Anda di halaman 1dari 193

Perempuan Madu

dalam Kandang
Perempuan Madu dalam Kandang
Antologi Puisi Esai 2015

Cindy Muspratomo
Daniel Widya Suryanata
Ernawati
Samuel
Elis Umi Jamilah
Hasri Nurain

Pengantar
Joni Ariadinata

Penyunting
Jonminofri Nazir

Konsep dan Pengembangan Desain


Futih Aljihadi

Eksekusi
Yiko Alfiano (Design & Lay Out)

Cetakan Pertama, Juli 2015

ISBN 978-602-0812-05-2

Penerbit
Inspirasi.co
(PT CERAH BUDAYA INDONESIA)
Menara Kuningan lt. 9G
Jalan HR. Rasuna Said Kav V Blok X-7, Jakarta Selatan
inspirasidotco@gmail.com | http://inspirasi.co
Perempuan Madu
dalam Kandang
Cindy Muspratomo | Daniel Widya Suryanata
Ernawati | Samuel Elis Umi Jamilah | Hasri Nurain
Daftar Isi
Pe n g ant ar o leh J o ni Ar iadin ata 7

Pe re m p uan d alam K and an g 39


G ad is- gad is Punyab 71
Cu t B ulan, R ahm at I lalan g 93
Ke b e naran yang M eluk ai Mutiara,
M eno d ai Tiara 111
M ad u D ua Perem p uan 139
B ayo net S ang J ugun I anfu 161
Meniup Prosa dalam Sunyi Puisi
Joni Ariadinata

Jante Arkidam, adalah prosa yang mengalir menuju


puisi. Ia ditulis oleh Ajip Rosidi 56 tahun silam, saat
penyairnya menikmati puncak gelora muda. Jante,
Jante, Namaku Jante Arkidam! Seorang penjahat
kelas kakap, serupa bajingan tengik berwajah
tampan, dengan dada bidang riap berbulu, dan
ruas tangan panjang-panjang. Ia merajai dunia
kegelapan, perampok ulung, penebar ketakutan
di berbagai kalangan. Tapi Jante Arkidam dipuja.
Perempuan mana yang tak ditaklukkannya? Di
dadanya yang bidang, beratus perempuan tenggelam!
Jante, Jante, namaku Jante Arkidam! Ia menjelma
menjadi hero, selalu luput dari buruan polisi. Ia
pilin jeruji penjara, ia lolos di tiap liang sinar, ia bisa
lenyap serupa angin, ia bisa menjelma siapa saja.
Jante Arkidam dibenci, sekaligus dipuja. Menjadi
pahlawan di benak pembaca.

Ketika “Jante Arkidam” dipentaskan di 132 kota,


dibaca di hadapan siswa Sekolah Menengah Atas di
hampir seluruh wilayah Indonesia, tokoh ini menjadi

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 7
idola. Mereka memberi irama dengan tepukan
tangan ketika Jante menari-nari di gelanggang judi,
mereka berteriak histeris ketika Jante melompati
atap-atap rumah untuk menghindari kejaran polisi,
mereka terhenyak saat Jante dikhianati seorang
perempuan (yang menggiringnya menuju jeruji),
mereka geram dan terharu, lalu tertawa terpingkal-
pingkal saat Jante lolos dan mempermainkan para
pemburunya dengan menjelmakan dirinya menjadi
perempuan bersanggul. “Lari! Lari! Lari!” begitu
mereka serentak menirukan larik puisi yang dibaca.
Dan meledaklah gemuruh tepuk tangan saat puisi
usai dibacakan. Siswa-siwa Sekolah Menengah Atas
itu, bersama para guru yang mendampinginya,
memancarkan wajah lega dan bahagia. Tapi apakah
mereka betul-betul mengidolakan seorang penjahat
tengik yang jelas-jelas merajai kegelapan?

Dengan penuh keyakinan, pembaca puisi Jante


Arkidam yang telah berhasil membuat panggung
pertunjukkannya gegap gempita itu bertanya:
“Apakah kalian semua, bercita-cita menjadi Jante
Arkidam?” Para siswa itu, para guru yang berwajah
gembira itu, serentak mengatakan: “Tidaaaaaak!!”

8 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


Ada dua wilayah yang betul-betul berbeda, antara
dunia yang dibangun oleh imajinasi, dan dunia
nyata yang sepenuhnya dihadapi dalam keseharian.
Antara “realitas imajiner” yang diciptakan oleh
seorang pengarang dan “realitas faktual” kehidupan
yang mereka jalani sendiri. Dua wilayah ini,
meskipun saling berkait dan saling membutuhkan,
tidak begitu saja bisa langsung melahirkan sebuah
keputusan. Ada pagar nalar yang memisahkannya,
ada akal sehat yang merumuskannya, dan ada
kecerdasan yang membantu setiap individu untuk
memilah-milah mana yang sesungguhnya “fakta
real” dan mana yang sesungguhnya hanya imajinasi.
Hal tersebut, misalnya, seperti seseorang yang tidak
berdaya ketika baru saja dihajar bogem mentah
oleh seorang preman, lalu seketika, dengan penuh
dendam dan sakit hati, membayangkan dirinya
menjadi seorang pendekar. Ia pun menjelma
menjadi tokoh paling sadis dengan kemampuan
jurus maut yang mengerikan. Lewat imajinasi, ia
bisa balik memukul dan menghajar preman itu
hingga babak belur. Bahkan, sampai dalam batas
yang tak terukur: ia bisa saja meremukkan kedua
tangan dan kaki, merogoh jantungnya, menginjak-
injak perutnya, meludah dan mengencing mayatnya,
lalu memompakan tahi kuda pada mulutnya yang

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 9
menganga! Kekuatan imajinasi, sesaat membuatnya
normal. Aliran darah dendam dan sakit yang
menghantam ulu hati tiba-tiba menemukan sedikit
ketenangan. Ada kepuasan yang membuatnya
bahagia, ada sesuatu yang tiba-tiba lepas, yang sulit
dirumuskan.

Kecerdasan dalam mengolah imajinasi itulah, yang


membuat karya sastra (baik puisi maupun prosa),
memiliki kekuatan yang memukau untuk terus
dibaca. Anak-anak remaja, para siswa Sekolah
Menengah Atas yang terhanyut dan mengidolakan
Jante Arkidam, tentu saja tidak ingin menjadi Jante
Arkidam di masa depannya. Seperti halnya ratusan
ribu anak-anak di Jepang –dan juga di Indonesia serta
negara-negara lain-- mereka mengidolakan seorang
tokoh kartun nakal dan bengal bernama Crayon
Sinchan. Apakah mereka kemudian beramai-ramai
meniru dan mempraktekkan apa yang dilakukan
Sinchan? Tentu saja tidak. Di hampir seluruh negara
Eropa, tokoh bajak laut (yang dipandang gagah,
nyentrik, berani, penuh petualangan) menjadi tokoh
eksotik yang menjadi idola banyak orang. Cerita-
cerita anak, komik, dan novel dengan tokoh bajak
laut, selalu menjadi bacaan menarik yang disukai.
Bahkan film dengan tokoh bajak laut, seperti Pirates

10 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


of the Caribbean, meledak dan menjadi box office
di hampir semua negara. Tapi faktanya, adakah
seseorang yang cerdas, secara real dan terang-
terangan bercita-cita menjadi seorang bajak laut?
Jika kehebatan imajinasi berkaitan langsung dengan
sebuah keputusan, maka akan banyak bajak laut
yang lahir di berbagai negara, terutama di Eropa.

Marilah kembali pada kegagahan dan keberanian


Jante Arkidam, sebuah puisi tentang epos dan
kepahlawanan seorang bajingan tengik yang ditulis
oleh Ajip Rosidi 59 tahun silam. Kenapa puisi
itu begitu menarik dan menimbulkan histeria di
hampir semua tempat ketika puisi itu dibacakan?
Ada beberapa jawaban yang bisa menjelaskan
pertanyaan ini, tapi diantaranya jawaban yang
paling penting adalah, secara umum puisi itu sangat
mudah dinikmati oleh siapa saja.

Jante Arkidam bukan puisi rumit yang penuh


metafor, yang menuntut pembaca menafsir sekian
banyak simbol, yang memaksa pembaca merenung
berjam-jam untuk merasakan “getaran” keindahan
atau “percikan” kecerdasan di balik makna puisi
yang biasanya diyakini luhur dan agung. Tidak
diperlukan waktu khusus untuk bisa mengikuti

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 11
kisah Jante yang dituturkan Ajip. Ia seperti sebuah
prosa yang mengalir dengan latar dan sosok tokoh
yang gamblang bisa dirasakan.

Untuk detailnya, marilah kita cermati bagian prosa


yang membuat puisi ini menjadi mudah. “Jante
Arkidam adalah seorang bajingan. Suatu malam
ia menari dengan beberapa ronggeng di sebuah
tempat perjudian, dengan memamerkan seluruh
ketampanan dan kegagahannya. Ia mabuk dan
tertidur dengan salah seorang perempuan, yang
kemudian berkhianat; --perempuan yang kemudian
menggiringnya menuju jeruji penjara. Tapi bukan
Jante kalau tidak dengan mudah bisa lolos. ‘Ia
pilin jeruji penjara, dan lolos di liang sinar’,” begitu
tulis Ajip. Jante yang murka, membunuh Mantri
Polisi yang menangkapnya, dan menaklukkan
janda Mantri Polisi yang ia bunuh, yang jasadnya
dibenam di dasar kali. Jante menjadi buruan, bahkan
seluruh laki-laki satu kampung dikerahkan untuk
membekuk Jante. Tapi Jante bukan Jante jika ia
gentar. Dengan jumawa, ia menantang semua laki-
laki yang bernyali untuk menangkapnya. Di rimbun
kebun tebu, ketika Jante dikepung dari delapan
penjuru, ia menjelmakan dirinya menjadi sosok
perempuan cantik bersanggul, yang melenggok

12 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


dengan suara merdu. Jante lolos. Jante menepuk
dadanya di persembunyian sambil berseru, Akulah
Jante Arkidam!.”

Puisi Jante Arkidam, sekali lagi, memiliki banyak


unsur prosa yang yang dengan sadar dipergunakan
penyair untuk melahirkan puisi yang panjang. Ia
memiliki tema kuat, dengan karakter tokoh yang
jelas. Puisi ini juga dipaparkan dengan latar yang
bagus, alur yang terjaga, serta klimaks yang jelas.
Seluruh unsur kekuatan prosa, dihembuskan dengan
lantang dalam puisi ini, dengan tidak menghilangkan
segala hal ihwal yang harus terkandung dalam
hukum dasar puisi: tipografi, irama (rima dan
metrum), serta metafora. Hembusan prosa yang
kuat inilah, yang membuat puisi Jante Arkidam
memiliki kekuatan ganda: sebagai puisi, ia adalah
sungai yang memberi makna pada pemahaman
terhadap manusia, dan sebagai prosa ia adalah kisah
mengalir yang mengantarkan pembacanya pada
imajinasi tentang kehebatan petualangan seorang
tokoh.

***

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 13
Apa pentingnya memaparkan sebuah deskripsi
panjang lebar tentang seorang bajingan tengik
bernama Jante Arkidam karya Ajip Rosidi dalam
hubungannya dengan enam puisi esai di buku ini?

Enam puisi esai dalam buku ini memiliki warna yang


nyaris sama, yakni: meniupkan hembusan prosa
yang lantang ke dalam sunyi puisi. Kelima puisi yang
mereka tulis, semuanya mengandung unsur cerita
yang kuat. Tema-tema yang digarap, selalu memiliki
tokoh utama dengan karakter tokoh yang jelas.
Dari setiap tokoh yang diciptakan, bisa dipastikan
merupakan pusat cerita untuk mengisahkan sebuah
perjalanan menuju satu titik persoalan penting yang
diangkat penyair. Untuk menuju pada titik itulah,
beragam peristiwa dirangkai dengan penataan alur
serta penempatan klimaks yang diatur sedemikian
rupa, sehingga kisah yang disampaikan dengan
mudah bisa diikuti oleh pembaca. Teknik-teknik
penataan alur, penempatan klimaks, dan (sudah
barang tentu termasuk penokohan), adalah senjata
prosa yang utama.

Pada hampir semua puisi panjang, perangkat prosa


memang difungsikan untuk meminimalkan resiko
kejenuhan. Puisi panjang memerlukan nafas yang
panjang, baik bagi penyairnya sendiri, maupun bagi

14 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


pembacanya. Maka perangkat prosa dihembuskan
secara sadar ke dalam puisi, agar puisi panjang
bisa mengalir lancar menuju titik yang diinginkan
penyair. Para kritikus kemudian menyebutnya
sebagai puisi naratif, atau sebagian menyebutnya
sebagai prosa liris.

Puisi esai adalah semacam puisi naratif, atau


(dengan istilah lain) semacam prosa liris. Kenapa
harus digunakan istilah “semacam”? Karena puisi
esai berbeda dengan puisi naratif atau prosa liris
--meskipun di dalamnya mengandung sifat-sifat
yang mirip. Letak perbedaannya adalah pada fakta
dan data. Fakta dan data pada puisi esai tidak hanya
sekedar impuls yang disimpan dan diformulakan
oleh penyair (yang hanya diketahui oleh dirinya
sendiri), akan tetapi bisa dipertanggungjawabkan
secara akademis lewat catatan kaki.

Jante Arkidam mungkin menyimpan fakta,


mungkin pula berdasarkan data kongkrit yang
disimpan penyairnya. Data dan fakta tentang
seorang penjahat, diendapkan, ditafsir ulang secara
bebas, lalu dimunculkan kembali dengan format
bangunan baru yang benar-benar lepas dan mandiri
(dalam bangunan puisi yang bisa saja sepenuhnya

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 15
imajinatif). Konteks peristiwa secara umum mungkin
sama, tapi untuk tujuan penafsiran, semua data bisa
direkayasa. Sebab penyair memperlakukan data
hanyalah sebagai bahan pijakan untuk merangsang
kreativitas dalam memunculkan pemaknaan baru.
Ia tidak dituntut untuk mempertanggungjawabkan
kebenaran faktanya, akan tetapi diuji hasilnya oleh
kekuatan tafsir. Maka ketika Ajip Rosidi kita tanya,
apakah Jante Arkidam secara real benar-benar ada?
Memiliki tempat tinggal, lengkap dengan catatan
kasus-kasusnya, catatan para korban, tanggal dan
peristiwa kejahatan yang dilakukan, serta fakta-fakta
lain yang bisa dipertanggungjawabkan? Tentu, Ajip
Rosidi tidak memiliki kewajiban untuk menjawab.
Wilayah penyair bukan pada pertanggungjawaban
data seperti yang diemban oleh seorang jurnalis dan
peneliti.

Pertanyaannya, bagaimanakah kalau dua unsur


dasar pembangun puisi –tafsir atas fakta dan
kekuatan imajinasi itu-- digabungkan tanpa
menghilangkan kesahihan data? Apa jadinya jika,
misalnya, puisi naratif “Jante Arkidam” yang ditulis
Ajip Rosidi disertai penjelasan catatan kaki tentang
tempat di mana peristiwa itu berlangsung, catatan
jumlah korban pembunuhan, catatan para saksi,

16 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


cuplikan berita, serta sumber-sumber tertulis yang
bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya? Saya
yakin, “Jante Arkidam” akan menjadi pusi tragedi
yang mengerikan di tangan pembacanya. Imajinasi
“hero” dalam Jante Arkidam sebagai puisi murni,
akan tetap melambungkan pembacanya pada impian
sebuah dunia yang penuh fantasi dan ketegangan;
sementara data-data valid yang disertakan sebagai
catatan kaki, akan menanamkan kesan kuat di
benak pembaca sebagai catatan tragedi yang tidak
boleh dilupakan.

***

Enam penulis puisi esai di dalam buku ini, adalah


mereka yang berupaya menempuh sebuah jalan
bercabang, --penuh tantangan dan petualangan.
Sebab dalam puisi esai yang ideal, penyair
mengemban tiga tugas sekaligus: 1) tugas sebagai
seorang penyair yang dituntut memiliki kekayaan
imajinasi, 2) tugas sebagai seorang prosais yang
memiliki kemampuan bercerita, dan 3) tugas sebagai
seorang peneliti yang mau tidak mau harus dibekali
kecermatan untuk mencatat sekecil apapun data
dari setiap peristiwa. Bagi para penyair yang lebih
memilih jalan tak bercabang, bagi para penyair
yang masih dibalut kemalasan untuk membuka-

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 17
buka kembali berbagai sumber bacaan, lebih-lebih
bagi para penyair yang tidak terbiasa membongkar-
bongkar data sebagai catatan; maka “puisi esai”
adalah hantu-blau yang mengusik kemapanan.
Akan tetapi, bagi penyair sejati yang memiliki naluri
petualangan, bagi yang tetap memelihara gelora api
kreativitas, puisi esai adalah jalan baru.

Sejatinya, seorang pendekar sejati tidak pernah risau


akan jenis-jenis jurus yang dipergunakan. Sebab
segala macam jurus, sudah mengalir dan menyatu
dengan darahnya, menjadi semacam insting yang
siap menerima segala macam gerakan tak terduga.
Pendekar sejati tidak pernah khawatir dan ragu.
Begitu pula dengan penyair sejati. Ia tidak pernah
hawatir dan ragu-ragu, sebab ia telah memiliki
seluruh perangkat kemampuan, kecerdasan,
serta keperkasaan dalam menaklukkan medan
tempur kata-kata. Sayangnya, tidak setiap penyair
dilahirkan menjadi penyair sejati, seperti halnya
juga pendekar, tidak setiap pendekar dilahirkan
sebagai pendekar sejati. Maka tidak mengherankan
jika “jalan baru” ini kemudian banyak memancing
para pendatang baru yang justru merasa tertantang:
anak-anak muda dari kalangan akademisi (mereka
yang terbiasa berpikir dan memiliki kegelisahan

18 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


pada masalah-masalah sosial di sekelilingnya), para
profesional dan intelektual yang bekerja di kantor-
kantor, serta para penulis muda (baik prosa maupun
puisi) yang semangat pencariannya masih menyala-
nyala.

***

Enam nama yang terhimpun dalam buku ini


adalah para pendatang baru yang berani menerima
tantangan “jalan baru” yang ditawarkan oleh puisi
esai. Enam puisi esai hadir dengan enam gagasan
yang masing-masing berbicara tentang persoalan-
persoalan sosial. Mereka berbicara dengan tema
sentral utama perempuan, dengan segala macam
persoalan serta dampak yang diakibatkannya.

