Anda di halaman 1dari 20

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Zainal Abidin


Tempat, tanggal Lahir : Gresik, 8 November 1992
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Tinggi Badan : 174 Cm
Berat Badan : 56
Alamat : JL. H. Samanhudi 47 Gresik
No Handphone : 081990629086
Email : za.zainalabidin92@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
SD Putera Darul Islam Gresik ( 1998-2004 )
SMP Darul Islam Gresik ( 2004-2007 )
SMA Muhammadiyah 1 Gresik ( 2007-2010 )
Universitas Muhammadiyah Gresik S-1 PAI ( 2017-2021 )

PENGALAMAN ORGANISASI
Tapak Suci PIMDA 025 Kabupaten Gresik ( Ketua Bidang Keilmuan )
MLHPB Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik ( Bidang Tanggap Darurat )
Himpunan Mahasiswa Jurusan ( HMJ ) PAI UMG ( Ketua Umum )
Himpunan Mahasiswa Islam Gresik ( Ketua Umum s/d Sekarang )
MENCAPAI TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DI ERA MODERN MENURUT BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN
ISLAM KARYA NOOR AMIRUDIN, M.Pd.I.
1)
Zainal Abidin, 2)Muyasaroh, M.Pd.I, 3)Drs. Man Arfa Ladamay, M.Pd.
1)
Mahasiswa Prodi PAI FAI Universitas Muhammadiyah Gresik, Email: za.zainalabidin08@gmail.com
2)Dosen Prodi PAI FAI Universitas Muhammadiyah Gresik, Email: muyas@umg.ac.id
3) Dosen Prodi PAI FAI Universitas Muhammadiyah Gresik, Email: arf@gmail.com

Abstrak
Perkembangan era modern saat ini ternyata tidak hanya menawarkan kemajuan bagi kehidupan
manusia, namun juga menampilkan sudut-sudut gelap yang siap menghancurkan kehidupan manusia itu
sendiri. Disatu sisi, perkembangan sains dan teknologi telah menjauhkan manusia dari keterbelakangan dan
ketertinggalan, memberikan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup, dan kebebasan dari
cengkeraman alam, tetapi di pihak lain, gagasan kemajuan juga memuat pengertian kemudahan dan
kebebasan dalam menciptakan “neraka” bagi sesama, agama dan alam semesta. Ini sangat memprihatinkan
dunia Islam sendiri, dikarenakan atribut-atribut Islam berserakan di mana-mana, akan tetapi nilai-nilai luhur
ajarannya telah luntur terbawa oleh arus modernisasi. Permasalahan ini muncul disebabkan karena
pemahaman dan interpretasi yang berbeda terhadap dunia modern serta implikasi yang menyertainya.
Alternatif terbaik yaitu diperlukan adanya pembahasan terkait “Filsafat Pendidikan Islam”. Mengkaji
pendidikan tidak hanya didekati dengan ilmu pengetahuan saja, akan tetapi juga harus dengan tinjauan
filosofis. Karena filsafat dalam sejarah merupakan induk segala ilmu dan mengkaji secara menyeluruh dan
mendalam. Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi Kepustakaan (library research) yang menggunakan
objek material kajian pustaka dan sumber data primernya adalah buku Filsafat Pendidikan Islam (Konteks
Kajian Kekinian) karya Noor Amirudin M.Pd.I. dan untuk sumber sekundernya mengambil dari buku-buku,
jurnal, artikel yang berhubungan dengan penelitian. Adapun teknik analisis data adalah dengan menggunakan
deskripsif dan analisis isi (content analysis). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dan
mengidentifikasi mengenai pemikiran Noor Amirudin M.Pd.I. tentang Pendidikan Islam yang diambil dari
tinjauan filosofis yang dapat menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan
khususnya Islam. Pada hasil penelitian yang dapat diperoleh oleh penulis, secara garis besar pemikiran Noor
Amirudin M.Pd.I. adalah “tujuan pendidikan Islam adalah menuntun manusia menjalankan kehidupannya
berlandaskan al-Qur’an dan Hadits Nabi. Akan tetapi perlu pembahasan dari tinjauan filosofis, karena dapat
menjadi acuan dalam memecahkan segala permasalahan dalam pendidikan, hal ini disebabkan karena yang
diselesaikan filsafat pendidikan Islam itu adalah bidang filosofinya yang menjadi akar dari setiap
permasalahan kependidikan.

Kata Kunci: Tujuan Pendidikan Islam, Filsafat Pendidikan Islam.

PENDAHULUAN
Sejalan dengan perkembangan zaman, maka berkembang pula peradaban manusia.
Peradaban dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai kemajuan kebudayaan.
Kemajuan berarti meninggalkan kebiasaan lama menuju kebiasaan baru yang lebih baik, sedangkan
kebudayaan memiliki makna budi atau pikiran. Kemajuan kebudayaan berarti perubahan pemikiran
atau bisa dikatakan pembaharuan pemikiran. Kebudayaan merupakan hasil dari proses kepercayaan,
maksudnya kepercayaan merupakan sebuah proses, proses ini yang nantinya akan menghasilkan
sebuah tata nilai atau tradisi yang menopang sebuah kebudayaaan dan peradaban.
Kepercayaan manusia muncul karena sebuah permasalahan. Permasalahan ini yang
dinamakan keraguan yang nantinya akan membuat manusia mencari sebuah kepastian. Hakikatnya
sebuah kepercayaan pasti memiliki dasar, maka sebelum manusia mempercayai sesuatu bereskan
dulu keraguannya. Keraguan adalah proses awal manusia untuk melakukan sebuah tindakan dan
hanya bisa diselesaikan dengan kepastian. Kapastian yang dimaksud disini adalah berkaitan dengan
kebenaran. Kebenaran yang mutlak hanya Tuhan, sedangkan kebenaran menurut manusia
merupakan perspektif. Kebenaran manusia memiliki dasar utama yakni pengetahuan yang hanya
bisa didapatkan manusia dengan cara belajar.
Belajar memiliki arti proses perubahan kepribadian manusia dalam bentuk peningkatan
kualitas hidup. Proses perubahan-perubahan ini terbentuk dalam proses pembelajaran yang ada
didalam pendidikan. Melalui pendidikan yang baik, akan diperoleh hal-hal baru sehingga dapat
digunakan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Apabila suatu bangsa
memiliki sumber daya yang berkualitas, tentunya mampu membangun bangsanya lebih maju.
Pendidikan yang berkualitas harus mampu mencapai tujuan pendidikan. Undang-Undang RI Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bertujuan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar menjadi manusia
yang berkualitas dengan ciri-ciri beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta tanggung jawab”.

Membahas tentang pendidikan tentunya tidak terlepas dari hakikat manusia, karena secara
ontologis adanya pendidikan dikarenakan adanya manusia. 1 Manusia merupakan makhluk
sempurna, karena manusia memiliki akal. Akal inilah yang akan menentukan arah pergerakan
manusia. Oleh karena itu, akal manusia harus benar-benar diarahkan pada sesuatu yang bersifat
positif. Apabila manusia tidak mampu mengendalikan akalnya, maka manusia pasti akan berada
dalam jalan yang salah, seperti yang terjadi di era sekarang yang banyak disebutkan sebagai era
modern.
Perkembangan era modern saat ini ternyata tidak hanya menawarkan kemajuan bagi
kehidupan manusia, namun juga menampilkan sudut-sudut gelap yang siap menghancurkan
kehidupan manusia itu sendiri. Disatu sisi, perkembangan sains dan teknologi telah menjauhkan
manusia dari keterbelakangan dan ketertinggalan, memberikan kemudahan dalam memenuhi
kebutuhan hidup, dan kebebasan dari cengkeraman alam, tetapi di pihak lain, gagasan kemajuan
juga memuat pengertian kemudahan dan kebebasan dalam menciptakan “neraka” bagi sesama,
agama dan alam semesta. Ini sangat memprihatinkan dunia Islam sendiri, dikarenakan atribut-
atribut Islam berserakan di mana-mana, akan tetapi nilai-nilai luhur ajarannya telah luntur terbawa

Nur Hidayat, Peran Dan Tantangan Pendidikan Agama Islam Di Era Global, Jurnal eL-Tarbawi, 8 (2),
1

2015, hal. 133, Tersedia di: http://dx.doi.org/10.20885/tarbawi.vol8.iss2.art2, diakses pada tanggal 1


November 2020, pukul 20:00 WIB.
oleh arus modernisasi. Permasalahan ini muncul disebabkan karena pemahaman dan interpretasi
yang berbeda terhadap dunia modern serta implikasi yang menyertainya.
Inilah awal dari kemunculan tujuan dari pembahasan pendidikan Islam, yakni tidak lepas
dari realitas yang terjadi di zaman modern ini. Banyaknya penyimpangan yang ditimbulkan,
diantaranya kenakalan remaja dan pergaulan bebas semakin meningkat, seperti yang diberitakan
dalam detiknews pada hari Kamis, 26 November 2020 yaitu “Tawuran Geng Pelajar di Jakut
Tewaskan ABG 13 Tahun”.2 Selanjutnya CNN Indonesia Jum’at, 31 Januari 2020 yaitu “17 Pelajar
Perkosa Teman Sekelas di Ambon”.3 Berkembangnya teknologi menjadi faktor utamanya.
Efek permasalahan inilah akhirnya Noor Amirudin tergugah untuk mencari solusi dari
permasalahan tersebut. Menurutnya alternatif terbaik yaitu diperlukan adanya pembahasan terkait
“Filsafat Pendidikan Islam”. Mengkaji pendidikan tidak hanya didekati dengan ilmu pengetahuan
saja, akan tetapi juga harus dengan tinjauan filosofis. 4 Karena filsafat dalam sejarah merupakan
induk segala ilmu dan mengkaji secara menyeluruh dan mendalam. 5
Berdasarkan uraian diatas yang merupakan gambaran untuk memperoleh hasil
pembelajaran yang lebih baik lagi mengenai konsep pendidikan Islam, maka penulis tertarik untuk
membahas masalah ini dalam bentuk skripsi dengan judul Mencapai Tujuan Pendidikan Islam Di Era
Modern Menurut Buku Filsafat Pendidikan Islam Karya Noor Amirudin, M.Pd.I.

KERANGKA TEORI
1. Mencapai Tujuan Pendidikan Islam
Terdapat dua makna dalam pembahasan tujuan pendidikan Islam, yakni “tujuan” dan
Pendidikan Islam. Tujuan merupakan akhir dari sebuah perjalanan. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) mendefinisikan, tujuan adalah arah atau haluan. Arah atau haluan ini akan
mengantarkan manusia menemukan jalan yang benar. Sangat tidak mungkin ketika manusia akan
melakukan perjalanan tapi tidak tahu akan kemana, sedangkan manusia membutuhkan jalan
untuk bisa sampai kepada tujuan. Secara etimologi, tujuan adalah maksud; sasaran. Secara
termionologis, beberapa ahli mendefinisikan tentang tujuan. Zuhairi mendefinisikan tujuan
adalah dunia cita, yakni suasana ideal yang ingin diwujudkan. 6 Zakiah Dradjat mendefinisikan

2
https://news.detik.com/berita/d-5270926/tawuran-geng-pelajar-di-jakut-tewaskan-abg-13-tahun-
1-pelaku-ditangkap?_ga=2.245430209.415416059.1608234353-611569106.1608234353. , diakses pada
tanggal 17 Desember 2020, pukul 02.00 WIB.
3
https://m.cnnindonesia.com/nasional/20200131070050-12-470347/17-pelajar-perkosa-teman-
sekelas-di-ambon#, diakses pada tanggal 17 Desember 2020, pukul 01.00 WIB.
4
Noor Amirudin, Filsafat Pendidikan Islam (Gresik: Caremedia Communucation, 2018), 3.
5
Ibid.
6
Zuhairi, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), 159.
tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. 7
Secara keseluruhan tujuan merupakan arah, haluan, sasaran atau cita-cita yang dicapai manusia
untuk melakukan suatu kegiatan.
Sedangkan pendidikan Islam itu sendiri diambil dari kata “pendidikan” dan “Islam”.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang
yang belum dewasa (peserta didik) untuk memperoleh kedewasaan, baik kedewasaan jasmani,
rohani, maupun sosial.8 Usaha sadar artinya pendidikan dilakukan dengan penuh kesadaran,
terencana, dan sistematis, tidak asal-asalan, semuanya melalui proses yang logis, rasional, dan
dapat dipertanggung jawabkan.9 Pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
pendidikan berasal dari kata didik yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran,
tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya pendidikan
merupakan proses pengalihan pengetahuan secara sistematis dari seseorang kepada orang lain.
Secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan proses pengalihan
pengetahuan secara sadar dan terencana untuk merubah tingkah laku dan mendewasakan
manusia baik secara jasmani, rohani, maupun sosial.
Selanjutnya, Islam merupakan pemberian dari Allah SWT, seperti yang di jelaskan dalam
al-Qur’an surah Al Imron ayat 19, Allah SWT berfirman:

ؕ‌ۡ‫ب اِاَّل ِم ۡۢن بَ ۡع ِد َما َجٓا َءهُ ُم ۡال ِع ۡل ُم بَ ۡغيًا ۢ بَ ۡينَهُم‬ ۡ ‫اِ َّن الد ِّۡينَ ِع ۡن َد هّٰللا ِ ااۡل ِ ۡساَل ُم ۗ َو َما‬
َ ‫اختَلَفَ الَّ ِذ ۡينَ اُ ۡوتُوا ۡال ِك ٰت‬
‫هّٰللا‬ ‫وم ۡن ي َّۡكفُ ۡر ب ٰا ٰي هّٰللا‬
ِ ‫ت ِ فَاِ َّن َ َس ِر ۡي ُع ۡال ِح َسا‬
‫ب‬ ِ ِ َ َ
Artinya: "Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang
yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena
kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah,
maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya”. 10

Islam adalah agama yang di ridhoi Allah SWT, selain agama Islam Allah tidak meridhoinya.
Selanjutnya manusia di haruskan untuk mempercayainya, akan tetapi nama Islam sering terlihat
buruk dimata orang-orang yang tidak mempercayai Allah sebagai Tuhan. Kepercayaan merupakan
sebuah proses, yang akan menghasilkan sebuah tata nilai dan menopang kebudayaan.
Mempercayai harus dimulai dari keraguan. Masalah keraguan akan membuat manusia mencari
sebuah kepastian yang bisa dibuktikan kebenarannya. Tentang makna Islam manusia harus lebih
dulu mengenal siapa Allah SWT. Jalan untuk mengenal kebenaran dan keberadaan Allah SWT

7
Zakiah Dradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 29.
8
Noor Amirudin, Filsafat Pendidikan Islam (Gresik: Caremedia Communication, 2018), 56.
9
Ibid.
10
al-Qur’an, 3: 19.
satu-satunya adalah al-Qur’an, karena al-Qur’an merupakan sumber dan bukti kebenaran, seperti
yang dijelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 2, Allah SWT berfirman:

َ‫ْب ۛ فِ ْي ِه ۛ ھُدًى لِّ ْل ُمتَّقِ ْين‬ َ ِ‫ٰذل‬


َ ‫ك ْال ِك ٰتبُ اَل َري‬
Artinya: "Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa”.11

Sudah semestinya manusia mempercayainya, karena ayat ini merupakan bukti bahwa tidak ada
alasan manusia untuk ragu-ragu terhadap al-Qur’an. Apabila manusia masih dilanda keraguan,
Allah SWT memberi penjelasan selanjutnya di surah Al Baqarah ayat 23-24, Allah SWT berfirman:

‫ب ِّم َّما نَ َّز ۡلنَا ع َٰلى ع َۡب ِدنَا فَ ۡاتُ ۡوا بِس ُۡو َر ٍة ِّم ۡن ِّم ۡثلِ ٖه َو ۡادع ُۡوا ُشهَدَٓا َء ُكمۡ ِّم ۡن د ُۡو ِن هّٰللا ِ اِ ۡن‬
ٍ ‫َواِ ۡن ُک ۡنتُمۡ فِ ۡى َر ۡي‬
ٰ ۡ‫ُك ۡنتُم‬
َ‫ص ِدقِ ۡين‬
Artinya: "Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba
Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang yang benar”. 12

ُ‫ارة اُ ِع َّد ۡت لِ ۡل ٰكفِ ِر ۡين‬


َ ‫ار الَّتِ ۡى َوقُ ۡو ُدهَا النَّاسُ َو ۡال ِح َج‬
َ َّ‫ فَاِ ۡن لَّمۡ ت َۡف َعلُ ۡوا َولَ ۡن ت َۡف َعلُ ۡوا فَاتَّقُ ۡوا الن‬
Artinya: "Jika kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan mampu, maka
takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang
disediakan bagi orang-orang kafir”. 13

Tantangan al-Qur’an terhadap manusia yang tidak mempercayainya tidak ada yang bisa
menjawab sampai saat ini. Disinilah letak mukjizat dari al-Qur’an, bahwa tidak ada satupun yang
bisa membuat semacam al-Qur’an. Selanjutnya tugas manusia adalah mempercayainya sebagai
pedoman hidup untuk sampai kepada Allah SWT. Apabila dengan al-Qur’an manusia tidak
mampu menandinginya, maka jelaslah tidak mungkin bisa menandingi yang membuat yaitu Allah
SWT. Sudah tentu Allah SWT adalah Tuhan, karena hanya Allah SWT yang tahu tentang
kelemahan manusia. Jadi Islam adalah solusi bagi manusia dalam menjalankan kehidupan. Islam
tidak hanya mengajarkan manusia untuk menghamba, tetapi juga aturan dan larangan agar
manusia hidup di jalur yang benar. Inilah alasan kenapa manusia perlu berserah diri kepada Allah
SWT seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 112, Allah SWT berfirman:

َ‫ون‬Wُۡ‫يَ ۡحزَ ن‬ ۡ‫ف َعلَ ۡي ِهمۡ َواَل هُم‬ ۡ ‫بَ ٰلى َم ۡن اَ ۡسلَ َم َو ۡجهَهٗ هّٰلِل ِ َوه َُو ُم ۡح ِس ٌن فَلَهٗۤ اَ ۡجر ُٗه ِع ۡن َد َرب ِّٖه َواَل‬
ٌ ‫خَو‬

11
Ibid,.2: 2.
12
Ibid,. 2: 23.
13
Ibid,. 2: 24.
Artinya: "Tidak! Barang siapa menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan dia
berbuat baik, dia mendapat pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada rasa takut
pada mereka dan mereka tidak bersedih hati”. 14

Islam berarti penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, karena Allah SWT yang paling tahu
segalanya tentang dunia dan seisinya termasuk manusia.
Secara keseluruhan pengertian pendidikan Islam adalah proses pengalihan pengetahuan
secara sadar dan terencana untuk merubah tingkah laku dan mendewasakan manusia dengan
selalu berserah diri kepada Allah SWT, sedangkan menurut beberapa ahli mendefinisikan
pendidikan Islam yang dikutip oleh Dr. Rahmat Hidayat, MA dan Henni Syafriana Nasution, MA
dalam bukunya filsafat pendidikan Islam, yakni: 15
1. Dr. Muhammad SA Ibrahimy (Bangladesh), pendidikan dalam pandangan yang sebenarnya
adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan seseorang dapat mengarahkan
kehidupannya sesuai dengan cita-cita Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk
hidupnya sesuai dengan ajaran Islam.
2. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali, Pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan,
mendorong, serta mengajak manusia untuk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang
tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang
berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
3. Ahmad D. Marimba, Pendidikan Islam adalah bimbingan atau pemimpin secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadiannya yang utama (Insan Kamil).
4. Ahmad Tafsir, Pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Dari berbagai definisi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam adalah
usaha yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi
manusia agar dapat mencapai kesempurnaan penciptaannya, sehingga manusia dapat
memainkan perannya sebagai makhluk Allah SWT yang beriman, berilmu dan berakhlak yang
orientasinya adalah Allah SWT. Adapun tentang tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari
tujuan hidup manusia dalam Islam. Pendidikan Islam dibangun dengan berangkat dari konsep
manusia dalam basis Islam.16 Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW, agar beliau dapat menyerukan kepada seluruh manusia untuk mempercayai

14
Ibid,.2: 112.
15
Rahmat Hidayat, Henni S. Nasution, Filsafat Pendidikan Islam: Membangun Konsep Dasar
Pendidikan Islam (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), 2016), 83.
16
Ibid.
wahyu tersebut dan mengamalkan ajaran-Nya. Inti dari Islam itu sendiri adalah keyakinan
terhadap yang maha kuasa yaitu Allah SWT.
Ajaran yang diturunkan Allah SWT tercantum dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yang
shahih berupa perintah, larangan, dan petunjuk untuk kebaikan hidup manusia di dunia dan
akhirat, yang dalam kehidupan di dunia ini menuju akhirat nanti, pada hakikatnya Islam dapat
dirasakan, diamati, ditunjukkan, dibuktikan, dan membuahkan rahmat bagi semesta alam jika
benar-benar diamalkan oleh pemeluknya. Islam menjadi sistem keyakinan, pemikiran dan
tindakan yang menyatu dalam diri setiap manusia. Adapun manusia dalam pandangan Islam
adalah makhluk Allah SWT yang bertugas menjadi “khalifah” dimuka bumi ini, sebagaimana yang
tersurat dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 30, Allah SWT berfirman:

ٓ َ ُّ‫ ً وا ۡذ قَال رب‬


‫ض خَ لِ ۡيفَة‬ ‫اۡل‬
ِ ‫اع ٌل فِى ا َ ۡر‬ ِ ‫ك لِ ۡل َم ٰل ِٕٮ َك ِة اِنِّ ۡى َج‬ َ َ َِ
َ‫ال اِنِّ ۡ ٓى اَ ۡعل ُم‬َ َ َ ُ ُ ُ‫ن‬ ۡ
َ ‫ٓاء َونَح ن َسبِّ ُح بِ َحمۡ ِدكَ َونقدِّسُ لـكَ‌ؕ ق‬ ُ ۡ ۡ ُ ۡ
َۚ ‫قَالُ ۡ ٓوا اَت َۡج َع ُل فِيهَا َمن يُّف ِسد فِيهَا َويَسفِك ال ِّد َم‬
ۡ ۡ
َ‫َما اَل ت َۡعلَ ُم ۡون‬
Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak
menjadikan khalifah di bumi. Mereka berkata, Apakah Engkau hendak
menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu? Dia berfirman,
Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. 17

Berikutnya di surah Shad ayat 26, Allah SWT berfirman:

‫ضلَّكَ عَن‬ِ ُ‫ق َواَل تَتَّبِ ِع ْٱلهَ َو ٰى فَي‬ ِّ ‫اس بِ ْٱل َح‬
ِ َّ‫ض فَٱحْ ُكم بَ ْينَ ٱلن‬ َ َ‫ٰيَدَا ُۥو ُد ِإنَّا َج َع ْل ٰن‬
ِ ْ‫ك خَ لِيفَةً فِى ٱَأْلر‬
‫ب‬ ۟ ‫ضلُّونَ عَن َسبي ِل ٱهَّلل ِ لَهُ ْم َع َذابٌ َش ِدي ۢ ٌد بما نَس‬
ِ ‫ُوا يَوْ َم ْٱل ِح َسا‬ ِ َ‫َسبِي ِل ٱهَّلل ِ ۚ ِإ َّن ٱلَّ ِذينَ ي‬
َِ ِ
Artinya: "(Allah berfirman), Wahai Daud! Sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah
(penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia
dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan
menyesatkan engkau dari jalan Allah. Sungguh, orang-orang yang sesat dari
jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari
Perhitungan”.18

Dari kedua ayat diatas, dapat dijelaskan bahwa sebutan khalifah itu merupakan
anugerah dari Allah SWT kepada manusia, dan selanjutnya manusia diberikan beban untuk
menjalankan fungsi khalifah tersebut sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan.
Sebagai khalifah manusia juga memiliki peran untuk mensejahterakan dan memakmurkan
kehidupannya. Manusia juga dibekali akal oleh Allah SWT sehingga bisa mengambil inisiatif dalam
mengubah kehidupan menjadi lebih baik lagi.
17
al-Qur’an, 2: 30.
18
Ibid., 38: 26.
Demikian peran manusia dalam Islam. Keseluruhan peran itu tidak mungkin bisa
dilakukan manusia tanpa pendidikan khususnya pendidikan Islam. Pendidikan Islam yang
sesungguhnya adalah pendidikan kepada manusia seutuhnya, yaitu pembinaan dan
pengembangan manusia agar kehadirannya didunia sebagai hamba dan sebagai khalifah tercapai.
Potensi yang dimaksud meliputi potensi jasmaniah dan rohaniah, seperti akal, perasaan,
kehendak, dan potensi rohani lainnya. 19 Apabila manusia salah dalam membina dan
mengembangkan potensinya, maka akan terjadi kerusakan dalam kehidupannya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam akan membentuk karakteristik
pendidikan Islam yang meliputi:20
1. Penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan dan pengembangan atas dasar
ibadah kepada Allah SWT.
2. Penekanan pada nilai-nilai akhlak.
3. Pengakuan akan potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang dalam suatu
kepribadian.
4. Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat
manusia.

2. Era Modern dan Hubungannya dengan Pendidikan Islam


Modern secara etimologis berasal dari bahasa Latin “moderna” yang berarti sekarang,
baru, atau saat ini. Selanjutnya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), modern berarti
terbaru atau sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai dengan tuntutan zaman. Modern
bukan hanya tentang waktu, modern juga merupakan sebuah pembaharuan dimana mengikis
kebiasaan lama menuju kebiasaan baru. Era modern itu sendiri adalah era yang ditandai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan sosial budaya yang
berlangsung dengan cepat sekaligus telah memberikan tantangan kepada setiap individu untuk
terus belajar melalui berbagai sumber dan media. Atas dasar itu, manusia dikatakan modern
sejauh kekinian menjadi pola kesadarannya. 21
Kekinian yang dimaksud adalah yang terjadi saat ini, dimana gaya hidup masyarakat
Indonesia yang cenderung kebarat-baratan karena efek dari media sosial. Dampaknya yaitu

19
Mappasiara, Pendidikan Islam (Pengertian, Ruang Lingkup, dan Epistemologinya),Jurnal Inspiratif
Pendidikan, 7 (1), 2018, hal. 147, Diunduh di: https://doi.org/10.24252/ip.v7i1.4940, pada tanggal 1 November
2020, pukul 21.00 WIB.
20
Rahmat Hidayat, Henni S. Nasution, Filsafat Pendidikan Islam: Membangun Konsep Dasar
Pendidikan Islam (Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI), 2016), 110.
21
Zulkarnaini, Dakwah Islam Di Era Modern, Jurnal Risalah, 26 (3), 2015, hal. 151. Diunduh di:
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/risalah/article/view/1271, pada tanggal 5 November 2020, pukul
22.00 WIB.
manusia akan dikendalikan media sosial. Kemana media sosial berkembang disitu semua mata
manusia akan tertuju. Dampak tersebut sangat mengkhawatirkan dan mencemaskan terhadap
pengaruh yang ditimbulkan. Karena pengaruhnya kemungkinan besar banyak merugikan daripada
keuntungannya. Terutama bagi kalangan remaja yang rasa ingin tahunya tinggi. Tanpa dasar
pengetahuan yang benar, maka para remaja akan terjebak dalam prilaku yang negatif.
Modernitas memang suatu keharusan. Tetapi suatu keharusan tidak sendirinya bernilai
positif.22 Problem yang selalu menyertai dalam modernitas adalah problem kesenjangan antara
yang kaya dan yang miskin. Kesenjangan antara kaya dan miskin inilah yang dikatakan sebagai
kapitalisme. Kapitalisme merupakan tanda kemunculan zaman modern. Dimana yang memiliki
modal, maka akan berkuasa. Hal ini akan terlihat seperti menindas yang tidak punya modal dan
lebih sewenang-wenang, akan tetapi di sisi lain, justru kapitalisme itulah motor penggerak bagi
bangsa barat sehingga menjadi bangsa yang modern. Bagi bangsa berkembang modernitas
mengandung makna perjuangan mencapai taraf hidup yang lebih tinggi atau lebih makmur. 23
Penjelasan diatas mengandung pengertian modern merupakan zaman sekarang atau
saat ini, yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
perkembangan sosial budaya dan kemunculan kapitalisme. Adapun hubungannya dengan
pendidikan Islam yakni, modern memiliki pengertian zaman sekarang atau saat ini, yang ditandai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perkembangan sosial budaya dan
kemunculan kapitalisme. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi inilah yang dapat
menyebabkan dampak negatif bagi manusia khususnya kalangan remaja. Apabila tanpa memiliki
pondasi yang kuat, maka dapat dipastikan penyimpangan-penyimpangan tidak bisa dihindari
seperti kenakalan dan pergaulan bebas karena dampak dari teknologi seperti media sosial yang
saat ini sedang menguasai. Kejahatan-kejahatan dibeberapa elemen masyarakat yang sering
terjadi akhir-akhir ini seperti perampokan, pencurian, pembunuhan dan lain-lain juga tidak
terlepas dari masalah ekonomi.
Ekonomi yang dikuasai para kapitalis ini yang menyebabkan ekonomi tidak merata yang
pada akhirnya masyarakat kelas menengah kebawah merasakan dampak kesulitan ekonomi,
sehingga menyebabkan tindakan-tindakan diluar batas. Adapun pendidikan Islam ini sendiri
adalah sebagai pencegahan ataupun pengendali agar penyimpangan-penyimpangan moral tidak
terlalu menguasai. Prinsip dasar Islam sama sekali tidak bertentangan nalar atau sains. Artinya
Islam adalah agama yang rasional. Karena dalam hal ini akal berfungsi sebagaimana mestinya,
hanya saja dalam beberapa realitas masih banyak oknum-oknum yang memberikan doktrin-
doktrin tentang agama sehingga mematikan rasional manusia. Maka dari itu manusia harus
22
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban (Jakarta Selatan: Paramadina), 1999, 483.
23
Ibid,. 484.
memiliki prinsip, agar dalam kehidupannya tidak mudah terombang ambing mengikuti sesuatu
yang belum tentu kebenarannya.
Prinsip pergerakan dalam literatur Islam dikenal sebagai ijtihad. 24 Kata ijtihad secara
literal berarti mengerahkan kemampuan. Dalam terminologi hukum Islam berarti mengerahkan
segala kemampuan dengan tujuan menghasilkan suatu penilaian yang independen dalam suatu
masalah hukum.25 Seperti yang diterangkan dalam al-Qur’an surah Al-Ankabut ayat 69, Allah SWT
berfirman:

َ‫م ُسبُلَن َۗا َواِ َّن هّٰللا َ لَ َم َع ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬Wُْ‫َوالَّ ِذ ْينَ َجاهَ ُدوْ ا فِ ْينَا لَنَ ْه ِديَنَّه‬
Artinya: "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-
orang yang berbuat baik”.26

Jadi dalam pembahasan hubungan antara modern dan pendidikan Islam sangat erat dan
tidak bisa dipisahkan. Pendidikan Islam sebagai pondasi utama dalam menghadapi dinamika di
era modern ini. Selanjutnya manusia dituntun bagaimana menggunakan pengetahuan dalam
perspektif Islam yang berasal dari al-Qur’an. Adapun penerapannya untuk menghadapi dinamika
kehidupan modern ini maka jalannya adalah sunnah Nabi Muhammad SAW.
Dengan demikian pendidikan Islam di era modern memiliki peran mengupayakan atau
mengusahakan untuk menjadikan manusia berkepribadian baik (akhlaqul karimah), yang bisa
diterjemahkan secara lebih luas, dalam usaha menuju kearah pembentukan kepribadian yang
baik sesuai ajaran-ajaran Islam sebagai landasannya. 27 Landasan yang dimaksud disini adalah al-
Qur’an dan Hadits. Sebagaimana yang dikatakan Sayyid Ahmad Khan : “Jika umat tidak
meninggalkan ketaatan buta, jika mereka tidak mencari Cahaya dalam al-Qur’an dan Hadits, dan
jika tidak menyesuaikan agama dan sains, maka Islam akan lenyap dari India”. 28 Selanjutnya untuk
menghadapi era modern seperti sekarang ini, manusia harus tetap berpegang teguh terhadap al-
Qur’an dan Hadits, karena secara universal berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.

3. Buku Filsafat Pendidikan Islam Karya Noor Amirudin, M.Pd.I.


Buku ini berisi tentang filsafat pendidikan Islam yang tepat digunakan untuk kajian
kekinian, sangat menarik dan mengedukasi khususnya bagi umat islam yang selalu berproses
untuk terus mencari pengetahuan tentang filsafat Islam dan juga ingin memperluas

24
Charlez Kurzman ed., Wacana Islam Liberal (Jakarta Selatan: Paramadina, 2001), 429.
25
Ibid.
26
al-Qur’an, 29: 69.
27
Noor Amirudin, Filsafat Pendidikan Islam (Gresik: Caremedia Communication, 2018), 235.
28
Fazlur Rahman, Islam Sejarah Pemikiran dan Peradaban (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2017), 328.
pengetahuannya dibidang filsafat pendidikan Islam. Buku ini menjabarkan secara lengkap
mengenai hal-hal yang menyangkut filsafat pendidikan Islam, dan juga tentang kajian-kajian yang
ada dalam filsafat pendidikan Islam didunia modern ini. Tentunya filsafat tidak bisa lepas dari
kehidupan manusia, karena sejarah filsafat sangat erat kaitannya dengan sejarah manusia.
Filsafat yang dijadikan pandangan hidup, erat kaitannya dengan nilai-nilai manusia yang dianggap
benar.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis ini adalah dengan menggunakan studi
pustaka (Library Research) yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan pada
subyek penelitian, melainkan melalui beberapa buku, dapat berupa buku-buku, majalah-majalah,
pamphlet, dokumenter, serta sumber-sumber lainnya yang relevan. 29 Adapun pendekatan
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan metode baru
karena popularitasnya belum lama, metode ini juga dinamakan postpositivistik karena
berlandaskan pada filsafat post positifisme, serta sebagai metode artistik karena proses
penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan disebut metode interpretif karena data hasil
peneletian lebih berkenaan dengan interprestasi terhadap data yang di temukan di lapangan. 30
Selanjutnya menurut McMillan dan Schumacher (1997) mendefinisikan metode kualitatif sebagai
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada
pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahanya. 31 Sedangkan menurut Mantra (2004) dalam
buku Moleong (2007) mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.32 Menurut teori penelitian kualitatif, agar penelitinya dapat betul-betul
berkualitas, maka data yang dikumpulkan harus lengkap, yaitu berupa data primer dan data
sekunder.
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku bapak Noor Amirudin
M.Pd.I, sedangkan data sekunder pada penelitian ini yaitu sumber yang terdapat dalam al-
Qur’an, buku, artikel, jurnal online, dan lain sebagainya, juga dari pendapat beberapa tokoh ahli
yang bahannya berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam di era modern. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik telaah dokumentasi. Teknik

29
S. Nasution, Metode Research: Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 145.
30
Sandu Siyoto, Ali Sodik. Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media Publishing, 2015),
27.
31
Ibid., 28
32
Ibid.
dokumentasi yaitu mengumpulkan beragam sumber tertulis meliputi buku, surat kabar, dan lain
sebagainya.33 Langkah yang ditempuh dengan teknik dokumentasi pada penelitian ini yaitu data
tentang tujuan pendidikan Islam di era modern dalam buku filsafat pendidikan Islam karya Noor
Amirudin sebagai data primernya. Kemudian penelaahan terhadap buku-buku, tulisan-tulisan lain
yang terkait sebagai data sekunder. Data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan penilaian
dan penelaahan secara cermat. Langkah ini diharapkan akan menghasilkan data atau informasi
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya setelah data dikumpulkan, maka dilakukan analisis. Penelitian kualitatif ini
menggunakan teknik analisis data secara induktif, yaitu berpijak pada fakta-fakta yang bersifat
khusus, proses analisis data diawali dengan menelaah data yang telah diperoleh dari hasil
dokumentasi yang telah disajikan dalam catatan tertulis serta yang lainnya. Secara umum metode
analisis data meliputi reduksi, display data dan kesimpulan atau verifikasi data. 34

HASIL DAN PEMBAHASAN


Filsafat pendidikan menjadi bagian penting dalam proses pendidikan. Apabila pendidikan
dapat dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai filosofis, sehingga peserta didik dalam mengikuti
pembelajaran tidak hanya mendapatkan ilmu pada kulitnya saja, akan tetapi dapat mengkaji secara
mendalam sampai kepada akarnya.
1. Hakikat, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat secara etimologi adalah cinta atau kecenderungan akan kebijaksanaan, atau
cinta pada pengetahuan yang bijaksana, atau dapat diartikan pula sebagai cinta secara mendalam
akan kebijaksanaan atau cinta sedalam-dalamnya akan kearifan atau cinta secara sungguh-
sungguh terhadap pandangan, kebenaran (love of wisdom or love of the vision truth). 35 Adapun
secara terminologi filsafat merupakan corak berpikir manusia secara kritis, mendalam dan
menyeluruh untuk memperoleh kebenaran yang sejati, yaitu bersifat universal, konseptual,
koheren dan konsisten, sistematis dan bertanggung jawab sehingga mampu mengatasi problem
yang dihadapi oleh umat manusia.36 Filsafat memiliki wilayah yang sangat luas, bahkan dalam
sejarahnya filsafat merupakan induk dari segala ilmu, tetapi lama-lama terpisah sendiri dan
berdiri sebagai ilmu. Ilmu itu sendiri merupakan pengetahuan yang digumuli oleh manusia sejak
bangku sekolah dasar sampai tingkat lanjutan dan perguruan tinggi. Pengetahuan yang dimaksud
disini haruslah dimulai dengan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang akan membuat

33
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka, 2006), 135.
34
Sandu Siyoto, Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media Publishing, 2015),
124.
35
Noor Amirudin, Filsafat Pendidikan Islam (Gresik: Caremedia Communication, 2018), 11.
36
Ibid., 14.
manusia sadar bahwa dirinya belum mengetahui apa yang tidak diketahuinya, sehingga dapat
mendorong manusia untuk terus berfilsafat.
Berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang,
seberapa jauh kebenaran yang telah dijangkau oleh manusia. Manusia yang berfilsafat dapat
diumpamakan seperti berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang, ingin mengetahui
hakikat diri dalam kesemestaan galaksi, atau seorang yang berdiri di puncak tinggi, memandang
ke lembah dibawahnya. Artinya hal yang utama dalam dalam berpikir filsafat adalah menyeluruh.
Akan tetapi sebelum masuk kedalam kerangka berfikir filsafat, harus terlebih dahulu memisahkan
arah pemikiran para ahli filsafat. Jika tidak, maka akan terjadi kebingungan dalam memahami
filsafat itu sendiri. Idealis dan matrealis inilah yang dijadikan sebagai ukuran untuk memisahkan
para ahli filsafat dalam dua barisan, semata-mata berdasarkan atas sikap yang diambil si pemikir,
ahli filsafat dalam memandang persoalan. 37 Yang mengatakan pikiran lebih dahulu, itulah
pengikut idealisme, dan yang mengatakan benda dahulu baru datang pikiran itulah yang
mengikuti materialisme. Dengan pemisahan diatas maka dapat memudahkan dalam memahami
filsafat.
Filsafat pendidikan mengandung makna berpikir kritis, sistematis, dan radikal tentang
berbagai problem kependidikan guna pencarian konsep-konsep dan gagasan-gagasan yang dapat
mengarahkan manusia dalam rancangan yang integral agar pendidikan benar-benar dapat
menjawab kebutuhan masyarakat dalam rangka kemajuan-kemajuan. 38 Adapun pendidikan Islam
itu sendiri merupakan usaha mentransformasikan nilai-nilai Islam terhadap peserta didik yang
bertujuan membentuk peserta didik yang berkepribadian muslim. Selanjutnya kegunaan filsafat
sangat strategis dan dapat menjadi acuan dalam memecahkan segala permasalahan dalam
pendidikan, hal ini disebabkan karena yang diselesaikan filsafat pendidikan Islam itu adalah
bidang filosofinya yang menjadi akar dari setiap permasalahan kependidikan, khususnya para
pendidik. Artinya pendidik akan dapat memahami secara mendalam terhadap persoalan-
persoalan pendidikan sehingga dapat melakukan evaluasi secara tepat, menyasar dan
memberikan solusi secara benar.39
Mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang
mendasar, sistematis, logis, dan menyeluruh tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatar
belakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut manusia untuk mempelajari
ilmu-ilmu lain yang relevan. Ini menunjukkan bahwa ruang lingkup filsafat pendidikan Islam
adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, masalah guru, kurikulum,

37
Tan Malaka, Madilog (Matrealisme, Dialektika, dan Logika)(Yogyakarta: Narasi, 2018), 47.
38
Noor Amirudin, Filsafat Pendidikan Islam (Gresik: Caremedia Communication, 2018), 23.
39
Ibid,. 26.
metode dan lingkungan. Pemahaman mendalam yang dijadikan fokus utama kepada peserta
didik adalah filsafat tentang Tuhan yakni Allah SWT, sebagai pencipta segala sesuatu dan segala
sesuatu yang diciptakannya akan musnah kecuali Allah SWT. Paham ini akan menghasilkan teori
relativitas, bahkan manusia sendiri bagian dari alam yang bersifat relative, dan manusia dididik
untuk memiliki kesadaran tentang saat-saat menuju ketiadaannya, yakni kematian yang menjadi
pintu menuju alam yang kekal.

2. Manusia dalam Tinjauan Perspektif Islam


Manusia dalam tinjauan filsafat banyak dikemukakan oleh para filsuf terdahulu sampai
masa sekarang, diantaranya:40
1. Plato
Menurut Plato manusia sebagai pribadi yang tidak terbatas pada saat bersatunya jiwa dan
raga. Manusia lahir ke dunia telah membawa ide kebaikan.
2. Aristoteles
Menurut Aristoteles manusia adalah makhluk organis yang fungsionalisasinya tergantung pada
jiwanya.
3. Rene Descartes
Hakikat manusia ada pada aspek kesadaran yang eksistensinya ada pada daya intelek sebagai
hakikat jiwa.
4. Schopenhauer
Kesadaran dan intelek hanyalah permukaan jiwa kita, dibawah itu ada kehendak yang tidak
sadar. Kehendak adalah suatu kekuatan yang menggerakkan intelek itu untuk dirinya.
Kehendak dapat mengakibatkan hidup tertekan dan merupakan penderitaan, maka perlu
kebijaksanaan. selanjutnya banyak ahli yang terpancing untuk membicarakan tentang
kesadaran tersebut
5. Auguste Comte
Berupaya menjelaskan tahap perkembangan intelek manusia dengan hukum tiga tahapnya.
Edmund Husserl berupaya membuat kategorisasi kesadaran dan aktivitasnya yang kemudian
mempengaruhi analisis eksistensial yang dibuat oleh Martin Heidegger dengan mengatakan
bahwa keterlemparan manusia didunia memastikan dirinya mengakui keterbatasannya,
sehingga hidupnya selalu beranjak dari masalah yang satu ke masalah lain tanpa henti.
Adapun menurut tokoh filsuf Islam, mendefinisikan manusia sebagai berikut:
1. Al-Farabi

40
Ibid., 32.
Menurut Al-Farabi, manusia merupakan satu kesatuan antara jiwa dan jasad. Jiwa manusia
disebut an nafs al nathiqah yakni berasal dari alam ilahi, sedangkan jasad berasal dari alam
khalq berbentuk, berupa, dan berkadar. Manusia memiliki 3 daya, yang pertama daya gerak
yang meliputi makan, memelihara dan berkembang.
2. Ibnu Sina
Menurut Ibnu Sina manusia memiliki dua unsur, yakni jasad dan jiwa. Jasad selalu berubah,
berganti, berkurang, maupun bertambah, jadi jasad bisa mengalami kefanaan.
3. Muhammad Iqbal
Menurut Muhammad Iqbal diri manusia itu bukan merupakan satu kesatuan hidup yang telah
sempurna. Watak manusia adalah perjuangan untuk mencapai kesatuan yang lebih inklusif,
efektif, seimbang dan unik. Pusat kehidupan manusia dan sumber eksistensi manusia adalah
diri. Tingkat intensitas dan kelemahan dalam diri setiap insan menentukan kekuatan dan
kelemahan seseorang atau suatu bangsa.
4. Al-Ghazali
Menurut Al-Ghazali manusia merupakan rangkaian utuh antara dua unsur, yakni unsur materi
dan immateri. Istilah yang sering digunakan dalam Islam untuk immateri adalah ruh dan nafs.
Selanjutnya konsep manusia dalam filsafat dan Islam tentunya memiliki perbedaan dan
persamaan, untuk memudahkan pembaca, penulis mencoba memberikan gambaran perbedaan
dan persamaannya dalam tabel berikut:
(Persamaan dan Perbedaan Konsep Manusia)

Konsep Manusia Konsep Manusia Persamaan Perbedaan


menurut Filsafat menurut Islam
 Manusia adalah  Basyar artinya  Secara  Secara
homo sapiens, sebagai makhluk keseluruhan keseluruhan
artinya makhluk biologis (QS. Al- persamaan dari perbedaan
yang mempunyai Mu’minun (23): dua pandangan mendasar
budi. 12-14). filsafat dan Islam terhadap konsep
 Manusia adalah  Al-Insan artinya bahwa manusia manusia
animal rational, berpotensi terdiri dari jiwa menurut filsafat
artinya binatang untuk dan raga atau dan Islam dapat
yang berpikir. bertumbuh dan badan dan ruh. ditemukan pada
 Manusia adalah berkembang hakikat
homo laquen, secara fisik ( QS. penciptaan
artinya makhluk Al-Mu’minun manusia. Islam
yang pandai (23): 12-14). jelas menusia
menciptakan  An-Nas artinya diciptakan oleh
bahasa dan manusia sebagai Allah SWT
menjelma pikiran makhluk sosial melalui beragam
manusia dan (QS. Al-Hujurat proses,
perasaan dalam (49): 13). sedangkan dalam
kata-kata yang  Bani Adam pandangan
tersusun. artinya mengacu filsafat tidak
 Manusia adalah kepada dijelaskan secara
homo faber, artinya penghormatan terinci sehingga
makhluk yang kepada nilai-nilai ini menjadi
terampil. kemanusiaan pembeda
 Manusia adalah (QS. Al-A’raf (7): paradigma.
zoon politicon, 26-27).
artinya makhluk  Al-Ins artinya
yang pandai mengabdi
bekerja sama, kepada Allah
bergaul dengan SWT (QS. Az-
orang lain. Zariat (51): 56).
 Manusia adalah  Abdullah artinya
homo economicus, hamba Allah
artinya makhluk (QS. Al-Bayyinah
yang tunduk pada (98): 5).
prinsip-prinsip  Khalifah artinya
ekonomi dan pemimpin
bersifat ekonomis. dimuka bumi
 Manusia adalah (QS. Al-
homo religious, Baqarah(2):30)
artinya makhluk
yang beragama.
 Manusia adalah
animal educable,
artinya manusia
makhluk yang
harus di didik dan
dapat di didik.

Mengkaji tentang manusia pada dasarnya semua dapat menerima bahwa manusia
adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang tertinggi derajatnya di muka bumi dibandingkan dengan
makhluk yang lain, karena itu manusia mendapatkan amanah sebagai khalifah di muka bumi yang
memiliki kewajiban mengatur, menjaga, dan memakmurkan bumi. Keseluruhan kewajiban itu
tidak akan bisa dijalankan manusia tanpa ilmu pengetahuan, sedangkan cara mendapatkan ilmu
pengetahuan melalui pendidikan. Pendidikan itu sendiri harus memiliki tujuan agar menjadi
terarah, sedangkan untuk mencapai tujuan itu membutuhkan cara agar tidak tersesat atau salah
dalam memilih jalan. Berikut cara mencapai tujuan pendidikan Islam di era modern menurut
buku filsafat pendidikan Islam karya Noor Amirudin M.Pd.I :
a. Bermula dari anak (subyek didik). Disini pendidikan menggunakan daya motivasional dari
ketertarikan asli anak. Hal ini membuka jalan untuk lebih humanis (manusiawi) dalam ruang
kelas dan mengizinkan guru untuk berhubungan dengan anak dalam keseluruhan
kompleksitasnya sebagai subyek yang mempunyai kebutuhan, keinginan, perasaan dan sikap.
b. Pendekatan pengajaran dan kurikuler tidak hanya kajian teoritis tapi juga pada persoalan-
persoalan signifikansi (nilai guna) bagi para subyek didik.
c. Menciptakan sebuah lingkungan yang menyenangkan dengan menggeser rangsangan yang
tidak menyenangkan
d. Mengevaluasi hasil-hasil dan menaksir ulang untuk perkembangan yang akan datang

3. Hubungan Filsafat dengan Pendidikan Islam


Filsafat memiliki peran yang sangat penting dalam melahirkan teori-teori pendidikan
yaitu sebagai dasar atau fondasi. Menurut Jalaludin dan Idi yang dikutip oleh Noor Amirudin,
bahwa antara filsafat, filsafat pendidikan dan teori pendidikan terdapat hubungan yang
suplementer, yakni filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat
perhatian dan memusatkan kegiatan pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu: 41
1. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang hakikat
manusia, serta konsepsi hakikat dan segi pendidikan.
2. Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan yang meliputi politik pendidikan,
kepemimpinan pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola
akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat.

41
Noor Amirudin, Filsafat Pendidikan Islam (Gresik: Caremedia Communication, 2018), 17.
Berdasarkan kajian tersebut, bahwa antara filsafat dan filsafat pendidikan Islam dalam
pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan tidak dapat dipisahkan. Filsafat
mendasari adanya filsafat pendidikan Islam, sehingga teori-teori pendidikan yang muncul betul-
betul secara filosofis, mendasar, bermakna dan substantif.

KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan analisis, peneliti akan mengambil sebuah kesimpulan untuk
menjawab pokok permasalahan yang ada dalam penelitian, yakni sebagai berikut:
Mengkaji tentang tujuan pendidikan Islam harus dimulai dari definisi tentang pendidikan
Islam. Adanya pendidikan dimulai dari adanya manusia. Sejatinya Pendidikan Islam yang
sesungguhnya adalah pendidikan kepada manusia seutuhnya, yaitu pembinaan dan pengembangan
manusia agar kehadirannya didunia sebagai hamba dan sebagai khalifah tercapai. Potensi yang
dimaksud meliputi potensi jasmaniah dan rohaniah, seperti akal, perasaan, kehendak, dan potensi
rohani lainnya. Apabila manusia salah dalam membina dan mengembangkan potensinya, maka akan
terjadi kerusakan dalam kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Nur. 2015. Peran Dan Tantangan Pendidikan Agama Islam Di Era Global. Jurnal eL-Tarbawi
(Internet). 8(2): 131-145. Tersedia di: http://dx.doi.org/10.20885/tarbawi.vol8.iss2.art2.

https://news.detik.com/berita/d-5270926/tawuran-geng-pelajar-di-jakut-tewaskan-abg-13-tahun-1-
pelaku-ditangkap?_ga=2.245430209.415416059.1608234353-611569106.1608234353.

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20200131070050-12-470347/17-pelajar-perkosa-teman-
sekelas-di-ambon#.

Amirudin, Noor. 2018. Filsafat Pendidikan Islam. Gresik: Caremedia Communication.

Zuhairi. 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Dradjat, Zakiyah. dkk. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Bandung: CV. Penerbit Jumanatul Ali.

Hidayat, Rahmat dan Nasution Henni S. 2016. Filsafat Pendidikan Islam: Membangun Konsep Dasar
Pendidikan Islam. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).

Mappasiara. 2018. Pendidikan Islam (Pengertian, Ruang Lingkup, dan Epistemologinya). Jurnal
Inspiratif Pendidikan(Internet). 7(1): 147-160. Tersedia di:
https://doi.org/10.24252/ip.v7i1.4940.

Zulkarnaini. 2015. Dakwah Islam Di Era Modern. Jurnal Risalah (Internet). 26(3): 151-158. Tersedia
di: http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/risalah/article/view/1271

Madjid, Nurcholish. 1999. Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta Selatan: Paramadina.
Kurzman, Charlez, ed. 2001. Wacana Islam Liberal. Jakarta Selatan: Paramadina.

Rahman, Fazlur. 2017. Islam Sejarah Pemikiran dan Peradaban. Bandung: PT Mizan Pustaka.

Nasution, S. 1996. Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Siyoto, Sandu. Sodik, Ali. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka.

Malaka, Tan. 2018. Madilog (Materialisme, Dialektika dan Logika). Yogyakarta: Narasi

Anda mungkin juga menyukai