Anda di halaman 1dari 17

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN (SAK)

PADA KLIEN DENGAN DENGUE SYOCK SYNDROME (DSS)

DI IGD RSU HAJI SURABAYA

OLEH:

MA’UNA QURROTUL AIN


NIM. 131923143046

PROGRAM PEDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN (SAK)
PADA KLIEN DENGUE SYOCK SYNDROME (DSS)
No. Dokumen No. Revisi Halaman
Diisi Sekretariat 00 1/15

Jl. Manyar Kertoadi


Surabaya

A. KONSEP TEORI
1. Definisi
Dengue shock syndrome (DSS) adalah sindroma syok yang terjadi pada
penderita dengue haemoragic fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)
(Sumarmo, et al., 2008).
Dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti (Susilaningrum, et al., 2013)

2. Etilogi
Etiologi Dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah dengue adalah
virus dengue dengan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penularnya.
a. Agen
DF disebabkan oleh virus dengue (DENV). DENV merupakan single-
stranded RNA virus dengan panjang sekitar 11 kilobases, golongan
family Flaviviridae, genus Flavivirus. DENV memiliki 4 serotipe
yang
berhubungan satu sama lain tapi secara antigen berbeda: DENV-1,
DENV-
2, DENV-3 dan DENV-4. Tiap serotipe ini mempunyai beberapa genotipe
tersendiri. Jadi infeksi virus dengan genotipe dan serotipe
tertentu, dan
rentetan infeksi dengan serotipe yang berbeda akan memengaruhi
tingkat
keparahan penyakit (Amir, et al.,2017).
b. Vektor
Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies yang paling utama sebagai
vektor
penular dengue. Spesies nyamuk lain yang dapat menularkan penyakit
ini
adalah Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan Aedes scutellaris.
Serangga penyebar penyakit ini masuk ke dalam klasifikasi ilmiah
dalam

1
filum Arthropoda, sehingga virus dengue ini juga
dinamakan
sebagai Arbovirus (Vyas, et al., 2014).
c. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya
maka ia akanmendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkin untukterinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. DengueHaemoragic Fever
(DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi
virusdengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua
kalinya
atau lebih dengan pulaterjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus
dengue
untuk pertama kalinya jika ia telahmendapat imunitas terhadap dengue
dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 2012).

3. Klasifikasi
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue menurut (Irawati, et al.,
2017)
yaitu :
DD/DBD Derajat Gejala Laboratium
DD Demam disertai 2 Leukopenia,
Serologi
atau lebih tanda: Trombositopenia,
dengue
myalgia, sakit tidakk ditemukan bukti
positif
kepala, nyeri ada kebocoran plasma.
retroorbital,
artralgia,
DBD I Gejal diatas Trombositopenia
ditambah uji (<100.000/ul) bukti
bending positif ada kebocoran plasma
DBD II Gejala diatas
ditambah
perdarahan spontan
DBD III Gejala diatas
ditambah kegagalan
sirkulasi (kulit
dingin dan lembab
serta gelisah)

2
DBD IV Syok berat disertai
dengan tekanan
darah dan nadi tidak
teratur

4. Tanda dan gejala


Adalah penyakit akut yang ditandai oleh panas 2-7 hari, disertai 2 atau lebih
gejala klinik berikut :
a. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun
menujusuhu normal atau lebih rendah.Bersamaan dengan berlangsung demam,
gejala-gejala klinik yangtidak spesifik misalnya anoreksia.Nyeri punggung,
nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala danrasa
lemah dapat
menyetainya.(Soedarto, 2012)
b. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya
terjadi padakulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi
perdarahan pada tempat fungsivena, petekia dan purpura.(Soedarto, 2012)
c. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak
yangkurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali
dan
hati teraba kenyalharus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada
penderita .(Soederta, 2012).
d. Syok
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai
dengantanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung
hidung, jari tangan, jarikaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok
terjadi pada masa demam maka biasanyamenunjukan
prognosis yang
buruk.(Soederta, 2012)
Beberapa tanda dan gejala yang perlu diperhatikan dalam diagnostik klinik
pada
penderita DSS menurut Wong:
- Clouding of sensorium

