Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Di dalam bab ini akan di bahas mengenai hasil dan pembahasan.

A. Gambaran Umum Latar Penelitian

1. Profil TKIT Robbani Cendekia Jenangan Ponorogo

Taman kanak-kanak Islam Terpadu Robbani Cendekia berdiri pada tanggal 11

Februari 2010. Lembaga ini didirikan oleh sebuah yayasan yaitu Lembaga

Pendidikan dan Dakwah (LPD) Robbani Cendekia diketuai oleh Bapak Adi

Sucipto. Awal pertama didirikan menyewa tempat yang beralamat di Jalan Raya

Jenangan nomor 124 Desa Jenangan, Kecamatan Jenangan Kabupaten Ponorogo

dengan luas tanah 775 m2 dan luas bangunan sebesar 364 m2.

Pada tahun pertama mendapatkan 11 siswa yang pada saat itu dikepalai oleh

Ibu Nevik Nur Rahmawati, S.Ag. Setelah 7 tahun berjalan, Alhamdulillah di tahun

2017 bisa menempati gedung yang didirikan di atas tanah wakaf dari bapak H.

Basuki yang terletak di Jln. Gatutkoco Desa Jenangan, Kec. Jenangan Kab.

Ponorogo hingga saat ini. TK Islam Terpadu Robbani Cendekia merupakan

Lembaga dengan System Full Day School pertama di kecamatan Jenangan.

Hingga sekarang TK Islam Terpadu Robbani cendekia diminati oleh

masyarakat, bukan hanya diminati oleh masyarakat kecamatan Jenangan saja,

tetapi juga diminati oleh masyarakat kecamatan Pulung dan kecamatan Ngebel.

Jumlah murid dari tahun ke tahun meningkat, saat ini membuka 6 rombel yaitu

klas A 3 rombel, klas B 3 rombel. Alhamdulillah pada tahun 2019 yang lalu TK

Islam Terpadu Robbani Cendekia telah terakreditasi dengan nilai A. Mudah-

mudahan TK Islam Terpadu Robbani Cendekia selalu menjadi lebih baik dan

selalu diminati masyarakat.


TK Islam Terpadu Robbani Cendekia merupakan satuan PAUD swasta yang

dikelola dengan managemen berbasis masyarakat dibawah naungan Yayasan

Pendidikan dan Dakwah Robbani Cendekia, telah memiliki izin dari Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Nomor 0220002521573.

Taman kanak-Kanak dan telah telah lulus akreditasi dari BAN PNF tahun 2019,

dengan status akreditasi A (Unggul) dengan Nomor sertifikat:

PAUD-TK/51100/0071/11/2019.1

IDENTITAS DAN STATUS TK ISLAM TERPADU ROBBANI

CENDEKIA

1. NAMA TK : TK ISLAM TERPADU


ROBBANI CENDEKIA
2. NSS : -
3. NPSN : 69840418
4. PROPINSI : Jawa Timur
5. KECAMATAN : Jenangan
6. KELOMPOK TK : Jaringan Sekolah Islam Terpadu
(JSIT) / Gugus 02 Cemerlang
7. AKREDITASI : A
8. KELURAHAN / KELURAHAN : JENANGAN
9. JALAN DAN NOMOR : Gatutkoco
10. KODE POS : 63492
11. TELEPON/HP : 085604851259
12. E-MAIL : Robbani.cendekia@yahoo.com
13. FAKSIMILI / FAX : -
14. DAERAH : Kabupaten Ponorogo
15. STATUS TK : Swasta
16. SURAT KEPUTUSAN / SK : B-SK.01/LPD.RC/VII/2011
17. PENERBIT SK : Ketua Yayasan Pendidikan dan
(DITANDATANGANI OLEH) Dakwah Robbani Cendekia
18. TAHUN BERDIRI : 2010

1
Lihat Transkip Dokumentasi No. 01/D/18 III/2022
19. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR : Kombinasi Pagi dan siang Hari
20. BANGUNAN TK : Milik Sendiri
21. LOKASI TK : Kelurahan Jenangan
22. JARAK KE PUSAT KECAMATAN : ± 1 km
23. JARAK KE PUSAT OTODA : ± 10 km
24. TERLETAK PADA LINTASAN : Kecamatan
25. JUMLAH KEANGGOTAAN GUGUS : 11 Lembaga PAUD
26. ORGANISASI PENYELENGGARA : YPD Robbani Cendekia
Pendidikan Islam terpadu adalah proses pendidikan yang menekankan

pada keterpaduan nilai-nilai islam secara menyeluruh. Pendidikan islam terpadu

bertujuan untuk:

a. Memiliki aqidah yang lurus dan kokoh (Salimul Aqidah)

b. Mampu beribadah sesuai petunjuk yang diisyaratkan Rasulullah SAW

(Shohibah Ibadah)

c. Memiliki kemuliaan dan ketangguhan akhlak (Matinuq Khuluq)

d. Mmapu menunjukkan potensi dan kreativitasnya (Qodirun ala’ Kabsi)

e. Memilikikeluasan wawasan (Musaqoful Fikri)

f. Memiliki kekuatan fisik (Qowiyul Jism)

g. Senantiasa mengokohkan diri atas hukum Allah melalui ibadah dana mal

sholeh (Mujahidun li Nafsi)

h. Teratur dalam segala urusannya (Munadzam fi Syu’unihi)

i. Mampu menjaga waktunya dari kesia-siaan (Harutsun ‘ala Waqtih)

j. Mampu menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain (Nafi’un li Ghairihi)

Sedangkan Program-program pendidikan islam terpadu yaitu:

a. Pengembangan kemampuan dasar

b. Tahfidz Al-Qur’an juz 30, Hadits serta hafalan do’a sehari-hari

c. Tahsin metode Wafa


d. Shalat berjamaah

e. Program pengenalan lingkungan

f. Ketrampilan/ life skill (pasar mini, cooking day, dll)

g. Pengenalan dasar komunikasi

h. Kunjungan

i. Renang

j. Pondok ramadhan

k. Outbond

l. Manasik haji

m. Calistung

2. Visi, Misi, dan Tujuan TKIT Robbani Cendekia Jenangan Ponorogo

Adapun visi dari TKIT Robbani Cendekia Jenangan Ponorogo yaitu

terbentuknya generasi muslim cendekia, berakhlaq mulia, mandiri dan cinta tanah

airnya.

Sejalan dengan visi tersebut maka misi dari TKIT Robbani Cendekia adalah:

a. Menjadi lembaga pendidikan berbasis dakwah

b. Membina potensi religi, emosional dan intelektual anak sejak dini secara

terpadu dan berkesinambungan

c. Melatih kemandirian anak melalui pengembangan jiwa sosial untuk dapat

berinteraksi dengan lingkungan sekitar

d. Menumbuhkan rasa cinta terhadap tanah airnya Indonesia, dengan mengenal

berbagai budaya, suku, adat, serta agama.