Perempuan pertama adalah seorang puteri


bangwasan Aceh berdarah biru, Cut, yang mencintai
Rahmat, pemuda yang dipandang rendah lantaran
darah yang mengalir di tubuhnya adalah darah
rakyat jelata. Puisi esai panjang dengan kisah cinta
yang mengharukan ini (Cut Bulan, Rahmat Ilalang)
ditulis oleh Ernayati Zaifah, seorang mahasiswa
Universitas Syiah Kuala, Aceh. Dalam sebuah
catatan kaki yang menjelaskan kenapa tema ini

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 19
penting diangkat, ia menulis fakta menarik yang
menjadi catatan kaki sebagai berikut:

“Dulunya, bagi para bangsawan Aceh sangat penting


untuk mempertahankan garis keturunan mereka
ini. Agar keturunan mereka tetap memiliki gelar
“Teuku dan Cut”, seorang Teuku harus menikahi
seorang Cut atau menikahi wanita yang bukan
Cut namun harus memiliki akhlak yang baik dan
taat pada agama. Begitu pula dengan seorang Cut,
seandainya saja dia tidak menikahi seorang Teuku,
maka gelar bangsawan pada keturunannya akan
hilang. Seorang yang memiliki gelar Teuku dan
Cut dipandang baik oleh masyarakatnya. Karena
mereka secara strata memiliki derajat yang tinggi,
berpendidikan dan sangat taat pada agama. Teuku
zaman dulu sangat alim dan memiliki wawasan
yang sangat luas, terlebih lagi dalam membangun
Aceh. Begitu pula dengan Cut, seorang Cut dulunya
memiliki sikap yang begitu mengagumkan, lemah
lembut namun tegas dalam membina dan mengatur
rumah tangganya.”

Penghargaan terhadap tinggi rendahnya martabat


manusia yang diukur berdasarkan darah keturunan
yang mengalir dalam diri seseorang, kenyataannya

20 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


masih menyisakan kisah-kisah tragis hingga
sekarang. Maka Rahmat dan Cut, dua manusia yang
dilahirkan dengan darah berbeda itu, dijadikan
simbol bagi Ernayati Zaifah untuk memperjuangkan
kesetaraan sebagai hak dasar manusia. Ia gelisah,
geram, dan juga marah pada sistem adat yang
baginya tidak masuk akal.

Cut gadis bangsawan dan dia di atas awan


Sedang aku hanya ilalang di padang gersang

Perjuangan Cut yang akhirnya bisa meyakinkan


ibunya untuk menyetujui, ternyata juga tidak
mudah bagi keluarga Rahmat yang juga memandang
darah bangsawan sebagai batu sandungan. Adat,
dan juga keyakinan agama, menjadi latar yang
cukup menggambarkan bagaimana Aceh, beserta
manusia Aceh, dituliskan secara terang oleh penulis
Aceh yang menjadi saksi di dalamnya. Tidak ada
kekerasan yang verbal dalam puisi ini, karena konflik
diselesaikan dengan cara pandang Aceh yang sangat
menghormati nilai-nilai keagamaan. Ada takdir,
ada kehendak Tuhan, ada penyerahan atas nasib
yang telah digariskan, kemudian kepatuhan pada
kedudukan orangtua yang setiap kata-katanya harus
dijunjung tinggi.

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 21
Pada beberapa daerah yang juga memiliki konflik
serupa, mungkin saja cara pandangnya akan
berbeda. Mungkin akan memakai cara pandang
yang lebih kontras dan keras. Di Bugis dan Lombok
misalnya, yang mengenal jalan keluar dengan
cara kawin lari (silariang di Bugis, dan merarik di
Lombok), atau di Bali yang pemilahan-pemilahan
kedudukan manusia berdasarkan kasta masih
teramat ketat, beberapa wilayah di Madura, serta
wilayah Jawa yang masih berada di bawah pengaruh
keraton seperti Yogyakarta dan Surakarta (meskipun
untuk kasus Jawa, konflik atas perbedaan status
kebangsawanan semakin jarang terjadi), hasilnya
akan jauh berbeda. Tapi justru karena cara pandang
puisi ini dibidik dari sisi manusia Aceh yang sangat
kuat melandaskan seluruh tindakannya berdasarkan
nilai-nilai agama (Islam), maka penggambaran
peristiwa yang menyangkut nasib tokoh-tokohnya
menjadi khas. Meskipun begitu, cara pandang ini
menyisakan beberapa kelemahan mendasar dari
sisi hukum prosa yang ideal, yakni ketika penyair
mengharuskan hadirnya beberapa peristiwa yang
sangat artifisial. Istri Rahmat, misalnya, tiba-tiba
dibuat berselingkuh untuk memudahkan jalan
cerita agar berakhir happy ending. Pada peristiwa
Rahmat yang “secara kebetulan” melewati tempat

22 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


Cut dikurung (karena Cut kemudian gila, sehingga
ia harus dikurung dalam sebuah gubuk di belakang
rumah), untuk memudahkan penyairmempermudah
agar dua tokoh yang saling mencintai itu bertemu.
Kebetulan-kebetulan semacam ini (yang menurut
kacamata penyair adalah takdir), dari segi sastra
menyisakan lubang kejanggalan yang mengganggu.
Kalau Cut dan Rahmat dalam puisi esai “Cut Bulan,
Rahmat Ilalang” menggambarkan sebuah konflik
cinta berdasarkan perbedaan kasta (keturunan
bangsawan dan keturunan rakyat jelata), maka
perempuan kedua bernama Tiara mengalami konflik
yang jauh berbeda, yakni perbedaan lingkup sosial
dimana dua manusia dibesarkan. Tiara dibesarkan
di Eropa (meskipun warga negara Indonesia, tapi ia
lahir di Belanda) yang memiliki banyak kebebasan,
terutama dalam hal seksual. Karena ayah dan ibunya
seorang diplomat, maka Tiara sempat mengenyam
pendidikan di berbagai negara, yakni di Australia,
Amerika Serikat, dan Kanada. Sementara Inu
Kertapati, seorang pemuda yang dibesarkan oleh
keluarga seorang rohaniawan gereja, lahir dan
tumbuh di Jawa. Inu Kertapati kemudian kuliah
di Amerika. Pada sebuah momen reformasi, ketika
sekelompok mahasiswa Indonesia berkumpul untuk
melancarkan demonstrasi menuntut Soeharto

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 23
mundur yang digelar di sebuah kampus di Amerika,
Inu Kertapati bertemu Tiara. Benih cinta keduanya
tumbuh.

Kisah dalam puisi esai yang juga hampir sama


panjangnya dengan kisah Cut Bulan, Rahmat
Ilalang ini, dimulai dengan flashback. Falshback
yang berkisah tentang sebuah buku: Buku itu
digenggamnya erat;/ Sampulnya dari bahan berkilat/
Sehingga banyak refleksi dapat terlihat.
Dari misteri sebuah buku itulah, kisah cinta Tiara
dan Inu Kertapati dibedah.

Anda berdua benar!


Saya sudah tak perawan lagi.
Tapi saya keberatan dengan istilah yang kalian
pakai:
“Tidak suci lagi!”

Perbedaan cara pandang dalam persoalan seksual


antara Timur dan Barat, menjadi inti persoalan
puisi esai yang ditulis Samuel Edward dengan
judul “Kebenaran yang Melukai Mutiara, Menodai
Tiara”. Samuel Edward adalah seorang dokter
(seorang profesional di bidangnya) yang memiliki
kegelisahan dalam melihat batas-batas konsep

24 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


moral dan etika serta pandangan agama, yang
berpotensi menimbulkan konflik. Ia memandang
bahwa dalam hal-hal tertentu, konsep-konsep yang
dianggap sakral (dalam hal ini, soal keperawanan),
masih bisa diperdebatkan.

Perempuan ketiga dalam buku ini, seseorang yang


bernama Rona, seorang korban kekejaman prajurit
Jepang di penghujung perang dunia ke dua, ketika
balatentara Jepang tiba di Indonesia. Rona menjadi
budak nafsu puluhan prajurit, dipaksa menjadi
seorang pelacur, bersama ratusan atau bahkan
mungkin ribuan perempuan yang kemudian dikenal
dengan istilah Jugun Ianfu. Puisi esai panjang
tentang “sang hero” bernama Rona ini, yang
berjuang di tengah keputusasaan atas harga dirinya
yang tercabik-cabik, ditulis oleh Hasri Nurain.

Hampir sama dengan teknik yang digunakan


Samuel Edward dalam menata alur, pada puisi esai
“Bayonet Sang Jugun Ianfu” juga menggunakan
flashback sebagai teknik yang cantik untuk
mengatur ketegangan. Dimulai dari pernyataan
dendam Rona, yang mengatakan: “Tidak ada yang
lebih menyakitkan/ Ketika seseorang memanggilnya/
Wanita bekas Jepang!” Dari pernyataan provokatif

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 25
tokoh utama yang langsung menghantam, kisah
kemudian beralih pada seorang tokoh bernama
Hisida, yang kemudian diketahui (pada akhir
kisah) adalah anak Rona yang diasuhnya, untuk
mengabadikan kisah cintanya dengan seorang
perwira Jepang yang bernama sama: Hisida.

Secara umum, puisi esai yang dilengkapi dengan


beberapa catatan kaki yang menjelaskan berbagai
hal berkaitan dengan Jugun Ianfu yang dinyatakan
sebagai “kejahatan seksual”, cukup memberikan
empati yang dalam. Tokoh Rona, yang menjadi saksi
atas berbagai kekejaman di luar batas kemanusiaan,
menjadi tokoh yang hidup dalam puisi ini.
Meskipun begitu, beberapa hal masih menyimpan
lubang-lubang kelemahan, terutama pada logika
peristiwa yang terkesan sedikit ceroboh. Misalnya
pada peristiwa terbunuhnya Hisida bersama
seorang tentara Jepang lainnya di tangan Rona. Bisa
dibayangkan, dua orang tentara bersenja lengkap,
bisa begitu lengah berhadapan dengan perempuaan
yang hanya bersenjatakan sebilah belati. Juga pada
peristiwa perginya Hisida (yang merupakan salah
satu perwira dari pasukan Jepang) bersama Rona ke
markas Tentara Keamanan Rakyat, --yang notabene
adalah musuhnya. Tidak ada penjelasan yang masuk

26 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


akal kenapa Tentara Keamanan Rakyat dengan
begitu saja percaya, dan membiarkan Hisida pergi.

Perempuan keempat, ada dalam tokoh puisi esai


“Madu Dua Perempuan” karya Cavega Terasu.
Puisi ini sangat cermat dengan keindahan irama,
disamping gaya penceritaannya yang lembut dan
hati-hati. Jika pada tiga puisi esai sebelumnya penyair
lebih terpesona kepada penyampaian tema dengan
teknik penceritaan yang kuat, maka pada puisi esai
Cavega Terasu ini, ketelitian dalam pemilihan kata
tampaknya juga sangat diperhitungkan. Bahkan
pada adegan yang sesungguhnya cukup keras pun,
penyair masih begitu sadar menjaga konsistensinya.
Kita lihat pada kutipan berikut:

Darah perawan memancar hangat


Menjebol garis-garis diri termulia.
Kini, hatinya hancur berkeping-keping
Dia tak lagi gadis muda.
Tetapi - istri kedua.

Pandangan penyair terhadap perilaku poligami yang


hanya mementingkan nafsu syahwat, serta kritik
yang tajam terhadap kemunafikan para penjaga
otoritas agama (dalam hal ini, disimbolkan oleh

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 27
seorang ustadz uzur pengumbar syahwat), menjadi
benang merah yang merakit puisi ini, menuju
pada muara simpati pembaca kepada korban,
--perempuan yang kehilangan pilihan atas nasib.

Sungguh menarik, bahwa dengan kelembutan


bahasa yang ia gunakan, penyair mampu melahirkan
sebuah kekuatan tak terduga. Kesedihan, kesinisan,
kemarahan, serta kritik paling tajam, ditiupkan
selalu dengan hati-hati. Pada bagian penggambaran
adegan pemaksaan hubungan seksual yang lain
(yang memang penting untuk diulang sebagai
penekanan pada inti tema sentral yang diangkat),
ia juga menemukan satu kemasan lain yang sangat
tidak kentara, akan tetapi efeknya cukup terasa. Kita
lihat pada kutipan berikut:

Menuntaskan syahwat tertunai


Tuntas di batas-batas dunia terindah
Melenguh nafsu menang telak
Telah menjadikan manusia budak sentosa

Pada bagian akhir (penutup dari puisi yang terdiri


dari sembilan babak ini), penyair menyelesaikannya
dengan penyerahan kepada Tuhan, dan menerimanya
sebagai bagian dari takdir. Dewi dan Nisa (istri tua

28 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


dan istri muda), bagaimanapun harus rela untuk
hidup berdampingan. Dewi berpura tegar batu
karang/ Padahal hati rapuh meluruh. Apakah itu
takdir? Sebuah pertanyaan yang tidak mau dijawab
oleh penyair, selain ia hanya bisa berkata: “Mungkin
ada hikmah di balik semua itu.”

Untuk menyebut perempuan kelima dalam buku ini,


kita bisa melihat terlebih dahulu pada catatan kaki
penyair yang memaparkan data cukup mengejutkan:

“Sekitar 0,46 persen dari total populasi Indonesia,


atau sekitar 1.093.150 penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa berat. Hal itu diungkapkan
oleh Wamenkes Prof. Ali Ghufron Mukti, pada
30/07/2013 yang lalu. Data tersebut merupakan hasil
dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian
kesehatan pada tahun 2007.”

Inilah puisi esai yang dua tokoh utamanya, Kenanga


dan Gagah, masing-masing adalah penderita
penyakit kejiwaan. Kenanga dipasung di dalam
kandang. Sementara Gagah, lelaki yang selalu
merasa mendapat bisikan ghaib dari suara yang
diyakini sebagai “Mbah Rekso”, sangat yakin bahwa
suatu ketika ia akan menjadi pahlawan.

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 29
Puisi esai yang satu ini, ditulis Cindy Muspraptomo
dengan judul “Perempuan dalam Kandang”,
memberi warna yang jauh berbeda dengan lima
puisi sebelumnya. Gaya bahasa dan imajinasinya
liar, dengan ungkapan-ungkapan segar, serta
teknik penceritaan khas dengan penggunaan dua
sudut pandang tokoh yang saling membicarakan
satu sama lain. Kenanga membicarakan dirinya,
mengisahkan para lelaki yang menyantap tubuhnya,
serta mengisahkan Gagah yang membawanya pergi
(bukan ke hutan seperti ketika “para lelaki bajingan”
ramai-ramai memperkosanya, --hingga perutnya
buncit), tapi pergi ke sebuah tempat yang mungkin
baik. Sementara Gagah membicarakan sabda “Mbah
Rekso”, menertawakan statusnya sebagai pegawai
negeri, mengisahkan pertemuannya dengan
Kenanga yang sedang masturbasi di kandang, serta
selalu membayangkan dirinya menjadi pahlawan.

Kenanga berkata:

Aku hanya meniru kambing!


Apa itu gila?

Teman-teman suka lari terbirit-birit,


Sebab sudah sering aku jalan membawa celurit

30 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


kemarin kugesekan payudara dan kemaluanku ke
batang pohon,
tak sengaja
tiba-tiba muncul kenikmatan tak terkira

Gagah mengisahkan ini kepada pembaca:

Lihatlah, kau memakai seragam kantor yang kau


benci
Dasar lemah
Kau tak punya kekuatan untuk mengejar cita-
citamu sendiri

Dari balik kandang kupandang samar-samar


Seorang wanita muda sedang masturbasi
Dengan tubuh penuh birahi

Gagah memang pada akhirnya menikahi Kenanga,


--menjadi pahlawan seperti yang dicita-citakan.
Kisah selanjutnya, tentu sudah tidak penting
lagi: apakah dua orang gila yang menikah itu
pada akhirnya berbahagia, ataukah sebaliknya.
Tapi esensi puisi esai yang ditulis cukup gila ini,
bisa menggambarkan dengan jelas, siapakah

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 31
sesungguhnya yang benar-benar gila? Kenanga,
Gagah, ataukah justru masyarakat dan negara? Pada
catatan kaki, penyair mengungkapkan berbagai
data yang sangat lengkap tentang bagaimana
ketidakadilan masyarakat serta ketidakpedulian
negara terhadap korban-korban pemasungan yang
dipaksa menderita seumur hidupnya. Banyak
masyarakat yang masih memperlakukan orang gila
seperti binatang, padahal mereka masih memiliki
peluang untuk disembuhkan jika diobati.

Perempuan keenam, perempuan yang menjadi


penutup dari buku ini, datang dari Pakistan.
Inilah satu-satunya tokoh yang bukan perempuan
Indonesia, dari lima perempuan lainnya dalam buku
ini. Ditulis oleh Daniel Widya Suryanata dengan
judul “Gadis-Gadis Punjab”, sebuah catatan kelam
tentang perempuan-perempuan yang terbunuh
bukan oleh perang, bukan oleh bencana, tapi
dibunuh oleh keluarga terdekatnya sendiri. Honour
killing, adalah kasus mengerikan yang mengancam
nyawa gadis-gadis muda Pakistan (dalam catatan
kaki disebut, bahwa Pakistan menduduki sebagai
negara dengan peringkat honour killing tertinggi
di dunia, dengan jumlah 1000 pembunuhan setiap
tahun). Mereka bisa dirajam hanya karena menolak

32 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


untuk dinikahkan dengan pilihan orangtua, dibunuh
karena telah menjadi korban perkosaan, membuat
malu lantaran tingkah laku dianggap tak pantas,
dan sebab-sebab lain yang sesungguhnya masih bisa
diselesaikan dengan jalan damai. Agama dan lingkup
budaya selalu dijadikan dasar pembenaran, sehingga
pembunuhan demi pembunuhan dianggap sah. 16
catatan kaki dari berbagai sumber yang disertakan
untuk memberi landasan dasar pada puisi esai ini,
membuat Gadis-Gadis Punjab merupakan sebuah
kisah tragis yang benar-benar mengharukan.

Puisi esai ini ditulis dengan bahasa yang jernih dan


struktur kalimat sederhana, sehingga gampang
dibaca. Tidak banyak metafor yang dipergunakan,
akan tetapi pada beberapa bagian tertentu, penyair
menyelipkan sebuah teknik penceritaan yang unik.
Ia menggunakan beberapa sudut pandang tokoh
yang berbeda, untuk mengungkapkan beberapa
kesaksian. Dengan cara ini, pembaca diberi hak dan
kesempatan untuk merumuskan sendiri kira-kira
jawaban apa yang akan diberikan, ketika seseorang
bertanya: “Jadi dalam kasus ini, pihak manakah
yang sesungguhnya paling patut untuk dimintai
pertanggungjawaban?”

