PENDAHULUAN
1. Statistik:
- Kumpulan data dalam bentuk angka dan non angka
- ukuran/karakteristik pada sampel
2. Statistika:
- Ilmu yang mempelajari tentang statistik
- Ilmu yang berkaitan dengan metode untuk mengumpulkan, mengolah,menyajikan,
menganalisa data dan menarik kesimpulan
3. Pengertian data
a. Data kuantitatif (berupa angka)
Data yang nilainya bisa variabel
- Data diskrit
Data yang diperoleh dari hasil perhitungan
Contoh:
1. Mahasiwa TIH 2 berjumlah 42 orang.
2. Politeknik Pertanian Negeri Kupang memiliki 3 Jurusan
3. Adi memiliki 5 orang saudara kandung
b. Data eksteren
Data yang bersumber dari luar institusi
5. Data Eksteren
a. Data primer
Data yg langsung dikumpulkan sendiri
b. Data sekunder
Data yg tidak langsung dikumpulkan sendiri
1
Data primer lebih baik dari data sekunder
6. Jenis statistika
a. Statistika deskriptif
Berkenaan dengan cara mendeskripsikan, menggambarkan, dan menjabarkan data
b. Statistika inferensia (statistika induktif)
Berkenaan dengan cara penarikan kesimpulan berdasar data yang diperoleh dari
sampel untuk menggambarkan karakteristik suatu populasi
Statistika inferensi didahului oleh statistik deskriptif
7. Pengumpulan data
a. Interview
b. Kuesioner
c. Observasi
d. Tes dan skala objektif
e. Metode proyektif
8. Pengukuran
a. Skala nominal
Memiliki ciri untuk membedakan skala ukur yang satu dengan yang skala ukur yang lain
Contoh:
Mata pencaharian orang tua mahasiwa di Kelas A adalah Petani, Nelayan, PNS, dan
Karyawan Swasta
b. Skala ordinal
Memiliki ciri untuk membedakan juga untuk mengurutkan pada rentangan tertentu.
Misalnya sangat tidak baik, kurang baik, cukup baik, baik, dan baik sekali
c. Skala interval
Memiliki ciri untuk membedakan juga untuk mengurutkan pada rentangan tertentu dan
memiliki jarak interval yang sama
Contoh:
Suhu bulan Agustus di kota A, B, dan C berturut-turut adalah 21oF, 27oF, 25oF
d. Skala ratio
Memiliki ciri untuk membedakan, mengurutkan, jarak interval yang sama, dan ada titik
Nol berarti
Contoh:
Jumlah mahasiswa Perguruan Tinggi X adalah 900 orang dan mahasiswa TI
sebanyak 300 mahasiswa;
9. Populasi dan Sampel
Populasi : Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang memiliki kuantitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari &
kemudian ditarik kesimpulannya kemudian ditarik kesimpulannya
Sampel : sebagian dari jumlah & karakteristik yang dimiliki populasi
2
B. MENYAJIKAN DATA DALAM BENTUK DIAGRAM
1. Diagram Garis
Diagram garis adalah suatu penyajian data statistik menggunakan garis-garis
lurus. Biasanya, digunakan untuk menyajikan data yang diperoleh dari hasil pengamatan
terhadap suatu objek dari waktu ke waktu secara berurutan. Dalam hal ini,sumbu X
menunjukan waktu pengamatan, sedangkan sumbu Y menunjukan hasil pengamatan.
Contoh :
Pada sebuah penelitian seorang siswa meneliti panjang batang kecambah setiap
dua hari sekali dengan hasil sebagai berikut
Umur
0 2 4 6 8 10 12
(hari)
Panjan
0 2 4,5 6 8 9,5 10
g (cm)
10 9.5 10
8 8
6 6
4 4.5
2 2
0 0
0 5 10 15
Umur (hari)
2. Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran adalah diagram untuk menyajikan data statistik dengan
menggunakan daerah lingkaran. Seluruh daerah lingkaran menunjukkan keseluruhan
daata (100%). Kemudian daerah lingkaran itu dibagi menjadi beberapa bagian sehingga
masing-masing bagian berbentuk juring lingkaran yang menunjukkan bagian atau
persentase.
Contoh :
Tabel berikut menunjukan anggota eskul olahraga SMANTIQ Kupang.
Jenis olahraga Jumlah Anggota
Sepakbola 60
Basket 50
Voli 45
Bulu tangkis 25
Tenis meja 20
Sajikan data di atas dengan diagram lingkaran.
3
Penyelesaian :
Untuk membuat diagram lingkaran, terlebih dahulu kita menentukan besar
persentase tiap objek terhadap keseluruhan data dan besar sudut pusat sektor lingkaran
yang dimaksud yang disajikan dalam tabel di bawah ini.
Sepakbola
Basket
Voli
Bulu tangkis
Tenis meja
3. Diagram Batang
Diagram batang adalah suatu penyajian data dengan menggunakan batang-batang
arah vertikal. Lebar setiap batang adalah sama dengan tinggi atau panjang batang sesuai
dengan jumlah data masing-masing.
Contoh:
Jenis Olahraga Jumlah Anggota
Sepakbola 60
Basket 50
Voli 45
Bulu tangkis 25
Tenis meja 20
4
Data di atas adalah jumlah anggota eskul SMANTIQ Kupang. Sajikan data tersebut
dalam diagram batang.
Penyelesaian:
70 60
60 50
Jumlah Anggota
50 45
40
30 25
20
20
10
0
Sepakbola Basket Voli Bulu tangkis Tenis meja
5
4) Titik tengah kelas atau tanda kelas (class mid point/class marks)
Titik tengah kelas adalah angkaatau nilai data yang tepat terletak di tengah suatu
kelas. Titik tengah kelas merupakan nilai yang mewakili kelasnya.
