a. Data kuantitatif: data yang berbentuk bilangan. Misalkan data tentang ukuran tinggi
badan, data tentang jumlah anak dalam keluarga, data tentang upah buruh, dan
sebagainya. Data kuantitatif dabagi menjadi 2 jenis yaitu
• Data cacah atau data diskrit yaitu data yang diperoleh dengan cara menghitung atau
mencacah
• Data ukuran atau data kontinu yaitu data yang diperoleh dengan cara mengukur
b. Data kualitatif: data yang tidak berbentuk bilangan. Misalnya data tentang mutu barang,
data tentang warna suatu benda dan sebagainya.
Contoh 1 :
Tenis Meja
JENIS OR Bulu Tangkis Sepak Bola Volley Basket
20
JUMLAH 25 60 45 50
a. Diagram Batang
b. Diagram garis
c. Diagram lingkaran
Jawab :
a. Diagram Batang
Jumlah
Keterangan :
70 BT = Bulu Tangkis
SB = Sepak Bola
60 VL = Volley
BK = Baske
50 TM = Tenis Meja
40
30
b. Diagram Garis
Jumlah
Keterangan :
70 BT = Bulu Tangkis
SB = Sepak Bola
60 VL = Volley
BK = Baske
50 TM = Tenis Meja
40
30
c. Diagram Lingkaran
Untuk membuat diagram yang dimaksudkan, terlebih dahulu kita tentukan besarnya sudut
pusat sektor lingkaran atau besarnya prosentase tiap obyek terhadap keseluruhan data. Dari
tabel diperoleh :
25 25
Bulu Tangkis = X 360o = 45o atau X 100% = 12,5%
200 200
60 60
Sepak Bola = X 360o = 108o atau X 100% = 30%
200 200
45 45
Volley = X 360o = 81o atau X 100% = 22,5%
200 200
50 50
Basket = X 360o = 90o atau X 100% = 25%
200 200
20 20
Tenis Meja = X 360o = 36o atau X 100% = 10%
200 200
Tenis Meja Bulu Tangkis
10% 12,5%
36º 45º
90º 108º
25 % 30%
C. DATA TUNGGAL
Data tunggal didefinisikan sebagai daftar bilangan-bilangan yang mempunyai satuan yang
sama, seperti cm, orang, atau tahun. Data tunggal biasanya dinyatakan dengan x 1, x2,
x3……..xn atau dinyatakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Nilai x1 x2 x3 … xn
Frekuensi f1 f2 f3 … fn
x=
X
n
Untuk data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, meannya yaitu:
f i .x i
x = i =1
n
.
fi =1
i
Dengan : x = rataan fi = frekuensi data ke i
x = xo + k
k1 + k 2 ...... + k n
x = xo + k dengan k =
n
Contoh 2 :
Jawab :
n
x 1
5+5+6+7+7+7+8+8+9
x= i =1
= = 6,8
n 10
Contoh 3 :
Tentukan Mean dari data disamping !
Skor 1 2 3 4
Frekuensi 2 3 4 1
Jawab :
f i .x i
1.2 + 2.3 + 3.4 + 4.1
x = i =1
.= = 2,4
n
2 + 3 + 4 +1
f i =1
i
b. Modus
Modus adalah ukuran yang paling sering muncul atau ukuran yang mempunyai
frekuensi tersebar. Kadang-kadang modus suatu data bersifat ganda modus yang
demikian disebut biromodus atau multi modus.
Contoh 4:
Jawab:
Karena ukuran yang paling banyak muncul 7 yaitu 3 kali, maka modusnya 7.
a. Median ( Md)
Median adalah ukuran yang membagi data ( sekelompok ukuran ) yang sudah
diurutkan menjadi dua bagian yang sama banyak.
1. Jika banyaknya ukuran (n) ganjil, maka mediannya adalah ukuran yang di
tengah.
n +1
Md = Xk dengan k =
2
2. Jika banyaknya ukuran (n) genap, maka mediannya adalah rataan dua ukuran
yang ditengah.
X k + X k +1 n
Md = , dengan k =
2 2
Contoh 5 :
Jawab :
X k + X k +1 x + x9
Md = = 8 (Jadi median terletak pada data ke 8 dan ke 9)
2 2
7+7
Md = = 7. Jadi median data tersebut adalah 7.
2
b. Kuartil (Q)
Kuartil adalah ukuran yang membagi data yang sudah diurutkan menjadi empat
bagian yang sama banyak. Langkah-langkah menentukan Q1 , Q2 , dan Q3 :
1. Urutkan data dari ukuran terkecil sampai dengan ukuran terbesar, jika data
belum berurutan.
2. Jika N banyaknya pengamatan (banyaknya data) maka :
1
a. Q1 = Kuartil bawah yang terletak pada data ke N.
4
1
b. Q2 = Kuartil tengah yang terletak pada data ke N.
2
3
c. Q3 = Kuartil atas yang terletak pada data ke N.
4
Q1
X1 X1
( N + 2) ( N +1)
4 4
Q2
X1
( N +1)
2
Q3
X3 X3
( N + 2) ( N +1)
4 4
Jika kuarti pertama, kuartil kedua, dan kuarti ketiga diratakan maka menjadi :
1
Rataan Tiga = (Q1 + 2Q2 + Q3 ) .
