM’AT_
| 19 Shafar 1444 H
| 16 September 2022 M

🎙 *Oleh : Ustadz DR. Abdullah Roy M.A. ‫*ﺣﻔظﮫ ﷲ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬


📗 *Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah*

🔈 *Audio ke-70*
📖 _Iradah Allāh Subhānahu wa Ta’āla Bagian Keenam: Iradah Kauniyyah dan
Syari'yyah Mengikuti Hikmah Allāh Subhānahu wa Ta’āla_
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

‫ﷲ اﻟرﺣﻣن اﻟرﺣﯾم‬ ّ ‫ﺑﺳم‬


‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬ ّ ‫اﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ ﻣـن ﺷـرور أﻧـﻔﺳﻧﺎ وﻣـن ﺳـﯾﺋﺎت أﻋـﻣﺎﻟـﻧﺎ ﻣـن ﯾﮭـده ﷲ ﻓـﻼ ﻣـﺿل ﻟـﮫ وﻣـن ﯾـﺿﻠل‬N‫ وﻧـﻌوذ ﺑـﺎ‬,‫ ﻧﺣـﻣده وﻧﺳـﺗﻌﯾﻧﮫ وﻧﺳـﺗﻐﻔره‬N ‫إن اﻟﺣـﻣد‬
‫ اﻟـﻠﮭم ﺻـﻠﻰ وﺳـﻠم وﺑـﺎرك ﻋـﻠﻰ ﻧـﺑﯾﻧﺎ ﻣﺣـﻣد‬,‫ وأﺷﮭـد أن ﻣﺣـﻣدا ﻋـﺑده ورﺳـوﻟـﮫ‬,‫ وأﺷﮭـد أﻻ إﻟـﮫ إﻻ ﷲ وﺣـده ﻻ ﺷـرﯾـك ﻟـﮫ‬,‫ﻓـﻼ ھـﺎدي ﻟـﮫ‬
‫و ﻋﻠﻰ آﻟﮫ وﺻﺣﺑﮫ و ﻣن ﺗﺑﻌﮭم ﺑﺈﺣﺳﺎن اﻟﻰ ﯾوم اﻟدﯾن أﻣﺎ ﺑﻌد‬

Alhamdulillah kembali kita dimudahkan oleh Allāh pada kesempatan kali ini untuk
melanjutkan kajian tentang masalah aqidah.

Masih kita membahas kitab yang dikarang oleh syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsaimin rahimahullah yang berjudul Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah.

Syaikh mendatangkan firman Allāh Azza wa Jalla,

َ ‫ْس ٱﻟﻠﱠ ُﮫ ِﺑﺄَﺣْ َﻛ ِم ْٱﻟ ٰ َﺣ ِﻛﻣ‬


‫ِﯾن‬ َ ‫أَ َﻟﯾ‬

"Bukankah Allāh Dialah yang paling bijaksana.” [QS At-Tin: 8]

Masuk di dalamnya adalah bijaksana di dalam syariat dan bijaksana dalam masalah
takdir. Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,

ِ ‫َو َﻣنْ أَﺣْ َﺳنُ ﻣ َِن ﱠ‬


َ ‫ ﺣ ُْﻛﻣًﺎ ﻟﱢ َﻘ ْو ٍم ﯾُو ِﻗ ُﻧ‬N‫ٱ‬
‫ون‬

"Dan siapakah yang lebih baik (hukumnya) daripada Allāh? Bagi orang-orang yang
yakin.” [QS Al Maidah: 50]

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 104 of 106


Orang yang yakin, orang yang beriman, maka dia akan mengatakan bahwasanya
hukum Allāh adalah hukum yang paling baik, karena hukum Allāh berdasarkan ilmu,
berdasarkan kebijaksanaan, bukan berdasarkan hawa nafsu, bukan karena dipaksa
oleh yang lain.

َ ‫ون ﻟﱢ َﻘ ْو ٍم ﯾُو ِﻗ ُﻧ‬


‫ون‬ ِ ‫َو َﻣنْ أَﺣْ َﺳنُ ﻣ َِن ﱠ‬
َ ‫ ﺣ ُْﻛﻣًﺎ ﻟﱢ َﻘ ْو ٍم ﯾُو ِﻗ ُﻧ‬N‫ٱ‬

"Dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allāh? Bagi orang-orang yang
yakin.”

