Anda di halaman 1dari 10

KOLERASI SERIAL

Disususn untuk Memenuhi Mata Kuliah Statistik Pendidikan Matematika


Dosen Pengampu: Zulkifli Nelson

Oleh:
Kelompok VII
1. Khairatunnisa
2. Nurfadhila Az-zahra (11715201047)
3. Rizky wulansari

Kelas: 4B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2019/1440 H
KOLERASI SERIAL
Teknik korelasi serial digunakan apabila variabel-variabel yang akan
dikorelasikan berskala ordinal dan interval. Korelasi serial meliputi korelasi
dwiserial, triserial, catur serial, pancaserial dan seterusnya.

Korelasi dwiserial ( rdwis) adalah korelasi yang salah satu variabel yang berskala
ordinalnya dibagi dalam dua golongan. Bila gejala ordinalnya dibagi dalam tiga
golongan dipergunakan korelasi triserial (rtris ). Bila gejala ordinalnya dibagi dalam
empat golongan memakai caturserial (r cas) dan jika gejala ordinalnya dibagi dalam
lima golongan digunakan pancaserial ( rpas ). Tapi bila gejala ordinalnya terbagi lebih
dari lima golongan (di atas pancaserial) lebih baik digunakan teknik analisis korelasi
product moment.

Dalam contoh berikut akan disajikan korelasi triserial. Misalnya, dalam suatu
penelitian ingin mengetahui apakah ada korelasi positif yang signifikan antara nilai
rata-rata (mean) ujian semester dengan keaktifan dalam belajar kelompok dari 30
orang mahasiswa UIN. Keaktifan belajar.

kelompok diklasifikasikan dalam tiga golongan, yaitu aktif sedang dan pasif.
Dari 30 orang mahasiswa tersebut yang aktif 9 orang, sedang 15 orang dan yang pasif
6 orang. Setelah data ditabulasikan maka tampak seperti pada tabel 5.18.

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari koefisien korelasi serial adalah
sebagai berikut:

∑{(𝑜𝑟 − 𝑜𝑡 )(M)}
𝑟𝑠𝑒𝑟 =
(𝑜𝑟 − 𝑜𝑡)2
𝑆𝐷𝑡𝑜𝑡 ∑{ }
𝑝
Keterangan :

rser =koefisien korelasi serial

or= ordinat yang lebih rendah


ot = ordinat yang lebih tinggi

M = mean (nilai rata-rata)

SDtot = standar deviasi total

p = proporsi individu dalam golongan

Analisis korelasi serial dapat dilakukan untuk analisis varibel yang jumlah
sampel masing-masing kategorinya sama dan tidak sama, misalnya jumlah yang aktif
10 orang dan jumlah yang pasif juga 10 orang. Dalam contoh perhitungan korelasi
serial diatas jumlah masing-masing kategori tidak sama.

Untuk menyesuaikan contoh militis diatas langkah Pertama adalah menyiapkan


tabel perhitungan korelasi Serial sebagai berikut:

TABEL 5.18
NILAI RATA-RATA UJIAN SEMESTER DENGAN KEAKTIFAN
BELAJAR KELOMPOK MAHASISWA UIN

Nomor Urut Nilai Rata-Rata Ujian semester


Keaktifan Belajar Kelompok
Aktif Sedang Pasif
1 80 75 60
2 75 70 60
3 70 65 55
4 70 65 60
5 80 65 65
6 70 70 70
7 55 60
8 75 60
9 65 65
10 70
11 65
12 65
13 75
14 70
15 60

Jumlah Nilai 640 1.005 370


Jumlah 9 15 6
Mahasiswa
Proporsi 0,30 0,50 0,20
Mean 71,11 67 61,7

Penjelasan mengisi tabel. 5.18

1. Jumlah nilai diisi dengan menjumlahkan skor pada masing-masing kategori


aktif, sedang dan pasif.
2. Jumlah mahasiswa diisi dengan menjumlahkan banyaknya skor pada masing-
masing kategori aktif, sedang dan pasif.
3. Proporsi, cara mencari proporsi adalah jumlah mahasiswa setiap
golongan/kategori dibagi dengan jumlah mahasiswa keseluruhan ( N). Contoh
mahasiswa yang aktif 9 orang, N= 30, proporsinya adalah:

9
= 0,30 demikian seterusnya.
30

4. Mean, cara mencari meannya adalah jumlah nilai dibagi dengan jumlah
mahasiswa. Contoh mahasiswa yang aktif 9 orang, jumlah nilainya 640, maka
mean nya adalah :
640
= 71,11 demikian seterusnya.
9

1) Cara Mencari Koeiisien Korelasi Serial

a. Tentukan tinggi ordinatnya dengan membuat kurva normal yang memisahkan


satu bagian distribusi dengan bagian yang lainnya.

