Anda di halaman 1dari 171

SKRIPSI

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KULIT PADA MANUSIA


MENGGUNAKAN METODE CASE BASED REASONING (CBR)
DENGAN ALGORITMA SORENSEN COEFFICIENT

Diajukan Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

ASDAR
E1E118017

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
ii
iii
iv
INTI SARI

Asdar., E1E118017

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KULIT PADA MANUSIA


MENGGUNAKAN METODE CASE BASED REASONING (CBR) DENGAN
ALGORITMA SORENSEN COEFFICENT

Skripsi, Fakultas Teknik, 2022

Kata kunci – Case based reasoning, sistem pakar, sorensen coefficient

Permasalahan yang sering terjadi pada masyarakat pada dunia kesehatan


adalah ketersediaan pakar yang memiliki pengetahuan tertentu, seperti dokter
spesialis kulit, yang tidak mudah diperoleh ataupun waktunya yang terbatas,
ataupun terkendala dengan kurangnya biaya bagi masyarakat yang ingin berobat
ataupun bertemu dengan pakar. Oleh karena itu perlu dibangun suatu sistem yang
dapat membantu penderita, dokter atau siapapun yang bergerak dibidangnya untuk
dapat meringankan pekerjaannya. Sistem tersebut adalah sistem pakar, sistem pakar
adalah sistem yang mampu menirukan penalaran seorang pakar ke dalam komputer
sehingga dapat menyelesaikan masalah yang seperti biasa dilakukan oleh para ahli.
Penelitian ini menggunakan metode case base reasoning untuk metode
penalarannya dan menggunakan algoritma sorensen coeffcient untuk mencari nilai
kedekatan kasus baru dengan kasus lama dari jenis penyakit kulit yang disebabkan
oleh jamur, bakteri, virus, parasit, alergi dan luka bakar dengan kasus sebanyak 130
kasus yang terbagi menjadi 104 kasus data latih dan 26 kasus sebagai data uji.
Berdasarkan hasil pengujian pada sistem ini memiliki tingkat akurasi terbesar 100%
dan terendah 83.33%.

v
ABSTRACK

Asdar., E1E118017

EXPERT SYSTEM FOR DIAGNOSIS OF HUMAN SKIN DISEASE USING


CASE BASED REASONING (CBR) METHOD WITH COEFFICENT
SORENSEN ALGORITHM

Thesis, Faculty of Engineering, 2022

Kata kunci – Case based reasoning, expert system, sorensen coefficient

The problem that often occurs in the community in the health world is the
availability of experts who have certain knowledge, such as skin specialists, who
are not easily obtained or have limited time, or are constrained by the lack of funds
for people who want to seek treatment or meet with experts. Therefore it is
necessary to build a system that can help sufferers, doctors or anyone who is
engaged in their field to be able to ease their work. The system is an expert system,
an expert system is a system that is able to imitate the reasoning of an expert into a
computer so that it can solve problems as is usually done by experts. This study
uses the case base reasoning method for the reasoning method and uses the
Sorensen coefficient algorithm to find the value of the proximity of new cases to old
cases of skin diseases caused by fungi, bacteria, viruses, parasites, allergies and
burns with 130 cases divided into into 104 cases of training data and 26 cases of
test data. Based on the test results, this system has the highest accuracy rate of
100% and the lowest is 83.33%.

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


rahmat dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga berkat ridho-Nyalah laporan
Tugas Akhir yang berjudul “SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT
KULIT PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE CASE BASE
REASONING (CBR) DENGAN ALGORITMA SORENSEN COEFFICIENT”
dapat diselesaikan dengan baik. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat
menempuh jenjang Strata-1 pada Jurusan S1 Teknik Informatika, Fakultas Teknik,
Universitas Halu Oleo.
Tugas akhir ini merupakan sarana bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan
ilmu dan pengetahuan yang telah didapatkan selama mengikuti perkuliahan di
Jurusan S1 Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo untuk
mendapatkan satu pengetahuan baru dari hasil penelitian yang dilakukan.

Untuk dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini, tentunya tidak lepas
dari hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan moril maupun materil dari
berbagai pihak, akhirnya Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Untuk itu
tidak berlebihan kiranya jika dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada orang-orang yang sangat saya kasihi dan sayangi, terkhusus kepada
kedua orang tua saya Bapak Aras, bapak terhebat dan Ibu Ratna, ibu terbaik yang
keduanya sangat saya cintai, serta saudari saya Astina, S.K.M, kakak tersayang
yang senantiasa memberi perhatian serta dukungan selama studi saya, memberi
dorongan agar saya selalu rajin belajar dan serius selama kuliah dan yang selalu
mengingatkan “sudah sampai mana perkembangan tugas akhirnya?”.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan
ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai persyaratan dalam
menyelesaikan studi S-1 di Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik,
Universitas Halu Oleo dengan judul “SISTEM PAKAR DIAGNOSA
PENYAKIT KULIT PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE CASE
BASE REASONING (CBR) DENGAN ALGORITMA SORENSEN
COEFFICIENT”. Dalam penelitian dan penyusunan skripsi, penulis mendapatkan
bantuan baik secara teknis maupun non teknis berupa bimbingan, arahan maupun
bantuan lainnya dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun Firidu, S.Si., M.Sc. selaku Rektor
Universitas Halu Oleo.
2. Bapak Dr. Edward Ngii, S.T., M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Halu Oleo.
3. Bapak Sutardi, S.Kom., M.T. selaku Ketua Jurusan S-1 Teknik
Informatika Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo.
4. Ibu Ika Purwanti Ningrum, S.Kom., M.Cs. sebagai Pembimbing I yang
telah banyak memberikan saran, petunjuk, ilmu pengetahuan, dukungan
dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Rizal Adi Saputra, ST, M.Kom sebagai Pembimbing II yang telah
banyak memberikan saran, petunjuk, ilmu pengetahuan, dukungan dan
motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Jumadil Nangi, S.Kom., MT selaku Dosen Penguji atas koreksi
dan sarannya mulai dari ujian proposal, Bapak Dr.Ir. Muh. Ihsan Sarita,
M.Kom selaku Dosen Penguji atas koreksi dan sarannya mulai dari ujian
seminar proposal dan Ibu Statiswaty, ST., MMSI selaku Dosen Penguji
atas koreksi dan sarannya mulai dari ujian seminar proposal hingga ujian
seminar hasil sampai ujian akhir (skripsi).

viii
7. Dosen serta para staff Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo, khususnya
pada Jurusan Teknik Informatika atas bimbingan dan bantuannya.
8. Kedua orang tua tercinta atas dukungan, do’a dan kasih sayang yang tiada
tara.
9. Saudariku yang tersayang yang selalu mengingatkan saya untuk lulus
kuliah secepatnya.
10. Untuk saudara seperjuanganku Daris Jago-Jago Ikhlas Sul Amal,
Muhammad Ijlal Prayoga dan Asrin yang telah membersamai menuntut
ilmu agama Islam dari awal semester sampai saat ini dan saling
mengingatkan dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah Subhanahu
Wata’ala. Semangat untuk kalian dalam menyelesaikan masa studi saat ini
dan buktikan bahwa pertolongan Allah itu sangat dekat kepada hambanya
yang selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
11. Untuk teman-teman sepeminatan KCV (Komputasi Cerdas Visual) 018
Ababil Azies Sasilo, Muhammad Faza Almaliki dan La Ode Rahmat
Andre Pratama. Semangat untuk kalian semua, mari kita sama-sama
selesaikan masa studi kita. Semangat mengerjakan Tugas Akhirnya,
buktikan bahwa peminatan KCV itu bukan peminatan yang sulit dan butuh
waktu lama untuk menyelesaikannya tetapi ini adalah peminatan yang
menarik dan menantang.
12. Teman-teman Keluarga Besar Teknik Informatika Angkatan 2018
(CMOS) yang telah memberikan semangat, motivasi, bantuan dan
do’anya. Semangat untuk menyelasaikan kuliahnya secepat mungkin dan
jangan pernah menyerah.
13. Serta kakak-kakak Angkatan 2016, 2017 dan adik-adik 2019, 2020 yang
telah memberikan bantuan dan do’anya.
14. Dan yang terakhir untuk semua teman-teman yang tidak bisa saya
sebutkan namanya satu per satu, terima kasih atas dukungan dan doa’nya.

ix
x
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
PERNYATAAN .................................................................................................. iiiv
INTI SARI.............................................................................................................. v
ABSTRACK.......................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR TABEL............................................................................................ xviiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
1.6 Sistematika Penulisan ........................................................................... 4
1.7 Tinjauan Pustaka ................................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 7
2.1 Sistem Pakar ......................................................................................... 7
2.2 Penyakit Kulit ....................................................................................... 8
2.2.1 Infeksi Jamur......................................................................................... 9
2.2.2 Infeksi Bakteri..................................................................................... 13
2.2.3 Infeksi Virus ....................................................................................... 17
2.2.4 Infeksi Parasit ..................................................................................... 20
2.2.5 Alergi .................................................................................................. 22
2.2.6 Luka Bakar.......................................................................................... 26
2.3 Metode CBR (Case Based Reasoning) ............................................... 28
2.3.1 Pengertian Metode CBR (Case Base Reasoning) ............................... 28

xi
2.3.2 Pemanfaatan Metode CBR (Case Based Reasoning) ......................... 28
2.3.3 Tahapan Metode CBR (Case Based Reasoning) ................................ 30
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode CBR (Case Based Reasoning) .. 32
2.4 Algoritma Sorensen Coeffient............................................................. 33
2.5 Cara Kerja Metode Case Base Reasoning dengan Algoritma Sorensen
Coefficient ...................................................................................................... 35
2.6 HTML 5 (Hyper Text Markup Language) .......................................... 39
2.7 XAMPP ............................................................................................... 39
2.8 CSS (Cascading Style Sheet) .............................................................. 40
2.9 PHP 7 .................................................................................................. 40
2.10 MySQL ............................................................................................... 40
2.11 CodeIgniter ......................................................................................... 41
2.12 UML (Unified Modeling Language)................................................... 41
2.13 RUP (Rational Unified Process)......................................................... 46
2.14 Pengujian Black Box ........................................................................... 47
2.15 Pengujian Akurasi ............................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 48
3.1 Metode Pengumpulan Data................................................................. 48
3.2 Metode Pengembangan Sistem ........................................................... 48
3.3 Waktu dan Tempat .............................................................................. 49
3.3.1 Waktu Penelitian ................................................................................. 49
3.3.2 Tempat Penelitian ............................................................................... 50
BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ................................... 51
4.1 Analisis Sistem ................................................................................... 51
4.1.1 Analisis Kebutuhan Fungsional.......................................................... 51
4.1.2 Analisis Kebutuhan Non Fungsional .................................................. 51
4.1.2.1 Kebutuhan Perangkat Keras .......................................................... 52
4.1.2.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ......................................................... 52
4.2 Perancangan Sistem ............................................................................ 53
4.2.1 Perancangan Basis Pengetahuan ......................................................... 53
4.2.2 Perancangan Unified Modelling Language (UML) ............................ 62

xii
4.2.2.1 Use Case Diagram ......................................................................... 62
4.2.2.2 Activity Diagram ............................................................................ 63
4.2.2.3 Sequence Diagram ......................................................................... 75
4.2.2.4 Class Diagram ............................................................................... 86
4.2.3 Perancangan User Interface ................................................................ 87
BAB V IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN ........................................... 97
5.1 Implementasi Sistem ........................................................................... 97
5.2 Data ..................................................................................................... 97
5.3 Implementasi Interface ..................................................................... 120
5.3.1 Halaman Beranda (User) .................................................................. 120
5.3.2 Halaman Diagnosa ............................................................................ 121
5.3.3 Halaman Daftar Penyakit .................................................................. 122
5.3.4 Halaman Tentang .............................................................................. 123
5.3.5 Halaman Login (Admin) ................................................................... 123
5.3.6 Halaman Beranda (Admin) ............................................................... 124
5.3.7 Halaman Admin ................................................................................ 124
5.3.8 Halaman Penyakit ............................................................................. 125
5.3.9 Halaman Gejala................................................................................. 125
5.3.10 Halaman Pengetahuan .................................................................... 126
5.3.11 Halaman Riwayat Konsultasi ......................................................... 126
5.3.12 Halaman Post Daftar Penyakit ........................................................ 127
5.3.13 Halaman Ubah Password ............................................................... 127
5.3.14 Halaman Logout ............................................................................. 128
5.4 Pengujian Sistem............................................................................... 128
5.4.1 Pengujian Black Box ......................................................................... 128
5.4.2 Pengujian Diagnosa Sistem Penyakit Kulit ...................................... 130
5.4.3 Pengujian Perbandingan Hasil Diagnosa Sistem dengan Diagnosa
Dokter .......................................................................................................... 132
5.4.4 Pengujian Anomali Perbandingan Hasil Diagnosa Sistem dengan
Diagnosa Dokter .......................................................................................... 140
BAB VI PENUTUP ........................................................................................... 145

xiii
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 145
6.2 Saran ................................................................................................. 145
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 147

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Case Based Reasoning (Darwanto & Trisnawati, 2021)........ 32
Gambar 2.2 Ilustrasi Kedekatan Kasus (Amran, 2018) ........................................ 35
Gambar 2.3 Kasus 1 dan Kasus Baru (Arundy et al., 2021) ................................. 37
Gambar 2.4 Kasus 2 dan Kasus Baru (Arundy et al., 2021) ................................. 37
Gambar 4.1 Rancangan Data Pengetahuan Sistem Pakar ..................................... 61
Gambar 4.2 Use Case Diagram............................................................................. 62
Gambar 4.3 Metode Penalaran .............................................................................. 63
Gambar 4.4 Activity Algoritma Sorensen Coefficient ........................................... 64
Gambar 4.5 Activity Diagram Beranda User......................................................... 65
Gambar 4.6 Activity Diagram Diagnosa User ....................................................... 65
Gambar 4.7 Activity Diagram Daftar Penyakit User............................................. 66
Gambar 4.8 Activity Diagram Tentang User ......................................................... 66
Gambar 4.9 Activity Diagram Login Admin ......................................................... 67
Gambar 4.10 Activity Diagram Beranda Admin ................................................... 68
Gambar 4.11 Activity Diagram Admin.................................................................. 68
Gambar 4.12 Activity Diagram Penyakit Admin................................................... 69
Gambar 4.13 Activity Diagram Gejala Admin ...................................................... 70
Gambar 4.14 Activity Diagram Pengetahuan Admin ............................................ 71
Gambar 4.15 Activity Diagram Riwayat Konsultasi Admin ................................. 72
Gambar 4.16 Activity Diagram Post Daftar Penyakit Admin ............................... 73
Gambar 4.17 Activity Diagram Ubah Password Admin ....................................... 74
Gambar 4.18 Activity Diagram Logout Admin ..................................................... 74
Gambar 4.19 Sequence Diagram Beranda User.................................................... 75
Gambar 4.20 Sequence Diagram Diagnosa User .................................................. 76
Gambar 4.21 Sequence Diagram Daftar Penyakit User ........................................ 76
Gambar 4.22 Sequence Diagram Tentang User .................................................... 77
Gambar 4.23 Sequence Diagram Login Admin .................................................... 78
Gambar 4.24 Sequence Diagram Beranda Admin ................................................ 78
Gambar 4.25 Sequence Diagram Admin............................................................... 79

xv
Gambar 4.26 Sequence Diagram Penyakit Admin................................................ 80
Gambar 4.27 Sequence Diagram Gejala Admin ................................................... 81
Gambar 4.28 Sequence Diagram Pengetahuan Admin ......................................... 82
Gambar 4.29 Sequence Diagram Riwayat Konsultasi Admin .............................. 83
Gambar 4.30 Sequence Diagram Post Daftar Penyakit Admin............................. 84
Gambar 4.31 Sequence Diagram Ubah Password Admin .................................... 85
Gambar 4.32 Sequence Diagram Logout Admin .................................................. 85
Gambar 4.33 Class Diagram ................................................................................. 86
Gambar 4.34 Halaman Beranda User ................................................................... 87
Gambar 4.35 Halaman Data Diri .......................................................................... 88
Gambar 4.36 Halaman Diagnosa .......................................................................... 88
Gambar 4.37 Halaman Hasil Diagnosa ................................................................. 89
Gambar 4.38 Halaman Daftar Penyakit ................................................................ 89
Gambar 4.39 Halaman Tentang ............................................................................ 90
Gambar 4.40 Halaman Login ................................................................................ 90
Gambar 4.41 Halaman Beranda Admin ................................................................ 91
Gambar 4.42 Halaman Admin .............................................................................. 91
Gambar 4.43 Halaman Tambah Admin ................................................................ 92
Gambar 4.44 Halaman Penyakit ........................................................................... 92
Gambar 4.45 Halaman Tambah Penyakit ............................................................. 93
Gambar 4.46 Halaman Gejala ............................................................................... 93
Gambar 4.47 Halaman Pengetahuan ..................................................................... 94
Gambar 4.48 Halaman Riwayat Konsultasi .......................................................... 94
Gambar 4.49 Halaman Post Daftar Penyakit ........................................................ 95
Gambar 4.50 Halaman Ubah Password ................................................................ 95
Gambar 4.51 Halaman Logout .............................................................................. 96
Gambar 5.1 Data Pengetahuan Sistem Pakar ...................................................... 106
Gambar 5.2 Tampilan Beranda (User) ................................................................ 120
Gambar 5.3 Tampilan Form Data Diri ................................................................ 121
Gambar 5.4 Tampilan Diagnosa ......................................................................... 121
Gambar 5.5 Tampilan Hasil Diagnosa ................................................................ 122

xvi
Gambar 5.6 Tampilan Daftar Penyakit ............................................................... 122
Gambar 5.7 Tampilan Tentang ........................................................................... 123
Gambar 5.8 Tampilan Login ............................................................................... 123
Gambar 5.9 Tampilan Beranda Admin ............................................................... 124
Gambar 5.10 Tampilan Admin ........................................................................... 124
Gambar 5.11 Tampilan Penyakit......................................................................... 125
Gambar 5.12 Tampilan Gejala ............................................................................ 125
Gambar 5.13 Tampilan Pengetahuan .................................................................. 126
Gambar 5.14 Tampilan Riwayat Konsultasi ....................................................... 126
Gambar 5.15 Tampilan Post Daftar Penyakit ..................................................... 127
Gambar 5.16 Tampilan Ubah Password ............................................................. 127
Gambar 5.17 Tampilan Logout ........................................................................... 128

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bobot Parameter (Amran, 2018).................................................... 34


Tabel 2.2 Use Case Diagram ......................................................................... 42
Tabel 2.3 Activity Diagram ............................................................................ 43
Tabel 2.4 Sequence Diagram ......................................................................... 44
Tabel 2.5 Class Diagram ............................................................................... 45
Tabel 3.1 Waktu Penelitian............................................................................ 50
Tabel 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras .......................................................... 52
Tabel 4.2 Spesifikasi Perangkat Lunak.......................................................... 52
Tabel 4.3 Rancangan Data Penyakit .............................................................. 53
Tabel 4.4 Rancangan Data Gejala.................................................................. 56
Tabel 5.1 Data Penyakit ................................................................................. 98
Tabel 5.2 Data Gejala .................................................................................. 100
Tabel 5.3 Basis Pengetahuan Sistem ........................................................... 107
Tabel 5.4 Pengujian Black Box .................................................................... 129
Tabel 5.5 Gejala Diagnosa Penyakit A ........................................................ 131
Tabel 5.6 Gejala Diagnosa Penyakit C ........................................................ 132
Tabel 5.7 Perbandingan Hasil Diagnosa ...................................................... 133
Tabel 5.8 Perbandingan Anomali Hasil Diagnosa ....................................... 140
Tabel 5.9 Kriteria Kemiripan ....................................................................... 143
Tabel 5.10 Evaluasi Kasus Baru .................................................................. 144

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang teknologi


informasi, dalam sisi kehidupan tidak terlepas dari komputerisasi termasuk
dunia kesehatan. Permasalahan yang sering terjadi pada masyarakat adalah
ketersediaan pakar yang memiliki pengetahuan tertentu, seperti dokter spesialis
kulit. Berdasarkan data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin
(PERDOSKI), jumlah dokter spesialis kulit dan kelamin di Indonesia kurang lebih
500 dokter saja, hal ini masih terbilang sedikit jika dibandingkan dengan jumlah
penduduk Indonesia yang mengalami penyakit kulit setiap tahunnya. Oleh karena
itu dokter spesialis ini tidak mudah ditemukan ataupun waktunya yang terbatas,
ataupun terkendala dengan kurangnya biaya bagi masyarakat yang ingin berobat
ataupun bertemu dengan pakar. Sehingga para pasien yang menderita penyakit ini
perlu penanganan yang segera (Kartinah, 2021).

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun


2019, salah satu jenis penyakit kulit yang paling banyak menyerang masyarakat
Indonesia adalah jenis penyakit kulit kusta/lepra. Pada tahun 2000 Indonesia telah
mencapai status eliminasi kusta, angka prevalensi kusta di Indonesia pada tahun
2019 sebesar 0,74 kasus per 10.000 penduduk dan angka penemuan kasus baru
sebesar 6,51 kasus per 100.000 penduduk. Pada tahun 2019 dilaporkan 17.439
kasus baru kusta yang 85% diantaranya merupakan kusta tipe Multi Basiler (MB).
Dan masih banyak lagi jenis penyakit kulit lainnya (Kemenkes, 2020).

Oleh karena itu perlu dibangun suatu sistem yang dapat membantu penderita,
dokter atau siapa pun yang bergerak dibidangnya untuk dapat meringankan
pekerjaannya. Sistem tersebut adalah sistem pakar, sistem pakar adalah sistem yang
mampu menirukan penalaran seorang pakar ke dalam

1
2

komputer sehingga dapat menyelesaikan masalah yang seperti biasa dilakukan oleh
para ahli.

Sebelumnya sudah ada penelitian yang berhubungan dengan sistem pakar


untuk penyakit kulit. Penelitian tersebut dilakukan oleh Dina Agustina, Hindayati
Mustafidah dan Mustika Ratnaningsih Purbowati yang menggunakan sistem pakar
untuk mendiagnosa penyakit kulit pada manusia. Sistem pakar yang dibangun
menggunakan metode backward chaining, namun dalam penelitian tersebut, gejala
yang digunakan untuk mendiagnosa hanya untuk jenis penyakit kulit yang
mempunyai gejala akibat infeksi jamur (Agustina et al., 2016)

Pada penelitian lainnya yang berhubungan dengan sistem pakar, yang dimana
penelitian tersebut dilakukan oleh Indra Dharma Wijaya, Milyun Ni’ma Shoumi
dan Triska Intania Sulistiyowati menggunakan sistem pakar untuk mendiagnosa
penyakit estrus sapi perah. Sistem pakar yang dibangun menggunakan metode case
based reasoning dan algoritma sorensen coefficient. Dengan menggunakan metode
dan algoritma tersebut, sistem pakar yang dibangun mampu menghasilkan tingkat
akurasi diagnosa sebesar 100% (Wijaya et al., 2020).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dalam penelitian


ini akan dibangun sebuah “Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit Pada Manusia
Menggunakan Metode Case Based Reasoning (CBR) dengan Algoritma
Sorensen Coefficient”, yang dapat mendiagnosa penyakit kulit akibat infeksi
jamur, bakteri, virus, parasit, alergi dan luka bakar. Dengan adanya sistem pakar ini
diharapkan dapat membantu penanganan sebagai tindakan awal untuk mengatasi
penyakit kulit pada manusia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, rumusan


masalah yang dapat dipaparkan yaitu bagaimana mengimplementasikan Metode
Case Based Reasoning dan Algoritma Sorensen Coefficient untuk membangun
sistem pakar diagnosa penyakit kulit pada manusia.
3

1.3 Batasan Masalah

Hal-hal yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Jumlah jenis penyakit kulit yang akan didiagnosa adalah 53 jenis


penyakit yang diakibatkan dari infeksi jamur, virus, bakteri, parasit,
alergi dan luka bakar.
2. Aplikasi ini mendiagnosa penyakit kulit pada pasien dan memberikan
solusi pada setiap penyakit untuk berobat ke klinik dokter.
3. Aplikasi ini berbasis website.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan pada pembuatan sistem pakar diagnosa penyakit


kulit pada manusia menggunakan Metode Case Based Reasoning (CBR) dengan
Algoritma Sorensen Coefficient yaitu:

1. Bagaimana menerapkan sistem pakar guna mendiagnosa penyakit kulit


pada manusia.
2. Bagaimana membantu dokter dalam melakukan Analisa dan menentukan
jenis penyakit kulit yang diderita oleh pasien.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat pembuatan sistem pakar diagnosa penyakit kulit pada


manusia menggunakan Metode Case Based Reasoning (CBR) dengan Algoritma
Sorensen Coefficient yaitu:

1. Dapat menghasilkan sebuah aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit kulit


yang efektif dan efisien dalam melakukan proses diagnosa penyakit kulit.
2. Dapat mempermudah seseorang untuk mengetahui jenis penyakit kulit apa
yang dideritanya secara mandiri.
3. Dapat mempermudah dokter dalam mengetahui jenis penyakit kulit apa
yang diderita oleh pasien.
4

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan proposal pada penelitian ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang deskripsi umum isi laporan yang meliputi latar
belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
sistematika penulisan dan tinjauan pustaka.

