1. Pilihan Ganda
Di Negeri Amplop
Di negeri amplop
Di negeri amplop
amplop-amplop mengamplopi
(Sumber: https://tinewss.com/puisi-gus-mus-di-negeri-amplop)
---
B Bahagia
C Sedih
D Syahdu
E Optimis
2. Pilihan Ganda
Berikut ini adalah potongan dari puisi yang ditulis oleh W.S. Rendra yang berjudul
...
(2)
Matahari terbit.
Fajar tiba.
tanpa pendidikan.
(3)
Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
(4)
tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
(5)
Menghisap udara
(6)
Dan di langit;
mesti di-up-grade
(7)
Gunung-gunung menjulang.
(8)
Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku
(9)
keluar ke desa-desa,
(11)
Inilah sajakku
---
A (7)
B (8)
C (9)
D (10)
E (11)
3. Pilihan Ganda
Berikut ini adalah potongan puisi dari W.S. Rendra yang berjudul "Sajak Sebatang
Lisong"
Matahari terbit.
Fajar tiba.
tanpa pendidikan.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
Menghisap udara
Dan di langit;
mesti di-up-grade
Gunung-gunung menjulang.
tetapi pertanyaanku
keluar ke desa-desa,
Inilah sajakku
---
keluar ke desa-desa,
4 Uraian
W.S. Rendra
dan di langit
Matahari terbit.
Fajar tiba.
tanpa pendidikan.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
tanpa pilihan,
tanpa pepohonan,
Menghisap udara
Dan di langit;
mesti di-up-grade
Gunung-gunung menjulang.
Aku bertanya,
tetapi pertanyaanku
keluar ke desa-desa,
Inilah sajakku
---
waktu puisi diciptakan. Pada puisi tersebut, ceritakan kondisi masyarakat yang
digambarkan penyair!
Hapus Jawaban
5. Pilihan Ganda
Di Negeri Amplop
Di negeri amplop
Di negeri amplop
amplop-amplop mengamplopi
(Sumber: https://tinewss.com/puisi-gus-mus-di-negeri-amplop)
---
mempermudah proses.
derita rakyat.
pengemis.
6. Uraian
Di Negeri Amplop
Di negeri amplop
Di negeri amplop
amplop-amplop mengamplopi
(Sumber: https://tinewss.com/puisi-gus-mus-di-negeri-amplop)
---
Hapus Jawaban
7. Uraian
Di Negeri Amplop
A. Mustofa Bisri (Gus Mus)
Di negeri amplop
Di negeri amplop
amplop-amplop mengamplopi
(Sumber: https://tinewss.com/puisi-gus-mus-di-negeri-amplop)
---
Pesan apa yang ingin disampaikan oleh penyair melalui puisi tersebut?
8, Pilihan Ganda
Di Negeri Amplop
Di negeri amplop
Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu
Di negeri amplop
amplop-amplop mengamplopi
(Sumber: https://tinewss.com/puisi-gus-mus-di-negeri-amplop/)
---
Dalam puisi tersebut, terdapat banyak kata "amplop" yang digunakan secara
berulang. Makna dari kata "amplop" yang dimaksudkan oleh penulis adalah ...
A amplop pesan
B sumbangan
C hadiah
D surat
Di Negeri Amplop
Di negeri amplop
Di negeri amplop
amplop-amplop mengamplopi
(Sumber: https://tinewss.com/puisi-gus-mus-di-negeri-amplop)
---
A Marah
B Bahagia
C Sedih
D Syahdu
E Optimis
10. Uraian
Lilin kecilku,
---
Setelah membaca puisi ini, Emir merasa bahwa puisi ini cocok dengan suasana
11. Uraian
Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara
Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya,
Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman.
Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah
Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu
untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka
Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir.
Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil
punggawa kepercayaannya.
Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke
dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang
Punggawa.
Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat
arena pertempuran.
Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan- lipan itu menyerang
para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan
dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu
membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu
Bagaimana pendapatmu tentang Ratu Aji Bidara Putri yang menyuruh punggawanya
Hapus Jawaban
Perintah sang ratu tidaklah sopan karena memasuki tempat orang lain tanpa
izin. Perintah sang ratu sangat tepat karena itu bentuk kehati-hatian untuk
menyelamatkan kerajaan
12. Uraian
Hujan Beras
bungkus daun jati, berlauk kering tempe, sambal, dan lalap daun singkong. Sebotol
plastik air putih matang. Kata Yu Jiah, kecamatan puluhan kilo dari dusun mereka.
Pulang pergi naik truk membutuhkan waktu sekitar lima jam. Belum lagi antre di
kantor pos. Jadi mereka harus membawa bekal, daripada jajan yang akan
“Mak, apa tidak lebih baik kalau Neneng yang berangkat?” Neneng memberi usul.
Selain kasihan pada Mak, ia juga sebenarnya ingin pergi ke kecamatan. Terakhir ke
kecamatan saat kelas empat SD, lima tahun silam. Kala itu diajak guru melihat
karnaval Agustusan. Pasti kecamatan sekarang lebih ramai. Banyak bangunan
megah. Jalanan bagus. Punya alun-alun luas yang menggelar tontonan, ombak
Halaman 16 dari 57
“Tak perlu. Hari ini Juragan Madun panen singkong. Kamu bisa ikutan buruh.” Mak
Onah memutuskan.
“Tapi, Mak ....” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.
“Kalau tak harus pergi ke kecamatan, Mak juga bisa ikutan buruh panen singkong.
Kita dapat dua bagian, lumayan. Singkong bisa kita simpan, kita makan kalau tak
punya beras.”
“Iya, Mak.” Neneng menurut, tak ingin membantah nenek, yang sudah dianggapnya
“Sudah, Mak sebentar lagi pergi. Ingat-ingat pesan Mak. Kau urus adik-adikmu. Kau
siapkan buku-buku dan bantu pe-ernya. Adik-adikmu pintar, semoga bisa terus
Pada cermin tua di kamar reotnya, Mak Onah dandan, mengenakan jarit dan
kebayanya yang paling bagus. Mak Onah tampak semringah. Kemarin ia sudah
mengambil jatah beras raskin sepuluh kilo yang bisa untuk jatah makan selama
sebulan. Kali ini ia akan mendapat sejumlah uang lumayan banyak. Rencana
Selama naik mobil bak terbuka, Mak Onah tersenyum bungah seraya melantunkan
doa.
***
Pada sebuah berita televisi lokal tertayang berita tentang kecelakaan kendaraan
yang membawa penduduk miskin hendak mengambil uang di kantor pos kecamatan.
Colt ditabrak truk fuso pembawa beras. Semua penumpang, termasuk beberapa
jompo yang terjepit di antara puluhan orang, tewas tertimbun hujan beras! ***
Setelah membaca cerita tersebut, seorang pembaca berkomentar bahwa Mak Onah
jawabanmu!
Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi
di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan
Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya
tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas
saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang
menutupi jalan.
Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar
preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa
petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat
diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan
hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung
sial.
Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan
memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja
tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,
yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat
pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban
Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak
garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat
rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,
mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara
akar pohon.
---
Dari konteks cerita tersebut, kejadian apa yang paling minimal harus ditambahkan
B Penyelesaian konflik
C Peningkatan masalah
D Munculnya konflik
E Puncak konflik
14. Uraian
WEKWEK
ADEGAN I
Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah
pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam
milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir
adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja
milikku.
ADEGAN II
Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek
bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
ADEGAN IV
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak
ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata
Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena
menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras
susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak
lurah...tak usah...payah.
ADEGAN V
Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo
berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia
tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta
pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar
lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang
Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung
kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang
seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau
Pada teks drama Wekwek tersebut, bagaimana para pemain dapat membedakan
15. Uraian
Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara
Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya,
Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman.
Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah
meminang Ratu Aji Bidara Putih.
Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu
untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka
Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir.
Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil
punggawa kepercayaannya.
Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke
dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang
Punggawa.
Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu
Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat
arena pertempuran.
Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan- lipan itu menyerang
para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan
dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu
membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu
oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan.
Menurut pendapatmu, apakah ilustrasi cerita ini sesuai dengan isi ceritanya?
Jelaskan alasanmu!
Hapus Jawaban
rombongan, lalu rombongan naik ke atas perahu. Hal itu tergambar di dalam
ilustrasi
16. Uraian
Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi
di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira mulut
Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya
tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas
saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang
menutupi jalan.
Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar
preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa
petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat
diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan
hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung
sial.
Gara-gara Aco juga petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan
memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja
tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,
yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat
pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban
Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah sumringah anak
gadisnya sudah terbayang girang menyambutnya dengan ransel penuh uang.
garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat
rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,
mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara
akar pohon.
---
Dalam konteks cerita tersebut, apa yang dimaksud dengan kalimat Ramin
membeku?
Halaman 22 dari 57
Hujan Beras
bungkus daun jati, berlauk kering tempe, sambal, dan lalap daun singkong. Sebotol
plastik air putih matang. Kata Yu Jiah, kecamatan puluhan kilo dari dusun mereka.
Pulang pergi naik truk membutuhkan waktu sekitar lima jam. Belum lagi antre di
kantor pos. Jadi mereka harus membawa bekal, daripada jajan yang akan
“Mak, apa tidak lebih baik kalau Neneng yang berangkat?” Neneng memberi usul.
Selain kasihan pada Mak, ia juga sebenarnya ingin pergi ke kecamatan. Terakhir ke
kecamatan saat kelas empat SD, lima tahun silam. Kala itu diajak guru melihat
megah. Jalanan bagus. Punya alun-alun luas yang menggelar tontonan, ombak
Onah memutuskan.
“Tapi, Mak ....” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.
“Kalau tak harus pergi ke kecamatan, Mak juga bisa ikutan buruh panen singkong.
Kita dapat dua bagian, lumayan. Singkong bisa kita simpan, kita makan kalau tak
punya beras.”
“Iya, Mak.” Neneng menurut, tak ingin membantah nenek, yang sudah dianggapnya
“Sudah, Mak sebentar lagi pergi. Ingat-ingat pesan Mak. Kau urus adik-adikmu. Kau
siapkan buku-buku dan bantu pe-ernya. Adik-adikmu pintar, semoga bisa terus
Pada cermin tua di kamar reotnya, Mak Onah dandan, mengenakan jarit dan
kebayanya yang paling bagus. Mak Onah tampak semringah. Kemarin ia sudah
mengambil jatah beras raskin sepuluh kilo yang bisa untuk jatah makan selama
sebulan. Kali ini ia akan mendapat sejumlah uang lumayan banyak. Rencana
Selama naik mobil bak terbuka, Mak Onah tersenyum bungah seraya melantunkan
doa.
***
Pada sebuah berita televisi lokal tertayang berita tentang kecelakaan kendaraan
yang membawa penduduk miskin hendak mengambil uang di kantor pos kecamatan.
Colt ditabrak truk fuso pembawa beras. Semua penumpang, termasuk beberapa
jompo yang terjepit di antara puluhan orang, tewas tertimbun hujan beras! ***
Mengapa Mak Onah sangat antusias untuk pergi ke kantor pos kecamatan?
Halaman 23 dari 57
keramaian.
utang.
Hapus Jawaban
pilihan 2 dan 5
WEKWEK
ADEGAN I
Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah
pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam
milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir
adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja
milikku.
ADEGAN II
Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek
bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
Halaman 24 dari 57
ADEGAN IV
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak
ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata
Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena
menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras
susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak
lurah...tak usah...payah.
