Anda di halaman 1dari 13

STATISTIKA

A. Pengertian dasar statistika

1. Statistika adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data,


pengolahan ,penganalisisan dan penarikan kesimpulan berdasarkan penganalisisan data
yang dilakukan . Sedangkan statistik adalah kumpulan data , bilangan maupun non bilangan
yang disusun dalam tabel dan atau diagram , yang menggambarkan atau melukiskan suatu
masalah.
2. Datum adalah keterangan (informasi) yang dikumpulkan yang diperoleh dari suatu
pengamatan/ penelitian. Bentuk jamaknya adalah data. Ada 2 (dua) bentuk data, yaitu :

a. Data kuantitatif: data yang berbentuk bilangan. Misalkan data tentang ukuran tinggi
badan, data tentang jumlah anak dalam keluarga, data tentang upah buruh, dan
sebagainya. Data kuantitatif dabagi menjadi 2 jenis yaitu
• Data cacah atau data diskrit yaitu data yang diperoleh dengan cara menghitung atau
mencacah
• Data ukuran atau data kontinu yaitu data yang diperoleh dengan cara mengukur
b. Data kualitatif: data yang tidak berbentuk bilangan. Misalnya data tentang mutu barang,
data tentang warna suatu benda dan sebagainya.

3. Populasi Sampel Dan Cara Mengumpulkan Data


a. Populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti
b. Sampel adalah wakil atau sebagian dari obyek populasi yang mencermimkan sifat
populasi
c. Cara untuk mengumpulkan data adalah bias menggunakan metode wawancara, angket
(kuisiner), pengamatan (obserwasi) dan tes.
B. PENYAJIAN DATA MENGGUNAKAN DIAGRAM
Cara lain untuk menyajikan suatu data adalah dengan menggunakan diagram yang meliputi
: diagram lingkaran, diagram garis, diagram batang.
1. Diagram lingkaran
Diagram lingkaran adalah lingkaran yang digambar untuk menyajikan data
ststistik.Diagram lingkaran dapat digunakan jika bagian data yang satu terkait dengan
bagian data lainnya dalam suatu keseluruhan/kesatuan. Misalnya data umur siswa suatu
sekolah, data pendidikan terakhir pegawai suatu perusahaan, dan sebagainya.
2. Diagram Garis
Diagram garis digunakan untuk menyajikan perkembangan suatu data dari waktu ke
waktu. Misalnya data tentang suhu badan, data rata-rata NEM suatu sekolah dari tahun
ke tahun, dan sebagainya.
3. Diagram Batang
Diagram batang seringkali digunakan untuk mellihat perbandingan bagian yang satu
dengan bagian yang lain dari suatu data. Dapat digambar dengan menggunkan batang-
batng vertikal atau horizontal. Jika digambar horizontal disebut diagram jalur.

Contoh 1 :
Tenis Meja
JENIS OR Bulu Tangkis Sepak Bola Volley Basket
20
JUMLAH 25 60 45 50

Tabel diatas menunjukkan data olahragawan di SMA N 1 Simo, Boyolali. Buatlah :

a. Diagram Batang
b. Diagram garis
c. Diagram lingkaran
Jawab :
a. Diagram Batang

Jumlah

Keterangan :

70 BT = Bulu Tangkis

SB = Sepak Bola

60 VL = Volley

BK = Baske

50 TM = Tenis Meja

40

30
b. Diagram Garis

Jumlah

Keterangan :

70 BT = Bulu Tangkis

SB = Sepak Bola

60 VL = Volley

BK = Baske

50 TM = Tenis Meja

40

30
c. Diagram Lingkaran
Untuk membuat diagram yang dimaksudkan, terlebih dahulu kita tentukan besarnya sudut
pusat sektor lingkaran atau besarnya prosentase tiap obyek terhadap keseluruhan data. Dari
tabel diperoleh :
25 25
Bulu Tangkis = X 360o = 45o atau X 100% = 12,5%
200 200
60 60
Sepak Bola = X 360o = 108o atau X 100% = 30%
200 200
45 45
Volley = X 360o = 81o atau X 100% = 22,5%
200 200
50 50
Basket = X 360o = 90o atau X 100% = 25%
200 200
20 20
Tenis Meja = X 360o = 36o atau X 100% = 10%
200 200
Tenis Meja Bulu Tangkis