Berdasarkan visi dan misi diatas, maka tujuan pendidikan yang ingin dicapai

oleh Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Robbani Cendekia adalah :


a. Meletakkan dasar dan menanamkan nilai nilai agama islam dalam jiwa anak

sejak dini agar menjadi manusia yang bertaqwa, berbudi luhur dan cerdas

b. Mengembangkan aktifitas dan kreatifitas anak melalui berbagai kegiatan

edukatif agar anak memiliki ketrampilan dan kemampuan yang bermanfaat

bagi pertumbuhan pribadi dan perkembangan anak.

c. Terciptanya iklim belajar yang kondusif bagi penyelenggaraan pendidikan,

perawatan, pengasuhan, dan perlindungan anak

d. Menyiapkan anak untuk mengikuti pendidikan jenjang selanjutnya dengan

kualitas yang baik secara intelektual dan agamis

e. Memiliki rasa cinta terhadap tanah airnya yang tinggi sejak dini agar mencintai

dan menghormati berbagai budaya, suku, adat, serta agama yang ada di

Indonesia.2

3. Data Guru

Tenaga pendidik yang biasa disebut guru mempunyai peran penting. Di TKIT

Robbani Cendekia guru disebut dengan ustad/ustadzah. Tenaga pendidik di TKIT

Robbani Cendekia saat ini memiliki 6 guru tetap TK kelompok A dan kelompok B

berpendidikan S-1yang berkecimpung ikut serta dalam mendidik anak. Terdapat

Pembina yayasan dari TKIT Robbani Cendekia adalah Drs,. KH. Syamsudin, LC,

Drs. H. M. Nurhadi Hanuri, dan Supriyono Muslish. Ketua yayasan dari TKIT

Robbani Cendekia adalah Adi Sucipto, dengan wakil ketua Supriyono, S.Pd. SD,

Sekretaris Siswanto, A.Ma, dan bendahara dan komite Suyono. Sedangkan kepala

sekolah TKIT Robbani Cendekia adalah Narnika, S.Pd.3

4. Data Siswa

2
Ibid.
3
Lihat Transkip Dokumentasi No. 02/D/8 III/2022
Pada tahun pelajaran 2021/2022 peserta didik di TKIT Robbani Cendekia

seluruhnya adalah 61 murid yang terdiri dari 30 laki-laki dan 31 perempuan.

Peserta didik di TKIT Robbani Cendekia terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu

kelompok A dan kelompok B. Setiap kelompok dibgai menjadi 3 kelas jadi siswa

di TKIT Robbani Cendekia rata-rata berumur 5-6 tahun terdiri dari 6 kelas yang

diampu oleh 6 guru.4

TKIT Robbani Cendekia memiliki 3 ruang belajar, kantor kepala sekolah, 1

kamar mandi, 1 masjid, dan 1 ruang penyimpanan. Di dalam kelas terdapat 18

meja siswa, 36 bangku siswa, 3 meja guru, 3 kursi guru, 3 loker, 3 buah jam

dinding, 3 kipas angin, 3 kotak P3K, 3 buah sapu, 1 buah pel, dan 3 buah tong

sampah. Lantai kelas sudah memakai keramik sehingga anak harus melepas

sepatunya yang diletakkan di rak sepatu di depan kelas. Posisi duduk siswa yaitu

tersusun dari berhadapan dengan 6 meja, dengan setiap meja 2 bangku siswa.

Posisi duduk setiap anak diatur oleh guru dan diubah setiap harinya. Di dalam

kantor terdapat 2 buah rak buku, 2 buah lemari, 1 meja kepala sekolah, 1 kursi

kepala sekolah, 1 kursi tamu beserta meja, 1 meja sekretaris sekolah, 1 kursi

sekretaris sekolah, 1 buah pengeras suara, 1 buah jam dinding, 3 buah kalender, 1

buah krincingan, dan 1 buah lemari khusus piala. Untuk kamar mandinya terletak

di bahwah tangga sebelah selatan sekolah. TKIT Robbani Cendekia memiliki

banyak bermain out door diantaranya 1 jungkat jungkit, 2 putaran, 2 ayunan, dan

1 perosotan. Permainan in door yang dimiliki RA Dharma Wanita adalah puzzle,

gambar bersusun, pasir-pasiran, balok, plastisin, dan lego. Sama dengan sekolah

umumnya, TKIT Robbani Cendekia juga memiliki ketentuan dalam berpakaian

4
Lihat Transkip Dokumentasi No. 03/D/15 III/2022
untuk para siswanya. Untuk perempuan wajib memakai jilbab dan yang laki-laki

tidak wajib menggunakan peci. Jadwal pakaian siswa TKIT Robbani Cendekia:

a. Hari Senin menggunakan seragam berwarna hijau, untuk yang laki-laki atasan

baju warna hijau muda dengan celana panjang warna hijau tua. Sedangkan

yang perempuan memakai seragam berwarna hijau dalam bentuk jubah dan

jilbab berwarna hijau muda.

b. Hari Selasa menggunakan seragam berwarna biru, untuk yang laki-laki atasan

baju warna biru dengan motif kotak-kotak dengan celana panjang warna biru.

Sedangkan yang perempuan memakai seragam berwarna biru dengan motif

kotak-kotak dalam bentuk jubah dan jilbab berwarna biru.

c. Hari Rabu anak berpakaian baju bebas rapi

d. Hari Kamis menggunakan seragam berwarna hijau, untuk yang laki-laki atasan

baju warna hijau muda dengan celana panjang warna hijau tua. Sedangkan

yang perempuan memakai seragam berwarna hijau dalam bentuk jubah dan

jilbab berwarna hijau muda.

e. Hari Jum’at menggunakan baju olahraga.

TKIT Robbani Cendekia masuk sekolah pada pukul 07.30 WIB dan berakhir

pada pukul 12.00 WIB untuk hari jum‟at pembelajaran berakhir pada pukul 11.00

WIB. Orang tua dilarang untuk menunggu siswa di lingkungan sekolah selama

proses pembelajaran berlangsung dan dapat kembali menjemput anak setelah jam

pelajaran selesai. Pembelajaran diawali dengan rutinitas seperti biasa yakni sholat

dhuha dan circle time. Ketika akan sholat dhuha guru meminta 1 orang murid

menjadi imamnya, dan sebelum sholat dhuha di mulai anak-anak menghafal

hadits meluruskan barisan atau shof sholat. Sholat dhuha dilakukan sebanyak 2

rakaat, setelah membaca Al-fatihah rakaat pertama membaca surah Asy-Syams


dan rakaat kedua membaca surah Ad-Dhuha. Kemudian dilanjutkan dengan

berdoa sebelum belajar dan bermain lalu hafalan surat, do’a, dan hadits sesuai

ketentuan setiap pekan. Selain itu anak juga menyanyi lagu angka mulai angka 1-

20 dalam Bahasa Indonesia, jawa dan arab juga menghafal asmaul husna, nama

25 nabi dan rasul, nama malikat beserta tugas-tugasnya. Pembelajaran di sekolah

dibagi menjadi 3 kelas dengan 34 jumlah murid yang terdiri dari kelas isa, ilyas,

dan zakaria. Pembelajaran dilakukan dengan 1 orang guru dimasing-masing

kelas.

Kegiatan pembelajaran Al-Qur’an dilakukan setelah anak menyelesaikan

kegiatan tematik. Hal pertama yang dilakukan pada pembelajaran Al-Qur’an

adalah memerintahkan murid untuk mengambil buku jilid wafa dan buku menulis

wafa. Jadi selain membaca buku jilid wafa anak juga belkajar menulis huruf

hijaiyah. Setelah semua murid menyiapkan buku membaca jilid wafa dan buku

menulis wafa. Lalu guru menuliskan lafadz dipapan tulis kemuadian anak

menuliskan ke buku menulis wafa. Disamping kegiatan menulis, guru memanggil

anak satu persatu untuk membaca buku jilid wafa sesuai dengan sampai halaman

yang dicapai masing-masing anak. pembelajaran Al-Qur’an dengan metode wafa

ini dilakukan setiap hari senin dan selasa seusai kegiatan tematik, sedangkan

setiap hari rabu dan kamis anak membaca alfabet

Pada hari jum’at pembelajaran pun berubah menjadi lebih memfokuskan pada

kegiatan fisik. Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai anak melakukan senam

bersama-sama selama kurang lebih 30 menit. Karena hari jumat waktunya

singkat, maka setelah senam langsung disambung kegiatan tematik.

