Anda di halaman 1dari 25

Penyajian dan Pengolahan Data Grafik

Bab 6
Penyajian dan
Pengolahan Data
Grafik

Pada bab ini mahasiswa diharapkan mampu:


1. Menyajikan data-data dalam bentuk tabel dan grafik
2. Memahami jenis-jenis grafik dan model grafik data pengukuran
3. Menginterpretasi grafik data-data pengukuran.
4. Membandingkan antara hasil perhitungan secara rumus dengan hasil
interpretasi grafik.
5. Menyajikan dan mengolah data-data hasil percobaan dari grafik lurus
dengan metode titik sentroid.
6. Menyajikan dan mengolah data-data hasil percobaan dari grafik lurus
dengan metode least squares.

Data hasil pengukuran dapat disajikan dan diolah sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk
keperluan laporan dan atau analisis selanjutnya, perlu diatur, disusun, disajikan dalam bentuk yang
jelas dan baik. Prosedur pengukuran dengan data-data pengolahan dan pengujiannya adalah
sebagai berikut:
1. Perencanaan pengukuran.
2. Pengumpulan data atau fakta.
3. Pengolahan dan penataan data.
4. Penyajian data kedalam bentuk tabel maupun grafik
5. Analisa dan interperensi data

6.1 GRAFIK
Ada dua cara penyajian data yang sering dipakai yaitu penyajian data dalam bentuk tabel
dan grafik. Tabel adalah sekelompok data-data yang disajikan dalam bentuk data atau keterangan-

Pengantar Laboratorium 1
Penyajian dan Pengolahan Data Grafik

keterangan dalam bentuk angka (golongan) atau string (huruf). Pada bab 6 ini akan diuraikan lebih
detail tentang cara-cara pembuatan grafik dan interpretasinya.
Grafik ialah lukisan atau gambaran yang menunjukkan hubungan antara dua atau lebih
variabel. Grafik dapat memberikan gambaran visual yang lebih jelas dibanding dengan tabel.
Data-data hasil pengukuran dapat disajikan dalam grafik. Pada hakikatnya grafik dan tabel
seyogyanya dipergunakan secara bersama-sama. Namun grafik pengukuran memang lebih mudah
menarik perhatian pembaca dibanding tabel. Grafik juga dapat melukiskan suatu peristiwa secara
lebih mengesankan dan tidak menjemukan. Meskipun demikian, penyajian secara grafis
sebetulnya hanya bersifat aproksimatif. Angka-angka yang eksak dan terperinci tentang suatu
peristiwa hanya mungkin diperoleh dari tabel data pengukuran.
Grafik sering digunakan untuk membangun pola variasi, yaitu membangun hukum yang
dapat memprediksi dan menginterpretasi apa yang akan terjadi pada waktu yang akan datang.
Selain itu, grafik digunakan untuk menunjukkan hubungan suatu besaran terhadap besaran lain
secara sangat jelas. Grafik garis tunggal dapat digunakan untuk menghubungkan dua besaran ke
satu besaran yang lain., sehingga apapun yang lain mesti tetap konstan. Pada aturan pembuatan
grafik, variabel yang diukur secara bebas (variabel bebas) diplot pada koordinat sumbu x dan
variabel terikat diplot pada koordinat sumbu y. Pada umumnya, penggambaran grafik statistik
yang baik harus memperhatikan beberapa faktor berikut :
1. Pemilihan jenis grafik yang sesuai.
2. Pemberian judul utama grafik, sehingga memperjelas keadaan hubungan diantara
koordinat (sumbu)
3. pemberian tekanan pada penggambaran grafik mudah dibaca baik dari segi warna, skala
sumbu, atau ciri lain yang digunakan.
4. Pemplotan data dilakukan dengan tepat.
5. Penempatan variabel bebas (dependent) diletakkan pada sumbu X dan variabel
respon/terikat (independent) diletakkan pada sumbu Y.
6. Menginterpretasikan kemiringan grafik sebagai ketidakpastian pengukuran atau nilai
kemiringan grafik (gradien).

