B. Pengenalan Alat
Berikut adalah peralatan yang sering digunakan di laboratorium Kimia Lingkungan:
C. Budaya K3 di Laboratorium
PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)
Keterampilan bekerja di laboratorium maupun dunia kerja dapat diperoleh melalui kegiatan
praktikum. Namun disamping itu, ada banyak kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di
laboratorium. Orang yang bekerja di laboratorium dihadapkan pada resiko yang cukup besar,
beberapa resiko yang dapat terjadi di laboratorium di antaranya:
1. Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif,
karsinogenik, dan beracun.
2. Alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh.
3. Alat listrik seperti kompor listrik, yang dapat menyebabkan sengatan listrik.
4. Penangas air atau minyak bersuhu tinggi yang dapat terpercik.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboatorium, hal yang harus dilakukan pada
saat bekerja di laboratorium adalah:
1. Tahap persiapan:
a. Menetahui secara pasti (tepat dan akurat) cara kerja pelaksanaan praktikum serta hal
yang harus dihindari selama praktikum, dengna membaca petunjuk praktikum.
b. Mengetahui sifat bahan yang akan digunakan sehingga dapat terhindar dari
kecelakaan kerja selama di laboratorium. Sifat bahan dapat diketahui dari Material
Data Sheet (MSDS).
c. Mengetahui peralatan yang digunakan serta fubgsi dan cara penggunaanya.
d. Mempersiapkan alat pelindung diri seperti jas praktikum lengan panajng, kacamata,
sarung tangan karet, sepatu, dan masker, dll.
2. Tahap Pelaksanaan:
a. Mengenakan pelindung diri
b. Mengambil dan memeriksa alat dan bahan yang akan digunakan
c. Menggunakan bahan kimia seperlunya, jangan berlebihan karena dapat mencemari
lingkungan
d. Menggunakan peralatan percobaan dengan benar.
e. Membuang limbah percobaan pada tempat yang sesuai, disesuaikan dengan kategori
limbahnya
f. Bekerja dengan tertib, tenang dan hati-hati, serta catat data yang diperlukan
B. Dasar Teori
Campuran zat-zat yang homogen disebut larutan yang memiliki komposisi merata atau
serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau
lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan
pelarut adalah komponen dalam jumlah banyak. Campuran homogen yaitu suatu campuran
yang terjadi antara dua zat atau lebih dengan partikel-partikel penyusun yang sulit atau tidak
dapat dibedakan lagi. Campuran homogen juga disebut sebagai larutan. Ukuran partikel dalam
larutan memiliki diameter sangat kecil yaitu sekitar 0,000000001 m, dan sulit atau tidak dapat
dengan mikroskop (Achmad, 1996).
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau
pelarut yang digunakan dalam bentuk volume(berat), mol zat terlarut dalam jumlah volume
terlarut dalam pelarut. Berdasarkan hal ini, muncul satuan konsentrasi yaitu fraksi mol
perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen dengan jumlah total mol dalam larutan.
(Achmad, 1996).
Reaksi endoterm adalah reaksi yang membutuhkan atau menyerap kalor pada reaksi
ini, terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem. Reaksi endoterm ditandai dengan
adanya penurunan suhu sistem. Dengan demikian, kalor dipindah dari lingkungan ke dalam
sistem reaksi endoterm mempunyai entalpi bernilai positif yaitu 770. Energi yang ditetapkan
lebih kecil daripada energi yang digunakan saat reaksi. Reaksi endoterm adalah reaksi yang
menyebabkan adanya transfer kalor dari sistem ke lingkungan. Reaksi eksotermis selalu
ditandai dengan adanya kenaikan suhu sistem saat reaksi berlangsung. Perubahan entalpi
bertanda negatif yaitu kurang dari 70. Hal ini terjadi dikarenakan energi yang dilepaskan lebih
besar daripada yang digunakan untuk reaksi (Achmad, 1996).
Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dengan Pelarut satuan
konsentrasi, yaitu:
Fraksi mol adalah perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol seluruh
komponen.
Kemolalan adalah jumlah mol terlarut di dalam tahap 1000 g pelarut murni
Kemolaran adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan liter larutan
Kemolaran adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan
Persen masa adalah perbandingan masa zat terlarut dengan massa larutan dikalikan
100%
Persen volume adalah perbandingan volume zat terlarut dengan volume larutan dikalikan
100%. (Syukri, 1999).
Konsentrasi larutan menyatakan secara kualitatif zat terlarut dan pelarut di dalam
larutan. Konsentrasi pada umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut
dengan jumlah zat Pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan
C. Metode Praktikum
1. Alat
Neraca analitik
Labu takar 100 mL
Pipet tetes
Pipet volume 10 mL
Batang pengaduk
Gelas kimia 50 mL
Corong kaca
Spatula
Kaca arloji
Botol semprot
Bulb
2. Bahan
Aquadest
Larutan H2SO4 pekat
Padatan NaOH
Tisu
3. Prosedur Kerja
a. Larutan dari bahan padat.(Pembuatan NaOH 1N sebanyak 100 ml)
1) Menghitung jumlah NaOH yangakan ditimbang
Diketahui Mr NaOH = 40 gr/mol
Rumus : {N = (massa x n)/ (Mr x Vol)}
Keterangan:
N= Normalitas
n = Jumlah mol
Mr = Massa Relatif
V = Volume Larutan yang dibuat dalam satuan L
2) Timbang NaOH sebanyak 4 gram kemudian masukkan dalam gelas piala ( ukuran
50 ml ).
3) Larutkan dengan aquadest dan tunggu sampai dingin.
4) Setelah dingin masukkan larutan NaOH ke dalam labu takar ukuran 100 ml dan
tambahkan aquadest sampai tanda batas.