B. Paparan Data
1. Data tentang penerapan Metode Wafa dalam meningkatkan minat belajar

Al-Qur’an anak usia dini di TKIT Robbani Cendekia Jenangan Ponorogo

Penerapan Metode Wafa dalam meningkatkan minat belajar Al-Qur’an

anak usia dini di TKIT Robbani Cendekia Jenangan Ponorogo. Mengajar

merupakan suatu kegiatan yang sangat memerlukan keterampilan profesional.

Guru yang profesional dapat mengetahui dengan baik apa yang harus

dikerjakannya, baik dalam maupun di luar kelas termasuk dalam pengambilan

berbagai keputusan yang berhubungan proses pembelajaran. 5 Penerapan meliputi

perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran Al-Qur’an yang menjadikan

siswa mampu belajar. Perencanaan merupakan proses mempersiapkan secara

sistemasis sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu.

Perencanaan membaca Al-Qur’an dengan Metode Wafa dapat diartikan dengan

persiapan seorang guru dengan tujuan untuk menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan sehigga dapat meningkatkan minat belajar Al-Qur’an anak.

Adapun dalam perencanaan membaca Al-Qur’an dengan Metode Wafa di TKIT

Robbani Cendekia Jenangan Ponorogo meliputi:

1. Guru mempersiapkan buku Wafa mulai dari jilid 1 sampai jilid 3

2. Guru mempersiapkan kartu prestasi murid.

3. Guru mempersiapkan flash card untuk bermain huruf dengan murid.

4. Guru mempersiapkan alat peraga untuk mengaji dalam model klasikal.

5. Setiap murid merata memiliki buku Wafa sendiri sesuai dengan jilid atau

sampai mana ketercapian mengaji murid.

Metode Wafa merupakan salah satu metode pembelajaran Al-Qur’an dengan

otak kanan yang menyenangkan bagi anak usia dini. Maksud dari penggunaan

5
Haidir dan Salim, Strategi Pemebelajaran (Suatu Pendekatan Bagaimana Meningkatkan Kegiatan
Belajar Siswa Secara Transformatif), 2nd edn (Medan: Perdana Publishing, 2014).
metode ini adalah untuk meningkatkan minat belajar Al-Qur’an anak usia dini.

Dimana ditemukan adanya kurangnya minat murid dalam mengikuti

pembelajaran Al-Qur’an. Murid-murid kurang berminat belajar membaca Al-

Qur’an karena metode belajar Al-Qur’an tidak sesuai dengan dunia anak-anak,

sehingga membuat anak cepat bosan, malas bahkan tidak mau belajar. Hal ini

sebagaimana yang di sampaikan oleh Ibu Arwaheni, S.Pd selaku guru kelas TK B

Zakaria sebagai berikut:

Sekarang ini banyak orang tua yang kurang peduli dengan minat belajar Al-
Qur’an anaknya, mereka sibuk dengan pekerjaannya dan kurang mengarahkan
serta memotivasi anak supaya berminat dalam belajar Al-Qur’an. Selain itu, yang
membuat anak kurang berminat belajar Al-Qur’an adalah Metode belajar Al-
Qur’an tidak sesuai dengan dunia anak-anak, sehingga membuat anak cepat
bosan, malas bahkan tidak mau belajar. Pada kenyataannya minat belajar Al-
Qur’an anak-anak kelompok TK B di TKIT Robbani Cendekia Jenangan ini
masih rendah. Hal ini di tandai dengan adanya anak yang diajak belajar membaca
Al-Qur’an tetapi masih asyik bermain, sehingga anak belum mengenal huruf Al-
Qur’an masih belum bisa membedakan huruf yang hampir sama dan belum bisa
melafalkan huruf dengan benar ataupun belum lancar dalam makhorijul huruf.6

Minat anak belajar Al-Qur’an ketika di rumah juga sangat kurang juga sudah

dengan metode yang sama disekolah karena anak lebih banyak bermain. Hal ini

sebagaimana yang di sampaikan oleh Ibu Chusnul Chotimah, S.Pd selaku wali

murid dari Wafiqna menyatakan: Privat, nada Wafa. Bukan metode Wafa yang

pakai cerita, dulu gitu, sangat kurang karena disuruh belajar sulit dan kebih

banyak bermain.7

Dalam Meningkatkan minat belajar Al-Qur’an guru menggunakan metode

Wafa. Penggunaan metode Wafa dilakukan sejak 2013. Guru memilih metode

Wafa karena metode pembelajaran Al-Qur’an yang sesuai dengan rentang usia 5-

6 tahun. Membaca Al-Qur’an dengan metode Wafa dilakukan dengan adanya

perencanaan khusus yang tertuang di RPPM dan RPPH. Guru memiliki sertifikat

6
Lihat transkip wawancara 01/W/29-12/2021
7
Lihat transkip wawancara 13/W/21-3/2022
khusus metode Wafa. Metode Wafa itu sangat istimewa dan berbeda dari metode

belajar Al-Qur’an yang lain. Sebagaimana yang disampaikan oleh kepala sekolah

yaitu:

Untuk meningkatkan minat belajar Al-Qur’an anak di sekolah ini, guru


menggunakan metode belajar Al-Qur’an yaitu metode Wafa. Metode belajar Al-
Qur’an Wafa sudah dilakukan sejak tahun 2013, Wafa dipilih karena metode ini
adalah metode pembelajaran Al-Qur’an yang sesuai dengan rentang usia 5-6
tahun. Membaca Wafa dilakukan dengan adanya perencanaan khusus yang
tertuang di RPPM dan RPPH.8

Selaras dengan yang dikatakan oleh Ibu Darul Muslikah, S.Ud selaku guru

kelas TK B Ilyas sebagai berikut:

Saya sudah mengajar sejak tahun 2018 mungkin sekitar 4 tahun. Sejak awal
saya mengajar sudah menggunakan metode wafa. Menggunakan metode tersebut
karena mudah diajarkan dan anak cepat mengerti. Dengan metode wafa anak-
anak dapat belajar Al-Qur’an dengan gerakan sehingga membuat anak mudah
menghafal dan mengingat huruf-huruf hijaiyah. Saya ada sertifikat, akan tetapi
saya tidak pernah sekarang ini mengikuti pelatihan belajar wafa lagi.9

Sejalan dengan hal di atas, Ibu Arwaheni, S.Pd menyatakan:

Sejak awal mengajar saya memakai metode Wafa. Kami memilih metode
tersebut karena kami beranggapan bahwa metode tersebut lebih efektif, mudah,
juga cepat anak-anak memahaminya. Degan metode Wafa, anak-anak dapat
belajar Al-Qur;an dengan bernyanyi, bermain, dan bercerita. Sehingga anak-anak
belajar Al-Qur’an dengan riang gembira.10
Di dalam pelaksanaan membaca Al-Qur’an dengan metode wafa harus sesuai

dengan ketentuan baik dari kompetensi maupun kualifikasi. Sebagaimana yang di

sampaikan oleh Ibu Narnika, S.Pd selaku kepala sekolah TKIT Robbani Cendekia

yaitu, Saya memiliki sertifikat khusus mengajar Wafa dengan mengikuti kegiatan

sertifikasi pada tahun 2012 lalu di Surabaya.11 Sejalan dengan Ibu Arwaheni, S.Pd

selaku guru kelas TK B Zakaria menyatakan,

Saya mempunyai sertifikat guru Wafa, karena guru yang mengajar dengan
metode Wafa harus memenuhi kualifikasi dengan mempunyai sertifikat tersebut.
8
Lihat Transkip Wawancara 02/W/07-03/2022
9
Lihat Transkip Wawancara 05/W/9-3/2022
10
Ibid.
11
Lihat Transkip Wawancara 02/W/07-03/2022
Saya pernah ikut pelatihan kegiatan sertifikasi Wafa tepatnya di Surabaya pada
tahun 2012 lalu. Kualifikasinya terdiri dari pendidikan minimal SMA atau
sederajat, memiliki sertifikat mengajar dari WAFA, Melakukan continuous
improvement dan tabsinut tilawah (memperbaiki bacaan). Sedangkan
kompetensinya yaitu hafal minimal juz 29 dan 30 (2 Juz), dapat membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar (dengan martabat tartil) dengan nada hijaz, bisa
menulis huruf arab, dan senang berinteraksi dengan anak-anak.12

Pelaksanan membaca Al-Qur’an dengan metode wafa di TKIT Robbani

Cendekia Jenangan Ponorogo. Dapat dibuktikan dengan hasil wawancara dengan

Ibu Arwaheni, S.Pd selaku guru kelas TK B Zakaria yang sudah bersertifikasi

wafa di TKIT Robbani Cendekia Jenangan Ponorogo adalah sebagai berikut:

Menurut saya pelaksaan metode wafa telah berjalan efektif karena sudah
terbukti banyak lulusan dari sekolah ini yang sudah bisa baca Al-Qur’an setelah
tamat dari sekolah ini. Pelaksaannya sudah jelas mengikuti aturan metode wafa.
Dahulu sebelum pandemi anak-anak dalam belajar Al-Qur’an dengan durasi lebih
dari 1 jam. Sehingga anak lebih leluasa berman flash card huruf hijaiyah dan
membuat anak mudah mengingat dan menghafal nama dan jenis huruf yang
tertera pada flashcard. Selain itu juga menggunakan alat peraga yang membuat
anak tertarik ketika membaca buku tilawah wafa. Buku tilawah wafa yang paling
inggi yaitu buku tilawah jilid 5, sedangkan yang paling rendah yaitu buku tilawah
jilid 1, lalu ditambah tajwid dan ghorib. Anak seusia TK B sudah mencapai buku
tilawah wafa jilid 3. Siswa membaca bisa 1 sampai 2 halaman dalam 1 hari.
Dengan demikian materi yang disampaikan guru secara menarik dapat diserap
anak dengan baik sehingga memperoleh hasil memuaskan yakni anak sudah bisa
membaca Al-Qur’an di usia dini.13

Dari hasil pengamatan, suasana pelaksanaan membaca Al-Qur’an dengan

metode wafa di TKIT Robbani Cendekia Jenangan Ponorogo sangatlah kondusif.

Guru sangat bersemangat untuk mengajar membaca Al-Qur’an dengan berbagai

media pembelajaran yang menyenangkan, model pembelajaran yang asyik, dan

strategi pembelajaran yang cocok untuk anak-anak. Media pembelajaran dengan

metode wafa ini terdiri dari flashcard, alat peraga, gambar sesuai tema, dan buku

tilawah jilid wafa yang berwarna sehingga anak belajar dengan senang.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibu Arwaheni, S.Pd sebagai berikut:

12
Ibid.
13
Lihat Transkip Wawancara 07/W/14-3/2022
Dalam pembelajaran Al-Qur’an dengan metode wafa, menggunakan flashcard,
alat peraga, gambar yag dibuat guru sekreatif mungkin sesuai tema
pembelajaran, dan buku tilawah jilid wafa warna sehingga membuat anak
tertarik ketika belajar Al-Qur’an. Dalam membaca buku tilawah Wafa yang
paling inggi yaitu buku tilawah jilid 5, sedangkan yang paling rendah yaitu buku
tilawah jilid 1, lalu ditambah tajwid dan ghorib. Anak seusia TK B sudah
mencapai buku tilawah Wafa jilid 3. Siswa membaca bisa 1 sampai 2 halaman
dalam 1 hari. Dengan demikian materi yang disampaikan guru secara menarik
dapat diserap anak dengan baik sehingga memperoleh hasil memuaskan yakni
anak sudah bisa membaca Al-Qur’an di usia dini.14

Selain Itu model pembelajaran yang asyik yakni, model pembelajaran klasikal

dan privat. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibu Arwaheni, S.Pd sebagai

berikut:

Model pembelajarannya yaitu klasikal dan privat. Ketika klasikal guru bernasydid
atau bernyanyi tentang Wafa atau lagu yang menyangkut tema pembelajaran,
memberikan kode warna untuk bahan pembelajaran dan perlengkapan seperti
flash card dan alat peraga. Selain itu, juga menggunakan alat bantu seperti
menggambar suatu kegiatan yang menyangkut huruf yang dipelajari. Guru juga
melafadzkan huruf hijaiyah dan meminta murid untuk menirukan dan mengulangi
kembali huruf hijaiyah yang dilafadzkan guru. Guru memperagakan konsep
sambil memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari langkah-
demi langkah. Ketika privat, guru melakukan bimbingan dengan duduk disebelah
anak bukan di depan atau di belakang anak.15

Strategi pembelajaran dengan metode wafa sebagaimana yang dinyatakan

oleh Ibu Arwaheni, S.Pd sebagai berikut:

Dalam metode Wafa ini, saya menggunakan strategi sesuai dengan modalitas
belajar anak. Modalitas belajar terdiri dari 3 macam, yaitu visual, auditorial, dan
kinestetik. Strateginya dilakukan yaitu guru bernasydid atau bernyanyi tentang
Wafa atau lagu yang menyangkut tema pembelajaran, memberikan kode warna
untuk bahan pembelajaran dan perlengkapan seperti flash card dan alat peraga.
Saya menggunakan alat bantu seperti menggambar suatu kegiatan yang
menyangkut huruf yang dipelajari. Saya melafadzkan huruf hijaiyah dan meminta
anak untuk menirukan dan mengulangi kembali huruf hijaiyah yang saya
lafadzkan. Saya memperagakan konsep sambil memberikan kesempatan anak
mempelajari langkah demi langkah.16

Setiap pertemuan anak-anak membaca buku tilawah wafa sebanyak 1

halaman. Maka dari hasil pengamatan dapat mengambil kesimpulan bahwa guru
14
Lihat transkip wawancara 06/W/10-3/2022
15
Lihat transkip wawancara 04/W/8-3/2022
16
Lihat transkip wawancara 03/W/8-3/2022
melaksanakan pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan metode wafa secara

langsung ke siswa dengan bertatap muka satu persatu. Wafa diajarkan setiap hari

senin dan selasa seusai pembelajaran tentang tema. Awalnya guru membaca lalu

anak menirukan, setelah itu anak membaca sendiri dan guru menyimak dan

membetulkan ketika ada keasalahan. Guru tidak melakukan pemisahan dalam

mengajarkan wafa tilawah jilid 1, guru mengajarkan wafa dengan nada hijaz,

bacaan siswa yang paling rendah berada di tilawah jilid 1 dan yang paling tinggi

berada di tilawah jilid 3, anak mampu menghabiskan 1 tilawah jilid dalam 2

semester dengan banyak bacaan 1 Sampai 2 halaman dalam setiap kali pertemuan.

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang di dalamnya terdapat proses belajar,

dan terjadi antara guru dan murid. Pembelajaran dilakukan agar tercapainya suatu

tujuan yang telah ditentukan sejak awal. Sebagai penggerak, guru harus mampu

mengondisikan pembelajaran sedemikian rupa, agar proses belajar-mengajar

berjalan dengan lancar sesuai dengan materi yang diajarkan. Maka, dalam hal ini

suatu metode pembelajaran mendapatkan porsi yang sangat penting. Selain

metode, pembelajaran juga harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

Pembelajaran membaca Al-Qur’an dapat dilakukan dengan beberapa metode,

seperti metode Ummi, Wafa, Iqro, An-Nahdliyah, dan lain sebagainya. Dalam

suatu pembelajaran membaca Al-Qur’an, guru hanya menggunakan satu metode

yang benar-benar sesuai dengan karakteristik murid. Hal ini juga dilakukan pada

pembelajaran membaca Al-Qur’an yang dilaksanakan di TKIT Robbani Cendekia

Jenangan Ponorogo, yang menyelenggarakan pembelajaran tersebut dengan

metode wafa. Metode ini merupakan metode yang dianggap sesuai dan tepat

sesuai dengan karakteristik juga usia anak. Sebagaimana ibu Arwaheni, S.Pd

selaku guru kelas TK B Zakaria menyatakan bahwa:


Dahulu sebelum pandemi anak-anak dalam belajar Al-Qur’an dengan durasi
lebih dari 1 jam. Sehingga anak lebih leluasa berman flash card huruf hijaiyah
dan membuat anak mudan mengingat dan menghafal nama dan jenis huruf yang
tertera pada flashcard. Setelah diterapkannya new normal dilakukan kurang dari 1
jam. Ketika proses pembelajaran anak bersungguh-sungguh karena ketika
pembelajaran dimulai anak segera mengambil buku menulis, buku tilawah agar
ketika di panggil langsung bisa mengaji. Selan itu, anak juga sangat senang dan
riang gembira ketika pembelajaran berlangsung. Dengan guru mengajak anak
bernyanyi atau bernasydid. Anak juga sangat aktif bertanya ketika pembelajaran,
dengan guru menggambar tema kegiatan yang dipelajari di papan tulis, sebelum
guru bercerita anak sudah bertanya-tanya.17
Selain Itu anak juga sangat antusias ketika pembelajaran Al-Qur’an dengan

metode Wafa, Ibu Arwaheni, S.Pd menyatakan, Anak sangat bersemangat ketika

pembelajaran Al-Qur’an dengan metode wafa. Ketika klasikal anak bersemangat

karena guru menggunakan flashcard untuk bermain, alat peraga dan gambar-

gambar sesuai tema kegiatan pada hari itu. Ketika privat anak juga bersemangat

karena meraka antri dulu atau dipanggil satu persatu.18 Kecocokan menggunakan

metode wafa juga dipaparkan oleh beberapa siswa bahwasanya dengan metode

tersebut bacaan anak usia dini dapat mengahafal huruf hijaiyah dengan bermain

dan bernyanyi serta bacaannya terarah. Hal ini dikarenakan di dalam metode wafa

menggunakan otak kanan dengan bermain dan bernyanyi serta bercerita sehingga

anak tidak terasa untuk belajar. Tetapi bermian bisa baca Al-Qur’an.

TKIT Robbani Cendekia memang sangat menekankan bagaimana agar siswa-

siswi merasa senang dalam proses pembelajaran. Hal utama yang dilakukan oleh

para guru yatiu menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak kanan. Karena pada

saat ini khususnya dalam mempelajari al-Qur’an dengan cara-cara tradisional,

tidak memfungsikan otak kanan dalam pembelajaran yakni hanya memfungsikan

otak kiri saja. Sebagaimana yang diungkapkan oleh peneliti Professor Roger

Sperry, seorang pakar neopsikologi Amerika yang mengatakan masing-masing

belahan otak bertanggung jawab terhadap cara berfikir, dan masing-masing


17
Lihat transkip wawancara 09/W/16-3/2022
18
Lihat transkip wawancara 10/W/17-3/2022
mempunyai spesialisasi dalam kemampuan tertentu. Proses berfikir otak kiri

bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional. Cara berfikirnya sesuai untuk tugas-

tugas teratur, seperti ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial,

menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbiolisme. Cara berfikar otak

kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif dan holistic. Cara berfikirnya sesaui

dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat non verbal, seperti perasaan dan

emosi, kesadaran yang berkaitan dengan perasaan, kesadaran spasial, pengenalan

bentuk dan pola, music, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi.19

Ciri khas dari metode Wafa dengan menggunakan otak kanan yang bersifat

acak, tidak teratur intuitif, dan holistik. Cara berfikirnya sesuai dengan cara-cara

untuk mengetahui yang bersifat non verbal. Seperti perasaan dan emosi,

kesadaran yang berkaitan dengan perasaan, kesadaran spasial, pengenalan bentuk

dan pola, music, seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi. Dengan

penerapan otak kanan maka pembelajaran Al-Qur’an dengan metode wafa,

pengenalan huruf pertama dilakukan secara acak tidak dari “ alif ba ta tetapi dari

“ma ta sa ya ka ya ro da” dan dengan gerakan dan mimik muka yang ekspresif

yang di dahului dengan bercerita sesuai gambar yang tertera pada buku tilawah.

Selain itu guru juga memotivasi anak, sehingga anak bersemangat dan berminat

dalam belajar Al-Qur’an.

Pembelajaran Al-Qur’an dengan metode Wafa dilakukan seminggu 2 kali

dengan langkah-langkah belajar menggunakan 5P (pembukaan, pengalaman,

pengajaran, penilaian, dan penutupan). Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibu

Arwaheni, S.Pd sebagai berikut:

Anak-anak belajar Al-Qur’an seminngu 2 kali yaitu setiap hari senin dan
selasa. Pembelajarannya dilakukan setelah kegiatan pembelajaran tentang tema.
Langkah-langkah pembelajaran Wafa menggunakan 5P (pembukaan,
19
Tim Wafa.6-7.
pengalaman, pengajaran, penilaian, dan penutupan). Pembukaan meliputi bertanya
kabar, bertanya pertanyaan menantang, melihatkan video atau film, cerita, nasyid
atau menyanyi, dan tebak-tebakan. Pengalaman meliputi pertanyaan terstruktur,
simulasi atau peragaan langsung oleh murid, dan nasyid atau cerita analogis.
Pengajaran meliputi penanaman konsep dan baca tiru (talaqi). Penanaman Konsep
(PK) adalah guru mentalaqi contoh pokok bahasan dengan langsung atau
menggunakan kartu peraga secara bertahap, diulang-ulang dan diacak. Baca tiru
(talaqi) guru mentalaqi halaman latihan pada buku ajar atau peraga besar.
Penilaian Ulangi meliputi BSK (baca simak klasikal) yaitu satu murid membaca
guru dan murid lain menyimak dan BSP (baca simak privat) yaitu satu murid
membaca, guru menyimak dan lalu menulis atau murojaah. Penutupan meliputi
melakukan review, pernyataan yang mengesankan, pujian, bernyanyi/nasyid,
cerita, meneriakkan yel-yel dan pantun.20

Dalam penerapannya, strategi yang di gunakan guru dalam mengajar Al-

Qur’an menggunakan metode Wafa ini menggunakan tekhnik TANDUR.

Sehingga proses pembelajaran terasa menyenangkan yang dimana guru di sekolah

TKIT Robbani Cendekia bukan hanya mereka yang aktif dalam proses

pembelajaran akan tetapi yang lebih dominan yang menguasai kelas adalah anak-

anak. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Arwaheni, S.Pd sebagai berikut:

Selain itu juga menggunakan konsep TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai,


Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan). Tumbuhkan itu kita membuat anak
tertarik yaitu dengan mengajak anak menyanyi, misalnya dibuku jilid 1 seperti
mata saya kaya roda. Kemuadian alami, kita memprsktekkan kemudian anak
menirukan gerakannya, ketika bilang mata maka anak menjunjuk mata dll.
Namai, anak dapat bermain flashcard dengan menebak nama huruf hijaiyah yang
ada di flashcard. Demonstrasikan, ketika membaca buku wafa, jika ada huruf
yang lupa anak dapat melihat kembali flashcardnya. Ulangi, siswa diminta untuk
mengulangi materi yang telah dipelajari, seperti mengulang kata mata saya kaya
roda disertai dengan gerakan. Rayakan, dengan anak sudah belajar lalu guru
memberikan reward seperti pujian, motivasi, bercerita, yel-yel dll.21

2. Faktor pendukung dan penghambat penerapan Metode Wafa dalam

meningkatkan minat belajar Al-Qur’an anak usia dini di TKIT Robbani

Cendekia Jenangan Ponorogo

Di dalam kegiatan pembelajaran Al-Qur’an dengan metode wafa ada beberapa

faktor pendukung dan pengahambat atas keberhasilan pembelajaran Al-Qur’an.


20
Ibid.
21
Lihat transkip wawancara 03/W/8-3/2022
Faktor pendukung merupakan beberapa hal yang mendukung yang memudahkan

di dalam pencapaian tujuan pembelajaran Al-Qur’an. Sedangkan faktor

penghambat merupakan beberapa hal yang mengahambat dan menimbulkan

kesulitan bagi murid dalam belajar Al-Qur’an. Adapun faktor pendukung dan

penghambat penerapan Metode Wafa adalah sebagai berikut:

a. Faktor pendukung

Berdasarkan hasil wawancara pada Senin, 21 Maret 2022 dengan Ibu

Arwaheni, S.Pd selaku guru kelas TK B Zakaria menyatakan bahwa:

Faktor pendukung penerapan metode Wafa yaitu, sistem pembelajaran


yang terprogram baik, pengelolaan pembelajaran dari administrasi persiapan
sampai proses pembelajaran dan penilaian pembelajaran. Metode otak kanan
yang menyenangkan dan memiliki fungsi imajinatif, kreatif, bahagia,
bersenang- senang, gembira dan long memories sehingga lebih efektif untuk
siswa karena mudah dan menyenangkan. Metode Wafa sering disebut dengan
Metode otak kanan karena dalam pembelajarannya menggunakan aspek
multisensorik atau perpaduan dari berbagai indera yaitu, visual, auditorial dan
kinestetik. Proses pembelajaran yang dilengkapi dengan warna-warna menarik
dan gambar-gambar mendidik (visual), baca tiru dan baca simak menggunakan
nada hijjaz (auditorial) dan gerakan dalam materi hafalan (kinestetik). Alat
peraga atau media pembelajaran yang tersedia diantaranya meliputi; buku
tilawah Wafa jilid 1-5, buku kitabah jilid 1-2, buku kitabah Wafa jilid 3-5, dan
buku imla, flash card, buku peraga dan lain sebagainya sesuai kreativitas
gurunya masing-masing. Para guru yang sudah terstandarisasi atau guru yang
kompeten sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran baca tulis Al-
Qur’an melalui Metode Wafa sebab guru sebagai pengendali yang
membimbing jalannya pembelajaran. Keberhasilan belajar Al-Qur’an melalui
Metode Wafa adalah pemantauan dari pihak Wafa ke sekolah-sekolah yang
menggunakan Metode Wafa sebagai Metode belajar Al-Qur’an. Pemantauan
tersebut untuk mengontrol implementasi Metode Wafa, apakah sesuai dengan
kurikulum yang telah ditentukan atau sebaliknya. Siswa merasa senang dalam
mempelajari Al- Qur’an karena dengan Metode Wafa lebih mudah dan
spesifik pembelajarannya yang dimulai dari dasar- dasar cara membaca huruf
serta membaca Al- Qur’an disertai nada hijaz yang menyenangkan.22

b. Faktor penghambat

Selain beberapa faktor yang mendukung di dalam keberhasilan

meningkatkan belajar Al-Qur’an dengan metode wafa, ada beberapa faktor

pengahambat dalam meningkatkan belajar Al-Qur’an dengan metode wafa.


22
Lihat transkip wawancara 11/W/21-3/2022
Berdasarkan hasil wawancara pada Senin, 21 Maret 2022 dengan Ibu

Arwaheni, S.Pd selaku guru kelas TK B Zakaria menyatakan bahwa faktor

pengahambatnya yaitu, ketika proses pembelajaran terlihat beberapa siswa

bermain dengan temannya, seperti afan, rafi, dan abiyyu sehingga tidak fokus

belajar dan terlihat malas-malasan. Tetapi meskipun begitu mereka tetap

bertanggung jawab untuk mengaji.23

3. Capaian perkembangan minat belajar Al-Qur’an anak usia dini setelah

guru menerapkan Metode Wafa di TKIT Robbani Cendekia Jenangan

Ponorogo

Perkembangan didefinisikan sebagai perubahan-perubahan psikofisis sebagai

hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisis , yang berlangsung

secara normal dari dalam diri anak, distimulasikan oleh faktor-faktor lingkungan

yang menguntungkan, dalam perwujudan proses aktif menjadi secara kontinu

dalam peredaran waktu tertentu atau proses pematangan non fisik.24 Fitri Iqromah

mengemukakan bahwa aspek kemampuan membaca huruf hijaiyah anak usia 5-6

tahun yaitu anak mampu mengidentifikasi huruf-huruf hijaiyah seperti

menyebutkan nama-nama huruf hijaiyah, anak mampu melafalkan huruf hijaiyah

dengan baik dan benar sesuai makhrajnya. Anak mampu melafalkan bunyi huruf

secara urut dan anak mampu melafalkan bunyi huruf hijaiyah secara acak.25

Ibu Arwaheni, S.Pd menyatakan capaian perkembangan dalam metode wafa

yaitu:

Capaian perkembangan yang harus dicapai anak yaitu makhorijul huruf, huruf
tunggal berharokat fathah pendek, huruf tunggal dan sambung berharokat fathah
pendek, bacaan a, i, u an, in, un dan bacaan panjang 2 harokat. Semua capaian
perkembangan tersebut tertera pada buku tilawah wada jilid 1-jilid 2.Untuk
23
Ibid.
24
Alex Sobur, Psikologi Umum (Bandung: CV Pustaka Setia, 2003), 128.
25
Fitri Iqromah, ‘Identifikasi Kemampuan Anak Dalam Mengenal Huruf Hijaiyah Di TK Se-
Kecamatan Samigaluh Kulon Progo’, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 7 (2018), 13.
penilaiannya ada 2 macam, yaitu menulis dan mengaji. Penilaian menulis
dimasukkan pada lembar penilaian yang masuk dalam buku penghubung dari
indikator RPPM dan RPPH. Sedangkan Penilaian mengaji dilakukan dengan
mencatat hasil belajar anak-anak di kartu prestasi masing-masing anak. Kriteria
penilaianya yaitu anak di beri nilai L (lanjut) jika sudah lancar atau tidak ada
kesalahan, misalnya ada kesalahan minimal kesalahannya 3 dan anak bisa
membenarkan sendiri. Selain L ada penilaian U (ulangi) jika anak belum lancar
membaca halaman itu dan kesalahannya lebih dari 3 serta belum bisa
membenarkan kesalahannya sendiri. Selain penilaian pada kartu prestasi, guru
juga menulis nilai anak U/L pada buku tilawah jilid wafa anak dengan tujuan anak
dapat belajar dirumah sesuai dengan halaman yang dibacanya.26

Ibu Arwaheni, S.Pd menyatakan minat anak setelah diterapkannya metode

wafa yaitu:

Anak-anak konsentrasi ketika pembelajaran berlangsung dengan mengaji tidak


sambil bermain. Ketika klasikal, anak mendengarkan guru saat guru
menyampaikan materi pembelajaran. Selain itu, anak-anak juga mau menulis
huruf hijaiyah karena saya beri motivasi, nanti kalua menulisnya baik bintangnya
4, siapa yang mau bintang 4?, kalau mau bintang 4 minta tolong menulisnya yang
rapi ya. nak-anak mau membaca buku tilawah jilid wafa dimana tidak ada paksaan
dari guru. Anak-anak justru ingin duluan mengaji secara privat. Anak-anak
bersungguh-sungguh ketika belajar sehingga ketika proses pembelajaran tidak ada
yang di sambi bermain Murid memiliki kesiapan sebelum belajar Al-Qur’an
dimulai yaitu dengan tidak lupa membawa buku tilawah jilid wafa milik masing-
masinga nak, karena anak-anak itu sering lupa bukunya untuk mengaji. Anak-anak
selalu hadir dalam kegiatan belajar Al-Qur’an, kecuali kalau memang sakit dan
benar-benar tidak bisa hadir. Karena ada alasan seperti rewel dan lain-lain yang
membuat anak tidak mengikuti pembelajaran Al-Qur’an. Anak-anak sangat
bersemangat ketika belajar Al-Qur’an. Selain itu, anak-anak juga aktif dan
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi ketika belajar, dengan menanyakan
gambar yang dilihatkan yang sesuai dengan tema pada hari itu. Anak-anak mau
mengikuti kegiatan ketika belajar mulai dari awal sampai akhir, karena
pembelajaran ini begitu menyenangkan. Anak bermain tapi dengan tidak sadar ia
belajar membaca Al-Qur’an.27

Lembar Observasi Minat Belajar Al-Qur’an anak usia dini dengan metode

Wafa di TKIT Robbani Cendekia Jenangan Ponorogo

Indikator Butir Pernyataan BB MB BSH BSB Keterangan


Perhatian 1. Murid konsentrasi 
ketika belajar Al-
Qur’an
26
Lihat transkip wawancara 08/W/15-3/2022
27
Lihat transkip wawancara 12/W/24-3/2022
2. Murid mendengarkan 
guru ketika belajar Al-
Qur’an
3. Murid mau menulis 
huruf hijaiyah ketika
belajar Al-Qur’an
4. Murid mau membaca 
buku jilid wafa ketika
belajar Al-Qur’an
Ketertari 1. Murid bersungguh- 
kan sungguh ketika belajar
Al-Qur’an
2. Murid memiliki 
kesiapan sebelum
belajar Al-Qur’an
dimulai
3. Murid selalu hadir 
dalam kegiatan belajar
Al-Qur’an
Partisipa 1. Murid bersemangat 
si ketika belajar Al-
Qur’an
2. Murid aktif ketika 
belajar Al-Qur’an
3. Murid mau mengikuti 
kegiatan ketika belajar
Al-Qur’an
Tabel 4.1 Hasil Observasi
Keterangan:
BB : Belum Berkembang
MB : Mulai Berkembang
BSH : Berkembang Sesuai Harapan
BSB : Berkembang Sangat Baik
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti kepada salah satu murid
bernama Irfa’. Semua aspek indikator minat sudah berkembang sangat baik.

C. Pembahasan
1. Pembahasan tentang penerapan Metode Wafa dalam meningkatkan minat

belajar Al-Qur’an anak usia dini di TKIT Robbani Cendekia Jenangan

Ponorogo

Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan

metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. 28

Pendidikan di era modern sudah berkembang dengan berbagai macam metode.

Metode Wafa Belajar Al-Qur’an dengan Otak Kanan sebagai sistem dan Metode

pembelajaran Al-Qur’an yang komprehensif, mudah, dan menyenangkan.29

Anak siap belajar karena mereka berminat terhadap keuntungan dan kepuasan

pribadi yang diperoleh melalui pengalaman belajar.30 Minat besar pengaruhnya

terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan

minat peserta didik, maka proses pembelajaran tidak akan terlaksana secara efektif

sebab tidak ada daya tarik. Sedangkan minat belajar adalah keinginan kuat yang

disadari atau disengaja yang juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,

psikolinguistik, dan metakognitif dalam menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke

dalam bentuk kata- kata lisan.31

Anak kurang berminat belajar Al-Qur’an karena metode yang kurang

menarik baik di sekolah maupun di rumah. Berdasarkan data yang diperoleh

bahwa untuk mengatasi hal tersebut, guru di TKIT Robbani Cendekia

menggunakan metode Wafa sebagai metode pembelajaran Al-Qur’an. Metode

Wafa dipilih karena metode ini komprehensif, mudah, dan menyenangkan

sehingga sangat menarik bagi anak.

28
Mursyid, Pengembangan Pembelajaran PAUD (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 26.
29
Tim Wafa, 1-2.
30
Elizabeth B. Hurlock, 114.
31
Wahab.
Dalam metode Wafa menggunakan media pembelajaran yang

menyenangkan, model pembelajaran yang asyik, dan strategi pembelajaran yang

cocok untuk anak-anak. Media pembelajaran dengan metode wafa ini terdiri dari

flashcard, alat peraga, gambar sesuai tema, dan buku tilawah jilid wafa yang

berwarna sehingga anak belajar dengan senang. Selain itu model pembelajaran

yang asyik yakni, model pembelajaran klasikal dan privat. Ketika klasikal guru

bernasydid atau bernyanyi tentang Wafa atau lagu yang menyangkut tema

pembelajaran, memberikan kode warna untuk bahan pembelajaran dan

perlengkapan seperti flash card dan alat peraga. Selain itu, juga menggunakan alat

bantu seperti menggambar suatu kegiatan yang menyangkut huruf yang dipelajari.

Guru juga melafadzkan huruf hijaiyah dan meminta murid untuk menirukan dan

mengulanginya kembali. Sehingga dapat menarik perhatian anak. Strategi

pembelajaran dengan metode wafa sesuai dengan modalitas belajar anak.

Modalitas belajar terdiri dari 3 macam, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik.