Titik tengah kelas = ½ (batas atas + batas bawah) kelas.
5) Interval kelas (class interval)
Interval kelas adalah selang yang memisahkan kelas yang satu dengan kelas
yang lain.
6) Panjang interval kelas atau luas kelas (interval size)
Panjang interval kelas adalah jarak antara tepi atas kelas dan tepi bawah kelas.
7) Frekuensi kelas (class frequency)
Frekuensi kelas adalah banyaknya data yang termasuk ke dalam kelas tertentu.
Contoh Soal:
Tabel Modal Perusahaan Percetakan “Prima Mandiri”
Modal (jutaan Rupiah) Frekuensi (f)
60 – 69 16
70 – 79 32
80 – 89 20
90 – 99 17
100 – 109 15
Jumlah 100
6
3) Menentukan banyaknya kelas (k).
Keterangan :
k = banyaknya kelas
n = banyaknya data
4) Menentukan panjang interval kelas
jangkauan ( R)
Panjang interval kelas (i) =
banyaknya kelas( k)
5) Menentukan batas bawah kelas pertama.
Batas bawah kelas pertama biasanya dipilih dari data terkecil atau data terkecil yang
berasal dari pelebaran jangkauan (data yang lebih kecil dari data terkecil) dan selisihnya
harus kurang dari panjang interval kelasnya.
6) Menuliskan frekuensi kelas secara melidi dalam kolom turus atau tally (sistem turus)
sesuai banyaknya data.
Contoh soal :
Dari hasil pengukuran diameter pipa dibuat oleh sebuah mesin (dalam mm terdekat)
diperoleh data sebagai berikut.
78 72 74 79 74 71 75 74 72 68
72 73 72 74 75 74 73 74 65 72
66 75 80 69 82 73 74 72 79 71
70 75 71 70 70 70 75 76 77 67
Penyelesaian :
a) Urutkan data :
65 66 67 68 69 70 70 70 70 71
71 71 72 72 72 72 72 72 73 73
73 74 74 74 74 74 74 74 75 75
75 75 75 76 77 78 79 79 80 82
b) Jangkauan (R) = 82 – 65 = 17
7
e) Batas kelas pertama adalah 65 (data terkecil)
f) Tabelnya
Tabel Pengukuran Diameter Pipa-pipa (satuan mm)
Diameter Turus Frekuensi
65 – 67 III 3
68 – 70 IIII I 6
71 – 73 IIII IIII II 12
74 – 76 IIII IIII III 13
77 – 79 IIII 4
80 – 82 II 2
Jumlah 40
d. Jenis-jenis Distribusi Frekuensi
Berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, distribusi frekuensi dapat dibedakan atas tiga jenis,
yaitu distribusi frekuensi biasa, distribusi frekuensi relatif, dan distribusi frekuensi
kumulatif.
1. Distribusi Frekuensi Biasa
Distribusi frekuensi biasa adalah distribusi frekuensi yang hanya berisiskan jumlah
frekuensi dari setiap kelompok data. Jenis-jenis distribusi frekuensi biasa, yaitu:
a) Distribusi frekuensi numerik
Distribusi frekuensi numerik adalah distribusi frekuensi yang pembagian kelasnya
dinyatakan dalam angka.
Contoh :
Tabel Pelamar Perusahaan Percetakan “Prima Mandiri”
Umur (tahun) Frekuensi
20 – 24 15
25 – 29 20
30 – 34 9
35 – 39 4
40 – 44 2
Jumlah 50
8
b) Distribusi frekuensi peristiwa atau kategori
Distribusi frekuensi peristiwa atau kategori adalah distribusi frekuensi yang pembagian
kelasnya dinyatakan berdasarkan data atau golongan data yang ada
Contoh :
Tabel Hasil Pelemparan Dadu sebanyak 30 kali
Angka Dadu (X) Banyaknya Peristiwa (f)
1 4
2 6
3 5
4 3
5 8
6 4
Jumlah 30
41 71 83 54 64 72 88 62 74 43
60 78 89 76 84 48 84 90 15 79
34 67 17 82 69 74 63 80 85 61
1. Data terkecil = 10 dan Data terbesar = 98
r = 98 – 10 = 88
Jadi rentang/jangkauannya adalah sebesar 88
2. Banyak kelas (k) = 1 + 3,3 log 60 = 6,8
Jadi banyak kelas adalah sebanyak 7 kelas
3. Panjang kelas (p) = 88 / 7 = 12,5 mendekati 13
4. Ujung bawah kelas pertama adalah 10, dibuat beberapa alternatif ujung bawah
kelas yaitu 10, 9, dan 8
Maka batas bawah kelas-nya adalah 9,5 ; 8,5 ; dan 7,5
5. Batas atas kelas pertama adalah batas bawah kelas ditambah lebar kelas, yaitu
sebesar
- 9,5 + 13 = 22,5
- 8,5 + 13 = 21,5
- 7,5 + 13 = 20,5
9
- 20,5 – 0,5 = 20
Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
8-20 9-21 10-22
21-33 22-34 23-35
34-46 35-47 36-48
47-59 48-60 49-61
60-72 61-73 62-74
73-85 74-86 75-87
86-98 87-99 88-100
Misal dipilih Alternatif 2
7. Nilai tengah kelas adalah
batas bawah kelas + batas atas kelas
8,5 + 21,5 2
= 15
2
8. Frekuensi kelas pertama adalah 3
IntervalKelas Batas Kelas Nilai Tengah Frekuensi
9-21 8,5-21,5 15 3
22-34 21,5-34,5 28 4
35-47 34,5-47,5 41 4
48-60 47,5-60,5 54 8
61-73 60,5-73,5 67 12
74-86 73,5-86,5 80 23
87-99 86,5-99,5 93 6
Jumlah 60
10
Distribusi frekuensi kumulatif ada 2, yaitu distribusi frekuensi kumulatif kurang
dari dan lebih dari
11
Lebih Dari
9-21 lebih dari 8,5 60 100
22-34 lebih dari 21,5 57 95
35-47 lebih dari 34,5 53 88,33
48-60 lebih dari 47,5 49 81,66
61-73 lebih dari 60,5 41 68,33
74-86 lebih dari 73,5 29 48,33
87-99 lebih dari 86,5 6 10
lebih dari 99,5 0 0
12
h) OGIF
1. Ogif Frekuensi Kumulatif Kurang Dari
13
Latihan
Buatlah tabel distribusi frekuensi data berkelompok untuk data di atas, dengan menggunakan
10 langkah yang telah disebutkan sebelumnya!