10% 12,5%
36º 45º

90º 108º

Basket 81º Sepak Bola

25 % 30%

C. DATA TUNGGAL

Data tunggal didefinisikan sebagai daftar bilangan-bilangan yang mempunyai satuan yang
sama, seperti cm, orang, atau tahun. Data tunggal biasanya dinyatakan dengan x 1, x2,
x3……..xn atau dinyatakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Nilai x1 x2 x3 … xn

Frekuensi f1 f2 f3 … fn

1. Mean dan Modus


a. Mean (rata-rata = rataan)
Rataan hitung = arithmetic mean = mean = rata-rata = rataan didefinisikan sebagai
jumlah semua ukuran dibagi banyaknya ukuran.

x=
X
n

Untuk data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, meannya yaitu:

f i .x i
x = i =1
n
.
fi =1
i
Dengan : x = rataan fi = frekuensi data ke i

X = Jumlah data xi = data ke i

N = Banyak data f = Jumlah Frekuensi

Dari data x1, x2 , x3 , ….. xn dengan rata-rata ( x ) = x0 , jika :

Datanya diubah menjadi : x1 + k , x 2 + k , x3 + k,…… xn +k, rata-ratnya menjadi

x = xo + k

Datanya diubah menjadi : kx1, kx2, kx3, …..,kxn, rata-ratanya menjadi x = k . xo

Datanya diubah menjadi : x1 + k1, x2 + k2, x3 + k3 ……xn + kn, rata-ratanya menjadi

k1 + k 2 ...... + k n
x = xo + k dengan k =
n

Contoh 2 :

Diketahui data : 7, 6, 8, 9, 7, 5, 6, 7, 5, 8. hitunglah mean dari data tersebut !

Jawab :
n

x 1
5+5+6+7+7+7+8+8+9
x= i =1
= = 6,8
n 10

Contoh 3 :
Tentukan Mean dari data disamping !
Skor 1 2 3 4

Frekuensi 2 3 4 1

Jawab :

f i .x i
1.2 + 2.3 + 3.4 + 4.1
x = i =1
.= = 2,4
n
2 + 3 + 4 +1
f i =1
i
b. Modus
Modus adalah ukuran yang paling sering muncul atau ukuran yang mempunyai
frekuensi tersebar. Kadang-kadang modus suatu data bersifat ganda modus yang
demikian disebut biromodus atau multi modus.

Contoh 4:

Carilah modus dari data berikut : 7, 6, 8, 9, 7, 5, 6, 7, 5, 8 !

Jawab:

Data diurutkan menjadi : 5, 5, 6,6, 7,7,7,8,8,9

Karena ukuran yang paling banyak muncul 7 yaitu 3 kali, maka modusnya 7.

2. Median dan Kuartil

a. Median ( Md)
Median adalah ukuran yang membagi data ( sekelompok ukuran ) yang sudah
diurutkan menjadi dua bagian yang sama banyak.
1. Jika banyaknya ukuran (n) ganjil, maka mediannya adalah ukuran yang di
tengah.
n +1
Md = Xk dengan k =
2
2. Jika banyaknya ukuran (n) genap, maka mediannya adalah rataan dua ukuran
yang ditengah.

X k + X k +1 n
Md = , dengan k =
2 2

Contoh 5 :

Dari data : 6, 8, 6, 7, 9, 7, 7, 6, 7, 8, 6, 5, 8, 7 tentukan mediannya !

Jawab :

Data diurutkan menjadi : 5, 6, 6, 6, 6, 7, 7, 7, 7, 7, 7, 8, 8, 8, 8, 9

Banyaknya data (n) = 16, maka k = 8.