BAB II LANDASAN TEORI


Bab ini membahas teori-teori penunjang yang berhubungan dengan penelitian
berupa teori dari metode yang digunakan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini membahas tahapan tentang proses dan prosedur pengumpulan data,
prosedur analisis metode, prosedur pengembangan sistem serta waktu dan tempat
penelitian.
BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN
Pada bagian ini diuraikan analisis sistem yang akan dibuat dan kebutuhan
sistem yang meliputi kebutuhan fungsional, kebutuhan non fungsional sistem.
Rancangan sistem meliputi rancangan arsitektur sistem, perancangan proses,
rancangan prosedural, rancangan data dan rancangan user interface.
BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM
Bagian ini menyajikan secara lengkap setiap langkah yang dilakukan dalam
implementasi sistem, dilakukan pembahasan skenario dan pengujian pada.
BAB VI PENUTUP
Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari keseluruhan bab serta
memberikan saran-saran yang mungkin berguna untuk mengatasi masalah yang
dihadapi.
5

1.7 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang bertema sistem pakar yang


menjadi acuan dan referensi penyusunan dalam menyusun tugas akhir ini. Penulis
mengambil dari jurnal dan penelitian, antara lain:

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Indra Dharma Wijaya, Milyun Ni’ma
Shoumi dan Triska Intania Sulistiyowati (2020) dengan judul Implementasi Case-
Based-Reasoning Pada Deteksi Estrus Sapi Perah Menggunakan Sorensen
Coefficient menyimpulkan bahwa setelah dilakukan pengujian, sistem dapat
berjalan dengan baik dan didapatkan keakurasian sebesar 100% (Wijaya et al.,
2020).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Roza Fuad Majeed, Soran AB. M.
Saeed, Dana Abdulmajeed Abdilkarim dan Haval Mohammed Sidqi (2020) dengan
judul Skin Tumors Diagnosis Utilizing Case Based Reasoning and The Expert
System menyimpulkan bahwa dengan menggunakan penalaran berbasis kasus
(CBR) dan sistem pakar dapat dibangun sistem yang murah, mudah digunakan dan
sistem akurat untuk mendeteksi kanker kulit pada tahap awal untuk menyelamatkan
hidup manusia, meningkatkan tingkat kelangsungan hidup, dan menurunkan biaya
tes dermoskopi (Majeed et al., 2020).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hengki Tamando Sihotang, Fristi


Riandari dan Indri Gita Margareth. S (2020) dengan judul Expert System to
Different Mixed Disease in Baby Using CBR (Case Based Reasoning) Method
menyimpulkan bahwa aplikasi yang dibangun mampu memudahkan masyarakat
untuk mengetahui jenis penyakit kulit campak pada bayi dan anak yang tertular
virus atau dari lingkungan sekitar (Sihotang et al., 2020).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yusmawati dan Sanusi (2021)


dengan judul Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Tanaman Padi Menggunakan
Metode Case Based Reasoning (CBR) Berbasis Website menyimpulkan bahwa
setelah dilakukan pengujian, Hasil perhitungan nilai sensitivitas 100% dengan nilai
akurasi sistem 86,84%. Hal ini menunjukkan bahwa sistem pakar menggunakan
6

CBR dapat mengidentifikasi penyakit tanaman padi dengan baik (Yusmawati,


2021).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Surya Aulia Rahman dan Sumijan
(2021) dengan judul Sistem Pakar Menggunakan Metode Case Based Reasoning
dalam Akurasi Penyakit Disebabkan oleh Bakteri Staphylococcus Aureus
menyimpulkan bahwa setelah dilakukan pengujian dengan menggunakan metode
Case Based Reasoning (CBR) yang terdiri dari 4 langkah yaitu retrieve, reuse,
retain dan revise. Dengan menggunakan metode case based reasoning untuk suatu
masalah penyakit bakteri staphylococcus aureus, maka seorang pasien lebih mudah
mendapati penanganan dan solusinya. Dengan adanya sistem pakar menggunakan
metode (case based reasoning) ini, maka pakar (dokter) bisa dengan mudah
mengetahui penyakit yang diderita pada staphylococcus. Dengan begitu pasien
penyakit staphylococcus mempersiapkan diri untuk mengatasi penyakit yang
dideritanya (Rahman & Sumijan, 2020).

Berdasarkan paparan referensi di atas, penelitian yang akan dilakukan yakni


berupa Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit Pada Manusia Menggunakan Metode
Case Based Reasoning (CBR) dengan Algoritma Sorensen Coefficient dengan
mendiagnosa 53 total jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi jamur,
bakteri, virus, parasit, alergi dan luka bakar.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem Pakar

Definisi umum dari sistem pakar adalah suatu program komputer atau sistem
informasi yang mengandung beberapa pengetahuan dari satu atau lebih pakar
manusia terkait suatu bidang yang cenderung spesifik. Pakar yang dimaksudkan
merupakan seseorang yang memiliki keahlian khusus di bidangnya masing-masing.
Contohnya dokter, psikolog, mekanik, dan lain sebagainya. Perangkat lunak ini
pertama kali dikembangkan oleh periset program kecerdasan buatan (AI) sekitar
tahun 1960-an dan 1970-an, serta baru diterapkan pada tahun 1980-an (Adani,
2021).

Sistem pakar memiliki kemampuan untuk merekomendasikan rangkaian


tindakan atau behaviour pengguna untuk dapat menjalankan sistem koreksi yang
tepat dan akurat. Dimana, sistem ini juga memanfaatkan kapabilitas proses
penalaran untuk dapat mencapai hasil simpulan berdasarkan data dan fakta yang
ada. Berikut ini terdapat beberapa tujuan utama dari penggunaan sistem pakar
(Adani, 2021):

1. Interpretasi

Expert system bertujuan untuk membuat sebuah kesimpulan atau deskripsi


dari sekumpulan data yang masih mentah (raw data). Pengambilan keputusan
tersebut berdasarkan hasil observasi, mulai dari analisis citra, pengenalan kata
melalui ucapan, interpretasi sinyal, dan lain sebagainya.
2. Prediksi
Mampu untuk memproyeksikan akibat dari situasi dan kondisi tertentu,
contohnya prediksi terkait data demografi, ekonomi, finance, dan lain – lain.
3. Diagnosis
Dapat menentukan penyebab terjadinya malfungsi di dalam situasi yang
kompleks berdasarkan gejala yang dapat teramati dengan diagnosis yang
tepat.

7
8

4. Perancangan desain
Mampu menentukan dan membuat rancangan konfigurasi terkait
komponen sistem yang cocok dengan tujuan kinerja tertentu dengan
memenuhi suatu kendala tertentu. Contohnya adalah perancangan desain
bangunan, lapangan, dan lainnya.
5. Perencanaan
Expert system juga bertujuan untuk merencanakan serangkaian tindakan
yang mendapat tujuan pada tahap kondisi awal tertentu.
6. Monitoring
Melaksanakan hasil pengamatan berdasarkan suatu kondisi yang
diharapkan, contoh dari proses implementasinya adalah Computer Aided
Monitoring System (CAMS).
7. Debugging
Mampu untuk menentukan serta menginterpretasikan berbagai cara untuk
mencegah terjadinya malfungsi atau kegagalan pada fitur tertentu.
8. Instruksi
Mempunyai kemampuan untuk mendeteksi tingkat defisiensi terhadap
pemahaman mengenai domain subjek.
9. Kontrol
Memiliki keahlian untuk mengatur pola tingkah laku suatu lingkungan
(environment) yang kompleks. Contohnya adalah kontrol terhadap
interpretasi, perbaikan, dan prediksi (forecast).

2.2 Penyakit Kulit

Penyakit kulit adalah kondisi saat lapisan luar tubuh mengalami masalah baik
iritasi atau meradang. Penyakit ini terdiri dari berbagai jenis yang bervariasi,
masing-masing memiliki gejala yang berbeda-beda pula. Penyakit kulit bisa
disebabkan oleh berbagai hal, meliputi faktor kebersihan diri, paparan dari zat
berbahaya di lingkungan, infeksi jamur, parasit, virus, bakteri, sampai masalah pada
imunitas seperti alergi. Ada beberapa penyakit kulit yang berbahaya, ada juga
penyakit kulit yang ringan namun dapat mengganggu penampilan. Sebagian
9

penyakit bersifat sementara, sedangkan sebagian lainnya bisa permanen dan terus-
menerus kambuh (Joseph, 2021).

Penyakit kulit dapat muncul akibat dari infeksi jamur, bakteri, virus, parasit,
alergi dan luka bakar.

2.2.1 Infeksi Jamur

Infeksi jamur kulit adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh infeksi
jamur. Pada tubuh manusia, jamur bisa tumbuh di area yang lembap, misalnya di
lipatan kulit (contohnya ketiak), sela-sela jari, dan organ intim. Jamur merupakan
organisme yang bisa hidup di air, tanah, udara, atau bahkan di tubuh manusia (Willy,
2018c).

Adapun infeksi jamur kulit beserta dengan gejalanya masing-masing terbagi


menjadi beberapa jenis, yaitu:

a) Folikulitis

Folikulitis adalah peradangan pada folikel rambut. Folikel rambut ini


merupakan lubang kecil yang terdapat di kulit dan merupakan tempat rambut
tumbuh. Peradangan pada folikel ini merupakan salah satu jenis penyakit kulit
yang umum ditemukan. Folikulitis tampak mirip dengan jerawat, yaitu
adanya benjolan kecil, bulat, berwarna merah atau kekuningan karena adanya
nanah. Peradangan ini hanya ditemukan pada area tubuh yang ditumbuhi
rambut. Bagian yang umum terkena adalah lengan, kaki, bokong, dan ketiak
(Klikdokter, 2021a).

b) Furunkel/Karbunkel

Penyakit Furunkel atau bisul adalah abses kulit yang mempengaruhi folikel
rambut dan jaringan sekitarnya. Karbunkel adalah kelompok furunkel yang
bergabung bersama di bawah kulit. Mereka mempengaruhi lapisan yang lebih
dalam, dan dapat menyebabkan jaringan parut. Gejala dari penyakit ini seperti
ilustrasi atau bentuk bisul dengan kepala putih, tonjolan bengkak bulat yang
10

mungkin berisi nanah berwarna terang, benjolan bulat, merah, bengkak yang
tumbuh secara bertahap, lembut dan sensitive, mengeluarkan nanah berwarna
keputihan yang terbuat dari jaringan mati dan sel darah, bisul yang
membentuk kelompok, bisul dapat muncul dimana saja pada tubuh, termasuk
paha bagian dalam, dan kulit di sekitarnya meradang dan lembut
(Klinikpandawa, 2021b).

c) Tinea Kapitis

Bercak yang terasa gatal di kepala, serta kulit kepala memerah, botak dan
bersisik di area yang terkena kurap. Gejala lain yang mungkin timbul adalah
nyeri di kulit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening di kepala, dan
demam ringan (Willy, 2018c).

d) Tinea Barbe

Tinea barbe adalah infeksi jamur pada kulit yang berambut di wajah dan leher,
tepatnya area kumis dan janggut. Kondisi ini hanya menyerang pria dewasa dan
biasanya berawal dari kontak dengan binatang ternak. Tinea barbe dapat berupa
infeksi ringan di lapisan terluar kulit. Meski demikian, infeksi yang lebih
dalam dengan peradangan yang berat lebih sering terjadi. Tinea barbae yang
ringan biasanya ditandai dengan kerak melingkar kemerahan (ringworm)
yang melepuh dan terasa gatal di permukaan kulit. Namun, tinea barbe ringan
juga terkadang tidak menimbulkan gejala apa pun. Pada infeksi yang lebih
dalam, tinea barbe ditandai dengan kemunculan benjolan merah, bengkak,
bernanah, dan berkerak. Benjolan tersebut tidak menimbulkan rasa gatal atau
sakit yang terlalu berat, tetapi dapat menyebabkan rambut di area yang
terinfeksi mudah rontok (Nareza, 2021b).

e) Tinea Fasialis

Tinea fasialis merupakan penyakit kulit pada wajah yang tampak sebagai
bercak kemerahan dan bersisik disertai rasa gatal. Kondisi ini tidak hanya
dapat mengganggu penampilan, namun juga bisa semakin parah dan menular
ke orang lain bila tidak segera ditangani. Tinea fasialis atau kurap pada wajah
11

disebabkan oleh jamur yang juga dapat menyebabkan infeksi kulit di bagian
tubuh lain, seperti tangan, kaki, dan badan. Tinea fasialis dapat menimbulkan
beberapa gejala seperti wajah terasa gatal dan tampak muncul bercak
kemerahan, gatal di wajah semakin parah jika terkena sinar matahari atau
berkeringat, bentol atau bisul di sekitar bercak pada wajah dan kulit wajah
menjadi kering dan bersisik (Adrian, 2020a).

f) Tinea Korporis

Ruam kemerahan dengan bagian tepi yang menyerupai cincin. Selain


memiliki tekstur bersisik, ruam juga terasa gatal, serta bisa melepuh dan
mengeluarkan cairan (Willy, 2018c).

g) Tinea Manum

Tinea manum merupakan infeksi jamur di tangan. Seseorang bisa terkena


infeksi jamur di tangannya jika bersentuhan dengan penderita tinea manum.
Selain itu, tinea manum juga dapat menular melalui kontak fisik dengan
hewan atau tanah yang terkontaminasi jamur. Infeksi jamur pada tangan bisa
dikenali dari beberapa gejala seperti muncul bercak berbentuk lingkaran
kemerahan dan bersisik, terutama di telapak tangan dan sela-sela jari. Kulit
tangan terasa gatal dan kering. Terjadi penebalan kulit (hiperkeratosis) pada
tangan yang terinfeksi jamur. Muncul lepuhan atau bentol berisi cairan bening
pada tangan (Adrian, 2020c).

h) Tinea Unguium

Jamur kuku adalah infeksi jamur yang terjadi pada kuku tangan maupun kuku
kaki. Kondisi yang juga dikenal dengan nama tinea unguium atau onkomikosis ini
dapat dialami oleh siapa saja, terutama lansia. Umumnya, jamur kuku bukanlah
kondisi yang berbahaya. Jamur kuku atau tinea unguium dapat menyerang
kuku tangan, namun kondisi ini lebih sering muncul pada kuku kaki.
Beberapa kelainan pada kuku bisa menandakan adanya jamur kuku seperti
kuku menebal, muncul bintik-bintik putih pada kuku, kuku berubah warna
menjadi putih, kuning kecoklatan, atau kehitaman, kuku menjadi kasar dan
12

rapuh, kuku terpisah dengan kulit jari tempatnya menempel, dan timbul bau
yang tidak sedap pada kuku (Willy, 2019e).

i) Tinea kruris

Kulit di sekitar selangkangan memerah, mengelupas, dan terasa gatal atau


seperti terbakar (Willy, 2018c).

j) Tinea Pedis

Gejala yang muncul saat seseorang mengalami tinea pedis, yaitu gatal
disertai sensasi panas dan menyengat di antara jari kaki atau di telapak kaki.
Selain itu, kulit di telapak kaki akan terasa kering, mengelupas, atau melepuh.

k) Pityriasis Versikolor

Pityriasis versikolor atau Penyakit panu atau tinea versikolor adalah


infeksi jamur malasezia furfur yang ditemukan di kulit dengan tanda bercak
putih hipopigmentasi. Pada dasarnya infeksi ini tidak memiliki makna klinis,
tetapi secara tampakan akan merubah warna kulit. Sebenarnya banyak
mikroba dan mikroorganisme tinggal di kulit (termasuk malasezia), untuk
membantu kulit melindungi dari infeksi dan patogen lain yang menjadi
penyebab penyakit. Gejala utama dari penyakit ini adalah adanya patch
diskolorisasi pada kulit yang muncul di tangan, dada, leher dan punggung.
Patch ini dapat berupa putih terang (bentuk paling sering), atau gelap
mengelilingi kulit, berwarna pink, kemerahan dan kecoklatan. Patch biasanya
kering, gatal dan mengkilap dan sedikit menonjol (Santiko, 2017a).

l) Kandidosis Mukokutan

Jenis infeksi ini umumnya terjadi di lipatan kulit, dengan gejala seperti
benjolan berisi nanah, serta ruam yang disertai gatal dan rasa terbakar. (Willy,
2018c).
13

m) Necrolysis Epidermal Toxic

Nekrolysis Epidermal Toxic (NET) adalah reaksi hipersensitivitas pada kulit


yang umumnya dipicu oleh pemakaian obat. Nekrolysis epidermal toxic dapat
ditandai dengan kulit yang melepuh dan mengelupas, menyerupai luka bakar.
Gejala nekrolysis epidermal toxic umumnya diawali dengan gejala yang
menyerupai infeksi saluran pernapasan bagian atas atau flu. Gejala ini bisa
bertahan selama 1 hari hingga 3 minggu. Beberapa gejala tersebut adalah
demam melebihi 38 derajat Celcius, kelelahan, sakit tenggorokan, pilek dan
batuk, nyeri otot dan sendi, mata merah dan perih (konjungtivitis), nafsu
makan menurun, mual dan muntah (Nareza, 2021a).

2.2.2 Infeksi Bakteri

Salah satu jenis infeksi kulit kebanyakan disebabkan oleh bakteri. Bakteri
bisa menginfeksi kulit dan masuk ke dalam tubuh melalui berbagai metode, seperti
gigitan serangga atau hewan, ingesti, injeksi, sensual transmission, dan juga
inhalasi. Adapun tingkat keparahan infeksi bakteri di kulit akan bergantung pada
berbagai faktor, seperti daya tahan tubuh dan juga jumlah bakteri yang menginfeksi
(Review, 2021).

Adapun infeksi bakteri kulit terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a) Impetigo

Impetigo adalah infeksi kulit menular yang banyak dialami oleh bayi dan anak-
anak. Infeksi ini ditandai dengan kemunculan bercak merah dan lepuhan pada
kulit, terutama di bagian wajah, tangan, dan kaki. Bercak kemerahan yang terasa
gatal di sekitar mulut dan hidung, namun tidak menimbulkan nyeri. Bercak
tersebut dapat menjadi luka jika digaruk. Beberapa gejalanya seperti kulit di
sekitar luka mengalami iritasi, terbentuknya koreng berwarna kuning
kecokelatan di sekitar luka, koreng akan meninggalkan bekas kemerahan
pada kulit dan dapat hilang tanpa bekas dalam jangka waktu beberapa hari
atau minggu (Willy, 2019d).
14

b) Eritrasma

Eritrasma adalah infeksi bakteri yang menimbulkan bercak


kemerahan atau kecokelatan di kulit. Biasanya, infeksi kulit ini muncul
di bagian-bagian lipatan kulit, seperti di bawah lengan, selangkangan,
serta di antara jari-jari kaki. Secara garis besarnya, gejala eritrasma
adalah seperti muncul bercak berwarna merah muda atau kecokelatan.
Kulit yang mengalami infeksi ini tampak bersisik. Kulit pecah-pecah,
terutama bila muncul di kaki. Dan Kulit terlihat keriput (Ariani, 2021).

c) Erisipelas

Erisipelas adalah infeksi bakteri di lapisan atas kulit. Infeksi ini mirip
dengan infeksi kulit lain, yakni selulitis, dimana selulitis terjadi infeksi di
lapisan bawah kulit. Keduanya memiliki tampakan yang hampir sama dan
diterapi dengan hampir sama pula. Gejala dari infeksi ini meliputi gejala khas,
meliputi demam, menggigil, merasa tidak enak badan, terdapat kemerahan di
kulit, dengan membengkak, nyeri dan peninggian di area lesi kulit, terdapat
blister di area yang terinfeksi, dan pembengkakan kelenjar, ketika erisipelas
ini mengenai wajah, pembengkakan meliputi daerah hidung dan kedua pipi
(Santiko, 2021a).

d) Skrofuloderma

Skrofuloderma merupakan salah satu jenis tuberkulosis kulit yang ditandai


dengan adanya nodul atau bintil pada kulit yang terletak di atas kelenjar getah
bening, tulang, atau persendian yang terinfeksi. Skrofuloderma sering kali
diawali dengan adanya pembesaran pada kelenjar getah bening. Umumnya,
benjolan yang timbul tidak disertai rasa nyeri. Ukuran skrofuloderma juga
dapat bervariasi dari kecil hingga besar. Seiring dengan berjalannya waktu,
ukuran dapat semakin besar. dan jumlah pembesaran dapat semakin banyak,
yang kemudian dapat pecah dan menjadi ulkus. Bagian tubuh yang paling
sering mengalami skrofuloderma adalah leher dan ketiak (Klikdokter,
2021d).
15

e) Lepra

Penyakit lepra, yang juga dikenal dengan sebutan penyakit kusta atau
Morbus Hansen, adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobakterium Leprae. Penyakit ini menyerang saraf tepi (primer), kulit, dan
jaringan tubuh lainnya kecuali susunan saraf pusat. Serangan pada sistem
saraf akan menyebabkan penderitanya mati rasa. Gejala penyakit lepra yang
dapat dikenali seperti bentol kemerahan. mati rasa, seperti kehilangan sensasi
sentuhan dan rasa sakit pada kulit. Terjadi pembesaran pembuluh darah,
biasanya di sekitar lutut dan siku. Terjadi perubahan bentuk wajah. Sering
mengalami mimisan dan hilangnya jari jemari (Klikdokter, 2021b).

f) Sifilis

Raja singa atau sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri. Gejala sifilis diawali dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit di
area kelamin, mulut, atau dubur. Gejala muncul antara 10 hingga 90 hari setelah
terpapar bakteri penyebab sifilis. Awalnya, gejala yang muncul berupa luka
kecil pada kulit (chancre) yang tidak terasa sakit. Luka ini timbul pada lokasi
bakteri masuk ke dalam tubuh, biasanya di area sekitar kelamin. Selain di area
kelamin, luka juga dapat muncul di area mulut atau dubur. Tidak hanya
muncul di bagian luar, luka akibat sifilis ini, juga bisa muncul di bagian
dalam vagina, dubur, atau mulut sehingga tidak terlihat. Karena luka tersebut
bisa tidak menimbulkan rasa sakit, penderita bisa tidak menyadari terkena
sifilis (Willy, 2019h).

g) Acne Vulgaris

Jerawat atau acne vulgaris merupakan masalah kulit yang sering dialami
hampir semua orang. Apalagi pada saat puber atau hormon seseorang sedang
naik-naiknya. Tak hanya dialami oleh remaja saja tapi orang dewasa pun
masih bisa mengalami masalah kulit ini. Begitu juga dengan jenis kelamin,
16

baik wanita maupun pria bisa mendapati jerawat ini. Gejalanya seperti bintik
kecil yang di ujungnya terdapat nanah. Bintik kecil ini bewarna kemerahan
dan biasanya terasa menyakitkan bila disentuh. Cenderung bertekstur keras
berupa benjolan yang terbentuk di bawah permukaan kulit, dan kadang terasa
menyakitkan. Benjolan besar berisi nanah yang terasa menyakitkan. Hampir
sama dengan nodul, kista ini pun terbentuk di bawah permukaan kulit, bila
tersentuh agak terasa nyeri (Klinikpandawa, 2021a).

h) Hidradenitis Suppurativa

Hidradenitis suppurativa adalah penyakit yang ditandai dengan timbulnya


benjolan kecil sebesar kacang di bawah kulit. Benjolan dapat terasa nyeri dan
berisi nanah. Kondisi ini sering disebut juga dengan acne inversa. Gejala diawali
dengan munculnya benjolan seperti jerawat atau lepuhan yang terasa keras
dan meradang, serta dapat menimbulkan rasa sakit. Benjolan dapat hilang
dalam 10–30 hari, tetapi juga bisa bertambah parah dan menjadi abses yang
terasa nyeri dan mengeluarkan nanah yang bau ketika pecah. Pada kondisi
yang lebih serius, gejala dapat disertai dengan timbulnya benjolan berwarna
hitam yang terlihat seperti komedo. Meski sudah ditangani dan telah hilang,
benjolan dapat timbul kembali dan meninggalkan bekas luka atau jaringan
parut permanen (Tamin, 2020).

i) Vulnus Laceratum

Vulnus laceratum adalah jenis luka forensik yang ditimbulkan dari trauma
benda tumpul yang memicu teregangnya kulit ke satu arah dan bila batas
elastisitas kulit terlampaui, maka memicu robekan pada kulit. Gejalanya
seperti bentuk luka tidak teratur, tampak jembatan jaringan kedua tepi luka
dan bentuk dasar luka tidak beraturan (Santiko, 2021b).

j) Vulnus Punctum

Vulnus punctum atau biasa juga dikenal dengan luka tusuk merupakan
bentuk khusus dari trauma yang tembus ke kulit. Hal ini disebabkan oleh
17

pisau atau benda runcing lainnya. Perawatan dari luka tusuk sangat banyak
dan tergantung dengan tingkat keparahan cedera. Ciri-cirinya terdapat bekas
luka tusuk dan mengalami pendarahan (Chatdokter, 2021b).

k) Vulnus perforatum/penetratum

Vulnus perforatum/penetratum adalah jenis vulnus berupa luka tembus


yang merobek dua sisi tubuh karena senjata tajam atau proses infeksi yang
sudah meluas (Subarkah, 2020).

