Anda di halaman 1dari 64

LATIHAN SOAL AKM LITERASI SMA MA SMK

1. Pilihan Ganda

Di Negeri Amplop

A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Di negeri amplop

Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu

Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi rapi-rapi

David Copperfield dan Houdini bersembunyi rendah diri

Entah andaikata Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya

Amplop-amplop di negeri amplop

mengatur dengan teratur

hal-hal yang tak teratur menjadi teratur

hal-hal yang teratur menjadi tak teratur

memutuskan putusan yang tak putus

membatalkan putusan yang sudah putus

Amplop-amplop menguasai penguasa

dan mengendalikan orang-orang biasa

Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan

mencairkan dan membekukan

mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu

Orang mendengar bisa tuli

Orang alim bisa napsu

Orang sakti bisa mati

Di negeri amplop

amplop-amplop mengamplopi

apa saja dan siapa saja

(Sumber: https://tinewss.com/puisi-gus-mus-di-negeri-amplop)

---

Setelah membaca puisi Di Negeri Amplop, bagaimana suasana hati yang

digambarkan oleh penulis?


A Marah

B Bahagia

C Sedih

D Syahdu

E Optimis

2. Pilihan Ganda

Berikut ini adalah potongan dari puisi yang ditulis oleh W.S. Rendra yang berjudul

"Sajak Sebatang Lisong".

...

(2)

Matahari terbit.

Fajar tiba.

Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak

tanpa pendidikan.

(3)

Aku bertanya,

tetapi pertanyaan-pertanyaanku

membentur meja kekuasaan yang macet,

dan papantulis-papantulis para pendidik

yang terlepas dari persoalan kehidupan.

(4)

Delapan juta kanak-kanak

menghadapi satu jalan panjang,

tanpa pilihan,

tanpa pepohonan,

tanpa dangau persinggahan,

tanpa ada bayangan ujungnya.

(5)

Menghisap udara

yang disemprot deodorant,

aku melihat sarjana-sarjana menganggur


berpeluh di jalan raya;

aku melihat wanita bunting

antri uang pensiun.

(6)

Dan di langit;

para tekhnokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas,

bahwa bangsa mesti dibangun;

mesti di-up-grade

disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

(7)

Gunung-gunung menjulang.

Langit pesta warna di dalam senjakala

Dan aku melihat

protes-protes yang terpendam,

terhimpit di bawah tilam.

(8)

Aku bertanya,

tetapi pertanyaanku

membentur jidat penyair-penyair salon,

yang bersajak tentang anggur dan rembulan,

sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya

dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan

termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

(9)

Bunga-bunga bangsa tahun depan

berkunang-kunang pandang matanya,

di bawah iklan berlampu neon,

Berjuta-juta harapan ibu dan bapak

menjadi gemalau suara yang kacau,

menjadi karang di bawah muka samodra.


(10)

Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.

Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,

tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.

Kita mesti keluar ke jalan raya,

keluar ke desa-desa,

mencatat sendiri semua gejala,

dan menghayati persoalan yang nyata.

(11)

Inilah sajakku

Pamplet masa darurat.

Apakah artinya kesenian,

bila terpisah dari derita lingkungan.

Apakah artinya berpikir,

bila terpisah dari masalah kehidupan.

(Disampaikan pada 19 Agustus 1977 di ITB, Bandung.

Sumber: Potret Pembangunan dalam Puisi)

---

Melalui puisi “Sajak Sebatang Lisong”, W.S. Rendra mengungkapkan kritikan

tentang kehidupan nyata di masyarakat. Namun, dari bait-bait tersebut, W.S.

Rendra juga mengungkapkan solusi berupa sikap/tindakan yang sebaiknya

dilakukan. Bait-bait yang berisi solusi tersebut terdapat di bait ke ...

A (7)

B (8)

C (9)

D (10)

E (11)

3. Pilihan Ganda

Berikut ini adalah potongan puisi dari W.S. Rendra yang berjudul "Sajak Sebatang

Lisong"

Matahari terbit.
Fajar tiba.

Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak

tanpa pendidikan.

Aku bertanya,

tetapi pertanyaan-pertanyaanku

membentur meja kekuasaan yang macet,

dan papantulis-papantulis para pendidik

yang terlepas dari persoalan kehidupan.

Delapan juta kanak-kanak

menghadapi satu jalan panjang,

tanpa pilihan,

tanpa pepohonan,

tanpa dangau persinggahan,

tanpa ada bayangan ujungnya.

Menghisap udara

yang disemprot deodorant,

aku melihat sarjana-sarjana menganggur

berpeluh di jalan raya;

aku melihat wanita bunting

antri uang pensiun.

Dan di langit;

para tekhnokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas,

bahwa bangsa mesti dibangun;

mesti di-up-grade

disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

Gunung-gunung menjulang.

Langit pesta warna di dalam senjakala

Dan aku melihat

protes-protes yang terpendam,

terhimpit di bawah tilam.


Aku bertanya,

tetapi pertanyaanku

membentur jidat penyair-penyair salon,

yang bersajak tentang anggur dan rembulan,

sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya

dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan

termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

Bunga-bunga bangsa tahun depan

berkunang-kunang pandang matanya,

di bawah iklan berlampu neon,

Berjuta-juta harapan ibu dan bapak

menjadi gemalau suara yang kacau,

menjadi karang di bawah muka samodra.

Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.

Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,

tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.

Kita mesti keluar ke jalan raya,

keluar ke desa-desa,

mencatat sendiri semua gejala,

dan menghayati persoalan yang nyata.

Inilah sajakku

Pamplet masa darurat.

Apakah artinya kesenian,

bila terpisah dari derita lingkungan.

Apakah artinya berpikir,

bila terpisah dari masalah kehidupan.

(Disampaikan pada 19 Agustus 1977 di ITB, Bandung.

Sumber: Potret Pembangunan dalam Puisi)

---

Cermati potongan bait puisi berikut!

Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.


Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,

tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.

Kita mesti keluar ke jalan raya,

keluar ke desa-desa,

mencatat sendiri semua gejala,

dan menghayati persoalan yang nyata.

Menurutmu, apa maksud larik-larik dalam puisi tersebut?

A Keputusan untuk mengambil langkah

B Keinginan untuk terus bertahan

C Kemauan untuk bekerja keras

D Keputusasaan terhadap keadaan

E Ketidakinginan untuk berubah

4 Uraian

Sajak Sebatang Lisong

W.S. Rendra

Menghisap sebatang lisong

melihat Indonesia Raya,

mendengar 130 juta rakyat,

dan di langit

dua tiga cukong mengangkang,

berak di atas kepala mereka

Matahari terbit.

Fajar tiba.

Dan aku melihat delapan juta kanak-kanak

tanpa pendidikan.

Aku bertanya,

tetapi pertanyaan-pertanyaanku

membentur meja kekuasaan yang macet,

dan papantulis-papantulis para pendidik

yang terlepas dari persoalan kehidupan.

Delapan juta kanak-kanak


menghadapi satu jalan panjang,

tanpa pilihan,

tanpa pepohonan,

tanpa dangau persinggahan,

tanpa ada bayangan ujungnya.

Menghisap udara

yang disemprot deodorant,

aku melihat sarjana-sarjana menganggur

berpeluh di jalan raya;

aku melihat wanita bunting

antri uang pensiun.

Dan di langit;

para tekhnokrat berkata :

bahwa bangsa kita adalah malas,

bahwa bangsa mesti dibangun;

mesti di-up-grade

disesuaikan dengan teknologi yang diimpor

Gunung-gunung menjulang.

Langit pesta warna di dalam senjakala

Dan aku melihat

protes-protes yang terpendam,

terhimpit di bawah tilam.

Aku bertanya,

tetapi pertanyaanku

membentur jidat penyair-penyair salon,

yang bersajak tentang anggur dan rembulan,

sementara ketidakadilan terjadi di sampingnya

dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan

termangu-mangu di kaki dewi kesenian.

Bunga-bunga bangsa tahun depan

berkunang-kunang pandang matanya,


di bawah iklan berlampu neon,

Berjuta-juta harapan ibu dan bapak

menjadi gemalau suara yang kacau,

menjadi karang di bawah muka samodra.

Kita harus berhenti membeli rumus-rumus asing.

Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,

tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.

Kita mesti keluar ke jalan raya,

keluar ke desa-desa,

mencatat sendiri semua gejala,

dan menghayati persoalan yang nyata.

Inilah sajakku

Pamplet masa darurat.

Apakah artinya kesenian,

bila terpisah dari derita lingkungan.

Apakah artinya berpikir,

bila terpisah dari masalah kehidupan.

(Disampaikan pada 19 Agustus 1977 di ITB, Bandung.