ADEGAN V
Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo
berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia
tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta
pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar
lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang
Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung
kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang
seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau
Sesuai
yang serakah
Hapus Jawaban
Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara
Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya,
Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman.
Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah
Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu
untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka
Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir.
Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil
punggawa kepercayaannya.
Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke
dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang
Punggawa.
Halaman 26 dari 57
Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu
Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat
arena pertempuran.
Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan- lipan itu menyerang
para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan
dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu
membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu
Menurut kalian setelah membaca cerita tersebut manakah karakter Ratu Aji Bidara
Sombong
Penuh perhitungan
Hapus Jawaban
Halaman 27 dari 57
pilihan 1: tidak sesuai | pilihan 2 dan 3: sesuai | pilihan 4 dan 5: tidak sesuai
WEKWEK
ADEGAN I
Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah
pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam
milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir
adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja
milikku.
ADEGAN II
Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek
bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
ADEGAN IV
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak
ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata
menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras
susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak
lurah...tak usah...payah.
ADEGAN V
Halaman 28 dari 57
Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo
berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia
tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta
pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar
lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang
Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung
kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang
seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau
Dari kelima tokoh drama tersebut siapakah tokoh yang menjadi tokoh penengah
dalam cerita?
A Petruk
B Bagong
C Semar
D Gareng
21. Uraian
Halaman 29 dari 57
Lilin kecilku,
Menurutmu, suasana apa yang ingin diciptakan oleh Penyair? Berikan satu contoh
Hapus Jawaban
suasana sedih dan kehilangan. Hal ini dapat dilihat dari baris 9 s.d. 17
22. Uraian
WEKWEK
ADEGAN I
SEKELOMPOK BEBEK MEMASUKI PANGGUNG
Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah
pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam
milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir
adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja
milikku.
Halaman 30 dari 57
ADEGAN II
Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek
bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
ADEGAN IV
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak
ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata
Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena
menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras
susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak
lurah...tak usah...payah.
ADEGAN V
Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo
berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia
tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta
pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar
lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang
Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung
kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang
seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau
Halaman 31 dari 57
Hapus Jawaban
Bagong kesal dengan Petruk. Dapat dilihat dari kalimat " Di sini, itu si Petruk
23. Uraian
Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi
di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan
Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya
tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas
saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang
menutupi jalan.
Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar
preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa
petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat
hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung
sial.
Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan
memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja
tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,
yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat
Halaman 32 dari 57
pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban
Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak
garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat
rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,
mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara
akar pohon.
---
Berdasarkan teks tersebut, bagaimana karakter Ramin? Tuliskan satu bukti dari
Hapus Jawaban
Ramin adalah orang yang bertanggung jawab terhadap keluarga, tetapi cara
Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi
di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira mulut
Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya
tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas
saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang
menutupi jalan.
Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar
preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa
petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat
diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan
hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung
sial.
Gara-gara Aco juga petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan
memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja
tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,
yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat
Halaman 33 dari 57
pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban
Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah sumringah anak
garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat
rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,
mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara
akar pohon.
Pada paragraf terakhir, apa perasaan yang digambarkan oleh penulis tentang tokoh
Ramin?
Ketakutan
Ragu-ragu
Khawatir
Marah
Hapus Jawaban
pilihan 1 dan 3
25. Uraian
Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara
Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya,
Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman.
Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah
Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu
untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka
Halaman 34 dari 57
Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir.
Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil
punggawa kepercayaannya.
Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke
dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang
Punggawa.
Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu
Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat
arena pertempuran.
Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan- lipan itu menyerang
para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan
dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu
membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu
Hapus Jawaban
Halaman 35 dari 57
26. Uraian
di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan
Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya
tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas
saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang
menutupi jalan.
Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar
preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa
petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat
diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan
hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung
sial.
Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan
memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja
tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,
yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat
pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban
Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak
garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat
rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,
mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara
akar pohon.
---
Halaman 36 dari 57
Lilin kecilku,
Kalimat atau baris-baris di dalam puisi dapat meninggalkan pengalaman indrawi bagi
pembacanya. Pengalaman indrawi ini disebut dengan imaji. Tentukan imaji yang
ditimbulkan melalui baris-baris puisi berikut ini!
menyejukkan cinta
mendengar bisikmu
melihatmu
Hapus Jawaban
Halaman 37 dari 57
28. Uraian
Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi
di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan
Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya
tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas
saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang
menutupi jalan.
Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar
preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa
petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat
diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan
hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung
sial.
Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan
memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja
tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,
yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat
pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban
Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak
garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat
rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,
mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara
akar pohon.
---
Tuliskan satu bukti dari cerita yang menunjukkan bahwa latar cerita ini terjadi di luar
negeri!
Hapus Jawaban
Halaman 38 dari 57
ada kata dideportasi, kata ini bermakna pengusiran orang ke luar negeri atau
negaranya
29. Uraian
WEKWEK
ADEGAN I
Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah
pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam
milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir
adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja
milikku.
ADEGAN II
Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek
bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
ADEGAN IV
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak
ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata
Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena
menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras
susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak
lurah...tak usah...payah.
ADEGAN V
Halaman 39 dari 57
Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo
berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia
tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta
pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar
lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang
Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung
kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang
seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau
Bagaimana karakter Bagong digambarkan dalam drama ini? Tunjukkan bagian dari
Hapus Jawaban
Bagong adalah orang yang kaya, terbukti dari kalimat "Aku orang berada, apa- apa ada. Sawah
berhektar-hektar, pohon berakar-akar, rumah berkamar-kamar,
30. Uraian
Hujan Beras
bungkus daun jati, berlauk kering tempe, sambal, dan lalap daun singkong. Sebotol
plastik air putih matang. Kata Yu Jiah, kecamatan puluhan kilo dari dusun mereka.
Pulang pergi naik truk membutuhkan waktu sekitar lima jam. Belum lagi antre di
kantor pos. Jadi mereka harus membawa bekal, daripada jajan yang akan
“Mak, apa tidak lebih baik kalau Neneng yang berangkat?” Neneng memberi usul.
Selain kasihan pada Mak, ia juga sebenarnya ingin pergi ke kecamatan. Terakhir ke
kecamatan saat kelas empat SD, lima tahun silam. Kala itu diajak guru melihat
megah. Jalanan bagus. Punya alun-alun luas yang menggelar tontonan, ombak
“Tak perlu. Hari ini Juragan Madun panen singkong. Kamu bisa ikutan buruh.” Mak
Onah memutuskan.
“Tapi, Mak ....” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.
Halaman 40 dari 57
“Kalau tak harus pergi ke kecamatan, Mak juga bisa ikutan buruh panen singkong.
Kita dapat dua bagian, lumayan. Singkong bisa kita simpan, kita makan kalau tak
punya beras.”
“Iya, Mak.” Neneng menurut, tak ingin membantah nenek, yang sudah dianggapnya
“Sudah, Mak sebentar lagi pergi. Ingat-ingat pesan Mak. Kau urus adik-adikmu. Kau
siapkan buku-buku dan bantu pe-ernya. Adik-adikmu pintar, semoga bisa terus
Pada cermin tua di kamar reotnya, Mak Onah dandan, mengenakan jarit dan
kebayanya yang paling bagus. Mak Onah tampak semringah. Kemarin ia sudah
mengambil jatah beras raskin sepuluh kilo yang bisa untuk jatah makan selama
sebulan. Kali ini ia akan mendapat sejumlah uang lumayan banyak. Rencana
Selama naik mobil bak terbuka, Mak Onah tersenyum bungah seraya melantunkan
doa.