6.2 JENIS-JENIS GRAFIK


Secara umum, model grafik dapat disajikan dalam beberapa bentuk yaitu grafik batang,
grafik lingkaran, grafik gambar, grafik peta, grafik garis dan sebagainya. Berikut disajikan

Pengantar Laboratorium 2
Penyajian dan Pengolahan Data Grafik

bentuk grafik hasil pengukuran eksperimen yang di dalamnya terdapat variabel bebas, variabel
terikat dan variabel kontrol.
Misal data-data hasil pengukuran X dan Y dalam satuan pengukuran dilakukan sebanyak
enam kali pengukuran sebagai berikut:
Tabel 6.1: Contoh data-data hasil pengukuran percobaan hubungan antara X dan Y
Data ke- Besaran X (satuan) Besaran Y (satuan)
1 100,00 10,00
2 120,00 20,40
3 140,00 40,10
4 160,00 60,00
5 180,00 80,10
6 200,00 100,10

Data-data di atas dapat di sajikan dalam bentuk beberapa grafik.


a. Grafik batang/balok (berchart)
Grafik batang merupakan grafik berbentuk persegi panjang yang sama lebarnya yang
dilengkapi skala dan ukuran sesuai dengan data pengukuran. Berdasarkan data-data pengukuran
diatas maka bentuk diagram baloknya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 6.1: Contoh grafik batang


b. Grafik lingkaran (cyclegram atau pie diagram)
Grafik lingkaran adalah grafik yang disajikan data-data dalam bentuk lingkaran yang dibagi
menjadi beberapa jurang dan disesuaikan dengan data pengukuran.

Pengantar Laboratorium 3
Penyajian dan Pengolahan Data Grafik

Gambar 6.2 : Contoh grafik lingkaran


c. Grafik gambar (pictogram atau picrograp)
Grafik gambar adalah grafik yang menyajikan data dalam bentuk gambar atau bilangan yang
mewakili data pengukuran itu sendiri berdasarkan skala tertentu.
d. Grafik peta/statistik map (karogram)
Grafik kartogram sering disebut juga dengan peta statistik dan dipergunakan dalam statistik
untuk menggambarkan curah hujan, pengukuran temperatur, pengukuran arus dan sebagainya.
e. Grafik garis (line chart)
Grafik garis adalah grafik yang menggambarkan keadaan yang berlangsung terus menerus atau
berkesinambungan. Misalnya grafik hubungan antara tegangan dengan kuat arus listrik, grafik
hubungan antara panjang tali dengan periode ayunan, hubungan antara gaya pegas terhadap
pertambahan panjang pegas dan sebagainya. Perhatikan contoh diagram garis berikut ini.

Gambar 6.3 : Contoh diagram garis

Pengantar Laboratorium 4
Penyajian dan Pengolahan Data Grafik

6.3 MODEL DAN INTERPRETASI GRAFIK PENGUKURAN


Fungsi grafik dibagi atas beberapa bagian yaitu:
a. Fungsi linier
Beberapa contoh persamaan fisika yang termasuk fungsi grafik linier antara lain:
s
persamaan kecepatan benda v = , persamaan kecepatan gerak lurus berubah beraturan v=v0+at,
t
V F
persamaan hambatan listrik R = , persamaan konstanta pegas k = dan sebagainya. Berikut
I x
contoh perhitungan grafik pada persamaan kecepatan gerak lurus berubah beraturan pada troly
v=v0+at.
Bentuk umum dari fungsi grafik linier (garis lurus) adalah:
y = a.x + b (6.1)
dengan a menyatakan gradien (kemiringan) grafik dan b menyatakan titik potong terhadap sumbu
y. Apabila hubungan diantara dua besaran yang digambarkan sudah diketahui, tetapi tidak
menghasilkan hubungan linier, maka langkah yang harus diambil adalah memilih apa yang harus
diplot untuk melukiskan grafik linier secara hati-hati. Misalkan persamaan umum hambatan listrik
yaitu R = V / I, dengan tegangan V diukur secara bebas dalam satuan volt dan kuat arus listik I
termasuk variabel terikat, sehingga jika diplot akan dipilih sebagai koordinat x adalah tegangan
dan koordinat y adalah kuat arus listrik. Gradien grafik kedua hubungan ini akan diperoleh suatu
besaran yaitu hambatan listrik R dalam satuan ohm.
Contoh perhitungan grafik fungsi linier sebagai berikut:
Hasil percobaan sebuah benda bergerak lurus berubah beraturan dengan menghasilkan kecepatan
benda v (cm/s) dan waktu tempuh t (s)dapat dilihat berdasarkan data-data dalam tabel 6.2 berikut:
Tabel 6.2: Hubungan antara kecepatan (cm/s) terhadap waktu tempuh (s)
No Kecepatan v (cm/s) Waktu t (s)
1 10,00 0,20
2 12,00 0,42
3 15,00 0,60
4 16,60 0,84
5 18,00 1,10
6 20,10 1,26
7 22,00 1,46
8 24,00 1,60