Buatlah histogram dan poligon!
14
BAB II
UKURAN PEMUSATAN DAN UKURAN LETAK
Jika X1, X2, ... Xn masing-masing memiliki frekuensi f1, f2,...,fn, maka rata-rata
hitungnya sebagai berikut :
X=
∑ fX = f 1 X 1+ f 2 X + …+f n X n
2
∑f f 1+ f 2 +…+ f n
2) Rata-rata hitung (mean) data berkelompok
Metode biasa
Apabila telah dibentuk distribusi frekuensi biasa, dengan f 1 = frekuensi pada
interval kelas ke-i, maka rata-rata hitung (mean) dapat dihitung dengan rumus :
ΣfX
X=
Σf
Contoh soal:
Tentukan rata-rata hitung dari tabel berikut:
15
Tabel Berat badan 100 orang mahasiswa Pascasarjana UNSRI Teknologi Pendidikan 2013
Berat Badan Banyaknya
(kg) Mahasiswa (f)
50 – 52 10
53 – 55 25
56 - 58 32
59 – 61 15
62 – 64 18
Jumlah 100
Penyelesaian:
Berat Badan Banyaknya Nilai Tengah Fx
(kg) Mahasiswa (f) (X)
50 – 52 10 51 510
53 – 55 25 54 1350
56 - 58 32 57 1824
59 – 61 15 60 900
62 – 64 18 63 1134
Jumlah 100 - 5718
X=
∑ = 5718 =57,18
fX
∑ f 100
Metode Simpangan Rata-rata
Apabila M adalah rata-rata hitung sementara maka rata-rata hitung dapat dihitung
dengan rumus :
X =M +
∑ fd
∑f
Keterangan:
M = rata-rata hitung sementara, biasanya diambil dari titik tengah kelas dengan
frekuensi terbesarnya (titik tengah kelas modus)
d = X–M
X = titik tengah interval kelas
f = frekuensi kelas
Contoh Soal :
Dengan soal yang sama seperti di atas seperti pada tabel 1.1, tentukan mean nya
dengan metode simpangan rata-rata
16
59 – 61 15 60 3 45
62 – 64 18 63 6 108
Jumlah 100 - 0 18
X =M +
∑ fd
∑f
18
X =57+ =57,18
100
Metode coding
Metode coding sering digunakan apabila nilai-nilai dalam data yang berupa bilangan-
bilangan besar. Pada dasarnya, metode itu merupakan penjabaran dari metode
simpangan rata-rata. Dirumuskan :
X =M + C x
∑ fu
∑f
Keterangan :
M = rata-rata hitung sementara
C = panjang kelas
u = 0, ±1, ±2, ...
d
= , dengan d = X – M
C
Contoh soal:
Dengan soal yang sama seperti di atas pada tabel 1.1, gunakan dengan metode
coding
Berat Badan F X d = X –M U fd
(kg)
50 – 52 10 61 -6 -2 -20
53 – 55 25 64 -3 -1 -25
56 - 58 32 67 0 0 0
59 – 61 15 70 3 1 15
62 – 64 18 73 6 2 36
Jumlah 100 - 0 0 6
X =M + C x
∑ fu
∑f
6
X =57+3 x =57,18
100
b. Median
Median adalah nilai tengah dari data yang diurutkan. Median sering juga disebut rata-
rata posisi. Median disimbolkan dengan Me atau Md.
1) Median data tunggal
Jika jumlah data ganjil, mediannya adalah data yang berada paling tengah.
Me = Xn/2
17
Jika jumlah data genap, mediannya adalah hasil bagi jumlah dua data yang
berada di tengah.
Xn
+X
Me = 2 (n+ 2)/2
Contoh Soal :
Tentukan median dari distribusi frekuensi berikut:
Tabel 1.2 Diameter dari 40 buah pipa
Diameter Pipa (m) Frekuensi (f)
85 – 87 2
88 – 90 5
91 – 93 13
94 – 96 14
97 – 99 4
100 – 102 2
Jumlah 40
Penyelesaian :
1
Jumlah frekuensi (n) = 40 dan n = 20
2
1
Kelas median adalah (∑ f 2 ¿0 ≥ n
2
f1 + f2 + f3 = 20 ≥ 20
Jadi, kelas median adalah kelas ke-3
B = 90,5
∑ f 2 ¿0 = 7
C = 3
fMe = 13
1 20−7
Me = B + n – ¿ ¿ = 90,5 + x3
2 13
= 93,5
c. Modus (Mode)
18
Modus adalah nilai yang sering muncul dalam data. Modus disimbolkan dengan Mo.