5) Segera pindahkan larutan ke dalam botol reagen tutup plastik dan beri label.
Penyimpanan larutan NaOH dalam botol reagen tutup kaca dapat menyebabkan
tutup membeku atau tidak bisa dibuka karena sifat basa dari NaOH.
2) Isi labu takar ukuran 100 ml dengan aquadest kira-kira 30 ml, lalu tambahkan 2,78
ml asam sulfat pekat secara perlahan ( dialirkan melalui dinding labu secara
perlahan-lahan).
3) Gojog sebentar, kemudian tambahkan aquadest sampai volume 100 ml atau
sampai tanda batas pada labu takar.
D. Hasil
E. Pembahasan
B. Dasar Teori
1. Prinsip Dasar Titrasi Asam Basa
Pada titrasi asam basa dalam melakukan titrasi melibatkan asam maupun basa sebagai
penitran/ titer ataupun titran dan titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Untuk
menentukan kadar larutan asam dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titran ditambahkan ke dalam titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen
(artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai
dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekivalen”, yaitu titik
dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa
yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan: [H+] = [OH-].
2. Titik ekivalen
Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa. Titik
ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat dinetralkan
oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung perubahan pH. pH pada titik ekivalen
ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa.Ada dua cara
umum untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam basa, antara lain:
a. pH Meter
Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasidilakukan, kemudian
membuat plot antara pH dengan titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah
dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekivalen”.
3. Alkalinitas
Alkalinitas dalam air biasanya disebabkan oleh bikarbonat, karbonat, dan hidroksida.
Jumlah masing-masing penyebab alkalinitas itu ditentukan dengan titrasi menggunakan
larutan standar asam kuat sampai titik ekuivalen bikarbonat atau asam bikarbonat
berdasarkan perubahan warna indicator.
Dengan indicator phenol pthalein ditentukan alkalinitas hidroksida dan setengah dari
karbonat. Untuk menentukan alkalinitas jumlah ( hidroksida, karbonat, dan bikarbonat )
digunakan indicator yang perubahan warnanya berkisar pada pH 4-5.
4. Asiditas
Asiditas dalam air disebabkan oleh karbon dioksida (CO 2) asam mineral. Adanya
asiditas dalam air ditunjukkan oleh pH air tersebut di bawah 8,5. Air dengan pH < 4,5
hanya mengandung asam mineral (kuat).
Oleh CO2 dan asam mineral ini ditentukan dengan menggunakan larutan baku asam.
Asam mineral di titrasi sampai pH mencapai kira-kira 4,5. Karena Methyl Orange (MO) /
metil jingga biasanya digunakan sebagai indicator untuk penentuan asiditas oleh asam
mineral, maka biasa disebut sebagai asiditas MO.
Titrasi dengan menggunakan indicator PP sampai pH 8,3 untuk menentukan asam
mineral dan asam lemah (asiditas jumlah). Asiditas jumlah ini sering disebut sebagai
asiditas phenol pthalein.
3. Prosedur Kerja
a. Pemeriksaan Asiditas
Ukur sampel air sebanyak 100 ml, lalu masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250
mL;
Tambahkan 3 tetes indikator Methyl Orange (MO);
Amati perubahan warna, jika berwarna Orange lanjutkan proses titrasi, jika
berubah warna menjadi kuning, buang sampel uji.
Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai berwarna kuning, catat mL larutah
NaOH yang dipergunakan
Ukur kembali sampel uji 100 mL dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
tambahkan 3 tetes indicator phenol phtalein
Amati kembali perubahan warna pada sampel uji, jika berubah warna menjadi
pink buang sampel uji, jika tidak terjadi perubahan warna (tetap bening) lanjutkan
ke proses titrasi
Titrasi sampel uji dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N hingga terbentuk
warna merah muda, catat larutan NaOH yang dipergunakan.
b. Pemeriksaan Alkalinitas
Ukur sampel air sebanyak 100 ml, lalu masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250
mL;
Tambahkan 3 tetes indikator Methyl Orange (MO);
Amati perubahan warna, jika berwarna merah jingga buang sampel uji, jika
berubah warna menjadi kuning, lanjutkan ke proses titrasi.
Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai berwarna jingga/orange, catat mL
larutah HCl yang dipergunakan
Ukur kembali sampel uji 100 mL dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
tambahkan 3 tetes indicator phenol phtalein
Amati kembali perubahan warna pada sampel uji, jika tidak terjadi perubahan
warna (tetap bening) buang sampel uji, jika terjadi perubahan warna menjadi
merah muda/pink maka lanjutkan ke proses titrasi
Titrasi sampel uji dengan menggunakan larutan HCl 0,1 N hingga warna merah
muda hilang, catat larutan HCl yang dipergunakan.
Keterangan:
A = Total jumlah NaOH yang digunakan pada titrasi dengan menggunakan
indicator MO dan PP (A’+A’’)
A’ = Jumlah larutan NaOH yang digunakan pada titrasi dengan indicator MO
A” = Jumlah larutan NaOH yang digunakan pada titrasi dengan indicator PP
B = Normalitas larutan NaOH
C = Volume sampel uji yang dititrasi
Alkalinitas
Hitung Alkalinitas sampel uji dengan rumus-rumus sebagai berikut;
1) Alkalinitas Total sebagai meq/L =
A x B x 1000
C
2) Alkalinitas total sebagai mg/L CaCO 3 =
A x B x 1000 x 50
C
3) Alkalinitas MO sebagai mg/L CaCO3 =
A ' x B x 1000 x 50
C
4) Alkalinitas PP sebagai mg CaCO3 =
A x B x 1000 x 50} over {C¿
D. Hasil
E. Pembahasan