2.2.3 Infeksi Virus

Kulit yang terjangkit infeksi virus ditandai dengan ruam kemerahan atau lesi
dan lepuhan. Namun, karena kondisi kulit yang seperti ini juga bisa disebabkan oleh
banyak hal selain virus, maka otomatis membuat penanganannya menjadi lambat.
Celakanya, hal itu diganggap sebagai penyakit kulit biasa yang tidak berbahaya.
Itulah mengapa pemahaman terhadap penyakit kulit yang disebabkan oleh virus
sangatlah penting. Lebih cepat diidentifikasi akan lebih cepat dalam mengambil
tindakan perawatan yang tepat (Team, 2020a).

Adapun infeksi virus kulit terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a) Veruka Vulgaris

Veruka vulgaris adalah benjolan kutil yang sering tumbuh jinak dan
disebabkan infeksi virus HPV (Human Papiloma virus tipe 2 dan tipe 4).
Karateristik dari kutil veruka vulgaris adalah benjolan dengan permukaan
kasar, dan terlihat pada tangan dan kaki. Kutil ini dapat terjadi pada
permukaan jari belakang, tumit dan lutut. Benjolan juga dapat muncul berupa
blister kecil, yang terlihat di tangan dan permukaan lain kaki. Biasanya
benjolan sedikit meninggi, tepi keras dan halus pada permukaan tengah.
Terdapat gradasi warna lebih terang atau lebih gelap di sekitar kulit. Untuk
ukuran, biasanya kutil pada tangan sering terlihat lebih besar, dan seperti
bunga kol tipis (Santiko, 2017b).

b) Molluscum Contagiosum
18

Penyakit molluscum contagiosum adalah infeksi virus yang menyebabkan


tumbuhnya bintil di kulit. Bintil biasanya tidak terasa nyeri, namun menimbulkan
rasa gatal. Molluscum contagiosum dapat dikenali dengan melihat bintil pada
permukaan kulit. Bintil-bintil tersebut bisa berkumpul di satu area atau
tersebar di beberapa bagian tubuh, dengan karakteristik seperti berukuran
kecil, seperti biji kacang hijau atau kacang tanah. Muncul di wajah, leher,
ketiak, perut, kelamin, dan tungkai. Berwarna seperti warna kulit, putih, atau
merah muda. Ada titik kecil berwarna putih kekuningan di tengah bintil.
Jumlah bintil yang tumbuh biasanya sekitar 20-30, tapi pada orang dengan
kekebalan tubuh rendah, jumlahnya bisa lebih banyak. Awalnya keras bila
diraba, kemudian melunak seiring waktu. Dan tidak menimbulkan nyeri,
namun terasa gatal (Willy, 2019g).

c) Herpes Zoster

Herspes zoster merupakan penyakit kulit akibat virus dari jenis yang sama
dengan cacar air dan herpes simpleks yaitu HSV. Penyakit ini ditandai dengan
munculnya ruam kemerahan disertai lepuhan yang gatal pada sebagian sisi
tubuh terutama di punggung, leher atau wajah (Team, 2020a).

d) Morbili

Morbili adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Measles. Nama
lain dari penyakit ini adalah rubeola atau campak. Morbili merupakan
penyakit yang sangat infeksius dan menular lewat udara melalui aktivitas
bernafas, batuk, atau bersin. Pada bayi dan balita, morbili dapat menimbulkan
komplikasi yang fatal, seperti pneumonia dan ensefalitis. Gejala prodromal
berupa demam, malaise, gejala respirasi atas (pilek, batuk), dan
konjungtivitis. Pada demam hari keempat, biasanya muncul lesi makula dan
papula eritem, yang dimulai pada kepala daerah perbatasan dahi rambut, di
belakang telinga, dan menyebar secara sentrifugal ke bawah hingga muka,
badan, ekstremitas, dan mencapai kaki pada hari ketiga. Masa inkubasi 10-15
hari. Dan belum mendapat imunisasi campak (Madolan, 2018).
19

e) Varicella

Penyakit cacar air atau dalam istilah medis disebut varicella adalah infeksi
yang disebabkan virus Varicella zoster. Penderita yang terinfeksi virus ini
ditandai dengan munculnya ruam kemerahan berisi cairan yang sangat gatal di
seluruh tubuh. Gejala cacar air adalah ruam merah di perut atau punggung.
Selain itu, cacar air juga ditandai dengan beberapa gejala lain seperti demam,
pusing, lemas dan nyeri tenggorokan (Willy, 2018a).

f) Herpes Simpleks

Herpes kelamin atau herpes genital adalah penyakit menular seksual pada pria
dan wanita, yang menyebabkan luka melepuh di area kelamin. Namun, penderita
herpes genital juga bisa tanpa gejala. Herpes genital sering kali tidak
menimbulkan gejala. Namun jika muncul, gejala yang terlihat berupa luka
lepuh di area kelamin. Luka tersebut biasanya terasa sakit dan gatal. Gejala
ini dapat kambuh beberapa kali dalam setahun. Namun seiring terbentuknya
sistem kekebalan tubuh terhadap virus herpes, frekuensi kekambuhannya
akan berkurang (Willy, 2019c).

g) Pityriasis Rosea

Pityriasis rosea adalah penyakit kulit yang ditandai dengan ruam merah atau
merah muda, yang bersisik, dan sedikit menonjol. Ruam yang timbul dapat
disertai rasa gatal atau pun tidak terasa gatal. Gejala utama pytriasis rosea
adalah munculnya ruam kulit yang bisa terjadi di semua area tubuh.
Terkadang, ruam yang muncul mirip dengan ruam yang muncul pada saat
seseorang menderita sifilis atau kurap (tinea). Pada beberapa orang, bisa
muncul pola penyebaran ruam yang terlihat seperti “pohon natal”. Beberapa
karakteristik ruam pada pityriasis rosea seperti berbentuk oval dengan ukuran
2–10 cm, berwarna kemerahan atau merah muda, bersisik dan sedikit
menonjol (Pane, 2020).
20

2.2.4 Infeksi Parasit

Infeksi kulit yang disebabkan oleh parasit umumnya terjadi pada orang-orang
yang tinggal bersama beramai-ramai, seperti asrama, atau pada lingkungan yang
kurang menjaga kebersihan. Seseorang yang mengalami gangguan ini umumnya
akan merasakan gatal dan mungkin diikuti benjolan merah (Fadli, 2020).

Adapun infeksi parasit kulit terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a) Cutaneus Larva Migran

Cutaneus Larva Migran (CLM) adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh
larva cacing. Infeksi ini ditandai dengan tonjolan kemerahan di kulit yang
berkelok-kelok seperti ular. CLM sering kali menimbulkan gejala berupa
sensasi gatal atau seperti ditusuk selama 30 menit saat larva cacing memasuki
kulit. Larva bisa berdiam sampai beberapa bulan, atau menjalar secara
perlahan dan membentuk tonjolan kemerahan. Tonjolan dan ruam yang
disebabkan oleh menjalarnya cacing tambang ini memiliki karakteristik
berkelok-kelok seperti ular, dengan lebar 2-3 mm dan memanjang 3-4 cm dari
tempat awal masuknya larva. Beberapa area tubuh yang paling sering
terinfeksi cacing ini adalah tangan, kaki, bokong, dan area kelamin (Pane,
2019).

b) Filariasis

Filariasis adalah sejumlah infeksi yang disebabkan oleh cacing filaria dan
dapat menyerang hewan maupun manusia. Ada banyak jenis parasit filaria
memiliki ratusan jenis, tapi hanya delapan spesies yang dapat menyebabkan
infeksi pada manusia. Gejala yang muncul adalah demam, pembengkakan
limfa atau kelenjar getah bening (limfadenopati), serta bagian tubuh yang
terinfeksi akan terasa sakit, memerah, dan membengkak (Halodoc, 2019b).
21

c) Pedikulosis Kapitis

Salah satu jenis infeksi kulit yang disebabkan oleh parasit adalah
pedikulosis atau kutu rambut. Kutu ini adalah serangga kecil, tidak bersayap,
dan pengisap darah. Hewan ini hidup di rambut pada kepala seseorang dan
memakan darah dari kulit kepala. Saat mengalaminya, penderita akan
merasakan rasa gatal yang tidak tertahankan. Penyakit ini sangat mudah
menular dan setiap orang dapat terinfeksi, ketika menyentuh kepala atau
menggunakan barang seseorang yang mengidapnya (Fadli, 2020).

d) Scabies

Scabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan tungau


mikroskopis Sarcoptes scabiei. Ciri scabies ini sulit dikenali karena
berlangsung di dalam kulit. Sementara untuk gejala kudis di permukaan kulit
biasanya ditandai dengan ruam berupa bintik-bintik merah yang menonjol
(bintil) yang kerap di temukan pada bagian sela-sela jari, di bawah ketiak,
area pinggul, sekitar pergelangan tangan, bagian dalam siku, telapak kaki,
sekitar payudara,sekitar organ kelamin laki-laki, bokong dan siku (Kemala,
2020b).

e) Reaksi Gigitan Serangga

Gigitan serangga adalah kondisi ketika seseorang mengalami gejala akibat


digigit oleh serangga. Pada umumnya, gigitan atau sengatan serangga hanya
menimbulkan gejala ringan pada area yang digigit, seperti bengkak, gatal-
gatal, ruam dan kemerahan, panas, kaku atau kesemutan dan nyeri pada area
yang digigit. Dalam kondisi lain, gigitan atau sengatan serangga dapat
menimbulkan reaksi parah yang harus segera mendapatkan pertolongan
medis, seperti demam, mual dan muntah, pusing, pingsan, jantung berdebar,
bengkak di wajah, bibir, atau tenggorokan, sulit menelan dan bicara serta
sesak napas (Willy, 2018b).
22

f) Miliaria

Ruam Panas memiliki beberapa nama sebutan lain termasuk miliaria,


ekrin miliaria atau biang keringat. Ruam Panas merupakan penyakit kulit
yang dipicu oleh penyumbatan pada kelenjar dan saluran keringat ekrin.
Ruam Panas ini cenderung lebih banyak dijumpai pada iklim yang hangat dan
lembab khususnya selama musim panas. Gejalanya seperti muncul benjolan
kecil atau bintik-bintik (papula), kulit terasa gatal, terjadi pembengkakan
yang ringan, bintik-bintik berwarna merah (pada seseorang dengan kulit
putih), dan bintik-bintik putih di bawah (pada seseorang dengan kulit yang
lebih gelap) (IDNmedis, 2021b).

g) Creeping Eruption

Creeping eruption merupakan kondisi infeksi akibat masuknya larva


cacing tambang ke kulit manusia yang umumnya terjadi pada wilayah tropis.
Beberapa gejala yang perlu diperhatikan selain rasa gatal dan sensasi tertusuk
adalah ruam kemerahan timbul pada permukaan kulit, terjadi perubahan
warna pada kulit, kulit berubah menjadi lebih kasar dan cenderung bersisik
dan papula atau benjolan dengan isi yang padat timbul pada permukaan kulit
(IDNmedis, 2021a).

2.2.5 Alergi

Alergi merupakan penyakit atau kondisi medis yang tidak menular. Seseorang
akan memiliki kecenderungan untuk mengalami alergi apabila memiliki riwayat
genetik (faktor keturunan) dan faktor lingkungan. Kedua faktor tersebut tidak dapat
dipisahkan, karena alergi terjadi karena interaksi antara kedua faktor tersebut yaitu
ketika tubuh yang mempunyai genetik sensitif mengalami kontak dengan zat
allergen/penyebab alergi (Team, 2020b).

Adapun alergi kulit terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:


23

a) Dermatitis kontak iritan

Dermatitis kontak adalah peradangan kulit yang ditandai dengan ruam


gatal kemerahan, yang timbul akibat iritasi setelah kontak langsung dengan
zat tertentu, atau akibat reaksi alergi terhadap zat tertentu. Gejala pada
dermatitis kontak iritan seperti kulit melepuh, kulit pecah-pecah., bengkak,
kulit terasa kencang, sariawan, dan luka terbuka yang berkerak (Halodoc,
2019a).

b) Dermatitis Atopik

Dermatitis atopik merupakan alergi pada kulit yang bersifat kronis dan
berulang yang ditandai dengan reaksi kulit berupa bercak kemerahan dengan
rasa gatal. Alergi kulit ini mempunyai hubungan yang erat dengan riwayat
atopi di dalam keluarga seperti alergi makanan dan asma. Dermatitis atopik
terjadi lebih sering pada masa kanak - kanak dan merupakan alergi kulit pada
bayi tersering dengan gejala klinis alergi kulit wajah simetris di kedua pipi,
dahi dan kepala (Team, 2020b).

c) Dermatitis Numularis

Discoid eczema atau dermatitis numularis adalah kelainan kulit kronis yang
menyebabkan munculnya bercak-bercak lingkaran seperti koin. Bercak ini terasa
gatal dan memiliki permukaan kasar, namun tidak menular. Gejala utama
dermatitis numularis adalah bercak yang timbul (patches) di permukaan kulit.
Bercak ini berbentuk seperti koin dengan tekstur kasar berwana kecokelatan
atau kemerahan. Pada sebagian kasus, bagian tengah bercak dapat terlihat
bersih sehingga membuatnya tampak seperti kurap. Dermatitis numularis
diawali dengan munculnya bintik-bintik kecil kemerahan pada kulit. Bercak
ini dapat membengkak, melepuh, dan mengeluarkan cairan. Bercak
dermatitis numularis akan terasa menyengat seperti terbakar dan sangat gatal,
terutama pada malam hari. Sebagian besar penderita merasakan kemunculan
24

beberapa bercak dan hanya sebagian kecil yang menemukan satu bercak
(Willy, 2019a).

d) Napkin Eczema

Penyakit kulit ekzema (Eczema) adalah sejenis keadaan kulit yang


menyebabkan gatal dan peradangan kulit. Gejala penyakit kulit ekzema
adalah seperti benjolan merah atau coklat-kelabu, lepuh kecil yang
mengandung cairan jernih dan akan mengalir keluar, kulit menjadi berkerak
apabila digaruk, kulit tebal, bersisik, gatal dan ruam kulit (Masdar, 2020).

e) Demartitis Seboroik

Dermatitis seboroik adalah gangguan kulit yang menyebabkan kulit


bersisik, berketombe, dan berwarna kemerahan. Peradangan ini biasanya
terjadi di kulit kepala. Dermatitis seboroik sering ditandai dengan gejala
berupa kulit kemerahan dan gatal, kulit bersisik, timbul ketombe akibat kulit
yang terkelupas, baik di kulit kepala atau daerah kumis, jenggot, dada, serta
alis dan timbul ruam yang berbentuk bulat atau oval (Willy, 2019b).

f) Dermatitis perioral

Dermatitis perioral adalah dermatitis yang menimbulkan gejala di sekitar


mulut. Penyakit ini merupakan bentuk ringan dari erupsi, yakni masalah kulit
yang biasanya muncul secara cepat dan mendadak. Secara keseluruhan,
dermatitis perioral membuat bagian kulit di sekitar mulut tampak memerah.
Kemunculan gejala penyakit ini juga kerap disertai ruam kemerahan dan
bintil-bintil kecil di sekitar mulut. Ruam kemerahan dan bintil di sekitar mulut
kadang tidak disertai gatal, tapi umumnya terasa perih. Pada beberapa kasus,
kulit di sekitar mulut mungkin akan mengering, mengeras, atau terkelupas.
Rasa terbakar juga bisa muncul sesekali (Kemala, 2020a).
25

g) Sindrom stevens-johnson

Sindrom Stevens-Johnson merupakan kelainan serius dan langka yang


menyerang kulit, selaput lendir, dan mata. Hingga saat ini, belum ditemukan
cara untuk mencegah terjadinya sindrom ini. Sebab kemunculannya pun tidak
dapat diperkirakan. Awalnya gejala sindrom Stevens-Johnson menyerupai
infeksi saluran napas, seperti muntah dan diare selama 1-14 hari. Kondisi ini
kemudian diikuti oleh munculnya kelainan kulit berupa merah-merah, bintik-
bintik, kulit melepuh. Gejala di kulit dapat juga berupa timbulnya gelembung
berisi air dan nanah di mulut dan kelamin, serta kelainan di selaput lendir
mata. Gejala bisa saja hanya berbentuk reaksi kulit ringan hingga melibatkan
kegagalan fungsi beberapa organ yang dapat mengancam nyawa (Klikdokter,
2021c).

h) Urtikaria akut

Urtikaria akut adalah urtikaria yang terjadi selama kurang dari 6 minggu,
ciri-ciri dan gejala yang disebabkan hampir sama hanya saja perbedaannya
ada pada lamanya urtikaria terjadi.Angioedema. Gejalanya berupa kulit
terasa gatal, kulit memerah, terdapat ruam pada kulit dan terasa perih dan
menyengat (Halosehat, 2021).

i) Exanthematous Drug Eruption

Exanthematous drug eruption merupakan bentuk dari erupsi obat yang


paling sering dijumpai. Kondisi ini terjadi akibat dari reaksi alergi terhadap
obat-obatan tertentu. Kondisi yang muncul di tubuh dapat berupa ruam merah
atau bentol-bentol yang tersebar di wajah, tubuh, hingga telapak tangan dan
kaki. Dan kondisi ini juga dapat diikuti dengan munculnya demam, bengkak
pada wajah atau kelopak mata, gatal-gatal, sakit tenggorokan, konjungtivitis,
hingga nyeri sendi (Chatdokter, 2021a).
26

j) Fixed Drug Eruption

Fixed Drug Eruption (FDE) adalah suatu jenis kesalahan terhadap


obat. Kebiasaannya ia akan timbul dengan cepat (akut) dalam waktu 30 menit
hingga 8 jam setelah pengambilan obat tertentu. Gejalanya seperti terasa gatal
atau pedih. Berbentuk bulat atau bujur, dan berwarna merah atau ungu. Bisa
membesar sehingga 10 cm dan membengkak dengan gelembung air (Johar,
2019).

2.2.6 Luka Bakar

Luka bakar adalah kerusakan lapisan kulit yang disebabkan oleh benda panas,
termasuk api, air panas, dan uap panas. Rusaknya kulit akibat luka bakar membuat
penderitanya rentan mengalami infeksi, karena kulit merupakan lapisan pertahanan
awal tubuh untuk melawan infeksi. Oleh karena itu, penanganan perlu dilakukan
secepatnya (Willy, 2019f).

Adapun luka bakar kulit terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

a) Luka bakar derajat 1

Tingkat luka bakar yang hanya memengaruhi epidermis atau lapisan kulit
luar saja. Secara klinis, tandanya berupa kulit yang tampak merah, kering, dan
terasa sakit. Contohnya, luka bakar yang disebabkan oleh sinar matahari.
Luka bakar tingkat satu ini tidak terlalu mengkhawatirkan dan bisa sembuh
dengan sendirinya (Adrian, 2020b).

b) Luka bakar derajat 2

Derajat luka bakar ini dapat dikatakan luka bakar tingkat sedang. Luka
bakar tingkat 2 ini terjadi pada epidermis dan sebagian lapisan dermis kulit
(lapisan kulit yang lebih dalam). Ketika mengalami luka bakar tingkat 2, kulit
akan tampak merah, lecet, melepuh, bengkak, dan terasa sakit. Luka bakar
tingkat dua ini bisa ditangani dengan beberapa metode pengobatan tanpa
operasi atau bedah (Adrian, 2020b).
27

c) Luka bakar derajat 3 dan 4

Kerusakan jaringan mengenai seluruh lapisan epidermis dan dermis, atau


lebih dalam lagi. Secara klinis, kulit yang terbakar akan tampak putih dan
kasar, namun juga dapat terlihat hangus dan mati rasa. Operasi atau bedah
menjadi pilihan utama untuk menangani luka bakar pada tingkat ini.
Penentuan tingkat keparahan luka bakar juga dapat digolongkan menjadi dua
kelompok, yaitu: Luka bakar minor yang terdiri dari luka bakar tingkat 1 di
bagian tubuh mana saja, termasuk luka bakar tingkat dua yang lebarnya 5–
7,5 cm. Luka bakar mayor yang terdiri dari luka bakar tingkat 2 pada tangan,
kaki, wajah, alat kelamin, dan bagian tubuh lainnya dengan lebar luka lebih
dari 5–7,5 cm. Derajat luka bakar tingkat 3 dan 4 juga termasuk kelompok
luka bakar mayor.(Adrian, 2020b)

d) Luka akibat bahan kimia

Luka bakar akibat bahan kimia merupakan luka yang diakibatkan oleh zat
kimia seperti alkali, asam, atau bahan kimia yang merusak jaringan kulit
lainnya jika terkena kulit. Sebagian besar kecelakaan ini hanya menyebabkan
luka bakar tingkat pertama, yang mungkin dapat mengelupas seperti jika kulit
terbakar sinar matahari, selama seminggu berikut berikutnya. Iritasi ringan
dan kulit terbakar di bagian kepala dapat disebabkan oleh beberapa jenis obat
rambut. Beberapa bahan kimia yang terlalu kuat bahkan dapat menyebabkan
luka bakar dalam (Samiadi, 2021).

e) Luka akibat sengatan listrik

Sengatan listrik adalah suatu reaksi fisiologis yang ditandai dengan adanya
nyeri dan spasme otot, akibat adanya kontak dengan sumber listrik dan
penjalaran arus listrik ke seluruh tubuh. Tubuh manusia merupakan
konduktor (perantara) yang baik bagi listrik. Luka bakar, kerusakan organ
dalam, gangguan irama jantung, dan bahkan kematian dapat di sebabkan oleh
sengatan listrik ini. Pasien yang mengalami luka bakar akibat voltase listrik
yang tinggi akan menunjukkan adanya luka bakar yang hebat dan
memerlukan perawatan rumah sakit yang cukup lama dengan berbagai
28

macam komplikasi. Pasien yang mengalami luka akibat petir dan listrik
tegangan rendah tidak mengalami luka yang terlalu berat seperti diatas, tetapi
pernah dilaporkan juga adanya henti jantung paru. Pasien-pasien ini memiliki
angka kematian yang cukup tinggi akibat sindrom nyeri atau kerusakan otak
yang serupa dengan trauma tumpul kepala (Medicine, 2016).