Pengantar Laboratorium 5
Penyajian dan Pengolahan Data Grafik

Bentuk grafiknya adalah:

Gambar 6.4: Grafik hubungan kecepatan terhadap waktu


Fungsi di atas dapat dinyatakan:
v = v0 + a.t
v = a.t + v0
dengan a dan v0 adalah konstanta yang belum diketahui, a adalah koefisien arah dari garis lurus
tersebut, yang harganya dapat ditentukan dari grafik, yaitu a = 96,99 cm/s2. Sedangkan v 0 adalah
harga -0,690 (tanda negatif adalah arah yang berlawanan)

Lain halnya dengan persamaan kecepatan s


v=
benda t
s (cm)

t (s)

Pengantar Laboratorium 6
Penyajian dan Pengolahan Data Grafik

Gambar 6.5: Grafik hubungan antara jarak (cm) terhadap waktu tempuh (s)

Pengantar Laboratorium 7
Penyajian dan Pengolahan Data Grafik

Hasil interpretasi grafik dapat dilakukan dengan cara berikut:


23,0 m
Gradien = tan θ = = 1,2 m.s1
3,84s

tan θ = v = 1,2 m.s-1


y
Kemiringan grafik merupakan gradien, secara perhitungan grafik dirumuskan bahwa tan θ =
x
-1
maka diperoleh nilai variabel kecepatan yang besarnya 1,2 m.s .
b. Fungsi pangkat
Bentuk yang sederhana dari fungsi pangkat adalah:
s = c.tn (6.2)
dengan c adalah suatu tetapan satuannya cm/s dan n = pangkat dari t
jika diubah dalam bentuk logartitma dari persamaan di atas, maka berlaku:
log s = n log t + log c (6.3)
arahkan ke model persamaan y = a x + b
y = log s (6.3a)
x = log t (6.3b)
b = log c (6.3c)
dengan melihat bentuk persamaan (6.10 maka persamaan (6.3a, 6.3b, 6.3c) di atas menjadi:
y = n.x + b (6.4)
Contoh perhitungan grafik fungsi pangkat sebagai berikut;
Dalam percobaan fisika dasar, dapat dilakukan melalui pesawat Atwood. Alat ini terdiri dari dua
beban M yang massanya sama, dihubungkan oleh tali yang halus melalui katrol. Untuk
memperoleh pengukuran yang teliti, maka tiang betul-betul tegak, gesekan katrol dapat diabaikan,
massa tali dapat diabaikan terhadap massa beban dan hindari kesalahan-kesalahan lain misalnya
kesalahan paralaks. Dengan mengukur dua variabel yaitu jarak dan waktu, dimana jarak diukur
dengan mistar ketelitian 0,1 cm dan pengukur waktu adalah stopwatch ketelitiannya 0,1 detik.
Dalam keadaan setimbang, beban-beban akan diam (tidak bergerak). Jika beban M disebelah kiri
diberi beban tambahan sebesar m, maka (M+m) akan bergerak ke bawah sedang M bergerak ke
atas. Pada saat (M+m) akan bergerak ke bawah, bersamaan stopwatch ditekan dan pada saat
(M+m) mengenai titik P (penahan), maka stopwatch dihentikan. Dengan mengubah-ubah jarak OP
= s, maka diperoleh waktu t yang berbeda-beda. Perhatikan gambar percobaan pesawat Atwood
berikut:

Pengantar Laboratorium 8
Penyajian dan Pengolahan Data Grafik

Katrol

M+m
Tali
halus
O

Pengamat

Tiang
berskala

Gambar 6.6: Percobaan pesawat Atwood


Hasil pengukuran percobaan ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6.3: Hubungan antara jarak s (cm) terhadap waktu tempuh t (s)
Pengukuran ke- Jarak s (cm) Waktu t (s)
1 5,00 0,40
2 10,00 0,80
3 15,00 1,20
4 20,00 1,62
5 25,00 2,10
6 30,00 2,30
7 35,00 2,60
8 40,00 2,80

Data-data di atas dapat dilukiskan dalam suatu grafik dengan fungsi yang sama pada persamaan
(6.2) yaitu hubungan antara jarak tempuh s (cm) terhadap waktu tempuh t (s).