***
Pada sebuah berita televisi lokal tertayang berita tentang kecelakaan kendaraan
yang membawa penduduk miskin hendak mengambil uang di kantor pos kecamatan.
Colt ditabrak truk fuso pembawa beras. Semua penumpang, termasuk beberapa
jompo yang terjepit di antara puluhan orang, tewas tertimbun hujan beras! ***
Hapus Jawaban
“Tapi, Mak ....” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.
ADEGAN I
Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah
Halaman 41 dari 57
pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam
milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir
adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja
milikku.
ADEGAN II
Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek
bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
ADEGAN IV
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak
ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata
Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena
menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras
susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak
lurah...tak usah...payah.
ADEGAN V
BAGONG DAN PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG
Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo
berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia
tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta
pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar
lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang
Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung
kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang
seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau
Halaman 42 dari 57
Apa yang dituduhkan Bagong kepada Petruk hingga Bagong akan melaporkannya
ke Semar?
Hapus Jawaban
Pilihan 2 dan 3
Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara
Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya,
Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman.
Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah
Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu
untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka
Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir.
Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil
punggawa kepercayaannya.
Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke
dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang
Halaman 43 dari 57
Punggawa.
Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu
Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat
arena pertempuran.
Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan- lipan itu menyerang
para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan
dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu
membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu
Halaman 44 dari 57
Lilin kecilku,
WEKWEK
ADEGAN I
Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah
pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam
milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir
adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja
milikku.
Halaman 45 dari 57
ADEGAN II
Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek
bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
GARENG DAN EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG
ADEGAN IV
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak
ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata
Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena
menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras
susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak
lurah...tak usah...payah.
ADEGAN V
Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo
berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia
tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta
pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar
lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang
Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung
kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang
seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau
Halaman 46 dari 57
Hujan Beras
bungkus daun jati, berlauk kering tempe, sambal, dan lalap daun singkong. Sebotol
plastik air putih matang. Kata Yu Jiah, kecamatan puluhan kilo dari dusun mereka.
Pulang pergi naik truk membutuhkan waktu sekitar lima jam. Belum lagi antre di
kantor pos. Jadi mereka harus membawa bekal, daripada jajan yang akan
“Mak, apa tidak lebih baik kalau Neneng yang berangkat?” Neneng memberi usul.
Selain kasihan pada Mak, ia juga sebenarnya ingin pergi ke kecamatan. Terakhir ke
kecamatan saat kelas empat SD, lima tahun silam. Kala itu diajak guru melihat
megah. Jalanan bagus. Punya alun-alun luas yang menggelar tontonan, ombak
“Tak perlu. Hari ini Juragan Madun panen singkong. Kamu bisa ikutan buruh.” Mak
Onah memutuskan.
“Tapi, Mak ....” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.
“Kalau tak harus pergi ke kecamatan, Mak juga bisa ikutan buruh panen singkong.
Kita dapat dua bagian, lumayan. Singkong bisa kita simpan, kita makan kalau tak
punya beras.”
“Iya, Mak.” Neneng menurut, tak ingin membantah nenek, yang sudah dianggapnya
“Sudah, Mak sebentar lagi pergi. Ingat-ingat pesan Mak. Kau urus adik-adikmu. Kau
siapkan buku-buku dan bantu pe-ernya. Adik-adikmu pintar, semoga bisa terus
kebayanya yang paling bagus. Mak Onah tampak semringah. Kemarin ia sudah
mengambil jatah beras raskin sepuluh kilo yang bisa untuk jatah makan selama
sebulan. Kali ini ia akan mendapat sejumlah uang lumayan banyak. Rencana
Halaman 47 dari 57
Selama naik mobil bak terbuka, Mak Onah tersenyum bungah seraya melantunkan
doa.
***
Pada sebuah berita televisi lokal tertayang berita tentang kecelakaan kendaraan
yang membawa penduduk miskin hendak mengambil uang di kantor pos kecamatan.