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 33
Kata orang, Salma bersalah karena menggoda
Kata orang, korbannya adalah seorang terhormat
Kata orang, anak pejabat, kaya, dan terpandang
Kata orang, telah digoda dengan kecantikan dan
kemolekan
Kata orang, Salma hanya ingin harta pria itu.

Kata si korban, Salma-lah yang memaksanya


Kata si korban, untuk berhubungan intim
Kata si korban, ia telah berusaha menolak
Kata si korban, perempuan jalang itu mengadu pada
polisi
Kata si korban, hanya untuk menjatuhkan
martabatnya semata.

Kata sang pembunuh, perempuan itu telah bersalah


Kata sang pembunuh, karena telah gagal menjaga
kesuciannya
Kata sang pembunuh, dan mempermalukan
keluarga
Kata sang pembunuh, maka itu ia harus dibunuh
Kata sang pembunuh, untuk memulihkan
kehormatan keluarga.

Kata para saksi, mereka melihat


Kata para saksi, Salma yang malang dibunuh

34 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


Kata para saksi, cairan asam disiramkan kepadanya
Kata para saksi, liter demi liter, galon demi galon
Kata para saksi, hingga ia meregang nyawa.

Tetapi kataku, Salma tidak akan menggoda pria


Tetapi kataku, ia anak yang pemalu dan taat agama
Tetapi kataku, ia selalu berpakaian tertutup
Tetapi kataku, aku kenal Salma sejak dahulu
Tetapi kataku, kata-kata mereka adalah fitnah!

Menurutnya, dosa Farida tiada bandingnya


Menurutnya, karena menolak menikah
Menurutnya, dengan calon yang dipilihkan
kepadanya
Menurutnya, dan memilih pria pilihannya sendiri
Menurutnya, kehormatan keluarga harus ditebus
dengan nyawanya.

Menurut tetanggaku, gadis malang itu dibunuh


Menurut tetanggaku, bersama calon suami
pilihannya
Menurut tetanggaku, ditusuk dengan sadis
Menurut tetanggaku, hingga genap tiga puluh
tusukannya
Menurut tetanggaku, dan dibuang di halaman
belakang.

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 35
Tetapi menurutku, dosakah Farida?
Tetapi menurutku, karena mengikuti isi hatinya?
Tetapi menurutku, karena berjalan di jalannya?
Tetapi menurutku, untuk mengabdi pada suaminya?
Tetapi menurutku, dan mendidik anak-anaknya?

***

Puisi esai, masih berjalan untuk mewujudkan dirinya


menjadi ideal. Seperti halnya karya-karya sastra
lain pada umumnya (cerita pendek, novel, naskah
drama), selalu berjalan untuk mencari dirinya yang
paling ideal. Hanya di tangan para penyair dan
prosais sejati, yang telah khatam dan tidak pernah
ragu pada kata-kata (bahkan kalaupun kata-kata
itu menyerbu dalam berbagai jurus dan bentuk),
setiap karya, apapun bentuknya, akan menemukan
keidealan. Bukan di tangan para penakut yang
hanya sibuk mencari-cari alasan untuk melindungi
diri dari keterbatasan kemampuan yang dimiliki.

6 puisi esai di dalam buku ini, memang masih


menyimpan berbagai celah kelemahan. Mereka
adalah anak-anak muda, yang datang dengan penuh
semangat menyala-nyala. Diantara celah kelemahan
paling bisa dirasakan, adalah pada logika prosa

36 P E R E M P UA N M ADU DAL AM KANDANG


yang belum sepenuhnya dikuasai, pada sedikitnya
kemampuan menafsir dan mewujudkan fakta
menjadi metafora, serta minimnya kepekaan dalam
menghayati kata sebagai irama. Tapi bagaimanapun,
keberanian mereka menerobos sesuatu yang baru,
adalah nyala pelita untuk genre puisi esai di masa
depan.

Yogyakarta, Maret 2015

PEREMPUAN MADU DA L A M K A N D A N G 37
Perempuan
dalam Kandang
cindy m u spr atomo
Perempuan Dalam Kandang
Panggil aku Gagah

/1/

Namaku Gagah
Aku ingin bercerita padamu
Sebuah cerita yang mengubah jalan hidupku
Tapi, Sebelum lebih jauh melangkah,
satu hal harus kau tahu
ini bukan cerita tentangku

Panggil aku Gagah


Siapakah aku ?

Aku orang terpasung


Tidurku tak pernah nyenyak berlangsung
Bila pagi tiba, dan cermin kutatap langsung
Kudengar bayang-bayangku mencaci maki

Lihatlah, kau memakai seragam kantor yang kau


benci
Dasar lemah
Kau tak punya kekuatan untuk mengejar cita-
citamu sendiri

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 41
Cita-citaku jadi penulis besar
Tapi terdampar jadi pegawai negeri
Sebab orang tua sudah bertitah
Apa daya, aku tak berani mengambil langkah

Namaku memang gagah


Tapi…
hatiku lemah,

/2/

Seseorang yang akrab dalam hidupku


sering bercerita tentang para kesatria
Mbah Rekso namanya

Ia selalu berkata

Gagah, kau adalah kesatria


Kelak akan berperang melawan angkara murka

Hahaha
Meskipun ia sangat bijaksana
Tapi Mbah Rekso salah

Aku lemah

42 C I N D Y M U S P R AT O M O
Mana mungkin bertarung lawan raksasa sebesar
rumah

Tapi entah mengapa Mbah Rekso tak mau


menyerah
Sampai kematian menggantung di ujung mata
Mbah Rekso terus berkata

Gagah, kau adalah Kesatria


Berikan yang terbaik untuk manusia
Agar hidupmu jadi mulia

Aku tak habis pikir


Ia pikir aku bisa jadi pahlawan

Jangankan berjuang untuk kemanusiaan


Memperjuangan kata hatiku saja aku tak mampu

Asal kau tahu saja


ini juga bukan cerita tentang Mbah Rekso
Panggil aku Gagah,
Aku ingin bercerita padamu
Tapi ini bukan cerita tentangku

Sebut saja Aku Kenanga

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 43
/3/

Tak ada bayi yang langsung mengenali wajah ayah


bundanya ketika lahir

Tapi waktu akan mengajari mereka


Waktu akan membimbing mereka
Lambat laun…
mereka akan memanggil dua orang malaikat
disampingnya
Sebagai ayah dan bunda

Tapi tidak denganku

Kata orang aku anak haram


Kata orang kehadiranku tak diinginkan
Orang bilang ibu meninggalkanku
ayahku juga tak dikenal
Aku terongok tanpa kasih orang tua
Hanya belaian nenek yang menyelamatkan

Awalnya…
Nenek mengasuhku siang dan malam
dengan penuh keikhlasan

Tapi…

44 C I N D Y M U S P R AT O M O
kian lama, ia kian benci padaku
Karena ternyata, aku bukan anak biasa

Gagah : Ini tentang Kenanga

/4/

Sebut saja ia Kenanga


Dan ini…
Ini cerita tentangnya

Ini bukan cerita romansa


Bukan kisah pangeran yang bertemu putri di istana

Tapi pertemuan kami begitu membekas di dada

Kenanga membuatku mengerti


Di dunia ini bermacam-macam penderitaan terjadi

Selama ini aku selalu merasa


Aku manusia paling terpenjara di dunia
tapi pertemuanku dengannya
membuatku sadar
penderitaanku tak ada artinya

Kenanga, ketika usiaku masih begitu muda

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 45
/5/

Aku bisa mengingat peristiwa-peristiwa yang lalu


Ketika usiaku belum menginjak remaja

Waktu itu….
Bukan sekali dua kali aku mengganggu tetangga
Mereka pikir, Sebagai anak kecil itu hal biasa
Tapi lama-lama orang makin menjauhiku
Sebab perilakuku semakin tak menentu

Kadang aku menjerit


Sering juga tertawa tanpa diduga
Sering kulawan semua orang
Kulempar batu, kayu, apapun pada mereka

Pernah dua kali aku lompat ke dalam sumur


Membuat mulut semua orang menyembur
Mereka menghardik marah
‘dasar bocah gila!” (1)

Hahaha
Apa itu Gila…?

Aku tak mengerti


Aku tak peduli

46 C I N D Y M U S P R AT O M O
aku hanya suka tertawa
menjerit
melakukan apa saja
Makan apa saja
Rumput
Jerami
daun-daun
meniru kambing

orang bilang aku tak waras

Aku hanya meniru kambing!


Apa itu gila?

Makin lama aku makin dijauhi


Bahkan oleh nenekku sendiri

Itu semua terjadi ketika usiaku masih begitu muda

Gagah : Kenanga adalah manusia

/6/

Begitulah semua ini bermula


Gadis itu lahir dari orang tua yang tak
menginginkannya

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 47
Ia diasuh oleh neneknya
Yang tak punya cukup harta bahkan untuk makan
dirinya saja

Kenanga bukan anak biasa


Ia adalah satu dari ribuan orang dengan ganguan
jiwa(2)

Tapi ia tetap manusia,


Yang hak-haknya dilindungi oleh negara(3)

Seharusnya sejak dini ia harus dirawat


Sayangnya ia hidup melarat
Bagaimana bisa ia dirawat
uang makan saja, sudah sekarat

Kian lama, ia tumbuh semakin mempesona


Sayang orang tak menyayanginya
Karena dalam mata mereka
Yang terlihat hanyalah ketidakwarasannya
Padahal dalam jiwanya
Ia tetap manusia

Kenanga, Aku tumbuh begitu mempesona

48 C I N D Y M U S P R AT O M O
/7/

Aku cantik,
tubuhku matang begitu menarik
Membuat mata laki-laki selalu melirik
Bila aku duduk di halaman rumah
Menatap langit yang begitu cerah
Para laki-laki yang melihat akan merasa gerah
Apalagi bujang yang belum menikah

Sayang
Hingga sebesar ini aku tak punya teman
Teman-teman suka lari terbirit-birit,
Sebab sudah sering aku jalan membawa celurit

Kau tahu
Aku hanya ingin bermain
Sebab rasanya sepi bukan main

Sayang,
nenek selalu melarang

Jangan biarkan ia keluar!


Awasi dia…!
kalau macam-macam ikat saja tangan dan kakinya.
Anak gila sepertinya tak patut kemana-mana.

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 49
Aku cantik,
tubuhku matang begitu menarik

tapi entah mengapa


hingga kini aku tak punya teman

Gagah : di tempat melarat itu Kenanga berada

/8/

Kampungnya kampung melarat


Kemana mesti berobat ?
Sedang puskesmas saja belum tersedia.

Bahkan di kota
Belum banyak rumah sakit yang bisa menerima
orang dengan gangguan jiwa
kabarnya
Ada daerah yang belum punya dokter jiwa pula(4)

Kenanga adalah satu dari ribuan penderita yang


terlunta-lunta(5)

Takdir Tuhan yang mempertemukan aku


dengannya
Didorong rasa bosanku terhadap rutinitas kerja

50 C I N D Y M U S P R AT O M O
Iseng sendiri aku berkelana
Menerobos hutan-hutan di daerah terpencil negeri kita
Tak kusangka petualanganku membawaku pada
kisahnya

Ada ironi terhampar disana

Tak jauh dari kampung Kenanga berdiri


perkebunan karet raksasa
Kabarnya dimiliki oleh negara

Aneh…
Seharusnya kebun karet seluas itu bisa membuat
orang sejahtera
Tapi kampung ini jauh dari kata sejahtera

Kulihat para pekerja perkebunan berlalu lalang


Anak-anak muda
Banyak juga yang sudah tua

Tampak wajah mereka cerah dan bahagia


Tak seperti wajah penduduk asli
Yang muram
Terbenam dalam kemiskinan

Mereka dari jawa.

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 51
Seorang penduduk asli berbicara

Semua pekerja perkebunan itu orang-orang jawa


Penduduk asli tak punya cukup kecakapan untuk
bekerja

Oh… jadi itu alasannya

Perkebunan itu membawa kemakmuran bagi para


pemiliknya

Sementara tak jauh darinya


Seorang gadis lahir dan ditinggalkan oleh orang tua
Diasuh dalam kemiskinan luar biasa
Hidup sejak belia dengan gangguan jiwa
Dikucilkan, dan diasingkan oleh lingkungannya
Dan…
Ia tak mampu mengobati penyakitnya

Kau tahu…?
penderitaan itu, belum semuanya…

Kenanga, birahi yang terpenjara

52 C I N D Y M U S P R AT O M O
/9/

Lihat kini aku begitu tinggi


Pinggul dan payudaraku montok berisi

kemarin kugesekan payudara dan kemaluanku ke


batang pohon,
tak sengaja
tiba-tiba muncul kenikmatan tak terkira

kini
dalam sehari berkali-kali kulakukan itu

Orang-orang melihatku
Mereka tertawa
Beberapa orang mencemoohku
Menganggap itu perbuatan nista

Ah… mau gimana lagi, kan dia gila


Tak ada larangan untuk orang gila
Hahaha

Kenanga, ruang busuk 2x3 meter

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 53
/10/

Gara-gara perbuatanku itu


Tetua kampung sepakat mengambil tindakan

Kenanga tak bisa terus dibiarkan berkeliaran


Demi kebaikannya, demi kebaikan kita sekalian

Orang-orang mengejarku, berlarian


Aku tak tahu apa yang akan mereka lakukan
Aku meronta mencoba menghindari tangkapan
Kuhadapi mereka semua, sendirian

Mereka buatkan aku sebuah kandang


Kecil saja ukurannya
Berlantai tanah
Di dalamnya hanya tersedia gentong air
dan lubang untuk buang kotoran

mereka mengurungku disana


entah sudah berapa lama
yang kutahu bermalam-malam rasanya
dalam kandang hanya aku dan bilah bambu
Tak ada lagi laki-laki yang menatap nakal pada
tubuhku

54 C I N D Y M U S P R AT O M O
Hanya tiang bambu kandang yang bisu
Tempat kugesekan kemaluan dan payudaraku

Apakah aku memang gila seperti yang mereka bilang?


Aku tak tahu
Rasanya
hidupku makin kesepian

Gagah : gadis itu hidup di dalam kandang

/11/

Aku tak pernah berpikir


Dalam hidupku
Aku akan menemukan pemandangan mengerikan ini

Waktu itu..
Aku sampai di kampung melarat ini
Perjalananku terhenti di warung kopi

Kandung kemihku berontak

Ketika berjalan ke kamar mandi


Kulihat sebuah kandang reot berdiri
Baunya busuk tak terperi
Kupikir kambing atau ayam sebagai penghuni

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 55
Tapi…
Alangkah terkejutnya saat itu
Dari dalam kandang
Kudengar desahan wanita begitu garang
Kupikir itu hanya halusinasi
Namun…
Suara itu terus terulang-ulang

Rasa penasaran menjalar


Aku dekati kandang reot itu

Alangkah terkejutnya mata ini


Dari balik kandang kupandang samar-samar
Seorang wanita muda sedang masturbasi
Dengan tubuh penuh birahi

Gagah : mataku menatap dengan tangisan

/12/

Aku memandang penuh kengerian


Seorang perempuan dipasung dalam kandang

Sudah sering kudengar hal-hal yang demikian


Tapi tak pernah kulihat dengan mata kepala sendiri

56 C I N D Y M U S P R AT O M O
Kenanga hanya salah satu korban
Dari ribuan yang dipasung keluarganya (6)

Aku hampir pingsan mendengar kisahnya


Ia dikurung Sejak berusia 16 tahun
Usianya kini 22 tahun
6 tahun sudah ia di pasung
Aku pernah dengar
Ada yang dipasung lebih lama darinya (7)
Tapi bukan berarti Kenanga lebih beruntung

Kupikir,
selama ini,
aku manusia paling terpenjara
tapi melihat pemandangan di depanku
Semua penderitaanku rasanya tak ada artinya

Nenek Kenanga menceritakan semuanya

Menangis nenek tua itu dalam bercerita


Aku tak bisa bernafas membayangkannya

Nenek tua itu tak punya pilihan


Ia terpaksa memasung cucunya
Sebab tak ada ia biaya untuk mengobatinya
Orang tua kenanga sudah tak tahu dimana berada

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 57
Baginya, Kenanga adalah aib keluarga

Seorang anak kecil mengintip di sela-sela cerita kami


Malu-malu ia bersembunyi
Aku menyapanya
Ia menjawab begitu sempurna

Siapa anak kecil ini nek?

Aku bertanya pada nenek Kenanga

Ia tak menjawab,
makin kencang suara tangisnya

Ia tak kuat untuk bercerita

Kenanga, Aku ditemukan telanjang

/13/

Di kandang busuk ini tak ada cermin


Aku tak bisa melihat bagaimana rupaku
Ketika beberapa laki-laki muda mendatangiku

Hai gadis manis.

58 C I N D Y M U S P R AT O M O
Mereka tersenyum penuh birahi

Ayo keluar bersama kami.

Di kandang ini memang tak ada cermin


Tapi lewat mata mereka yang binal
Aku bisa melihat bayanganku yang pasrah tak
melawan

Ayo keluar bersama kami.

Mereka mengeluarkanku dari dalam kandang


Membawaku ke dalam hutan
di semak-semak belukar
Mereka berpesta
Tubuhku hidangan utama

Esok harinya,
seseorang menemukanku tertelungkup di tengah hutan
tanpa pakaian

aku ingat,
peristiwa itu terjadi
hanya beberapa malam setelah aku tinggal di dalam
kandang

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 59
Gagah, aku menyebut mereka binatang

/14/

Aku mengerti
Mengapa nenek kenanga begitu berat untuk bercerita
Hatiku sendiri tak kuat untuk mendengarnya

Gadis kecil yang manis itu anak Kenanga


Ia lahir dari sebuah tragedi

Kabarnya..
Peristiwa semacam ini bukan yang pertama kali
terjadi (8)

siapa binatang-binatang yang melakukannya ?

Tak ada yang tahu


Tak ada yang berusaha untuk mencari tahu

Sementara itu,
Kenanga yang harus menanggung akibatnya

Kenanga, aku dengar suara bayi

60 C I N D Y M U S P R AT O M O
/15/

Bermalam-malam setelah para lelaki itu


mengajakku keluar kandang
Perutku sedikit demi sedikit membesar
Aku tak mengerti
Mengapa bisa perutku sebuncit ini
Tapi aku senang memandangnya

Malam demi malam berganti


Siang demi siang datang
Perut itu makin lama semakin besar

Entah sudah berapa malam kupandang perutku sendiri


Rasanya sudah lama sekali

Tiba-tiba aku meradang


Perut ini bergejolak
Aku berteriak-teriak

Nenek datang, bersama beberapa orang


Aku tak tahu apa yang terjadi
Beberapa saat kemudian
Pecah tangis seorang bayi
Seperti suara tangisku pertama kali

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 61
Gagah, apakah aku seorang pahlawan ?