3
- Tanda-tanda hipovolemia, seperti akral dingin, tekanan darah menurun.
- Nyeri perut.
- Tanda-tanda perdarahan diluar kulit, dalam hal ini
seperti
epistaksis,hematemesis, melena, hematuri dan hemoptisis.
- Trombositopenia berat.
- Adanya efusi pleura pada toraks foto.
- Tanda-tanda miokarditis pada EKG
Pembagian renjatan menurut Munir dan Rampengan:
b. Syok ringan/tingkat 1 (impending shock) yaitu gejala dan tanda-tanda syok
disertai menyempitnya tekanan nadi menjadi 20mmHg.
c. Syok sedang/tingkat 2 (moderate shock) yaitu=tingkat 1 ditambah tekanan
nadimenjadi <20mmHg, tetapi belum sampai nol, disertai menurunnya
tekanansistolik menjadi <80mmHg, tetapi belum sampai nol.
d. Syok berat/tingkat 3 (profound shock) yaitu tekanan darah tidak
terukur/nol,tetapi belum ada sianosis/asidosis.
e. Syok sangat berat/tingkat 4 (moribund cases) yaitu tekanan darah tidak
terukur lagi disertai sianosis dan asidosis

5. Patofisiologi

Patofisiologi demam dengue (dengue fever/ DF) dimulai dari gigitan nyamuk
Aedes sp. Manusia adalah inang (host) utama terhadap virus dengue. Nyamuk
Aedes sp akan terinfeksi virus dengue apabila menggigit seseorang yang sedang
mengalami viremia virus tersebut, kemudian dalam kelenjar liur nyamuk virus
dengue akan bereplikasi yang berlangsung selama 8─12 hari. Namun, proses
replikasi ini tidak memengaruhi keberlangsungan hidup nyamuk. Kemudian,
4
serangga ini akan mentransmisikan virus dengue jika dengan segera menggigit
manusia lainnya (Susantu, 2011).
Orang yang digigit oleh nyamuk Aedes sp yang membawa virus dengue, akan
berstatus infeksius selama 6─7 hari. Virus dengue akan masuk ke dalam peredaran
darah orang yang digigitnya bersama saliva nyamuk, lalu virus akan menginvasi
leukosit dan bereplikasi. Leukosit akan merespon adanya viremia dengan
mengeluarkan protein cytokines dan interferon, yang bertanggung jawab terhadap
timbulnya gejala-gejala seperti demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot (Widagdo,
2011).
Masa inkubasi biasanya 4─7 hari, dengan kisaran 3─14 hari. Bila replikasi virus
bertambah banyak, virus dapat masuk ke dalam organ hati dan sum-sum tulang.
Sel-sel stroma pada sum-sum tulang yang terkena infeksi virus akan rusak sehingga
mengakibatkan menurunnya jumlah trombosit yang diproduksi. Kekurangan
trombosit ini akan mengganggu proses pembekuan darah dan meningkatkan risiko
perdarahan, sehingga DF berlanjut menjadi DHF. Gejala perdarahan mulai tampak
pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis dan
melena (Susanto , 2011).

5
6. WOC
Nyamuk
mengandungVirus
Dengue

Menggigit manusi

Virus masuk aliran
darah
Mekanisme tubuh ↓ Masuk ke
melawan virus Viremia pem.darah
otak
↓ ↓ melalui
aliran
Peningkatan asam Komplemen darah
lambung antigen antibody ↓
↓ meningkat Mempengaruhi
Nafsu makan Mual, muntah ↓ hipotalamus
menurun ↓ Pelepasan peptida ↓
↓ Output berlebih ↓ MK:
Hipertermia
Intake ↓ Pembebasan (D.0130)
inadekuat MK : Risiko histamin
↓ ketidakseimbang ↓
MK: Resiko an cairan Peningkatan
permeabilitas
MK: Resiko
defisit nutrisi (D.0036)
dinding pem.darah
perdarahan
(D.0032)

(D.0012)
Ke ekstravaskuler Kebocoran plasma Plasma banyak
↓ ↓ mengumpul pada
Paru-paru Perdarahan jaringan intersial
↓ Hb turun ekstraseluler tubuh
Efusi pleura ↓ ↓ ↓
↓ Nutrisi dan o2 ke MK : Risiko syok odem
MK: Pola nafas jaringan menurun (D.0039) ↓
tidak efektif ↓ Menekan syaraf C
(D.0005) Tubuh lemas ↓
↓ MK: Nyeri akut
MK: Intoleransi (D.0077)
aktivitas (D.0056)

6
7. Pemeriksaan penunjang
a. Hasil laboratorium
- Trombosit menurun < 100.000pada hari ke 3-7
- Hematokrit meningkat 20% atau lebih
- Albumin cenderung menurun
- SGOT, SGPT sedikit meningkat
- Asidosis metabolic pada lab BGA (pco2 < 35-40 mmHg, HCo3 menurun
- Dengue blat IgM positif pada hari k2-6
- NS 1 positif
b. Foto rontgen
Pemeriksaan foto thorax RLD (Right Lateral Dext) : Efusi Pleura
c. USG
Pada pemeriksaan USG biasanya ditemukan:
- Asites dan sfusi pleura
- Hepatomegali