Cara mencari modus dibedakan antara data tunggal dan data kelompok.
Modus data tunggal
Modus data tunggal adalah data yang frekuensinya terbanyak.
Contoh soal :
Tentukan modus dari data : 1, 2, 4, 4, 5, 8, 9.
Modus = 4
Modus data kelompok
Modus akan berada pada kelas yang memiliki frekuensi terbesar. Kelas yang
memiliki frekuensi terbesar disebut sebagai kelas modus.
d1
Mo=L+ xC
d 1+ d 2
Keterangan :
Mo = modus
L = tepi bawah kelas modus
d2 = selisih frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas sesu
C = panjang interval kelas
Contoh soal :
Dari tabel 1.2 diketahui bahwa kelas modus adalah kelas ke-3
L = 85,5
d1 = 7
d2 = 17
C = 3
d1
Mo = L+ xC
d 1+ d 2
7
= 85,5 + x3
7+17
= 88,375
19
B. Ukuran Letak
a. Data Tersebar
1) Kuartil
Kuartil dapat dikatakan sebagai ukuran perempatan, artinya nilai-nilai kuartil akan
membagi empat sama banyak terhadap banyak data. Terdapat tiga jenis kuartil, yaitu
kuartil bawah atau pertama (Q1), kuartil tengah atau kurtil kedua (Q2), dan kuartil atas
atau ketiga (Q3). Kuartil kedua sama dengan median.
a) Kuartil data tunggal
Untuk data tunggal, kuartil-kuartilnya dapat dicari dengan menggunakan metode
mencari median, atau rumus:
i ( n+1 )
Q1 = nilai yang ke ,i=1 , 2 ,3
4
Contoh Soal:
Tentukan kuartil dari data 1, 3, 5, 10, 12, 15, 16
Penyelesaian:
Data diurutkan 1, 3, 5, 10, 12, 15, 16
n =7
i ( n+1 )
Q1 = nilai ke
4
1 ( 7+1 )
Q1 = nilai yang ke = 2, yaitu 3
4
2 ( 7+ 1 )
Q2 = nilai yang ke = 4, yaitu 10
4
3 (7 +1 )
Q3 = nilai yang ke = 6, yaitu 15
4
b) Kuartil data berkelompok
Untuk data berkelompok kuartil-kuartilnya dapat dicari dengan rumus:
n
−( ∑ f 1 ) 0
Q1 = B1 + 4 .C
f Q1
Keterangan:
B1 = tepi bawah kelas kuartil
n = jumlah semua frekuensi
i = 1, 2, 3b
(Σf1)o = jumlah frekuensi semua kelas sebelum kelas kuartil
C = panjang interval kelas
fQ1 = frekuensi kelas kuartil
Contoh soal:
Tentukan Q1, Q2, dan Q3 dari distribusi frekuensinya!
Tabel Diameter dari 40 buah pipa
Diameter Pipa (m) Frekuensi (f)
85 – 87 2
88 – 90 5
20
91 – 93 13
94 – 96 14
97 – 99 4
100 – 102 2
Penyelesaian:
Dari tabel 1.2 diketahui:
n = 40, berarti ¼ n = 10, ½ n = 20 dan ¾ n = 30
Kelas Q1 = kelas ke-3
Kelas Q2 = kelas ke-3
Kelas Q3 = kelas ke-4
B1 = 90,5 (ada di kelas ke-3)
B2 = 90,5 (ada di kelas ke-3)
B3 = 93,5 (ada di kelas ke-4)
(Σf1)o = 7; (Σf2)o = 7; (Σf1)o = 20
C=3
fQ1 = 13; fQ2 = 13; fQ3 = 14
n
−( ∑ f 1 ) 0
Q1 = B1 + 4 .C
f Q1
1
x 40−7
= 90,5 + 4
.3
13
= 90,5 + 0,69
= 91,19
2n
−( ∑ f 2 ) 0
Q2 = B2 + 4 .C
f Q2
2
x 40−7
= 90,5 + 4
.3
13
= 90,5 + 3
= 93,5
3n
− ( ∑ f 3) 0
Q3 = B3 + 4 .C
fQ3
3
x 40−20
= 93,5 + 4
.3
14
= 93,5 + 2,14
= 95,64
2) Desil (D)
21
Desil adalah fraktil yang membagi seperangkat data yang telah terurut menjadi sepuluh
bagian yang sama. Cara mencari desil dibedakan antara data tunggal dan kelompok.
a) Desil data tunggal
Untuk data tunggal desil-desilnya dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut.
i ( n+1 )
D = nilai ke ,i=1 , 2 , … , 9
10
Contoh soal:
Tentukan desil ke-3 (D3) dan desil ke-7 (D7) dari data berikut.