Colt ditabrak truk fuso pembawa beras. Semua penumpang, termasuk beberapa
jompo yang terjepit di antara puluhan orang, tewas tertimbun hujan beras! ***
Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi
di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan
Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya
tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas
saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang
menutupi jalan.
Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar
preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa
petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat
diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan
Halaman 48 dari 57
hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung
sial.
Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan
memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja
tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,
yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat
pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban
Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak
garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat
rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,
mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara
akar pohon.
---
WEKWEK
ADEGAN I
Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah
Halaman 49 dari 57
pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam
milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir
adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja
milikku.
ADEGAN II
Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek
bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
ADEGAN IV
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak
ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata
menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras
susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak
lurah...tak usah...payah.
ADEGAN V
Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo
berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia
tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta
pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar
lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang
Waktu ditanya, dia menjawab “dimakan burung kondor”. Di sini tak ada burung
kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang
seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau
Halaman 50 dari 57
Apa yang dituduhkan Bagong kepada Petruk hingga Bagong akan melaporkannya
ke Semar?
Hapus Jawaban
Pilihan 2 dan 3
38 Pilihan Ganda
Legenda Danau Lipan
Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara
Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya,
Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman.
Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah
Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu
untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka
Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir.
Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil
punggawa kepercayaannya.
Halaman 51 dari 57
Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke
dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang
Punggawa.
Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu
Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat
arena pertempuran.
Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan- lipan itu menyerang
para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan
dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu
membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu
Halaman 52 dari 57
39 Pilihan Ganda
Lilin kecilku,
Halaman 53 dari 57
40 Pilihan Ganda
WEKWEK
ADEGAN I
Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas terbentang, tapi tidak sebidang tanah
pun milikku. Padi aku yang tanam, juga aku yang ketam. Tapi tidak segenggam
milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir
adalah milikku. Badan hanya sebatang, hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja
milikku.
ADEGAN II
Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar- akar, rumah
berkamar-kamar, itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek
bertelor-telor, perut buncit ada, mata melotot ada, pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
ADEGAN IV
Semar: Saya jadi lurah sejak awal sejarah, sudah lama kepingin berhenti tapi tak
ada yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu, capek, lelah. Otot kendor, mata
Saya kembung bukan karena busung, mata berair bukan karena banjir, tapi karena
menjadi tong sampah. Serobotan tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras
susah, pak lurah. Semua masalah, pak lurah, tapi kalau rejeki melimpah, pak
lurah...tak usah...payah.
ADEGAN V
Bagong: Zaman ini zaman edan, tidak ikut edan tidak kebagian. Di terminal calo
Halaman 54 dari 57
berkuasa, dia tentukan penumpang naik apa. Di dunia film broker merajalela, dia
tentukan sutradara bikin apa. Di sini, itu si Petruk sialan, datang merangkak meminta
pekerjaan. Aku suruh menggembala bebek tiga puluh ekor, tiap minggu harus antar
lima puluh ekor. Malah dia tentukan berapa harus setor. Sungguh-sungguh kurang
kondor. Dia datang melolong minta tolong, sudah ditolong, ee ... dia mencuri. Orang
seperti ini harus dipukuli, sayangnya aku tak berani. Lagipula aku tidak mau
41 Pilihan Ganda
Hujan Beras
bungkus daun jati, berlauk kering tempe, sambal, dan lalap daun singkong. Sebotol
plastik air putih matang. Kata Yu Jiah, kecamatan puluhan kilo dari dusun mereka.
Pulang pergi naik truk membutuhkan waktu sekitar lima jam. Belum lagi antre di
kantor pos. Jadi mereka harus membawa bekal, daripada jajan yang akan
“Mak, apa tidak lebih baik kalau Neneng yang berangkat?” Neneng memberi usul.