Sumber: Potret Pembangunan dalam Puisi)

---

Sebuah puisi bertema sosial umumnya menggambarkan kondisi masyarakat pada

waktu puisi diciptakan. Pada puisi tersebut, ceritakan kondisi masyarakat yang

digambarkan penyair!

Hapus Jawaban

5. Pilihan Ganda

Di Negeri Amplop

A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Di negeri amplop

Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu

Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi rapi-rapi

David Copperfield dan Houdini bersembunyi rendah diri


Entah andaikata Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya

Amplop-amplop di negeri amplop

mengatur dengan teratur

hal-hal yang tak teratur menjadi teratur

hal-hal yang teratur menjadi tak teratur

memutuskan putusan yang tak putus

membatalkan putusan yang sudah putus

Amplop-amplop menguasai penguasa

dan mengendalikan orang-orang biasa

Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan

mencairkan dan membekukan

mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu

Orang mendengar bisa tuli

Orang alim bisa napsu

Orang sakti bisa mati

Di negeri amplop

amplop-amplop mengamplopi

apa saja dan siapa saja

(Sumber: https://tinewss.com/puisi-gus-mus-di-negeri-amplop)

---

Apa gagasan yang ingin disampaikan penyair melalui puisi tersebut?

A Kritik terhadap praktik penggunaan uang sebagai cara

mempermudah proses.

B Kritik terhadap penguasa yang tidak peka terhadap

derita rakyat.

C Protes terhadap aturan yang mengekang masyarakat.

D Protes mengenai larangan memberikan uang kepada

pengemis.

E Kritik terhadap penguasa yang suka menghambur- hamburkan uang rakyat.

6. Uraian
Di Negeri Amplop

A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Di negeri amplop

Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu

Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi rapi-rapi

David Copperfield dan Houdini bersembunyi rendah diri

Entah andaikata Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya

Amplop-amplop di negeri amplop

mengatur dengan teratur

hal-hal yang tak teratur menjadi teratur

hal-hal yang teratur menjadi tak teratur

memutuskan putusan yang tak putus

membatalkan putusan yang sudah putus

Amplop-amplop menguasai penguasa

dan mengendalikan orang-orang biasa

Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan

mencairkan dan membekukan

mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu

Orang mendengar bisa tuli

Orang alim bisa napsu

Orang sakti bisa mat

Di negeri amplop

amplop-amplop mengamplopi

apa saja dan siapa saja

(Sumber: https://tinewss.com/puisi-gus-mus-di-negeri-amplop)

---

Apa yang dimaksud oleh penyair dengan "Negeri Amplop"?

Hapus Jawaban

7. Uraian

Di Negeri Amplop
A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Di negeri amplop

Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu

Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi rapi-rapi

David Copperfield dan Houdini bersembunyi rendah diri

Entah andaikata Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya

Amplop-amplop di negeri amplop

mengatur dengan teratur

hal-hal yang tak teratur menjadi teratur

hal-hal yang teratur menjadi tak teratur

memutuskan putusan yang tak putus

membatalkan putusan yang sudah putus

Amplop-amplop menguasai penguasa

dan mengendalikan orang-orang biasa

Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan

mencairkan dan membekukan

mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu

Orang mendengar bisa tuli

Orang alim bisa napsu

Orang sakti bisa mati

Di negeri amplop

amplop-amplop mengamplopi

apa saja dan siapa saja

(Sumber: https://tinewss.com/puisi-gus-mus-di-negeri-amplop)

---

Pesan apa yang ingin disampaikan oleh penyair melalui puisi tersebut?

8, Pilihan Ganda

Di Negeri Amplop

A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Di negeri amplop
Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu

Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi rapi-rapi

David Copperfield dan Houdini bersembunyi rendah diri

Entah andaikata Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya

Amplop-amplop di negeri amplop

mengatur dengan teratur

hal-hal yang tak teratur menjadi teratur

hal-hal yang teratur menjadi tak teratur

memutuskan putusan yang tak putus

membatalkan putusan yang sudah putus

Amplop-amplop menguasai penguasa

dan mengendalikan orang-orang biasa

Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan

mencairkan dan membekukan

mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu

Orang mendengar bisa tuli

Orang alim bisa napsu

Orang sakti bisa mati

Di negeri amplop

amplop-amplop mengamplopi

apa saja dan siapa saja

(Sumber: https://tinewss.com/puisi-gus-mus-di-negeri-amplop/)

---

Dalam puisi tersebut, terdapat banyak kata "amplop" yang digunakan secara

berulang. Makna dari kata "amplop" yang dimaksudkan oleh penulis adalah ...

A amplop pesan

B sumbangan

C hadiah

D surat

E uang suap / uang sogok


9. Pilihan Ganda

Di Negeri Amplop

A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Di negeri amplop

Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu

Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi rapi-rapi

David Copperfield dan Houdini bersembunyi rendah diri

Entah andaikata Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya

Amplop-amplop di negeri amplop

mengatur dengan teratur

hal-hal yang tak teratur menjadi teratur

hal-hal yang teratur menjadi tak teratur

memutuskan putusan yang tak putus

membatalkan putusan yang sudah putus

Amplop-amplop menguasai penguasa

dan mengendalikan orang-orang biasa

Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan

mencairkan dan membekukan

mengganjal dan melicinkan

Orang bicara bisa bisu

Orang mendengar bisa tuli

Orang alim bisa napsu

Orang sakti bisa mati

Di negeri amplop

amplop-amplop mengamplopi

apa saja dan siapa saja

(Sumber: https://tinewss.com/puisi-gus-mus-di-negeri-amplop)

---

Setelah membaca puisi Di Negeri Amplop, bagaimana suasana hati yang

digambarkan oleh penulis?

A Marah
B Bahagia

C Sedih

D Syahdu

E Optimis

10. Uraian

Bacalah puisi berikut!

Lilin Kecil dalam Sinar Kegelapan

Seperti lilin kecil ini, kau mampu terangi gelapku

Sinarmu memang tak banyak, tapi itu sangat berarti

Tatkala malam datang membawa kegelapan,

Hadirmu bagai sang malaikat dengan cahaya-cahaya penuh kasih

Menepis lara, mendamaikan hati, dan menyejukkan cinta

Nalarku membahana lagi setiap kali mengartikanmu

Langkahmu laksana embusan angin datang dan pergi

Meruntuhkan daun cemara yang hidup damai di tangkainya

Perlahan sinarmu redup

Dan pergi meninggalkanku dalam gelap

Dengan mata, tapi tak kuasa melihatmu

Sepasang telingaku pun tak mampu mendengar bisikmu

Kini rinduku berujung pada bias-bias bayangmu

Dengan senyuman dan sedikit tawa menambah luka

Seribu sinar pun takkan mampu menggantikanmu

Sejuta kenanganmu kini menyiksa kesendirianku

Dalam gelap, kucoba melangkah sendiri

Lilin kecilku,

Kurindu akan sinar kedamaianmu

Yayan Hidayat, Banjarmasin, 03 02 2011

---

Setelah membaca puisi ini, Emir merasa bahwa puisi ini cocok dengan suasana

hatinya karena baru saja ia kehilangan kucing kesayangannya.

Setujukah kamu dengan pendapat Emir tersebut? Jelaskan jawabanmu.


Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Setuju. Karena puisi tersebut bercerita tentang kehilangan. Situasi tersebut

sesuai dengan kondisi Emir.

11. Uraian

Legenda Danau Lipan

Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara

Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya,

namun selalu ditolak.

Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman.

Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah

meminang Ratu Aji Bidara Putih.

Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu

untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka

menyampaikan pinangan kepada Ratu Aji Bidara Putih.

Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir.

Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil

punggawa kepercayaannya.

"Paman, nanti malam selidikilah pangeran itu," perintah sang Ratu.

Malamnya, Si Punggawa melaksanakan perintah Sang Ratu. Ia menaiki kapal.

Dengan waspada, ia menghindari para penjaga. Sampai akhirnya, ia berhasil

menemukan bilik Sang Pangeran.

Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke

dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang

prajuritnya. Rupanya, Sang Pangeran hendak menaklukkan Muara Kaman dengan

pura-pura menikahi Sang Ratu. Mendengar berita mengejutkan itu, Si Punggawa

bergegas pergi untuk secepatnya memberi tahu junjungannya.

"Kau jangan mengada-ada, Paman," tegur Ratu setelah mendengar laporan Si

Punggawa.

"Saya tidak mengada-ada! Pembicaraan mereka sangat jelas," jawab si Punggawa.

"Pangeran itu berniat buruk."


Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu

segera menolak mentah-mentah lamaran tersebut. Sang Pangeran amat murka, ia

segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang Muara Kaman.

Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat

dengan istana. Sang Ratu mencoba untuk tetap tenang. Setelahnya, ia

mengucapkan doa sambil mengunyah sirih. Kemudian, kunyahan itu dilemparkan ke

arena pertempuran.

Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan- lipan itu menyerang
para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan

dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu

membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu

oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan.

Bagaimana pendapatmu tentang Ratu Aji Bidara Putri yang menyuruh punggawanya

mengintip pangeran yang berada di kapalnya?

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Jawaban ada dua variasi:

Perintah sang ratu tidaklah sopan karena memasuki tempat orang lain tanpa

izin. Perintah sang ratu sangat tepat karena itu bentuk kehati-hatian untuk

menyelamatkan kerajaan

12. Uraian

Hujan Beras

Subuh-subuh, Mak Onah sudah mempersiapkan perbekalan. Ia membawa nasi

bungkus daun jati, berlauk kering tempe, sambal, dan lalap daun singkong. Sebotol

plastik air putih matang. Kata Yu Jiah, kecamatan puluhan kilo dari dusun mereka.

Pulang pergi naik truk membutuhkan waktu sekitar lima jam. Belum lagi antre di

kantor pos. Jadi mereka harus membawa bekal, daripada jajan yang akan

mengeluarkan uang tambahan.

“Mak, apa tidak lebih baik kalau Neneng yang berangkat?” Neneng memberi usul.

Selain kasihan pada Mak, ia juga sebenarnya ingin pergi ke kecamatan. Terakhir ke

kecamatan saat kelas empat SD, lima tahun silam. Kala itu diajak guru melihat
karnaval Agustusan. Pasti kecamatan sekarang lebih ramai. Banyak bangunan

megah. Jalanan bagus. Punya alun-alun luas yang menggelar tontonan, ombak

banyu atau komidi putar.

Halaman 16 dari 57

“Tak perlu. Hari ini Juragan Madun panen singkong. Kamu bisa ikutan buruh.” Mak

Onah memutuskan.

“Tapi, Mak ....” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.

“Kalau tak harus pergi ke kecamatan, Mak juga bisa ikutan buruh panen singkong.

Kita dapat dua bagian, lumayan. Singkong bisa kita simpan, kita makan kalau tak

punya beras.”

“Iya, Mak.” Neneng menurut, tak ingin membantah nenek, yang sudah dianggapnya

ibu. Bahkan ia memanggilnya dengan Mak.

“Sudah, Mak sebentar lagi pergi. Ingat-ingat pesan Mak. Kau urus adik-adikmu. Kau

siapkan buku-buku dan bantu pe-ernya. Adik-adikmu pintar, semoga bisa terus

sekolah. Semoga hidupnya lebih baik daripada Mak.”

“Iya, Mak, Neneng ngerti.”

Pada cermin tua di kamar reotnya, Mak Onah dandan, mengenakan jarit dan

kebayanya yang paling bagus. Mak Onah tampak semringah. Kemarin ia sudah

mengambil jatah beras raskin sepuluh kilo yang bisa untuk jatah makan selama

sebulan. Kali ini ia akan mendapat sejumlah uang lumayan banyak. Rencana

sebagian untuk membayar utang, sisanya disimpan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Untuk beli buku cucu. Untuk jajan sangu cucu.

Selama naik mobil bak terbuka, Mak Onah tersenyum bungah seraya melantunkan

doa.

***

Pada sebuah berita televisi lokal tertayang berita tentang kecelakaan kendaraan

yang membawa penduduk miskin hendak mengambil uang di kantor pos kecamatan.

Colt ditabrak truk fuso pembawa beras. Semua penumpang, termasuk beberapa

jompo yang terjepit di antara puluhan orang, tewas tertimbun hujan beras! ***
Setelah membaca cerita tersebut, seorang pembaca berkomentar bahwa Mak Onah

juga pasti tewas tertimbun beras.

Menurutmu, apakah pernyataan pembaca tersebut dapat dipercaya? Jelaskan

jawabanmu!

13. Pilihan Ganda

Ramin Tak Kunjung Pulang

Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi

di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan

itu adalah mulut buaya yang siap menelan lengannya.

Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya

tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas

saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang

menutupi jalan.

Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar

preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa

petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat

mencoba kabur, ditanyai macam-macam, didenda hingga ia tak sanggup bayar,

diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan

hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung

sial.

Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan

memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja

tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,

yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat

pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban

hari diminta istrinya.

Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak

gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.

Bunyi langkah mendekat, pelan, Ramin membeku, sekuat-kuatnya menahan napas.

Baginya lebih baik tak bernapas daripada tertangkap petugas-petugas berwajah

garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat
rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,

mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara

akar pohon.

(Karya: Lina PW, Kompas, 8 Desember 2019)

---

Dari konteks cerita tersebut, kejadian apa yang paling minimal harus ditambahkan

penulis untuk melengkapi cerita tersebut?

A Pengenalan situasi cerita

B Penyelesaian konflik

C Peningkatan masalah

D Munculnya konflik

E Puncak konflik

14. Uraian

WEKWEK

karya Iwan Simatupang

ADEGAN I

SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah

pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam

milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir

adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja

milikku.

ADEGAN II

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek

bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.

ADEGAN III

GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG

Gareng : Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. Itu saya!

Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, itu saya!


Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, itu saya!

Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, itu saya!

ADEGAN IV

Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak

ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata

kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.

Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena

menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras

susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak

lurah...tak usah...payah.

ADEGAN V

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo

berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia

tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta

pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar

lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang

telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.

Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung

kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang

seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau

mengotori tanganku dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau.

Pada teks drama Wekwek tersebut, bagaimana para pemain dapat membedakan

antara bagian perintah-perintah dengan bagian dialog?

15. Uraian

Legenda Danau Lipan

Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara

Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya,

namun selalu ditolak.

Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman.

Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah
meminang Ratu Aji Bidara Putih.

Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu

untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka

menyampaikan pinangan kepada Ratu Aji Bidara Putih.

Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir.

Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil

punggawa kepercayaannya.

"Paman, nanti malam selidikilah pangeran itu," perintah sang Ratu.

Malamnya, Si Punggawa melaksanakan perintah Sang Ratu. Ia menaiki kapal.

Dengan waspada, ia menghindari para penjaga. Sampai akhirnya, ia berhasil

menemukan bilik Sang Pangeran.

Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke

dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang

prajuritnya. Rupanya, Sang Pangeran hendak menaklukkan Muara Kaman dengan

pura-pura menikahi Sang Ratu. Mendengar berita mengejutkan itu, Si Punggawa

bergegas pergi untuk secepatnya memberi tahu junjungannya.

"Kau jangan mengada-ada, Paman," tegur Ratu setelah mendengar laporan Si

Punggawa.

"Saya tidak mengada-ada! Pembicaraan mereka sangat jelas," jawab si Punggawa.

"Pangeran itu berniat buruk."

Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu

segera menolak mentah-mentah lamaran tersebut. Sang Pangeran amat murka, ia

segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang Muara Kaman.

Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat

dengan istana. Sang Ratu mencoba untuk tetap tenang. Setelahnya, ia

mengucapkan doa sambil mengunyah sirih. Kemudian, kunyahan itu dilemparkan ke

arena pertempuran.

Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan- lipan itu menyerang
para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan

dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu

membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu
oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan.

Menurut pendapatmu, apakah ilustrasi cerita ini sesuai dengan isi ceritanya?

Jelaskan alasanmu!

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Sesuai, karena di dalam cerita disebutkan ada lipan yang menyerang

rombongan, lalu rombongan naik ke atas perahu. Hal itu tergambar di dalam

ilustrasi

16. Uraian

Ramin Tak Kunjung Pulang

Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi

di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira mulut

buaya yang siap menelan lengannya.

Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya

tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas

saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang

menutupi jalan.

Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar

preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa

petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat

mencoba kabur, ditanyai macam-macam, didenda hingga ia tak sanggup bayar,

diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan

hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung

sial.

Gara-gara Aco juga petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan

memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja

tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,

yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat

pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban

hari diminta istrinya.

Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah sumringah anak
gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.

Bunyi langkah mendekat, pelan, Ramin membeku, sekuat-kuatnya menahan napas.

Baginya lebih baik tak bernapas daripada tertangkap petugas-petugas berwajah

garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat

rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,

mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara

akar pohon.

(Karya: Lina PW, Kompas, 8 Desember 2019)

---

Dalam konteks cerita tersebut, apa yang dimaksud dengan kalimat Ramin

membeku?

Hapus Jaw aban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Ramin tidak bergerak sama sekali

Halaman 22 dari 57

17. Pilihan Ganda Kompleks

Hujan Beras

Subuh-subuh, Mak Onah sudah mempersiapkan perbekalan. Ia membawa nasi

bungkus daun jati, berlauk kering tempe, sambal, dan lalap daun singkong. Sebotol

plastik air putih matang. Kata Yu Jiah, kecamatan puluhan kilo dari dusun mereka.