2.3 Metode CBR (Case Based Reasoning)

2.3.1 Pengertian Metode CBR (Case Base Reasoning)

Case Based Reasoning (CBR), adalah proses pemecahan masalah baru


berdasarkan solusi dari masalah masa lalu yang sama. Case Based Reasoning (CBR)
adalah sebuah pendekatan yang menggunakan kasus-kasus lama atau pengalaman
untuk memahami dan memecahkan masalah baru. Pendekatan CBR terdiri dari
menciptakan pengetahuan dasar (database) berisi kasus-kasus masa lalu (produk).
Mendefinisikan kasus baru (konsep), mengambil kasus serupa dengan kasus baru,
dan menyesuaikan solusi dari kasus diambil untuk kasus baru. Konsep dari metode
case based reasoning ditemukan dari ide untuk menggunakan pengalaman-
pengalaman yang terdokumentasi untuk menyelesaikan masalah yang baru
(Darwanto & Trisnawati, 2021).

Sistem CBR melingkupi mekanisme penalaran dan aspek internal, meliputi


(Irfansyah, 2017):

1. Spesifikasi masukan atau kasus dari sebuah permasalahan.


2. Solusi permasalahan yang diharapkan sebagai pengeluaran.
3. Kasus-kasus sebelumnya yang telah tersimpan akan dijadikan sebagai
rujukan dari mekanisme penalaran.

2.3.2 Pemanfaatan Metode CBR (Case Based Reasoning)

Case Based Reasoning (CBR) sudah diaplikasikan dalam berbagai bidang


yang berbeda-beda dan beberapa sistem dibawah ini adalah contoh dari sistem yang
sudah teruji. Dari berbagai macam bidang aplikasi dibawah ini, kita dapat
mengetahui bahwa betapa luasnya wilayah case based reasoning yang kebanyakan
29

merupakan aplikasi dalam kerangka sebuah kecerdasan buatan (Artificial


Intelligence). Bidang aplikasi tersebut antara lain (Irfansyah, 2017):
1. Bidang Hukum
Case based reasoning yang menggambarkan masalah kejahatan dalam
bentuk kalimat, yaitu JUDGE. Case based reasoning yang berkaitan dengan
hukum perdagangan rahasia, yaitu HYPO. Case based reasoning yang
digunakan di dalam bidang penuntutan tindak kejahatan yang biasa dikenal
dengan nama Malicious Prosecution Consultant (MPC), adalah sistem
penalar berbasis kasus umum yang dipakai dalam area hukum, yaitu OPINE.
Sistem legal untuk pengkodean masalah hukum, yang disebut dengan
HELIC-II (Hypothe-tical Explanation constructor by Legal Inference with
Cases by 2 inference engines). Case based reasoning yang diaplikasikan di
bidang hukum upah pekerja, yaitu IKBALS. Case based reasoning yang
digunakan untuk mengekstraksi pengetahuan menggunakan ANNs, yaitu
HILDA.
2. Bidang kedokteran
Case based reasoning yang digunakan untuk menganalisis penyakit
jantung berdasarkan kondisi pasien, yaitu CASEY. Case based reasoning
yang digunakan untuk mengelompokkan kategori kasus, yaitu PROTOS.
3. Bidang rekayasa
Case based reasoning yang digunakan untuk mendesain arsitektur
bangunan kantor, yaitu ARCHIE. Case based reasoning yang digunakan
untuk perencanaan struktur, yaitu CADSYN.
4. Bidang komputasi
Case based reasoning yang digunakan untuk memvalidasi kasus yang
akan diambil kembali, yaitu RETRIEVAL. Case based reasoning yang
digunakan untuk aplikasi bantuan teknis, yaitu HELP DESK.
5. Bidang jaringan komunikasi
Case based reasoning yang digunakan untuk menangani kegagalan
jaringan komunikasi, yaitu CRITTER.
6. Bidang keuangan
30

Case based reasoning yang digunakan untuk mengaudit keuangan, yaitu


SCAN.
7. Penjadwalan
Case based reasoning yang digunakan untuk meningkatkan kualitas
penjadwalan, yaitu CABINS. Case based reasoning yang digunakan untuk
perakitan mobil, mengatur penjadwalan pesawat terbang, yaitu SMART.
8. Bidang lingkungan
Case based reasoning yang digunakan untuk memprediksikan tingkat
pencemaran udara, yaitu AIRQUAP.
Adapun ilustrasi tentang metode case based reasoning, yaitu (Irfansyah,
2017):

1. Dokter, ketika sedang mendiagnosa seorang pasiennya, seorang dokter


akan teringat dengan pasien lain yang pernah ia rawat sebelumnya. Dokter
ini teringat akan pasien yang pernah ia rawat sebelumnya karena
mempunyai kemiripan gejala penyakit pasien yang saat ini sedang ia
rawat. Dengan daya ingat dokter itu, kemudian ia menggunakan data hasil
diagnosa dan perawatan pasien yang pernah ia rawat sebelumnya untuk
menentukan diagnosa dan perawatan pasiennya saat ini.
2. Drilling engineer, ketika pernah mengalami dua kali kejadian ledakan
(blow out) sebelumnya, dengan cepat seseorang itu akan kembali
mengingat salah satu situasi ledakan tersebut (atau keduanya). Jika
kombinasi pengukuran yang dihadapi sekarang cocok dengan kombinasi
pengukuran sebelum terjadi ledakan di masa lalu, sehingga ia dapat
menghindari kesalahan yang sama.

2.3.3 Tahapan Metode CBR (Case Based Reasoning)

Case Based Reasoning menggunakan pendekatan kecerdasan buatan


(Artificial Intelligent) yang mengutamakan pemecahan masalah dengan
berdasarkan pada pengetahuan dari kasus-kasus sebelumnya, apabila ada kasus
yang baru maka kasus tersebut akan tersimpan pada basis pengetahuan sehingga
31

sistem akan melakukan pembelajaran dan pengetahuan terhadap kasus-kasus


sebelumnya yang dimiliki. Secara umum ada 4 langkah dalam case based reasoning
(Irfansyah, 2017):
1. Retrieve (memperoleh kembali)
Pada proses retrieve ini akan didapatkan kembali kasus yang sama atau
yang mirip dengan kasus baru yang baru kita temui. Dalam proses ini, tahapan
yang dapat kita lakukan adalah identifikasi masalah, memulai pencocokan,
dan seleksi.
2. Reuse (menggunakan kembali)
Pada proses reuse ini, sistem akan melakukan pencarian masalah pada
database melalui identifikasi masalah baru. Setelah itu, sistem akan
menggunakan kembali informasi permasalahan yang pernah terjadi tersebut
yang memiliki kesamaan untuk menyelesaikan permasalahan yang baru.
Proses reuse dipusatkan pada dua aspek. Pertama, perbedaan antara kasus
sebelumnya dengan kasus sekarang. Kedua, bagian dari kasus yang lama yang
sudah diperoleh akan dikirimkan menjadi kasus baru.
3. Revise (meninjau kembali / memperbaiki)
Pada proses revise ini akan dilakukan tinjauan kembali atau memperbaiki
solusi-solusi yang sudah didapat pada masalah tersebut. Ada dua tugas pokok
dari tahapan revise ini, diproses ini solusi yang sudah diperoleh dari proses
reuse akan dievaluasi kembali. Jika berhasil, maka akan langsung dilanjutkan
ke proses selanjutnya yaitu proses retain. Jika tidak, sistem akan memperbaiki
lagi solusi kasus yang diperoleh dari proses retain dengan menggunakan
domain spesifik pengetahuan.
4. Retain (menyimpan)
Pada proses retain, bisa dibilang proses ini adalah yang terakhir di dalam
sistem case based reasoning. Di dalam proses sistem ini akan menyimpan
permasalahan yang baru lalu dimasukkan ke dalam basis pengetahuan, setelah
itu akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang akan datang.
32

Gambar 2.1 Siklus Case Based Reasoning (Darwanto & Trisnawati, 2021)

Di dalam proses case based reasoning, ada salah satu tahapan yang paling
penting dalam proses penyelesaian masalah ini, yaitu proses pengambilan kasus
(Case Retrieval). Sejak zaman dahulu sudah banyak peneliti yang memfokuskan di
tahapan ini (Pengambilan Keputusan). Di dalam proses pengambilan keputusan,
persamaan antara kasus satu dan kasus lain dijadikan sebagai dasar dalam
pengambilan sebuah kasus di dalam basis kasus. Semakin besar persamaan yang
dimiliki oleh suatu kasus dengan kasus yang baru di dalam basis kasus, maka
memungkinkannya solusi yang terdapat pada kasus tersebut bisa digunakan untuk
menyelesaikan masalah di dalam kasus yang baru. Penalaran berbasis kasus ini
biasanya dipakai untuk diagnosis, manajemen pengetahuan dan pendukung
keputusan. Dalam hal ini tingkat kecocokan kasus akan sangat berpengaruh pada
kerja sistem case based reasoning, itu dikarenakan solusi-solusi yang ada di dalam
kasus sebelumnya akan digunakan kembali sebagai patokan dalam penyelesaian
masalah baru. Sudah banyak peneliti yang menggunakan berbagai macam
algoritma di dalam kasus retrieval. Jika di dalam basis kasus terdapat kasus yang
memiliki atribut berbeda-beda, maka itu akan menyebabkan sulitnya suatu sistem
retrieval dalam menemukan kasus baru yang sesuai (Irfansyah, 2017).

2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Metode CBR (Case Based Reasoning)


33

Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode CBR (Case Based Reasoning)
yaitu (Irfansyah, 2017):

Berikut kelebihan dari metode Case Based Reasoning (CBR):

1. Memecahkan masalah dengan mudah karena dapat mengambil solusi


dengan cepat dan tepat.
2. Semakin banyak pengalaman yang tersimpan di dalam sistem maka sistem
akan semakin pintar dalam menemukan solusi untuk sebuah kasus.
3. Biasanya langsung fokus pada fitur terpenting pada masalah tersebut.
4. Dapat memecahkan masalah dalam domain yang hanya dapat dipahami
sebagian.
5. Dapat memberikan solusi jika tidak ada metode algoritma yang tersedia.
6. Dapat menafsirkan konsep terbuka dan tidak jelas.

Berikut kekurangan dari metode Case Based Reasoning (CBR):

1. Tidak menjamin solusi yang didapat itu menjadi solusi terbaik atau
maksimal, karena dalam sistem case based reasoning ini sangat
bergantung pada kasus yang pernah terjadi, maka dari itu jika solusi dari
kasus yang pernah terjadi itu salah, maka dalam hal ini tahapan revise
sangat diperlukan untuk mengurangi tingkat kesalahannya.
2. Namun dalam hal ini, jika semakin banyak pengalaman yang tersimpan di
basis data, maka tidak menutup kemungkinan dalam menyelesaikan suatu
kasus baru akan menjadi lama. Itu dikarenakan, sistem ini akan mencari
kasus-kasus yang paling mirip.

2.4 Algoritma Sorensen Coeffient

Sorensen Coefficient digunakan untuk mencari kemiripan antara


permasalahan yang menjadi target dengan kasus lama yang menjadi source case.
Perhitungan dilakukan dengan mengukur kemiripan setiap atribut yang ada pada
target dengan atribut source case. Tiap atribut memiliki bobot yang berbeda untuk

2.1
34

setiap jenis solusi yang nilainya ditentukan oleh pakar. Berikut persamaannya
(Wijaya et al., 2020):
(2 * a)
SC(x,y) =
(2 * (a+b))
Keterangan:
x: Gejala lama
y: Gejala baru
a: x=1 dan y=1 (Jumlah bobot gejala yang sama antara kasus baru dengan kasus
lama)
b: x=1 dan y=0 (Jumlah bobot gejala kasus lama yang tidak ada digejala kasus baru)
Kemiripan biasanya berada pada nilai 0 sampai dengan 1. Nilai 0 artinya
kedua kasus mutlak tidak mirip, sebaliknya untuk nilai 1 kedua kasus mutlak mirip.
Pembobotan ditentukan berdasarkan hasil pembelajaran atau pengamatan pada
suatu kasus. Semakin berpengaruh suatu gejala terhadap kasus, maka bobotnya
semakin tinggi, begitu pula sebaliknya (Amran, 2018).

Menentukan bobot gejala antara lain gejala penting, sedang dan biasa
bersumber pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh (Amran, 2018;
Fidyaningsih et al., 2016; Rahman & Sumijan, 2020).

Tabel 2.1 Bobot Parameter (Amran, 2018)


Bobot Parameter

Gejala penting 5

Gejala Sedang 3

Gejala Biasa 1

Gejala penting yang dimaksud adalah gejala utama atau gejala yang paling
dominan dalam mempengaruhi untuk menentukan jenis penyakit apa yang diderita
oleh pasien. Kemudian gejala sedang yang dimaksud adalah gejala yang berada
ditengah-tengah dari gejala ringan dan penting, menentukannya dengan melihat
35

gejala itu sendiri. Dan gejala biasa yang dimaksud adalah gejala ringan yang tidak
terlalu mempengaruhi untuk mendiagnosa jenis penyakit yang diderita oleh pasien
(dr. Fadli, 2022).

Berikut ilustrasi dari kedekatan sebuah kasus.

Gambar 2.2 Ilustrasi Kedekatan Kasus (Amran, 2018)

Seperti tampak pada gambar 2.2 di atas, terdapat 3 pasien lama yaitu A, B dan
C. Ketika ada pasien baru, maka solusi yang akan diambil adalah solusi dari pasien
terdekat dengan pasien baru. Diandaikan d1, d2 dan d3 merupakan jarak kedekatan
dari kasus baru dengan kasus lama. Karena jarak d1 lebih dekat dibandingkan d2
dan d3 maka solusi dari pasien A yang akan digunakan untuk memberikan solusi
terhadap pasien baru (Amran, 2018).

2.5 Cara Kerja Metode Case Base Reasoning dengan Algoritma Sorensen
Coefficient

Proses metode Case Based Reasoning (CBR) dengan Algoritma Sorensen


Coefficient pada sistem pakar dapat dilakukan dengan beberapa tahap seperti di
bawah ini (Amran, 2018):

1) Proses retrieve, pada proses ini yaitu mencari kasus yang menyerupai atau
mirip antara kasus baru yang belum di identifikasi jenis kerusakan dengan
kasus lama yang telah teridentifikasi. Pada proses ini kasus lama akan
menjadi acuan dalam menentukan jenis kerusakan pada kasus baru.
36

2) Kedua proses reuse yaitu proses penghitungan kecocokan antara gejala


kasus baru dengan kasus lama. Pada tahap ini untuk menghitung kemiripan
antara kasus lama dengan kasus yang baru menggunakan algoritma
Sorensen Coefficient dengan rumus seperti pada 2.1. Setelah dihitung,
maka akan didapatkan hasil kecocokan antara kasus baru dengan kasus
yang lama. Identifikasi penyakit akan selesai pada proses ini apabila
ditemukan kecocokan gejala yang mempunyai nilai kepercayaan tinggi.
Interval nilai dari 0 – 1 dimana 0 artinya tidak mirip sama sekali sedangkan
1 mutlak mirip.
3) Apabila proses perhitungan tidak ditemukan nilai/hasil diagnosa yang
memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, maka selanjutnya masuk ke
dalam proses revise. Proses ini meninjau kembali gejala pada kasus baru,
apakah gejala pada kasus baru tersebut ada atau tidak di dalam gejala kasus
lama.
4) Setelah dilakukan peninjauan kembali gejala kasus baru dan tidak terdapat
pada gejala kasus lama, maka dilakukan proses retain. Pada proses ini
dilakukan oleh seorang ahli atau pakar untuk menentukan gejala baru
tersebut apakah dapat atau tidak dijadikan gejala baru pada penyakit yang
ada. Jika memang layak menjadi gejala baru, maka seorang ahli atau pakar
akan menentukan dan menambahkan gejala tersebut ke dalam kasus lama
sebagai acuan dalam mengidentifikasi penyakit selanjutnya.

Adapun contoh kasus dari perhitungan menggunakan metode case based


reasoning dengan algoritma sorensen coefficient adalah sebagai berikut (Arundy et
al., 2021):

Bobot parameter seperti yang ada pada tabel 2.1 di atas:

Gejala penting = 5

Gejala sedang = 3

Gejala biasa = 1
37

Diketahui gejala suatu penyakit Jantung Koroner yaitu

Nyeri Dada = 3

Sesak Nafas = 5

Cepat Lelah = 1

Diketahui gejala suatu penyakit Serangan Jantung yaitu

Nyeri Dada = 3

Keringat Dingin = 3

Batuk-batuk = 1

Pasien memilih gejala yang dialaminya yaitu nyeri dada, keringat dingin. Apa
penyakit yang diderita oleh pasien?

1) Proses Retrieve

Disini dilakukan proses pencocokan gejala atau mencari kemiripan gejala


antara kasus lama dan kasus baru seperti langkah dibawah ini:

Gambar 2.3 Kasus 1 dan Kasus Baru (Arundy et al., 2021)

Gambar 2.4 Kasus 2 dan Kasus Baru (Arundy et al., 2021)


38

2) Proses Reuse

Pada proses ini dilakukan perhitungan kemiripan antara kasus lama dengan
kasus yang baru seperti pada penjelasan dibawah ini dengan menggunakan
rumus pada 2.1 (Arundy et al., 2021):

Kemiripan Kasus 1

(2*(3))
Jantung Koroner (x,y) = = 0.3
(2*((3)+(5+1))

Kemiripan kasus 2

(2*(3+3))
Serangan Jantung (x,y) = = 0.85
(2*((3+3)+1))

Nilai terbesar yaitu Serangan Jantung = 0,85 dan kesimpulannya adalah


didapatkan hasil konsultasi pasien terindikasi terkena penyakit serangan
jantung (Arundy et al., 2021).

3) Proses Revise

Proses revise dilakukan apabila nilai kepercayaan yang dihasilkan pada


proses reuse memiliki tingkat kepercayaan yang rendah. Pada kasus di atas
nilai kepercayaan pada kasus baru yaitu 85% artinya hampir mirip dengan
kasus lama. Namun apabila nilai rendah maka proses revise akan dilakukan
oleh pakar dengan melihat kasus tersebut (Amran, 2018).

Pada saat proses similarity antara source case dengan target case sistem
akan menampilkan kemungkinan kasus-kasus yang mempunyai nilai
similarity yang lebih besar atau sama dengan 0.50. Ada dua kondisi revisi
kasus: pertama, kasus yang didiagnosa tidak mempunyai kemiripan sama
sekali dengan kasus-kasus yang ada dalam case base. Kedua, kasus memiliki
kemiripan dengan kasus yang ada dalam case base tetapi memiliki nilai
39

similarity dibawah 0.70, sehingga derajat kepercayaan terhadap kasus hasil


diagnosa tidak terlalu besar. Nilai simalarity dibawah 0.50 akan dianggap
tidak terlalu akurat oleh sistem (Dona et al., 2021).

4) Proses Retain

Pada proses ini apabila kasus baru tersebut benar-benar ditemukan


solusinya barulah pakar memasukan kasus ini ke dalam pengetahuan untuk
digunakan menyelesaikan apabila ada kasus baru lagi yang memiliki ciri atau
gejala yang sama (Amran, 2018).

2.6 HTML 5 (Hyper Text Markup Language)

HTML adalah kepanjangan dari Hyper Text Markup Language, yaitu


merupakan bahasa interpretasi yang digunakan pada sebuah halaman website atau
situs. HTML mendeskripsikan struktur halaman web yang ditulis dengan elemen
atau tag yang yang mengapit konten atau teks di dalamnya. HTML berguna untuk
menampilkan konten, menghubungkan (link) antar halaman, memberi struktur dan
informasi terkait dengan sebuah halaman web. Konten sebuah web tidak hanya
terbatas pada teks saja, melainkan konten interaktif lainnya seperti video, audio,
gambar dan animasi dapat disisipkan dan ditampilkan pada halaman web. HTML5
adalah kepanjangan dari Hyper Text Markup Language versi 5, merupakan HTML
baru penerus dari HTML 4, XHTML1, dan DOM Level 2 HTML. HTML5
merupakan pengembangan bahasa HTML yang lebih baik, lebih berarti atau
semantik (semantic meaning) yang sebelumnya adalah bahasa markup sederhana
menjadi sebuah platform canggih, penuh fitur dan kaya akan antarmuka
pemrograman aplikasi yang disebut API (Application Programming Interface)
(Media, 2017).

2.7 XAMPP

XAMPP adalah perangkat lunak bebas, yang mendukung banyak sistem


operasi, merupakan kompilasi dari beberapa program. XAMPP merupakan tool
yang menyediakan paket perangkat lunak ke dalam satu buah paket. Dengan
40

menginstall XAMPP maka tidak perlu lagi melakukan instalasi dan konfigurasi web
server Apache, PHP dan MySQL secara manual. XAMPP akan menginstalasi dan
mengkonfigurasikannya secara otomatis atau auto konfigurasi (Pendidikan, 2021).

2.8 CSS (Cascading Style Sheet)

CSS adalah bahasa Cascading Style Sheet dan biasanya digunakan untuk
mengatur tampilan elemen yang tertulis dalam bahasa markup, seperti HTML. CSS
berfungsi untuk memisahkan konten dari tampilan visualnya di situs. CSS dibuat
dan dikembangkan oleh W3C (World Wide Web Consortium) pada tahun 1996
untuk alasan yang sederhana (Ariata, 2021).

2.9 PHP 7

PHP adalah bahasa pemrograman script yang banyak dipakai untuk


memprogram situs web dinamis, walaupun tidak tertutup kemungkinan digunakan
untuk pemakaian lain. Contoh terkenal dari aplikasi PHP adalah phpBB dan
MediaWiki (Pendidikan, 2021).

PHP 7.4 telah diluncurkan pada 28 November 2019. Dibandingkan para


pendahulunya, versi terbaru dari bahasa pemrograman ini membuat website lebih
cepat, aman, dan powerful. PHP 7.4 memang merupakan pembaharuan kecil untuk
versi 7 dari bahasa pemrograman ini (Nayoan, 2019).

2.10 MySQL

MySQL adalah singkatan My Structured Query Language. Program ini


berjalan sebagai server menyediakan multi-user mengakses ke sejumlah database.
MySQL umumnya digunakan oleh perangkat lunak bebas yang memerlukan fitur
penuh sistem manajemen database, seperti WordPress, phpBB dan perangkat lunak
lain yang dibangun pada perangkat lunak LAMP. MySQL juga digunakan dalam
skala sangat tinggi World Wide Web, termasuk produk-produk Google dan
Facebook (Pendidikan, 2021).
41

2.11 CodeIgniter

CodeIgniter merupakan open source (tidak berbayar). CodeIgniter memiliki


sejumlah keunggulan yang membuat pengembang web mempertimbangkan untuk
memilih kerangka kerja PHP ini dibandingkan dengan kerangka kerja PHP lainnya.
CodeIgniter merupakan aplikasi open source dalam bentuk Framework PHP
dengan model MVC (Model, View, Controller) untuk membangun situs web
dinamis menggunakan PHP. CodeIgniter memudahkan pengembang untuk
membuat aplikasi web dengan cepat, lebih mudah dibandingkan dengan
membuatnya dari awal. CodeIniter pertama kali dirilis pada 28 Februari 2006. Versi
stabil terakhir adalah versi 3.0.4 (Saputra, 2021).

2.12 UML (Unified Modeling Language)

UML adalah bahasa untuk mengspesifikasi, mengvisualisasi, membangun


dan mendokumentasikan artifacts (bagian dari informasi yang digunakan untuk
dihasilkan oleh proses pembuatan perangkat lunak, artifact tersebut dapat berupa
model, deskripsi atau perangkat lunak) dari sistem perangkat lunak, seperti pada
pemodelan bisnis dan sistem non perangkat lunak lainnya. Selain itu UML adalah
bahasa pemodelan yang menggunakan konsep orientasi object. UML dibuat oleh
Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson di bawah bendera Rational
Software Corporation. UML menyediakan notasi-notasi yang membantu
memodelkan sistem dari berbagai perspektif. UML tidak hanya digunakan dalam
pemodelan perangkat lunak, namun hampir dalam semua bidang yang
membutuhkan pemodelan (Pratama, 2019).

1. Use Case Diagram

Use case diagram menggambarkan sejumlah external actors dan


hubungannya ke use case yang diberikan oleh sistem. Use case adalah
deskripsi fungsi yang disediakan oleh sistem dalam bentuk teks sebagai
dokumentasi dari use case symbol namun dapat juga dilakukan dalam activity
diagrams. Use case digambarkan hanya yang dilihat dari luar oleh actor
42

(keadaan lingkungan sistem yang dilihat user) dan bukan bagaimana fungsi
yang ada di dalam sistem (Pratama, 2019).

