Anda di halaman 1dari 17

RINGKASAN MATERI MATEMATIKA

ADELWEIS BESITUBA

21147201015

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TRIBUANA KALABAHI

2022
BAB II

REPRESENTASI DATA

A. PENYAJIAN DATA
Macam-macam penyajian data dengan tabel dan diagram/grafik yang dikenal antara lain:
1. Tabel matriks baris dan kolom.
2. Diagram batang.
3. Diagram lingkaran.
4. Diagram lambang/piktogram.
5. Diagram garis.
6. Diagram batang dan daun.
7. Diagram pencar atau plot titik.

1. Diagram Matriks Baris Dan Kolom


Penyajian data yang ditulis dalam bentuk matriks baris dan kolom. Contohnya dapat
dijumpai pada data laporan yang ada di BPS, di mana laporan pembukuannya umumnya
disajikan dalam matriks baris dan kolom, misalnya mengenai data penduduk, data cuaca,
data panen dan sebagainya. Diagram matriks yang dipentingkan adalah keakuratannya.

2. Diagram batang
Diagram batang adalah suatu diagram dengan menggunakan diagram batang -
batang persegi panjang atau balok atau sejenisnya. Diagram batang tepat digunakan untuk
menyajikan data untuk kepentingan perbandingan juga. Lebih dari satu kegiatan dapat
digambarkan dalam satu diagram.

Contoh Soal :

Diagram berikut menunjukkan hasil panen padi.

Frekuensi ( Dalam Ton )


7

0
2008 2009 2010 2011 2012 Tahun

Jumlah panen pada tahun 2010 dan tahun 2011 adalah...


Pembahasan :
Berdasarkan diagram batang di atas diketahui :
 Panen padi tahun 2008 sebanyak 2 ton
 Panen padi tahun 2009 sebanyak 5 ton
 Panen padi tahun 2010 sebanyak 3 ton
 Panen padi tahun 2011 sebanyak 4 ton
 Panen padi tahun 2012 sebanyak 6 ton

Jadi jumlah panen padi tahun 2010 dan 2011 sebanyak 3 ton + 4 ton = 7 ton

3. Diagram Lingkaran

Lingkaran adalah suatu sajian data yang diwujudkan dalam sektor-sektor lingkaran.
Diagram lingkaran sangat tepat menyajikan data untuk kepentingan ‘’ perbandingan’’. Satu
diagram hanya dapat menggambarkan satu kegiatan.

Contoh soal :

Bad
Minto
n 20%

Sepak
Bola
Lari

Basket

Berdasarkan diagram tersebut terdapat data


seluruh siswa kelas IX. Dari hasil pengamatan terdapat 40 siswa dalam kelas tersebut. Maka
berapakah siswa yang gemar berolahraga lari ?

Pembahasan :

Banyaknya siswa yang menyukai lari :

Lari = 100% ─ ( Data Badminton + Data Sepak Bola + Data Basket )

= 100% ─ ( 20% + 25% + 50% )

= 100% ─ 95% = 5%

Maka, jumlah siswa suka lari 5/100 x 40 = 2 anak

Jadi, jumlah siswa yang menyukai olahraga lari sebanyak 2 anak.

4. Diagram garis
Diagram garis adalah bagan visualisasi data yang menampilkan set data dalam
bentuk titik-titik yang dihubungkan dengan garis.
Contoh soal :
Suhu badan Randi selam 10 hari ditunjukkan pada tabel berikut :

Hari ke : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Suhu (◦C) 35 35 37 36 37,5 38 37 38 38,5 37
Buatlah diagram garis pada tabel di atas.
Pembahasan :
Diagram garis suhu badan Randi sebagai berikut :

5. Piktogram
Piktogram adalah representasi data menggunakan gambar atau simbol untuk menarik minat
pembaca.

Contoh :
Piktogram demi keselamatan penumpang di Meols railway station\
6. Diagram Batang dan Daun
Diagram Batang Daun merupakan salah satu dari metode grafik( histogram, diagram dahan
daun, dan box plot) untuk menampilkan ringkasan sebuah data.

Contoh Soal :

Data mengenai waktu CPU untuk melaksanakan suatu job (dalam detik) :

1.17, 1.23, 0.15, 0.19, 0.92, 1.61, 3.76, 2.41, 0.82, 0.75, 1.16, 1.94, 0.71, 0.47, 2.59, 1.38,
0.96, 0.02, 2.16, 3.07, 3.53, 4.75, 1.59, 2.01, 1.40

Buat diagram daunnya!

Pembahasan :

Batang Daun

0 .02 .15 .19 .47 .71 .75 .82 .92 .


96
1 .16 .17 .23 .38 .40 59 .61 .94
2 .01 .16 .41 .59
3 .07 53 .76
4 .75

7. Diagram Plot ( diagram pencar)


Diagram plot adalah jenis sajian data matematis yang dituangkan dalam diagram kertesius.
Jadi pada diagram plot merupakan himpunan titik-titik dalam diagram kartesius. Diagram
plot sering disebut sebagai scatter chart, scatter diagram dan scatter graph.

Contoh :
BAB III

PENGOLAHAN DATA ( UKURAN TENDENSI SENTRAL )

A. DEFINISI DASAR
Ukuran tendensi sentral secara umum diartikan sebagai pusat dari distribusi, dalam hal ini
meliputi mean ( rataan ), median ( nilai pembatas separuh data ), modus ( ukuran yang sering
muncul ) dan sejenisnya. Bentuk datanya dibedakan atas data tunggal dan data berkelompok.
Data tunggal adalah data sampel kecil
Data berkelompok adalah data tunggal yang sudah di kelompok-kelompokkan dalam
bentuk distribusi frekuensi.
1. Mean ( Ma)
Mean aritmetika biasanya menggunakan istilah mean saja.

Mean data tunggal merupakan jumlah nilai data dibagi dengan banyaknya data.

Contoh Soal :
Sebuah data tunggal disajikan dengan urutan sebagai berikut:
6,4,2,3,5,3,2,7
Tentukan nilai rata-rata hitung ( mean ) dari data di atas!

Penyelesaian :

Menghitung jumlah semua nilai

∑x = 6 + 4 + 2 + 3 + 5 + 3 + 2 + 7 = 32

Jadi jumlah semua nilai yaitu 32 dengan jumlah data sebanyak 8 data.

Menghitung rata-rata hitung ( mean )

∑ x 32
x= = =4
∑f 8

2. Modus ( Mo )
Modus data tunggal adalah suatu nilai yang mempunyai frekuensi kemunculan terti
nggi. Secara formula dapat ditulis :
f ( xm ) = max f ( xi ), 1 ≤ i ≤ n
Contoh Soal :
Diberikan data : 1,2,3,3,4,6,5,7,2,2,8,6,2,2
Dalam hal ini dapat ditulis 1 muncul 1x, 2 muncul 5x, 3 muncul 2x, 4 muncul 1x, 6
muncul 2x, 5,7,8 masing-masing muncul sekali. Jadi dalam hal ini modusnya adalah
Mau = 2.

3. Median ( Me )
Median adalah rataan antara dua nilai yang terletak di tengah, dan jika jumlah data
adalah ganjil maka nilai median berada tepat pada urutan tengah.

Contoh Soal :
Diberikan data 4,5,2,6,1,3,4,6,5.
2,1,3,4,5,6,3,3,4.
Pertama kali data tersebut harus diurutkan dahulu sebagai berikut:
1,2,3,4,4,5,5,6,6. Dalam kasus ini n = 9 ( ganjil )
Jadi Me = X( 9 + 1 ) /2 = X5 = 4

4. Generalisasi Median ( Quartil, Desil, Persentil )


Median adalah nilai yang berada di tengah. Dalam hal ini median membagi data
menjadi 50% sebelah kiri dan 50% sebelah kanan. Pembagian ini dapat digeneralisasi pada
pembagian yang lebih kecil. Bila data dibagi 4, diperoleh 25% jumlah data pertama adalah
Q1= Quartil bawah, 50% jumlah data berikutnya adalah Q 2= Median dan 75% jumlah data
berikutnya adalah Q3= Quartil atas.
Perhitungan di sini diberikan rumusnya untuk persentil. Pada perhitungan quartil
dan desil dapat menyesuaikan dengan rumus persentil. Misal Q 1 = P25, D2 = P20 dan seterunya.
Misalkan diberi data x1, x2,..., xn, akan dicari persentil ke-i (pi ).Rumusnya posisi untuk
persentil:

Rumus letak:

Di mana n = banyaknya data,

I = 1,2,...,100

i ( n+1 )
Pi =
100
Untuk perhitungan quartil angka pembagi 100 di ganti 4, perhitungan desil angka 100

i(n+1) i(n+1)
Ki = d1=
4 10
Sehingga nilai yang akan di cari adalah:

Pi = xm . + t ( xm+1 ─ xm )

Di mana :

Pi = nilai yang akan dicari

m = pembulatan pi ke bawah

m+1 = posisi m ditambah 1

t = p1 ─ m.

Contoh Soal :

Diberikan data 1, 1, 2, 3, 3, 6, 8, 9, 10, 10, 12, 16, 18, 20


a. Dicari median atau persentil ke-50.
Diperoleh m = 6,5 t = 6,5 – 6 = 0,5,
50(14+1)
P50 = = 7,5
100
Sehingga Me = P50 = Xm + t ( Xm+1-Xm), data ke-6 adalah 6, data ke-7 adalah 8.
= 6 + 0,5 ( 8 ─ 6 ) = 6,5

b. Dicari desil ke-7 atau P70.


(14 +1)
Letak D7 = P70 = 70 = 10,5
100
D7 = P70 = 11 + 0,1 ( 12 ─ 10 ) = 11,1

B. HUBUNGAN ANTARA MEAN, MEDIAN DAN MODUS


Jika kita hanya memiliki sedikit kecenderungan skewness ( kemiringan ) maka cocok memiliki
hubungan :
Mo ≈ 3 ( ẋ ─Me )

Median , quartil, desil, persentil di sini bisa di tunjukkan bahwa kepentingan perhitungan
tersebut hanya meranking data, yang di bagi-bagi adalah jumlah respondennya, besarnya nilai
tidak begitu penting, akan tetapi banyaknya data penting.
Kita mengambil contoh :
Data pertama : 5, 7, 9, 20 median = 4
Data kedua : 5, 7, 9, 20000 median = 4
Data ketiga : 5, 7, 9, 2 juta median = 4
Di sini data yang berbeda menunjukkan nilai median yang sama. Jadi pada perhitungan di
sini yang di pentingkan pembagian jumlah responden.

C. PERHITUNGAN UNTUK DATA BERKELOMPOK


Data berkelompok di sini adalah data tunggal dalam jumlah cukup banyak dan dikelompok-
kelompokkan menurut batas interval yang ditentukan.
Tabulasi satu dimensi, misalkan diketahui ada 60 siswa mendapatkan lembaran nilai dari seorang
guru datanya sebagai berikut:

ABB CBA AAC BBB AAA CBA DBE DAB DAC DAB
DBA EDB CEA CCC CEE BBE ADE DDD BBE AAA
Seperti yang kita lihat ada beberapa anak yang mendapatkan nilai A, dan selanjutnya
berapa anak yang mendapatkan nilai E. Untuk kegiatan ini sebaiknya dibuat turus ( tallly )
agar tidak terjadi data yang terlewati.

Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Nilai Siswa

Nilai Turus Frekuensi


A IIII IIII IIII II 17
B IIII IIII IIII 16
C IIII IIII 9
D IIII IIII 10
E IIII III 8

Menentukan panjang Interval per kelas ( Disingkat Panjang Interval (p) )

Ditentukan dengan melihat terlebih dahulu rentang data.


Rentang = Nilai tertinggi = Nilai terendah
Selanjutnya dapat dihitung nilai p dengan rumus :

P
Rentang
B
Yang di bulatkan selalu ke atas ( karena bila pembulatan ke bawah di mungkinkan
terjadi suatu nilai tertinggi tidak masuk dalam interval kelas terakhir ). Untuk data di atas
diperoleh :

Rentang = 29 ─ 6

= 23

P = 23/6

= 3,83 ≈ 4

Panjang interval kelas tersebut diartikan sebagai selisih batas atas dan batas bawah.
Batas bawah ( lower boundary limit) adalah nilai terkecil yang tertulis dalam interval minus
setengah satuan terkecil. Batas atas ( upper boundary limit ) adalah nilai terbesar yang
tertulis dalam interval di tambah setengah satuan terkecil. Misalkan suatu interval ditulis 30-
39 dengan satuan terkecil adalah 1 ( bilangan bulat ), batas bawah = 30 ─ 0,5 = 29,5 dan
batas atas = 39 + 0,5 = 39,5.

Contoh soal :
Suatu interval ditulis 40-49 dengan satuan terkecil adalah 1 ( bilangan bulat )

Penyelesaian :

Batas bawah = 40 ─ 0,5 = 39,5

Batas atas = 49 + 0,5 = 49,5

Menentukan Nilai Interval Kelas Terbawah

Pengambilan penulisan interval kelas terkecil biasanya dipilih dimulai dari nilai data
terendah atau dari nilai yang lebih kecil dari nilai terendah tetapi selisihnya harus kurang dari
panjang kelas intervalnya. Sekarang kita buat tabel distribusi frekuensi untuk data tabel 3.2.

Contoh Soal :

Tabel 3.2 Data Nilai 30 siswa

17 10 21 9 10 25

18 20 24 25 7 16

16 13 22 8 25 29

18 22 30 26 5 29

15 16 20 23 6 14

Terlihat dari tabel 3.2 tersebut nilai terendah adalah 5, sesuai perhitungan di atas
kelas interval ada 6 dan panjang interval kelas p = 5. Jadi apabila dimulai dari nilai terendah,
maka kelas interval yang pertama adalah 5-10. Secara lengkap diberikan seperti pada Tabel
3.3.

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Nilai Tes


Kelas Turus Frekuensi
5 ─ 10 IIII I 6
11 ─ 14 II 2
15 ─ 20 IIII IIII 10
21 ─ 25 IIII III 8
26 ─ 30 IIII 4

Membuat Daftar Distribusi Frekuensi


Penulisan interval kelas terkecil biasanya dipilih dimulai dari nilai data terendah atau dari
nilai yang lebih kecil dari nilai terendah tetapi selisihnya harus kurang dari Panjang kelas intervalnya.

Misalkan kita mempunyai data 30 orang.

18 20 21 8 6 16
17 22 20 9 25 29

17 10 24 25 10 14

16 13 22 23 6 25

18 16 20 26 7 29

Kita bisa lihat di atas nilai terendah adalah 6, sesuai perhitungan di atas kelas interval ada 6 dan
Panjang interval kelas p = 4. Jadi apabila dimulai dari nilai terendah, maka kelas interval yang
pertama adalah 6-9.

Kelas Turus Frekuensi

6–9 IIII 5

10 – 13 III 3

14 – 17 IIII I 6

18 – 21 IIII I 6

22 – 25 IIII II 7

26 - 29 III 3

D. DIAGRAM PADA DISTRIBUSI FREKUENSI


Kecenderungan data dalam bentuk distribusi frekuensi membentuk kurva, terlebih dahulu kita
lihat diagram histrogram. Diagram histrogram adalah gambar dalam diagram kartesius antara
nilai (sebagai sumbu datar) dengan frekuensi (sebagai sumbu tegak). Histrogram hampir sama
dengan diagram batang, hanya bedanya bahwa histogram menggambarkan data kontinu (hasil
pengukuran = data interval/rasio.

Contoh Tabel Histogram


E. MENGHITUNG TENDENSI SENTRAL DATA BERKELOMPOK.
Untuk data yamg telah disusn dalam daftar distribusi frekuensi, rata-ratanya dihitung dengan
rumus:

x=
∑ f 1 x1
∑f1
Disini x1 = tanda kelas interval dan f1 = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas x1

Contoh soal :

Berikut ini data observasi mengenai laba setia hari yang diperoleh PT probo selama 30 hari pada bulan April 2006.

Laba Frekuensi ( f ) Nilai Tengah ( M ) fM

40 – 49 4 44.5 178

50 – 59 6 54.5 327

60 – 69 10 64.5 645

70 – 79 4 74.5 298

80 – 89 4 84.5 338

90 – 99 2 94.5 189

∑f ∑ fM : 1975

Rata-rata laba setiap hari :


∑ fM = 1975

∑f = 30

∑ FM
U =
∑F

1975
= = 65. 83
30

Menghitung Modus

Untuk menghitung modus sesungguhnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah x =

75,5 + 10 [ ]
9
80
= 76,62.