Pembelajaran Al-Qur’an dnegan metode Wafa ini dilakukan selama 1 jam

setiap hari senin dan selasa. Sengaja tidak dilakukan setiap hari agar anak tidak

cepat bosan. Penerapan Metode Wafa dalam meningkatkan minat belajar Al-

Qur’an anak usia dini dilakukan dengan 5 langkah tahapan pembelajaran, yaitu 5P

yang meliputi:

a. P1 Pembukaan : Tanya kabar, doa. Cerita, nonton film, nasydid, murojaah

hafalan Al-Quran sebelumya, mengulang materi sebeumnya secara singkat.

b. P2 Pengalaman : Nasydid atau cerita analogis untuk mengenalkan konsep

materi baru.

c. P3 Pengajaran : Baca tiru dengan flashcard, peraga besar dan buku tilawah.

d. P4 Penilaian : Baca simak privat dengan buku wafa.


e. P5 Penutupan : Guru mengulang materi hari ini, guru memberikan pujian, guru

menutup dengan pesan nasehat dan doa.

Metode yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan

menggunakan unsur yang ada pada siswa. Metode ini berstandar pada spirit

“bawalah dunia kita ke dunia mereka, antarkan dunia mereka ke dunia kita.

“TANDUR” merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi,

Ulangi dan Rayakan.32

Agar penerapan Metode Wafa dalam meningkatkan minat belajar Al-Qur’an

anak usia dini sesuai dengan yang diharapkan dan sesuai dengan kualifikasi dan

kompetensi guru pengajar Wafa yang meliputi:

1) Kualifikasi

a) Pendidikan minimal SMA atau sederajat

b) Memiliki sertifikat mengajar dari WAFA

c) Melakukan continuous improvement dan tabsinut tilawah (memperbaiki

bacaan).

2) Kompetensi

a) Hafal minimal juz 29 dan 30 (2 Juz)

b) Mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar (dengan martabat tartil)

c) Menguasai nada hijaz

d) Memahami cara menulis huruf arab

e) Senang berinteraksi dengan anak-anak

Penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa anak kurang berminat

belajar Al-Qur’an karena metode yang kurang menarik sehingga guru

menggunakan metode Wafa yang pembelajarannya menyenangkan dengan media

flashcard, alat peraga, dan buku tilawah jilid wafa. Strategi pembelajaran sesuai
32
Tim Wafa.
dengan modalitas belajar anak, selain itu juga menggunakan strategi TANDUR

agar anak tidak cepat bosan. Model pembelajaran dilakukan dengan klasikal dan

privat denga durasi waktu selama 1 jam.

2. Pembahasan tentang faktor pendukung dan penghambat penerapan Metode

Wafa dalam meningkatkan minat belajar Al-Qur’an anak usia dini di TKIT

Robbani Cendekia Jenangan Ponorogo

Faktor pendukung dengan sistem pembelajaran yang terprogram baik, metode

otak kanan yang menyenangkan, media, metode, dan strategi dapat mempengaruhi

hasil belajar dengan metode tersebut.33 Setelah ditelaah hasil penelitian dan

wawancara dengan pihak yang bersangkutan mengenai pembelajaran Al-Qur’an

dengan metode wafa adalah sebagai berikut:

a. Antusias dan semangat anak ketika proses pembelajaran Al-Qur’an dengan

metode wafa, karena anak merasa senang.

b. SDM guru yang sudah bersertifikasi dan 1 guru berbanding 12 anak dan selalu

upgrade ilmu yang diberikan oleh Tim Wafa.

c. Pembelajaran Al-Qur’an dengan metode wafa yang dilakukan dengan fasilitas

seperti flash card, alat peraga, dan buku tilawah wafa jilid 1-5 bergambar,

tajwid, dan ghorib sehingga dapat menarik minat anak untuk belajar.

d. Pembelajaran Al-Qur’an dengan metode wafa dengan bercerita, bermain, dan

bernyanyi atau bernasydid membuat anak tidak cepat bosan untuk belajar.

e. Pembelajaran Al-Qur’an dengan metode wafa juga diselipkan mengahafal juz

30 dengan gerakan sehingga membuat anak riang gembira.

f. Dukungan dari orang tua anak dalam belajar Al-Qur’an.

g. Motivasi dan dorongan dari guru untuk naik jilid selanjutnya.

33
Of and others.
Selain faktor pendukung, faktor pengahambat juga mempengaruhi hasil

belajar Al-Qur’an dengan metode Wafa. Faktor pengahambatnya meliputi:

a. Anak kurang fokus ketika membaca buku tilawah wafa

b. Kemampuan anak yang berbeda-beda ketika belajar

c. Ketika anak tidak mood sehingga kurang bersemangat, pada akhirnya anak

mengulang- ulang halaman yang dibacanya.

3. Pembahasan tentang perkembangan minat belajar Al-Qur’an anak usia dini

setelah guru menerapkan Metode Wafa di TKIT Robbani Cendekia

Jenangan Ponorogo

Slameto berpendapat bahwa minat adalah suatu keinginan untuk melakukan

kegiatan dalam mencapai tujuan, maka semakin tinggi minat yang diharapkan

maka semakin kuat harapannya.34 Menurut Elizabeth Hurlock ada tujuh ciri-ciri

minat anak, yaitu, minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan

mental, minat bergantung pada kesiapan belajar, minat bergantung pada

kesempatan belajar, perkembangan minat mungkin terbatas, minat dipengaruhi

oleh budaya, minat berbobot emosional, dan minat berbobot egoisentris artinya

jika seseorang senang terhadap sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk

memilikinya.35

Sedangkan menurut Slameto, ciri-ciri siswa yang berminat dalam belajar yaitu,

memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang

sesuatu yang dipelajari secara terus- menerus. Selsain itu juga ada rasa suka dan

senang terhadap sesuatu yang diminatinya. Kemudian memperoleh sesuatu

kebanggaan dan kepuasan pada suatu yang diminati. Lebih menyukai hal yang

34
Slameto, Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2015),
180.
35
Elizabeth B. Hurlock, 115.
lebih menjadi minatnya daripada hal yang lainnya serta dimanifestasikan melalui

partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.36

Sedangkan ciri-ciri anak yang memiliki minat belajar Al-Qur’an yang baik

yaitu, anak memiliki perasaan senang ketika proses pembelajaran Al-Qur’an,

ketika pembelajaran berlangsung siswa perhatian dalam belajar Al-Qur’an, anak

menanti-nanti waktu dan ingin berlama-lama dalam belajar Al-Qur’an37

Penelitian yang dilakuka peneliti bahwa perkembangan minat belajar Al-Qur’an

anak usia dini di TKIT Robbani Cendekia sudah berkembang sangat baik. Murid

sudah mencapai indikator minat belajar Al-Qur’an anak usia dini yakni,

perhatian, ketertarikan, dan konsentrasi. Berdasarhan pernyataan observasi yang

meliputi, konsentrasi, mendengarkan, mau menulis huruf hijaiyah, mau membaca

buku jilid wafa, bersungguh-sungguh, memiliki kesiapan sebelum belajar Al-

Qur’an dimulai, selalu hadir dalam kegiatan belajar Al-Qur’an, bersemangat

ketika belajar Al-Qur’an, aktif, dan mau mengikuti kegiatan ketika belajar Al-

Qur’an dengan predikat berkembang sangat baik.

36
Syardiansah.
37
Pengamatan pada 10 Februari 2022 pukul 10:28 WIB.

Anda mungkin juga menyukai