Berikut simbol-simbol yang digunakan pada Use Case diagram:

Tabel 2.2 Use Case Diagram

No Gambar Nama Keterangan


1 Mewakili peran orang, sistem yang lain,
Actor atau alat ketika berkomunikasi dengan
use case.

Hubungan dimana perubahan yang terjadi


pada suatu elemen mandiri (independent)
2 Dependency akan mempengaruhi elemen yang
bergantung padanya elemen yang tidak
mandiri (independent).
Menunjukkan spesialisasi actor untuk
3 Generalization
dapat berpartisipasi dengan use case.
Menunjukkan bahwa suatu use case
4 Include seluruhnya merupakan fungsionalitas dari
use case lainnya.
Menunjukkan bahwa suatu use case
5 Extend merupakan tambahan fungsional dari use
case lainnya jika suatu kondisi terpenuhi.
Abstraksi dari penghubung antara actor
6 Association
dengan use case.
Mengspesifikasikan paket yang
7 System menampilkan sistem secara terbatas.
43

Deskripsi dari uraian aksi-aksi yang


8 Use Case ditampilkan system yang menghasilkan suatu
hasil yang terukur bagi suatu actor.

2. Activity Diagram

Activity Diagram menggambarkan rangkaian aliran dari aktivitas,


digunakan untuk mendeskripsikan aktifitas yang dibentuk dalam suatu
operasi sehingga dapat juga digunakan untuk aktifitas lainnya seperti use case
atau interaksi (Pratama, 2019).

Berikut simbol-simbol yang digunakan pada Activity diagram:

Tabel 2.3 Activity Diagram


No Gambar Nama Keterangan
Memperlihatkan bagaimana masing-
1 Activity masing kelas antarmuka saling berinteraksi
satu sama lain.
Action State dari sistem yang mencerminkan
2
eksekusi dari suatu aksi.
Initial Node Status awal aktivitas sistem, sebuah
3 diagram aktivitas memiliki sebuah status
awal.
4 Actifity Status akhir yang dilakukan sistem, sebuah
Final diagram aktivitas memiliki sebuah status
Node akhir.
5 Fork Node Satu aliran yang pada tahap tertentu
berubah menjadi beberapa aliran.
6 Decision Asosiasi percabangan dimana jika ada
pilihan aktivitas lebih dari satu.
7. Control Menunjukkan transisi dari satu keadaan
Flow aktivitas ke yang lain
44

3. Sequence Diagram

Sequence Diagram menggambarkan kolaborasi dinamis antara sejumlah


object. Kegunaannya untuk menunjukkan rangkaian pesan yang dikirim
antara object juga interaksi antara object, sesuatu yang terjadi pada titik
tertentu dalam eksekusi sistem (Pratama, 2019).

Berikut ini adalah simbol-simbol yang digunakan pada Sequence diagram:

Tabel 2.4 Sequence Diagram


No Gambar Nama Keterangan
LifeLine Objek entity, antarmuka yang saling
1
berinteraksi.
2 Message Spesifikasi dari komunikasi antar
objek yang memuat informasi-
informasi tentang aktifitas yang
terjadi.
3 Message Spesifikasi dari komunikasi antar
objek yang memuat informasi-
informasi tentang aktifitas yang
terjadi.
4 Menyatakan suatu objek mengakhiri
Message hidup objek lain, arah panah
mengarah pada objek yang diakhiri,
sebaiknya jika ada create maka ada
destroy.

4. Class Diagram

Class diagram menggambarkan struktur statis class di dalam sistem. Class


merepresentasikan sesuatu yang ditangani oleh sistem. Class dapat
berhubungan dengan yang lain melalui berbagai cara: associated (terhubung
satu sama lain), dependent (satu class tergantung atau menggunakan class
45

yang lain), specialed (satu class merupakan spesialisasi dari class lainnya)
atau package (grup bersama sebagai satu unit). Sebuah sistem biasanya
mempunyai beberapa class diagram (Pratama, 2019).

Berikut ini adalah simbol-simbol yang digunakan pada Class diagram:

Tabel 2.5 Class Diagram


No Gambar Nama Keterangan
Hubungan dimana objek anak
Generalization (descendent) berbagi perilaku dan
1
struktur data dari objek yang ada
diatasnya objek induk (ancestor).
Nary Upaya untuk menghindari asosiasi
2
Association dengan lebih dua objek.
3 Himpunan dari objek-objek yang
Class berbagi atribut serta operasi yang sama.

4 Deskripsi dari urutan aksi-aksi yang


Collaboration ditampilkan sistem yang menghasilkan
suatu hasil yang terukur bagi suatu
actor.
5 Realization Operasi yang benar-benar dilakukan
oleh suatu objek.

6 Dependency Hubungan dimana perubahan yang


terjadi pada suatu elemen mandiri
(independent).
7 Association Apa yang menghubungkan antara objek
satu dengan objek lainnya.
8 + Public Dapat dipanggil oleh siapa saja
46

9 1 Multiplicities Tepat satu bagian


10 1…* Multiplicities Sedikitnya hanya satu bagian

2.13 RUP (Rational Unified Process)

Rational Unified Process (RUP) merupakan suatu metode rekayasa perangkat


lunak yang dikembangkan dengan mengumpulkan berbagai best practises yang
terdapat dalam industri pengembangan perangkat lunak. Ciri utama metode ini
adalah menggunakan use-case driven dan pendekatan iteratif untuk siklus
pengembangan perangkat lunak. RUP menggunakan konsep object oriented,
dengan aktifitas yang berfokus pada pengembangan model dengan menggunakan
Unified Model Language (UML) (Suryana, 2007).

Dalam metode RUP terdapat empat fase untuk melakukan pengembangan


sistem yaitu (Suryana, 2007):

1. Inception (permulaan)

Pada tahap inception dilakukan pendefinisian ruang lingkup dan perkiraan


jadwal serta melakukan analisis kebutuhan user dan melakukan perancangan
awal perangkat lunak (perancangan arsitektur dan use case).

2. Elaboration (perencanaan)

Pada tahap elaboration dilakukan perencanaan arsitektur sistem. Pada


perencanaan arsitektur sistem dimulai dari melakukan spesifikasi fitur
perangkat lunak yang akan digunakan hingga analisis dan desain sistem serta
implementasi sistem yang fokus pada prototype sistem.

3. Construction (konstruksi)

Pada tahap construction dilakukan pengimplementasian rancangan sistem


yang telah dibuat. Pada tahap ini akan fokus pada implementasi perangkat
lunak pada kode program serta melakukan pengujian sistem.
47

4. Transition (transisi)

Pada tahap transition dilakukan deployment perangkat lunak. Pada tahap


ini dilakukan evaluasi sistem yang telah dirancang, dianalisis dan dibangun.
Tahapan ini bertujuan untuk melakukan pelatihan pada user yang akan
menggunakan sistem serta melakukan pengujian sistem apakah sudah
memenuhi harapan user.

2.14 Pengujian Black Box

Blackbox-testing merupakan salah satu metode untuk menguji perangkat


lunak yang telah dibangun, baik pengujian pada unit-unit kecil maupun hasil yang
telah terintegrasi untuk menguji fungsional perangkat lunak. Pengujian perangkat
lunak dari segi spesifikasi fungsional tanpa menguji desain dan kode program
mengetahui apakah fungsi, masukan dan keluaran dari perangkat lunak sesuai
dengan spesifikasi yang dibutuhkan (Syarif et al., 2021).

2.15 Pengujian Akurasi

Untuk pengujian akurasi pada sistem ini menggunakan persamaan sebagai


berikut:
Jumlah kasus akurat
Persentase Akurasi = x 100% 2.2
Jumlah kasus yang ada
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Untuk pengumpulan sejumlah data yang diperlukan dalam penyusunan tugas


akhir ini, penulis menggunakan beberapa metode seperti:

1. Kajian Pustaka, dengan cara mengumpulkan referensi yang berkaitan


dengan objek penelitian berupa pengertian dari berbagai jenis penyakit
kulit dan gejala-gejalanya. Referensi yang dirujuk dalam penelitian ini
berkaitan dengan parameter untuk penyusunan sistem pakar diagnosa
penyakit kulit pada manusia.
2. Wawancara, dengan cara melakukan wawancara secara langsung kepada
dokter Fadli untuk mengetahui ada berapa jenis penyakit kulit yang dapat
menyerang kulit manusia. Baik itu diakibatkan oleh infeksi jamur, bakteri,
virus, parasit, alergi dan akibat luka bakar.

3.2 Metode Pengembangan Sistem

Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam sistem ini adalah


metode Rational Unified Process (RUP). Tahap ini memiliki empat fase dalam
pengembangan sistem yaitu:

1. Inception (Permulaan)

Pada fase ini dilakukan proses pengidentifikasian sistem yang dilakukan


dengan menganalisis kebutuhan aplikasi, melakukan kajian terhadap
penelitian yang terkait dengan sistem pakar dengan menggunakan metode
case based reasoning dan algoritma sorensen coefficient.

48
49

2. Elaboration (Perluasan/perencanaan)

Setelah menentukan ruang lingkup penelitian, tahap selanjutnya dilakukan


perancangan dan analisis sistem menggunakan UML (Unified Modeling
Language) yang meliputi use case, activity, class dan sequence diagram.
Selain itu melakukan analisis sistem pada tahap tersebut dilakukan
perancangan tampilan interface dari sistem yang akan dibangun.

3. Construction (Konstruksi)

Proses yang dilakukan pada tahap ini adalah mengimplementasikan kode


sesuai perancangan yang telah dilakukan sebelumnya sehingga menjadi
aplikasi yang dapat digunakan. Pada tahap ini akan dibangun semua tampilan
yang ada pada sistem pakar diagnosa penyakit kulit pada manusia
menggunakan metode case based reasoning dan algoritma sorensen
coefficient.

4. Transition (Transisi)

Pada tahap ini akan dilakukan proses pengujian pada aplikasi yang telah
dibangun. Memperbaiki masalah yang muncul saat pembuatan dan setelah
pengujian aplikasi.

3.3 Waktu dan Tempat

3.3.1 Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian tugas akhir dilakukan mulai dari awal bulan
Oktober 2021. Adapun rincian dari kegiatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
50

Tabel 3.1 Waktu Penelitian


Waktu (2021-2022)
No Uraian Oktober November Desember Januari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Inception
2 Elaboration
3 Construction
4 Transition

3.3.2 Tempat Penelitian

Penelitian tugas akhir ini bertempat di Klinik Robusta Farma milik dr. Fadli,
Jalan Protokol, Kelurahan Dawi-Dawi, Kecematan Pomalaa, Kabupaten Kolaka,
Provinsi Sulawesi Tenggara.
51

BAB IV

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

4.1 Analisis Sistem

Analisis sistem adalah suatu tahapan yang bertujuan untuk mengetahui dan
mengamati siapa saja yang terlibat dalam sistem. Pembahasan yang ada pada
analisis sistem ini yaitu analisis kebutuhan fungsional meliputi perancangan sistem
menggunakan bahasa pemodelan Unified Modeling Language (UML), perancangan
tampilan interface serta analisis kebutuhan non fungsional yang meliputi kebutuhan
perangkat lunak yang akan digunakan.

4.1.1 Analisis Kebutuhan Fungsional

Analisis sistem adalah suatu tahapan yang bertujuan untuk mengetahui dan
mengamati siapa saja yang terlibat dalam sistem. Pembahasan yang ada pada
analisis sistem ini yaitu analisis kebutuhan fungsional meliputi perancangan sistem
menggunakan bahasa permodelan Unified Modeling Language (UML),
perancangan tampilan interface serta analisis kebutuhan non fungsional yang
meliputi kebutuhan perangkat lunak yang akan digunakan.

4.1.2 Analisis Kebutuhan Non Fungsional

Analisis kebutuhan non fungsional adalah sebuah langkah dimana


pembangun aplikasi menganalisis sumber daya kebutuhan untuk membangun
aplikasi yang akan dibangun. Analisis kebutuhan non fungsional yang dilakukan
dibagi dalam dua tahap, yaitu analisis kebutuhan perangkat keras dan analisis
kebutuhan perangkat lunak. Kebutuhan perangkat keras yaitu kebutuhan perangkat
atau komponen yang dibutuhkan pada sistem dan perangkat lunak yaitu kebutuhan
perangkat lunak untuk membantu agar komponen perangkat keras dapat berfungsi
dan dapat dijalankan pada sistem.
52

4.1.2.1 Kebutuhan Perangkat Keras

Untuk menerapkan rancangan yang telah dijelaskan sebelumnya,


dibutuhkan beberapa perangkat keras sebagai sarana untuk mengimplementasikan
sistem yang dibangun. Berikut spesifikasi perangkat keras yang dibutuhkan.

Tabel 4.1 Spesifikasi Perangkat Keras


No Nama Perangkat Spesifikasi

1. Laptop Asus X441NA

Intel(R) Celeron(R) CPU N3350 @ 1.10GHz


2. Processor
1.10 GHz

3. Monitor 14 Inch

4. Memori RAM 4 GB

5. Harddisk 500 GB HDD

4.1.2.2 Kebutuhan Perangkat Lunak

Perangkat lunak yang digunakan pada pembangunan sistem pakar penyakit


kulit. Adapun rincian kebutuhan perangkat lunak dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut
ini.

Tabel 4.2 Spesifikasi Perangkat Lunak


No Nama Perangkat Fungsi Spesifikasi

1 Windows Sistem operasi Windows 10 Pro

Lingkungan
2 XAMPP XAMPP 3.2.3
pengembangan

3 Google Chrome Web browser Version 94.0.4606.71 (64-bit)

4 Apache Web server Apache 2.4.38

5 MariaDB Basis data MariaDB 10.1.38

6 MySQL Bahasa Query


53

Alat manajemen
7 PHPMyAdmin PHPMyAdmin 4.8.5
basis data

PHP: Hyper Text Bahasa


8 PHP 7.1.26
Processor pemrograman web

Framework
9 Framework PHP CodeIgniter 3.1.11
CodeIgniter

Visual Studio
10 Text editor VSC 1.58.2
Code

4.2 Perancangan Sistem

Perancangan sistem yang akan dibangun terdiri atas perancangan basis


pengetahuan, UML dan interface.

4.2.1 Perancangan Basis Pengetahuan

Adapun perancangan basis pengetahuan terbagi menjadi 2 tabel yakni tabel


data penyakit dan tabel data gejala.

Tabel 4.3 Rancangan Data Penyakit


No Kode Penyakit Nama Penyakit

1 P1 Folikulitis

2 P2 Furunkel/Karbunkel

3 P3 Tinea Kapitis

4 P4 Tinea Barbe

5 P5 Tinea Fasialis

6 P6 Tinea Corporis

7 P7 Tinea Manum

8 P8 Tinea Unguium

9 P9 Tinea Kruris
54

10 P10 Pityriasis Versikolor

11 P11 Kandidosis Mukokutan

12 P12 Necrolysis Epidermal Toxic

13 P13 Impetigo

14 P14 Erisipelas

15 P15 Skrofuloderma

16 P16 Lepra

17 P17 Sifilis

18 P18 Acne Vulgaris

19 P19 Hidradenitis Suppurativa

20 P20 Vulnus Laseratum

21 P21 Vulnus Punctum

22 P22 Vulnus perforatum/penetratum

23 P23 Veruka Vulgaris

24 P24 Molluscum Contagiosum

25 P25 Herpes Zoster

26 P26 Morbili

27 P27 Varicella

28 P28 Herpes Simpleks

29 P29 Pityriasis Rosea

30 P30 Cutaneus Larva Migran

31 P31 Filariasis

32 P32 Pedikulosis Kapitis

33 P33 Scabies
55

34 P34 Reaksi Gigitan Serangga

35 P35 Miliaria

36 P36 Creeping Eruption

37 P37 Dermatitis Kontak Iritan

38 P38 Dermatitis Atopik

39 P39 Dermatitis Numularis

40 P40 Napkin Eczema

41 P41 Demartitis Seboroik

42 P42 Dermatitis Perioral

43 P43 Sindrom Stevens-Johnson

44 P44 Urtikaria akut

45 P45 Exanthematous Drug Eruption

46 P46 Fixed Drug Eruption

47 P47 Luka bakar derajat 1

48 P48 Luka bakar derajat 2

49 P49 Luka bakar derajat 3 dan 4

50 P50 Luka akibat bahan kimia

51 P51 Luka akibat sengatan listrik

52 P52 Tinea Pedis

53 P53 Eritrasma

Dari tabel 4.3 diatas, terdapat total penyakit yaitu 53 jenis penyakit.
Diantaranya, kode penyakit P1 sampai P12 dan P52 adalah jenis penyakit kulit yang
disebabkan oleh infeksi jamur. Kode penyakit P13 sampai P22 dan P53 adalah jenis
penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Kode penyakit P24 sampai P29
56

adalah jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi virus. Kode penyakit P30
sampai P36 adalah jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi parasit. Kode
penyakit P37 sampai P46 adalah jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh alergi.
Dan kode penyakit P47 sampai P51 adalah jenis penyakit kulit yang disebabkan
oleh luka bakar.

Tabel 4.4 Rancangan Data Gejala


No Kode Gejala Nama Gejala

1 G1 Benjolan kecil dan bulat

Berwarna merah / kekuningan / ungu / kecokelatan /


2 G2
hitam

3 G3 Memiliki nanah

4 G4 Berada di area tubuh yang ditumbuhi rambut

5 G5 Gatal

6 G6 Perih

7 G7 Berwarna merah dengan kepala putih

8 G8 Sensitif

9 G9 Terasa nyeri

10 G10 Terjadi pembengkakan

11 G11 Demam

12 G12 Bersisik di area yang terkena penyakit

13 G13 Terdapat ruam atau kerak melingkar di area kulit

14 G14 Kulit melepuh

15 G15 Kulit bentol-bentol/bintik-bintik

16 G16 Kulit terasa kering

17 G17 Mengeluarkan cairan


57

18 G18 Mengelupas

19 G19 Kulit terasa terbakar/panas

20 G20 Bercak putih terang

21 G21 Terlihat mengkilap

22 G22 Kelelahan

23 G23 Sakit tenggorokan

24 G24 Pilek dan batuk

25 G25 Nafsu makan menurun

26 G26 Mual dan muntah

27 G27 Kulit pecah-pecah

28 G28 Kulit terlihat keriput

29 G29 Menggigil

30 G30 Mati rasa, seperti kehilangan sensasi sentuhan

31 G31 Terasa sakit pada kulit

32 G32 Terjadi pembesaran pembuluh darah

33 G33 Sering mengalami mimisan

34 G34 Munculnya luka yang tidak terasa sakit

Bertekstur keras berupa benjolan yang terbentuk di


35 G35
bawah permukaan kulit

36 G36 Luka tidak teratur

37 G37 Mengalami pendarahan

38 G38 Infeksi sudah meluas

Awalnya keras bila diraba, kemudian melunak seiring


39 G39
waktu

40 G40 Terasa pusing


58

41 G41 Terasa lemas

42 G42 Sensasi tertusuk

43 G43 Pembengkakan limfa atau kelenjar getah bening

Tonjolan kemerahan di kulit yang berkelok-kelok seperti


44 G44
ular

45 G45 Kulit terasa kaku dan kesemutan

46 G46 Pingsan

47 G47 Jantung berdebar

48 G48 Sulit menelan dan berbicara

49 G49 Sesak nafas

50 G50 Terjadi perubahan pada warna kulit

51 G51 Mengalami sariawan

52 G52 Luka terbuka yang berkerak

53 G53 Kulit menebal

54 G54 Timbul ketombe akibat kulit yang terkelupas

55 G55 Berbentuk bulat atau bujur

56 G56 Bisa membesar hingga 10 cm

57 G57 Kulit lecet

58 G58 Terbakar akibat sinar matahari

59 G59 Terbakar karena api

60 G60 Tampak putih dan kasar

61 G61 Terlihat hangus

62 G62 Spasme otot

63 G63 Kulit kepala memerah dan botak


59

64 G64 Terjadi di area tangan

65 G65 Terjadi di area kuku

66 G66 Kuku menebal

Kuku berubah warna menjadi putih, kuning atau


67 G67
kehitaman

68 G68 Kuku menjadi kasar dan rapuh

69 G69 Kuku terpisah dengan kulit jari tempatnya menempel

70 G70 Timbul bau tidak sedap pada kuku

71 G71 Terjadi pada area selangkangan

72 G72 Terjadi di area kaki

73 G73 Terjadi pada lipatan kulit

74 G74 Menyerupai luka bakar

75 G75 Terjadi pada bayi dan anak-anak

76 G76 Terjadi pada area wajah

77 G77 Terjadi pada leher dan ketiak

78 G78 Terjadi pada siku dan lutut

79 G79 Terjadi perubahan bentuk wajah

80 G80 Hilangnya jari-jemari

81 G81 Terjadi di area kelamin

82 G82 Terjadi di area mulut

83 G83 Robekan pada kulit akibat benda tumpul

84 G84 Tampak jembatan jaringan kedua tepi luka

85 G85 Luka tusuk pada kulit akibat benda tajam

Luka tembus yang merobek dua sisi tubuh karena senjata


86 G86
tajam
60

87 G87 Kutil pada tangan sering terlihat lebih besar

88 G88 Terjadi pada punggung

89 G89 Terjadi pada perut

90 G90 Terjadi pada bokong

91 G91 Terjadi pada kepala yang memiliki rambut

Terjadi pada bagian sela-sela jari, area pinggul dan


92 G92
sekitar payudara

Terjadi pada kulit wajah simetris dikedua pipi, dahi dan


93 G93
kepala

94 G94 Kelainan diselaput lendir mata

95 G95 Berada di tubuh hingga telapak tangan dan kaki

96 G96 Luka bakar memiliki lebar 5-7 cm

97 G97 Diakibatkan bahan kimia seperti alkali dan asam

98 G98 Karena sengatan listrik

99 G99 Mata merah dan perih

Dari tabel 4.4 di atas, terdapat 99 gejala dari total 53 jenis penyakit kulit yang
disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, virus, parasit, alergi dan luka bakar.
61

Gambar4.1RancanganDataPengetahuanSistemPakar
62

4.2.2 Perancangan Unified Modelling Language (UML)

UML (Unified Modelling Language) adalah bahasa pemodelan yang


menggunakan konsep orientasi object dan terdiri dari Use Case Diagram, Activity
Diagram, Sequence Diagram dan Class Diagram.

4.2.2.1 Use Case Diagram

Use Case Diagram digunakan dalam memodelkan fungsionalitas-


fungsionalitas sistem yang dilihat dari pengguna yang ada diluar sistem (aktor).
Berikut adalah Use Case Diagram untuk sistem yang akan dibangun dimana user
adalah pasien atau masyarakat umum dan admin adalah pakar atau dokter.