8. Penatalaksanaan
Penanganan renjatan pada DSS merupakan suatu masalah yang sangat penting
diperhatikan, oleh karena angka kematian akan meninggi bila renjatan tidak
ditanggulangi secara dini dan adekuat.
Dasar penangani renjatan DSS ialah volume replacement atau penggantian
cairan intravascular yang hilang, sebagai akibat dari kerusakan dinding kapiler
yang
menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga mengakibatkan plasma leakage.
Prinsip pengobatan Dengue Shock Syndrome (DSS):
a. Atasi segera hipovolemia.
b. Lanjutkan penggantian cairan yang terus keluar dari pembuluh darah selama 12-
24 jam, atau paling lama 48 jam.
c. Koreksi keseimbangan asam basa.
d. Beri darah segera bila terjadi perdarahan hebat.
e. Mengatasi renjatan (volume replacement).
1) Jenis Cairan
Jenis cairan yang dipakai ialah:
- Ringer laktat.
- Glukosa 5% dalam half strength NaC1 0,9%.
7
- RL-D5, dapat dibuat dengan jalan mengeluarkan 62,5 cc cairan RL,
kemudian ditambahkan D40% sebanyak 62,5 cc.
- NaC1 0,9%; D10, aa ditambahkan Natrium Bikarbonat 7,5% sebanyak
2 cc/ kgBB.
2) Plasma/Plasma Ekspander
- Diperlukan pada penderita renjatan berat, atau pada penderita yang
tidak segera mengalami perbaikan dengan cairan kristaloid di atas.
- Bila dapat cepat disiapkan, diberikan sebagai pengganti cairan a.1,
setelah itu cairan pertama dilanjutkan lagi.
- Setelah pemberian cairan a.1, nilai hematokrit masih tinggi dan hitung
trombosit masih rendah.
- Dosis yang diberikan 10-20 ml/ kgBB dalam waktu 1-2 jam.
- Apabila nadi/tekanan darah masih jelek atau hematokrit masih tinggi,
dapat ditambahkan plasma 10 ml/kgBB setiap jam sampai total 40 ml/
kgBB.
3) Plasma ekspander yang dapat digunakan adalah:
- Plasbumin (human albumin 25%)
- Plasmanate (plasma, protein, fleksion 5%)
- Plasmafuchin
- Dextran L 40.
4) Pemberian obat-obatan:
- Antibiotik
- Antivirus
- Kortikosteroid
- Antasida
- Diuretika.

8
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Primary Survey
1) Airway
a) Kaji jalan napas pasien apakah bebas, adakah sumbatan atau gangguan,
pertahankan kepatenan jalan nafas
2) Breathing
a) Kaji pola nafas, frekuensi, irama nafas, kualitas, keteraturan dan
kedalaman
b) Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada sistem
pernafasan, namun jika terjadi demam yang tinggi pada pemeriksaan
fisik biasanya didapatkan atuk dan faringitis, suara nafas tambahan
(ronch, wheezing)
c) Pada derajat 3 dan 4 sering disertai keluhan sesak napas sehingga
memrlukan pemasangan O2, terkadang nafas dangkal dan cepat
3) Circulation
a) Pada hasil pemeriksaan fisik: Derajat 1 Uji tourniquet positif,
merupakan
satu-satunya terjadi perdarahan derajat 2 ptekie dan perdarahan
konjungtiva
b) Pada derajat 3 ditemukan kulit dingin pada daerah akral, nadi cepat,
hipontesi, sakit kepala, menurunnya volume plasma, meninggnya
permeabilitas pembuluh darah, trombositopenia dan diatesis hemoragik
c) Pada derajat 4 nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur
4) Disability
a) Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran dan
reaksi pupil, reflek pasien.
b) Pada derajat 2 konjungtiva mengalami perdarahan, sedang penurunan
tingkat kesadaran (komposmentis ke apatis, ke somnolen, ke sopor, ke
koma) atau gelisah, GCS menurun, pupil mitosis atau midriasis, reflek
fisiologis atau patologis sering terjadi pada derajat ke 3 dan 4
5) Exposure
a) Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dilakukan
pemeriksaan head to toe yang dan tetap cegah hipotermi