Untuk mengetahui besarnya ordinat dapat dilihat pada tabel ordinat dan z pada kurva
normal (lihat lampiran 3). Dalam tabel tersebut ada dua kolom p (proporsi), p yang
satu merupakan komplemen dari p yang lain. Untuk mengetahui tinggi ordinat boleh
dipilih salah satu p, baik pada kolom pertama ataupun kolom kedua. Dari tabel
ordinat dan z dapat kita ketahui :

1) Ordinat b yaitu p = 0,30 tinggi ordinatnya = 0,34769


2) Ordinat cyaitu p = 0,30 + 0,50 = 0,80 ordinatnya = 0,27996
3) Ordinat a dan d = 0
b. menyiapkan tabel perhitungan untuk mencari “r” serial.
TABEL 5.19

TABEL PERHITUNGAN KOEFISIEN KORELASI SERIAL

Golong N P O (or-ot) (or-ot)2 (𝑜𝑟 − 𝑜𝑡)2 M (Or-ot)M


an p

AKTIF 9 0,30 0,3476 +0,34769 0,120888 0,40296 71,1 +24,72076


SEDAN 15 0,50 9 -0,06773 0,004587 0,00917 67,0 -4,53781
G 6 0,20 0,2799 -0,27996 0,078378 0,39189 61,7 -17,27353
PASIF 6
-
JUMLA 30 1,00 - - - 0,804024= - 2,90932=
H (𝑜𝑟−𝑜𝑡)2 ∑(𝑜𝑟 − 𝑜𝑡)𝑀

𝑝

penjelasan mengisi tabel 5.19 :

1) Kolom 1,2 dan 3 dari tabel 5.18


2) Kolom 4 (o)
Lihat tabel ordinat dan z pada kurva normal (lampiran 3) dan keterangan
sebelumnya tentang ordinat a,b,c dan d.
3) Kolom 5 (or-ot)
Ordinat yang ada pada kolom 4 dikurangkan secara berurutan dari atas ke
bawah sesuai dengan or nya. Contoh golongan yang aktif adalah ordinat
0,34769-0= 0,34769. Demikianlah untuk seterusnya.
4) Kolom 6 (or-ot)2
Ordinat pada kolom lima dikuadratkan
Contoh baris pertama : (0,34769)2 = 0,34769 . 0,34769 = 0,120888
Demikian untuk seterusnya.
5) Kolom 7
Ordinat yang sudah dikuadratkan pada kolom 6 dibagi dengan proporsi
(kolom 3). Contoh baris pertama :
0,120888
= 0,40296
0,30

Demikian untuk seterusnya.


Selanjutnya jumlahkan sehingga diperoleh :
(𝑜𝑟−𝑜𝑡)2
∑ = 0,804024
𝑝

6) Kolom 8 (M)
Mean (nilai rata-rata), lihat tabel 5.18
7) Kolom 9 [(or-ot).M]
(or-ot) (kolom 5) dikali dengan mean (kolom 8 )
Contoh baris pertama : 0,34769 x 71,1 = 24,72076
Selanjutnya jumlahkan sehingga diperoleh :
∑(𝑜𝑟 − 𝑜𝑡)𝑀 = 2,90932
Dari tabel perhitungan diatas dapat diketahui :
(𝑜𝑟−𝑜𝑡)2
∑ = 0,804024
𝑝

∑(𝑜𝑟 − 𝑜𝑡)𝑀 = 2,90932

c. Mencari Standar Deviasi total (SDtotal)