Pengantar Laboratorium 9
Penyajian dan Pengolahan Data Grafik

Gambar 6.7: Grafik hubungan antara jarak (cm) terhadap waktu (s)
Jelas bahwa titik-titik yang digambarkan berdasarkan data-data di atas tidak terletak dalam satu
garis lurus. Jika kita berusaha untuk menghubungkan titik-titik tersebut, maka akan diperoleh
grafik garis putus. Artinya berdasarkan hasil pengukuran pada tabel 6.3 bahwa gerak ke bawah
dari benda semakin lama, semakin cepat. Dengan demikian ada perubahan kecepatan dari benda
tetapi perubahan kecepatannya tidaklah mendadak berubah secara halus (smooth).
Jadi berdasarkan persamaan (6.2) diperoleh kemiringan grafik yaitu: k = 12,06 cm/s (tidak lain
adalah kecepatan dalam cm/s) sedangkan n = 1,040.
Kasus lain jika gambar( 6.7) dibentuk menjadi persamaan garis lurus seperti persamaan
(6.1) di atas akan diperoleh:

Gambar 6.8: Grafik hubungan antara jarak (cm) terhadap waktu (s)

Pengantar Laboratorium 10
Penyajian dan Pengolahan Data

Pada persamaan 6.4 merupakan persamaan fungsi linier (garis lurus). Jadi grafik antara log s
terhadap log t adalah garis lurus, dengan persamaan grafik:
y = 13.97n - 1.647
R² = 0.984
sehingga diperoleh kemiringan grafik 13,97 cm/s yang tidak lain adalah kecepatan dalam satuan
cm/s.

c. Fungsi eksponensial
Misalkan dalam suatu eksperimen sebagai berikut: sejumlah tertentu air dipanaskan sampai
temperatur tertentu, kemudian air tersebut didinginkan dan temperatur air dicatat sewaktu air
tersebut sedang mendingin. Perubahan suhu antara temperatur air dan temperatur ruangan dicatat
sebagai fungsi waktu t. Berikut hasil pengukuran ditunjukkan dalam tabel 6.4, sebagai berikut:
Tabel 6.4: Hubungan antara beda temperatur (0C) terhadap waktu t (s)
Waktu t (menit) Beda temperatur T (0C)
2,00 37,0
4,00 34,0
6,00 31,0
8,00 29,0
13,00 23,0
18,00 19,0
24,00 16,0
28,00 13,0
33,00 11,0
38,00 9,0
48,00 6,0

Beda temperatur pada saat t = 0 kita catat disini, tetapi yang jelas pada saat t = 0, beda
temperatur mempunyai harga tertentu. Interpolasi dari grafik ini akan memotong sumbu beda
temperatur pada harga yang tertentu. Akan tetapi bagaimana kita melakukan interpolasi grafik
untuk harga-harga t yang lebih besar dari 48 menit? Berdasarkan pengalaman, diketahui bahwa
untuk waktu yang lama, temperatur air tersebut akan sama dengan temperatur ruangan atau beda
temperatur = 0. Yang sebenarnya temperatur air tersebut tidak sama persis dengan temperatur
ruangan. Akan tetapi bedanya sangat kecil, sehingga praktis diperoleh beda temperatur sama
dengan nol.

Pengantar Laboratorium 11
Penyajian dan Pengolahan Data

Tepatnya temperatur air tersebut untuk mendekati temperatur ruangan tergantung dari
banyaknya air tersebut. Misal air satu drum akan menentukan waktu yang lebih lama dari air yang
satu ember, meskipun beda temperatur untuk keduanya sama pada saat t = 0 (atau keduanya
mempunyai temperatur awal dari air). Cepatnya perubahan temperatur menuju nol ini ditentukan
oleh suatu konstanta. Jadi sebagai kesimpulan dari eksperimen yang digambarkan pada grafik 6.7
adalah:
1. Beda temperatur harga tertentu untuk t = 0
2. Beda temperatur mendekati nol untuk t sama dengan tak
terhingga. Data-data tersebut digambarkan grafiknya sebagai
berikut:

Gambar 6.9: Grafik hubungan antara beda temperatur (0C) terhadap waktu (s)
Hubungan antara beda temperatur dan waktu t yang sesuai dengan eksperimen di atas
dapat dinyatakan oleh suatu fungsi yang disebut fungsi eksponensial. Fungsi ini berbentuk:
y = y0 akx (6.5)
dengan a = suatu bilangan dengan a > 1
k = konstanta untuk harga a yang tertentu.
y0= harga y untuk x = 0
maka hubungan beda temperatur terhadap waktu t di atas ditulis dalam bentuk:
ΔT = T akt
(6.6)
0

Pengantar Laboratorium 12
Penyajian dan Pengolahan Data

Tanda negatif di depan k adalah karena k > 0 sedang beda temperatur berkurang jika waktu t
bertambah. Jika dipilih bilangan a = 10 yaitu bilangan pokok dari logaritma, maka persamaan
(6.6) menjadi:
ΔT = T 10kt (6.7)
0

Jika diambil logaritma dari persamaan (6.6) diperoleh:


log ΔT = kt + log T0 (6.8)

misal:
y = log ΔT

c = log ΔT0

maka: y = - kt + c
grafik antara y terhadap t adalah garis lurus, dengan koefisien arah = -k, juga grafik antara log
beda temperatur terhadap waktu adalah garis lurus.
Dari gambar (6.9) diperoleh:
y = 39,41 e-0,03x dan R2 =0,998
dengan melihat persamaan (6.6) maka diperoleh T0 = 39,410C dan k = 0,03.
Contoh lain pada fungsi eksponensial adalah suatu laju turunnya aktivitas zat radioaktif
dalam zat radioaktif sebanding dengan banyaknya atom radioaktif. Bila suatu aktivitas zat
radioaktif diukur dalam selang waktu yang cukup lama, maka diperoleh aktivitas radioaktif
menurun. Misalkan mula-mula ada sebanyak N0 atom radioaktif, maka dengan berjalannya waktu
maka jumlah atom radioaktif yang tersisa setelah selang waktu t dirumuskan:
N = N .e .t
0

Begitu pula jika intensitas sinar radioaktif I0 melewati bahan separuh dari intensitas sinar
sebelum melewati bahan I = ½ I0 maka persamaannya ditulis menjadi:

I = I .e  .x
0

Keterangan: x = tebal bahan (m); e = bilangan natural (2,71828) dan adalah koefisien
pelemahan bahan (m-1),  adalah tetapan peluruhan (s-1). Kedua persamaan di atas termasuk fungsi
eksponensial.

6.4 METODE TITIK SENTROID

Titik sentroid sekumpulan titik adalah titik dengan koordinat sumbu x =


x i
dan
S
N
koordinat sumbu

Pengantar Laboratorium 13
Penyajian dan Pengolahan Data

y =
yi
S , dengan
N N adalah
jumlah
data
pengukur
an.
Setelah
dihitung,
maka

Pengantar Laboratorium 14
Penyajian dan Pengolahan Data

(x,y) dimasukkan ke dalam grafik. Kemudian ditarik garis lurus sedemikian rupa hingga jumlah
titik yang terdapat di atasnya lebih kurang sama dengan jumlah yang ada di bawahnya. Cara titik
sentroid ini memang tidak cermat namun sedikit pengalaman dapat dicapai hasilnya yang cukup
memuaskan. Perhatikan data hasil percobaan hukum hooke untuk menentukan nilai konstanta
pegas untuk, dengan massa beban m sebagai variabel bebas yang diplot pada sumbu x dan
pertambahan panjang pegas Δx sebagai variabel terikat yang diplot pada sumbu y.
Massa beban m diukur dengan menggunakan alat ukur neraca ohauss 311 gram ketelitian
0,01 gram dan pertambahan panjang pegas diukur dengan mistar ketelitian 0,1 cm. Berikut akan
diolah data di atas dengan cara menentukan titik sentroid.
Berdasarkan persamaan gaya pegas berlaku:
F = k.x
(6.9)
atau tetapan pegas k adalah:
 m. 
k = g. 
 Δx  (6.10)
Konstanta pegas dapat dihitung dan diolah dengan rumus di atas, dengan percepatan
gravitasi g = 980,00 cm/s2 (bukan hasil pengukuran), panjang mula-mula pegas (x0) = 10,12 cm.
Tabel 6.5: Data perhitungan konstanta pegas k
 m. 
Data ke- m (g) x1 (cm) Δx (cm) k = g . 
Δx
 