/16/

Anak kecil hasil dari tragedi yang Kenanga alami


Wajahnya seperti bidadari
Ia tak bisa hilang dari bayangan
Walaupun beberapa hari telah aku tinggalkan

Aku kembali,
Menghadapi rutinitas kantor yang menjemukan
Segala macam pekerjaan
Tak bisa mengalihkan perhatianku dari peristiwa itu

Setiap malam
Mataku tak bisa terpejam
Setiap malam
Hanya penderitaan dua manusia itu yang terbayang

Hatiku berontak
Sebagai manusia aku tak bisa berdiam diri

Kenanga harus dibawa ketempat perawatan


Gadis kecil itu harus diasuh dengan kasih sayang
Tapi apa?
Apa yang bisa kulakukan ?

62 C I N D Y M U S P R AT O M O
Aku hanya laki-laki lemah !

Hatiku gelisah
Perkataan Mbah Rekso tiba-tiba singgah

Gagah
Kau adalah kesatria
Berbuat baiklah untuk manusia
Agar hidupmu jadi mulia

Terus terngiang
Terus terdengar
Semakin lama semakin kencang

Kenanga, apakah laki-laki itu seorang teman ?

/17/

Aku bercermin
Lihat aku begitu cantik
Tubuhku matang begitu menarik

Nenek mendandaniku begitu rapi

Hari ini seorang laki-laki asing menyapaku

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 63
Ayo keluar

Perkataan itu pernah kudengar


Perkataan yang membuatku ditemukan telanjang
di tengah hutan

Tapi kali ini


Perkataan itu muncul dari laki-laki yang berbeda
Sorot matanya menentramkan

Apakah dia yang disebut teman?

Kita akan pergi, ke tempat tinggalmu yang baru

Laki-laki asing itu menuntunku


Beberapa orang berbaju putih mengelilingku

Untuk pertama kali dalam hidupku


Aku merasa kesepian hanya masa lalu

Mbah Rekso, Pada Suatu Ketika

Dalam diri Gagah bisa kurasakan


Jiwa welas asih begitu dominan
Ia akan jadi pahlawan
Meski orang tuanya tak pernah memberinya pilihan
Ia akan memberontak pada keadaan

64 C I N D Y M U S P R AT O M O
Saatnya akan datang
Aku tak tahu kapan
Tapi ku yakin
Ia akan jadi pahlawan….

Catatan kaki

1. Ada banyak gangguan kejiwaan yang dialami oleh penderita gangguan


jiwa. Gangguan tersebut mempengaruhi sikap dan tingkah lakunya dalam
masyarakat. Contoh gangguan tersebut antara lain, gangguan kemauan,
gangguan emosi, gangguan psikomotorik, serta gangguan persepsi.
Bisa dilihat dalam : http://satyaariyono.wordpress.com/2012/03/26/tahap-tahap-
gangguan-kejiwaan/

2. Sekitar 0,46 persen dari total populasi Indonesia, atau sekitar 1.093.150
penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat. Hal itu diungkapkan oleh
Wamenkes Prof. Ali Ghufron Mukti, pada 30/07/2013 yang lalu. Data tersebut
merupakan hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian kesehatan
pada tahun 2007.
Bisa dilihat dalam : http://www.hidayatullah.com/berita/nasional/
read/2013/08/01/5752/sejuta-penduduk-indonesia-berisiko-gangguan-jiwa-berat.
html
Sementara itu, Pravalensi Gangguan Jiwa Berat berdasarkan Riskesdas
tahun 2013, menyatakan bahwa angka pravalensi gangguan jiwa di Provinsi
DI. Yogyakarta dan DI. Nangroe Aceh Darussalam adalah yang tertinggi di
Indonesia, yakni 2,7 per mil. Sementara yang terendah adalah di Provinsi
Klaimantan Barat, 0,7 per mil. Sementara Prevalensi gangguan jiwa berat
nasional sebesar 1,7 per mil.
Data itu diperoleh melalui metode wawancara yang dilakukan oleh pewawancara
kepada kepala rumah tangga atau ART yang mewakili kepala rumah
tangga. Keterbatasan pengumpulan data dengan wawancara adalah adanya
kemungkinan kasus yang tidak dilaporkan serta diagnosis lemah yang kurang
tepat mengenai gangguan jiwa berat. Sehingga tidak tertutup kemungkinan
bahwa jumlah penderita gangguan jiwa berat di Indonesia bisa lebih besar dari
hasil Riskesdas.
Bisa dilihat dalam : http://grhasia.jogjaprov.go.id/index.php/berita/57-
prevalensi-gangguan-jiwa-berat-diy-tertinggi-di-indonesia-hasil-riskesdas-2013

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 65
3. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar 1945 tidak mengenal dikotomi konsep
orang gila dan orang waras. Dalam UUD 1945, sekurang-kurangnya terdapat
sekitar 37 butir ketentuan yang secara umum mengatur hak-hak konstitusional
warga negara seperti hak sipil, hak politik, ekonomi, sosial dan budaya, hak-
hak khusus dan hak-hak atas pembangunan. Hak-hak konstitusional tersebut
bersifat nonderogable, atau tidak dapat dibatasi dalam keadaan apapun.
Memang ada beberapa hak yang sifatnya civil right yang hanya dimiliki oleh
warga negara saja, dan tidak untuk semua orang yaitu hak pilih.

Keseluruhan hak konstitusional tersebut dimiliki oleh setiap orang yang berada
di wilayah NKRI/penduduk dan setiap WNI, tidak terkecuali orang dalam
keadaan sakit jiwa, sepanjang tidak dibatasi oleh UU. Pasal 28H ayat 1 UUD 1945
menyatakan “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan baik dan sehat serta memperoleh pelayanan
kesehatan.” Setiap orang disini tentu saja termasuk orang dengan gangguan jiwa.

Selain itu, Negara secara khusus telah mengatur hak-hak penderita gangguan
jiwa berdasarkan UU 39 tahun 2009 tentang kesehatan. Hak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pasal 148 bab IX tentang kesehatan jiwa itu meliputi
persamaan perlakuan dalam setiap aspek kehidupan. Selain itu patut pula
diperhatikan pasal yang terkait dengan masalah kesehatan jiwa yakni pasal 144
ayat (1,2,3,4,5) pasal 145, pasal 146 ayat (1,2,3), pasal 147 ayat (1,2,3) dan pasal 149
ayat (1,2,3,4)
4. Menurut Irmansyah, Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes, di Indonesia
hanya terdapat 48 RSJ, dengan kapasitas 7.700 tempat tidur. Padahal standard
yang dianjurkan WHO, setidaknya Indonesia membutuhkan 80.000 tempat
tidur untuk penderita gangguan jiwa berat. Irmansyah juga mengatakan,
Otonomi daerah membuat banyak rumah sakit jiwa dialihfungsikan menjadi
rumah sakit umum.

Puskesmas yang seharusnya menjadi ujung tombak penanganan kesehatan jiwa


tidak mampu menangani permasalahan yang ada. Menurutnya, hanya kurang
dari satu persen Puskesmas yang melaporkan kasus gangguan jiwa berat. Bisa
jadi mereka tidak mampu mendeteksi atau takut melaporkan karena tidak
mampu menanganinya.
Bisa dilihat dalam : http://www.harianhaluan.com/index.php/inspirasi/9385-19-
juta-penduduk-indonesia-gangguan-jiwa

Ketua Panitia Kerja (Panja) DPR untuk RUU Kesehatan Jiwa, dr. Nova
Riyanti Yusuf, mengatakan sekitar 8 ribu dari 9 ribu Puskesmas tidak lagi
melayani pasien gangguan jiwa. Nova, mengatakan bahwa hal itu merupakan
pengkhianatan terhadap fungsi-fungsi Puskesmas.
Bisa dilihat dalam : http://www.jpnn.com/read/2013/11/19/201683/8-Ribu-
Puskesmas-Ogah-Layani-Pasien-Gangguan-Jiwa-

Selain itu berdasarkan data kementerian kesehatan tahun 2013, masih ada
delapan provinsi di Indonesia yang tidak memiliki rumah sakit Jiwa dan Empat
Provinsi masih belum memiliki tenaga profesional kesehatan jiwa
Bisa dilihat dalam : http://health.detik.com/

66 C I N D Y M U S P R AT O M O
read/2013/07/31/104440/2319785/763/8-provinsi-di-indonesia-tak-punya-rumah-
sakit-jiwa?880004755

Menurut dr. Edduwar Idul Riyadi, SpKJ, Kasubdit Kelompok Berisiko Ditjen
Bina Kesehatan Jiwa Kemenkes RI, Di Indonesia, RSJ yang dimiliki pemerintah
hanya 33 buah, sementara klinik-klinik penderita gangguan jiwa dikelola swasta
berjumlah sekitar 40-an. Jumlah ini masih dirasa kurang karena penderita
gangguan jiwa di Indonesia cukup banyak.

Begitu pula dengan SDM yang masih rendah. Tenaga psikiater masih kurang,
hampir 700 orang psikitaer di ndonesia masih terpusat di kota-kota besar, tidak
menyebar ke pelosok-pelosok Indonesia.
Bisa dilihat dalam : http://health.detik.com/read/2013/05/20/152457/2250
832/763/penderita-gangguan-jiwa-di-indonesia-ada-1-juta-hanya-10-yang-
berobat?880004755

5. Dari sekitar satu juta penduduk yang diperkirakan mengidap gangguan jiwa
berat, hanya 39.260 orang yang terlayani dengan perawatan medis memadai di
rumah sakit jiwa, Rumah Sakit Umum, maupun puskesmas. Hal itu dinyatakan
juga oleh Wamenkes Prof. Ali Ghufron Mukti.
Bisa dilihat dalam : http://health.liputan6.com/read/654311/sejuta-lebih-orang-
indonesia-alami-gangguan-jiwa-berat

Alasan utama tidak terlayaninya penderita gangguan jiwa berat dengan baik
adalah akses pelayanan kesehatan yang kurang memadai, dengan jumlah
fasilitas yang minim serta SDM yang belum banyak tersedia, tentu masyarakat
kesulitan untuk berobat. Kedua, adanya stigma negatif terhadap penderita
gangguan jiwa membuat keluarga mereka malu untuk melakukan pengobatan.
Yang ketiga, masyarakat belum paham sepenuhnya terhadap kasus-kasus
gangguan jiwa, dan yang terakhir adalah masalah klasik yakni keterbatasan
ekonomi.

6. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur mencatat sedikitnya 731 warga penderita
gangguan jiwa di JATIM masih mengalami pemasungan. Faktor budaya yang
menganggap penderita gangguan jiwa sebagai aib, faktor ekonomi, juga faktor
minimnya fasilitas layanan kesehatan jiwa menjadi alasan utama banyaknya
kasus pemasungan di Jawa Timur. Pemasungan banyak terjadi di daerah-daerah
miskin seperti Ponorogo, Trenggalek, Magetan, Pacitan, Nganjuk, hingga
Bojonegoro.
Bisa dilihat dalam : http://bappeda.jatimprov.go.id/2014/04/02/data-orang-
dipasung-harus-diupdate/

Sementara itu, di Cianjur, Kepala Seksi Bina Tenaga Medis dan Paramedis Dinkes
menyebutkan ada 29 kasus pemasungan di kabupaten Cianjur.
Bisa dilihat dalam : http://m.inilah.com/read/detail/2091579/29-penderita-
gangguan-jiwa-di-cianjur-dipasung
Data pemasungan orang dengan gangguan Jiwa mencapai angka fantastis yakni
sebanyak 56 ribu orang, jika kita mengacu pada Riskesdas Kemenkes tahun
2013. Hal ini diungkapkan oleh anggota Komisi IX DPR RI, yang juga merupakan
Ketua Panja RUU Kesehatan Jiwa, dr. Nova Riyanti Yusuf.

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 67
Kasus pemasungan di tanah air bahkan sempat menjadi bulan-bulanan
pemberitaan media asing. Majalah Time pada tahun 2003 pernah menjadikan
kasus pemasungan dan buruknya pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia
sebagai cover majalah dan berita utama. Tidak sedikit pula media asing seperti
Al Jazeeta, Blogger Australia, pembuat film documenter dari California, juga
jurnalis dari Spanyol yang datang untuk menanyakan kasus pemasungan di
Indonesia.
Bisa dilihat dalam : http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2126756/pelayanan-
kesehatan-jiwa-belum-terintegrasi-baik#.VBpufKPWX-A

7. Pada tahun 2011, seorang perempuan bernama Siti Nuryalina Purba, saat itu
berusia 41 tahun, diberitakan telah dipasung selama 20 tahun. Ia dipasung oleh
keluarganya karena mengidap kelainan jiwa. Perempuan yang akrab dipanggil
Butet itu menghabiskan waktu di dalam pasungan dengan kaki diikat rantai
besi sepanjang satu meter, termasuk untuk urusan buang hajat, ia harus
melakukannya di dalam pasungan. Hasilnya bau tak sedap pun menyeruak
dalam ruangan untuk memasungnya.

Adik Butet yang bernama janter pun mengalami hal yang sama, ia dipasung
belakangan setelah pemasungan Butet yakni dari tahun 1995.
Bisa dilihat dalam : http://ruanghati.com/2011/01/21/kisah-tragis-wanita-cantik-
yang-dipasung-selama-20-tahun/

Lain lagi dengan cerita Legiati (14), ia dipasung oleh neneknya selama 10 tahun
dengan cara diikat kakinya dengan tali. Sang nenek begitu kerepotan dengan
tingkah laku Legiati yang kerap mengganggu dan suka berlari kesana-kemari.
Akibatnya neneknya nekat mengikat kaki Legiati. Selama dalam pasungan
Legiati tumbuh menjadi anak yang abnormal, ia tidak bisa berjalan, suaranya
pun tidak jelas, ia juga tidak bisa buang air dengan normal, Legiati sering
berontak, memukul diri sendiri seperti orang kesurupan.
Bisa dilihat dalam : http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=8031

Di Bekasi seorang pria berusia 30 tahun bernama Sukito dipasung oleh


keluarganya, selama 4 tahun. Ia seringkali mengamuk dan membahayakan orang
di sekitarnya.
Bisa dilihat dalam : http://news.liputan6.com/read/791402/kisah-sukito-
dipasung-rantai-besi-4-tahun-di-bekasi

Di Ngawi, Khoiruddin (25) terpaksa dipasung oleh keluarganya selama lebih dari
15 tahun karena sering mengamuk, serta orang tuanya tak memiliki biaya untuk
mengobatinya.
Bisa dilihat dalam : http://beritajatim.com/pendidikan_kesehatan/202159/
sakit_jiwa,_warga_ngawi_15_tahun_dipasung_di_gubuk.html#.VBpwAKPWX-A

Di kabupaten yang sama, Ngawi, Dwi Purwaningsih (32) mantan penyanyi


campursari dipasung oleh keluarganya sejak 12 tahun silam karena mengalami
gangguan jiwa akut. Ia tidak sendiri, kakaknya yang bernama Eko Prasetyo (37)
Juga mengalami hal yang sama, sejak tahun 2007 sepulang dari Kalimantan Eko
mengalami gangguan jiwa akut. Karena tak memiliki biaya untuk pengobatan
mereka berdua, keluarga terpaksa memasungnya.
Bisa dilihat dalam : http://www.tribunnews.com/regional/2014/03/10/mantan-

68 C I N D Y M U S P R AT O M O
artis-campursari-kini-hidup-dipasung

Di Magetan, seorang pria berusia 56 tahun bernama Tukimin, telah dipasung


selama 26 tahun karena yang bersangkutan menderita gangguan jiwa dan sering
mengamuk tanpa sebab.
Bisa dilihat dalam : http://m.beritajatim.com/peristiwa/197584/sakit_jiwa,_
tukimin_dipasung.html#.VBpw7KPWX-A

8. dr. Hafiidhaturrahmah, pernah menceritakan kisahnya ketika mendampingi


seorang perempuan hamil yang mengidap gangguan jiwa. Perempuan itu sebut
saja Mawar. Mawar mengidap gangguan jiwa saat ditinggal suaminya pergi,
padahal saat itu ia sedang mengandung. Beberapa tahun setelah melahirkan
anak pertama. Mawar yang kondisi kejiwaannya masih sangat labil, mengalami
peristiwa pemerkosaan, dari peristiwa itu Mawar hamil dan melahirkan anak
yang kedua.
Bisa dilihat dalam : http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2013/04/20/
mawar-gila-diperkosa-hamil-dan-bertahan-514509.html

Siti Nurliyana Purba atau biasa dipanggil Butet, yang pada tahun 2011 diberitakan
telah mengalami pemasungan selama 20 tahun, juga pernah diperkosa hingga
hamil oleh orang tak dikenal. Butet mengalami pemerkosaan ketika dalam
pasungan, ia bahkan harus melahirkan di dalam tempatnya terpasung. Tidak
hanya sekali, Butet bahkan dua kali mengalami peristiwa pemerkosaan.
Bisa dilihat dalam : http://ruanghati.com/2011/01/21/kisah-tragis-wanita-cantik-
yang-dipasung-selama-20-tahun/

Di Bekasi, pada Mei 2014 terkuak kasus pemerkosaan terhadap seorang anak
berinisial V (17) yang mempunyai kelainan jiwa, ia diperkosa oleh tiga pria
dalam kamar hotel. Menurut penuturan saksi, V telah dua kali mengalami
pemerkosaan oleh orang yang sama.
Bisa dilihat dalam : http://megapolitan.kompas.com/read/2014/05/18/0821198/
Anak.Gangguan.Mental.Diperkosa.Dua.Tetangga.Ikut.Jadi.Korban

Fina, seorang penderita Asperger berusia 19 tahun pada tahun 2003, diperkosa
oleh tiga orang laki-laki, ia bahkan sempat diculik dan disekap selama 3 bulan
lamanya. Setelah dikembalikan pulang oleh para pelaku, kondisi Fina sangat
ketakutan, lusuh, dan selalu bermimpi buruk.
Bisa dilihat dalam : http://psikonsultan.com/uncategorized/kisah-fina-asa-
seorang-penderita-asperger-by-erin-mutiara-m-psi.html

PEREMPUAN D A L A M K A N D A N G 69
Biodata Singkat

Cindy Muspratomo, lahir di Tuban pada tanggal


10 Desember 1990. Cindy mengenyam pendidikan
dasar dan menengah di kota Tuban. Ia sempat
juga mendapatkan pendidikan di Pondok Modern
Darussalam Gontor.

Setelah lulus MAN Tuban, Cindy kemudian


melanjutkan ke STAN Jakarta hingga lulus tahun 2013.
Saat ini Ia sedang berusaha untuk terus giat menulis
dan menerbitkan karya.

Penulis mempunyai kepedulian terhadap masalah-


masalah sosial di sekitar masyarakat. Penulis pernah
mengikuti beberapa kegiatan sosial yang dikelola
oleh kampus maupun LSM-LSM.

