Anda di halaman 1dari 23

1

Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Shampo merupakan salah satu surfaktan. Shampo memiliki sifat yang dapat
mengikat kotoran dan juga air. Sifat ini membuat shampo dapat menghilangkan noda.
Kemampuan shampo dikarnakan shampo memiliki sifat hidrofobik dan hidrofilik yaitu
sifat yang suka minyak atau kotoran (non polar) dan air (polar). Shampo memiliki daya
hilang kotoran lebih rendah daripada sabun.
Shampo merupakan surfaktan dengan ph 6- 8. Shampo memiliki jumlah atom C 14
dan C16. Shampo dibuat dengan mencampurkan surfaktan LABS dengan NaOH dan
ditambahkan dengan sedikit SLS untuk menambah busa nya. Penambahan sedikit bahan
aditif seperti pewarna dan parfum agar shampo dapat lebih menarik.
Shampo merupakan kebutuhan setiap orang pada zaman ini. Semakin
meningkatnya penduduk dunia dan juga kendaraan. Pemakaian shampo motor dan mobil
juga meningkat. Shampo motor dapat dibuat dari bahan alam dan juga dapat disintesis.
Percobaan ini dilakukan dikarnakan pembuatan shampo dengan sintesis dirasa
penting menimbang meningkatnya pemakaian shampo tiap harinya. Pembuatan shampo
dipelajari agar dapat membuat shampo dan dapat mengembangkan shampo seefektif
mungkin dan untuk mempelajari sifat-sifat serta karakteristik shampo.
1.2 Tujuan Percobaan
1. Mempelajari cara pembuatan shampo motor dan shampo mobil.
2. Menentukan karakteristik shampo motor dan shampo mobil.

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


1111
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Shampo Motor atau Mobil


Shampoo motor atau mobil adalah suatu detergent yang mengandung konstituen
bahan aktif pada permukaannya dan konstituen bahan tambahan. Konstituen bahan aktif
berupa surfaktan yang merupakan singkatan dari Surface Active Agent, yaitu bahan yang
menurunkan tegangan permukaan suatu cairan dan di antarmuka fasa (baik cair-gas
maupun cair-cair) untuk mempermudah penyebaran dan pemerataan. Contoh sufraktan
pada pembuatan shampoo ini yaitu LABS (Linier Alkyl Benzene Sulfonat) atau kadang
disebut juga Linier Alkyl Benzene (LAS) dan surfaktan penunjang yaitu SLS (Sodium
Lauryl Sulfonat). Surfaktan (Surface Active Agents), sedangkan konstituen bahan
tambahan berupa bahan-bahan pendukung yang dapat dicampur ketika proses pembuatan
shampoo untuk mendukung kualitas dari produk shampoo yang dihasilkan (Firdaus,
1992).

Semula shampo dibuat dari berbagai jenis bahan yang diperoleh dari sumber
alam, seperti sari biji rerak, sari daging kelapa, dan sari abu merang (sekam padi).
Shampoo yang menggunakan bahan alam sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan
shampo yang dibuat dari detergen, yakni “zat sabun” sintetik, sehingga saat ini jika orang
berbicara mengenai shampo yang dimaksud adalah shampo yang dibuat dari detergen.
Dan untuk shampo yang dibuat dari bahan lain, biasanya diberikan penjelasan seperlunya,
misalnya shampo merang (Firdaus, 1992).

Menurut Firdaus, (1992) agar shampo berfungsi sebagaimana disebutkan di atas,


shampo harus memiliki sifat berikut:
1.      Shampoo harus membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat,
lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas dengan air.
2.      Shampoo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan,
karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.
3. Shampoo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat
mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada di dalam
komposisi shampoo. Kotoran rambut  yang dimaksud tentunya sangat kompleks
yaitu sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh
lingkungan dan sisa sediaan kosmetika.
4. Tidak mengiritasi kulit kepala dan mata.
5. Shampo harus tetap stabil. Shampoo yang dibuat transparan tidak boleh menjadi
keruh dalam penyimpanan. Viskositas dan pH-nya juga harus tetap konstan,

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


2
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

shampoo harus tidak terpengaruh oleh wadahnya atau pun jasad renik dan dapat
mempertahankan bau parfum yang ditambahkan kedalamnya.
Detergen yang digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan shampoo
memiliki sifat fisika kimia tersendiri yang umumnya tidak sepenuhnya searah dengan ciri
sifat yang dikehendaki untuk shampoo. Umumnya, detergen dapat melarutkan lemak dan
daya pembersih kuat, sehingga jika digunakan untuk keramas rambut, lemak rambut
dapat hilang, rambut menjadi kering, kusam, dan mudah menjadi kusut, menyebabkan
sukar diatur (Firdaus, 1992).
Menurut Firdaus, (1992) sifat detergen yang terutama dikehendaki untuk
shampoo adalah kemampuan membangkitkan busa. Jenis detergen yang paling lazim
diedarkan tergolong alkil sulfat, terutama laurilsulfat, juga alkohol monohidrat dengan
rantai C 10 – 18.Di samping itu detergen yang digunakan untuk pembuatan shampoo,
harus memiliki sifat berikut :