Pulang pergi naik truk membutuhkan waktu sekitar lima jam. Belum lagi antre di

kantor pos. Jadi mereka harus membawa bekal, daripada jajan yang akan

mengeluarkan uang tambahan.

“Mak, apa tidak lebih baik kalau Neneng yang berangkat?” Neneng memberi usul.

Selain kasihan pada Mak, ia juga sebenarnya ingin pergi ke kecamatan. Terakhir ke

kecamatan saat kelas empat SD, lima tahun silam. Kala itu diajak guru melihat

karnaval Agustusan. Pasti kecamatan sekarang lebih ramai. Banyak bangunan

megah. Jalanan bagus. Punya alun-alun luas yang menggelar tontonan, ombak

banyu atau komidi putar.


“Tak perlu. Hari ini Juragan Madun panen singkong. Kamu bisa ikutan buruh.” Mak

Onah memutuskan.

“Tapi, Mak ....” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.

“Kalau tak harus pergi ke kecamatan, Mak juga bisa ikutan buruh panen singkong.

Kita dapat dua bagian, lumayan. Singkong bisa kita simpan, kita makan kalau tak

punya beras.”

“Iya, Mak.” Neneng menurut, tak ingin membantah nenek, yang sudah dianggapnya

ibu. Bahkan ia memanggilnya dengan Mak.

“Sudah, Mak sebentar lagi pergi. Ingat-ingat pesan Mak. Kau urus adik-adikmu. Kau

siapkan buku-buku dan bantu pe-ernya. Adik-adikmu pintar, semoga bisa terus

sekolah. Semoga hidupnya lebih baik daripada Mak.”

“Iya, Mak, Neneng ngerti.”

Pada cermin tua di kamar reotnya, Mak Onah dandan, mengenakan jarit dan

kebayanya yang paling bagus. Mak Onah tampak semringah. Kemarin ia sudah

mengambil jatah beras raskin sepuluh kilo yang bisa untuk jatah makan selama

sebulan. Kali ini ia akan mendapat sejumlah uang lumayan banyak. Rencana

sebagian untuk membayar utang, sisanya disimpan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Untuk beli buku cucu. Untuk jajan sangu cucu.

Selama naik mobil bak terbuka, Mak Onah tersenyum bungah seraya melantunkan

doa.

***

Pada sebuah berita televisi lokal tertayang berita tentang kecelakaan kendaraan

yang membawa penduduk miskin hendak mengambil uang di kantor pos kecamatan.

Colt ditabrak truk fuso pembawa beras. Semua penumpang, termasuk beberapa

jompo yang terjepit di antara puluhan orang, tewas tertimbun hujan beras! ***

Mengapa Mak Onah sangat antusias untuk pergi ke kantor pos kecamatan?

Kamu dapat memilih lebih dari satu pilihan jawaban.

Halaman 23 dari 57

Onah sudah lama tidak keluar rumah


sehingga ia kangen melihat

keramaian.

Ia akan menerima bantuan yang

dapat digunakan untuk membayar

utang.

Onah dan yang lainnya akan

mengambil bantuan beras raskin.

Ia menganggap bahwa pergi ke

kecamatan adalah jalan-jalan.

Ia berharap bantuan itu dapat dipakai

untuk memenuhi kebutuhan Onah.

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

pilihan 2 dan 5

18. Pilihan Ganda Kompleks

WEKWEK

karya Iwan Simatupang

ADEGAN I

SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah

pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam

milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir

adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja

milikku.

ADEGAN II

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek

bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.

ADEGAN III
Halaman 24 dari 57

GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG

Gareng : Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. Itu saya!

Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, itu saya!

Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, itu saya!

Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, itu saya!

ADEGAN IV

Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak

ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata

kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.

Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena

menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras

susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak

lurah...tak usah...payah.

ADEGAN V

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo

berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia

tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta

pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar

lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang

telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.

Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung

kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang

seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau

mengotori tanganku dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau.

Manakah karakter tokoh yang paling sesuai berdasarkan teks tersebut!

Pernyataan Sesuai Tidak

Sesuai

A Bagong seorang yang penakut


Halaman 25 dari 57

B Gareng adalah orang yang

sombong dan cerdik

C Semar menggambarkan seorang

yang serakah

D Petruk adalah seseorang pekerja

keras dan rajin

E Bagong adalah gambaran orang

yang baik hati

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

A: tidak sesuai | B: sesuai | C, D, E: tidak sesuai

19. Pilihan Ganda Kompleks

Legenda Danau Lipan

Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara

Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya,

namun selalu ditolak.

Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman.

Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah

meminang Ratu Aji Bidara Putih.

Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu

untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka

menyampaikan pinangan kepada Ratu Aji Bidara Putih.

Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir.

Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil

punggawa kepercayaannya.

"Paman, nanti malam selidikilah pangeran itu," perintah sang Ratu.

Malamnya, Si Punggawa melaksanakan perintah Sang Ratu. Ia menaiki kapal.

Dengan waspada, ia menghindari para penjaga. Sampai akhirnya, ia berhasil


menemukan bilik Sang Pangeran.

Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke

dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang

prajuritnya. Rupanya, Sang Pangeran hendak menaklukkan Muara Kaman dengan

pura-pura menikahi Sang Ratu. Mendengar berita mengejutkan itu, Si Punggawa

bergegas pergi untuk secepatnya memberi tahu junjungannya.

"Kau jangan mengada-ada, Paman," tegur Ratu setelah mendengar laporan Si

Punggawa.

"Saya tidak mengada-ada! Pembicaraan mereka sangat jelas," jawab si Punggawa.

"Pangeran itu berniat buruk."

Halaman 26 dari 57

Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu

segera menolak mentah-mentah lamaran tersebut. Sang Pangeran amat murka, ia

segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang Muara Kaman.

Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat

dengan istana. Sang Ratu mencoba untuk tetap tenang. Setelahnya, ia

mengucapkan doa sambil mengunyah sirih. Kemudian, kunyahan itu dilemparkan ke

arena pertempuran.

Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan- lipan itu menyerang
para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan

dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu

membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu

oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan.

Menurut kalian setelah membaca cerita tersebut manakah karakter Ratu Aji Bidara

Putih yang sesuai dengan teks?

Karakter Sesuai Tidak Sesuai

Sombong

Penuh perhitungan

Tidak mudah percaya

Selalu ingin menang sendiri


Semena-mena terhadap bawahan

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Halaman 27 dari 57

pilihan 1: tidak sesuai | pilihan 2 dan 3: sesuai | pilihan 4 dan 5: tidak sesuai

20. Pilihan Ganda

WEKWEK

karya Iwan Simatupang

ADEGAN I

SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah

pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam

milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir

adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja

milikku.

ADEGAN II

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek

bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.

ADEGAN III

GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG

Gareng : Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. Itu saya!

Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, itu saya!

Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, itu saya!

Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, itu saya!

ADEGAN IV

Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak

ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata

kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.


Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena

menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras

susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak

lurah...tak usah...payah.

ADEGAN V

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Halaman 28 dari 57

Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo

berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia

tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta

pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar

lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang

telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.

Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung

kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang

seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau

mengotori tanganku dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau.

Dari kelima tokoh drama tersebut siapakah tokoh yang menjadi tokoh penengah

dalam cerita?

A Petruk

B Bagong

C Semar

D Gareng

Kunci Jawaban/ Pembahasan

21. Uraian

Bacalah puisi berikut!

Lilin Kecil dalam Sinar Kegelapan

Seperti lilin kecil ini, kau mampu terangi gelapku


Sinarmu memang tak banyak, tapi itu sangat berarti

Halaman 29 dari 57

Tatkala malam datang membawa kegelapan,

Hadirmu bagai sang malaikat dengan cahaya-cahaya penuh kasih

Menepis lara, mendamaikan hati, dan menyejukkan cinta

Nalarku membahana lagi setiap kali mengartikanmu

Langkahmu laksana embusan angin datang dan pergi

Meruntuhkan daun cemara yang hidup damai di tangkainya

Perlahan sinarmu redup

Dan pergi meninggalkanku dalam gelap

Dengan mata, tapi tak kuasa melihatmu

Sepasang telingaku pun tak mampu mendengar bisikmu

Kini rinduku berujung pada bias-bias bayangmu

Dengan senyuman dan sedikit tawa menambah luka

Seribu sinar pun takkan mampu menggantikanmu

Sejuta kenanganmu kini menyiksa kesendirianku

Dalam gelap, kucoba melangkah sendiri

Lilin kecilku,

Kurindu akan sinar kedamaianmu

Yayan Hidayat, Banjarmasin, 03 02 2011

Menurutmu, suasana apa yang ingin diciptakan oleh Penyair? Berikan satu contoh

kata yang digunakan Penyair untuk menekankan suasana tersebut!

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

suasana sedih dan kehilangan. Hal ini dapat dilihat dari baris 9 s.d. 17

22. Uraian

WEKWEK

karya Iwan Simatupang

ADEGAN I
SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah

pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam

milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir

adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja

milikku.

Halaman 30 dari 57

ADEGAN II

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek

bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.

ADEGAN III

GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG

Gareng : Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. Itu saya!

Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, itu saya!

Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, itu saya!

Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, itu saya!

ADEGAN IV

Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak

ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata

kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.

Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena

menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras

susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak

lurah...tak usah...payah.

ADEGAN V

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo

berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia
tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta

pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar

lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang

telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.

Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung

kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang

seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau

mengotori tanganku dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau.

Halaman 31 dari 57

Berdasarkan isi penggalan drama, manakah yang paling tepat menggambarkan

sikap Bagong terhadap Petruk? Jelaskan jawabanmu dengan menuliskan kalimat

yang membuktikan sikap tersebut!

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Bagong kesal dengan Petruk. Dapat dilihat dari kalimat " Di sini, itu si Petruk

sialan, datang merangkak meminta pekerjaan."

23. Uraian

Ramin Tak Kunjung Pulang

Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi

di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan

itu adalah mulut buaya yang siap menelan lengannya.

Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya

tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas

saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang

menutupi jalan.

Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar

preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa

petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat

mencoba kabur, ditanyai macam-macam, didenda hingga ia tak sanggup bayar,


diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan

hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung

sial.

Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan

memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja

tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,

yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat

Halaman 32 dari 57

pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban

hari diminta istrinya.

Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak

gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.

Bunyi langkah mendekat, pelan, Ramin membeku, sekuat-kuatnya menahan napas.

Baginya lebih baik tak bernapas daripada tertangkap petugas-petugas berwajah

garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat

rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,

mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara

akar pohon.

(Karya: Lina PW, Kompas, 8 Desember 2019)

---

Berdasarkan teks tersebut, bagaimana karakter Ramin? Tuliskan satu bukti dari

wacana untuk mendukung jawabanmu!

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Ramin adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keluarga, tetapi cara

yang ia lakukan salah

24. Pilihan Ganda Kompleks

Ramin Tak Kunjung Pulang

Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi
di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira mulut

buaya yang siap menelan lengannya.

Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya

tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas

saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang

menutupi jalan.

Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar

preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa

petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat

mencoba kabur, ditanyai macam-macam, didenda hingga ia tak sanggup bayar,

diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan

hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung

sial.

Gara-gara Aco juga petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan

memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja

tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,

yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat

Halaman 33 dari 57

pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban

hari diminta istrinya.

Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah sumringah anak

gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.

Bunyi langkah mendekat, pelan, Ramin membeku, sekuat-kuatnya menahan napas.

Baginya lebih baik tak bernapas daripada tertangkap petugas-petugas berwajah

garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat

rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,

mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara

akar pohon.

(Karya: Lina PW, Kompas, 8 Desember 2019)


---

Pada paragraf terakhir, apa perasaan yang digambarkan oleh penulis tentang tokoh

Ramin?

Jawaban bisa lebih dari satu.

Ketakutan

Ragu-ragu

Khawatir

Marah

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

pilihan 1 dan 3

25. Uraian

Legenda Danau Lipan

Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara

Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya,

namun selalu ditolak.

Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman.

Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah

meminang Ratu Aji Bidara Putih.

Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu

untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka

menyampaikan pinangan kepada Ratu Aji Bidara Putih.

Halaman 34 dari 57

Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir.

Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil

punggawa kepercayaannya.

"Paman, nanti malam selidikilah pangeran itu," perintah sang Ratu.

Malamnya, Si Punggawa melaksanakan perintah Sang Ratu. Ia menaiki kapal.

Dengan waspada, ia menghindari para penjaga. Sampai akhirnya, ia berhasil


menemukan bilik Sang Pangeran.

Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke

dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang

prajuritnya. Rupanya, Sang Pangeran hendak menaklukkan Muara Kaman dengan

pura-pura menikahi Sang Ratu. Mendengar berita mengejutkan itu, Si Punggawa

bergegas pergi untuk secepatnya memberi tahu junjungannya.

"Kau jangan mengada-ada, Paman," tegur Ratu setelah mendengar laporan Si

Punggawa.

"Saya tidak mengada-ada! Pembicaraan mereka sangat jelas," jawab si Punggawa.

"Pangeran itu berniat buruk."

Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu

segera menolak mentah-mentah lamaran tersebut. Sang Pangeran amat murka, ia

segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang Muara Kaman.

Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat

dengan istana. Sang Ratu mencoba untuk tetap tenang. Setelahnya, ia

mengucapkan doa sambil mengunyah sirih. Kemudian, kunyahan itu dilemparkan ke

arena pertempuran.

Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan- lipan itu menyerang
para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan

dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu

membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu

oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan.

Mengapa Ratu Aji Bidara Putih menolak pinangan sang Pangeran?

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

karena Sang Pangeran hendak menaklukkan Muara Kaman dengan pura-pura

menikahi Sang Ratu.

Halaman 35 dari 57

26. Uraian

Ramin Tak Kunjung Pulang


Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi

di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan

itu adalah mulut buaya yang siap menelan lengannya.

Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya

tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas

saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang

menutupi jalan.

Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar

preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa

petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat

mencoba kabur, ditanyai macam-macam, didenda hingga ia tak sanggup bayar,

diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan

hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung

sial.

Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan

memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja

tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,

yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat

pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban

hari diminta istrinya.

Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak

gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.

Bunyi langkah mendekat, pelan, Ramin membeku, sekuat-kuatnya menahan napas.

Baginya lebih baik tak bernapas daripada tertangkap petugas-petugas berwajah

garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat

rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,

mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara

akar pohon.

(Karya: Lina PW, Kompas, 8 Desember 2019)

---

Apa yang menyebabkan Ramin dan Dadan juga diburu petugas?


Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Karena Aco tertangkap petugas

Halaman 36 dari 57

27. Pilihan Ganda Kompleks

Bacalah puisi berikut!

Lilin Kecil dalam Sinar Kegelapan

Seperti lilin kecil ini, kau mampu terangi gelapku

Sinarmu memang tak banyak, tapi itu sangat berarti

Tatkala malam datang membawa kegelapan,

Hadirmu bagai sang malaikat dengan cahaya-cahaya penuh kasih

Menepis lara, mendamaikan hati, dan menyejukkan cinta

Nalarku membahana lagi setiap kali mengartikanmu

Langkahmu laksana embusan angin datang dan pergi

Meruntuhkan daun cemara yang hidup damai di tangkainya

Perlahan sinarmu redup

Dan pergi meninggalkanku dalam gelap

Dengan mata, tapi tak kuasa melihatmu

Sepasang telingaku pun tak mampu mendengar bisikmu

Kini rinduku berujung pada bias-bias bayangmu

Dengan senyuman dan sedikit tawa menambah luka

Seribu sinar pun takkan mampu menggantikanmu

Sejuta kenanganmu kini menyiksa kesendirianku

Dalam gelap, kucoba melangkah sendiri

Lilin kecilku,

Kurindu akan sinar kedamaianmu

Yayan Hidayat, Banjarmasin, 03 02 2011

Kalimat atau baris-baris di dalam puisi dapat meninggalkan pengalaman indrawi bagi

pembacanya. Pengalaman indrawi ini disebut dengan imaji. Tentukan imaji yang
ditimbulkan melalui baris-baris puisi berikut ini!

Kalimat Penglihatan Perasaan Pendengaran

Menepis lara, mendamaikan hati dan

menyejukkan cinta

Sepasang telingaku pun tak mampu

mendengar bisikmu

Dengan mata, tapi tak kuasa

melihatmu

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Halaman 37 dari 57

pilihan 1: perasaan | pilihan 2: pendengaran | pilihan 3: penglihatan

28. Uraian

Ramin Tak Kunjung Pulang

Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi

di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan

itu adalah mulut buaya yang siap menelan lengannya.

Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya

tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas

saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang

menutupi jalan.

Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar

preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa

petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat

mencoba kabur, ditanyai macam-macam, didenda hingga ia tak sanggup bayar,

diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan

hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung

sial.

Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan
memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja

tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,

yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat

pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban

hari diminta istrinya.

Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak

gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.

Bunyi langkah mendekat, pelan, Ramin membeku, sekuat-kuatnya menahan napas.

Baginya lebih baik tak bernapas daripada tertangkap petugas-petugas berwajah

garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat

rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,

mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara

akar pohon.

(Karya: Lina PW, Kompas, 8 Desember 2019)

---

Tuliskan satu bukti dari cerita yang menunjukkan bahwa latar cerita ini terjadi di luar

negeri!

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Halaman 38 dari 57

ada kata dideportasi, kata ini bermakna pengusiran orang ke luar negeri atau

identik dengan pemulangan paksa orang yang tinggal di luar negeri ke

negaranya

29. Uraian

WEKWEK

karya Iwan Simatupang

ADEGAN I

SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah
pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam

milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir

adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja

milikku.

ADEGAN II

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek

bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.

ADEGAN III

GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG

Gareng : Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. Itu saya!

Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, itu saya!

Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, itu saya!

Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, itu saya!

ADEGAN IV

Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak

ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata

kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.

Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena

menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras

susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak

lurah...tak usah...payah.

ADEGAN V

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Halaman 39 dari 57

Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo

berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia

tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta

pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar
lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang

telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.

Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung

kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang

seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau

mengotori tanganku dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau.

Bagaimana karakter Bagong digambarkan dalam drama ini? Tunjukkan bagian dari

teks yang menunjukkan karakter tersebut!

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Bagong adalah orang yang kaya, terbukti dari kalimat "Aku orang berada, apa- apa ada. Sawah
berhektar-hektar, pohon berakar-akar, rumah berkamar-kamar,

itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek bertelor-telor, perut buncit ada,

mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada."

30. Uraian

Hujan Beras

Subuh-subuh, Mak Onah sudah mempersiapkan perbekalan. Ia membawa nasi

bungkus daun jati, berlauk kering tempe, sambal, dan lalap daun singkong. Sebotol

plastik air putih matang. Kata Yu Jiah, kecamatan puluhan kilo dari dusun mereka.

Pulang pergi naik truk membutuhkan waktu sekitar lima jam. Belum lagi antre di

kantor pos. Jadi mereka harus membawa bekal, daripada jajan yang akan

mengeluarkan uang tambahan.

“Mak, apa tidak lebih baik kalau Neneng yang berangkat?” Neneng memberi usul.

Selain kasihan pada Mak, ia juga sebenarnya ingin pergi ke kecamatan. Terakhir ke

kecamatan saat kelas empat SD, lima tahun silam. Kala itu diajak guru melihat

karnaval Agustusan. Pasti kecamatan sekarang lebih ramai. Banyak bangunan

megah. Jalanan bagus. Punya alun-alun luas yang menggelar tontonan, ombak

banyu atau komidi putar.

“Tak perlu. Hari ini Juragan Madun panen singkong. Kamu bisa ikutan buruh.” Mak

Onah memutuskan.

“Tapi, Mak ....” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.
Halaman 40 dari 57

“Kalau tak harus pergi ke kecamatan, Mak juga bisa ikutan buruh panen singkong.

Kita dapat dua bagian, lumayan. Singkong bisa kita simpan, kita makan kalau tak

punya beras.”

“Iya, Mak.” Neneng menurut, tak ingin membantah nenek, yang sudah dianggapnya

ibu. Bahkan ia memanggilnya dengan Mak.

“Sudah, Mak sebentar lagi pergi. Ingat-ingat pesan Mak. Kau urus adik-adikmu. Kau

siapkan buku-buku dan bantu pe-ernya. Adik-adikmu pintar, semoga bisa terus

sekolah. Semoga hidupnya lebih baik daripada Mak.”

“Iya, Mak, Neneng ngerti.”

Pada cermin tua di kamar reotnya, Mak Onah dandan, mengenakan jarit dan

kebayanya yang paling bagus. Mak Onah tampak semringah. Kemarin ia sudah

mengambil jatah beras raskin sepuluh kilo yang bisa untuk jatah makan selama

sebulan. Kali ini ia akan mendapat sejumlah uang lumayan banyak. Rencana

sebagian untuk membayar utang, sisanya disimpan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Untuk beli buku cucu. Untuk jajan sangu cucu.

Selama naik mobil bak terbuka, Mak Onah tersenyum bungah seraya melantunkan

doa.

***

Pada sebuah berita televisi lokal tertayang berita tentang kecelakaan kendaraan

yang membawa penduduk miskin hendak mengambil uang di kantor pos kecamatan.

Colt ditabrak truk fuso pembawa beras. Semua penumpang, termasuk beberapa

jompo yang terjepit di antara puluhan orang, tewas tertimbun hujan beras! ***

Kalimat manakah yang menunjukkan bahwa Neneng sedikit memaksa untuk

menggantikan Mak Onah pergi ke kecamatan?

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

“Tapi, Mak ....” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.

31. Pilihan Ganda Kompleks


WEKWEK

karya Iwan Simatupang

ADEGAN I

SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah

Halaman 41 dari 57

pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam

milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir

adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja

milikku.

ADEGAN II

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek

bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.

ADEGAN III

GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG

Gareng : Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. Itu saya!

Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, itu saya!

Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, itu saya!

Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, itu saya!

ADEGAN IV

Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak

ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata

kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.

Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena

menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras

susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak

lurah...tak usah...payah.

ADEGAN V
BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo

berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia

tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta

pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar

lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang

telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.

Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung

kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang

seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau

mengotori tanganku dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau.

Halaman 42 dari 57

Apa yang dituduhkan Bagong kepada Petruk hingga Bagong akan melaporkannya

ke Semar?

Kamu dapat memilih jawaban lebih dari satu.

Petruk telah mencuri hasil panen padi Bagong

Petruk menghilangkan dua ekor bebek Bagong

Bagong menuduh Petruk mencuri dan tak tahu diri

Petruk tidak terampil dalam mengolah tanah Bagong

Petruk menyia-nyiakan pekerjaan yang telah ia dapatkan

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Pilihan 2 dan 3

32. Pilihan Ganda

Legenda Danau Lipan

Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara

Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya,

namun selalu ditolak.

Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman.
Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah

meminang Ratu Aji Bidara Putih.

Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu

untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka

menyampaikan pinangan kepada Ratu Aji Bidara Putih.

Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir.

Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil

punggawa kepercayaannya.

"Paman, nanti malam selidikilah pangeran itu," perintah sang Ratu.

Malamnya, Si Punggawa melaksanakan perintah Sang Ratu. Ia menaiki kapal.

Dengan waspada, ia menghindari para penjaga. Sampai akhirnya, ia berhasil

menemukan bilik Sang Pangeran.

Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke

dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang

prajuritnya. Rupanya, Sang Pangeran hendak menaklukkan Muara Kaman dengan

Halaman 43 dari 57

pura-pura menikahi Sang Ratu. Mendengar berita mengejutkan itu, Si Punggawa

bergegas pergi untuk secepatnya memberi tahu junjungannya.

"Kau jangan mengada-ada, Paman," tegur Ratu setelah mendengar laporan Si

Punggawa.

"Saya tidak mengada-ada! Pembicaraan mereka sangat jelas," jawab si Punggawa.

"Pangeran itu berniat buruk."

Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu

segera menolak mentah-mentah lamaran tersebut. Sang Pangeran amat murka, ia

segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang Muara Kaman.

Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat

dengan istana. Sang Ratu mencoba untuk tetap tenang. Setelahnya, ia

mengucapkan doa sambil mengunyah sirih. Kemudian, kunyahan itu dilemparkan ke

arena pertempuran.
Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan- lipan itu menyerang
para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan

dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu

membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu

oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan.

Mengapa Ratu mengutus punggawanya untuk menyelidiki Sang Pangeran?

A Ratu ingin tahu seberapa kaya Sang Pangeran

B Ratu ingin mengirim pesan kepada Sang Pangeran

C Ratu ingin mengetahui kebiasaan Sang Pengeran

D Ratu ingin tahu niat Pangeran meminangnya

E Ratu ingin tahu jumlah pasukan Pangeran.

Kunci Jawaban/ Pembahasan: D

33. Pilihan Ganda

Bacalah puisi berikut!

Lilin Kecil dalam Sinar Kegelapan

Seperti lilin kecil ini, kau mampu terangi gelapku

Sinarmu memang tak banyak, tapi itu sangat berarti

Tatkala malam datang membawa kegelapan,

Hadirmu bagai sang malaikat dengan cahaya-cahaya penuh kasih

Menepis lara, mendamaikan hati, dan menyejukkan cinta

Nalarku membahana lagi setiap kali mengartikanmu

Langkahmu laksana embusan angin datang dan pergi

Halaman 44 dari 57

Meruntuhkan daun cemara yang hidup damai di tangkainya

Perlahan sinarmu redup

Dan pergi meninggalkanku dalam gelap

Dengan mata, tapi tak kuasa melihatmu

Sepasang telingaku pun tak mampu mendengar bisikmu

Kini rinduku berujung pada bias-bias bayangmu

Dengan senyuman dan sedikit tawa menambah luka


Seribu sinar pun takkan mampu menggantikanmu

Sejuta kenanganmu kini menyiksa kesendirianku

Dalam gelap, kucoba melangkah sendiri

Lilin kecilku,

Kurindu akan sinar kedamaianmu

Yayan Hidayat, Banjarmasin, 03 02 2011

Mengapa penulis menganggap bahwa lilin kecil itu sangat berarti?

A Sinar lilin itu tidak banyak

B Lilin itu membawa harapan

C Kehadiran lilin itu dapat meruntuhkan cemara

D Langkah lilin itu laksana embusan angin

E Lilin itu dapat menerangi dalam kegelapan

Kunci Jawaban/ Pembahasan: E

34. Pilihan Ganda

WEKWEK

karya Iwan Simatupang

ADEGAN I

SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah

pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam

milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir

adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja

milikku.

Halaman 45 dari 57

ADEGAN II

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek

bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.

ADEGAN III
GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG

Gareng : Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. Itu saya!

Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, itu saya!

Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, itu saya!

Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, itu saya!

ADEGAN IV

Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak

ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata

kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.

Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena

menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras

susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak

lurah...tak usah...payah.

ADEGAN V

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo

berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia

tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta

pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar

lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang

telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.

Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung

kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang

seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau

mengotori tanganku dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau.

Mengapa Semar ingin berhenti dari pekerjaannya?

A Matanya sudah mulai kabur

Halaman 46 dari 57

B Ia sudah menemukan pekerjaan pengganti


C Ia merasa lelah dengan pekerjaannya

D Ia tidak mendapatkan rezeki yang melimpah

E Terlalu banyak permasalahan yang harus dihadapi

Kunci Jawaban/ Pembahasan

35. Pilihan Ganda

Hujan Beras

Subuh-subuh, Mak Onah sudah mempersiapkan perbekalan. Ia membawa nasi

bungkus daun jati, berlauk kering tempe, sambal, dan lalap daun singkong. Sebotol

plastik air putih matang. Kata Yu Jiah, kecamatan puluhan kilo dari dusun mereka.

Pulang pergi naik truk membutuhkan waktu sekitar lima jam. Belum lagi antre di

kantor pos. Jadi mereka harus membawa bekal, daripada jajan yang akan

mengeluarkan uang tambahan.

“Mak, apa tidak lebih baik kalau Neneng yang berangkat?” Neneng memberi usul.

Selain kasihan pada Mak, ia juga sebenarnya ingin pergi ke kecamatan. Terakhir ke

kecamatan saat kelas empat SD, lima tahun silam. Kala itu diajak guru melihat

karnaval Agustusan. Pasti kecamatan sekarang lebih ramai. Banyak bangunan

megah. Jalanan bagus. Punya alun-alun luas yang menggelar tontonan, ombak

banyu atau komidi putar.

“Tak perlu. Hari ini Juragan Madun panen singkong. Kamu bisa ikutan buruh.” Mak

Onah memutuskan.

“Tapi, Mak ....” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.

“Kalau tak harus pergi ke kecamatan, Mak juga bisa ikutan buruh panen singkong.

Kita dapat dua bagian, lumayan. Singkong bisa kita simpan, kita makan kalau tak

punya beras.”

“Iya, Mak.” Neneng menurut, tak ingin membantah nenek, yang sudah dianggapnya

ibu. Bahkan ia memanggilnya dengan Mak.

“Sudah, Mak sebentar lagi pergi. Ingat-ingat pesan Mak. Kau urus adik-adikmu. Kau

siapkan buku-buku dan bantu pe-ernya. Adik-adikmu pintar, semoga bisa terus

sekolah. Semoga hidupnya lebih baik daripada Mak.”

“Iya, Mak, Neneng ngerti.”


Pada cermin tua di kamar reotnya, Mak Onah dandan, mengenakan jarit dan

kebayanya yang paling bagus. Mak Onah tampak semringah. Kemarin ia sudah

mengambil jatah beras raskin sepuluh kilo yang bisa untuk jatah makan selama

sebulan. Kali ini ia akan mendapat sejumlah uang lumayan banyak. Rencana

Halaman 47 dari 57

sebagian untuk membayar utang, sisanya disimpan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Untuk beli buku cucu. Untuk jajan sangu cucu.

Selama naik mobil bak terbuka, Mak Onah tersenyum bungah seraya melantunkan

doa.

***

Pada sebuah berita televisi lokal tertayang berita tentang kecelakaan kendaraan

yang membawa penduduk miskin hendak mengambil uang di kantor pos kecamatan.

Colt ditabrak truk fuso pembawa beras. Semua penumpang, termasuk beberapa

jompo yang terjepit di antara puluhan orang, tewas tertimbun hujan beras! ***

Mengapa mereka harus membawa bekal?

A Kantor kecamatan jauh dari rumah mereka.

B Mereka tidak perlu keluar uang untuk jajan.

C Mereka akan pergi menggunakan truk.

D Mereka harus antre lama di kantor pos.

E Mereka akan pergi selama lima jam.

Kunci Jawaban/ Pembahasan : B

36. Pilihan Ganda

Ramin Tak Kunjung Pulang

Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi

di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan

itu adalah mulut buaya yang siap menelan lengannya.

Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya

tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas

saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang
menutupi jalan.

Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar

preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa

petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat

mencoba kabur, ditanyai macam-macam, didenda hingga ia tak sanggup bayar,

diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan

Halaman 48 dari 57

hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung

sial.

Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan

memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja

tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,

yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat

pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban

hari diminta istrinya.

Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak

gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.

Bunyi langkah mendekat, pelan, Ramin membeku, sekuat-kuatnya menahan napas.

Baginya lebih baik tak bernapas daripada tertangkap petugas-petugas berwajah

garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat

rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,

mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara

akar pohon.

(Karya: Lina PW, Kompas, 8 Desember 2019)

---

Mengapa Ramin dikejar-kejar oleh petugas?

A Ramin adalah teman Aco

B Ramin tak membayar denda

C Ramin menjadi tenaga kerja ilegal


D Ramin mencuri di perkebunan cengkeh

E Teman-teman Ramin membuat kesalahan besar

Kunci Jawaban/ Pembahasan

37 Pilihan Ganda Kompleks

WEKWEK

karya Iwan Simatupang

ADEGAN I

SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah

Halaman 49 dari 57

pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam

milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir

adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja

milikku.

ADEGAN II

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek

bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.

ADEGAN III

GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG

Gareng : Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. Itu saya!

Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, itu saya!

Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, itu saya!

Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, itu saya!

ADEGAN IV

Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak

ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata

kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.


Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena

menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras

susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak

lurah...tak usah...payah.

ADEGAN V

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo

berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia

tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta

pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar

lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang

telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.

Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung

kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang

seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau

mengotori tanganku dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau.

Halaman 50 dari 57

Apa yang dituduhkan Bagong kepada Petruk hingga Bagong akan melaporkannya

ke Semar?

Kamu dapat memilih jawaban lebih dari satu.

Petruk telah mencuri hasil panen padi Bagong

Petruk menghilangkan dua ekor bebek Bagong

Bagong menuduh Petruk mencuri dan tak tahu diri

Petruk tidak terampil dalam mengolah tanah Bagong

Petruk menyia-nyiakan pekerjaan yang telah ia dapatkan

Hapus Jawaban

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Pilihan 2 dan 3

38 Pilihan Ganda
Legenda Danau Lipan

Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara

Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya,

namun selalu ditolak.

Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman.

Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah

meminang Ratu Aji Bidara Putih.

Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu

untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka

menyampaikan pinangan kepada Ratu Aji Bidara Putih.

Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir.

Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil

punggawa kepercayaannya.

"Paman, nanti malam selidikilah pangeran itu," perintah sang Ratu.

Halaman 51 dari 57

Malamnya, Si Punggawa melaksanakan perintah Sang Ratu. Ia menaiki kapal.

Dengan waspada, ia menghindari para penjaga. Sampai akhirnya, ia berhasil

menemukan bilik Sang Pangeran.

Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke

dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang

prajuritnya. Rupanya, Sang Pangeran hendak menaklukkan Muara Kaman dengan

pura-pura menikahi Sang Ratu. Mendengar berita mengejutkan itu, Si Punggawa

bergegas pergi untuk secepatnya memberi tahu junjungannya.

"Kau jangan mengada-ada, Paman," tegur Ratu setelah mendengar laporan Si

Punggawa.

"Saya tidak mengada-ada! Pembicaraan mereka sangat jelas," jawab si Punggawa.

"Pangeran itu berniat buruk."

Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu

segera menolak mentah-mentah lamaran tersebut. Sang Pangeran amat murka, ia


segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang Muara Kaman.

Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat

dengan istana. Sang Ratu mencoba untuk tetap tenang. Setelahnya, ia

mengucapkan doa sambil mengunyah sirih. Kemudian, kunyahan itu dilemparkan ke

arena pertempuran.

Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan- lipan itu menyerang
para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan

dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu

membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu

oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan.

Mengapa Ratu mengutus punggawanya untuk menyelidiki Sang Pangeran?

A Ratu ingin tahu seberapa kaya Sang Pangeran

B Ratu ingin mengirim pesan kepada Sang Pangeran

C Ratu ingin mengetahui kebiasaan Sang Pengeran

D Ratu ingin tahu niat Pangeran meminangnya

E Ratu ingin tahu jumlah pasukan Pangeran.

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Halaman 52 dari 57

39 Pilihan Ganda

Bacalah puisi berikut!

Lilin Kecil dalam Sinar Kegelapan

Seperti lilin kecil ini, kau mampu terangi gelapku

Sinarmu memang tak banyak, tapi itu sangat berarti

Tatkala malam datang membawa kegelapan,

Hadirmu bagai sang malaikat dengan cahaya-cahaya penuh kasih

Menepis lara, mendamaikan hati, dan menyejukkan cinta

Nalarku membahana lagi setiap kali mengartikanmu

Langkahmu laksana embusan angin datang dan pergi

Meruntuhkan daun cemara yang hidup damai di tangkainya


Perlahan sinarmu redup

Dan pergi meninggalkanku dalam gelap

Dengan mata, tapi tak kuasa melihatmu

Sepasang telingaku pun tak mampu mendengar bisikmu

Kini rinduku berujung pada bias-bias bayangmu

Dengan senyuman dan sedikit tawa menambah luka

Seribu sinar pun takkan mampu menggantikanmu

Sejuta kenanganmu kini menyiksa kesendirianku

Dalam gelap, kucoba melangkah sendiri

Lilin kecilku,

Kurindu akan sinar kedamaianmu

Yayan Hidayat, Banjarmasin, 03 02 2011

Mengapa penulis menganggap bahwa lilin kecil itu sangat berarti?

A Sinar lilin itu tidak banyak

B Lilin itu membawa harapan

C Kehadiran lilin itu dapat meruntuhkan cemara

D Langkah lilin itu laksana embusan angin

E Lilin itu dapat menerangi dalam kegelapan

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Halaman 53 dari 57

40 Pilihan Ganda

WEKWEK

karya Iwan Simatupang

ADEGAN I

SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG

Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah

pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam

milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir
adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja

milikku.

ADEGAN II

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek

bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.

ADEGAN III

GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG

Gareng : Badannya langsing, matanya juling, otaknya bening. Itu saya!

Tipu menipu, adu mengadu, ijazah palsu, itu saya!

Gugat menggugat, sikat menyikat, lidah bersilat, itu saya!

Profesiku pokrol bambu, siapa yang tidak tahu, itu saya!

ADEGAN IV

Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak

ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata

kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di atas kasur.

Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena

menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras

susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak

lurah...tak usah...payah.

ADEGAN V

BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG

Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo

Halaman 54 dari 57

berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia

tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta

pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar

lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang

telor. Sekali aku datang mengontrol, bebeknya hilang dua ekor.


Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung

kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang

seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau

mengotori tanganku dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau.

Mengapa Semar ingin berhenti dari pekerjaannya?

A Matanya sudah mulai kabur

B Ia sudah menemukan pekerjaan pengganti

C Ia merasa lelah dengan pekerjaannya

D Ia tidak mendapatkan rezeki yang melimpah

E Terlalu banyak permasalahan yang harus dihadapi

Kunci Jawaban/ Pembahasan: C

41 Pilihan Ganda

Hujan Beras

Subuh-subuh, Mak Onah sudah mempersiapkan perbekalan. Ia membawa nasi

bungkus daun jati, berlauk kering tempe, sambal, dan lalap daun singkong. Sebotol

plastik air putih matang. Kata Yu Jiah, kecamatan puluhan kilo dari dusun mereka.

Pulang pergi naik truk membutuhkan waktu sekitar lima jam. Belum lagi antre di

kantor pos. Jadi mereka harus membawa bekal, daripada jajan yang akan

mengeluarkan uang tambahan.

“Mak, apa tidak lebih baik kalau Neneng yang berangkat?” Neneng memberi usul.

Selain kasihan pada Mak, ia juga sebenarnya ingin pergi ke kecamatan. Terakhir ke

kecamatan saat kelas empat SD, lima tahun silam. Kala itu diajak guru melihat

karnaval Agustusan. Pasti kecamatan sekarang lebih ramai. Banyak bangunan

megah. Jalanan bagus. Punya alun-alun luas yang menggelar tontonan, ombak

banyu atau komidi putar.

“Tak perlu. Hari ini Juragan Madun panen singkong. Kamu bisa ikutan buruh.” Mak

Onah memutuskan.

Halaman 55 dari 57

“Tapi, Mak ....” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.
“Kalau tak harus pergi ke kecamatan, Mak juga bisa ikutan buruh panen singkong.

Kita dapat dua bagian, lumayan. Singkong bisa kita simpan, kita makan kalau tak

punya beras.”

“Iya, Mak.” Neneng menurut, tak ingin membantah nenek, yang sudah dianggapnya

ibu. Bahkan ia memanggilnya dengan Mak.

“Sudah, Mak sebentar lagi pergi. Ingat-ingat pesan Mak. Kau urus adik-adikmu. Kau

siapkan buku-buku dan bantu pe-ernya. Adik-adikmu pintar, semoga bisa terus

sekolah. Semoga hidupnya lebih baik daripada Mak.”

“Iya, Mak, Neneng ngerti.”

Pada cermin tua di kamar reotnya, Mak Onah dandan, mengenakan jarit dan

kebayanya yang paling bagus. Mak Onah tampak semringah. Kemarin ia sudah

mengambil jatah beras raskin sepuluh kilo yang bisa untuk jatah makan selama

sebulan. Kali ini ia akan mendapat sejumlah uang lumayan banyak. Rencana

sebagian untuk membayar utang, sisanya disimpan untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Untuk beli buku cucu. Untuk jajan sangu cucu.

Selama naik mobil bak terbuka, Mak Onah tersenyum bungah seraya melantunkan

doa.

***

Pada sebuah berita televisi lokal tertayang berita tentang kecelakaan kendaraan

yang membawa penduduk miskin hendak mengambil uang di kantor pos kecamatan.

Colt ditabrak truk fuso pembawa beras. Semua penumpang, termasuk beberapa

jompo yang terjepit di antara puluhan orang, tewas tertimbun hujan beras! ***

Mengapa mereka harus membawa bekal?

A Kantor kecamatan jauh dari rumah mereka.

B Mereka tidak perlu keluar uang untuk jajan.

C Mereka akan pergi menggunakan truk.

D Mereka harus antre lama di kantor pos.

E Mereka akan pergi selama lima jam.

Kunci Jawaban/ Pembahasan


Halaman 56 dari 57

42. Pilihan Ganda

Ramin Tak Kunjung Pulang

Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi

di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan

itu adalah mulut buaya yang siap menelan lengannya.

Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya

tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas

saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang

menutupi jalan.

Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar

preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa

petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat

mencoba kabur, ditanyai macam-macam, didenda hingga ia tak sanggup bayar,

diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan

hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung

sial.

Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan

memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja

tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,

yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat

pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban

hari diminta istrinya.

Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak

gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.

Bunyi langkah mendekat, pelan, Ramin membeku, sekuat-kuatnya menahan napas.

Baginya lebih baik tak bernapas daripada tertangkap petugas-petugas berwajah

garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat

rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,

mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara
akar pohon.

(Karya: Lina PW, Kompas, 8 Desember 2019)

---

Mengapa Ramin dikejar-kejar oleh petugas?

A Ramin adalah teman Aco

B Ramin tak membayar denda

C Ramin menjadi tenaga kerja ilegal

Halaman 57 dari 57

D Ramin mencuri di perkebunan cengkeh

E Teman-teman Ramin membuat kesalahan besar

Kunci Jawaban/ Pembahasan

Halaman 57 dari 57

Anda mungkin juga menyukai