X k + X k +1 x + x9
Md = = 8 (Jadi median terletak pada data ke 8 dan ke 9)
2 2
7+7
Md = = 7. Jadi median data tersebut adalah 7.
2

b. Kuartil (Q)
Kuartil adalah ukuran yang membagi data yang sudah diurutkan menjadi empat
bagian yang sama banyak. Langkah-langkah menentukan Q1 , Q2 , dan Q3 :

1. Urutkan data dari ukuran terkecil sampai dengan ukuran terbesar, jika data
belum berurutan.
2. Jika N banyaknya pengamatan (banyaknya data) maka :
1
a. Q1 = Kuartil bawah yang terletak pada data ke N.
4

1
b. Q2 = Kuartil tengah yang terletak pada data ke N.
2

3
c. Q3 = Kuartil atas yang terletak pada data ke N.
4

KUARTIL N Genap N Ganjil

Q1
X1 X1
( N + 2) ( N +1)
4 4

Q2
X1
( N +1)
2

Q3
X3 X3
( N + 2) ( N +1)
4 4

Jika kuarti pertama, kuartil kedua, dan kuarti ketiga diratakan maka menjadi :

1
Rataan Tiga = (Q1 + 2Q2 + Q3 ) .
4

Contoh 6 :

Tentukan Q1 , Q2 , dan Q3 dari data 18, 19, 19, 25, 23, 23, 22, 20 !

Jawab :

Data diurutkan menjadi : 18, 19, 19, 20, 22, 23, 23, 25. Banyaknya data N = 8
(genap)

1 19 + 19
Maka : Q1 = X 1 = X 1 . Data ke 2 adalah = 19.
( N + 2) 2 2 2
4 2
1 20 + 22
Q2 = X 1 = X 1 . Data ke 4 adalah = 21.
( N +1) 4 2 2
2 2

1 23 + 25
Q3 = X 3 = X 1 . Data ke 7 adalah = 24.
( N + 2) 7 2 2
4 2

Untuk menentukan kuartil apabila banyaknya data besar, bisa digunakan teknik
INTERPOLASI yang letak kuartilnya sebagai berikut (data harus sudah diurutkan dari
yang terkecil sampai yang terbesar):

1
▪ Q1 ada pada urutan (N + 1).
4
1
▪ Q2 ada pada urutan (N + 1).
2
3
▪ Q3 ada pada urutan (N + 1).
4

Contoh 7 :

Hasil ulangan statistika dari 18 siswa adalah sebagai berikut : 48, 53, 53, 62, 68, 70,
47, 58, 64, 67, 75, 78, 37, 50, 60, 69, 73, 92 tentukan Q1 , Q2 , dan Q3 !

Jawab :

Banyak data = 18 jadi N = 18. Statistik peringkatnya menjadi :

37, 47, 48, 50, 53, 53, 58, 60, 62, 64, 67, 68, 69, 70, 73, 75, 78, 92

1 1
▪ Letak Q1 ada pada urutan (N + 1) = (18 + 1) = 4, 75. Maka Q1 terletak
4 4
diantara data ke 4 dan data ke 5.
Q1 = X4 + 0,75 ( X5 – X4 ) = 50 + 0,75(53 – 50) = 52,25

1 1
▪ Letak Q2 ada pada urutan (N + 1) = (18 + 1) = 9,5
2 2
Q2 = X9 + 0,5 ( X10 – X9 ) = 62 + 0,5(64 – 62) = 63

3 3
▪ Letak Q3 ada pada urutan (N + 1) = (18 + 1) = 14,25
4 4
Q3 = X14 + 0,25 ( X15 – X14 ) = 70 + 0,25(73 – 70) = 70,75

Jadi diperoleh Q1 = 52,25; Q2 = 63 dan Q3 = 70,75. Hasil ini lebih teliti apabila
dibandingkan dengan menggunakan cara sebelumnya.
PELUANG

A. Kaidah Pencacahan
1. Prinsip Dasar Membilang

Jika suatu operasi terdiri dari 2 tahap, tahap pertama dapat dilakukan dengan m cara yang
berbeda dan tahap kedua dapat dilakukan dengan n cara yang berbeda, maka keseluruhan
operasi dapat dilakukan dengan m x n cara. Cara pencacahan seperti ini disebut kaidah
perkalian.

Contoh:

Berikut ini jalan yang dapat dilalui pengendara motor dari kota A ke kota C melelui kota B.

Ada berepa cara yang dapat dilakukan dari A ke C ?

Jawab:

Dari A ke B dapat dilakukan dengan 4 cara.

Dari B ke C dapat dilakukan dengan 3 cara.

Jadi, dari A ke C dapat dilakukan dengan = 4 x 3 = 12 cara, yaitu:

jalan 1,5 ; jalan 1,6 ; jalan 1,7

jalan 2,5 ; jalan 2,6 ; jalan 2,7

jalan 3,5 ; jalan 3,6 ; jalan 3,7


jalan 4,5 ; jalan 4,6 ; jalan 4,7

2. Faktorial

Hasil kali bilangan bulat positif (bilangan asli) berturut-turut dari n sampai 1 disebut n
faktorial, ditulis : n!

n! = n(n – 1)(n – 2)(n – 3) … 3.2.1

0! = 1

Contoh:

5!
Hitunglah !
2!

Jawab:

5! 5.4.3.2.1
= =60
2! 2 .1

B. Peluang Suatu Kejadian


Setiap proses yang menghasilkan suatu kejadian disebut percobaan. Misalnya kita
melemparkan sebuah dadu sebanyak satu kali, maka hasil yang keluar adalah angka 1, 2,
3, 4, 5 atau 6. Semua hasil yang mungkin dari suatu percobaan disebut ruang sampel,
biasanya dinyatakan dengan S, dan setiap hasil dalam ruang sampel disebut titik sampel.
Banyaknya anggota dalam S dinyatakan dengan n(S).

Misalnya, dari percobaan pelemparan sebuah dadu, maka S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan n(S)
= 6. Jika dalam pelemparan dadu tersebut muncul angka {2}, maka bilangan itu disebut
kejadian. Jadi, kejadian adalah himpunan bagian dari ruang sampel.

Jika ruang sampel S mempunyai anggota yang berhingga banyaknya dan setiap titik
sampel mempunyai kesempatan untuk muncul yang sama, dan A suatu kejadian munculnya
percobaan tersebut, maka peluang kejadian A dinyatakan dengan :
n( A)
P(A) =
n( S )

P(A) = Peluang muncul A

n(A) = banyaknya kejadian A

n(S) = banyaknya kemungkinan kejadian S

Contoh:

Sebuah dadu mata enam dilempar satu kali. Berapa peluang munculnya mata dadu ganjil
?

Jawab:

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} → n(S) = 6

A = {1, 3, 5} → n(A) = 3

n( A) 3 1
Jadi, P(A) = = =
n( S ) 6 2

C. Frekuensi Harapan (Fh)


frekuensi harapan suatu kejadian pada suatu percbaan adalah hasil kali peluang dengan
frekuensi percobaan A, dinyatakan dengan rumus :

Fh(A) = P(A) x n

Contoh:

Sebuah dadu mata enam dilantunkan sebanyak 360 kali. Berapakah frekuensi harapan
munculnya mata dadu prima ?

Jawab:

S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} → n(S) = 6
A = {2, 3, 5} → n(A) = 3

n( A) 3 1
P(A) = = =
n( S ) 6 2

Jadi, Fh(A) = P(A) x n

1
= X 360
2

= 180 kali.

D. Kepastian dan Kemustahilan


Peluang suatu kejadian mempunyai nilai 0  P  1, artinya : jika P = 0 maka kejadian dari
suatu peristiwa adalah mustahil atau tidak pernah terjadi, dan jika P = 1 maka suatu peristiwa
pasti terjadi.

E. Komplemen dari Suatu kejadian


Jika AC menyatakan komplemen dari kejadian A, maka :

P(AC) = 1 – P(A)

Contoh:

Misalkan dilakukan pengundian dua uang logam Rp 100,00 sekaligus, berapa peluang tidak
diperolehnya “Angka 100” ?

Jawab:

S = {GG, GA, AG, AA} → n(S) = 4

M = kejadian munculnya “angka 100” = {GA, AG, AA} → n(M) = 3

n( M ) 3
P(M) = =
n( S ) 4

MC = kejadian munculnya bukan “angka 100”

3 1
P(MC) = 1 – P(M) = 1 - =
4 4

Anda mungkin juga menyukai