70 D A N I E L W I D YA S U R YA N A T A
Gadis-Gadis
Punjab
Da nie l W id ya Su ryan ata
Gadis-Gadis Punjab
/1/
Siang itu terik, sangat terik
Tetapi orang-orang itu tampak tak peduli
Biarlah peluh membasahi tubuh mereka,
Apalah artinya panas ini,
Asalkan rasa keadilan mereka terpenuhi.

Siang itu terik, sangat terik


Tetapi semua tampak tidak peduli
Biarlah mereka berteriak,
Sampai suara mereka habis,
Asalkan mereka dapat melihat kebenaran.

Siang itu terik, sangat terik


Tetapi orang tuaku tidak peduli
Biarlah mereka berdiri di tengah,
Dimana matahari menyengat paling tajam,
Asalkan kehormatan mereka dapat dipulihkan.

Siang itu terik, sangat terik


Tetapi aku tidak merasa kepanasan
Tubuhku menggigil hebat layaknya orang demam,
Tetapi tak mengapa,
Asalkan semua ini cepat selesai.

GADI S G A D I S PUN J A B 73
Siang itu terik, sangat terik
Biasanya di hari sepanas ini aku tidak akan di sini,
Aku akan beristirahat di bawah naungan rumah kecilku,
Tetapi tidak hari ini,
Tidak di hari penghakimanku.

Ya, hari ini lah harinya,


Sering aku menduga bahwa hari ini akan datang,
Tetapi bukan hari ini!
Tidak secepat ini!
Oh Tuhan, mengapa harus hari ini?

Ya, hari ini lah harinya,


Setiap malam kubayangkan hari ini akan datang,
Kupikir aku akan siap menghadapi hari ini,
Tetapi baru kusadari bahwa aku salah!
Oh Tuhan, mengapa harus hari ini?

Ya, hari ini lah harinya,


Penghakiman akan dijatuhkan padaku,
Atas “dosa” yang kuperbuat,
Hukuman rajam akan dijatuhkan padaku,
Rajam hingga mati.

Banyak yang berkata,

74 D A N I E L W I D YA S U R YA N A T A
Kilasan peristiwa akan datang silih berganti,
Di saat menjelang kematian
Dan hal itu memang benar adanya
Pikiranku membawaku kembali ke masa laluku.

/2/
Namaku Laila,
Seorang gadis enam belas tahun,
Lahir dan besar di Punjab,
Suatu provinsi di Pakistan,
Suatu tempat yang menakjubkan.

Aku hidup bertiga dengan orang tuaku,


Ayah seorang petani, ibu seorang guru
Mereka adalah penganut Islam yang taat,
Dan seperti kebanyakan tetanggaku,
Sangat menjunjung tinggi martabat keluarga.

Aku memiliki dua orang sahabat,


Salma dan Farida namanya
Kami sudah kenal dan berteman sedari kecil
Kami bertiga tidak terpisahkan,
Tidak hingga maut yang memisahkan kami.

Salma adalah seorang gadis,

GADI S G A D I S PUN J A B 75
Parasnya elok, hatinya pun suci
Kata orang, ia adalah manifestasi kesempurnaan,
Baik sebagai istri, maupun sebagai ibu.
Dan memang itu cita-citanya.

Lain Salma, lain Farida,


Farida adalah gadis periang,
Supel terhadap semua orang adalah cirinya
Ia ingin menikah dengan pangeran tampan,
Dan dikaruniai anak-anak yang menakjubkan.

Berbeda dengan kedua sahabatku,


Aku belum memikirkan cinta
Mimpiku adalah untuk berkelana,
Melanjutkan studi di tanah Amerika,
Dan mengunjungi setiap negara di dunia.

Aku ingin melihat dunia!


Merantaulah, kau akan mendapat,
Pengganti teman dan sahabat
Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa,
Setelah lelah berjuang1.
Tidak pernah kubagi mimpiku ini,
Hanya kepada kedua sahabatku ini saja
1
Kutipan itu diucapkan oleh Imam Syafii, yang dipopulerkan oleh Ahmad Fuadi, pen-
ulis novel trilogi Lima Menara, pada buku ketiganya, Rantau 1 Muara. Kutipan dapat
dibaca pada: http://www.goodreads.com/quotes/830476-merantaulah-kau-akan-
mendapat-pengganti-kerabat-dan-teman-berlelah-lelahlah-manisnya.

76 D A N I E L W I D YA S U R YA N A T A
Orang tuaku tidak akan mengizinkan
Mereka terlalu kolot,
Mereka juga membenci budaya Barat.

Bertiga kami berbagi mimpi,


Seraya menunggu petang menyelimuti Punjab
Bertiga kami saling menguatkan,
Bersama mereka, mimpiku tidak lagi mustahil,
Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-
mimpi itu2.

/3/
Kukatakan bahwa hanya maut yang mampu,
Untuk memisahkan ikatan ketiga sahabat ini
Dan hal ini memang benar adanya,
Namun tidak pernah kusangka hari itu akan datang,
Tidak secepat ini.

Masih segar dalam ingatanku


Hari itu bulan September tanggal delapan belas
Sudah seminggu Salma tak datang ke sekolah
Firasatku tak enak,
Tak pernah Salma membolos sekali pun.

Rasanya baru seperti kemarin,


2
Kutipan ini diucapkan oleh Andrea Hirata, penulis novel Laskar Pelangi pada buku
keduanya, Sang Pemimpi. Kutipan dapat dibaca pada: http://www.goodreads.com/
quotes/5866-bermimpilah-karena-tuhan-akan-memeluk-mimpi-mimpi-itu.

GADI S G A D I S PUN J A B 77
Sekolahku dikejutkan oleh penemuan
Penemuan sesosok mayat yang mengenaskan
Rupa manusia tak tampak lagi pada dirinya,
Penemuan sesosok mayat Salma.

Kulitnya hancur sudah


Kedua matanya terbelalak
Bagaikan menyaksikan kengerian tak terperi
Tubuhnya ditemukan di sebuah selokan,
Sungguh, tempat tak pantas bagi Salma yang
manis.

Bulan berganti bulan,


Kematian misterius Salma mulai dilupakan
Namun kepedihan tak kunjung sirna dari padaku,
Tak juga dari Farida
Tidak saat duka yang menggantung masih begitu
kental.

Dan kabar itu datang


Bagaikan oasis di pada gurun
Kabar itu menjawab tanya kami
Polisi telah menemukan pembunuh Salma
Yang tak lain adalah orang tuanya sendiri.

Kata orang, Salma bersalah karena menggoda

78 D A N I E L W I D YA S U R YA N A T A
Kata orang, korbannya adalah seorang terhormat
Kata orang, anak pejabat, kaya, dan terpandang
Kata orang, telah digoda dengan kecantikan dan
kemolekan
Kata orang, Salma hanya ingin harta pria itu.

Kata si korban, Salma-lah yang memaksanya


Kata si korban, untuk berhubungan intim
Kata si korban, ia telah berusaha menolak
Kata si korban, perempuan jalang itu mengadu
pada polisi
Kata si korban, hanya untuk menjatuhkan
martabatnya semata.

Kata sang pembunuh, perempuan itu telah


bersalah
Kata sang pembunuh, karena telah gagal menjaga
kesuciannya3
Kata sang pembunuh, dan mempermalukan
keluarga
Kata sang pembunuh, maka itu ia harus dibunuh
Kata sang pembunuh, untuk memulihkan
kehormatan keluarga.

3
Salah satu alasan melakukan honour killing (pembunuhan untuk kehormatan)
adalah karena wanita tersebut sudah diperkosa. Salah satu kasus yang pernah ada
yaitu gadis 10 tahun hampir dijadikan target pembunuhan karena diperkosa dan di-
anggap mempermalukan keluarga. Sumber: http://www.ibtimes.com/10-year-old-
afghan-girl-raped-mullah-could-face-honor-killing-1633516.

GADI S G A D I S PUN J A B 79
Kata para saksi, mereka melihat
Kata para saksi, Salma yang malang dibunuh
Kata para saksi, cairan asam disiramkan kepadanya
Kata para saksi, liter demi liter, galon demi galon
Kata para saksi, hingga ia meregang nyawa.

Tetapi kataku, Salma tidak akan menggoda pria


Tetapi kataku, ia anak yang pemalu dan taat agama
Tetapi kataku, ia selalu berpakaian tertutup
Tetapi kataku, aku kenal Salma sejak dahulu
Tetapi kataku, kata-kata mereka adalah fitnah!

/4/
Selamat datang di negaraku4,
Republik Islam, kata mereka5
Tempat dimana martabat dan kehormatan
Dijunjung setinggi cakrawala,
Melebihi nyawa manusia.

Selamat datang di rumahku,


Tempat di mana suaramu bukan milikmu
4
Pakistan merupakan salah satu negara dengan jumlah honour killing tertinggi
di dunia, yaitu sekitar 1000 pembunuhan per tahun. Beberapa Negara di Asia juga
mendapatkan predikat Negara dengan jumlah honour killing tertinggi seperti India,
Afghanistan, dan Turki.Negara Eropa dan Amerika pun tidak luput dari budaya ini.
Sumber: http://hbv-awareness.com/regions/.
5
Islam seringkali dikaitkan dengan honour killing. Walaupun begitu, honourkill-
ing terjadi di semua agama di dunia, bukan hanya Islam saja. Sumber: http://ips-
northamerica.net/news.php?idnews=2943.

80 D A N I E L W I D YA S U R YA N A T A
Tempat di mana kehendakmu bukan milikmu
Tempat di mana kebebasanmu bukan milikmu
Tempat di mana hidupmu bukan milikmu.

Selamat datang di duniaku,


Di mana jodohmu bukanlah pilihanmu
Di mana ideologimu bukanlah pilihanmu
Di mana Tuhanmu bukanlah pilihanmu
Ayah ibumu lah Tuhanmu.

Selamat datang di realitaku,


Di mana kesetaraan gender,
Berada di antara ada dan tiada
Di mana wanita bukan untuk dilindungi,
Tetapi untuk dihakimi6.

‘Karo-kari’ namanya7
Mungkin terdengar jenaka bagi kalian,
Namun bagi kami itu kutukan
Seperti lagu yang didendangkan
Oleh para malaikat maut.
6
Kebanyakan target dari honour killing adalah wanita, walau dalam beberapa kasus,
ada juga pria yang menjadi korban.Hampir 1000 wanita menjadi korban honour killing
di Pakistan pada tahun 2011, dan sangat mungkin jumlahnya lebih tinggi lagi. Sumber:
http://www.dailymail.co.uk/news/article-2118931/Nearly-1-000-Pakistani-women-
victims-honour-killings-year.html.
7
Karo-kari berasal dari dari kata ‘karo’ yang berarti ‘blackman’ dan ‘kari’ yang be-
rarti ‘blackwoman’.Karo-kari menjadi populer seiring dengan meningkatnya jum-
lah honour killing dan sering kali disama-artikan. Sumber: http://www.mtholyoke.
edu/~shusain/briefexplanation.html.

GADI S G A D I S PUN J A B 81
‘Karo-kari’ namanya
Karenanya, dengan cairan asam kami dibasuh8
Karenanya, dengan batu kami disambut9
Karenanya, pisau belati menjadi perhiasan kami10
Karenanya, bubuk mesiu menjadi minyak wangi
kami11.

/5/
Kukatakan bahwa hanya maut yang mampu,
Untuk memutus ikatan sisa kedua sahabat ini
Dan hal ini memang benar adanya,
Namun tidak pernah kusangka hari itu akan
datang,
Tidak setelah seorang sahabat dirampas dari
padaku.

Belum habis duka ini,


Belum kering air mata ini,
8
Salah satu cara yang digunakan dalam melakukan honour killing adalah dengan me-
nyiramkan cairan asam pekat kepada korban. Salah satu kasusnya dapat dibaca pada:
http://www.bbc.com/news/world-asia-20202686.
9
Metode lain yang seringkali digunakan adalah dengan hukuman rajam hingga mati.
Seringkali seorang wanita mati dirajam oleh kerabat terdekatnya. Salah satu contoh
kasusnya dapat dibaca pada: http://www.dailymail.co.uk/news/article-2644123/I-
want-die-pain-Husband-Pakistani-woman-stoned-death-family-vows-fight-justice-
four-arrested-death.html.
10
Metode yang paling banyak dipakai adalah dengan penusukan. Salah satu con-
tohnya dapat dibaca pada: http://pamelageller.com/2013/07/muslim-honor-killing-
in-canada-so-many-stab-wounds-that-from-her-waist-up-there-was-no-body.html/.
11
Penembakan juga seringkali menjadi metode yang banyak digunakan dalam honour
killing. Salah satu contohnya dapat dibaca pada: http://indiatoday.intoday.in/story/
honour-killing-shot-dead-girl-killed-father-shotsac/1/377567.html.

82 D A N I E L W I D YA S U R YA N A T A
Belum sirna kegalauan ini,
Belum berlalu kesepian ini,
Belum rela hati ini.

Namun bukan seperti itu semesta bekerja


Takdir tidak dapat dipilih
Semesta bekerja seperti roda
Kadang kau ada di bawah, kadang di atas,
Namun kadang kau berada di bawah lebih lama.

Belum genap enam bulan,


Setelah kepergian sahabat kami Salma
Kupikir aku tidak akan kuat apabila ditinggal lagi,
Kupikir karena itulah Tuhan tidak membiarkanku
sendiri,
Namun bukan seperti itu semesta bekerja.

Bulan Maret tanggal sembilan


Kumantapkan hatiku untuk tegar
Kukuatkan kakiku untuk melangkah
Ke tempat peristirahatan terakhir
Sahabatku Farida.

Batu nisan sudah dihias bunga


Para pelayat pun berdatangan
Tidak banyak memang

GADI S G A D I S PUN J A B 83
Hanya teman-teman terdekat Farida saja
Tak satupun batang hidung keluarganya tampak.

Pasti Farida pun tak pernah menyangka


Kakak laki-lakinya, saudara kandungnya,
Teman terbaiknya di saat ia sangat belia
Yang akhirnya menjatuhkan penghakiman
Pada adik satu-satunya12.

Menurutnya, dosa Farida tiada bandingnya


Menurutnya, karena menolak menikah
Menurutnya, dengan calon yang dipilihkan kepadanya
Menurutnya, dan memilih pria pilihannya sendiri13
Menurutnya, kehormatan keluarga harus ditebus
dengan nyawanya.

Menurut tetanggaku, gadis malang itu dibunuh


Menurut tetanggaku, bersama calon suami pilihannya14
Menurut tetanggaku, ditusuk dengan sadis
Menurut tetanggaku, hingga genap tiga puluh
12
Honour killing tidak hanya dilakukan oleh orang tua korban saja.Seringkali pelaku-
nya adalah kakak laki-laki korban dan kerabat dekat seperti paman, kakek atau ne-
nek. Salah satu contohnya dapat dibaca pada: http://www.nydailynews.com/news/
world/honor-killing-victim-killed-brother-cops-article-1.1332901.
13
Banyak sekali kasus di dalam honourkilling dimana seorang korban dibunuh karena
menolak pernikahan yang diatur oleh keluarganya.Salah satunya adalah pada kasus
Shafilea Ahmed. Sumber: http://www.theguardian.com/uk/2012/may/21/shafilea-
ahmed-murdered-parents-court.
14
Seringkali pula pasangan yang nekad melakukan pernikahan diluar kehendak ke-
luarga dibunuh secara bersamaan.Salah satunya adalah kasus Muafia Bibi dan Saj-
jad Ahmed. Sumber: http://www.huffingtonpost.com/2014/06/29/pakistan-honor-
killing_n_5541100.html.

84 D A N I E L W I D YA S U R YA N A T A
tusukannya
Menurut tetanggaku, dan dibuang di halaman
belakang.

Tetapi menurutku, dosakah Farida?


Tetapi menurutku, karena mengikuti isi hatinya?
Tetapi menurutku, karena berjalan di jalannya?
Tetapi menurutku, untuk mengabdi pada
suaminya?
Tetapi menurutku, dan mendidik anak-anaknya?
Ah, aku memang tidak mengerti cinta
Tetapi bukankah cinta adalah sesuatu yang pribadi?
Bukankah itu sesuatu yang tidak dapat dipaksakan?
Bukankah manusia bebas untuk memilih?
Memilih pendamping seumur hidupnya?

Ah, aku memang tidak mengerti cinta


Tetapi aku sangat memahami persahabatan
Sesungguhnya sahabat adalah harta yang paling
berharga
Jangan pernah biarkan mereka pergi
Tanpa mereka, hambarlah hidupmu.

/6/
Kesadaranku kembali padaku,
Di tempat dan waktu ini aku berada

GADI S G A D I S PUN J A B 85
Tempat yang kukenal selama enam belas tahun,
Tempat di mana aku biasa berlari bebas,
Tempat penghakimanku.

Orang-orang mulai tak sabar


Pendosa ini harus segera dihukum! Seru mereka
Tetua desa pun memulai
Dengan membacakan ayat Al Quran,
Lalu hukuman matiku.

Keluargaku didatangkan sebagai saksi


Sebagai saksi atas kejahatanku
Tuduhan-tuduhan palsu pun dilontarkan
Yang telah dipersiapkan hanya untuk hari ini
Hari penghakimanku.

Seorang pembela pun aku tak punya


Bukankah seorang pendosa juga berhak dibela?
Membuka mulut pun tak diizinkan
Bukankah seorang pendosa juga berhak membela
diri?
Biarlah, toh, aku akan tetap mati hari ini.
Kuteringat kembali akan ‘dosa’-ku
Saat itu, sudah kumantapkan hati
Meminta restu orang tua

86 D A N I E L W I D YA S U R YA N A T A
Untuk menuntut ilmu dan berkelana
Demi diriku, demi bangsaku.

Namun kuteringat kembali akan gundahku


Haruskah kukunci mulut dan hatiku,
Diam di dalam penjaraku,
Diam menunggu takdirku,
Tanpa kehadiran sahabatku?

Kuteringat kembali akan galauku


Ataukah ku cukup bernyali,
Untuk hidup bebas,
Mengejar mimpiku,
Walau nyawa taruhannya?

Kuteringat kembali saat itu


Ayahku marah besar
Ibuku mengerjap tak percaya
Kau sudah terpapar budaya Barat, kata mereka15
Ajaran agamamu sudah kau tinggalkan, tuduh
mereka.

Namun bulat sudah tekadku.


Biarlah aku menjadi anak durhaka
15
Sejumlah motif dari dilakukannya honourkilling adalah karena korban dinilai
‘toowestern’. Sumber: http://www.meforum.org/2646/worldwide-trends-in-honor-
killings.