4
Contoh 6 :
Tentukan Q1 , Q2 , dan Q3 dari data 18, 19, 19, 25, 23, 23, 22, 20 !
Jawab :
Data diurutkan menjadi : 18, 19, 19, 20, 22, 23, 23, 25. Banyaknya data N = 8
(genap)
1 19 + 19
Maka : Q1 = X 1 = X 1 . Data ke 2 adalah = 19.
( N + 2) 2 2 2
4 2
1 20 + 22
Q2 = X 1 = X 1 . Data ke 4 adalah = 21.
( N +1) 4 2 2
2 2
1 23 + 25
Q3 = X 3 = X 1 . Data ke 7 adalah = 24.
( N + 2) 7 2 2
4 2
Untuk menentukan kuartil apabila banyaknya data besar, bisa digunakan teknik
INTERPOLASI yang letak kuartilnya sebagai berikut (data harus sudah diurutkan dari
yang terkecil sampai yang terbesar):
1
▪ Q1 ada pada urutan (N + 1).
4
1
▪ Q2 ada pada urutan (N + 1).
2
3
▪ Q3 ada pada urutan (N + 1).
4
Contoh 7 :
Hasil ulangan statistika dari 18 siswa adalah sebagai berikut : 48, 53, 53, 62, 68, 70,
47, 58, 64, 67, 75, 78, 37, 50, 60, 69, 73, 92 tentukan Q1 , Q2 , dan Q3 !
Jawab :
37, 47, 48, 50, 53, 53, 58, 60, 62, 64, 67, 68, 69, 70, 73, 75, 78, 92
1 1
▪ Letak Q1 ada pada urutan (N + 1) = (18 + 1) = 4, 75. Maka Q1 terletak
4 4
diantara data ke 4 dan data ke 5.
Q1 = X4 + 0,75 ( X5 – X4 ) = 50 + 0,75(53 – 50) = 52,25
1 1
▪ Letak Q2 ada pada urutan (N + 1) = (18 + 1) = 9,5
2 2
Q2 = X9 + 0,5 ( X10 – X9 ) = 62 + 0,5(64 – 62) = 63
3 3
▪ Letak Q3 ada pada urutan (N + 1) = (18 + 1) = 14,25
4 4
Q3 = X14 + 0,25 ( X15 – X14 ) = 70 + 0,25(73 – 70) = 70,75
Jadi diperoleh Q1 = 52,25; Q2 = 63 dan Q3 = 70,75. Hasil ini lebih teliti apabila
dibandingkan dengan menggunakan cara sebelumnya.
PELUANG
A. Kaidah Pencacahan
1. Prinsip Dasar Membilang
Jika suatu operasi terdiri dari 2 tahap, tahap pertama dapat dilakukan dengan m cara yang
berbeda dan tahap kedua dapat dilakukan dengan n cara yang berbeda, maka keseluruhan
operasi dapat dilakukan dengan m x n cara. Cara pencacahan seperti ini disebut kaidah
perkalian.
Contoh:
Berikut ini jalan yang dapat dilalui pengendara motor dari kota A ke kota C melelui kota B.
Jawab:
2. Faktorial
Hasil kali bilangan bulat positif (bilangan asli) berturut-turut dari n sampai 1 disebut n
faktorial, ditulis : n!
0! = 1
Contoh:
5!
Hitunglah !
2!
Jawab:
5! 5.4.3.2.1
= =60
2! 2 .1
Misalnya, dari percobaan pelemparan sebuah dadu, maka S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} dan n(S)
= 6. Jika dalam pelemparan dadu tersebut muncul angka {2}, maka bilangan itu disebut
kejadian. Jadi, kejadian adalah himpunan bagian dari ruang sampel.
Jika ruang sampel S mempunyai anggota yang berhingga banyaknya dan setiap titik
sampel mempunyai kesempatan untuk muncul yang sama, dan A suatu kejadian munculnya
percobaan tersebut, maka peluang kejadian A dinyatakan dengan :
n( A)
P(A) =
n( S )
Contoh:
Sebuah dadu mata enam dilempar satu kali. Berapa peluang munculnya mata dadu ganjil
?
Jawab:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} → n(S) = 6
A = {1, 3, 5} → n(A) = 3
n( A) 3 1
Jadi, P(A) = = =
n( S ) 6 2
Fh(A) = P(A) x n
Contoh:
Sebuah dadu mata enam dilantunkan sebanyak 360 kali. Berapakah frekuensi harapan
munculnya mata dadu prima ?
Jawab:
S = {1, 2, 3, 4, 5, 6} → n(S) = 6
A = {2, 3, 5} → n(A) = 3
n( A) 3 1
P(A) = = =
n( S ) 6 2
1
= X 360
2
= 180 kali.
P(AC) = 1 – P(A)
Contoh:
Misalkan dilakukan pengundian dua uang logam Rp 100,00 sekaligus, berapa peluang tidak
diperolehnya “Angka 100” ?
Jawab:
n( M ) 3
P(M) = =
n( S ) 4
3 1
P(MC) = 1 – P(M) = 1 - =
4 4