Ini adalah apa yang disebutkan oleh syaikh tentang masalah sifat iradah bagi Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

Pembahasan Iradah ini juga akan dibahas ketika kita membahas tentang masalah
beriman kepada takdir. Tentang masalah iradah juga akan dibahas nanti ketika kita
membahas tentang rukun iman yang terakhir yaitu beriman kepada takdir Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

Dibahas dalam iman kepada Allāh karena berkaitan dengan sifat iradah. Sifat iradah
adalah di antara sifat sifat Allāh yang harus kita tetapkan bagi Allāh Subhānahu wa
Ta’āla.

Di akhir pertemuan ini kita akan memberikan kesimpulan dan juga ringkasan.

1. Bahwasanya di antara sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah sifat iradah yaitu sifat
berkehendak, sifat berkeinginan. Sesuai dengan keagungan Allāh Subhānahu wa
Ta’āla. Tidak sama dengan iradah yang dimiliki oleh makhluk.

‫ْس َﻛﻣ ِْﺛﻠِ ِﮫ َﺷﻲْ ٌء‬


َ ‫َﻟﯾ‬

"Tidak ada yang serupa dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.” [QS Asy Syuura: 11]

2. Bahwasanya iradah Allāh terbagi menjadi dua:


▪ Pertama: Iradah Kauniyyah,
▪ Kedua: Iradah Syar'iyyah.

Apa perbedaan keduanya?


• Iradah Kauniyyah pasti terjadi dan dia tidak harus sesuatu yang dicintai oleh
Allāh.
• Adapun iradah Syar'iyyah tidak pasti terjadi, dan dia adalah sesuatu yang pasti
dicintai oleh Allāh. Allāh Subhānahu wa Ta’āla mencintai keimanan manusia, maka ini
adalah iradah Syar’iyyah. Tapi iradah ini belum tentu terjadi. Banyak di antara mereka
yang tidak beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

3. Bahwasanya di dalam sesuatu yang diinginkan oleh Allāh, baik dengan Iradah
Kauniyyah maupun Iradah Syar'iyyah pasti di situ mengikuti hikmah Allāh Subhānahu

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 105 of 106




wa Ta’āla. Tidak mungkin keluar dari hikmah Allāh baik dari segi syari'atnya maupun di
dalam apa yang Allāh takdirkan.

4. Tidak semua hikmah tadi diketahui oleh manusia. Ada di antara hikmah yang
diketahui oleh manusia dan ada di antaranya tidak diketahui oleh manusia, dan
kewajiban kita adalah beriman kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, bahwasanya Allāh
Subhānahu wa Ta’āla melakukan apa yang dikehendaki dan apa yang dikehendaki oleh
Allāh pasti di sana ada hikmahnya.

Akhirnya kita sampai pada akhir dari pertemuan kali ini. Kita berdo'a kepada Allāh
Subhānahu wa Ta’āla, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan hidayah
kepada kita semuanya dan menjaga hati kita, menetapkan kita di atas agama Islam
sampai kita bertemu dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Itulah yang bisa kita sampaikan.

‫ رب اﻟﻌﺎﻟﻣﯾن‬N ‫واﺧردﻋواﻧﺎ أن اﻟﺣﻣد‬


ّ ‫واﻟﺳﻼم ﻋﻠﯾﻛم ورﺣﻣﺔ‬
‫ﷲ وﺑرﻛﺎﺗﮫ‬

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•

📦 Hayuk jadi kunci pembuka pintu kebaikan...


*Donasi Pengembangan Dakwah FatwaTV & Dewan Fatwa Perhimpunan Al-
Irsyad*
Salurkan Infaq Terbaik Anda ke:
www.DewanFatwa.com/RekeningDonasi

| Bank Syariah Indonesia (451)


| 777 183 183 9 (ex.BSM)
a/n *Yayasan Pilar Media Komunikasi*

Konfirmasi Donasi:
wa.me/62838-0600-0003

Dirosah Islamiyah Gel-05, 2022 106 of 106

Anda mungkin juga menyukai