1, 3, 5, 10, 12, 15, 16
Penyelesaian:
3 (7 +1 )
D3 = data ke
10
24
= data ke = data ke 2,4
10
= X2 + 0,4 (X3 – X2)
= 3 + 0,4 (5 – 3)
= 3,8
7 ( 7+1 )
D7 = data ke
10
56
= data ke = data ke 5,6
10
= X5 + 0,6 (X6 – X5)
= 10 + 0,6 ( – 10)
= 10,8
Contoh Soal:
Tentukan desil ke-4 dan ke-8
Tabel Diameter dari 40 buah pipa
Diameter Pipa (m) Frekuensi (f)
22
85 – 87 2
88 – 90 5
91 – 93 13
94 – 96 14
97 – 99 4
100 – 102 2
Jumlah 40
Penyelesaian:
Untuk mencari desil ke-4 dan desil ke-6, terlebih dahulu dicari kelas desil ke-4 dan
kelas desil ke-6, yaitu:
4
1) Kelas desil ke-4, jika (Σf4)o ≥ (n)
10
6
2) Kelas desil ke-6, jika (Σf6)o ≥ (n)
10
Dari tabel 1.2 tersebut diketahui:
4 6
n = 40, maka (40) = 16 dan (40) = 24
10 10
Kelas D4 adalah kelas ke-4
Kelas D6 adalah kelas ke-6
B4 = 93,5 (tepi bawah kelas ke-4)
B6 = 99,5 (tepi bawah kelas ke-6)
(Σf4)o = 20 dan (Σf6)o = 38
C = 10
fD4 = 14 dan fD6 = 2
4n
−( ∑ f 4 ) 0
D4 = B4 + 10 .C
f D4
4 x 40
−20
= 93,5 + 10
.10
14
= 93,5 + (-2,86)
= 90,64
6n
−( ∑ f 6 ) 0
D6 = B6 + 10 .C
f D6
6 x 40
−38
= 99,5 + 10
.10
2
= 99,5 + (-70)
= 90,64 + (-1)
= 29,5
3) Persentil
Persentil adalah fraktil yang membagi seperangkat data yang telah terurut yang menjadi
seratus bagian yang sama. Terdapat sembilan puluh sembilan persentil, yaitu persentil
23
pertama(P1), persentil kedua (P2), ... dan persentil kesembilan puluh sembilan (P99). Cara
mencari persentil dibedakan antara data tunggal dan data berkelompok.
a) Persentil data tunggal
Rumus:
i( n+1)
Pi = nilai ke , i = 1, 2, 3, ..., 99
100
Contoh soal:
Tentukan persentil k3-10 (P10) dan persentil ke-76 (P76) dari data berikut!
30 31 32 34 36 36 37 40 41 41
43 45 45 45 46 47 47 48 49 50
51 51 52 53 54 56 57 58 59 60
Penyelesaian:
n = 30
10 (30+ 1 )
P10 = nilai ke
100
310
= nilai ke = 3,1
100
= X3 + 0,1 (X4 – X3)
= 32 + 0,1 (34 – 32)
= 32 + 0,1 (2)
= 32 + 0,2
= 32,2
76 ( 30+1 )
P76 = nilai ke
100
2356
= nilai ke = 23,56
100
= X23 + 0,56 (X24 – X23)
= 52 + 0,56 (53 – 52)
= 52 + 0,56 (1)
= 52 + 0,56
= 52,56
24
Dari distribusi fekuensi di bawah ini, tentukan P35 dan P88!
Tabel TINGGI 100 MAHASISWA
UNIVERSITAS SWASTA TAHUN 1990
Tinggi (cm) Frekuensi (f)
150 – 154 4
155 – 159 8
160 – 164 14
165 – 169 35
170 – 174 27
175 – 179 12
Jumlah 100
Penyelesaian:
Untuk mencari persentil ke-35 dan persentil ke-88, terlebih dahulu dicari kelas
persentil ke-35 dan ke-88.
35
(1) Kelas persentil ke-35, jika (Σf35)o ≥
100
88
(2) Kelas persentil ke-88, jika (Σf88)o ≥
100
Dari tabel 1.9 di atas, diketahui:
35 88
n = 100, maka (100) = 35 dan (100) = 88
100 100
Kelas P35 adalah kelas ke-4
Kelas P88 adalah kelas ke-5
B35 = 164,5 (tepi bawah kelas ke-4)
B88 = 169,5 (tepi bawah kelas ke-5)
(Σf35)o = 26 dan (Σf88)o = 61
C =5
Fp35 = 35 dan fp88 = 27
¿ −( f ) o
= B + 100 )
( ∑ i
Pi i
.C
f Pi
25
= 169,5 + 5
= 174,5
26
BAB III
UKURAN PENYEBARAN (DISPERSION)
Ukuran dispersi atau ukuran variasi atau ukuran penyimpangan adalah ukuran yang
menyatakan seberapa jauh penyimpangan nilai-nilai data dari nilai-nilai pusatnya atau ukuran
yang menyatakan seberapa banyak nilai-nilai data yang berbeda dengan nilai-nilai pusatnya.
A. Jangkauan (Range, R)
Jangkauan atau ukuran jarak adalah selisih nilai terbesar data dengan nilai terkecil data.
Cara mencari jangkauan dibedakan antara data tunggal dan data berkelompok.
1) Jangkauan data tunggal
Bila ada sekumpulan data tunggal X1, X2, ..., Xn maka jangkauannya adalah:
Jangkauan = Xn - Xi
Contoh soal:
Tentukan jangkauan data: 1, 3, 5, 10, 12, 15!
Penyelesaian:
X6 = 15 dan X1= 1
Jangkauan = X6 – X1 = 15 – 1 = 14
2) Jangkauan data berkelompok
Untuk data berkelompok, jangkauan dapat ditentukan dngan dua cara, yaitu
menggunakan titik atau nilai tengah dan menggunakan tepi kelas.
a. Jangkauan adalah selisih titik tengah kelas tertinggi dengan titik tengah kelas
terendah.
b. Jangkauan adalah selisih tepi atas kelas tertinggi dengan tepi bawah kelas terendah.