9
b. Seconadary Survey
1) Identitas : nama, usia, jenis kelamin, kebangsaan/suku, berat badan, tinggi
badan, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,anggota keluarga, agama.
2) Keluhan utama: Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam
Dengue untuk datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan lemah.
3) Riwayat Kesehatan sekarang: Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit
kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh,sakit pada waktu menelan, lemah,
panas, mual, dan nafsu makan menurun
4) Riwayat Kesehatan dahulu: Penyakit apa saja yang pernah diderita. Ada
kemungkinan klien yang telah terinfeksi penyakit DHF bisa terulang
terjangkit DHF lagi, tetapi penyakit ini tak ada hubungan dengan penyakit
yang pernah diderita dahulu.
5) Riwayat Kesehatan keluarga: Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota
keluarga yang lain sangat menentukan, Penyakit DHF dibawah oleh nyamuk
jadi bila terdapat anggota keluarga yang menderita penyakit ini dalam satu
rumah.
6) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
- Kesadaran penderita : komposmentis gelisah, apatis, sopor, koma,
tergantung pada keadaan klien
b) Tanda-tanda vital : Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi
cepat dan lemah, hipotensi.
7) Head to toe
a) Kepala dan Rambut
- Inspeksi: wajah biasanya tampak merah, rambut hitam bersih, tidak
rontok, tidak ada benjolan
- Palpasi: kepala tidak oedem, dan tidak ada nyeri tekan.
b) Mata
- Inspeksi: konjungtiva pucat atau ptekie (perdarahan bawah
kulit/selaput lendir), mata simetris kanan dan kir
c) Telinga
- Inspeksi: bersih, fungsi pendengaran baik, kaji apakah terdapat
perdarahan
d) Mulut
10
- Inspeksi: kaji perdarahan pada gusi dan membrane mukosa bibir
e) Leher
- Inspeksi: bersih dan tidak kemerah-merahan.
- Palpasi: tidak ada pembesaran vena jugolaris dan kelenjar tiroid.
f) Dada
Paru-paru
- Inspeksi: simetris kanan dan kiri
- Palpasi: tidak ada oedem
- Auskultasi: Sonor
Jantung
- Inspeksi: tampak ictus cordis
- Palpasi: tidak ada oedem, tidak ada nyeri tekan
- Auskultasi: bunyi jantung lup dup
g) Abdomen
- Inspeksi: bersih tidak ada luka
- Palpasi: pada derajat 3 dan 4 terdapat nyeri tekan epigastrik
- Perkusi: timpani
- Auskultasi: bising usus normal (5-34x/menit)
h) Genitalia dan anus
- Inspeksi: keadaan anus bersih, adakah hemoroid
i) Kulit
- Inspeksi: akral teraba hangat
- Palpasi: tidak ada oedem
j) Ekstermitas
- Pada derajat 3 dan 4 terdapat kekauan otot/kelemahan otot

8) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnostik DHF diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan darah pasien DHF meliputi
pemeriksaan Hemoglobin, Hematokrit, Trombosit, Leukosit, SGOT, SGPT,
elektrolit, ureum, dan analisa gas darah. Pemeriksaan radiologi meliputi foto
thorax dan USG (Hadinegoro, et al., 2006).

11
2. Diagnosa keperawatan
a. Hipertemi (D.0130) berhubungan dengan infeksi virus
b. Resiko ketidakseimbangan cairan (D.0036) berhubungan dengan
permeabilitas
kapiler, muntah dan demam
c. Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan mual muntah, penurunan
nafsu
makan
d. Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen cidera biologis
e. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan tubuh
f. Pola nafas tidak aktivitas (D.0005) berhubungan dengan kebocoran plasma
ekstravaskuler
g. Risiko perdarahan (D.0012) ditandai denganfaktor resiko koagulopati
inheren
(trombositopenia)
h. Risiko syok (D.0039) ditandai dengan hipovolemi

3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Hipertemi (D.0130) Tujuan : Menejemen hipertermi
(I.15506)
berhubungan Setelah dilakukan asuhan Observasi
dengan infeksi keperawatan selama 1x - Identifikasi
penyebab hiperetermi
virus 1jam maka - Monitor suhu tubuh
Termoregulasi - Monitor kadar
elektrolit
(L.14134) membaik - Monitor haluaran
urin
dengan Kriteria Hasil : - Monitor
komplikasi akibat
- Menggigil menurun hipertermi
(5) Terapeutik
- Kulit merah - Longgarkan atau
lepaskan pakaian
menurun (5) - Berikan cairan oral
- Takikardi menurun - Ganti linen
setiap hari jika
(5) mengalami
hiperhidrosis (keringat
- Bradikardi menurun berlebih)
(5) - Lakukan
pendinginan eksternal
- Suhu tubuh (mis. Kompres dingin
pada leher,
membaik (5) dahi, aksila)

12
- Suhu kulit membaik - Hindari pemberian
antipiretik, atau
- Tekanan darah aspirin
membaik (5) - Berikan oksigen,
jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena, jika perlu
2 Resiko Tujuan : Manajemen cairan (I.03098)
ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Obsevasi
cairan (D.0036) keperawatan selama 1x - Monitor status
hidrasi
berhubungan 1jam maka - Monitor berat badan
harian
dengan Keseimbangan cairan - Monitor berat badan
sebelum dan
permeabilitas (L.03020) meningkat sesudah diananlisis
kapiler, muntah dan dengan Kriteria Hasil : - Monitor hasil
pemeriksaan
demam - Asupan cairan laboratorium (mis,
ht, Na, K, Cl,
meningkat (5) berat jenis urin,
BUN)
- Dehidrasi menurun - Monitor status
himodinamik
(5) Terapeutik
- Tekanan darah - Catat intake output
dan hitung
membaik (5) balans cairan 24 jam
- Denyut nadi radial - Berikan asupan
cairan, sesuai
membaik (5) kebutuhan
- Membrane mukosa - Berikan cairan
intravena, jika perlu
membaik (5) Kolaborasi
- Mata cekung - Kolaborasi pemberian
diuretik, jika
membaik (5) perlu
- Turgor kulit
membaik (5)
3 Risiko syok Tujuan: Setelah Pencegahan syok
(I.02068)
(D.0039) ditandai dilakukan asuhan Observasi
dengan hipovolemi keperawatan 1x 1jam - Monitor status
kardiopulmonal
(nadi, nafas, TD
dan MAP)

13
Tingkat Syok (L.03032)
menurun dengan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
Keperawatan Kriteria Hasil
Kriteria Hasil : - Monitor status
cairan (input dan
- Kekuatan nadi baik output, turgor
kulit, CRT)
(5) - Monitor tingkat
kesadaran
- Tingkat kesadaran Terapeutik
composmentis (5) - Berikan oksigen
jika perlu
- Saturasi oksigen Edukasi
baik >98% (5) - Anjurkan
memperbanyak asupan
- Akral dingin cairan total
menurun (5) Kolaborasi
- Pucat menurun (5) - Kolaborasi
pemberian cairan infus
- CRT <2 detik (5)
- Nadi dalam batas
normal (60-100
x/menit) (5)
- Pernafasan normal
(16-24 x/menit) (5)

4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang
dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Rencana keperawatan yang
dibuat
berdasarkan diagnosis yang tepat , diharapkan dapat mencapai tujuan dan
hasil yang
diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan status kesehatan klien (Potter
dan
Perry, 2010).

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan suatu proses kontinu yang terjadi saat melakukan
kontak
dengan klien. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subyektif dan
obyektif dari klien, keluarga dan anggota tim kesehatan lain. Selain itu,
evaluasi
juga dapat meninjau ulang pengetahuan tentang status terbaru dari kondisi,
terapi,
sumber daya pemulihan, dan hasil yang diharapkan. (Potter dan Perry, 2010)

14
DAFTAR PUSTAKA

Novita E, Hasmiwati, Rusdji SR, Irawati N. Analysis of Indicator Entomology Aedes


aegypti in Endemic Areas of Dengue Fever in Padang, West Sumatera,
Indonesia. International Journal of Mosquito Research : 2017. 4 (2) : 57-59
Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorhagic Fever). Jakarta :
Sagung Seto
Sumarno, et al., (2002). Buku ajar Infeksi dan penyakit tropis, Jakarta : EGC
Sutanto I. (2011). Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Handbook of medical
parasitology. Dalam bab : Entomologi. Jakarta: p :280-1
Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi
7. Vol. 3. Jakarta : EGC
PPNI 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI 2019, Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Putra K, Hasmiwati, Amir A. 2017. Status Kerentanan Aedes aegypti Vektor DBD di
Kota Padang. Journal FK unand; 2017
Vyas, Jatin M, et al. 2014. Dengue Hemorrhagic Fever. Diakses pada hari Selasa, 20
Oktober 2015 jam 12.00 WIB
dari
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001373.html
Widoyono, Astikawati R, editor. Penyakit Tropis. Epidemiologi Penularan
Pencegahan dan Pemberantasannya .Jakarta :Penerbit Erlangga; 2011. p :73

15

Anda mungkin juga menyukai