1 10,10 12,24 2,12 4660,38
2 20,50 14,22 4,10 4900,00
3 30,00 16,26 6,14 4788,20
4 40,20 18,22 8,10 4863,70
5 50,20 20,12 10,00 4919,60

k=
k =
24131,88
= 4826,74 dyne/cm
n 5

Untuk menghitung ketidakpastian konstanta pegas berlaku:


 Δm ΔΔx 
Δk =  +2 k
Δx
 m 
dengan:
Δm = ½ × NST Neraca Ohauss 311 gram = ½ × 0,01 gram = 0,005 gram

Pengantar Laboratorium 15
Penyajian dan Pengolahan Data

ΔΔx = ½ × NST mistar = ½ × 0,1 cm = 0,05 gram


Jadi, diperoleh masing-masing ketidakpastian pengukuran konstanta pegas k dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 6.6: Data perhitungan ketidakpastian konstanta pegas

Petambahan panjang pegas, m x 


k = m + 2 x k
Data ke- (m  m) (g)  
x (cm) (dyne/cm)
1 (10,10  0,005) (2,12  0,05) 222,14
2 (20,50  0,005) (4,10  0,05) 120,70
3 (30,00  0,005) (6,14  0,05) 78,79
4 (40,20  0,005) (8,10  0,05) 60,65
5 (50,20  0,005) (10,00  0,05) 49,69
531,97
k = = 106,39 dyne/cm
5

Hasil pengolahan data:


Ketidakpastian mutlak (KM):
k = 106,39dyne/cm
Ketidakpastian relatif (KR) dalam %:
Δk
KR = 100% = 2,20%
k
Tingkat ketelitian (TK) :
TK = 100% - KR(%) = 100% - 2,20% = 97,80%
Angka berarti (AB):
 Δk   106,39 
AB = 1 log k  = 1- log 4826,74  = 1,65  2AB
   
Konstanta gaya pegas =
(
k = k  Λk) = (4826,74106,39 dyne/cm)
Interpretasi grafik:
Nilai kosntanta pegas dihitung berdasarkan gradien garis lurus yaitu:
g Δx
k = m

Pengantar Laboratorium 16
Penyajian dan Pengolahan Data

Hasil grafiknya dilukiskan sebagai berikut:

Gambar 6.10: Grafik hubungan massa benda (gram) terhadap pertambahan panjang pegas (cm)

Pada koordinat x diperoleh titik sentroidnya adalah:

x =
 mi 151,000
S
= = 30,200gram
N 5
Sedangkan pada koordinat y diperoleh titik sentroidnya adalah:

y =
 xi 30,46
S
= = 6,09cm
N 5
Gradien grafik dengan cara titik sentroid adalah:
g Δy ΔΔx 6,09  2,00 cm
= = = 4,09 = 0,202
=
k Δx Δm 30,200 10,000 20,200 gram

Dan kemiringan grafik diperoleh sama dengan perhitungan titik sentroid yaitu 0,197 cm/gram.
Konstanta gaya pegas adalah:

g 980 = 485149 dyne


gradien = 0,202 cm

Sedangkan konstanta gaya pegas secara perhitungan adalah


k = 4826,74 dyne/cm

6.5 METODE LEAST SQUARES GARIS LURUS

Pengantar Laboratorium 17
Penyajian dan Pengolahan Data

Metode least squares garis lurus adalah suatu metode penarikan garis lurus hingga
menghasilkan titik pengamatan (pengukuran) sedekat mungkin dengan garis lurus yang

Pengantar Laboratorium 18
Penyajian dan Pengolahan Data

diinginkan. Misalkan dua besaran fisis x dan y dapat dinyatakan oleh hubungan linier sebagai
berikut:
y=ax+b (6.11)
dengan a dan b adalah konstanta.
Dari percobaan yang dilakukan, diperoleh data-data sebagai berikut:
Variabel x x1 x2 x3 x4 x5 x6 … xn
Variabel y y1 y2 y3 y4 y5 y6… yn