Contoh soal:
Tentukan jangkauan dari distribusi frekuensi berikut:
Tabel Pengukuran Tinggi Badan
Interval Kelas Frekuensi (Banyak
(Tinggi (cm)) murid)
100 – 104 2
105 – 109 4
110 – 114 10
115 – 119 14
120 – 124 12
125 – 129 5
130 – 134 3
Jumlah 50
Penyelesaian:
Dari tabel 1.7 terlihat:
Titik tengah kelas terendah = 102
Titik tengah kelas tertinggi = 132
Tepi bawah kelas terendah = 99,5
Tepi atas kelas tertinggi = 134,5
a) Jangkauan = 132 – 102 = 30
b) Jangkauan = 134,5 – 99,5 = 35
27
3) Jangkauan Antarkuartil dan Jangkauan Semi Interkuartil
Jangkauan antarkuartil adalah selisih antara nilai kuartil atas (Q 3) dan kuartil bawah (Q1).
Dirumuskan:
JK = Q3 – Q1
Jangkauan semi interkuartil atau simpangan kuartil adalah setengah dari selisih kuartil atas
(Q3) dengan kuartil bawah (Q1). Dirumuskan:
Qd = ½ (Q3 – Q1)
Penyelesaian:
Q1 = 3 dan Q3 = 15
JK = Q3 – Q1
= 15 – 3 = 12
Qd = ½ (15 – 3) = 6
Tentukan jangkauan antarkuartil dan jangkauan semi interkuartil distribusi frekuensi
berikut:
Tabel Pengukuran Tinggi Badan
Interval Kelas Frekuensi
(Tinggi (cm)) (Banyak murid)
100 – 104 2
105 – 109 4
110 – 114 10
115 – 119 14
120 – 124 12
125 – 129 5
130 – 134 3
Jumlah 50
Penyelesaian:
n
−( ∑ f 1 ) 0
Q1 = B1 + 4 .C
f Q1
12,5−16
= 114,5 + x5
14
= 114,5 + (-1,25)
= 113,25
3n
− ( ∑ f 3) 0
Q3 = B3 + 4 .C
fQ3
37,5−42
= 124,5 + x5
12
28
= 124,5 + (-1,875)
= 122,625
Penyelesaian:
1+ 3+5+10+12+15+16
Rata-rata hitung = X = = 8,85
7
∑ │ X 1− X │=|1−8,85|+|3−8,85|+|5−8,85|+|10−8,85|+|12−8,85|+ ¿|15−8,85|+|16−8,85|=0,05
DR =
∑ │ X 1−X │
n
0,05
= = 7,14
7
2. Deviasi rata-rata data berkelompok
Dapat dihitung dengan rumus:
1
DR = ∑ f │ X −X │=
∑ f │ X− X │
n n
Contoh soal:
Tentukan deviasi rata-rata dari distribusi frekuensi pada tabel 1.7!
Penyelesaian:
Pada tabel didapat X = 117,7
Tabel Distribusi Frekuensi Relatif
Interval Kelas
X f │X - X │ f │X - X │
(Tinggi (cm))
100 – 104 102 2 15,7 31,4
105 – 109 107 4 10,7 42,8
110 – 114 112 10 5,7 57
115 – 119 117 14 0,7 9,8
120 – 124 122 12 4,3 51,6
125 – 129 127 5 9,3 46,5
130 – 134 132 3 14,3 42,9
Jumlah - 50 282
29
DR =
∑ f │ X− X │
n
282
= = 5,64
50
30
Varians
Varians adalah nilai tengah kuadrat simpangan dari nilai tengaha tau simpangan rata-
rata kuadrat. Untuk sampel variansnya disimbolkan dengan s2 .Untuk populasi, variansnya
disimbolkan denganσ 2 (baca sigma).
a. Varians data tunggal
1) Metode biasa
a) Untuk sampel besar (n > 30):
2
∑2
s = ( X −X )
n
b) Untuk sampel kecil (n ≤ 30):
2
∑2
s = ( X −X )
n−1
Contoh soal:
Tentukan varians dari data 1, 3, 5, 10, 12, 15, 16!
Penyelesaian:
n=7
1+ 3+5+10+12+15+16
X= = 8,85
7
X X-X (X - X )2 X2
1 - 7,85 61,6 1
3 - 5,85 34,2 9
5 - 3,85 14,8 25
10 1,15 1,3 100
12 3,15 9,9 144
15 6,15 37,8 225
16 7,15 51,1 256
62 - 210,7 760
s =
2 ∑ ( X−X )2
n−1
210,7
=
7−1
= 35,1
(∑ X )
2
2
s= ∑ X
2
−
n−1 n(n−1)
2
760 ( 62)
= -
7−1 7(7−1)
3844
= 126,6 -
42
31
= 126,6 – 91,5 = 35,1
s =C .
2 2 fu
2
- ∑ fu
n n
b) Untuk sampel kecil (n ≤ 30):
∑
( ) ∑
2 2
fu fu
s =C .
2 2
-
n−1 n−1
Keterangan:
C = panjang interval kelas
d X−M
u = =
C C
M = rata-rata hitung sementara
Contoh Soal:
Tentukan varians dari distribusi frekuensi berikut!
Tabel Diameter dari 40 buah pipa
Diameter Pipa (m) Frekuensi (f)
85 – 87 2
88 – 90 5
91 – 93 13
94 – 96 14
97 – 99 4
100 – 102 2
Jumlah 40
Penyelesaian:
1) Dengan metode biasa:
32
X = 93,5
Diameter Pipa (m) X f X-X (X - X )2 f (X - X )2
85 – 87 86 2 -7,5 56,25 112,5
88 – 90 89 5 -4,5 20,25 101,25
91 – 93 92 13 -1,5 2,25 29,25
94 – 96 95 14 1,5 2,25 31,5
97 – 99 98 4 4,5 20,25 81
100 – 102 101 2 7,5 56,25 112,5
Jumlah - 40 - - 468
s2 = ∑
2
f ( X− X) 468
= =11,7
n 40
3) Dengan metode coding
Diameter Pipa (m) X f u u2 fu fu2
85 – 87 86 2 -3 9 -6 18
88 – 90 89 5 -2 4 -10 20
91 – 93 92 13 -1 1 -13 13
94 – 96 95 14 0 0 0 0
97 – 99 98 4 1 1 4 4
100 – 102 101 2 2 4 4 8
Jumlah - 40 - - -21 63
( )
∑ f u2 - ∑ fu
2
s =C .