1. Harus bebas reaksi iritasi dan toksik, terutama pada kulit dan mata atau mukosa
tertentu.
2. Tidak boleh memberikan bau tidak enak, atau bau yang tidak mungkin ditutupi
dengan baik.
3. Warnanya tidak boleh menyolok.
2.2 Surfaktan
2.2.1 Pengertian Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilik
dan gugus lipofilik sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari air dan
minyak. Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktivitas surfaktan diperoleh karena
sifat ganda dari molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air
(hidrofilik) dan bagian nonpolar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar
molekul surfaktan dapat bermuatan positif, negatif atau netral. Sifat rangkap ini yang
menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antarmuka udara-air, minyak-air dan zat
padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada pada fase air dan
rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun terendam dalam fase
minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai alkil yang
panjang, Sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil
(Salanger, 2002).
Beberapa kegunaan surfaktan antara lain yaitu : deterjen, pelembut kain,
pengemulsi, cat, adesif, tinta, anti–fogging, remidiasi tanah,  pendispersi, pembasah, ski

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


3
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

wax dan snowboard wax, daur ulang kertas, pengapungan, pencuci, zat busa, penghilang
busa, laxatives, formula agrokimia, herbisida dan insektisida, coating, sanitasi, shampo
pelembut rambut, spermicide, pemipaan pemadam kebakaran, pendeteksi kebocoran, dan
lain-lain (Salanger, 2002).
2.2.2 Klasifikasi Surfaktan
Sifat dari pada zat aktif permukaan bergantung pada macamnya gugus hidrofil,
yang dapat dibagi sebagai berikut :
a. Surfaktan anionik
Surfaktan anionik merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada permukaannya
mengandung muatan negatif. Kelemahan surfaktan anionik adalah sensitif terhadap
adanya mineral dan perubahan PH. Contoh dari jenis surfaktan anionik adalah Linier
Alkyl Benzene Sulfonat (LAS), Alkohol Sulfat (AS), Alkohol Eter Sulfat (AES),Alpha
Olefin Sulfonat (Bailey, 1996).
b.   Surfaktan kationik
Surfaktan ini merupakan surfaktan dengan bagian aktif pada permukaannya
mengandung muatan positif. Surfaktan ini terionisasi dalam air serta bagian aktif pada
permukaannya adalah bagian kationnya. Surfaktan kationik banyak digunakan sebagai
bahan antikorosi, antistatik, flotation collector, pelunak kain, kondisioner. Contoh jenis
surfaktan ini adalah ammonium kuarterner. Kelemahan surfaktan jenis ini adalah tidak
memiliki kemampuan deterjensi bila diformulasikan kedalam larutan alkali (Malik,
1975).
c. Surfaktan nonionik
Surfaktan yang tidak terionisasi di dalam air adalah surfaktan nonionik yaitu
surfaktan dengan bagian aktif permukaanya tidak mengandung muatan apapun,
contohnya : alkohol etoksilat, polioksietilen (R-OCH 2CH) (Marrakchi S & Maibach HI,
2006).
d. Surfaktan ampoterik
Surfaktan ini dapat bersifat sebagai nonionik, kationik, dan anionik di dalam
larutan, jadi surfaktan ini mengandung muatan negatif maupun muatan positif pada
bagian aktif pada permukaannya. Contohnya: Sulfobetain (RN+(CH3)2CH2CH2SO3-
(Malik, 1975).

2.2.3 Macam-macam surfaktan


a. Linear Alkyl Benzene Sulfonate (LABS)

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


4
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

Alkylbenzene merupakan bahan baku dasar untuk membuat Linear Alkyl benzene
sulfonate. Linear alkylbenzene sulfonate disebut juga dengan nama Acid Slurry. Acid
slurry merupakan bahan baku kunci dalam pembuatan serbuk deterjen sintetik dan
deterjen cair. Alkylbenzene disulponasi menggunakan asam sulfat, oleum atau SO3(g).
Linear Alkylbenzene sulfonate diperoleh dengan variasi proses yang berbeda pada bahan
yang aktif, bebas asam, warna maupun viskositas. Bahan baku utama untuk membuat
Acid Slurry adalah Dodecyl Benzene, Linear Alkyl Benzene. Nama Kimia Acid Slurry
D.D.B.S. adalah Dodecyl Benzene Sulphonate dan L.A.B.S dan Linear Alkyl Benzene
Sulphonate (Marrakchi S & Maibach HI, 2006).

Gambar 2.1 LABS


Alkylbenzene Sulfonates (ABS) merupakan bahan baku
kunci pada industri deterjen selama lebih dari 40 tahun dan berjumlah kira-kira 50 persen
volum total surfaktan anionik sintetik. Linear alkylbenzene Sulfonates (LAS) digunakan
secara luas menggantikan Branch alkylbenzene sulfonates (BAB) dalam jumlah besar
yang ada didunia karena LAS merupakan bahan deterjen yang lebih biodegradabilitas
dibandingkan BAB. Produk umumnya dipasarkan berupa asam bebas (free acid) atau
yang dinetralkan dengan basa kuat seperti sodium hidroksida yang ditambahkan kedalam
slurry, yang umumnya dalam bentuk pasta. Sebagian besar pasta di produksi pada
sprayed-dried menghasilkan serbuk deterjen. Pasta bisa juga di proses dengan drum-dried
menjadi serbuk atau flake atau spray dried menjadi butir-butir halus yang memiliki
densitas rendah. Bentuk kering LAS digunakan terutama pada industri dan produk
kebersihan (Marrakchi S & Maibach HI, 2006).

Agar berguna sebagai surfaktan, pertama Alkylbenzene harus disulfonasi. Untuk


proses sulfonasi biasanya digunakan Oleum dan SO3. Sulfonasi dengan oleum
memerlukan biaya peralatan yang relatif tidak mahal dan bisa dijalankan dengan proses
batch atau continuous. Bagaimanapun ia juaga memiliki kerugian dalam terminologi
dibandingkan harga SO3, sulfonasi dengan oleum memerlukan aliran pembuangan sisa
asam dan ia juga memberikan masalah corossi potensial yang disebabkan oleh asam
sulfat. Proses oleum biasanya menghasilkan 90% ABS, 6 sampai 10% asam sulfat, dan
0,5 sampai 1% minyak yang tidak mengalami proses sulfonasi (Kent and Riegels, 2007).

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


5
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

b. Sodium Lauril Sulfat (SLS)


Sodium lauril sulfat (SLS), atau sodium deodecil sulfat (C12H25SO4Na) adalah
surfaktan anionoik yang digunakan dalam membersihkan lemak, dan pada produk-produk
untuk kebersihan. Molekul ini memiliki 12 atom karbon, yang melekat pada gugus sulfat,
dan memberikan sifat amphiphilic yang dibutuhkan deterjen. SLS adalah surfaktan yang
sangat efektif dan digunakan untuk menghilangkan noda berminyak dan residu. Sebagai
contoh, SLS ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi pada produk industry, termasuk
degreasers mesin, pembersih lantai, sampo mobil. Penggunaan SLS dengan konsentrasi
yang lebih rendah yaitu pada pembuatan pasta gigi, shampoo rambut, dan busa cukur.
Sodium lauril sulfat merupakan komponen penting dalamformulasi untuk efek penebalan
busa dan kemampuannya untuk menciptakan busa (Kent and Riegels, 2007).

Gambar 2.2 SLS

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


6
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

Gambar 2.3 Struktur SLS

Penelitian menunjukkan bahwa SLS tidak karsinogenik jika terkontaminasi


langsung pada kulit ataupun dikonsumsi. Natrium lauril sulfat mengurangi rasa manis
pada gigi, efek biasa terlihat setelah penggunaan pasta gigi yang mengandung bahan ini.
Penelitian menunjukkan bahwa SLS dapat merupakan mikrobisida topikal yang
berpotensi efektif, yang juga dapat menghambat dan mencegah infeksi oleh virus seperti
virus Herpes simpleks. Selain itu SLS dapat meningkatkan kecepatan pembentukan hidrat
metana sebesar 700 kali kecepatan awal. Dalam pengobatan, natrium lauril sulfat
digunakan sebagai pencahar dubur di enema, dan sebagai eksipien pada aspirin terlarut
dan kaplet terapi serat lainnya (Kent and Riegels, 2007).

Natrium lauril sulfat, dalam sains disebut sebagai sodium dodecyl sulfat (SDS)
atau Duponol, umumnya digunakan dalam menyusun protein untuk elektroforesis dalam
teknik SDS-PAGE. Senyawa ini bekerja dengan mengganggu ikatan non-kovalen dalam
protein, sehingga protein mengalami denaturing, dan menyebabkan molekul kehilangan
bentuk asli mereka (konformasi). SLS disintesis dengan mereaksikan lauril alkohol
dengan asam sulfat untuk menghasilkan hidrogen lauril sulfat yang kemudian dinetralisir
melalui penambahan natrium karbonat. Karena metode ini sintesis, SLS komersial yang
tersedia sebenarnya tidak sulfat dodesil murni tetapi campuran alkil sulfat dengan sulfat
dodesil sebagai komponen utama. SLS dapat memperburuk masalah kulit pada individu
dengan hipersensitivitas kulit kronis (Marrakchi S & Maibach HI, 2006).

c. Alkil Benzena Sulfonat (ABS)


Proses pembuatan ABS ini adalah dengan mereaksikan Alkil benzena dengan
Belerang trioksida, asam Sulfat pekat atau Oleum. Reaksi ini menghasilkan Alkil
Benzena Sulfonat. Reaksi selanjutnya adalah netralisasi dengan NaOH sehingga
dihasilkan Natrium Dodekil Benzena Sulfonat. Linear Alkyl Benzene (kadang-kadang
disebut alkil benzena linear atau hanya LAB) adalah perantara dalam produksi deterjen.
Dorongan ke arah yang lebih ramah lingkungan akhir-akhir ini menggunakan bahan
kimia ramah sejak 1960-an mengakibatkan LAB muncul sebagai cikal bakal dominan
biodegradable deterjen (Rosen, 1978).
d. Glikolipid
Biosurfaktan yang paling dikenal adalah glikolipid. Glikolipid merupakan
karbohidrat yang dikombinasikan dengan rantai panjang asam aliphatic atau asam
hydroxyaliphatic. Contoh bakteri penghasil biosurfaktan glikolipid adalah Pseudomonas

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


7
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

sp., Rhodococcus erythropolis, Torulopsis sp. dan lain-lain. Ada 3 glikolipid yang paling
dikenal, yaitu rhamnolipid, trehalolipid dan sophorolipid (Rosen, 1978).
e. Metil Ester Sulfonat
Metil ester sulfonat merupakan surfaktan anionik yaitu surfaktan yang
bermuatan negatif pada gugus hidrofiliknya atau bagian aktif permukaan (surface active).
Menurut Watkins (2001), jenis minyak yang dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan metil ester sulfonat (MES) adalah kelompok minyak nabati seperti minyak
kelapa, minyak sawit, minyak inti sawit, stearin sawit, minyak kedelai atau tallow. Metil
ester sulfonat dari minyak nabati yang mengandung atom karbon C 10, C12, dan C14 biasa
digunakan untuk light duty diswashing detergent, sedangkan MES dari minyak nabati
dengan atom karbon C16-C18 dan tallow biasa digunakan untuk detergen bubuk dan
detergen cair (Rosen, 1978).
Metil ester sulfonat (MES) telah mulai dimanfaatkan sebagai bahan aktif pada
produk-produk pembersih (washing and cleaning products). Pemanfaatan surfaktan jenis
ini pada beberapa produk adalah karena metil ester sulfonat memperlihatkan karakteristik
dispersi yang baik, sifat detergensi yang baik terutama pada air dengan tingkat kesadahan
yang tinggi (hard water) dan tidak adanya fosfat, ester asam lemak C 14, C16, dan C18
memberikan tingkat detergensi terbaik serta bersifat mudah didegradasi (good
biodegradability). Jika dibandingkan petroleum sulfonat, surfaktan MES menunjukkan
beberapa kelebihan diantaranya yaitu pada konsentrasi MES yang lebih rendah daya
detergensinya sama dengan petroleum sulfonat, dapat mempertahankan aktivitas enzim
yang lebih baik, toleransi yang lebih baik terhadap keberadaan kalsium, dan kandungan
garam (disalt) lebih rendah (Rosen, 1978)..

Pada dasarnya metil ester sulfonat (MES) digunakan sebagai surfaktan anionik
pengganti LAS dan FAES (Fatty alcohol ether sulfate). Metil ester sulfonat (MES)
diklaim memiliki beberapa manfaat diantaranya sifat deterjensinya baik pada konsentrasi
rendah, beban terhadap lingkungan lebih rendah, merupakan pasokan yang baik untuk
bahan yang berkualitas tinggi (Rosen, 1978)..

Bentuk dari produk metil ester sulfonat (MES) menurut Rosen, (1978)
sangatlah penting, karena adanya kesulitan khusus dalam memformulasi metil ester
sulfonat (MES) ke dalam sistem alkalin yang mengandung air. Metil ester sulfonat
(MES) memperlihatkan stabilitas hidrolitik yang kurang baik pada pH yang tinggi
dibandingkan dengan surfaktan anionik yang umum seperti linear alkilbenzen (LAB)
sodium sulfonat. Sebagai contoh, ketika formulasi heavy duty laundry tertentu

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


8
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

mengandung metil ester sulfonat (MES) di spray dried, maka fraksi metil ester sulfonat
(MES) yang besar akan didegradasi ke bentuk di-salt selama proses pengeringan,
sehingga hasil produknya memiliki stabilitas umur simpan yang buruk.

Untuk memproduksi produk-produk yang formulanya mengandung metil ester


sulfonat (MES) dibutuhkan teknologi yang cukup dan diusahakan metil ester sulfonat
(MES) ada dalam bentuk fisik yang sesuai. Sebagai contoh, ketika menggunakan metil
ester sulfonat (MES) dalam laundry detergent granules, teknologi yang menarik adalah
aglomerasi, yang secara substansial berada dalam kondisi kering (kelembaban kurang
dari 2%), untuk selanjutnya metil ester sulfonat (MES) bubuk dicampur dengan builder
yang diinginkan dan ingridient lain dalam formulasi (Rosen, 1978).

Daya detergensi linear alkilbenzen sulfonat (LAS), alkohol sulfat (AS) dan MES
selain dipengaruhi oleh panjang rantai karbon juga dipengaruhi oleh kesadahan air yang
digunakan. Semakin panjang rantai karbon asam lemak, maka daya detergensinya
semakin meningkat. Metil ester sulfonat (MES) palmitat (C 16) mempunyai daya
detergensi paling tinggi dibandingkan dengan LAS dan AS yaitu sekitar 76%, sedangkan
LAS dan AS masing-masing hanya sebesar 70% dan 60%. Semakin tinggi kesadahan air
yang digunakan, maka daya detergensi LAS, AS, dan MES semakin rendah. Pada tingkat
kesadahan 360 ppm CaCO3 daya detergensi dari MES lebih tinggi (56%) dibandingkan
dengan LAS (20%) dan AS (38%) (Rosen, 1978).

Metil ester sulfonat (C16) bersifat lebih mudah terbiodegradasi dibandingkan


dengan LAS dan AS. Pada hari ke-5, MES (C 16) terbiodegradasi sempurna dan tidak
meninggalkan residu karbon organic, sedangkan AS terbiodegradasi secara sempurna
setelah hari ke-5, sedangkan LAS walaupun senyawa tersebut mengandung rantai karbon
pendek tetapi relatif lebih sulit terbiodegradasi secara sempurna. Hal ini disebabkan
karena LAS mengandung senyawa karbon aromatic (rantai karbon berbentuk cincin).
Biodegradasi maksimum dari LAS terjadi setelah hari ke-10 dengan menghasilkan residu
C organik sebesar 34% (Rosen, 1978).

f. N-metil glukamida
N-metil glukamida diperoleh dari reaksi antara asam lemak, metil ester asam
lemak atau trigliserida dengan N-metil glukamina. N-metil glukamida banyak digunakan
sebagai produk farmasi dan biokimia lainnya. N-metil-glukamida termasuk pada
kelompok alkyl-glukamida surfaktan dimana kelompok surfaktan ini diproduksi dalam
jumlah besar sebagai bahan pembersih, contohnya adalah N dodekanoil-N-
metilglukamida (Bailey, 1996).

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


9
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

Penelitian ini menggunakan asam laurat sebagai sumber asam lemak. Kedua
substrat yaitu asam laurat dan n-metil glukamina mempunyai polaritas dan kelarutan
yang berbeda, asam laurat larut dalam pelarut hidrofilik sedangkan N-metil glukaminase
dikit larut. Sebagai pelarut pada reaksi amidasi ini dipilih isopropanol, tert butanol,tert-
amil alkohol dan n-heksana karena alkohol ini dapat melarutkan N-metil glukamina,
merupakan pelarut yang non toksik serta bukan merupakan substrat lipase.Katalis lipase
yang immobil dari Candida antarctica dan Rhizomucor meihei dapat digunakan karena
enzim immobilisasi ini mudah diperoleh, stabil dalam pelarut sertamudah direcovery
(Bailey, 1996).

Sintesis N-metil glukamida menggunakan bahan baku N-metil glukamina


darigolongan gula amina. Senyawa-senyawa gula amina memegang peran penting dalam
pembentukan dan perbaikan tulang rawan. Mekanisme kerja senyawa-senyawa gulaamina
adalah dengan menghambat sintetis glikosaminoglikan dan mencegah destruksi tulang
rawan. Gula amina dapat merangsang sel-sel tulang rawan untuk pembentukan
proteoglikan dan kolagen yang merupakan protein esensial untuk memperbaiki
fungsipersendian. Gula amina dapat diperoleh dari reaksi glukosa, laktosa atau gula
lainnya dengan amonia atau alkil amina. N-metil glukamina merupakan salah satu
senyawa gulaamina yang penting. N-metil glukamina diperoleh dari reaksi glukosa
dengan monometilamina. Sifat-sifat N-metil glukamina adalah sebagai berikut :
a. RumusMolekul : C7H17NO5
b. Rumus Kimia : CH3NHCH2(CHOH)4CH2OH
c. Berat Molekul : 195,22 gr/mol
d. Densitas : 1,090 gr/cm3
e. Titik Lebur : 128 - 131oC (1 atm)
f. Titik Didih : 210oC (1 atm)
2.2.4 Cara Surfaktan Menghilangkan Noda
Kebanyakan kotoran pada pakaian melekat sebagai lapisan tipis minyak. Jika
lapisan minyak ini dapat disingkirkan, berarti partikel kotoran itu dapat dicuci. Molekul
sabun terdiri dari rantai hidrokarbon yang panjang. Rantai karbon bersifat lipofilik (tidak
suka air) dan hidrofilik (suka air). Bila sabun dikocok dengan air akan membentuk
dispersi koloid, bukannya larutan sejati. Larutan sabun mengandung agregat molekul
sabun yang disebut dengan misel. Rantai karbon nonpolar atau lipofilik atau tidak suka
air mengarah kebagian pusat misel dan pada bagian yang polar mengarah pada
permukaan misel (Salanger, 2002).

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


10
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

Dalam kerjanya untuk menyingkirkan kotoran, molekul sabun mengelilingi dan


mengemulsi butiran minyak atau lemak. Ekor lipofilik dari molekul sabun melarutkan
minyak. Ujung hidrofilik dan butiran minyak menjulur ke arah air. Dengan cara ini
butiran minyak terstabilkan dalam larutan air sebab muatan permukaan yang negatif dari
butiran minyak mencegah penggabungan (koalesensi). Sifat menonjol lain dari sabun
ialah tegangan permukaan yang sangat rendah yang menjadikan larutan sabun lebih
memiliki daya pembasahan dibandingkan air saja. Akibatnya sabun termasuk golongan
zat yang disebut surfaktan. Gabungan dari daya pengemulsi dan kerja permukaan dari
larutan sabun memungkinkan untuk melepas kotoran dari permukaan yang sedang
dibersihkan dan mengemulsikannya sehingga kotoran itu tercuci bersama air (Bailey,
1996).
Pada aplikasinya sebagai bahan pembersih untuk material kain, tanah dan
sejenisnya, surfaktan dapat bekerja melalui tiga cara yang berbeda, yakni roll up,
emulsifikasi dan solubilisasi (Firdaus, 1992).
a. Roll up
Pada mekanisme ini, surfaktan bekerja dengan menurunkan tegangan antarmuka
antara minyak dengan kain atau material lain yang terjadi dalam larutan berair
(Firdaus, 1992).
b.    Emulsifikasi
Pada mekanisme ini surfaktan menurunkan tegangan antarmuka minyak-larutan dan
menyebabkan proses emulsifikasi terjadi (Bailey, 1996).
c.    Solubilisasi
Melalui interaksi dengan misel dari surfaktan dalam air (pelarut), senyawa secara
simultan terlarut dan membentuk larutan yang stabil dan jernih (Firdaus, 1992).
2.3   Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan permukaan zat cair untuk
meregang permukaannya. Nampak seolah dilapisi oleh suatu lapisan. Yang menjadi
penyebab utama adanya tegangan permukaan adalah gaya kohesi (gaya tarik menarik
molekul sejenis) dari fluida atau zat cair. Setiap molekul zat cair saling menarik molekul
disekitar mereka. Gaya tarik-menarik ini memicu adanya ikatan yang cukup kuat
antarmolekul (Firdaus, 1992).
Ada beberapa metode dalam melakukan tegangan permukaan:
1. Metode kenaikan kapiler
Tegangan permukaan diukur dengan melihat ketinggian air/cairan yang naik melalui
suatu kapiler. Metode kenaikan kapiler hanya dapat digunakan untuk mengukur tegangan

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


11
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

permukaan tidak bisa untuk mengukur tegangan permukaan tidak bisa untuk mengukur
tegangan antarmuka (Kent dan Riegels, 2007).
2. Metode tersiometer Du-Nouy
Metode cincin Du-Nouy bisa digunakan untuk mengukur tegangan permukaan
ataupun tegangan antarmuka. Prinsip dari alat ini adalah gaya yang diperlukan untuk
melepaskan suatu cincin platina iridium yang diperlukan sebanding dengan tegangan
permukaan atau tegangan antarmuka dari cairan tersebut (Salanger, 2002).
Pada dasarnya tegangan permukaan suatu zat cair dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya suhu dan zat terlarut. Dimana keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan
mempengaruhi besarnya tegangan permukaan terutama molekul zat yang berada pada
permukaan cairan berbentuk lapisan monomolekular yang disebut dngan molekul
surfaktan (Salanger, 2002).
Faktor-faktor yang menpengaruhi tegangan permukaan:
1. Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu, karena meningkatnya
energi kinetik molekul (Fessenden,1995).
2. Zat terlarut
Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi tegangan
permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan viskositas larutan, sehingga
tegangan permukaan akan bertambah besar. Tetapi apabila zat yang berada
dipermukaan cairan membentuk lapisan monomolekular, maka akan menurunkan
tegangan permukaan, zat tersebut biasa disebut dengan surfaktan (Fessenden,1995).
3. Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan permukaan, karena
cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan atau antarmuka. Surfaktan
mempunyai orientasi yang jelas sehingga cenderung pada rantai lurus. Shampo
merupakan salah satu contoh dari surfaktan (Fessenden, 1995).

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


12
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

11

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan
1. Aquadest
2. LABS
3. NaOH
4. Parfum
5. Pewarna makan
6. Shampo motor kit
7. SLS
3.2 Alat-alat
1. Botol aqua
2. Gelas ukur 100 ml
3. Labu ukur 100 ml
4. Pengaduk plastik
5. Piknometer 10 ml
6. Spatula
7. Timbangan analitik
8. Viskometer Ostwald
9. Wadah plastik
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pembuatan Larutan NaOH

1. NaOH ditimbang sebanyak yang telah ditentukan


2. Aquadest diukur sebanyak yang telan ditentukan dengan gelas ukur
3. NaOH dan aquadest dicampurkan ke dalam labu ukur
3.3.2 Pembuatan Larutan LABSNa
1. LABS diambil dan dimasukkan ke dalam gelas ukur, kemudian LABS diukur
sebanyak yang telah ditentukan
2. Larutan NaOH yang telah dibuat diambil dan diukur sebanyak yang telah
ditentukan dengan gelas ukur

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


13
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

3. LABS dan NaOH dicampurkan ke dalam wadah plastik


4. Lalu diaduk hingga homogen

3.3.3 Pembuatan SLS


1. SLS ditimbang sebanyak 10 g dengan timbangan analitik
2. Aquadest diukur sebanyak 50 ml dengan gelas ukur
3. SLS dan aquadest dicampurkan di dalam wadah plastik, lalu diaduk hinga
homogen
4. Parfum dan pewarna yang diinginkan ditambahkan
3.3.4 Pembuatan Shampo
1. Larutan LABSNa diambil sebanyak yang telah ditentukan
2. Larutan LABSNa yang telah diambil dan larutan SLS yang telah dibuat
dicampurkan pada wadah plastik
3. Larutan tersebut diaduk hingga homogen
4. Setelah larutan homogen, shampo telah siap dan dapat dimasukkan ke dalam
botol sampel
3.3.5 Uji Karakteristik Shampo
a. Viskositas
1. Viskometer Ostwald disiapkan
2. Kemudian shampo yang akan diuji dimasukkan ke dalam viskometer Ostwald
hingga batas
3. Waktu yang dibutuhkan shampo untuk turun ke bawah dihitung dan dicatat
hasilnya
b. Densitas
1. Piknometer 10 ml disiapkan
2. Piknometer yang masih kosong ditimbang dengan timbangan analitik, lalu
dicatat berat awalnya
3. Kemudian shampo yang akan diuji dimasukkan ke dalam piknometer hingga
batas
4. Piknometer yang telah diisi shampo tersebu ditimbang lagi dan dicatat berat
akhirnya
c. Stabilitas Busa
1. Shampo yang akan uji dimasukkan ke dalam botol aqua hingga batas yang
telah ditentukan

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


14
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

2. Kemudian air ditambahkan ke dalam botol aqua tersebut


3. Botol di kocok hingga menghasilkan busa
4. Hidupkan stopwatch dan hitung waktu yang dibutuhkan busa untuk turun
sampai batas yang telah ditentukan
3.3.6 Tes Aplikasi Shampo
1. Air dimasukkan ke dalam gelam ukur sebanyak 25 ml
2. Kemudian minyak ditambahkan sebanyak 25 ml ke dalam gelas ukur yang
sama
3. Shampo yang akan diuji ditetesi sebanyak satu tetes ke dalam campuran air
dan minyak, sebelumnya siapkan stopwatch. Hitung waktu shampo saat
ditetesi untuk turun dari atas hingga ke dasar gelas ukur

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


15
14
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


1. Shampo I
Volume LABS : 60 ml
Volume NaoH : 90 ml
SLS : 30 gr
Densitas : 1.049 gr/ml
Viskositas : 0.026 gr/ml.s
2. Shampo II
Volume LABS : 80 ml
Volume NaoH : 120 ml
Densitas : 1.026 gr/ml
Viskositas : 0.013 gr/ml.s
3. KIT
Densitas : 1.041 gr/ml
Viskositas : 0.188 gr/ml.s
4. Tes aplikasi
Shampo I : 10 s
Shampo II : 15 s
KIT :8s
4.2 Pembahasan
Pada percobaan, shampo dibuat dengan dua variabel. Variabel pertama shampo
dibuat dengan cara melarutkan 10 gr NaOH dalam labu ukur hingga 250 ml. Untuk
membuat LABSNa perbandingan volume NaOH dan LABS adalah 40:60 dengan basis
150 ml. Kemudian larutan LABSNa dan SLS yang telah dilarutkan dalm akuades
dicampurkan dalam wadah, serta ditambah dengan zat penunjang seperti pewarna dan
parfum. Pada variabel kedua yang membedakn dengan variabel pertama adalah tidak
digunakannya SLS dan basis atau jumlah volume NaOH dan LABS. Pada reaksi
pembuatan larutan NaOH reaksi yang terjadi adalah reaksi eksoterm. Penggunaan SLS
pada pembuatan shampo sebagai surfaktan pendukung dan penambah busa. SLS dapat
larut dengan air dan ketika diaduk akan menghasilkan sedikit busa.

Pada uji densitas sampel pertama memiliki densitas 1,049g/ml, sampel kedua
1,026g/ml dan shampo kit sebagai pembanding 1,041g/ml. Dari uji densitas sampel
pertama memiliki densitas yang lebih besar dan sampel keduamemiliki densitas yang
lebih kecil. Pada uji viskositas sampel pertama memiliki viskositas 0,026g/ml.s, sampel
kedua memiliki viskositas 0,013g/ml.s dan viskositas shampo kit 0,188g/ml. Dari uji
viskositas shampo kit memiliki nilai kekentalan yang lebih besar, dan sampel kedua
memiliki nilai kekentalan yang lebih kecil.