Modus di cari dengan menggunakan :

Mau = bbmo + p [ C1
c 1+c 2 ]
Dimana : bbmo = batas bawah kelas modus

p = panjang interval kelas

c1 = Selisih kelas modus dengan kelas sebelumnya

c2 = Selisih kelas modus dengan kelas sesudahnya

Menghitung median, Quartil, Desil dan persentil

 Kuartil
Kuartil adalah ukuran letak yang membagi data yang telah diukur atau data yang berkelompok
menjadi empat bagian yang sama besar.
Contoh soal :
Tentukan kuartil 1 dan 3 dari data tabel berikut :
Interval f

87-108 2

109-130 6

131-152 10

153-174 4

175-196 3

25

Pembahasan :
N = 25 Cf = 2
1/4N = ¼ x 25 = 6.25 F =6
L = 109 ─ 0.5 = 108.5 I = 22

Q1 = L + ( ( 1/4N ─ Cf ) x I ) : f

= 108.5 + ( ( 6.25 ─ 2 ) x 22 ) : 6

= 108.5 + 93.5 : 6

= 108.5 + 15.58

= 124.08

 Desil
Desil adalah titik atau skor atau nilai yang membagi seluruh distribusi frekuensi dari data yang
kita selidiki ke dalam 10 bagian yang sama besar, yang masing-masing sebesar 1/10N.
Rumus Desil Data Kelompok
Dsi = L + ( ( i/10N ─ Cf )x I ) : fd
Keterangan :
D = Desil
L = Titik bawah
N = Banyak data
I = Desil 1,2,3,...10
Cf = Frekuensi komulatif – sebelum kelas
Fd = Frekuensi kelas desil
I = Panjang kelas

Contoh soal :

Tentukan desil 7 dari tabel berikut :

Tentukan kuartil 1 dan 3 dari data tabel berikut :


Interval f

87-108 2

109-130 6

131-152 10

153-174 4

175-196 3

25

Pembahasan :

Ds 7 ( Desil 7 )

N = 25

7/10N = 7/10x25=17.5

L = 131 ─ 0,5 = 130.5

Cf = 2+6= 8

Fd = 10

I = 22

Ds 7 = L + (( 7/10N – CF ) x I ) : Fd

= 130.5 + (( 17.5 – 8 ) x 22 ) /10

= 130.5 + ( 9.5 x 22 ) : 10

= 130.5 + 209:10

=130.5 + 20.9

= 151.4

 Persentil
Persentil adalah titik atau skor atau nilai yang membagi seluruh distribusi frekuensi dari data
yang kita selidiki ke dalam 100 bagian yang sama besar, karena itu persentil sering di sebut
ukuran perseratusan.
Rumus persentil data kelompok
Psi = L + (( i/100N – Cf ) x I ) : fd
Keterangan :
D = Persentil
L = Titik bawah
N = Banyak data
I = Persentil 1, 2, 3,...100
Cf = Frekuensi komulatif – sebelum kelas
Fd = Frekuensi kelas persentil
I = Panjang kelas

Contoh Soal :
Tentukan persentil 94 dari data tabel berikut :

Interval f

87-108 2

109-130 6

131-152 10

153-174 4

175-196 3
Ps 25 94
N = 25
94/100 x 25 = 23.5
L = 175 – 0.5 = 23.5
Cf = 2 + 6 + 8 + 10 + 4 = 22
Fps =3
I = 22

Ps94 = L + ((94/100N – Cf )xI ) : fd


= 174.5 + ((23.5 – 22 ) x 22 ) : 3
= 174.5 + ( 1.5 x 22 ) : 3
= 174.5 + 33 : 3
= 174.5 + 11
= 185.5

F. PERHITUNGAN STATISTIK MENGGUNAKAN EXCEl


* Menghitung Sintak Excel
Perinta selalu dimulai dengan tanda = ( sama dengan )
Rata-rata = average (.. blok yang dihitung..)
Median = median (B2:b15)
Modus = mode (B2:B15)
Minimum = min ( B2:B15)
Maksimum = max (B2:B15)
Jumlah = sum (B2:B15)
Banyak data = count (B2:B15)
Quartil 1 = quartile (B2:B15,1)

Anda mungkin juga menyukai