2 2
n n
( ( ))
2
63 −21
= 32 . −
40 40
= 9 (1,575 – 0,276) = 11,691
√∑ (X −X )
2
s=
n
Untuk sampel kecil (n ≤ 30):
√ ∑
2
s= (X −X )
n−1
Contoh soal:
33
Tentukan simpangan baku dari data 1, 3, 5, 10, 12, 13, 15, 16!
Penyelesaian:
Dari perhitungan diperoleh varians (s2) = 35,1
Dengan demikian simpangan bakunya adalah
s = √ varians
= √ 35,1 = 5,9
34
2) Simpangan baku data berkelompok
a) Metode biasa
Untuk sampel besar (n > 30):
√∑ f ( X−X )
2
s=
n
Untuk sampel kecil (n ≤ 30):
√ ∑
2
s= f ( X−X )
n−1
b) Metode coding
Untuk sampel besar (n > 30):
√∑
2
s=C
fu
2
-( ∑ fu
)
n n
Untuk sampel kecil (n ≤ 30):
√
2
s=C ∑ fu
2
-
( ∑ fu )
n−1 n ( n−1 )
Keterangan:
C = panjang interval dalam kelas
d X−M
u = =
C C
M = rata-rata hitung sementara
Contoh Soal:
Tentukan simpangan baku dari distribusi frekuensi pada contoh tentang Diameter
Pipa di atas!
Penyelesaian:
Dari perhitungan didapatkan varians (s2).
Dengan demikian, simpangan bakunya adalah:
s = √ varians
= √ 11,7
= 3,42
35
BAB IV
KORELASI SEDERHANA
A. Pengertian Korelasi
Koefisien Korelasi (r) adalah suatu nilai untuk mengukur kuat dan tidaknya hubungan antara X
dan Y apabila dapat dinyatakan dengan fungsi linear.
Catatan:
r=
∑ xy
√ ∑ x2 ∑ y2
Keterangan
r =Koefisien korelasi
x=X −X
y=Y −Y
36
2. Metode Least Square
Contoh
Berikut data hasil pengamatan dari proses pemupukan dengan dosis tertentu dan hasil panen
yang diperoleh untuk 5 percobaan.
Jika Y=hasil panen (dalam kuintal) dan X=dosis pemupukan (dalam 10 kg).
a. Tentukan koefisien korelasinya (r) dengan metode product moment dan lest square!
Jawab:
r=
∑ xy
√ ∑ x2∑ y2
Langkah 1. Menentukan X dan Y
X Y
3 12
6 23
9 24
10 26
11 28
∑=39 ∑=113
X=
∑ X = 39 =7,8
n 5
37
Y=
∑ Y = 113 =22,6
n 5
Langkah 2
Menentukan x , y , xy , x 2 , y 2
38
Kesimpulan:
Dengan metode product moment dan juga lest square diperoleh koefisien korelasi r = 0,94.
Artinya korelasi (hubungan) antara dosis pemberian pupuk (X) dan hasil panen (Y) adalah
korelasi positif yang sangat tinggi atau kuat sekali.
39
BAB V
Garis regresi sederhana adalah adalah garis lurus yang memperlihatkan hubungan
antara 2 variabel, yaitu X dan Y. Persamaan regresi adalah persamaan yang digunakan untuk
mendapatkan garis regresi pada data diagram pencar (scatter diagram).
Keterangan
Contoh
Jika X = pendapatan (Ribuan Rp) dan Y = konsumsi (Ribuan Rp). Tentukan persamaan garis
regresi sederhananya dan jelaskan arti dari persamaan tersebut Berapakah ramalan Y kalau X =
100!
40
Menentukan nilai a dan b
Y^ =a+bX
b=0,8
a=Y −b X
X=
∑ X = 350 =70
n 5
Y=
∑ Y = 275 =55
n 5
41
Langkah 4. interpretasi dari persamaan regresi yang dihasilkan
Artinya setiap ada kenaikan pendapatan 1 % maka akan ada kenaikan konsumsi sebesar 0,8%.
Untuk nilai X = 100, maka nilai ramalan Y adalah Y^ =−1+ 0,8 ( 100 )=79
42
BAB VII
Apabila terdapat lebih dari dua variable yaitu 1 variabel tidak bebas (Y) dan k
variable bebas (X1, X2, X3,…, Xk), maka hubungan linear dapat dinyatakan dalam persamaan
regresi linear berganda sebagai berikut : Y’= b0 + b1X1 + b2X2 + . . . + bkXk.
Untuk menghitung b0, b1, b2, . . . , bk kita gunakan metode kuadrat terkecil yang menghasilkan
persamaan normal sebagai berikut :
Kalau persamaan ini dipecahkan, kita akan memperoleh nilai b0, b1, b2, . . . , bk.
Kemudian dapat dibentuk persamaan regresi linear berganda. Apabila persamaan regresi itu telah
diperoleh, barulah kita dapat meramalkan nilai Y dengan syarat kalau nilai X1, X2, . . . ., Xk
sebagai variabel bebas sudah diketahui.
Misalkan: k =2, maka Y’ = b0 + b1X1 + b2X2, satu variabel tak bebas(Y), dan dua variabel be
bas (X1 dan X2), maka b0, b1, dan b2 dihitung dari persamaan normal berikut
43
Variabel b dapat diselesaikan dengan cara sebagai berikut :
Contoh Soal
Jawab
Y’ = b0 + b1X1 + b2X2
44
45
Jadi persamaan garis regresi bergandanya adalah Y’ = b0 + b1X1 + b2X2 Y’ = -X1 + 2X2
46
BAB VIII
KORELASI BERGANDA
atau
1
∑ X 1Y − n ∑ X1∑ Y
r x1 y =r 1 y =
(√ ∑ X − 1n (∑ X ) )( √∑ Y − 1n (∑ Y ) )
1
2
1
2 2 2
atau
1
∑ X2Y − n ∑ X2∑ Y
r x2 y =r 2 y =
( √∑ X 2
2
−
1
n
( ∑ X 2)
2
)( √∑ Y − 1n (∑ Y ) )
2 2
47
atau
1
∑ X 1 X 2− n ∑ X 1 ∑ X 2
r x1 x2 =r 12=
(√ ∑ X − 1n ( ∑ X ) )(√ ∑ X − 1n (∑ X ) )
1
2
1
2
2
2
2
2
Apabila KKLB dikuadratkan, maka akan diperoleh koefisien penentuan (KP), yaitu suatu nilai
untuk mengukur besarnya sumbangan dari beberapa variabel X terhadap variasi (naik-turunnya)
Y. Kalau Y’ = b0 + b1X1 + b2X2, KP mengukur besarnya sumbangan X1 dan X2 terhadap variasi,
atau naik turunnya Y. Apabila dikalikan dengan 100% akan diperoleh persentase sumbangan X1
dan X2 terhadap naik turunnya Y.
Contoh Soal
Tentukan korelasi:
a. X1 dan Y (r1y)
b. X2 dan Y (r2y)
c. X1 dan X2 (r12)
48
Jawab
a. Korelasi X 1 dan Y
1
∑ X 1Y − n ∑ X1∑ Y
r x1 y =r 1 y =
(√ ∑ X 12− 1n (∑ X 1 )
2
)( √ ∑ Y 2− 1n (∑ Y )
2
)
b. Korelasi X 2 dan Y
1
∑ X2Y − n ∑ X2∑ Y
r x2 y =r 2 y =
( √∑ X 2
2
−
1
n
( ∑ X 2)
2
)( √∑ Y − 1n (∑ Y ) )
2 2
c. Korelasi X 1 dan X 2
1
∑ X 1 X 2− n ∑ X 1 ∑ X 2
r x1 x2 =r 12 =
(√ ∑ X − 1n ( ∑ X ) )(√ ∑ X − 1n (∑ X ) )
1
2
1
2
2
2
2
2
49
d. Korelasi R, X1, dan X2
e. Koefisien Penentu
Artinya, sumbangan variabel X1 dan X2 dalam menentukan naik turunnya nilai variabel
Y sebesar 99,9761%.
50
BAB IX
ANGKA INDEKS
Angka Indeks atau sering disebut indeks saja, pada dasarnya merupakan suatu
angka yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan
antara kegiatan yang sama dalam dua waktu yang berbeda. Tujuan pembuatan angka indeks,
yaitu:
Untuk mengukur kuantitatif terjadinya perubahan dalam dua waktu yang berlainan.
Untuk kepentingan pemantauan (monitoring) atau evaluasi.
Di dalam membuat angka indeks diperlukan dua macam waktu, yaitu waktu dasar (base period)
dan waktu yang bersangkutan atau sedang berjalan (current period). Waktu Dasar (base period)
adalah periode yang dipakai sebagai dasar dalam membandingkan kegiatan tersebut. Waktu
dasar biasanya dinyatakan dalam angka indeks, sebesar 100. Sedangkan Waktu Berjalan /
Bersangkutan (current period) adalah periode yang dipakai yang sedang berjalan atau periode
yang diperbandingkan dalam kegiatan tersebut.
Indeks Relatif Sederhana ialah indeks yang terdiri dari satu macam barang saja, baik untuk
indeks produksi maupun indeks harga.
Keterangan: I
t,0 = indeks harga pada waktu t dengan waktu dasar 0
Pt = harga pada waktu t
P0 = harga pada waktu 0
Rumus untuk menghitung indeks produksi sama seperti untuk menghitung indeks harga, hanya
notasi p diganti dengan notasi q.
Contoh:
Harga rata-rata beberapa hasil komoditas pertanian di Sumatera Selatan dari tahun 2010 sampai
2014, disajikan dalam tabel berikut(dalam Rp/kg):
51
Hitunglah indeks harga relatif sederhana hasil pertanian kentang pada tahun 2012, 2013, dan
2014 dengan waktu dasar 2010! Untuk tahun 2012
Jadi, dibandingkan dengan harga kentang tahun 2010, harga kentang tahun 2012 naik 103,23 % -
100 % = 3,23 %, pada tahun 2013 naik 14,65 %, dan pada tahun 2014 naik 6,44 %.
52
Contoh:
Harga rata-rata beberapa hasil komoditas pertanian di Sumatera Selatan dari tahun 2010 sampai
2014, disajikan dalam tabel berikut(dalam Rp/kg):
Hitunglah indeks harga rata-rata relatif pada tahun 2013 dan 2014 dengan waktu dasar 2010!
jawab
Untuk tahun 2013
Jadi, dibandingkan tahun 2010 harga hasil pertanian tahun 2013 ada kenaikan sebesar 16,12 %
53