Untuk mencari standar deviasi total terlebih dahulu siapkan tabel
perhitungan standar deviasi. Sesuai dengan data pada tabel 5.18, tabel
perhitungan mencari standar deviasi totalnya adalah sebagaimana terlihat
pada tabel 5.20
Untuk lebih jelasnya cara mencari standar deviasi dapat dilihat pada
bahasan sebelumnya tentang standar deviasi atau masalah penyebaran data.
TABEL 5.20
TABEL PERHITUNGAN STANDAR DEVIASI
Nilai (X) F fX fX2
80 2 160 12.800
75 4 300 22.500
70 8 560 39.200
65 8 520 33.800
60 6 360 21.600
55 2 110 6.050
- 30 = N 2.010 = ∑ 𝐟𝐗 135.950 = ∑ 𝐟𝐗2

Dari tabel perhitungan standar deviasi di atas diperoleh N = 30, ∑ 𝐟𝐗 = 2.010 dan
∑ 𝐟𝐗2 = 135.950. selanjutnya substitusikan ke dalam rumus standar deviasi berikut:

∑ 𝐟𝐗𝟐 ∑ 𝐟𝐗 2
SDtotal =√ −( )
𝑁 𝑁

135.950 2.010 2
=√ −( )
30 30

=√4.531,667 − 4.489

=√42,667

SDtotal = 6,532

d. Substitusikan ke dalam rumus korelasi serial


∑(𝑜𝑟−𝑜𝑡)𝑀
rser = (𝑜𝑟−𝑜𝑡)2
SDtot ∑
𝑝

2,90932
= 6,532 𝑥 0,804024
2,90932
=5,251885

rser = 0,554
Cara Memberikan Interpretsi terhadap Koefisien Korelasi Serial
Para ahli statistik menganggap bahwa rumus korelasi serial yang telah
disebutkan di atas koefisiennya terlalu tinggi (overestimated) dibandingkan dengan
nilai “r” yang sebenarnya. Untuk mengatasi hal ini dapat digunakan rumus “r”
chotomisasi, namun hasilnya terlalu rendah (underestimated) dari “r” product
moment. Agar koefisein korelasi triserial mendekati harga “r” product moment dapat
dilakukan dengan berkonsultasi pada tabel koreksi untuk chotomisasi (lihat lampiran
4)
Untuk lebih jelasnya kita ujikan rtria dari contoh perhitungan di atas. Contoh di
atas rtria = 0,554, selanjutnya substitusikan ke dalam rumus “r” chotomisasi seperti di
bawah ini.

(𝑂𝑟−𝑂𝑡)2
rch = rser √∑ [ ]
𝑝

= 0,554 × √0,804024

= 0,554 × 0,897

= 0,497

selanjutnya berkonsultasi pada tabel faktor koreks karena penggolongan secara kasar.
Cara melihat tabel, r menunjukkan rch sedangkan angka 2 sampai 10 menunjukkan
jumlah kategori (penggolongan) pada data ordinal. Dengan rch = 0,497 dan jumlah
kategori tiga, maka faktor koreksinya adalah 1.085. Agar koefisien rch ekuivalen
dengan “r” product moment maka rch dikalikan dengan hasil faktor koreksinya. Jadi
0,497 x 1,085= 0,539.

Selanjutnya berkonsultasi dengan tabel harga kritik product moment dengan


berpatokan pada df ( derajat kebebasan). Dengan rumus df = N – 2 diperoleh df
sebesar 28 untuk subjek penelitian 30 orang (30-2=28). Dari tabel “r” product
moment dengan df = 28 diperoleh rt pada taraf sigifikan 5%=0,361, dan pada taraf
signifikan 1%=0,463. Dengan demikian rch=0,539 jauh lebih besar dari rtabel sehingga
dapat kita simpulkan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara keaktifan
belajar kelompok dengan nilai ujian semester pada mahasiswa UIN. Kolerasi positif
menunjukkan bahwa semakin aktif mahasiswa dalam berdiskusi maka semakin tinggi
nilaiujian semesternya. Begitu juga sebaliknya semakin tidak aktif mahasiswa dalam
berdiskusi maka semakin rendah nilai ujian semesternya. Oleh karena itu dapat dibuat
rekomendasi hasil penelitiannya sebagai berikut: untuk meningkatkan hasil ujian
semester mahasiswa UIN dapat dilakukan dengan menggunakan diskusi mahasiswa
dalam proses pembelajaran di UIN.

Anda mungkin juga menyukai