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


16
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

Pada tes aplikasi 10 ml air dan 20 ml minyak dicampurkan pada gelas ukur
kemudian ditambahkan 3 tetes shampo sampel pertama, sampel kedua, dan kit. Waktu
yang dibutuhkan sampel pertama untuk mengikat minyak hingga ke dasar 10 detik,
sampel kedua 15 detik dan shampo kit 8 detik. Dari tes aplikasi shampo kit memiliki
waktu yang lebih cepat untuk mengikat minyak hingga kedasar gelas ukur, hal ini
menandakan shampo kit memiliki kemampuan mengikat minyak yang lebih baik.
Sedangkan shampo sampel kedua memiliki kemampuan mengikat

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


17
17
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Kesimpulan
1. Dari hasil praktikum sampel pertama memiliki densitas 1,049g/ml, sampel kedua
1,026g/ml dan shampo kit sebagai pembanding 1,041g/ml.
2. Pada uji viskositas sampel pertama memiliki viskositas 0,026g/ml.s, sampel
kedua memiliki viskositas 0,013g/ml.s dan viskositas shampo kit 0,188g/ml.
3. Waktu yang dibutuhkan sampel pertama untuk mengikat minyak hingga ke dasar
10 detik, sampel kedua 15 detik dan shampo kit 8 detik.

5.2. Saran
Ketika membuat larutan LABSNa, pengadukan harus dilakukan secara perlahan, serta
ketika pembuatan larutan SLS pengadukannya juga harus perlahan dan jangan sampai
timbul busa

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


18
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

Daftar Pustaka

Bailey, A. E.1996. “Industrial Oil and Fat Products”. Interscholastic Publishing, Inc.
New York.

Fessenden, J. R. and Fessenden, S. J., 1995, Kimia Organik, a.b. Aloysius Handayana
Pudjaatmaka, Ph.D, Jilid 2, edisi 3, Jakarta: Erlangga

Firdaus, N., 1992, Studi Pendahuluan Detergensi dan Beberapa Faktor yang
Mempengaruhi, Skripsi Jurusan Kimia FMIPA UNDIP.

Kent and Riegels. 2007. Paper Recycling. Vol. 14. No. 1. November 2007, USA.

Malik, R. K., 1975, Acid, Slurry and Detergent Powder Industry, Small Industry
Research Institute, Roop Nagar Delhi

Marrakchi S. Maibach HI . 2006. Sodium Lauryl Sulfate-Induced Irritation in the Human


Face: regional and age-related differences.

Rosen, J. M., 1978, Surfactant and Interfacial Phenomena, John Willey and sons, New
York.

Salanger, J. L., 2002, Surfactant Types and Uses, Laboratory of Formulating Interface
Rheologi and Process, Universidad De.

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


19
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1. Shampo I

Diketahui :

LABS : NaoH = 40 : 60

Volume Total = 150 ml

Volume Aquades = 150 ml

Massa SLS = 30 gr

Ditanya :

a. Volume LABS dan NaoH yang digunakan

b. Densitas Shampo

c. Viskositas

Jawab :

40
a. Volume LABS = ×150 ml
100

= 60 ml

60
Volume Naoh = ×150 ml
100

= 90 ml

m
b. Densitas =
V

10.49
=
10

gr
= 1.049
ml
ρ
c. Viskositas =
t

gr
1.049
= ml
40 s

gr
= 0.026
ml . s

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


20
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

2. Shampo II

Diketahui :

LABS : NaoH = 40 : 60

Volume Total = 200 ml

Ditanya :

a. Volume LABS dan NaoH yang digunakan

b. Densitas Shampo

c. Viskositas

Jawab :

40
a. Volume LABS = ×200 ml
100

= 80 ml

60
Volume NaoH = ×200 ml
100

= 120 ml

m
b. Densitas =
V

10.26
=
10

gr
= 1.026
ml

ρ
c. Viskositas =
t

gr
1.026
= ml
77 s

gr
= 0.013
ml . s

3. Densitas pada kit

berat pikometer berisi−berat pikometer kosong


ρ=
Volume Sampel

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


21
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

25.45 gr −15.04 gr
=
10

gr
= 1.041
ml

ρ
Viskositas pada kit =
t

gr
1.041
= ml
5.55 s

gr
= 0.188
ml . s

LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

Gambar C.1 Pengadukan bahan Gambar C.3 Pengukuran densitas


tanpa SLS

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


22
Praktikum Kimia Organik/Kelompok III/S.Genap/2017

percobaan dan kit

Gambar C.2 Pengukuran


viskositas

Gambar C.4 Uji aplikasi

Gambar C.5 Sabun hasil

Pembuatan Shampo Motor dan Shampo Mobil


23

Anda mungkin juga menyukai