Gambar 4.2 Use Case Diagram


63

4.2.2.2 Activity Diagram

Activity Diagram menggambarkan berbagai aliran aktivitas dalam sistem


yang dirancang, bagaimana masing-masing aliran berawal, decision yang mungkin
terjadi dan bagaimana aktivitas tersebut berakhir. Berikut Activity Diagram yang
akan menggambarkan aliran aktivitas sistem.
1) Activity Metode dan Algoritma
a) Activity Metode Case Base Reasoning

Gambar 4.3 Metode Penalaran


Berikut deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.3:
1. Masalah baru diinputkan kemudian akan diproses oleh case retrieval.
2. Dari proses retrieval ini akan diperoleh case yang sama atau hampir mirip.
3. Kemudian case baru dan case lama akan dilakukan perhitungan pada
proses reuse dengan menggunakan algoritma sorensen coefficient.
4. Dari perhitungan algoritma ini akan diperoleh hasil perhitungan yang
paling dekat dengan kasus yang ada dalam database.
5. Hasil perhitungan itu akan dievaluasi dalam case revise. Jika hasil
perhitungan itu sangat dekat dengan kasus lama maka akan dilanjutkan ke
proses retrain namun jika hasil perhitungannya jauh dari kata dekat maka
proses revise akan langsung dilakukan oleh pakar.
64

6. Selanjutnya menuju ke proses retrain, pada proses ini hasil dari revise
akan dimasukkan ke dalam database sistem dengan menyimpannya
menjadi kasus baru. Kemudian kasus baru ini akan dijadikan sebagai basis
pengetahuan bagi sistem jika ada kasus yang sama pada proses diagnosa
yang akan datang.
7. Hasil diagnosa diperlihatkan.

b) Activity Algoritma Sorensen Coefficient

Gambar 4.4 Activity Algoritma Sorensen Coefficient


Berikut deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.4:
1. Test dilakukan berdasarkan kasus yang sudah diinput atau dipilih oleh
pengguna.
2. Sistem melakukan pengecekan, dengan menghitung kemiripan dengan
kasus lama menggunakan algortima sorensen coefficient.
3. Sehingga menghasilkan data kemiripan akhir yang telah diproses oleh
algoritma.
65

2) Activity Diagram User (Pasien/Masyarakat Umum)


Adapun beberapa Activity Diagram dari user (pasien/masyarakat umum)
adalah sebagai berikut:
a) Activity Diagram Beranda

Gambar 4.5 Activity Diagram Beranda User


Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.5:
1. Pasien mengakses aplikasi.
2. Sistem menampilkan menu beranda.
b) Activity Diagram Diagnosa

Gambar 4.6 Activity Diagram Diagnosa User


Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.6:
1. Pasien mengakses menu diagnosa.
2. Sistem menampilkan menu diagnosa.
3. Pasien mengisi data diri lalu memilih gejala penyakit kulit yang diderita.
66

4. Sistem melakukan proses diagnosa kemudian mengecek data yang ada


pada database.
5. Sistem menampilkan hasil diagnosa.
c) Activity Diagram Daftar Penyakit

Gambar 4.7 Activity Diagram Daftar Penyakit User


Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.7:
1. Pasien mengakses menu daftar penyakit.
2. Sistem menampilkan daftar penyakit.
3. Pasien memilih informasi mengenai penyakit kulit kemudian sistem
akan mengecek informasi yang ada pada database.
4. Sistem menampilkan informasi yang dipilih oleh Pasien.
d) Activity Diagram Tentang

Gambar 4.8 Activity Diagram Tentang User


67

Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.8:


1. Pasien mengakses menu tentang.
2. Sistem menampilkan menu tentang.
3) Activity Diagram Admin (Pakar/Dokter)
Adapun beberapa Activity Diagram dari admin (pakar/dokter) adalah sebagai
berikut:
a) Acitivty Diagram Login

Gambar 4.9 Activity Diagram Login Admin


Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.9:
1. Dokter mengakses menu login dan memasukkan username dan
password yang terdaftar di dalam database.
2. Sistem menampilkan halaman beranda admin jika berhasil login.
3. Jika login gagal, maka sistem akan menampilkan username dan
password salah.
4. Kemudian sistem kembali menampilkan menu login.
68

b) Activity Diagram Beranda

Gambar 4.10 Activity Diagram Beranda Admin


Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.10:
1. Dokter mengakses aplikasi.
2. Sistem menampilkan menu beranda.
c) Activity Diagram Admin

Gambar 4.11 Activity Diagram Admin


69

Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.11:


1. Dokter mengakses menu admin dan sistem menampilkan menu admin.
2. Pada menu admin, dokter dapat melakukan tambah data admin, ubah
data admin dan menghapus data admin. Semua data akan disimpan ke
dalam database.
d) Activity Diagram Penyakit

Gambar 4.12 Activity Diagram Penyakit Admin


Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.12:
1. Dokter mengakses menu penyakit dan sistem menampilkan menu
penyakit.
70

2. Pada menu penyakit, dokter dapat melakukan tambah data penyakit,


ubah data penyakit dan menghapus data penyakit. Semua data akan
disimpan ke dalam database.
e) Activity Diagram Gejala

Gambar 4.13 Activity Diagram Gejala Admin


Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.13:
1. Dokter mengakses menu gejala dan sistem menampilkan menu gejala.
2. Pada menu gejala, dokter dapat melakukan tambah data gejala, ubah
data gejala dan menghapus data gejala yang akan tersimpan ke dalam
database.
71

f) Activity Diagram Pengetahuan

Gambar 4.14 Activity Diagram Pengetahuan Admin


Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.14:
1. Dokter mengakses menu pengetahuan dan sistem menampilkan menu
pengetahuan.
2. Pada menu pengetahuan, dokter dapat melakukan tambah data
pengetahuan, ubah data dan menghapus data. Semua data akan
disimpan ke dalam database.
72

g) Activity Diagram Riwayat Konsultasi

Gambar 4.15 Activity Diagram Riwayat Konsultasi Admin


Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.15:
1. Dokter mengakses menu riwayat konsultasi dan sistem menampilkan
menu riwayat.
2. Pada menu riwayat, dokter dapat melakukan tambah data pengetahuan
baru dari data riwayat konsultasi dan menghapus data. Semua data akan
disimpan ke dalam database.
73

h) Activity Diagram Post Daftar Penyakit

Gambar 4.16 Activity Diagram Post Daftar Penyakit Admin


Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.16:
1. Dokter mengakses menu post daftar penyakit dan sistem menampilkan
menu post daftar penyakit.
2. Pada menu post daftar penyakit, dokter dapat melakukan tambah data,
ubah data dan menghapus data. Data yang ditambahkan berupa
informasi penyakit kulit. Semua data akan disimpan ke dalam database.
74

i) Activity Diagram Ubah Password

Gambar 4.17 Activity Diagram Ubah Password Admin


Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.17:
1. Dokter mengakses menu ubah password dan sistem menampilkan menu
ubah password.
2. Dokter menginputkan password lama terlebih dahulu kemudian diikuti
dengan password baru.
3. Data tersimpan di database.
j) Activity Diagram Logout

Gambar 4.18 Activity Diagram Logout Admin


75

Adapun deskripsi dari activity diagram pada gambar 4.18:


1. Dokter mengakses menu logout dan sistem menampilkan
pemberitahuan berupa “Yakin anda ingin logout?”.
2. Jika Yes, akun akan keluar dan mengarah ke menu beranda user
(dokter).
3. Jika No, akan dikembalikan ke menu logout.

4.2.2.3 Sequence Diagram

Sequence Diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di


sekitar sistem yang digambarkan terhadap waktu. Berikut ini merupakan sequence
diagram yang akan menggambarkan antar objek dan sistem.
1) Sequence Diagram User (Pasien/Masyarakat Umum)
Adapun beberapa sequence diagram dari user (pasien/masyarakat umum),
adalah:
a) Sequence Diagram Beranda

Gambar 4.19 Sequence Diagram Beranda User


Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.19:
1. Pasien mengakses aplikasi.
2. Sistem menampilkan menu beranda.
76

b) Sequence Diagram Diagnosa

Gambar 4.20 Sequence Diagram Diagnosa User


Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.20:
1. Pasien mengakses menu diagnosa.
2. Sistem menampilkan menu diagnosa.
3. Pasien memilih gejala penyakit kulit yang diderita.
4. Sistem melakukan proses diagnosa.
5. Sistem menampilkan hasil diagnosa.
c) Sequence Diagram Daftar Penyakit

Gambar 4.21 Sequence Diagram Daftar Penyakit User


77

Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.21:


1. Pasien mengakses menu daftar penyakit.
2. Sistem menampilkan daftar penyakit.
3. Pasien memilih informasi mengenai penyakit kulit kemudian sistem
akan mengecek informasi yang ada pada database.
4. Sistem menampilkan informasi yang dipilih oleh pasien.
d) Sequence Diagram Tentang

Gambar 4.22 Sequence Diagram Tentang User


Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.22:
1. Pasien mengakses menu daftar penyakit.
2. Sistem menampilkan daftar penyakit.
3. Pasien memilih informasi mengenai penyakit kulit kemudian sistem
akan mengecek informasi yang ada pada database.
4. Sistem menampilkan informasi yang dipilih oleh pasien.
78

2) Sequence Diagram Admin (Pakar/Dokter)


Adapun beberapa sequence diagram admin (pakar/dokter), adalah:
a) Sequence Diagram Login

Gambar 4.23 Sequence Diagram Login Admin


Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.23:
1. Dokter mengakses menu login dan memasukkan username dan
password yang terdaftar di dalam database.
2. Sistem menampilkan halaman beranda admin jika berhasil login.
3. Jika login gagal, maka sistem akan menampilkan username dan
password salah.
4. Kemudian sistem kembali menampilkan menu login.
b) Sequence Diagram Beranda

Gambar 4.24 Sequence Diagram Beranda Admin


79

Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.24:


1. Dokter mengakses aplikasi.
2. Sistem menampilkan menu beranda.
c) Sequence Diagram Admin

Gambar 4.25 Sequence Diagram Admin


Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.25:
1. Dokter mengakses menu admin dan sistem menampilkan menu admin.
2. Pada menu admin, dokter dapat melakukan tambah data admin, ubah
data admin dan menghapus data admin. Semua data akan disimpan ke
dalam database.
80

d) Sequence Diagram Penyakit

Gambar 4.26 Sequence Diagram Penyakit Admin


Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.26:
1. Dokter mengakses menu penyakit dan sistem menampilkan menu
penyakit.
2. Pada menu penyakit, dokter dapat melakukan tambah data penyakit,
ubah data penyakit dan menghapus data penyakit. Semua data akan
disimpan ke dalam database.
81

e) Sequence Diagram Gejala

Gambar 4.27 Sequence Diagram Gejala Admin


Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.27:
1. Dokter mengakses menu gejala dan sistem menampilkan menu gejala.
2. Pada menu gejala, dokter dapat melakukan tambah data gejala, ubah
data gejala dan menghapus data gejala. Semua data akan disimpan ke
dalam database.
82

f) Sequence Diagram Pengetahuan

Gambar 4.28 Sequence Diagram Pengetahuan Admin


Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.28:
1. Dokter mengakses menu pengetahuan dan sistem menampilkan menu
pengetahuan.
2. Pada menu pengetahuan, dokter dapat melakukan tambah data
pengetahuan, ubah data dan menghapus data. Semua data akan
disimpan ke dalam database.
83

g) Sequence Diagram Riwayat Konsultasi

Gambar 4.29 Sequence Diagram Riwayat Konsultasi Admin


Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.29:
1. Dokter mengakses menu riwayat dan sistem menampilkan menu
riwayat.
2. Pada menu riwayat, dokter dapat melakukan tambah data pengetahuan
baru dari kasus baru dan menghapus data. Semua data akan disimpan
ke dalam database.
84

h) Sequence Diagram Post Daftar Penyakit

Gambar 4.30 Sequence Diagram Post Daftar Penyakit Admin


Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.30:
1. Dokter mengakses menu post keterangan dan sistem menampilkan
menu post keterangan.
2. Pada menu post keterangan, dokter dapat melakukan tambah data, ubah
data dan menghapus data. Data yang ditambahkan berupa informasi
penyakit kulit dan cara pencegahannya. Semua data akan disimpan ke
dalam database.
85

i) Sequence Diagram Ubah Password

Gambar 4.31 Sequence Diagram Ubah Password Admin


Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.31:
1. Dokter mengakses menu ubah password dan sistem menampilkan
halamannya.
2. Dokter menginputkan password lama dan baru.
3. Data tersimpan di database.
j) Sequence Diagram Logout

Gambar 4.32 Sequence Diagram Logout Admin


Adapun deskripsi dari sequence diagram pada gambar 4.32:
1. Dokter mengakses menu logout dan sistem mengecek data akun di
database.
2. Akun akan keluar dan mengarah ke menu beranda user (pasien).
86

4.2.2.4 Class Diagram

Dalam sistem ini memiliki 12 class yaitu class login, class admin, class
penyakit, class gejala, class basis_pengetahuan, class tmp_penyakit, class
tmp_gejala, class tmp_pasien, class post, class user, class hasil_konsultasi dan
class keterangan. Berikut gambar class diagram pada sistem ini.

Gambar 4.33 Class Diagram


87

4.2.3 Perancangan User Interface

Rancangan antar muka merupakan desain awal dari sistem yang akan
berinteraksi langsung dengan user. Rancangan ini diperlukan agar sistem yang
dibangun bisa lebih terarah dan jelas dari sisi tampilan.

1) Tampilan Menu Beranda

Pada halaman ini, pasien dapat melihat jumlah gejala, penyakit, dan jumlah

pakar yang dalam sistem ini.

Gambar 4.34 Halaman Beranda User

2) Tampilan Menu Diagnosa

Pada halaman ini, pasien akan mengisi data diri, lalu memilih gejala-gejala

yang dialaminya kemudian output dari halaman ini adalah hasil diagnosa penyakit

dari pasien sesuai dengan gejala-gejala yang dialami.


88

Gambar 4.35 Halaman Data Diri

Gambar 4.36 Halaman Diagnosa


89

Gambar 4.37 Halaman Hasil Diagnosa

3) Tampilan Menu Daftar Penyakit

Pada halaman ini, pasien dapat melihat informasi mengenai berbagai penyakit

kulit diantaranya pengertian dan gejala-gejala dari setiap penyakit kulit.

Gambar 4.38 Halaman Daftar Penyakit


90

4) Tampilan Menu Tentang

Pada halaman ini, pasien dapat melihat informasi mengenai aplikasi yang

telah dibuat.

Gambar 4.39 Halaman Tentang

5) Tampilan Menu Login


Pada halaman ini, dokter dapat melakukan login yang kemudian akan
diarahkan ke menu beranda admin.

Gambar 4.40 Halaman Login


91

6) Tampilan Menu Beranda Admin

Pada halaman ini, dokter dapat melihat jumlah gejala, penyakit, dan jumlah

admin yang dalam sistem ini.

Gambar 4.41 Halaman Beranda Admin

7) Tampilan Menu Admin

Pada halaman ini, dokter dapat menambahkan admin baru kemudian


mengedit dan menghapus admin yang terdaftar.

Gambar 4.42 Halaman Admin


92

Gambar 4.43 Halaman Tambah Admin

8) Tampilan Menu Penyakit

Pada halaman ini, dokter dapat menambahkan penyakit baru kemudian


mengedit dan menghapus penyakit yang terdaftar.

Gambar 4.44 Halaman Penyakit


93

Gambar 4.45 Halaman Tambah Penyakit

9) Tampilan Menu Gejala

Pada halaman ini, dokter dapat menambahkan gejala baru kemudian mengedit
dan menghapus gejala yang terdaftar.

Gambar 4.46 Halaman Gejala

10) Tampilan Menu Pengetahuan

Pada halaman ini, dokter dapat menambahkan pengetahuan baru kemudian


mengedit dan menghapus pengetahuan yang terdaftar.
94

Gambar 4.47 Halaman Pengetahuan

11) Tampilan Menu Riwayat Konsultasi

Pada halaman ini, dokter dapat menambahkan pengetahuan baru dari kasus
yang telah didiagnosa oleh sistem yang sebelumnya telah di evaluasi oleh dokter
dan dokter dapat menghapus daftar riwayat yang ada.

Gambar 4.48 Halaman Riwayat Konsultasi


95

12) Tampilan Menu Post Daftar Penyakit

Pada halaman ini, dokter dapat menambahkan informasi baru, kemudian


mengedit dan menghapus informasi yang terdaftar.

Gambar 4.49 Halaman Post Daftar Penyakit

13) Tampilan Menu Ubah Password

Pada halaman ini, dokter dapat mengubah password akun yang sedang login
menjadi password baru.

Gambar 4.50 Halaman Ubah Password


96

14) Tampilan Menu Logout

Pada menu ini, dokter dapat keluar dari aplikasi dan akan diarahkan Kembali
ke menu beranda user.

Gambar 4.51 Halaman Logout


BAB V

IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN

5.1 Implementasi Sistem

Tahap implementasi sistem merupakan tahap pengubahan sistem yang telah


direncanakan pada bab sebelumnya menjadi sistem yang dapat dijalankan. Pada
tahapan ini akan dijelaskan mengenai data yang digunakan pada sistem,
implementasi interface dan pengujian sistem.

5.2 Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penyakit kulit yang
disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, parasit, alergi dan luka bakar berikut dengan
gejala-gejala pada setiap penyakit yang disimpan dalam basis data website sistem
pakar. Penyakit dan gejala yang diperoleh dari hasil studi literatur ke tempat
penelitian, dokter yang pernah menangani jenis penyakit kulit tersebut. Jumlah
keseluruhan penyakit adalah 53 jenis dan jumlah kesuluruhan gejala sebanyak 99
gejala. Data ini didapatkan dari pengetahuan seorang pakar yaitu dr. Fadli yang
sedang bekerja di puskesmas watubangga, kecematan pomala, kabupaten kolaka
dan juga memiliki klinik kesehatan di kecematan pomala.

Berikut data penyakit, gejala dan data pengetahuan yang telah didapatkan dari
pakar tersebut:

98
98

Tabel 5.1 Data Penyakit


No Kode Penyakit Nama Penyakit

1 P1 Folikulitis

2 P2 Furunkel/Karbunkel

3 P3 Tinea Kapitis

4 P4 Tinea Barbe

5 P5 Tinea Fasialis

6 P6 Tinea Corporis

7 P7 Tinea Manum

8 P8 Tinea Unguium

9 P9 Tinea Kruris

10 P10 Pityriasis Versikolor

11 P11 Kandidosis Mukokutan

12 P12 Necrolysis Epidermal Toxic

13 P13 Impetigo

14 P14 Erisipelas

15 P15 Skrofuloderma

16 P16 Lepra

17 P17 Sifilis

18 P18 Acne Vulgaris

19 P19 Hidradenitis Suppurativa

20 P20 Vulnus Laseratum

21 P21 Vulnus Punctum


99

22 P22 Vulnus perforatum/penetratum

23 P23 Veruka Vulgaris

24 P24 Molluscum Contagiosum

25 P25 Herpes Zoster

26 P26 Morbili

27 P27 Varicella

28 P28 Herpes Simpleks

29 P29 Pityriasis Rosea

30 P30 Cutaneus Larva Migran

31 P31 Filariasis

32 P32 Pedikulosis Kapitis

33 P33 Scabies

34 P34 Reaksi Gigitan Serangga

35 P35 Miliaria

36 P36 Creeping Eruption

37 P37 Dermatitis Kontak Iritan

38 P38 Dermatitis Atopik

39 P39 Dermatitis Numularis

40 P40 Napkin Eczema

41 P41 Demartitis Seboroik

42 P42 Dermatitis Perioral

43 P43 Sindrom Stevens-Johnson

44 P44 Urtikaria akut

45 P45 Exanthematous Drug Eruption


100

46 P46 Fixed Drug Eruption

47 P47 Luka bakar derajat 1

48 P48 Luka bakar derajat 2

49 P49 Luka bakar derajat 3 dan 4

50 P50 Luka akibat bahan kimia

51 P51 Luka akibat sengatan listrik

52 P52 Tinea Pedis

53 P53 Eritrasma

Dari table 5.1 diatas, terdapat total penyakit yaitu 53 jenis penyakit.
Diantaranya, kode penyakit P1 sampai P12 dan P52 adalah jenis penyakit kulit yang
disebabkan oleh infeksi jamur. Kode penyakit P13 sampai P22 dan P53 adalah jenis
penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Kode penyakit P24 sampai P29
adalah jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi virus. Kode penyakit P30
sampai P36 adalah jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi parasit. Kode
penyakit P37 sampai P46 adalah jenis penyakit kulit yang disebabkan oleh alergi.
Dan kode penyakit P47 sampai P51 adalah jenis penyakit kulit yang disebabkan
oleh luka bakar.

Tabel 5.2 Data Gejala


Kode
No Nama Gejala
Gejala

1 G1 Benjolan kecil dan bulat

Berwarna merah / kekuningan / ungu / kecokelatan


2 G2
/ hitam

3 G3 Memiliki nanah

4 G4 Berada di area tubuh yang ditumbuhi rambut

5 G5 Gatal
101

6 G6 Perih

7 G7 Berwarna merah dengan kepala putih

8 G8 Sensitif

9 G9 Terasa nyeri

10 G10 Terjadi pembengkakan

11 G11 Demam

12 G12 Bersisik di area yang terkena penyakit

13 G13 Terdapat ruam atau kerak melingkar di area kulit

14 G14 Kulit melepuh

15 G15 Kulit bentol-bentol/bintik-bintik

16 G16 Kulit terasa kering

17 G17 Mengeluarkan cairan

18 G18 Mengelupas

19 G19 Kulit terasa terbakar/panas

20 G20 Bercak putih terang

21 G21 Terlihat mengkilap

22 G22 Kelelahan

23 G23 Sakit tenggorokan

24 G24 Pilek dan batuk

25 G25 Nafsu makan menurun

26 G26 Mual dan muntah

27 G27 Kulit pecah-pecah

28 G28 Kulit terlihat keriput

29 G29 Menggigil
102

30 G30 Mati rasa, seperti kehilangan sensasi sentuhan

31 G31 Terasa sakit pada kulit

32 G32 Terjadi pembesaran pembuluh darah

33 G33 Sering mengalami mimisan

34 G34 Munculnya luka yang tidak terasa sakit

Bertekstur keras berupa benjolan yang terbentuk di


35 G35
bawah permukaan kulit

36 G36 Luka tidak teratur

37 G37 Mengalami pendarahan

38 G38 Infeksi sudah meluas

Awalnya keras bila diraba, kemudian melunak


39 G39
seiring waktu

40 G40 Terasa pusing

41 G41 Terasa lemas

42 G42 Sensasi tertusuk

43 G43 Pembengkakan limfa atau kelenjar getah bening

Tonjolan kemerahan di kulit yang berkelok-kelok


44 G44
seperti ular

45 G45 Kulit terasa kaku dan kesemutan

46 G46 Pingsan

47 G47 Jantung berdebar

48 G48 Sulit menelan dan berbicara

49 G49 Sesak nafas

50 G50 Terjadi perubahan pada warna kulit

51 G51 Mengalami sariawan


103

52 G52 Luka terbuka yang berkerak

53 G53 Kulit menebal

54 G54 Timbul ketombe akibat kulit yang terkelupas

55 G55 Berbentuk bulat atau bujur

56 G56 Bisa membesar hingga 10 cm

57 G57 Kulit lecet

58 G58 Terbakar akibat sinar matahari

59 G59 Terbakar karena api

60 G60 Tampak putih dan kasar

61 G61 Terlihat hangus

62 G62 Spasme otot

63 G63 Kulit kepala memerah dan botak

64 G64 Terjadi di area tangan

65 G65 Terjadi di area kuku

66 G66 Kuku menebal

Kuku berubah warna menjadi putih, kuning atau


67 G67
kehitaman

68 G68 Kuku menjadi kasar dan rapuh

Kuku terpisah dengan kulit jari tempatnya


69 G69
menempel

70 G70 Timbul bau tidak sedap pada kuku

71 G71 Terjadi pada area selangkangan

72 G72 Terjadi di area kaki

73 G73 Terjadi pada lipatan kulit

74 G74 Menyerupai luka bakar


104

75 G75 Terjadi pada bayi dan anak-anak

76 G76 Terjadi pada area wajah

77 G77 Terjadi pada leher dan ketiak

78 G78 Terjadi pada siku dan lutut

79 G79 Terjadi perubahan bentuk wajah

80 G80 Hilangnya jari-jemari

81 G81 Terjadi di area kelamin

82 G82 Terjadi di area mulut

83 G83 Robekan pada kulit akibat benda tumpul

84 G84 Tampak jembatan jaringan kedua tepi luka

85 G85 Luka tusuk pada kulit akibat benda tajam

Luka tembus yang merobek dua sisi tubuh karena


86 G86
senjata tajam

87 G87 Kutil pada tangan sering terlihat lebih besar

88 G88 Terjadi pada punggung

89 G89 Terjadi pada perut

90 G90 Terjadi pada bokong

91 G91 Terjadi pada kepala yang memiliki rambut

Terjadi pada bagian sela-sela jari, area pinggul dan


92 G92
sekitar payudara

Terjadi pada kulit wajah simetris dikedua pipi, dahi


93 G93
dan kepala

94 G94 Kelainan diselaput lendir mata

95 G95 Berada di tubuh hingga telapak tangan dan kaki

96 G96 Luka bakar memiliki lebar 5-7 cm


105

97 G97 Diakibatkan bahan kimia seperti alkali dan asam

98 G98 Karena sengatan listrik

99 G99 Mata merah dan perih

Dari tabel 5.2 di atas, terdapat 99 gejala dari total 53 jenis penyakit kulit yang
disebabkan oleh infeksi jamur, bakteri, virus, parasit, alergi dan luka bakar.
106

Gambar5.1DataPengetahuanSistemPakar
107

Adapun rincian basis pengetahuan sistem ini, dimana pada setiap penyakit
memiliki gejala yang berbeda dan bobot yang berbeda, bobot gejala diberikan oleh
dokter berdasarkan pada tabel 2.1. Besaran bobot gejala dipengaruh oleh seberapa
besar pengaruh gejala itu untuk mendiaganosa penyakit kulit. Berikut rinciannya:

Tabel 5.3 Basis Pengetahuan Sistem


No Penyakit Gejala Bobot

1 Folikulitis Benjolan kecil dan bulat 3

Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


kecoklatan / hitam

Memiliki nanah 3

Berada diarea tubuh yang ditumbuhi rambut 1

Gatal 5

Perih 1

2 Furunkel/ Memiliki nanah 3

Karbunkel Berwarna merah dengan kepala putih 1

Sensitif 1

Terasa nyeri 1

Terjadi pembengkakan 3

3 Tinea Kapitis Gatal 5

Kulit kepala memerah dan botak 1

Terasa nyeri 1

Terjadi pembengkakan 3

Demam 3

Bersisik di area yang terkena penyakit 1

4 Tinea Barbe Berada diarea tubuh yang ditumbuhi rambut 1


108

Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


kulit

Kulit melepuh 1

Gatal 5

Benjolan kecil dan bulat 3

Memiliki nanah 3

Terjadi pembengkakan 3

5 Tinea Fasialis Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3

Kulit terasa kering 3

Bersisik di area yang terkena penyakit 1

Terjadi pembengkakan 1

6 Tinea Korporis Bersisik di area yang terkena penyakit 1

Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


kulit

Gatal 5

Kulit melepuh 1

Mengeluarkan cairan 1

7 Tinea Manum Bersisik di area yang terkena penyakit 1

Gatal 5

Kulit melepuh 1

Mengeluarkan cairan 3

Terjadi di area tangan 3

8 Tinea Terjadi di area kuku 3


Unguium
Kuku menebal 1

Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3
109

Kuku berubah warna menjadi putih, kuning 1


atau kehitaman

Kuku menjadi kasar dan rapuh 1

Kuku terpisah dengan kulit jari tempatnya 1


menempel

Timbul bau tidak sedap pada kuku 1

9 Tinea Kruris Terjadi pada area selangkangan 3

Mengelupas 1

Gatal 5

10 Tinea Pedis Gatal 5

Kulit terasa terbakar/panas 1

Terjadi di area kaki 3

Kulit terasa kering 3

Mengelupas 1

Kulit melepuh 1

11 Pityriasis Bercak putih terang 3


Versikolor
Kulit terasa kering 3

Gatal 5

Terlihat mengkilap 1

Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3

12 Kandidosis Benjolan kecil dan bulat 3


Mukokutan
Memiliki nanah 3

Gatal 5

Kulit terasa terbakar/panas 1

Terjadi pada lipatan kulit 1


110

13 Necrolysis Kulit melepuh 1


Epidermal
Toxic Mengelupas 1

Menyerupai luka bakar 3

Demam 3

Kelelahan 3

Sakit tenggorokan 1

Pilek dan batuk 1

Terasa nyeri 1

Mata merah dan perih 1

Nafsu makan menurun 1

Mual dan muntah 3

14 Impetigo Terjadi pada bayi dan anak-anak 3

Kulit melepuh 1

Terjadi di area tangan 3

Terjadi di area kaki 3

Terjadi pada area wajah 1

Gatal 5

Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


kulit

15 Eritrasma Terjadi pada lipatan kulit 1

Bersisik di area yang terkena penyakit 1

Kulit pecah-pecah 1

Kulit terlihat keriput 1

16 Erisipelas Demam 3
111

Menggigil 1

Terjadi pembengkakan 3

Terasa nyeri 1

Kulit melepuh 1

17 Skrofuloderma Terjadi pembengkakan 3

Terjadi pada leher dan ketiak 3

Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3

18 Lepra Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3

Mati rasa, seperti kehilangan sensi sentuhan 5

Terasa sakit pada kulit 5

Terjadi pembesaran pembuluh darah 3

Terjadi pada siku dan lutut 3

Terjadi perubahan bentuk wajah 1

Sering mengalami mimisan 1

Hilangnya jari-jemari 3

19 Sifilis Munculnya luka yang tidak terasa sakit 3

Terjadi di area kelamin 3

Terjadi di area mulut 3

20 Acne Vulgaris Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3

Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


kecoklatan / hitam

Terasa sakit pada kulit 5

Bertekstur keras berupa benjolan yang 1


terbentuk di bawah permukaan kulit

Memiliki nanah 3
112

21 Hidradenitis Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3


Suppurativa
Terasa nyeri 1

Memiliki nanah 3

22 Vulnus Robekan pada kulit akibat benda tumpul 1


Laseratum
Luka tidak teratur 1

Tampak jembatan jaringan kedua tepi luka 3

23 Vulnus Luka tusuk pada kulit akibat benda tajam 3


Punctum
Mengalami pendarahan 3

24 Vulnus Luka tembus yang merobek dua sisi tubuh 5


Perforatum/ karena senjata tajam
Penetratum
Infeksi sudah meluas 3

25 Veruka Terjadi di area tangan 3


Vulgaris
Terjadi di area kaki 3

Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3

Kutil pada tangan sering terlihat lebih besar 5

26 Molluscum Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3


Contagiosum
Gatal 5

Terjadi pada area wajah 1

Terjadi pada leher dan ketiak 3

Terjadi di area kelamin 3

Awalnya keras bila diraba, kemudia melunak 1


seiring waktu

Terjadi pada perut 1

27 Herpes Zoster Kulit melepuh 1

Gatal 5
113

Terjadi pada punggung 1

Terjadi pada area wajah 1

Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


kulit

28 Morbili Demam 3
(Campak)
Kelelahan 3

Pilek dan batuk 1

Mata merah dan perih 1

29 Varicella Gatal 5
(Cacar)
Terjadi pada perut 1

Terjadi pada punggung 1

Demam 3

Terasa pusing 1

Terasa lemas 1

Terasa nyeri 1

30 Herpes Kulit melepuh 1


Simpleks
Terasa sakit pada kulit 5

Gatal 5

Terjadi di area kelamin 3

31 Pityriasis Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


Rosea kulit

Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


kecoklatan / hitam

Bersisik di area yang terkena penyakit 1

Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3
114

Gatal 5

32 Cutaneus Tonjolan kemerahan di kulit yang berkelok- 3


Larva Migran kelok seperti ular

Gatal 5

Sensasi tertusuk 1

Terjadi di area tangan 3

Terjadi di area kaki 3

Terjadi di area kelamin 3

Terjadi pada bokong 1

33 Filariasis Demam 3

Pembengkakan limfa atau kelenjar getah 5


bening

Terasa sakit pada kulit 5

Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


kecoklatan / hitam

Terjadi Pembengkakan 3

34 Pedikulosis Gatal 5
Kapitis
Terjadi pada kepala yang memiliki rambut 3

Benjolan kecil dan bulat 3

35 Scabies Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 3


kulit

Scabies 5

Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 1

Terjadi pada bagian sela-sela jari, area pinggul 3


dan sekitar payudara
115

36 Reaksi Gigitan Terjadi pembengkakan 3


Serangga
Gatal 5

Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


kecoklatan / hitam

Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


kulit

Kulit terasa kaku dan kesemutan 1

Terasa nyeri 1

Demam 3

Mual dan muntah 3

Terasa pusing 1

Pingsan 1

Jantung berdebar 1

Sulit menelan dan berbicara 1

Sesak nafas 3

37 Miliaria Benjolan kecil dan bulat 3

Gatal 5

Terjadi pembengkakan 3

Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3

Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


kecoklatan / hitam

Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


kulit

38 Creeping Gatal 5
Eruption
Sensasi tertusuk 1
116

Terjadi perubahan pada warna kulit 1

Bersisik di area yang terkena penyakit 1

Terjadi pembengkakan 3

39 Dermatitis Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


Kontak Iritan kecoklatan / hitam

Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


kulit

Gatal 5

Kulit melepuh 1

Kulit pecah-pecah 1

Terjadi pembengkakan 3

Mengalami sariawan 1

Luka terbuka yang berkerak 1

40 Dermatitis Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


Atopik kecoklatan / hitam

Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


kulit

Gatal 5

Terjadi pada kulit wajah simetris dikedua pipi, 3


dahi dan kepala

41 Dermatitis Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3


Numularis
Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1
kecoklatan / hitam

Terjadi pembengkakan 3

Kulit melepuh 1

Mengeluarkan cairan 1
117

Kulit terasa terbakar/panas 1

Gatal 5

42 Napkin Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


Eczema kecoklatan / hitam

Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3

Kulit melepuh 1

Mengeluarkan cairan 1

Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


kulit

Kulit menebal 1

Bersisik di area yang terkena penyakit 1

Gatal 1

43 Dermatitis Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


Seboroik kecoklatan / hitam

Gatal 5

Bersisik di area yang terkena penyakit 1

Timbul ketombe akibat kulit yang terkelupas 1

Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


kulit

44 Dermatitis Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


Perioral kecoklatan / hitam

Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


kulit

Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3

Perih 1

Terjadi di area mulut 3


118

Mengelupas 1

Kulit terasa terbakar/panas 1

45 Sindrom Mengeluarkan cairan 1


Stevens-
Johnson Memiliki nanah 3

Terjadi di area mulut 3

Terjadi di area kelamin 3

Kelainan diselaput lendir mata 5

46 Urtikaria Akut Gatal 5

Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


kulit

Perih 1

47 Exanthematous Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


Drug Eruption kecoklatan / hitam

Terdapat ruam atau kerak melingkar di area 1


kulit

Kulit bentol-bentol/bintik-bintik 3

Terjadi pada area wajah 1

Berada di tubuh hingga telapak tangan dan kaki 3

Demam 3

Terjadi pembengkakan 3

Gatal 5

Sakit tenggorokan 1

Mata merah dan perih 1

Terasa nyeri 1
119

48 Fixed Drug Gatal 5


Eruption
Benjolan kecil dan bulat 3

Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


kecoklatan / hitam

Bisa membesar hingga 10 cm 1

Terjadi pembengkakan 3

Perih 1

49 Luka Bakar Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


Derajat 1 kecoklatan / hitam

Kulit terasa kering 3

Terasa sakit pada kulit 5

Terbakar akibat sinar matahari 3

50 Luka Bakar Berwarna merah / kekuningan / ungu / 1


Derajat 2 kecoklatan / hitam

Kulit lecet 1

Kulit melepuh 1

Terjadi pembengkakan 3

Terasa sakit pada kulit 5

Terbakar karena api 3

51 Luka Bakar Tampak putih dan kasar 3


Derajat 3 & 4
Terlihat hangus 5

Mati rasa, seperti kehilangan sensi sentuhan 3

Luka bakar memiliki lebar 5-7 cm 3

Terbakar karena api 3


120

52 Luka Akibat Mengelupas 1


Bahan Kimia

Diakibatkan bahan kimia seperti alkali dan 5


asam

53 Luka Akibat Terasa nyeri 1


Sengatan
Listrik Spasme otot 5

Karena sengatan listrik 5

5.3 Implementasi Interface

Implementasi interface dibuat berdasarkan rancangan interface yang telah


dipaparkan pada bab sebelumnya. Implementasi interface user (pasien/masyarakat
umum) dan admin (pakar/dokter) ditampilkan dalam bentuk website.

5.3.1 Halaman Beranda (User)

Gambar 5.2 adalah tampilan beranda user setelah pasien mengakses sistem.
Halaman ini berisikan jumlah penyakit, gejala, dan pakar.

Gambar 5.2 Tampilan Beranda (User)


121

5.3.2 Halaman Diagnosa

Gambar 5.3 adalah tampilan halaman data diri pasien. Halaman ini akan diisi
oleh pasien sebelum melakukan diagnosa.

Gambar 5.3 Tampilan Form Data Diri

Gambar 5.4 adalah tampilan halaman diagnosa. Halaman ini berisikan semua
gejala penyakit kulit yang ada pada database.

Gambar 5.4 Tampilan Diagnosa


122

Gambar 5.5 adalah tampilan halaman hasil diagnosa. Halaman ini berisikan
data pasien yang melakukan diagnosa, jenis penyakit yang diderita oleh pasien dan
penjelasan dan solusi untuk penyakit tersebut.

Gambar 5.5 Tampilan Hasil Diagnosa

5.3.3 Halaman Daftar Penyakit

Gambar 5.6 adalah tampilan halaman daftar penyakit. Halaman ini berisikan
semua jenis penyakit kulit yang ada pada database disertai dengan penjelasan dari
penyakit itu.

Gambar 5.6 Tampilan Daftar Penyakit


123

5.3.4 Halaman Tentang

Gambar 5.7 adalah tampilan halaman tentang untuk pasien. Berisi tentang
penjelasan tentang sistem pakar ini.

Gambar 5.7 Tampilan Tentang

5.3.5 Halaman Login (Admin)

Gambar 5.8 adalah tampilan halaman login untuk dokter. Halaman ini
digunakan untuk mengakses halaman admin atau pakar.

Gambar 5.8 Tampilan Login


124

5.3.6 Halaman Beranda (Admin)

Gambar 5.9 adalah tampilan beranda admin setelah dokter berhasil login ke
sistem. Halaman ini berisikan jumlah penyakit sebanyak 53 jenis penyakit dengan
gejala sebanyak 99 gejala dan memiliki 1 pakar./dokter.

Gambar 5.9 Tampilan Beranda Admin

5.3.7 Halaman Admin

Gambar 5.10 adalah tampilan halaman admin. Disini dokter dapat menambah,
mengubah dan menghapus pakar yang dapat mengakses sistem ini.

Gambar 5.10 Tampilan Admin


125

5.3.8 Halaman Penyakit

Gambar 5.11 adalah tampilan halaman penyakit. Disini dokter dapat


menambah, mengubah dan menghapus penyakit yang ada pada sistem ini.

Gambar 5.11 Tampilan Penyakit

5.3.9 Halaman Gejala

Gambar 5.12 adalah tampilan halaman gejala. Disini dokter dapat menambah,
mengubah dan menghapus gejala yang ada pada sistem ini.

Gambar 5.12 Tampilan Gejala


126

5.3.10 Halaman Pengetahuan

Gambar 5.13 adalah tampilan halaman pengetahuan. Disini dokter dapat


menambah, mengubah dan menghapus pengetahuan yang ada pada sistem ini.

Gambar 5.13 Tampilan Pengetahuan

5.3.11 Halaman Riwayat Konsultasi

Gambar 5.14 adalah tampilan halaman riwayat konsultasi. Disini dokter dapat
menambah data pengetahuan baru dari kasus yang telah didiagnosa oleh sistem
yang sebelumnya telah di evaluasi oleh dokter dan juga dapat menghapus daftar
riwayat konsultasi.

Gambar 5.14 Tampilan Riwayat Konsultasi


127

5.3.12 Halaman Post Daftar Penyakit

Gambar 5.15 adalah tampilan halaman post daftar penyakit. Disini dokter
dapat menambah, mengubah dan menghapus keterangan yang ada pada sistem ini.

Gambar 5.15 Tampilan Post Daftar Penyakit

5.3.13 Halaman Ubah Password

Gambar 5.16 adalah tampilan halaman ubah password. Disini dokter dapat
mengubah password lama menjadi password baru.

Gambar 5.16 Tampilan Ubah Password


128

5.3.14 Halaman Logout

Gambar 5.17 adalah tampilan halaman Logout. Disini dokter dapat logout
melalui halaman ini.

Gambar 5.17 Tampilan Logout

5.4 Pengujian Sistem

Pengujian merupakan tahap yang utama dalam pembuatan suatu aplikasi.


Hasil dari pengujian yang didapat akan dijadikan sebagai tolak ukur dalam proses
pengembangan sistem selanjutnya. Pada pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
hasil dari pembuatan sistem.

5.4.1 Pengujian Black Box

Pengujian ini dilakukan dengan menguji perangkat lunak dari segi


fungsionalitasnya. Pada fungsionalitas perangkat lunak ini diuji sesuai dengan
skenario pada tahap desain sistem. Tujuan black box yaitu untuk mengetahui
bagian-bagian dalam sistem aplikasi telah benar menampilkan pesan-pesan
kesalahan jika terjadi kesalahan pada penginputan data.
129

Tabel 5.4 Pengujian Black Box


Hasil
No. Input/Event Detail Uji Output
Uji

Menampilkan
Menu Beranda Valid
halaman beranda

Menampilkan
Menu Diagnosa halaman diagnosa dan Valid

Pengujian Menu hasil diagnosa


1.
User Menampilkan
Menu Daftar
halaman daftar Valid
penyakit
penyakit

Menampilkan
Menu Tentang Valid
halaman tentang

Menampilkan menu
2. Pengujian Login Menu Login Valid
login

Menampilkan menu
Menu Beranda Valid
beranda

Menampilkan menu
Menu Admin Valid
admin

Pengujian Menu Menampilkan menu


3. Menu Penyakit Valid
Admin penyakit

Menampilkan menu
Menu Gejala Valid
gejala

Menu Menampilkan menu


Valid
Pengetahuan pengetahuan
130

Menu Post Daftar Menampilkan menu


Valid
penyakit post daftar penyakit

Menu Ubah Menampilkan menu


Valid
Password ubah password

Menampilkan menu
4. Pengujian Logout Menu Logout Valid
Logout

5.4.2 Pengujian Diagnosa Sistem Penyakit Kulit

Pengujian ini dilakukan untuk melihat tingkat akurasi dari sistem pakar yang
telah dibuat dalam mendiagnosa jenis penyakit kulit apa yang diderita oleh pasien
yang mengalami penyakit kulit. Sistem akan menampilkan 2 jenis penyakit kulit
yang memiliki tingkat kemiripan paling tinggi dengan kasus yang ada di dalam
database. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan bersama pakar sistem ini, yang
memungkinkan pasien mengalami jenis penyakit kulit tertentu hanya sampai pada
tingkat kemiripan penyakit pertama dan kedua saja.

1) Diagnosa Pasien Penyakit A

Pengujian untuk diagnosa penyakit A dengan memilih gejala-gejala sebagai


berikut:

1) Benjolan kecil dan bulat


2) Berwarna merah
3) Memiliki nanah
4) Berada di area tubuh yang ditumbuhi rambut
5) Gatal

Ketika dilakukan pengecekan ke dalam database, gejala yang di atas terdapat


pada kode gejala sebagai berikut.
131

Tabel 5.5 Gejala Diagnosa Penyakit A


Kode Gejala G1 G2 G3 G4 G5

Bobot 3 1 3 1 5

Dari gejala-gejala yang telah dipilih, sistem mendiagnosa penyakit yang


diderita oleh pasien adalah penyakit kulit jenis A dengan tingkat akurasi sebesar
92.85%. Dari enam gejala penyakit A yang terdapat dalam sistem pakar, pasien
mengalami lima gejala tersebut. Satu gejala yang tidak dialami memiliki bobot 1
dengan kode gejala G6.

Hasil akurasi penyakit A didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:

Sc = 2*(3+1+3+1+5) / 2*((3+1+3+1+5)+1) = 92.85%

Kemudian sistem juga menampilkan tingkat kedua paling tinggi yaitu


penyakit B dengan tingkat akurasi sebesar 84.61%. Dari lima gejala penyakit B
yang terdapat dalam sistem pakar, pasien mengalami tiga gejala tersebut. Dua gejala
yang tidak dialami memiliki bobot 1 dan 1 dengan kode gejala G19 dan G73.

Hasil akurasi penyakit B didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:

Sc = 2*(3+3+5) / 2*((3+3+5)+2) = 84.61%

2) Diagnosa Pasien Penyakit C

Pengujian untuk diagnosa penyakit C dengan memilih gejala-gejala sebagai


berikut:

1) Berwarna merah
2) Memiliki nanah
3) Bentol
4) Terasa sakit
132

Ketika dilakukan pengecekan ke dalam database, gejala yang di atas terdapat


pada kode gejala sebagai berikut.

Tabel 5.6 Gejala Diagnosa Penyakit C


Kode Gejala G2 G3 G15 G31

Bobot 1 3 3 5

Dari gejala-gejala yang telah dipilih, sistem mendiagnosa penyakit yang


diderita oleh pasien adalah penyakit kulit jenis C dengan tingkat akurasi sebesar
92.30%. Dari lima gejala penyakit C yang terdapat dalam sistem pakar, pasien
mengalami empat gejala tersebut. Satu gejala yang tidak dialami memiliki bobot 1
dengan kode gejala G35.

Hasil akurasi penyakit C didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:

Sc = 2*(1+3+3+5) / 2*((1+3+3+5)+1) = 92.30%

Kemudian sistem menampilkan tingkat kedua paling tinggi yaitu penyakit D


dengan tingkat akurasi sebesar 85.71%. Dari tiga gejala penyakit D yang terdapat
dalam sistem pakar, pasien mengalami dua gejala tersebut. Satu gejala yang tidak
dialami memiliki bobot 1 dengan kode gejala G9.

Hasil akurasi penyakit D didapatkan dari perhitungan sebagai berikut:

Sc = 2*(3+3) / (2*((3+3)+1) = 85.71%

5.4.3 Pengujian Perbandingan Hasil Diagnosa Sistem dengan Diagnosa


Dokter

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan diagnosa sistem dengan


diagnosa dokter berdasarkan kasus data uji dari pasien yang mengalami penyakit
kulit.
133

Tabel 5.7 Perbandingan Hasil Diagnosa

No Pasien Gejala Penyakit Diagnosa Diagnosa Kesesuaian


Sistem Dokter
1 X01 Benjolan kecil Folikulitis Folikulitis Sesuai
dan bulat (92.85%)

Berwarna kuning

Memiliki nanah

Gatal

2 X02 Memiliki nanah Furunkel Furunkel Sesuai


(88.88%)
Sensitif

Terasa nyeri

Terjadi
pembengkakan

3 X03 Gatal Tinea kapitis Tinea kapitis Sesuai


(85.71%)
Terasa nyeri

Terjadi
pembengkakan

Demam

4 X04 Benjolan kecil Tinea barbe Tinea barbe Sesuai


dan bulat (100%) (100%)

Memiliki nanah

Gatal
134

Berada di kepala

Bengkak

Adanya ruam

Kulit melepuh

5 X05 Bersisik Tinea fasialis Tinea fasialis Sesuai


(100%)
Bentol-bentol

Kulit kering

Bengkak

6 X06 Gatal Tinea manum Tinea manum Sesuai


(92.30%)
Bersisik

Mengeluarkan
cairan

Terjadi di tangan

7 X07 Kuku menebal Tinea unguium Tinea Sesuai


(90.90%) Unguium
Kulit bentol

Terjadi di kuku

Timbul bau

Kuku menghitam

Kuku menjadi
rapuh

8 X08 Gatal Tinea pedis Sesuai


135

Kulit kering Tinea pedis


(85.71%)
Kulit panas

Terjadi di kaki

9 X09 Berwarna merah Pityriasis Pityriasis Sesuai


versikolor versikolor
Gatal
(93.75%)
Kulit kering

Bentol

Bercak putih

10 X10 Benjolan kecil Kandidosis Kandidosis Sesuai


mukokutan mukokutan
Gatal
(100%)
Kulit seperti
terbakar

Memiliki nanah

Terjadi di lipatan
kulit

11 X11 Gatal Scabies Scabies Sesuai


(92.30%)
Kulit bentol

Terdapat di
bokong dan sela-
sela jari

12 X12 Gatal Miliaria Sesuai


136

Benjol dan bentol Miliaria


(93.75%)
Berwarna merah

Bengkak

13 X13 Gatal area perut Varicella Varicella Sesuai


(84.61%)
Demam

Lemas

Pusing

14 X14 Demam Morbili Morbili Sesuai


(100%)
Lelah

Batuk

Mata perih

15 X15 Berwarna coklat Luka bakar Luka bakar Sesuai


derajat 2 derajat 2
Melepuh
(92.85%)
Sakit

Bengkak

Terbakar oleh
benda panas/api

16 X16 Mati rasa, seperti Lepra Lepra Sesuai


kehilangan (83.33%)
sensasi sentuhan
137

Terasa sakit pada


kulit

Bentol

Terjadi pada siku

Hilangnya jari-
jemari

Terjadi perubahan
bentuk wajah

17 X17 Berwarna Dermatitis Dermatitis Sesuai


merah/kekuningan kontak iritan kontak iritan
(85.71%)
Gatal

Bengkak

Adanya ruam

Kulit pecah-pecah

Luka terbuka
yang berkerak

18 X18 Terjadi pada bayi Impetigo Impetigo Sesuai


(88.88%)
Ada di tangan,
wajah dan kaki

Gatal

Melepuh

Adanya ruam
138

19 X19 Berwarna merah Acne vulgaris Acne vulgaris Sesuai


(100%)
Kulit bentol

Terasa sakit

Bernanah

Bertekstur keras

20 X20 Gatal Dermatitis Dermatitis Sesuai


numularis numularis
Bengkak
(86.66%)
Kulit melepuh

Bentol

Berair

21 X21 Gatal Tinea korporis Tinea korporis Sesuai


(88.88%)
Kulit melepuh

Bersisik

Mengeluarkan
cairan

22 X22 Mengelupas Tinea kruris Tinea kruris Sesuai


(100%)
Gatal

Area
selangkangan

23 X33 Terjadi dilipatan Eritrasma Eritrasma Sesuai


kulit (100%)
139

Bersisik

Kulit pecah-pecah

keriput

24 X24 Terjadi Erisipelas Erisipelas Sesuai


pembengkakan (88.88%)

Menggigil

Demam

Terasa nyeri

25 X25 Bengkak Skrofuloderma Skrofuloderma Sesuai


(100%)
Ada di leher dan
ketiak

Bentol

26 X26 Luka tidak sakit Sifilis (100%) Sifilis Sesuai

Terjadi di mulut

Terjadi di area
kelamin

Dari 130 kasus penyakit kulit dengan 104 kasus data latih dan 26 kasus data
uji yang telah didiagnosa oleh dokter dengan minimal memilih 3 gejala untuk setiap
kasus, sistem pakar ini mampu mendiagnosa 26 kasus data uji tersebut dengan benar
dengan persentase diagnosa sistem tertinggi adalah 100% dan terendah sebesar
83.33%.

