Anda di halaman 1dari 20

I.

PENGENALAN ALAT DAN BUDAYA K3 DI LABORATORIUM KIMIA


A. Tujuan
 Mampu mengidentifikasi beberapa macam alat dan menggunakannya dengan benar
 Mengenalkan peralatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di laboratorium
 Mampu menggunkan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di laboratorium
dengan benar

B. Pengenalan Alat
Berikut adalah peralatan yang sering digunakan di laboratorium Kimia Lingkungan:

NO GAMBAR NAMA ALAT KETERANGAN


1 Pipet Volum / Peralatan laboratorium ini merupakan
Gondok alat ukur kuantitatif dengan tingkat
ketelitian tinggi. Pipet volume memiliki
bagian menggelembung ditengahnya.
Fungsinya adalah untuk mengambil
larutan dengan volume yang tepat dan
sesuai dengan label yang tertera pada
bagian yang menggelembung tersebut.
2 Pipet Ukur Digunakan untuk mengambil larutan
dengan voume tertentu. Fungsi Pipet
ukur adalah untuk memindahkan
larutan secara terukur sesuai dengan
volume. Pada pipet ini juga terdapat
skala yang menunjukan volume
tersebut.

3 Pipet Tetes / Sesuai dengan namanya, pipet yang


Pasteur satu ini mampu memindahkan cairan
dalam jumlah yang sangat kecil yaitu
berupa tetesan. Hal ini dikarenakan
bentuk dari pipet ini yang berupa pipa
kecil yang ditutupi dengan karet di
bagian atasnya

4 Mikropipet Mikropipet (micropipet) adalah suatu


alat yang digunakan untuk
memindahkan cairan dalam jumlah
kecil (≤ 1 ml / 1000 µl) secara akurat. 
Pipet otomatis ini mempunyai
akuraritas dan presisi yang lebih baik
dari pada pipet gelas.

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


5 Gelas Ukur Terbuat dari gelas, memiliki skala dan
terdiri dari berbagai macam ukuran.
Fungsi gelas ukur adalah sebagai alat
untuk mengukur volume larutan, mulai
dari volume 10mL hingga 2L. Gelas
ukur berbentuk pipa yang dilengkapi
dengan bagian bawah yang lebar,
sebagai kaki untuk menjaga kestabilan
gelas ukur.
6 Erlenmeyer Fungsi labu erlenmeyer adalah untuk
mencampur, mengukur dan
menyimpan cairan. Umumnya
erlenmeyer terbuat dari kaca borosilikat
sehingga tahan ketika dipanaskan.

7 Beaker Glass / alat ini bukan alat pengukur (walaupun


Gelas kimia / terdapat skala, namun
Gelas Piala ralatnya cukup nesar). Digunakan
untuk tempat larutan dan dapat juga
untuk memanaskan larutan kimia.
Untuk menguapkan solvent/pelarut
atau untuk memekatkan

8 Labu Ukur/Takar Labu ukur (Volumetric Flask) atau labu


takar digunakan untuk mengencerkan
larutan hingga mencapai volume
tertentu. Alat yang terbuat dari kaca
berbentuk labu ini juga bisa digunakan
untuk menyimpan larutan kimia analitik
dengan konsentrasi dan jumlah yang
berakurasi tinggi.
9 Tabung Reaksi Fungsi tabung reaksi adalah untuk
mencampur, menampung dan
memanaskan bahan-bahan kimia cair
atau padat, utamanya untuk uji
kualitatif.

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


10 Tabung Nessler Tabung Nessler biasa digunakan dalam
pemeriksaan zat kimia yang
menggunakan metode colorimetri,
yakni metode perbandingan
menggunakan perbedaan warna.

11 Burette Alat ini terbuat dari kaca dengan skala


dan kran pada bagian bawah,
digunakan untuk melakukan titrasi
(sebagai tempat titran)

12 Statif Tiang yang digunakan untuk


menyangga peralatan gelas (Burette,
imnhoff, dsb)

13 Klem Statif Peralatan ini untuk mejepit peralatan


gelas dan menempel pada statip

Cawan Porselin / Disebut juga sebagai cawan


Evaporation Disk penguapan, sesuai namanya alat ini
sering digunakan untuk menguapkan
zat cair dari bahan yang tidak mudah
menguap, melalui pemanasan dengan
suhu tinggi secara langsung maupun
tidak langsung.

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


Kercut Imhoff / Alat ini digunakan untuk mempermudah
sedimentatiton mengukur dan menilai terjadinya
cone pengendapan (sedimentasi) pada
bahan atau sampel air yang diteliti

Cawan krussible Cawan crussible digunakan untuk


pemanasan bahan dengan suhu sangat
tinggi. Biasa digunakan untuk
mengabukan bahan atau melelehkan
logam.

Labu Destilasi Labu destilasi adalah alat laboratorium


glass untuk memisahkan antara 2 zat
atau lebih dengan memfokuskan pada
perbedaan titik didih.

Labu pisah / Corong pemisah atau corong pisah


corong pisah / adalah peralatan laboratorium yang
corong pemisah digunakan dalam ekstraksi cair-cair
untuk memisahkan komponen-
komponen dalam suatu campuran
antara dua fase pelarut dengan
densitas berbeda yang takcampur

Corong Buchner adalah sebuah peralatan laboratorium


yang digunakan dalam penyaringan
vakum. Ia biasanya terbuat dari
porselen, tetapi kadang kala ada juga
yang terbuat dari kaca dan plastik.

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


Desikator/ wadah yang terbuat dari bahan kaca
Eksikator yang tersusun berfungsi
menghilangkan air dan kristal hasil
pemurnian. Pada bagian bawah
desikator terdapat gel silika yang
berfungsi sebagai zat penjerap uap air.

Timbangan Digunakan untuk menimbang masa


Analitik suatu zat padat.
Timbangan ini lebih akurat
dibandingkan timbangan analog

Jar Test Jar test Flokkulator digunakan dalam


Flokkulator / Flok pengujian untuk mengetahui
Tester kemampuan suatu koagulan dan
menentukan kondisi operasi (dosis)
optimum pada proses penjernihan air
dan air limbah

Filler / Bulb Alat ini terbuat dari karet, digunakan


untuk menghisap larutan. Biasanya di
pasang pada pipet ukur dan pipet
volume

Gelas Arloji Digunakan untuk tempat bahan


padatan saat menimbang,
mengeringkan bahan, dll.

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


Spektrofotometer Merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur absorbansi dengan cara
melewatkan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu pada suatu
obyek kaca atau kuarsa yang disebut
kuvet.

Kuvet Kuvet serupa dengan tabung reaksi


namun ukurannya lebih kecil, umumnya
digunakan pada pemeriksaan
spektrofotometri.
Kuvet tidak boleh dipanaskan. Bahan
dapat dari silika (quartz), polistirena
atau polimetakrilat

Tanur / Furnace adalah alat laboratorium yang


digunakan sebagai sebagai pemanas
(pembakar) mekanis bersuhu sangat
tinggi yang mengubah media analis
atau bahan sampel menjadi material
abu atau arang dalam waktu yang
relatif cepat

Gegep / Berfungsi untuk menjepit tabung atau


Krustang / cawan pada saat proses pemanasan
Penjepit tabung atau untuk memindahkan peralatan
setelah dipanaskan. Tersedia dengan
berbagai bentuk dan ukuran, sesuai
dengan jenis peralatan yang
diperuntukkan.

Spatula dan Digunakan untuk mengambil atau


Sendok Tanduk memindahkan sejumlah zat atau bahan
dalam bentuk padatan. Spatula
umunya terbuat dari logam stainless
sedangkan sendok tanduk terbuat dari
tanduk hewan. Spatula digunakan
untuk jenis bahan umum yang tidak
korosif, jika bahan bersifat korosif atau
reaktif terhadap logam, gunakan
sendok tanduk sebagai pengganti.

C. Budaya K3 di Laboratorium
PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)
Keterampilan bekerja di laboratorium maupun dunia kerja dapat diperoleh melalui kegiatan
praktikum. Namun disamping itu, ada banyak kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di
laboratorium. Orang yang bekerja di laboratorium dihadapkan pada resiko yang cukup besar,
beberapa resiko yang dapat terjadi di laboratorium di antaranya:
1. Bahan kimia yang mempunyai sifat mudah meledak, mudah terbakar, korosif,
karsinogenik, dan beracun.
2. Alat gelas yang mudah pecah dan dapat mengenai tubuh.
3. Alat listrik seperti kompor listrik, yang dapat menyebabkan sengatan listrik.
4. Penangas air atau minyak bersuhu tinggi yang dapat terpercik.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan di laboatorium, hal yang harus dilakukan pada
saat bekerja di laboratorium adalah:
1. Tahap persiapan:
a. Menetahui secara pasti (tepat dan akurat) cara kerja pelaksanaan praktikum serta hal
yang harus dihindari selama praktikum, dengna membaca petunjuk praktikum.
b. Mengetahui sifat bahan yang akan digunakan sehingga dapat terhindar dari
kecelakaan kerja selama di laboratorium. Sifat bahan dapat diketahui dari Material
Data Sheet (MSDS).
c. Mengetahui peralatan yang digunakan serta fubgsi dan cara penggunaanya.
d. Mempersiapkan alat pelindung diri seperti jas praktikum lengan panajng, kacamata,
sarung tangan karet, sepatu, dan masker, dll.

2. Tahap Pelaksanaan:
a. Mengenakan pelindung diri
b. Mengambil dan memeriksa alat dan bahan yang akan digunakan
c. Menggunakan bahan kimia seperlunya, jangan berlebihan karena dapat mencemari
lingkungan
d. Menggunakan peralatan percobaan dengan benar.
e. Membuang limbah percobaan pada tempat yang sesuai, disesuaikan dengan kategori
limbahnya
f. Bekerja dengan tertib, tenang dan hati-hati, serta catat data yang diperlukan

3. Tahap Pasca Pelaksanaan


a. Cuci peralatan yang digunakan, kemudian dikeringkan dan dikembalikan ke tempat
semula
b. Matikan listrik, kran air, dan tutup bahan kimia dengan rapat (tutup jangan tertukar)
c. Bersihkan tempat atau meja praktikum

D. Selain pengetahuan mengenai penggunaan alat dan teknis pelaksanaan di


laboratorium, pengetahuan resiko bahaya dan pengetahuan sifat bahan yang digunakan
dalam petcobaan. Sifat bahan secraa rinci dan lengkap dapat dibaca pada Material
Data Sheet (MSDS) yang dapat di download di internet. Berikut ini sifat bahan
berdasarkan kode gambar yang ada pada kemasan bahan kimia:

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)
II. PEMBUATAN LARUTAN
A. Tujuan
1. Mahasiswa mampu membuat larutan dari bahan kimia padat dan cair
2. Mahasiswa mengetahui reaksi yang terjadi pada pembuatan larutan
3. Mahasiswa mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi larutan

B. Dasar Teori
Campuran zat-zat yang homogen disebut larutan yang memiliki komposisi merata atau
serba sama diseluruh bagian volumenya. Suatu larutan mengandung satu zat terlarut atau
lebih dari satu pelarut. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan
pelarut adalah komponen dalam jumlah banyak. Campuran homogen yaitu suatu campuran
yang terjadi antara dua zat atau lebih dengan partikel-partikel penyusun yang sulit atau tidak
dapat dibedakan lagi. Campuran homogen juga disebut sebagai larutan. Ukuran partikel dalam
larutan memiliki diameter sangat kecil yaitu sekitar 0,000000001 m, dan sulit atau tidak dapat
dengan mikroskop (Achmad, 1996).
Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau
pelarut yang digunakan dalam bentuk volume(berat), mol zat terlarut dalam jumlah volume
terlarut dalam pelarut. Berdasarkan hal ini, muncul satuan konsentrasi yaitu fraksi mol
perbandingan dari jumlah mol dari suatu komponen dengan jumlah total mol dalam larutan.
(Achmad, 1996).
Reaksi endoterm adalah reaksi yang membutuhkan atau menyerap kalor pada reaksi
ini, terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem. Reaksi endoterm ditandai dengan
adanya penurunan suhu sistem. Dengan demikian, kalor dipindah dari lingkungan ke dalam
sistem reaksi endoterm mempunyai entalpi bernilai positif yaitu 770. Energi yang ditetapkan
lebih kecil daripada energi yang digunakan saat reaksi. Reaksi endoterm adalah reaksi yang
menyebabkan adanya transfer kalor dari sistem ke lingkungan. Reaksi eksotermis selalu
ditandai dengan adanya kenaikan suhu sistem saat reaksi berlangsung. Perubahan entalpi
bertanda negatif yaitu kurang dari 70. Hal ini terjadi dikarenakan energi yang dilepaskan lebih
besar daripada yang digunakan untuk reaksi (Achmad, 1996).
Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dengan Pelarut satuan
konsentrasi, yaitu:
 Fraksi mol adalah perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol seluruh
komponen.
 Kemolalan adalah jumlah mol terlarut di dalam tahap 1000 g pelarut murni
 Kemolaran adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan liter larutan
 Kemolaran adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan
 Persen masa adalah perbandingan masa zat terlarut dengan massa larutan dikalikan
100%
 Persen volume adalah perbandingan volume zat terlarut dengan volume larutan dikalikan
100%. (Syukri, 1999).
Konsentrasi larutan menyatakan secara kualitatif zat terlarut dan pelarut di dalam
larutan. Konsentrasi pada umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut
dengan jumlah zat Pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


bagian per juta. Penulisan kelarutan suatu solute di dalam solvent dapat dinyatakan secara
ketiganya Sementara itu, secara kualitatif komposisi larutan dapat dinyatakan encer atau
pekat. Molekul dari komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan
tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antar partikel-partikel komponen murni terpecah dan
tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. (Sutresna, 2008).
Kesetimbangan larutan adalah pengaruh ion senama perubahan kelarutan. Ion C
nama kelarutan garam dalam larutan yang telah mengandung elektrolit lain dengan ion yang
sama dengan salah satu ion garam tersebut, akan lebih kecil dari kelarutan garam dalam air
murni tersebut. Kesetim-bangan larutan merupakan kesetimbangan dinamis yang ada dalam
senyawa kimia dalam keadaan padat berada dalam kesetimbangan dengan larutannya.
Padatan dapat larut tanpa perubahan, disertai disosiasi atau disertai reaksi kimia dengan
konstituen lain, seperti asam dan basa. Setiap jenis kesetimbangan dicirikan oleh konstanta
kesetimbangan yang bergantung pada suhu. Kesetimbangan kelarutan penting dalam skenario
farmasi, lingkungan, dan lain lain (Syukri, 1999).

C. Metode Praktikum
1. Alat
 Neraca analitik
 Labu takar 100 mL
 Pipet tetes
 Pipet volume 10 mL
 Batang pengaduk
 Gelas kimia 50 mL
 Corong kaca
 Spatula
 Kaca arloji
 Botol semprot
 Bulb

2. Bahan
 Aquadest
 Larutan H2SO4 pekat
 Padatan NaOH
 Tisu

3. Prosedur Kerja
a. Larutan dari bahan padat.(Pembuatan NaOH 1N sebanyak 100 ml)
1) Menghitung jumlah NaOH yangakan ditimbang
 Diketahui Mr NaOH = 40 gr/mol
Rumus : {N = (massa x n)/ (Mr x Vol)}
Keterangan:
N= Normalitas
n = Jumlah mol
Mr = Massa Relatif
V = Volume Larutan yang dibuat dalam satuan L

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


Massa = berat padatan yang ditimbang.
 Sehingga untuk membuat 100 ml NaOH 1N dihitung sebagai berikut;
N = (massa x n)/ (Mr x Vol)
1 = (massa x 1) / (40 x 0,1L)
1 = massa / 4
Massa = 4 gr

2) Timbang NaOH sebanyak 4 gram kemudian masukkan dalam gelas piala ( ukuran
50 ml ).
3) Larutkan dengan aquadest dan tunggu sampai dingin.
4) Setelah dingin masukkan larutan NaOH ke dalam labu takar ukuran 100 ml dan
tambahkan aquadest sampai tanda batas.
5) Segera pindahkan larutan ke dalam botol reagen tutup plastik dan beri label.
Penyimpanan larutan NaOH dalam botol reagen tutup kaca dapat menyebabkan
tutup membeku atau tidak bisa dibuka karena sifat basa dari NaOH.

b. Larutan dari bahan cair (Pembuatan H2SO4 1 N)


1) Menghitung Normalitas awan H2SO4 pekat
 Larutan H2SO4 di botol umumnya memiliki konsentrasi  95-97%, kita anggap
96%.
 Berat jenis = 1,84 g/ml
 Berat Molekul = 98,08 g/mol
 Langkah Pertama kita mencari Konsentrasi ( Normalitas ) H2SO4 pekat,
rumusnya :
N=( ( 10x%xberat jenis)xvalensi)/BM
N=( ( 10x96%x1,84)x2)/98,08
N=36 N

 Maka Perhitungan pembuatan larutan asam sulfat ( H2SO4 ) 1 N sebanyak


100 ml adalah sebagai berikut :
 Dengan menggunakan rumus pengenceran N1xV1=N2xV2
N1=36 N
N2=1 N
V1=…?
V2= 100 ml
N1.V1=N2.V2
36.V1=1.100
V1=100.1/36
V1=2,78 ml
 Jadi asam sulfat pekat yang dibutuhkan sebanyak 2,78 ml.

2) Isi labu takar ukuran 100 ml dengan aquadest kira-kira 30 ml, lalu tambahkan 2,78
ml asam sulfat pekat secara perlahan ( dialirkan melalui dinding labu secara
perlahan-lahan).
3) Gojog sebentar, kemudian tambahkan aquadest sampai volume 100 ml atau
sampai tanda batas pada labu takar.

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


4) Setelah dingin pindahkan larutan tersebut ke dalam botol reagen dan beri label.
5) Pada pengenceran asam pekat labu takar harus diisi aquadest terlebih dahulu
untuk menghindari perubahan panas yang spontan yang bisa menghasilkan
letupan.

D. Hasil

E. Pembahasan

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


F. Kesimp ulan

Manado, Mei 2022


PLP/Instruktur I PLP/Instruktur II Praktikan,

(…………………………………) (…………………………………… (……………………………..)


NIP. ) NIM.
NIP.

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


III. TITRASI ASAM – BASA (Alkalinitas
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menegetahui alat dan bahan yang digunakan untuk titrasi asam-basa
2. Mahasiswa mampu melakukan praktikum titrasi asam basa
3. Mahasiswa mampu menentukan kadar normalitas

B. Dasar Teori
1. Prinsip Dasar Titrasi Asam Basa
Pada titrasi asam basa dalam melakukan titrasi melibatkan asam maupun basa sebagai
penitran/ titer ataupun titran dan titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Untuk
menentukan kadar larutan asam dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya.
Titran ditambahkan ke dalam titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen
(artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai
dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekivalen”, yaitu titik
dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa
yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan: [H+] = [OH-].

2. Titik ekivalen
Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada reaksi nertalisasi asam basa. Titik
ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat dimana sejumlah asam tepat dinetralkan
oleh sejumlah basa. Selama titrasi berlangsung perubahan pH. pH pada titik ekivalen
ditentukan oleh sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa.Ada dua cara
umum untuk menentukan titik ekivalen pada titrasi asam basa, antara lain:

a. pH Meter
Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasidilakukan, kemudian
membuat plot antara pH dengan titran untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah
dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekivalen”.

b. Indikator Asam Basa


Indikator asam basa ditambahkan dua hingga tiga tetes pada titran sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator yang digunakan dalam titrasi asam basa adalah indikator
yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Indikator yang dapat digunakan
dapat dilihat pada Tabel

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator
disebut sebagai “titik akhir titrasi”.

3. Alkalinitas
Alkalinitas dalam air biasanya disebabkan oleh bikarbonat, karbonat, dan hidroksida.
Jumlah masing-masing penyebab alkalinitas itu ditentukan dengan titrasi menggunakan
larutan standar asam kuat sampai titik ekuivalen bikarbonat atau asam bikarbonat
berdasarkan perubahan warna indicator.
Dengan indicator phenol pthalein ditentukan alkalinitas hidroksida dan setengah dari
karbonat. Untuk menentukan alkalinitas jumlah ( hidroksida, karbonat, dan bikarbonat )
digunakan indicator yang perubahan warnanya berkisar pada pH 4-5.

4. Asiditas
Asiditas dalam air disebabkan oleh karbon dioksida (CO 2) asam mineral. Adanya
asiditas dalam air ditunjukkan oleh pH air tersebut di bawah 8,5. Air dengan pH < 4,5
hanya mengandung asam mineral (kuat).
Oleh CO2 dan asam mineral ini ditentukan dengan menggunakan larutan baku asam.
Asam mineral di titrasi sampai pH mencapai kira-kira 4,5. Karena Methyl Orange (MO) /
metil jingga biasanya digunakan sebagai indicator untuk penentuan asiditas oleh asam
mineral, maka biasa disebut sebagai asiditas MO.
Titrasi dengan menggunakan indicator PP sampai pH 8,3 untuk menentukan asam
mineral dan asam lemah (asiditas jumlah). Asiditas jumlah ini sering disebut sebagai
asiditas phenol pthalein.

C. Metode Praktikum (SNI 06-2442-1991)


1. Alat:
a. Labu Erlenmeyer 250 ml ( 4 buah) e. Gelas Ukur 100 ml
b. Buret (2 Buah) f. Corong kaca (2 Buah)
c. Pipet Ukur 10 mL g. Statif dan Klem ( 2 buah)
d. Pipet tetes

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


2. Bahan:
a. Larutan HCl 0,1 N d. Indikator PP
b. Larutan NaOH 0,1N e. Indikator MO
c. Sampel air f. Aquadest

3. Prosedur Kerja
a. Pemeriksaan Asiditas
 Ukur sampel air sebanyak 100 ml, lalu masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250
mL;
 Tambahkan 3 tetes indikator Methyl Orange (MO);
 Amati perubahan warna, jika berwarna Orange lanjutkan proses titrasi, jika
berubah warna menjadi kuning, buang sampel uji.
 Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai berwarna kuning, catat mL larutah
NaOH yang dipergunakan
 Ukur kembali sampel uji 100 mL dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
tambahkan 3 tetes indicator phenol phtalein
 Amati kembali perubahan warna pada sampel uji, jika berubah warna menjadi
pink buang sampel uji, jika tidak terjadi perubahan warna (tetap bening) lanjutkan
ke proses titrasi
 Titrasi sampel uji dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N hingga terbentuk
warna merah muda, catat larutan NaOH yang dipergunakan.

b. Pemeriksaan Alkalinitas
 Ukur sampel air sebanyak 100 ml, lalu masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250
mL;
 Tambahkan 3 tetes indikator Methyl Orange (MO);
 Amati perubahan warna, jika berwarna merah jingga buang sampel uji, jika
berubah warna menjadi kuning, lanjutkan ke proses titrasi.
 Titrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai berwarna jingga/orange, catat mL
larutah HCl yang dipergunakan
 Ukur kembali sampel uji 100 mL dan masukkan ke dalam labu Erlenmeyer,
tambahkan 3 tetes indicator phenol phtalein
 Amati kembali perubahan warna pada sampel uji, jika tidak terjadi perubahan
warna (tetap bening) buang sampel uji, jika terjadi perubahan warna menjadi
merah muda/pink maka lanjutkan ke proses titrasi
 Titrasi sampel uji dengan menggunakan larutan HCl 0,1 N hingga warna merah
muda hilang, catat larutan HCl yang dipergunakan.

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


c. Perghitungan Hasil Titrasi
 Keasaman/Asiditas;

Keterangan:
A = Total jumlah NaOH yang digunakan pada titrasi dengan menggunakan
indicator MO dan PP (A’+A’’)
A’ = Jumlah larutan NaOH yang digunakan pada titrasi dengan indicator MO
A” = Jumlah larutan NaOH yang digunakan pada titrasi dengan indicator PP
B = Normalitas larutan NaOH
C = Volume sampel uji yang dititrasi

 Alkalinitas
Hitung Alkalinitas sampel uji dengan rumus-rumus sebagai berikut;
1) Alkalinitas Total sebagai meq/L =
A x B x 1000
C
2) Alkalinitas total sebagai mg/L CaCO 3 =
A x B x 1000 x 50
C
3) Alkalinitas MO sebagai mg/L CaCO3 =
A ' x B x 1000 x 50
C
4) Alkalinitas PP sebagai mg CaCO3 =
A x B x 1000 x 50} over {C¿

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


Keterangan:
A = Total jumlah NaOH yang digunakan pada titrasi dengan menggunakan
indicator MO dan PP (A’+A’’)
A’ = Jumlah larutan NaOH yang digunakan pada titrasi dengan indicator MO
A” = Jumlah larutan NaOH yang digunakan pada titrasi dengan indicator PP
B = Normalitas larutan NaOH
C = Volume sampel uji yang dititrasi

D. Hasil

E. Pembahasan

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


F. Kesimpulan

Manado, Mei 2022


PLP/Instruktur I PLP/Instruktur II Praktikan,

(…………………………………) (…………………………………… (……………………………..)


NIP. ) NIM.
NIP.

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)


IV. PEMERIKSAAN Total Suspended Solid (TSS)

V. PEMERIKSAAN Total Disolved Solid (TDS)

PENGGUNAAN PRIBADI (MAWADDAH NURJANNAH)

Anda mungkin juga menyukai