Selain kasihan pada Mak, ia juga sebenarnya ingin pergi ke kecamatan. Terakhir ke
kecamatan saat kelas empat SD, lima tahun silam. Kala itu diajak guru melihat
megah. Jalanan bagus. Punya alun-alun luas yang menggelar tontonan, ombak
“Tak perlu. Hari ini Juragan Madun panen singkong. Kamu bisa ikutan buruh.” Mak
Onah memutuskan.
Halaman 55 dari 57
“Tapi, Mak ....” Neneng masih berkeras. Siapa tahu Mak Onah berubah pikiran.
“Kalau tak harus pergi ke kecamatan, Mak juga bisa ikutan buruh panen singkong.
Kita dapat dua bagian, lumayan. Singkong bisa kita simpan, kita makan kalau tak
punya beras.”
“Iya, Mak.” Neneng menurut, tak ingin membantah nenek, yang sudah dianggapnya
“Sudah, Mak sebentar lagi pergi. Ingat-ingat pesan Mak. Kau urus adik-adikmu. Kau
siapkan buku-buku dan bantu pe-ernya. Adik-adikmu pintar, semoga bisa terus
Pada cermin tua di kamar reotnya, Mak Onah dandan, mengenakan jarit dan
kebayanya yang paling bagus. Mak Onah tampak semringah. Kemarin ia sudah
mengambil jatah beras raskin sepuluh kilo yang bisa untuk jatah makan selama
sebulan. Kali ini ia akan mendapat sejumlah uang lumayan banyak. Rencana
Selama naik mobil bak terbuka, Mak Onah tersenyum bungah seraya melantunkan
doa.
***
Pada sebuah berita televisi lokal tertayang berita tentang kecelakaan kendaraan
yang membawa penduduk miskin hendak mengambil uang di kantor pos kecamatan.
Colt ditabrak truk fuso pembawa beras. Semua penumpang, termasuk beberapa
jompo yang terjepit di antara puluhan orang, tewas tertimbun hujan beras! ***
Ramin nyaris menjerit, tangannya tertumbuk dahan hanyut saat buru-buru sembunyi
di dalam pelukan akar, untung ia segera melihat dahan itu. Hampir ia mengira dahan
Teringat lagi ia pada Aco, sejak semusim lalu ia ikut Dadan karena hasil cengkehnya
tak bagus, sementara tengkulaknya minta selalu dibayar. Aco tertangkap petugas
saat adu mulut di warung nasi lemak lantaran ia mengumpat pada preman yang
menutupi jalan.
Hari itu memang perpaduan nasib sial jatuh di hadapan Aco. Umpatannya didengar
preman, adu mulut terjadi, dan petugas sedang lewat. Apes. Aco lalu dibawa
petugas, digiring bagai ternak ke tengah lapangan, dipukuli dengan bengis saat
diambil hasil kerjanya satu musim, dideportasi, pulang ke rumah dengan tangan
hampa, ditunggu tengkulak pula. Bah! Hilang sudah satu kebun cengkeh dirundung
sial.
Gara-gara Aco juga, petugas kini memburu Ramin dan Dadan. Ternyata Dadan
memang sudah dicari-cari petugas karena beberapa kali memasukkan tenaga kerja
tanpa izin. Ramin memang tak berpikir panjang saat berangkat kerja dengan Dadan,
yang penting ia bisa membawa pulang uang untuk menikahkan anaknya, buat
pengobatan sakit gula ayahnya, dan sisanya bisa ia belikan mesin cuci yang saban
Ramin tak mau nasib nahas Aco terjadi pada dirinya. Wajah semringah anak
garang itu. Bisik-bisik makin kencang. Ramin memutar otak. Kalau mereka melihat
rumput-rumput rebah itu, atau kalau ada satu dua orang cukup jitu tebakannya,
mungkin mereka bisa yakin kalau pelarian yang mereka kejar bersembunyi di antara
akar pohon.
---
Halaman 57 dari 57
Halaman 57 dari 57