GADI S G A D I S PUN J A B 87
Yang ingin menggapai asa
Demi sahabatku yang telah tiada
Aku pergi meninggalkan rumah.

Kukatakan bahwa hanya maut yang mampu,


Untuk mengubur impian ini
Dan hal ini memang benar adanya,
Namun tidak pernah kusangka hari itu akan datang,
Tidak seperti ini caranya.

Malam itu hujan membasahi bumi


Ku telah melarikan diri
Menginap di tempat kenalanku
Bersiap untuk menghadapi petualangan esok hari
Meninggalkan tanah airku.

Tiba-tiba puluhan derap kaki berkumandang


Memecah simfoni merdu riak hujan
Pintu pun diketuk dengan kasar
Kemarahan mereka tak terbendung
Mereka mencariku.

Malam itu aku diseret


Dipulangkan kembali ke penjaraku
Malam itu aku dipukuli berulang kali

88 D A N I E L W I D YA S U R YA N A T A
Malam itu sayapku dipatahkan
Ketika mimpiku hanya tinggal sekepakan sayap.

Tolong! Jeritku
Cairan asam masih terlalu panas untukku
Pisau masih terlalu tajam untukku
Batu masih terlalu keras untukku
Dan sebutir peluru masih terlalu
mengintimidasiku.

Tolong! Jeritku
Tak terasa air mataku meleleh
Masih ada hal yang ingin kulakukan
Masih ada tempat yang ingin kudatangi
Aku takut.

/7/
Dug!
Hal itu menyeretku kembali pada realita
Aku tersungkur di tanah membara
Batu pertama telah dilempar
Oleh sang tetua desa.

Darah segar mengucur dari pelipisku


Walau kepala ini berputar,
Dari sudut mataku aku mampu melihat

GADI S G A D I S PUN J A B 89
Orang-orang riuh
Mereka ingin melempar batu selanjutnya.

Sekilas, kuteringat seorang pria


Melindungi seorang pelacur dari rajam
Barangsiapa tidak berdosa, katanya,
Hendaknya ia melempar batu pertama pada
pelacur ini16.
Sucikah mereka yang melempar?

Sekilas juga, kuteringat sepotong sajak


Bukankah anak-anakmu bukanlah milikmu?
Bukankah mereka adalah titipan Allah?
Yang harus kau jaga di dunia ini?
Dan yang harus kau pertanggung jawabkan kelak?

Lahir di sini tidak kupilih,


Keluarga ini tidak kupilih,
Menjadi wanita tidak kupilih,
Takdir ini tidak kupilih,
Kematian ini pun tidak kupilih.

Ada yang berkata,


Ketenangan tanpa batas akan menghampirimu,
16
Yesus pernah berkata hal tersebut saat melindungi seorang wanita pezina dari
hukuman rajam. Kata-kata Yesus tersebut dapat dibaca dari Yohanes 8:7.

90 D A N I E L W I D YA S U R YA N A T A
Di saat menjelang kematian
Dan hal itu memang benar adanya
Belum pernah aku merasa seringan ini.

Kulemaskan tubuhku yang menegang


Kututup kedua mataku
Menanti batu demi batu mengecup tubuhku
Kunikmati angin semilir yang membawa debu
Kuresapi hangat tanah ini.

Gelap! Aku tidak dapat melihat apapun


Namun kurasakan Salma dan Farida di sampingku
Mereka menggenggam kedua tanganku
Satu di sebelah kanan dan satunya di sebelah kiri
Ini akan cepat selesai, kata mereka
menenangkanku.

Di tempat ini semua mimpi akan tercapai, bisik Salma


Di tempat ini keadilan akan ditegakkan, bisik Farida
Di tempat ini tidak ada lagi siksaan, lanjut Salma
Di tempat ini kami lah keluargamu, lanjut Farida
Di tempat ini kau akanbersatu dengan ayahmu
yang sesungguhnya.

Aku tersenyum
Belum pernah beban ini terangkat dari padaku

GADI S G A D I S PUN J A B 91
Aku memang sangat ingin pergi
Ke tempat kedua sahabatku berada
Selamat tinggal.

92 E R N AWAT I
Cut Bulan,
Rahmat Ilalang
E r nayat i Zaifah
Cut Bulan, Rahmat Ilalang
Karya: Ernayati Zaifah

/1/
Dia telah beranjak dewasa
Cut semakin berbinar pada usia muda
Kulitnya semakin mulus
Matanya bak safir hitam

Ibu telah lama berbicara


Tentang menantu idaman yang selalu dinanti tiba
Cut hanya diam sedang pria idaman belum
memberi kabar

Cut, kamu gadis ibu yang pertama


Kapan kau akan memperkenalkan calonmu
Ingat ya, calonmu harus sama dengan keturunan kita

Cut bungkam seketika


Belajar pun rasanya dia tak selera
Langit semakin mencela

Ibu tidak akan setuju


Bang rahmat bukan keturunan Teuku1

C UT B UL AN RA HMAT I L A L A N G 95
/2/
Cut semakin pilu
Tubuhnya semakin kurus, mukanya semakin tirus

Di kantin kampus Cut dan Rahmat semakin lesu


Sedang gelak tawa disekililing tak mereka hiraukan

Cut, aku tak mampu melamarmu sekarang


Aku bukan keturunan yang sama sepertimu
Kelak anak kita tidak bisa kau beri nama Teuku dan
seperti namamu2

Seperti tertancap runcing bambu


Cut menangis tersedu – sedu
Sedang rahmat pergi berlalu,
Dan hanya menoleh dengan rasa rindu

/3/
Cut pulang terlantung-lantung
Tulangnya terasa runtuh gemuruh
Sang ibu bingung dengan si gadis tunggal

Dari keluarga dekat terdengar kabar


Sepupu sebelah ayah sudah pada di tunang
Sedang Cut masih saja diam di dalam kamar
Sebab Rahmat tak akan meminang

96 E R N AWAT I
Pertanyaan ibu semakin menganga
Memenuhi jendela di telinga

/4/
Ibu, bagaimana jika calonku tak seperti mahumu
Dia bukan dari keluarga Teuku

Cut membuka pandangan ibu


Berharap restu di balik bungkam lesu
Hati Cut mulai berdegup
Kata apa yang akan keluar dari bibirmu ibu?

Tidak, Cut. Kita ini keluarga terpandang di Aceh


Keturunan bangsawan
Apa kata paman-pamanmu nanti

/5/
Rahmat memulai pembicaraan
Dengan bunda yang sedang menganyam
Rahmat ragu berserta bimbang

Bunda, aku mencintai seorang gadis


Budinya baik, serta agamanya bagus
Tapi bunda.....

C UT B UL AN RA HMAT I L A L A N G 97
Rahmat mendadak bisu
Tapi bunda, dia dari keturunan bangsawan
Anyaman bunda sontak berhenti
Wanita tua itu menatap teduh putranya
Tanpa cela, tanpa paksa

Rahmat berfikir dalam-dalam


Cinta bukan satu-satunya modal
Cut dan dia seperti ilalang dan bulan

Cut gadis bangsawan dan dia di atas awan


Sedang aku hanya ilalang di padang gersang
Jarak kami terlalu jauh fikir Rahmat dalam hati

/6/
Di sudut pustaka
Rahmat melihat Cut sedang melamun
Rahmat mencoba menyapa
Tapi Cut hanya menatap hampa

Cut. Jangan siksa dirimu sedemikian rupa


Lihatlah tubuhmu
Kau seperti tak bernyawa

Cut tak berkata


Namun hujan mengguyur matanya

98 E R N AWAT I
Cut tak kuasa melepas Rahmat yang di cinta

Rahmat pemuda bersahaja


Dia tahu agama
Tapi dia bukan keturunan bangsawan

Rahmat, haruskah ini berakhir tanpa arti apa-apa


Aku tak ingin menjadi keturunan bangsawan

Sudahlah Cut, aku sangat menderita seperti ini


Setiap melihatmu rasanya aku ingin pergi
Turuti apa kata ibumu
Mungkin kita tidak berjodoh

Itu kalimat terakhir Rahmat


Sebelum dia memutuskan untuk berhenti kuliah
Dan melanjutkan pengajian di pondok pesantren

/7/
Cut yang malang
Kasih tak sampai kuliah pun tak usai
Cut berhenti kuliah karena sakit- sakitan

Ibunda Cut semakin kewalahan


Melihat sang gadis semakin menderita

C UT B UL AN RA HMAT I L A L A N G 99
/8/
Pada minggu pagi segerombolan orang datang
Dari bangsawan
Dari keturunan orang terpandang
Cut akhirnya dipinang

Cut tak memberi jawaban


Dia hanya menggelengkan kepala
Begitu pula dengan lamaran selanjutnya
Dipikiran Cut hanya Rahmat pemuda biasa

/9/
Ya Allah ya tuhanku, jika memang rahmat jodohku
Pertemukan kami dalam wadah ridha-Mu
Jika dia bukanlah jodoh hamba
Tabahkan hati ini yang terluka

Seraya berdoa ibunda Cut menghampirinya


Di depan sajadah, di dalam mukenah
Genang sungai tergantung di mata Cut.

Cut, lihatlah kondisimu sekarang


Ibunda tak kuasa melihat tubuhmu yang semakin
ringkih

Ibunda, bukankah Tuhan sudah berfirman

100 E R N AWAT I
Manusia di ciptakan berbangsa-bangsa,
Bersuku- suku, untuk mereka saling mengenal
Bukan untuk membeda-bedakan keturunan3

Aku mencintai Rahmat bunda


Pria mengerti agama
Yang akan menjadi imamku
Ayah dari cucu-cucumu

Bunda Cut tak kuasa berkata


Tuhan memang sudah mengatur semua
Dalam firmannya.

Sambil mengambil nafas panjang


Bunda Cut akan memberi jawaban

Bunda tak mungkin memaksamu


Temui Rahmat, katakan padanya untuk segera
melamarmu
Bunda akan memberi restu
Tak peduli dia keturunan Teuku atau bukan

Cut senang bukan kepalang


Senyumnya kembali mekar
Setelah sekian lama layu dan gersang

C UT B UL AN RA HMAT I L A L A N G 101
/10/
Sudah jatuh tertimpa tangga pula
Nada pesan dari handphone Cut berdering
Beberapa pesan dari sahabat berlompat-lompat
berdatangan
Salah satunya dari Erna, sahabat Cut sejak SMA

Assalamualaikum sahabatku Cut


Maaf memberi kabar ini padamu
Rahmat kekasihmu sudah menikah
Dengan anak seorang ustad di pondok pesantrenya
Rahmat telah jadi ustad sekarang

Semoga kau tabah Cut,


Tuhan sudah mengatur semua
Jaga kesehatanmu
Wassalam,

/11/
Cut tiba-tiba berteriak seperti kerasukan
Segala kesakitan yang dibungkam
Meledak keluar berhamburan
Bersama tangis, bersama suara bengis

Cut menghancurkan semua benda


Dia terus menangis, berteriak sekuat tenaga
Tak ada yang tahu apa yang dirasa Cut

102 E R N AWAT I
Segenap keluarga datang
Ibunda Cut yang mengidap penyakit jantung pun
pingsan
Dia tak mampu melihat anaknya berlaku seperti
kerasukan

Tak ada yang tahu


Bersebab bisu telah melumpuhkan bibir Cut

Dia hanya mengurung diri dikamar


Sedang ibunda masih belum sadar
Innalillahi wainna ilaihi raji’un
Ibunda Cut sudah tiada

Cut sontak keluar kamar


Mendengar sang paman mengucapkan kata sakral
Hanya ada tubuh yang kaku
Hanya ada jantung yang berhenti dari tubuh ibu

/12/
Cut tak sadar
Kemalangan hidupnya semakin merajam
tinggallah Cut seorang diri
Tanpa ayah yang telah lama pergi, kemudian
disusul ibunda

C UT B UL AN RA HMAT I L A L A N G 103
Satu-satunya permata yang dimiliki

Setelah pemakaman seluruh keluarga berunding


Tentang harta, tentang warisan,
Tentang siapa yang harus merawat Cut kemudian

Cut masih saja mengurung diri di kamar


Di sana dia masih saja menangis
Rambut yang dulu di kuncir rapi
Sekarang acak-acakan, Cut sudah tak cantik lagi

Dia menangis, tertawa, berbicara dengan benda


Cut sudah tak waras, selurus hidupnya dianggap tuntas
Cut tak kenal siapa dirinya

Kondisi Cut semakin memburuk


Sempat beberapa kali
Sanak saudara melihat Cut akan gantung diri
Cut benar-benar sudah gila, menjelma aib keluarga

Di kamarnya seluruh benda berbahaya di singkirkan


Mulai dari cermin tempat Cut merias diri
Sampai pada guci-guci kecil
Yang dulu tersusun rapi

104 E R N AWAT I
Seperti lapangan, begitulah kamar Cut
Hanya ada tikar, dan satu bantal

Cut sangat mengganggu


Beberapa tamu kehormatan pamannya pulang
Karena suara Cut yang berteriak tak karuan

Alhasil, berdirilah sebuah gubuk bisu di halaman


belakang
Tempat Cut tinggal, ditemani nyamuk, semut dan
semak belukar
Cut dipasung oleh pamannya demi keamanan ,
demi kenyamanan keluarga

Setiap malam, Cut hanya mengalunkan hikayat


pasungan
Tentang Rahmat, tentang semua yang dirasakan
Begitu lama, begitu lara

/13/
Suasana pesantren tiba-tiba gaduh
Mereka berzina ustad
Istrimu dengan ustad Fardi ditemukan tanpa
busana
Di toilet tua belakang asrama

C UT B UL AN RA HMAT I L A L A N G 105
Sontak api menyambar di wajah Rahmat
Sontak pecah segala murka
Sontak tamparan mendarat pada pipi istrinya

Rahmat sangat kecewa


Sudah lama Rahmat curiga
Tentang hubungan gelap mereka
Tapi jika tanpa bukti, tak ada yang bisa di adili

Mulai hari ini aku telah menceraikanmu


Dengan talak tiga
Rahmat mengucapkan kata halal
Tapi dibenci tuhan4

/14/
Khatamlah segala cerita
Rumah tangga, serta istri durhaka

Rahmat memikul segala perih


Tampak genang hujan meluap dimatanya
Rahmat menduda

Empat tahun telah berlalu


Rahmat duda, Cut gila
Begitulah mereka

106 E R N AWAT I
/15/
Setiap pagi Rahmat melewati gubuk
Tanpa mengetahui Cut adalah penghuninya
Sedang pohon cemara seakan berbisik
Rahmat! Cutmu disana, didalam gubuk tua

/16/
Pada subuh minggu
Rahmat masih seperti itu
Melewati gubuk Cut tanpa tahu
Tapi kali ini Cut bersenandung pilu

Suara Cut masih sama


Masih biasa, tapi Rahmat tak mengerti apa maksudnya
Rahmat mengintip dari balik papan

Dilihatnya seorang wanita


Berambut acak,bau, kulitnya penuh daki
Serta baju yang tidak lengkap lagi

Kaki mungilnya telah melepuh


Sebab pasungan kejam

Itu Cutku, kasih dulu yang ku rindu


Rahmat tak pikir panjang
Dia menemui pamannya Cut

C UT B UL AN RA HMAT I L A L A N G 107
Jangan memasungnya lagi
Izinkan saya menikahinya
Dan saya akan merawatnya sendiri

Paman Cut langsung setuju


Akad pun dilaksanakan
Dengan mahar seala kadar
Pasung Cut akhirnya dibuka

/17/
Rahmat membawa Cut pulang kerumahnya
Dirawatnya Cut dengan ibunda
Di mandikan, di suapkan makanan,
Rahmat benar-benar sabar

Telah dipadukan jodoh yang tertunda


Rahmat dan Cut bersama
Sampai Cut pulih
Sampai memadu kasih
Sampai tua letih

Catatan Kaki
1. Dulunya, bagi para bangsawan Aceh sangat penting untuk mempertahankan
garis keturunan mereka ini. Agar keturunan mereka tetap memiliki gelar
“Teuku dan Cut”, seorang Teuku harus menikahi seorang Cut atau menikahi
wanita yang bukan Cut namun harus memiliki akhlak yang baik dan taat pada
agama. Begitu pula dengan seorang Cut, seandainya saja dia tidak menikahi

108 E R N AWAT I
seorang Teuku, maka gelar bangsawan pada keturunannya akan hilang.
2. Seorang yang memiliki gelar Teuku dan Cut dipandang baik oleh
masyarakatnya. Karena mereka secara strata memiliki derajat yang tinggi,
berpendidikan dan sangat taat pada agama. Teuku zaman dulu sangat alim
dan memiliki wawasan yang sangat luas, terlebih lagi dalam membangun
Aceh. Begitu pula dengan Cut, seorang Cut dulunya memiliki sikap yang
begitu mengagumkan, lemah lembut namun tegas dalam membina dan
mengatur rumah tangganya. Sumbernya adalah https://www.facebook.com/
AcehMeseuni/posts/263345757139292
3. Teuku dan Cut ini merupakan gelar yang diberikan berdasar sistim monarki
yang ada di Aceh dulu sebagai garis keturunan dari Ulee Balang Kerajaan Aceh.
Teuku adalah sebuah gelar ningrat atau kebangsawanan, khusus untuk kaum
pria suku Aceh yang memiliki kekuasaan memimpin wilayah nanggroe atau
kenegrian. Gelar Teuku bersifat turun menurun, seorang anak laki-laki diberi
gelar Teuku, bilamana ayahnya juga memiliki gelar Teuku. Seorang Teungku
dapat pula berubah menjadi Teuku, apabila jabatan keagamaannya dialihkan
ke jabatan pemerintahan.
Sedangkan Cut diperuntukkan untuk kaum perempuan. Gelar ini diturunkan
sampai ke anak cucunya jika perempuan bangsawan tersebut menikah dengan
laki-laki dari kalangan bangsawan juga, yang bergelar Teuku. Sumber https://
www.facebook.com/AcehMeseuni/posts/263345757139292 dan http://www.
tanohaceh.com/?p=1115
4. Dalam kitab suci Al-Quran, Allah berfirman di dalam Q.S Al Hujurat 49:13
yang artinya
5. “hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
sukusupaya kamu kenal-mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling Taqwa di antara kamu,
sesungguhnya Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
mengetahui lagi Maha mengenal”
6. Melalui ayat ini Allah memberitahukan kepada kita semua bahwa tujuan di
ciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling tolong-menolong,
saling membantu, saling menghormati, serta saling berkasih sayang diantara
mereka, layaknya berkasih sayang terhadap diri sendiri.
7. Ihwal talak dalam sebuah hadis sahih salah satunya adalah Nabi Muhammad
saw bersabda “tidak ada perbuatan halal yang lebih dimurkai Allah selain
talak” ( HR.Abu Dawud dan periwayat lainnya yang menshahihkan hadist ini).
kutipan ini termaktub dalam buku Zuhaini, Wahbah. 2012. Fiqih Imam Syafi’i.

jilid 2. Jakarta: PT Niaga Swadaya.