26
Persentase Akurasi = x 100% = 100%
26
140

Sehingga persentase akurasi kecocokan pengetahuan sistem pakar dengan


pengetahuan dokter memiliki kecocokan sebesar 100%.

5.4.4 Pengujian Anomali Perbandingan Hasil Diagnosa Sistem dengan


Diagnosa Dokter

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan diagnosa sistem dengan


dengan diagnosa dokter dengan memilih sebarang gejala yang ada pada sistem
pakar penyakit kulit.

Tabel 5.8 Perbandingan Anomali Hasil Diagnosa

No Pasien Gejala Penyakit Diagnosa Diagnosa Kesesuaian


Sistem Dokter
1 Y01 Sensitif Folikulitis Folikulitis Sesuai
(77.77%)
Terjadi
pembengkakan

Memiliki nanah

Gatal

2 Y02 Memiliki nanah Hidradenitis Hidradenitis Sesuai


Suppurativa Suppurativa
Benjolan kecil
(57.14%)
dan bulat

Terasa nyeri

Berwarna kuning

3 Y03 Gatal Fixed Drug Fixed Drug Sesuai


Eruption Eruption
Benjolan kecil
(78.57%)
dan bulat
141

Terjadi
pembengkakan

Kulit melepuh

4 Y04 Terasa nyeri Pedikulosis Pedikulosis Sesuai


Kapitis Kapitis
Memiliki nanah
(100%)
Gatal

Berada di kepala

Bengkak

Adanya ruam

Demam

5 Y05 Gatal Pityriasis Pityriasis Sesuai


Rosea Rosea
Mengeluarkan
(83.33%)
cairan

Bersisik

Bentol-bentol

6 Y06 Gatal Urtikaria Akut Urtikaria Akut Sesuai


(71.42%)
Kulit kering

Benjolan

Terjadi di tangan

7 Y07 Kuku menebal Tinea Unguium Sesuai

Terjadi di kuku
142

Kulit panas Tinea


Unguium
Kuku menghitam
(81.81%)
Kuku menjadi
rapuh

Bentol

8 Y08 Kulit kering Tinea pedis Tinea Fasialis Tidak


(42.85%) Sesuai
Timbul bau

Terjadi di kaki

Berwarna merah

9 Y09 Ada di leher Skrofuloderma Skrofuloderma Sesuai


(66.66%)
Bentol

Benjolan kecil

10 Y10 Bersisik Eritrasma Eritrasma Sesuai


(75%)
Kulit pecah-
pecah

Kulit terlihat
keriput

Dengan minimal memilih 3 gejala sebarang untuk setiap kasus, sistem pakar
ini mampu mendiagnosa 9 kasus data uji tersebut dengan benar dan 1 kasus tidak
sesuai, dengan persentase diagnosa sistem tertinggi adalah 100% dan terendah
sebesar 42.85%. Kasus yang tidak sesuai hasil diagnosanya dengan diagnosa dokter
akan di evaluasi oleh pakar itu sendiri dengan melihat apakah gejala ini memang
termasuk gejala penyakit tersebut atau tidak. Jika termasuk, pakar akan
memasukkannya ke dalam basis pengetahuan sistem.
143

9
Persentase Akurasi = x 100% = 90%
10

Sehingga persentase akurasi kecocokan pengetahuan sistem pakar dengan


pengetahuan dokter memiliki kecocokan sebesar 90%.

Adapun kriteria untuk pemilihan kasus adalah kasus yang memiliki kemiripan
paling tinggi dengan kasus yang baru yang akan disarankan sebagai solusi.
Walaupun demikian, setiap kasus baru belum tentu memiliki nilai kemiripan yang
lumayan tinggi dengan basis kasus. Maka perlu diberikan kriteria kemiripan untuk
menentukan total nilai paling tinggi. Adapun kriteria pembagian nilai total adalah
sebagai berikut:

Tabel 5.9 Kriteria Kemiripan


Nilai Persen Kategori

70-100 Akurat

50-69 Tidak Terlalu Akurat

0-49 Tidak Akurat

Berdasarkan tabel 5.9 di atas dapat dijelaskan bahwa ketika hasil diagnosa
sistem antara 70%-100% maka dianggap akurat oleh dokter atau pakar sistem ini,
yang dimaksud dengan akurat adalah hasil diagnosa sistem sesuai dengan diagnosa
dokter. Kemudian hasil diagnosa antara 50%-69% maka dianggap tidak terlalu
akurat oleh dokter atau pakar sistem ini, yang dimaksud dengan tidak terlalu akurat
adalah hasil diagnosa sistem ini terkadang sesuai dengan diagnosa dokter dan
terkadang tidak sesuai. Dan yang terakhir hasil diagnosa antara 0%-49% dianggap
tidak akurat oleh dokter atau pakar sistem ini, sehingga hasil diagnosa kisaran ini
tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit pasien atau hasil diagnosa
sistem tidak sesuai dengan diagnosa dokter.
144

Misalnya saja pada pengujian ke-8 pada tabel 5.8 dengan hasil diagnosa
sebesar 42.85% untuk penyakit kulit tinea pedis, sistem ini mendiagnosa gejala
penyakit yang dipilih adalah penyakit kulit tinea pedis sedangkan dokter
mendiagnosa dari gejala yang dipilih merupakan penyakit kulit tinea fasialis.
Sehingga hasil diagnosa sistem dengan dokter tidak sesuai, maka dokter perlu
melakukan evaluasi atau proses revise sehingga sistem dapat mendiagnosa penyakit
kulit tinea fasialis dari gejala-gejala yang dipilih sebelumnya. Berikut hasil
diagnosa sistem setelah dilakukan evaluasi oleh dokter atau pakar sistem ini.

Tabel 5.10 Evaluasi Kasus Baru


Nama Diagnosa Diagnosa
No Gejala Kesesuaian
Pasien Sistem Dokter

1 Y08 Kulit kering Tinea Tinea Sesuai


Fasialis Fasialis
Timbul bau
(70.58%)
Terjadi di kaki

Berwarna merah

Setelah dokter melakukan evaluasi kemudian memasukkan kasus baru pada


basis pengetahuan sistem, dapat dilihat pada tabel 5.10 di atas setelah dilakukan
diagnosa kembali dengan gejala yang sama, sistem mampu mendiagnosa penyakit
dengan benar sesuai dengan diagnosa dokter dengan persentase hasil diagnosa
sebesar 70.58% dengan kategori akurat.

Dokter atau pakar akan melakukan proses evaluasi setiap seminggu sekali
berdasarkan data penyakit pasien yang selama ini masuk di klinik dokter dengan
data penyakit yang masuk kisaran 5 sampai 10 data penyakit kulit.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Sistem Pakar


Diagnosa Penyakit Kulit Pada Manusia Menggunakan Metode Case Based
Reasoning (CBR) Dengan Algoritma Sorensen Coefficient, maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:

1) Metode Case Based Reasoning (CBR) dengan Algoritma Sorensen


Coefficient dapat diterapkan dalam sistem pakar diagnosa penyakit kulit pada
manusia dengan tingkat akurasi kecocokan sebesar 100% dengan persentase
tertinggi diagnosa sistem yaitu 100% dan terendah sebesar 83.33% dari
pengujian terhadap 26 kasus penyakit kulit.
2) Sistem penalaran berbasis kasus yang telah dibuat mampu menerapkan
keahlian seorang pakar (dokter) pada kasus penyakit kulit sehingga mampu
membantu dokter dalam melakukan analisa dan menentukan jenis penyakit
kulit yang diderita oleh pasien.

6.2 Saran

Adapun beberapa saran yang perlu diperhatikan untuk pengembangan


penelitian selanjutnya yaitu sebagai berikut:

1) Data pada sistem selalu dilakukan update sacara berkala oleh pakar sesuai
dengan perkembangan gejala penyakit kulit yang ada.
2) Metode Case Based Reasoning (CBR) dapat dikombinasikan dengan metode
atau algoritma lain selain Algoritma Sorensen Coefficient untuk mendapatkan
hasil perbandingan akurasi yang lebih tinggi dan tepat.

128
146

3) Sebaiknya pada sistem pakar hanya menggunakan sedikit penyakit saja,


karena konsep dari sistem pakar adalah semakin sedikit penyakit yang
didiagnosa oleh sistem dan semakin banyak gejala penyakitnya maka
semakin akurat hasil diagnosanya.
4) Untuk proses pemilihan gejala pada sistem yang dibuat sebaiknya lebih
responsive sehingga dapat memudahkan pasien dan masyarakat umum dalam
melakukan proses pemilihan gejala yang dialami. Dalam artian pasien tidak
perlu membaca semua gejala yang ada di sistem tetapi langsung diberikan
rekomendasi gejala berikutnya setelah memilih gejala yang pertama.
DAFTAR PUSTAKA

Adani, M. R. (2021). Kenali Lebih Dalam Seputar Sistem Pakar dan Metode
Pengembangannya. Sekawanmedia.Co.Id.
https://www.sekawanmedia.co.id/sistem-pakar/
Adrian, K. (2020a). Gejala dan Penanganan Infeksi Tinea Fasialis.
Alodokter.Com. https://www.alodokter.com/penyebab-infeksi-tinea-fasialis-
dan-penanganannya
Adrian, K. (2020b). Mengenal Derajat Luka Bakar dan Perawatannya.
Alodokter.Com. https://www.alodokter.com/mengenal-derajat-luka-bakar-
dan-perawatannya
Adrian, K. (2020c). Waspadai Tinea Manum, Infeksi Jamur Tangan yang Menular.
Alodokter.Com. https://www.alodokter.com/waspadai-tinea-manum-infeksi-
jamur-tangan-yang-menular
Agustina, D., Mustafidah, H., & Purbowati, M. R. (2016). Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit Kulit Akibat Infeksi Jamur ( Expert System to Diagnose of Skin
Disease Due to Fungal Infections ). Juita, IV(2), 67–77.
Amran, A. A. (2018). Implementasi Metode Penalaran Case-based Reasoing
dengan Algoritma k-nn dalam identifikasi kerusakan pada laptop.
Ariani, K. (2021). Kenali Eritrasma, Infeksi yang Terjadi pada Area Lipatan Kulit.
Orami.Co.Id. https://www.orami.co.id/magazine/eritrasma
Ariata, C. (2021). Apa Itu CSS? Pengertian dan Cara Kerjanya. Hostinger.Co.Id.
https://www.hostinger.co.id/tutorial/apa-itu-
css?__cf_chl_captcha_tk__=pmd_iN6dpFrlTgohlymjDTVEMdxiOndJp63bz
q5.c3.D9n4-1634130925-0-gqNtZGzNAvujcnBszQoR
Arundy, V. A., Fitri, I., & Mardiani, E. (2021). Implementasi Metode Penalaran
CBR dalam Mengidentifikasi Gejala Awal Penyakit Jantung menggunakan
Algoritma Sorensen Coeffient. Jurnal JTIK (Jurnal Teknologi Informasi Dan
Komunikasi), 5(3), 306. https://doi.org/10.35870/jtik.v5i3.220
Chatdokter. (2021a). Kenali Penyakit: Exanthematous Drug Eruption.
Chatdokteronline.Com. https://chatdokteronline.com/index.php/kenali-
penyakit-exanthematous-drug-eruption/
Chatdokter. (2021b). Kenali Penyakit: Vulnus Laceratum/Punctum.
Chatdokteronline.Com. https://chatdokteronline.com/index.php/kenali-
penyakit-vulnus-laceratum-punctum/
Darwanto, I., & Trisnawati, F. (2021). Implementasi Metode Case Based Reasoning
Dan K-Nearest Neighbor Pada Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit
Dan Hama Tanaman Karet. Duniabisnis.Org, 1(1), 1–11.
Dona, D., Maradona, H., & Masdewi, M. (2021). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit
Jantung Dengan Metode Case Based Reasoning (Cbr). ZONAsi: Jurnal Sistem
Informasi, 3(1), 1–12. https://doi.org/10.31849/zn.v3i1.6442
dr. Fadli. (2022). Pemberian Bobot gejala penyakit kulit.
Fadli, dr. R. (2020). Inilahh 3 Jenis Infeksi Kulit yang Disebabkan oleh Parasit.
Halodoc.Com. https://www.halodoc.com/artikel/inilah-3-jenis-infeksi-kulit-
yang-disebabkan-oleh-parasit
Fidyaningsih, S., Agus, F., & cahyadi, D. (2016). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit
Kucing Menggunakan Metode Case-Based Reasoning. Prosiding Seminar
Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi ISSN 2540 – 7902 Vol., 1(1), 113–
119.
Halodoc, R. (2019a). Dermatitis Kontak. Halodoc.Com.
https://www.halodoc.com/kesehatan/dermatitis-kontak
Halodoc, R. (2019b). Filariasis. Halodoc.Com.
https://www.halodoc.com/kesehatan/filariasis
Halosehat, R. (2021). Urtikaria – Penyebab, Gejala dan Pengobatan.
Halosehat.Com. https://halosehat.com/penyakit/biduran/urtikaria
IDNmedis, T. R. (2021a). Creeping Eruption : Penyebab – Gejala dan Pengobatan.
Idnmedis.Com. https://idnmedis.com/creeping-eruption
IDNmedis, T. R. (2021b). Ruam Panas: Gejala – Penyebab dan Pengobatan.
Idnmedis.Com. https://idnmedis.com/ruam-panas
Irfansyah, N. (2017). Case based reasoning. Students.Warsidi.Com.
https://students.warsidi.com/2017/06/pengertian-dan-cara-kerja-case-based-
reasoning.html
Johar, D. D. A. bt. (2019). Fixed Drug Eruption. Myhealth.Gov.
http://www.myhealth.gov.my/fixed-drug-eruption/
Joseph, N. (2021). Segala yang Perlu Anda Ketahui Seputar Penyakit Kulit.
Hellosehat.Com. https://hellosehat.com/penyakit-kulit/pengertian-penyakit-
kulit/
Kartinah, E. (2021). Perhimpunan Dokter Spesliasi Kulit dan Kelamin Perkuat
Kompetensi Anggotanya. Mediaindonesia.Com.
https://mediaindonesia.com/humaniora/459100/perhimpunan-dokter-
spesliasi-kulit-dan-kelamin-perkuat-kompetensi-anggotanya
Kemala, F. (2020a). Dermatitis Perioral. Hellosehat.Com.
https://hellosehat.com/penyakit-kulit/dermatitis/dermatitis-perioral/
Kemala, F. (2020b). Waspadai Ciri Scabies Berdasarkan Jenis dan Parahnya
Gejala Kudis. Hellosehat.Com. https://hellosehat.com/penyakit-kulit/infeksi-
kulit/ciri-scabies-gejala-kudis/
Kemenkes. (2020). Health Statistics (Health Information System). In Short
Textbook of Preventive and Social Medicine.
https://doi.org/10.5005/jp/books/11257_5
Klikdokter. (2021a). Folikulitis. Klikdokter.Com.
https://www.klikdokter.com/penyakit/folikulitis
Klikdokter. (2021b). Lepra. Klikdokter.Com.
https://www.klikdokter.com/penyakit/lepra
Klikdokter. (2021c). Sindrom Steven Johnson. Klikdokter.Com.
https://www.klikdokter.com/penyakit/sindrom-steven-johnson
Klikdokter. (2021d). Skrofuloderma. Klikdokter.Com.
https://www.klikdokter.com/penyakit/skrofuloderma
Klinikpandawa. (2021a). Kenali Macam Acne Vulgaris atau Jerawat Hingga
Penanganan Tepat. Klinikpandawa.Com. https://klinikpandawa.com/acne-
vulgaris-penyebab-gejala-dan-penanganan/
Klinikpandawa. (2021b). Penyakit Furunkel (Bisul) : Gejala, Bahaya, Komplikasi
Dan Pengobatan. Klinikpandawa.Com. https://klinikpandawa.com/penyakit-
furunkel-bisul-pada-kulit/
Madolan, A. (2018). Pengertian dan Gejala Morbili (Campak). Mitrakesmas.Com.
https://www.mitrakesmas.com/2018/06/pengertian-dan-gejala-morbili-
campak.html
Majeed, R. F., AB. M. Saeed, S., Abdulmajeed Abdilkarim, D., & Mohammed
Sidqi, H. (2020). Skin Tumors Diagnosis Utilizing Case Based Reasoning and
The Expert System. Kurdistan Journal of Applied Research, 5(1), 96–114.
https://doi.org/10.24017/science.2020.1.10
Masdar, D. M. R. B. M. (2020). Biasakah bagi bayi mendapat ekzema (Eczema)
dan apa gejalanya? Doctoroncall.Com.
https://www.doctoroncall.com.my/soalan/eczema-ekzema-kulit
Media, J. (2017). Pengertian HTML 5 Definisi dan Fungsi HTML 5 ?
Javanetmedia.Com. http://www.javanetmedia.com/2017/04/pengertian-html-
5-dan-fungsi-html-5.html
Medicine, I. (2016). Diagnosis dan Terapi Gawat Darurat Sengatan Listrik.
Dokterpost.Com. Diagnosis dan Terapi Gawat Darurat Sengatan Listrik
Nareza, M. (2021a). Nekrolisis Epidermal Toksik. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/nekrolisis-epidermal-toksik
Nareza, M. (2021b). Tinea Barbae. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/tinea-barbae
Nayoan, A. (2019). Yuk Mengenal PHP 7.4: Fitur-Fitur Baru dan Keunggulannya.
Niagahoster.Co.Id. https://www.niagahoster.co.id/blog/php-7-4/
Pane, dr. M. D. C. (2019). Cutaneous Larva Migrans. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/cutaneous-larva-migrans
Pane, dr. M. D. C. (2020). Pityriasis Rosea. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/pityriasis-rosea
Pendidikan, D. (2021). XAMPP adalah. Dosenpendidikan.Co.Id.
https://www.dosenpendidikan.co.id/xampp-adalah/
Pratama, A. R. (2019). Belajar Unified Modeling Language (UML) - Pengenalan.
Codepolitan.Com. https://www.codepolitan.com/unified-modeling-language-
uml
Rahman, S. A., & Sumijan, S. (2020). Sistem Pakar Menggunakan Metode Case
Based Reasoning dalam Akurasi Penyakit Disebabkan oleh Bakteri
Staphylococcus Aureus. Jurnal Sistim Informasi Dan Teknologi, 3, 7–10.
https://doi.org/10.37034/jsisfotek.v3i1.94
Review, M. (2021). 7 Infeksi Kulit Karena Bakteri : Gejala, Pengobatan dan
Pencegahan. Halosehat.Com. https://halosehat.com/penyakit/kulit-dan-
kelamin/infeksi-kulit-karena-bakteri
Samiadi, L. A. (2021). Luka bakar Akibat Bahan Kimia. Hellosehat.Com.
https://hellosehat.com/hidup-sehat/pertolongan-pertama/luka-bakar-akibat-
bahan-kimia/
Santiko, dr. W. (2017a). Pityriasis Versikolor (Penyakit Panu) : Gejala hingga
Pengobatan [Overview] Referensi : https://doktermuslim.com/pityriasis-
versikolor-penyakit-panu-tinea-versikolor/. Doktermuslim.Com.
https://doktermuslim.com/pityriasis-versikolor-penyakit-panu-tinea-
versikolor/
Santiko, dr. W. (2017b). Veruka Vulgaris adalah Penyakit Kutil.
Doktermuslim.Com. https://doktermuslim.com/veruka-vulgaris-adalah/
Santiko, dr. W. (2021a). Erisipelas : Gejala, Ciri Khas Lesi dan Pengobatan
[Lengkap]. Doktermuslim.Com. https://doktermuslim.com/erisipelas/
Santiko, dr. W. (2021b). Jenis Luka Forensik (Vulnus) : Klue dan Intepretasi.
Doktermuslim.Com. https://doktermuslim.com/jenis-luka-forensik-vulnus/
Saputra, Y. M. (2021). Pengertian Framework Codeigniter. Ruangguru.Co.
https://ruangguru.co/pengertian-framework-codeigniter/
Sihotang, H. T., Riandari, F., & Indri Gita Margareth, S. (2020). Expert system to
different mixed disease in baby using CBR (case base reasoning) method.
Journal of Critical Reviews, 7(5), 48–51. https://doi.org/10.31838/jcr.07.05.08
Subarkah, dr. A. (2020). Vulnus Perforatum. Klinikindonesia.Com.
https://www.klinikindonesia.com/v/vulnus-perforatum.php
Suryana, T. (2007). Metode RUP. In Combustion Science and Technology (Vol. 21,
Issues 5–6, pp. 1–49). https://doi.org/10.1080/00102208008946937
Syarif, M., Pratama, E. B., Bina, U., Informatika, S., & Barat, K. (2021). Testing
dan Pemodelan Diagram Uml Pada Aplikasi Veterinary Services Yang
Dikembangkan Dengan Model Waterfakk. Jurnal Teknik Informatika
Kaputama (JTIK), 5(2), 253–258.
Tamin, dr. R. (2020). Hidradenitis Suppurativa. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/hidradenitis-suppurativa
Team, H. E. (2020a). 8 Penyakit Kulit Akibat Virus Yang Kerap Mewabah.
Honestdocs.Id. https://www.honestdocs.id/8-penyakit-kulit-akibat-virus-
yang-kerap-mewabah
Team, H. E. (2020b). Penyebab Alergi Kulit, Ciri-Ciri, dan Obatnya.
Honestdocs.Id. https://www.honestdocs.id/penyebab-alergi-kulit-ciri-ciri-
dan-obatnya
Wijaya, I. D., Shoumi, M. N., & Sulistiyowati, T. I. (2020). Implementasi case-
based-reasoning pada deteksi estrus sapi perah menggunakan sorensen
coefficient. Jurnal Eltek, 18(2), 30. https://doi.org/10.33795/eltek.v18i2.252
Willy, dr. T. (2018a). Cacar Air. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/cacar-air
Willy, dr. T. (2018b). Gigitan Serangga. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/gigitan-serangga
Willy, dr. T. (2018c). Jamur Kulit. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/jamur-kulit
Willy, dr. T. (2019a). Dermatitis Numularis. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/dermatitis-numularis
Willy, dr. T. (2019b). Dermatitis Seboroik. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/dermatitis-seboroik
Willy, dr. T. (2019c). Herpes Genital (Herpes Simplex). Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/herpes-genital
Willy, dr. T. (2019d). Impetigo. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/impetigo
Willy, dr. T. (2019e). Jamur Kuku. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/jamur-kuku
Willy, dr. T. (2019f). Luka Bakar. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/luka-bakar
Willy, dr. T. (2019g). Molluscum Contagiosum. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/molluscum-contagiosum
Willy, dr. T. (2019h). Sifilis. Alodokter.Com.
https://www.alodokter.com/sifilis/gejala
Yusmawati, S. (2021). Sistem pakar diagnosa penyakit pada tanaman padi
menggunakan metode case based reasoning (cbr) berbasis website. 3, 187–
192. https://doi.org/10.47647/jrr
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai