Anda di halaman 1dari 2

Nama: Ahmad Rezki Ramadhani

NPM: 17.12.4138
URGENSI PENDIDIKAN KARAKTER HOLISTIK KOMPREHENSIF DI
INDONESIA
Pendidikan karakter holistic dapat diartikan sebagai upaya
memperkenalkan dan menginternalisasikan nilai-nilai kehidupan yang dapat
menjadikan peserta didik menjadi manusia yang utuh (a whole human being).
Nilai-nilai kehidupan yang dimaksud merupakan kesatuan sistem nilai yang
bertitik tolak dari filsafat manusia yang memandang bahwa manusia adalah
makhluk individual sosial, jasmaniah rohaniah, makhluk otonom sekaligus
makhluk Tuhan.1
Dalam Islam, manusia hendaknya meyakini agamanya yang diperintahkan
oleh Allah SWT, menjalankan ajaran agamanya secara baik dan benar, dengan
bertekad masuk ke dalam agama Islam secara menyeluruh (kaffah). Seorang
muslim yang kaffah mengandung makna, bahwa seluruh hidup dan kehidupannya
tunduk dan patuh kepada ajaran-ajaran agama Islam. Sikap dan perilaku
kehidupannya sesuai dengan tuntunan agama Islam sebagaimana dicontohkan
oleh Nabi Muhammad saw. Sikap dan perilaku yang sesuai dengan tuntunan
agama Islam disebut pula moral keagamaan (Lubis, 2009:30).2
Pendidikan karakter harus dilaksanakan secara komprehensif, yang
menyangkut banyak aspek yang terkait menjadi satu kesatuan. Muhadjir
(2003:164) menawarkan alternatif model pengembangan nilai moral lewat proses
internalisasi. Nilai moral diperkenalkan pada peserta didik dengan mengajak
partisipasi dalam perbuatan, diberi pemahaman rasionalitasnya, sampai
berpartisipasi aktif untuk mempertahankan perbuatan moral tersebut. Pada sisi
lain, peserta didik perlu pula ditumbuh-kembangkan penghayatan emosionalnya,
konasinya, sampai keimanannya lewat internalisasi atau menghayati nilai moral
pada ketiga tataran tersebut. Karena keimanan dapat menebal atau menipis, maka
internalisasi, baik secara rasional maupun lewat penghayatan lain diharapkan
dapat mempertebal moral dan keimanan peserta didik. Zuchdi (2010:35)
mengatakan bahwa pendidikan karakter yang bertumpu pada strategi tunggal
sudah tidak memadai untuk dapat menjadikan peserta didik memiliki moral yang
baik. Oleh karena itu diperlukan pendekatan komprehensif. Pendekatan
komprehensif diharapkan dapat memberikan pemecahan masalah yang relatif
lebih tuntas dibandingkan dengan pendekatan tunggal. Istilah komprehensif dalam
pendidikan nilai mencakup berbagai aspek: isi, metode, proses, subjek, evaluasi.3

1
Rukiyati, ̋ Urgensi Pendidikan Karakter Holistik Komprehensif di Indonesia.ˮ Jurnal Pendidikan
Karakter, Vol. 18, No. 2 (2013), h. 198.
2
Rukiyati, Jurnal Pendidikan Karakter. Vol. 18, No. 2 (2013), h. 199.
3
Rukiyati, Jurnal Pendidikan Karakter. Vol. 18, No. 2 (2013), h. 200.
Nama: Ahmad Rezki Ramadhani
NPM: 17.12.4138

Apakah Paradigma Holistik?

Jawab:
Hingga saat ini, perspektif pendidikan yang diberlakukan di sekolah-
sekolah belumlah memenuhi harapan. Problemnya sangat kompleks. Akan tetapi
setidaknya kita harus memulai menempatkan sebuah konsep pendidikan yang
menyeluruh, tidak parsial, tidak reduskionis. Cara pandang pendidikan tersebut
saat ini dikenal dengan Paradigma Pendidikan Holistik (Holistic Education
paradigm). Berdasarkan pada definisi Ron Miller pendidikan holistic dapat
dipahami sebagai sebuah cara pandang yang sangat menyeluruh atas entitas diri
(jiwa dan raga) manusia. Dalam definisi ini kita bisa memahami bahwa entitas
manusia diletakkan dalam 2 (dua) perspective :
 Perspective antroposentris,
Perspektive antroposentris, menempatkan entitas manusia sebagai
kerangka acuan dalam eksistensi manusia dan lingkungkungannya.
 Perspektive theistic.
Perspekitve theistic dalam pendidikan holistic menjelaskan bahwa entitas
manusia sebagai hamba ciptaan Tuhan, maka relasi Relasi Tuhan dan manusia
dalam dinamikanya menjadi bagian yang mempengaruhi entitas manusia.
Tuhan dalam perspective pendidikan holistic tiada lain merupakan sumber Tata
Nilai bagi manusia dalam membangun peradabannya.
Berdasarkan pada definisi Ron Miller di atas kita dapat memahami bahwa
paradigm pendidikan holistic merupakan cara pandang komprehensif atas entitas
manusia sebagai makhluk Tuhan sekaligus wakil Tuhan di bumi ini. Pendidikan
holistic menginginkan setiap individu manusia sebagai subjek pembelajaran
mengalami perkembangan secara proporsional atas semua dimensi yang dimiliki
atau inhern dalam diri manusia. Dalam perpektive pendidikan holistic relasi
vertical kepada Tuhan memiliki tempat yang sangat strategis. Ini menunjukkan
bahwa paradigm pendidikan holistic bermazhab theistic, yaitu mengakui dan
menyadari atas kemutlakan eksistensi Tuhannya.  Pendidikan holitik juga
menegaskan tentang pentingnya humanitas diantara sesama manusia, seperti kasih
sayang dan perdamaian. Artinya, pendidikan yang bermazhab pada pendidikan
holistic ini sangat menjunjung tinggi nilai-nilai universal kemanusian.
Bila kita elaborasi lebih jauh, paradigma pendidikan holistic manawarkan
sebuah pandangan atas proses dan hasil pendidikan itu bersifat berjenjang. Pada
level individu, komunitas, social, lingkungan bahkan wilayah kosmik.  Ini artinya
pendidikan holistic melihat entitas eksistensi manusia sebagai subjek pembelajar
360 derajat.

Anda mungkin juga menyukai