C UT B UL AN RA HMAT I L A L A N G 109
Biodata Penulis

Ernayati Zaifah, berasal dari Aceh dan merupakan


Mahasiswa Universitas Syiah Kuala, saat ini dia
merupakan pegiat di salah satu komunitas sastra
di Aceh yang bernama Komunitas Jeuneurob.
Beberapa karyanya termaktub di Koran lokal dan
antologi bersama.

110 E R N AWAT I
Kebenaran yang
Melukai Mutiara,
Menodai Tiara
Sa m u e l
Kebenaran yang Melukai Mutiara,
Menodai Tiara

-1-
Buku itu digenggamnya erat;
Sampulnya dari bahan berkilat
Sehingga banyak refleksi dapat terlihat.

Dan kini, yang paling mencolok di matanya


Biarpun baru sekilas saja
Adalah pantulan kemunafikan penulisnya...!

Namanya Mutiara,
“Tiara” panggilan kesayangannya.
Usianya masuk tahun ke-dua-puluh-lima
Namun nampak seperti masih lima belas tahun
berkat paras dan raga mungilnya.

Dia perempuan dengan prestasi segudang,


Kepandaiannya pun segunung;
Hanya sayang,
Kepahitan hati dan pengalamannya pun nyaris tak
terhitung....

Dan di dalam buku yang sengaja kembali sekarang


ia cengkeram

KEB ENARAN YANG MEL UKAI MUTIAR A MEN O D A I T I A R A 113


Dan yang ia bakar dengan tatap mata menyalang
penuh dendam
Itulah seolah terangkum semua percik neraka
jahanam
Nan berturut-turut dan terus-menerus datang
menghantam
Hidup dan jiwanya hingga paten terekam!

Tak terkira amarah Tiara manakala judul buku itu,


Tertulis dengan huruf-huruf kapital bercetak
timbul berwarna keperakan
Yang berukuran cukup besar pada sampul depan,
Kembali terbaca olehnya:
“Kebenaran yang Memerdekakan”! (1)

Histeria kian mencabik kesadaran Tiara


Manakala guntur menggelegar tak kepalang di
dalam kepalanya
Bersamaan dengan terlihatnya sampul belakang,
Guntur yang digemuruhkan foto seseorang berikut
tulisan namanya di situ,
Foto dan nama dari pria yang menulis buku itu.

Tidaaaakkk!!
Jerit berontak Tiara,
Tapi hanya di dalam hati saja,

114 SAMUEL
Yang akibatnya justru membuat hatinya
Lagi-lagi memuncratkan darah dan nanah
Dari koyakan yang tambah menganga....
Kebenaranmu...
Kebenaran yang kautulis itu...
Apakah sama dengan kebenaran yang kau sendiri
alami, lihat, dan dengar...?!
Kebenaran tentang aku...
Tentang kamu...
Tentang kita berdua...??!!

-2-
Meski berkewarganegaraan Indonesia,
Mutiara tidak pernah menjejakkan kaki di tanah air
tercinta hingga dewasa.
Ia dilahirkan di sebuah kota kecil di Belanda,
Menjalani masa kecil di dua negara Eropa lainnya,
Dan menghabiskan masa-masa menimba ilmu di
Australia, Amerika Serikat, dan Kanada.

Itu karena Tiara ialah puteri sekaligus anak satu-


satunya
Dari suami-isteri yang keduanya berprofesi
diplomat sejak muda.

KEB ENARAN YANG MEL UKAI MUTIAR A MEN O D A I T I A R A 115


Oleh sebab itu, Tiara berpikiran terbuka;
Tepatnya, amat dipengaruhi budaya dan paradigma
Barat
Yang cenderung liberal.
Banyak hal yang bagi alam pemikiran Timur dan
Indonesia tabu,
Baginya sama sekali tidak merupakan masalah.

Tapi, bagaimanapun, gaya hidupnya tidaklah se-


vulgar dan sebebas
Yang biasanya dipikirkan masyarakat
Terhadap orang yang berpikiran liberal.

Malah, secara total,


Sebetulnya gaya hidup Tiara
Justru bisa dikata lebih alim ketimbang kaum
seusianya
Yang melewatkan masa hidup sepenuhnya di
Indonesia
Dan yang mengaku-aku sangat berjiwa dan
bermental Indonesia.

Ya! Secara total!


Yah, kalau dilihat detilnya satu-persatu,
Memang ada segelintir momen
Yang dijalaninya secara liberal.

116 SAMUEL
Teristimewa untuk kasus yang satu ini,
Perbuatan yang satu ini,
Yang tidak begitu masalah, menurut pemikiran
liberal,
Dan yang –lagipula– ia lakukan di dunia yang
mengusung budaya liberal.

Namun, yang secara tak ternyana,


Justru menjadi tonggak pertama
Dimulainya perjalanan deritanya...!

-3-
Aku takkan ada tanpamu,
Engkaulah alasanku hadir di dunia!
Begitulah yang dinyatakan Inu
Sewaktu meminta Tiara agar mau menjadi kekasihnya.
Begitulah yang kerap ditegaskan Inu
Selama mereka menempuh bahtera cinta berdua.

Hati sembilan belas tahun Mutiara segera saja


–Begitu saja–,
Terlarut,
Hanyut....

Pemuda Inu Kertapati,


Yang akrab namun tak pernah nyaman dipanggil

KEB ENARAN YANG MEL UKAI MUTIAR A MEN O D A I T I A R A 117


“Inu”,
Sukses menyingkirkan tak terhitung pria muda
Yang juga ingin mendapatkan kejora “Tiara”.

Keduanya bersua di momen ketika


Indonesia diriuhkan gema Reformasi massa dan
mahasiswa;
Gejolak yang cukup ramai juga dibincangkan di
negeri
Tempat mereka mengukir masa depan dengan
studi.

Kampus di kota damai di pantai barat Amerika itu,


Yang menjadi favorit para kaum pelajar asal
Indonesia,
Mempertemukan dua hati yang sedang haru-biru
Antara idealisme dan pencarian kepastian posisi
diri berada.

Para mahasiswa Indonesia berkumpul, berorasi, di


sebuah aula,
Ada yang pro dan ada juga yang kontra
Akan kepemimpinan Soeharto nan oleh sebagian
kalangan dianggap terlalu lama
Namun juga dipandang mempesona oleh beberapa.

118 SAMUEL
Di tengah kerumunan,
Si pemuda pendiam dan kutu buku hanya menatap
nanar di pojokan;
Entah apa yang ada di pikiran.

Di tengah kerumunan,
Si pemudi kritis dan lincah lidah terlihat tengah
sibuk merencanakan
Sesuatu yang hendak disampaikan.

Tiba-tiba mata sang gadis berbinar!


Rupanya ide-ide cemerlang sudah berkumpul di
ujung bibir.

Tiba-tiba tangan sang bujangan terkepal!


Agaknya ada tekad yang harus sesegera mungkin
dibual.

Keduanya berdiri mendadak secara bersamaan,


Dan dalam kebetulan yang sukar dijelaskan,
Mata keduanya pun bertumbukan….

Hanya dalam bilangan detik


Seisi ruangan mencurahkan segenap fokus
Pada kedua insan muda tersebut,
Yang mana masing-masing kukuh bergeming
Di atas argumentasi dalam kemas kata yang
menarik.
KEB ENARAN YANG MEL UKAI MUTIAR A MEN O D A I T I A R A 119
Usai pertemuan
Satu jam setelahnya,
Kendati masing-masing berpisah jalan
Baik sendiri-sendiri maupun dengan kelompok
kecilnya,
Seluruh hadirin masih ramai membincangkan
Isi pesan yang dihujankan keduanya.

Akan tetapi, justru kedua remaja yang


pemikirannya masih asyik dibicarakan itu
Malah saling menghampiri, saling merasa tertaut,
Tanpa membahas perdebatan mereka sendiri yang
barusan terjadi….

Sayangnya tapi sekaligus mungkin juga untungnya,


Tak ada yang memperhatikan dan mengikuti gerak
bahasa lidah dan bahasa tubuh keduanya;
Sebab, jika ada yang sedikit saja melihat mereka
sekilas,
Dia akan melihat jelas
Betapa kental irama dan gestur kedua pengulas
Diselubungi aura ketertarikan dan kekaguman
yang saling berbalas….

Inu, sang pemuda berpenampilan lugu nan


perenung,

120 SAMUEL
Bukan hanya pada logika sang pemudi yang tadi
menjadi lawan debatnya ia terpikat,
Tapi juga pada kemandirian yang tenang
Yang begitu nyata dalam seluruh sosoknya,
terutama ketika mendekat.

Mutiara, sang pemudi imut berwawasan dan


berjiwa seluas samudera raya,
Tak cuma terhadap alur pemaparan Inu yang unik
saja ia terpana,
Namun pula terhadap kepolosan dan kejernihan
Nan pelak sekali terpancar pada raut dan
ekspresinya yang menenangkan.

Kemandirian yang tenang,


Ketenangan yang mantap:
Pertemuan kedua kekuatan itu menghasilkan cinta
yang niscaya…!

-4-
Kecendekiaan yang sama-sama mendalam dan luas
Menjadi perekat mujarab hati mereka,
Karakter dan sifat nan bak sejauh bumi dengan
langit di atas
Justru menjadi alasan saling melengkapi, mereka rasa.

KEB ENARAN YANG MEL UKAI MUTIAR A MEN O D A I T I A R A 121


Diskusi demi diskusi mengisi hari-hari hubungan
keduanya,
Bahkan debat demi debat panas dan seru;
Tapi malah itu yang membuat Tiara bertambah cinta
Dan mengubah hari-hari monoton menjadi begitu
berwarna untuk Inu.

Asmara….
Kian membara…
Hingga akhirnya…!

-5-
Bagi Mutiara, keperawanan bukannya tak berarti;
Justru malah sebaliknya!
Itu adalah segala-galanya!
Hanya saja, gadis pemiliknya punya hak eksklusif
dan tak terganti.
Tiara menganggap, kegadisan yang diumbar ke
sembarang lelaki
Sama saja dengan harga diri yang ditiadakan
sengaja,
Entah direnggut orang lain secara paksa
Ataukah diserahkan sukarela oleh si perawan itu
sendiri.

Akan tetapi,

122 SAMUEL
Apabila itu dilakukan di dalam hubungan cinta
Dan diberikan khusus untuk sang tercinta seorang
semata,
Tak perlu menunggu selarik kertas izin dari negara
maupun agama sebagai basa-basi!

Sementara untuk Inu,


Kertas izin itu sungguh-sungguh sakti dan harus
dipegang terlebih dahulu
Supaya hubungan intim menjadi sejati sakralnya,
jauh dari tabu.
Namun, hasrat kelelakian,
Apalagi yang tersimpan dalam tubuh yang muda
dan segar nian,
Jauh lebih keras bersuara melantangkan rayuan
Terdengar jauh lebih masuk akal dan cocok dengan
energi dan hasrat yang berkelindan!

Dan…
Terjadilah hubungan itu di antara perawan Tiara
dengan perjaka Inu…!
Diinginkan….
Mungkin saja ada makian nurani mengutuk
perbuatan kebablasan itu….
Tapi tetap saja diinginkan…!

KEB ENARAN YANG MEL UKAI MUTIAR A MEN O D A I T I A R A 123


-6-
Tidak ada yang berubah sesudah semua yang terjadi,
Tak ada juga yang memburuk;
Malah semua berjalan semakin baik:
Komunikasi tambah lancar,
Perdebatan kian seru,
Dan tawa pun semakin sering membahana;
Makan malam makin terasa romantis,
Jalan-jalan yang ditelusuri dan dipelesiri bersama
tambah dihiasi bunga-bunga,
Dan kawan serta kerabat semakin iri namun ikut
gembira juga.

Kemesraan makin memanas,


Keintiman pun kian intens dan melekatkan…!

Tiara dan Inu adalah insan-insan rasional penuh


ambisi dan cita-cita.
Mereka takkan mengizinkan setitik kekeliruan
menodai nama
Juga merintangi langkah besar mimpi mereka.

Tiada tempat bagi kealpaan kecil sarat resiko,


Seperti yang bisa mengakibatkan sang gadis hamil.
Maka, langkah proteksi pun diambil
Setiap kali mereka bersama dalam hubungan yang
“diinginkan” itu.

124 SAMUEL
-7-
Lima tahun berlalu,
Tak terasa.
Hubungan Tiara dan Inu hampir pasti berlanjut
kepada ikatan sejati
Yang resmi
Di bawah lindungan pengakuan
Dari agama, negara, dan khalayak.
Tinggal menunggu restu orangtua.

Tidak ada masalah apapun dari pihak orangtua


Mutiara;
Ikatan janji suci yang hendak diikrarkan puteri
tunggal mereka
Bersama sang pemuda bermasa depan cerah
pilihannya
Hanyalah sekadar pelengkap kebahagiaan dan
keberhasilan papa dan mama Tiara
Setelah lulusnya puteri mereka
Sebagai master dalam bidang politik internasional
yang digemarinya,
Menuruni minat dan bakat kedua orangtua.

Pertanyaannya, bagaimana dengan orangtua Inu…?

KEB ENARAN YANG MEL UKAI MUTIAR A MEN O D A I T I A R A 125


-8-
Inu pulang ke tanah air dengan membawa gelar master
Di bidang teologi dan pelayanan gereja;
Pula dengan membawa sang calon mempelai
Yang ingin sekali ia hadapkan dengan bangga
Ke sambutan hangat Ayah dan Bunda
Serta kedua kakak lelakinya.

Sementara kedua orangtuanya tetap menunggu di


tempat tugas baru mereka di Kanada
Dengan doa dan harap yang membahana,
Tiara seorang diri terbang ke Indonesia,
Ke kampung halaman Inu di Jawa Tengah.
Tentu saja tidak benar-benar sendiri
Karena ada Inu di sampingnya.

Tapi,
Sebersit rasa sepi sendiri
Seolah tak mau pergi dari hati Tiara
Sejak saat berkemas di Kanada
Hingga sepanjang perjalanan di angkasa….

Ragu yang sukar dijelaskan alasannya,


Yang tercampur rasa takut yang kian meraja….

126 SAMUEL
-9-
Ragu dan takut Mutiara itu seakan mendapat bukti
dan alasan
Manakala dia dan Inu berdiri di depan para calon
mertua dan ipar.
Sebenarnya, pada kedua calon ipar tak ada tanda-
tanda itu,
Pada kedua calon mertualah dia mencium aroma
kurang bersahabat.

Usai pertemuan itu,


Setelah Inu mengantarkan Tiara ke rumah seorang
kerabat papa Tiara
Tempat Tiara singgah selama di Jawa,
Barulah orangtua Inu mengutarakan keberatan
mereka pada si bungsu.

Tiara itu gadis yang lahir dan besar di Barat, Inu!


Tentu gaya hidup bebas yang dianutnya!
Begitu ayah Inu membuka pembicaraan.
Karena sang anak belum paham arah tujuan kata-
kata tersebut,
Sang bunda yang mengambil alih giliran untuk
menjelaskan,
Tanpa tedeng aling-aling:
Maksud ayahmu, Nak,

KEB ENARAN YANG MEL UKAI MUTIAR A MEN O D A I T I A R A 127


Sangat mungkin ‘kan, Tiara itu sudah tak perawan lagi
Lantaran terlalu bebas dalam bergaul?!

Blaaarrr!!!
Petir menyambar kesadaran hati Inu hingga
terkoyak…!

- 10 -
Apaaa??!!
Dan kau diam saja, Mas?!
Tak kau ajukan keberatan sama sekali??!!
Bukannya Mutiara murka pada Inu dengan
berteriak begitu.
Kendatipun memang ia murka,
Tiara murka pada alasan yang dipandangnya
Sudah mengintervensi hak prerogatif pribadinya
Juga privasinya.

Aku mengerti betul sikap orang yang masih kuat


memegang
Budaya dan pola pikir tradisional Indonesia, Mas!
Mutiara terus memberondong Inu.
Yang aku tidak terima,

Sikap itu sudah dipakai sebagai senjata


Untuk menusuk orang,

128 SAMUEL
Membunuh,
Membinasakan karakter orang,
Dengan sikap menghakimi!
Dan sekarang,
Orang itu adalah aku, Mas!
Calon isterimu sendiri!!

Inu tertunduk.
Tak mampu mengangkat wajahnya yang menjadi
pucat-pasi.
Ketika mulutnya sedikit terbuka
Seolah hendak ada yang diutarakannya,
Tiara sudah menyambar lagi:

Aku juga bukannya tak ingat, Mas,


Kalau kamu itu seorang ahli teologi,
Seorang alim yang paham benar Alkitab dan Firman!
Aku juga masih ingat,
Ayahmu seorang pendeta dan penatua ternama di
gereja!
Dan aku juga paham benar, Mas,
Tentu adalah aib besar bagi orangtuamu
Punya menantu yang sudah tak perawan!
Istilah kalian itu: “sudah tak suci lagi”!

Tapi, Mas,

KEB ENARAN YANG MEL UKAI MUTIAR A MEN O D A I T I A R A 129


Kau juga tentu masih ingat dan mengerti, bukan,
Kalau aku menganggap bahwa hak pribadi juga
harus dijunjung tinggi
Karena Tuhan sekalipun jarang mau mengusik hak itu
Biarpun Dia satu-satunya yang berhak untuk itu?!

Aku paham,
Yang sudah kita lakukan adalah dosa.
Tapi, Sayangku,
Apakah dosa harus ditutupi dengan dosa pula?!
Sebab, bukankah menerima penyerahan kesucian
seorang gadis
Untuk kemudian mencampakkan orangnya begitu saja
Adalah bentuk perbuatan tidak bertanggung-jawab
Dan itu pun adalah dosa?!

Kepala Inu semakin dalam terbenam….


Ia tahu siapa dan bagaimana kekasihnya,
Ia juga tahu, ia tidak mampu menyanggah gadisnya,
Bukan hanya karena si gadis sangat keras kepala
Dan amat mahir berdebat,
Namun terlebih lantaran
Semua yang diucapkan Tiara itu benar adanya,
Tak dapat disanggah….

130 SAMUEL
- 11 -
Tiara bukanlah wanita cengeng;
Meski begitu,
Tetap saja airmata tak kuasa ia tahan
Manakala ia kembali harus berhadapan
Dengan tatap mata penuh penghakiman dan
penghinaan
Dari kedua orangtua Inu.