Untuk setiap harga xi dan yi yang diperoleh, dimana i = 1, 2, 3, 4, …. n, maka secara


konsep teori, setiap harga xi yang diukur akan menghasilkan harga:
Yi = a xi + b (6.12)
kerena untuk harga-harga tersebut diperoleh:
Tabel 6.7: Bentuk persamaan setiap harga x yang terukur
Data ke- Variabel x Bentuk
1 xi Y1 = ax1 + b
2 x2 Y1 = ax2 + b
3 x3 Y1 = ax3 + b
i xi Yi = axi + b
n xn Yn = axn + b

Penyimpangan (deviasi) dari hasil pengukuran masing-masing yi terhadap hasil


perhitungan masing-masing Yi dituliskan sebagai berikut:
 i = yi  Yi = [yi  (axi + (6.13)
b )]
ini akan selalu menuju
Jika hasil percobaannya teliti, maka harga-harga penyimpangan i

nol (minimum) dan jumlahnya juga menuju nol (minimum). Tetapi karena tanda i
mungkin
berharga positif atau mungkin saja hasilnya negatif, sehingga jumlah i
ini mungkin tidak dapat
menggambarkan minimum yang diinginkan. Oleh karena itu akan diambil jumlah kuadrat dari
deviasi ini minimum atau
n n 2

S =  = [y  (ax + b)]


2
i
i i
i=1 i=1 (6.14)

Pengantar Laboratorium 19
Penyajian dan Pengolahan Data

Syarat agar S minimum maka harus didiferensial parsialkan S terhadap variabel-variabel


sama dengan nol. Dalam hal ini yang dianggap menjadi variabel dari S adalah a dan b, maka:

Pengantar Laboratorium 20
Penyajian dan Pengolahan Data

δs δs
δa = 0 dan
δb = 0
Dari persamaan (6.14) diperoleh:
n
δs
δa =
 2[ ( y
i=1
i
– (axi + b) )(x i )]

n
δs
= 2
δa xi – (axi + b))] = 0
i=1
 [(y
i

n n n
atau  ( x y )  a x 2 + b x = 0
i i i i
i=1 i=1 i=1
n
 
 (x y n
)  a x 2

b= i=1 i i  i=1 i  (6.15)


 xi n

i=1

n
δs
δb =
 2[ ( y
i=1

i
– (axi + b))(1)]

n
δs
= 2
δb i=1
[(y i
– (axi + b))] = 0

n n

atau
yi=1
i  a  x i - nb = 0
i=1
(6.16)

Subsitusi persamaan (6.15) kedalam persamaan (6.16), akan diperoleh:


 n
(x yn )  

2
 x
n n
a
i

y  a x 
- n  i =1
i i
 i =1   = 0
x
i i n
i=1 i=1 i 
 i=1 
n
  n n
2
  n   n 
  y   x   a  x  - n  (x y ) + na  x 2  = 0
i i i
i i
 i=1  i=1   i=1  i=1  i=1 
 n  n 2
 n   n   n 
  y i   x i   n  x i yi  + an  x   a  x
2
 =0
 i=1  i=1   i=1   i=1 i  i=1 i

2
n  n  n    n   n  
Pengantar Laboratorium 21
Penyajian dan Pengolahan Data

  y i   x i   n  x i yi  + a n  x 2     x   = 0
 i=1  i=1   i=1    i=1 i  i=1 i 
2
n  n  n    n   n  
  y i   x i   n  x i yi  = a n  x 2     x  
 i=1  i=1   i=1  i i
  i=1   i=1  
Jika masing-masing ruas kiri dan ruas kanan di kali dengan harga negatif (-) maka diperoleh:

Pengantar Laboratorium 22
Penyajian dan Pengolahan Data

 n   n  n 
n  x i y i     x i   y i 
a=  i=1   i=1 n  i=12  (6.17)
 n   
n  x     x 
2

 i=1 i  i=1 i
Dengan cara yang sama diperoleh:
2
 n  n   n  n 
  yi   x i  - n  x i   x i y i 
b =  i=1  i=1n   i=1  2 i=1  (6.18)
   n 
  x2     x 
 i=1 i  i=1  i

Dengan mensubstitusi harga-harga a dan b ke dalam persamaan (6.11), maka akan diperoleh
persamaan garis lurus yang mempunyai deviasi minimum terhadap titik-titik pengamatan yang
disebut metode least squares.
Contoh perhitungan grafik dengan metode least squares
Tentukan dengan metode least squares, dengan konstanta a dan m dalam bentuk persamaan:
P = a.wm (6.19)
Berikut data-data hasil pengukuran percobaan adalah:
Tabel 6.8: Hasil pengukuran data eksperimen
No v P
1 10 0,300
2 15 0,675
3 22,5 1,519
4 33,7 3,417
5 50,6 7,689
6 75,9 17,300

Jika dilihat persamaan (6.19) bahwa hubungan antara p terhadap v adalah tidak linier, kecuali
untuk harga z = 1. Oleh karena harga m belum diketahui, maka dapat diperoleh hubungan linier
dengan mengambil logaritma dari persamaan (6.14) sebagai berikut:
log p = m log v + log a
misal: y = log p
x = log v
b = log a
maka y = m.x + b

Pengantar Laboratorium 23
Penyajian dan Pengolahan Data

jadi a dan b ditentukan dengan mempergunakan persamaan (6.17) dan (6.18). Untuk
menyelesaikan persoalan ini, maka data-data pengukuran tersebut baik harga p dan v dihitung
logaritmanya melalui daftar log.
Tabel 6.9: Hasil perhitungan logaritma pengukuran
2
No yi = log p xi = log vi xi . yi xi
1 -0,523 1 -0,523 1,000
2 -0,171 1,176 -0,202 1,392
3 + 0,182 1,352 0,246 1,822
4 0,534 1,529 0,817 2,341
5 0,886 1,703 1,506 2,890
Jumlah 0,908 6,760 1,844 9,445

Dengan persamaan (6.17) diperoleh:


n  n  n 
n  x i yi     x i   yi 
a =  i=1  n    i=1  i=12  = 5(1,844)  (6,760)(0,908)
 n  5(9,445)  (6,760)2 =2
n  x     x 
2

 i=1 i  i=1  i

dan persamaan (6.18) diperoleh:


2
 n  n   n
 n 
  y i   x i  - n  x i   x i yi  (0,908)(9,445)  (6,760)(1,844)
b =  i=1  i=1n   i=1  2 i=1 = = 2,523
   n  5(9,445)  (6,760)2
  x2     x 
 i=1 i  i=1  i

Oleh karena b = log a = - 4 + 1,477


maka log a = log 10-4 + log 30 = log 3.10-3
a = 0,003
Jadi ternyata, metode least squares dapat dipakai untuk menentukan konstanta-konstanta yang
variabel-variabelnya dapat dibuat menjadi garis lurus.

Pengantar Laboratorium 24
Penyajian dan Pengolahan Data

EVALUASI (TUGAS)

1. Misalkan dalam percobaan diperoleh hubungan antara jarak Y (cm) terhadap waktu t (s)
sebagai berikut:
Y (cm) t (detik) v = Y/t (cm/s)
10,00 0,40 25,00
20,00 0,70 28,60
30,00 1,00 30,00
40,00 1,20 33,33
50,00 1,45 34,50
60,00 1,70 35,30
70,00 1,80 38,90
80,00 2,00 40,00
90,00 2,20 40,90
100,00 2,30 43,50

a. Tentukan ketidakpastian nilai v? Buat grafik bentuk fungsi linier dan fungsi eksponensial?
b. Tentukan nilai kecepatan berdasarkan grafik dan secara perhitungan? Berapa persentase
perbedaannya?
c. Buatlah grafik data di atas dengan metode titik sentroid!
d. Buatlah grafik data di atas dengan metode least squares garis lurus!
2. Diberikan data-data hasil pengukuran sebagai berikut:
V (V) 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00
I (A) 0,12 0,30 0,50 0,68 0,84 0,98

a. Gambarkan grafik kedua hubungan antara variable V dan I!


b. Hitung berapa hambatan yang digunakan!
c. Tentukan nilai ketidakpastian hambatan listrik!
d. Interpretasikan nilai hambatan listrik secara grafik dan perhitungan!
e. Buatlah grafik data di atas dengan metode titik sentroid dan metode least squares
garis lurus!

***************Selamat Bekerja***************

Pengantar Laboratorium 25

Anda mungkin juga menyukai