Tiara, Anakku….
Demikian ibu Inu berkata dengan lembut
Namun yang bagi telinga Tiara terasa bak tamparan
air es pada luka….
Kamu harus tahu, Nduk!
Gereja tidak sudi memberkati sebuah pernikahan
Di mana mempelai wanitanya sudah tidak suci lagi(2)

Sang ayah langsung menyela dan mengambil alih,


Tapi dengan ketus….
Dingin….
Tak berperasaan….
Dan aku adalah seorang gembala sidang!
Gembala sidang!! (3)
Kau tahu apa artinya itu??!!
Artinya, bagaimana aku bisa mengkhianati gerejaku
Dengan menikahkan anakku sendiri

KEB ENARAN YANG MEL UKAI MUTIAR A MEN O D A I T I A R A 131


Dengan wanita yang sudah ternodai?!!

Tempat itu bukan lagi rumah tempat tinggal,


Tapi sudah menjadi pengadilan….
Pengadilan moral….
Di mana terdakwanya tak diberi kesempatan
didampingi pembela….

Belum pernah Mutiara sekelu ini!


Di hadapan para guru besar, dia selalu lantang
berargumentasi,
Di arena debat, cuma segelintir yang dapat
menyanggahnya,
Itu pun tanpa sanggup mematahkan logika dan
deduksinya.
Tapi itu karena hatinya dingin dan aman!
Di sini,
Di “ruang mahkamah” ini,
Beda lagi!
Hatinya sudah terluka parah, sekarat, hampir mati!
Kekecewaan sudah jenuh mengotori batinnya,
Sehingga ia tak kuasa lagi mengucapkan
Semua bantahan yang ia teriakkan
Di hatinya sendiri belaka…!

Kalau Anda memang gembala sidang yang

132 SAMUEL
terhormat dan mulia,
Tentu Anda tahu betul, Om,
Bahwa saya adalah manusia juga
Yang mesti Anda kasihi sebagai sesama Anda
Dengan memberi saya kesempatan bicara!
Karena, itulah perintah dan hukum Tuhan
sendiri!(4)

Lagi pula, Om dan Tante,


Dari mana kalian tahu kalau saya sudah tak
perawan lagi?!
Saya tak satu kata pun menyatakannya,
Mas Inu pun belum.
Hanya terkaan kalian saja yang kalian usung
menjadi tuduhan
Untuk menghakimi saya
Secara tidak adil seperti ini!

Om, juga Tante,


Biar bagaimanapun,
Anda berdua benar!
Saya sudah tak perawan lagi.
Tapi saya keberatan dengan istilah yang kalian pakai:
“Tidak suci lagi”!

Kalau saja kalian tahu,

KEB ENARAN YANG MEL UKAI MUTIAR A MEN O D A I T I A R A 133


Saya bukanlah perempuan murahan
Yang mengumbar keperawanan sembarangan
Ke sembarang laki-laki
Hanya untuk kesenangan!!

Saya hanya memberikannya kepada satu laki-laki!


Satu laki-laki saja, Om, Tante!!
Dan itu adalah Inu, putera kebanggaan kalian,
Sang penerus trah kerohaniawanan kalian!!!
Tak pernah ada lelaki lain!!!

Tapi semua kata itu terlarut dalam ludah pahit


Yang harus ditelan kembali oleh Mutiara…!

- 12 -
Esoknya, Tiara langsung terbang kembali ke Kanada,
Dengan berkoper-koper serpihan hati yang
bernanah dan berbau busuk…!

Pelukan Mama tak mempan meredam api neraka


di hatinya,
Luapan emosi penuh simpati Papa tak sanggup
membakar kanker ganas penghinaan…!

Tiga hari kemudian,


Inu datang ke kediaman keluarga Mutiara

134 SAMUEL
Hanya untuk memastikan betapa kerdilnya
Nyali dan pemikirannya sebenarnya….

Walau papa Tiara sudah mengusirnya dengan


sangat tak hormat
Dan mama Tiara melemparkan kotoran ke
kehormatan kelaki-lakian dan jabatannya,
Tetap saja Inu sempat mengucapkan sesuatu pada
Tiara
Saat sang gadis baru saja membuka pintu:

Kita memang harus berpisah,


Adalah dosa menyanggah orangtua kita….

Gila kamu!!
Berani-beraninya kau menyinggung soal dosa!!!
Jerit Mutiara,
Tajam melengking,
Membelah udara di antara mereka…!

- 13 -
Buku yang kini digenggam Mutiara adalah karya
pertama Inu,
Buah pemikiran briliannya
Yang juga menjadi tesisnya saat studi teologi.

KEB ENARAN YANG MEL UKAI MUTIAR A MEN O D A I T I A R A 135


Dan setelah berteriak tanpa suara,
Tumbuh tekad di hati Tiara
Untuk membela kebenarannya,
Kebenaran Tuhannya,
Yang selama ini banyak dimanfaatkan
Hanya untuk berbagai kepentingan
Yang bukan kepentingan Tuhan dan kebenaran itu
sendiri…!

Mutiara penghias insan Tuhan ini boleh terluka


karena penyalahgunaan kebenaran kalian,
Tiara pemahkota kemuliaan makhluk Tuhan yang
mulia ini boleh kalian nodai,
Namun,
Bukankah Tuhan Sang Penebus
Akan menyembuhkannya
Dan menguduskannya kembali…?

- 14 -
Balai pertemuan itu penuh sesak.
Para tokoh cendekia dan pemikir gerejawi dari
seluruh dunia
Berkumpul mendengarkan presentasi sang
pemrasaran.

Akan tetapi,

136 SAMUEL
Balai itu juga hening,
Tak ada satu suara pun,
Sebab tak satu jua yang merasa diri berharga
Menjawab pertanyaan terakhir itu,
Pertanyaan yang diajukan sang calon doctor
Bernama Mutiara
Alias “Tiara”….

Catatan kaki:
(1)
“Maka kata-Nya (Yesus Kristus –Pen.) kepada orang-orang Yahudi yang percaya
kepada-Nya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah
murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan
memerdekakan kamu’.” (Yohanes 8 : 31 – 32, Alkitab versi Terjemahan Baru
terbitan Lembaga Alkitab Indonesia).
(2)
Sikap Gereja tidak seragam dalam hal boleh-tidaknya diadakan pemberkatan
atau peneguhan pernikahan bagi pasangan yang telah melakukan hubungan
seks sebelum menikah atau pasangan di mana wanitanya masih berstatus gadis,
bukan janda, namun sudah tidak perawan lagi. Ada beberapa sinode yang
membolehkan, ada juga yang melarang.
(3)
Di kalangan aliran dan denominasi Protestan, pendeta yang menjadi gembala
sidang adalah orang yang berwenang sekaligus bertugas memberkati atau
meneguhkan pernikahan.
(4)
“(Kata Yesus Kristus –Pen.) Dan hukum kedua, yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Injil Matius 22 : 39,
Alkitab versi Terjemahan Baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia).

KEB ENARAN YANG MEL UKAI MUTIAR A MEN O D A I T I A R A 137


Biodata Penulis

Penulis adalah lulusan Fakultas Kedokteran


Universitas Padjadjaran, Bandung, namun lebih
beratensi terhadap dunia tulis-menulis. Baik puisi,
cerpen, novel, maupun esai, semuanya ditulis,
mengejar impiannya menjadi penulis. Sekalipun
lahir dan besar di Jakarta tapi Penulis lebih memilih
Bandung sebagai kota domisilinya.

138 ELIS UMI JAMILAH


Madu Dua
Perempuan
E l is Um i J a m il ah
MADU DUA PEREMPUAN
OLEH: CAVEGA TERASU

/1/
Anisa namanya, orang Sunda.
Sejak kanak menyapa
Dia dipanggil Nisa.
Laku lugu menyata
Sayang orangtua selalu

Sejak kecil dia anak taat,


Bakti berdiri diucap pun laku terpuji
Tapi takdir menjamah paksa.
Dinikahkan dengan lelaki,
Bergudang ilmu dan harta.
Tua keladi, isyarat bahtera.

Bernama Ibra - tak lagi muda


Tetapi suka daun muda
Beralasan kebolehan dan kehalalan
Penyelamatan nama baik
Penyelamatan nafsu syahwat.

Tujuh belas tahun usia terpaut


Saat keperawan terenggut sirri 1
Nikah tanpa surat,
jadi kedua.

MADU D UA PER EMPUA N 141


Nisa tak bisa menggugat
Andai cerai tercipta
Bak diperas manfaat
Tanpa hukum upah berlaku

Malam itu malam pertama


Angin bertiup kencang
Gigil badan Nisa terhujam bayu
Menahan derita tak bernama
Bak diperkosa dibawah nama ikatan

Perih, terasa sunyi.


Pedih, di ulu hati.
Risih, disentuh lelaki tua.
Pasrah melirih dalam hening tak ada bantuan,
Menolong.

Darah perawan memancar hangat


Menjebol garis-garis diri termulia.
Kini, hatinya hancur berkeping-keping
Dia tak lagi gadis muda.
Tetapi - istri kedua.

Ibra tak lagi muda


Enam puluh usia tersandang,
Sebentar lagi tanah ‘kan bersarang,
Lekat tempat beristirahat nanti

142 ELIS UMI JAMILAH


Di lahat abadi

Ditemani cacing, belatung dan anai


Hanya amal, menemani tidur panjang
berkesudahan
Ah, itu nanti! Bukan sekarang
Kini nikmati saja
Harum daun muda kudapan tersaji - pikirnya

Tertawa, bagai anak kecil menemukan mainan baru


Bangga, bisa memiliki harta karun tak bernama
Tanpa halangan, mulus melampai kemulusan jalan tol
Ibra bahagia,
Keperkasaannya masih berguna,
Menembus batas-batas para pemuda
Yang selama ini selalu ia irikan

/2/
Dulu Nisa punya cita
Menebar ilmu gelar ustadzah
Mengejar cita,
Beroleh gelar sarjana.
Menangkup bangku universitas ternama.

Apa lacut dikata takdir


Tak terpikir dipinang getir

MADU D UA PER EMPUA N 143


Lelaki tua beristri satu,
Dihormati bagai tetua,
Di kampung tempat ia dibesarkan.
Dalam agama pun dunia.

Berontak batin laju tak mampu, ia hanya anak kecil


Hanya membulir di dua netra
Kelu berucap
Diam merana dalam hati tersiksa tak terkira
Pasrah laksana kerbau dicocok hidungnya

Bukan karena ingin bakti Nisa menurut


Hanya itulah satu-satunya jalan ibu tercinta
menelan sehat
Setidaknya itu dokter berucap

Jika operasi digelar tepat


Mengorbankan kegadisan dirinya
Direnggut atas nama pernikahan

Benarkah benar?
Hanya diikat nikah bergelar sirri
Semakin menyiksa bathin
Dalam ketidak-adilan laku jumawa

Tak apa Anisa, kau akan baik-baik saja;

144 ELIS UMI JAMILAH


Ucap bapak tercinta
Berusaha menghibur putri termalang
Padahal, di lubuk hati sang bapak tertanam pedih
Menguar pilihan hidup dua terkasih

Nisa Cuma bisa mengangguk


Tanpa pemberontakan di luar
Kecamuk hatinya tak nampak
Hanya gurat sendu menyata dalam riak

/3/
Beginilah hidup bicara
Terkadang pilihan sulit diterima
Apa mau dikata?
Dunia seolah merestui laku fana termulia

Lihat alasan mendera palung hati Nisa


Ibu tercinta berkalung sakit
Meminjam uang lelaku gemintang
Kepada lelaki bergelar ustadz
Terhormat gelar laku ucap

Ibu sakit - kanker payudara


Harus diangkat, operasi pilihan sulit
Jaminan kesehatan tak ada rimba

MADU D UA PER EMPUA N 145


Bagi penyandang miskin dan fakir
Fasilitas tak kasat mata rakyat miskin 2
Dipersulit laku aparat,
Desa setempat. 3

Ibra baik hati - ujar bapak Nisa


Diberinya uang terhitung tak hutang
Hanya ada udang di balik baskom
Ingin melebur materi terperi
Diganti kenikmatan lain tak ternilai

Sang ibu sukses operasi,


Terangkat sudah kanker, anugerah.
Kondisi membaik sudah
Tak ada keluhan tercipta darinya, senyum merekah
Menyisa sakit ulu hati Nisa di dalam

Ibra - baik hati,


Di luar, belakang, depan.
Dalam hati adakah tahu?
Inilah maksud kesungguhan hati
Terang sudah tercipta terlihat

Ibra tersirat pasti


Dia mengincar darah perawan.
Menggenapkan haus lelaki
Di pelataran sunyi tak terbagi

146 ELIS UMI JAMILAH


Diteduhi langit yang tak lagi muda

Menuntaskan syahwat tertunai


Tuntas di batas-batas dunia terindah
Melenguh nafsu menang telak
Telah menjadikan manusia budak sentosa

Nisa - korban
Dijadikan alat balas budi
Seperti sebuah politik
Di ranah publik domestik
Dia hanya bisa menangis dan menangis
Di dusun sunyi tak terjamah penolong

Malam-malam nisa menangis


Sendirian tak berteman manusia
Hanya berteman binatang usang
Di tengah malam buta bicara

Di kamarnya Nisa bercerita penuh pedih


Tetap dalam keheningan ucap
Hanya hati yang cerewet
Menyingkap tingkap-tingkap rahasia diri ternama
derita
Remang-remang di tiap pelataran malam

MADU D UA PER EMPUA N 147


/4/
Nisa anak remaja
Baru bertemu rasa cinta ternama
Iwan – lelaki pujaan dalam tiap mimpi-mimpinya
Cinta Nisa terhadap Iwan
Teman SMA satu kelas
Kandas ditelan takdir

Menyisa serpihan hati terluka


Nisa menjerit melangit
Meminta keadilan Tuhan sang maha
Diam, tak ada jawaban
Poligami resmi menelikung 4
Tak ada lagi yang bisa diperbuatnya
Kini hanya terus berbalut perih di kesendirian

Dari muda Ibra terkenal


Bergelar ustadz - baik hati, ramah tamah.
Istrinya - Dewi
Secantik mutiara
Selembut arakan awan
Selalu setia menemaninya dalam suka dan duka

Dewi jarang mengeluh


Selalu menjadi istri terbaik, teladan semua wanita
Membuat iri siapa saja yang melihat
Kemesraan dalam berumah tangga

148 ELIS UMI JAMILAH


Siapa sangka terjadi di kemudian hari tak dinyana
Saat tua menjejak dalam tautan waktu dan
perjalanan mereka,
Ibra tak tahan syahwat menghajar.
Dewi tak secantik dulu - pikirnya
Melihat daun muda tetangga
Ingin memetik aju suaka

Pucuk dicinta ulam pun tiba


Bapak Nisa meminta bantuan
Harap uang biaya pengobatan
Syahwat menutup - mata hati Ibra
Ajukan syarat - anak perawan

Kesepakatan terjalin di atas keterpaksaan


Mencoba bertaruh hati dengan sebuah nyawa
Meluruhkan mimpi-mimpi putri terkasih
Mengabaikan ingin bahagia hidup terpaut padanya
Mengorbankan lembar demi lembar buku
kehidupan
Yang akan dilewati bertukar waktu

Dan akhirnya terjadi juga semua yang tak disangka


Nikah sirri laksana di bawah ijab qabul di depan Tuhan
Menggoncangkan bumi dan langit
Melafal ikrar bait suci

MADU D UA PER EMPUA N 149


Menanggung, mengambil peran ayah si gadis
Bertanggungjawab baik – buruknya istri yang baru
dalam laku

Nisa meluruh buliran bening


Menyisa perih, bathinnya terluka tiada tara
Membayang malam-malam
Menjamu lelaki tua dalam syahwat
Menunaikan kewajiban istri terhebat

Lihatlah di sudut cerita


Ada bait perih baru yang tercipta
Wanita yang tak lagi muda ditusuk belati takdir
Bathinnya sama tersiksa
Dialah istri pertama – Dewi
Berkalung duka, berkabung luka

/5/
Kilah Ibra poligami halal, dalam tindakan yang
diambilnya.
Rekaan akal tak berakal.
Iya, benar adanya,
Di Kitab tercantum halal hukumnya. 5
Tetapi bukankah bersyarat
Bisakah dia adil?
Sedang adil sulit tercipta

150 ELIS UMI JAMILAH


Ibra menang, memamerkan taring-taring terkuat
Dewi meradang tak kuasa berteman malang
Hatinya disayat sembilu tak terperi
Berdarah-darah dikhianati dimadu.
Begitulah Dewi tersakiti begitu dalam
Hingga air mata susah keluar

Aduhai Dewi, bersabarlah.


Tuhan sedang mengujimu,
Dengan liku hidup penuh warni.
Tetapi, malang nian nasibmu.
Dimadu tak mengizin
Hanya terpaksa lidah terucap

Aslinya kau tak rela. Sungguh tak rela di lubuk


tergurat
Bukankah begitu? Benar adanya!
Hati wanita mana tak tersiksa?
Suami tercinta laku mendua
Bahtera yang dijaga susah payah dari badai
gelombang
Dihempaskan paksa oleh nahkoda

Olenglah kapal melaku


Diterjang syahwat sementara
Tanpa persiapan dan aba-aba
Tiba-tiba, tanpa bekal menangkalnya.

MADU D UA PER EMPUA N 151


Dewi tergugu pilu terdiam memeluk sepi
Memeluk lutut keheningan tersakit
Matanya sembab tak berbentuk biasa
Sepertiganya mengadu-adu ingin ditolong
Laju kapalnya bisa berlayar seperti semula
Pada Tuhan pemilik alam, di tengah keputus-asaan

/6/
Dua hati dimadu dirundung pilu tercipta sengaja
Dewi-Anisa, dua perempuan berbeda generasi dan
zaman
Terbelenggu di wujud keterpaksaan laku lelaki
Merupa rantai tak ikhlas,
Ditunai ikhlas terpaksa laku.
Begitulah cara kehidupan bicara

Apakah Ibra tahu?


Sungguh aslinya yang terjadi
Mereka pasrah terpaksa
Digelayuti perih perjalan panjang
Menunaikan jadi istri idaman
Yang tak diidamkan pelakunya

Dewi mengingat muda.


Ibra dulu setia dalam laku,
Tak pernah tergoda perempuan secantik apapun
Tak pernah ngiler wanita semenarik apapun

152 ELIS UMI JAMILAH


Kini berbeda,
Lakunya kasar telah berubah.
Bagai kacang lupa kulitnya

Inikah setia?
Kaum lelaki ditakdirkan banyak mencinta 6
Wanita tertakdir monogami
Akan dihujat dan dijuluki tak berakhlak,
Jika berlaku poliandri
Poliandri haram! Poligami halal
Begitulah hukum agama berjalan
Umat yang taat harus mentaati
Jangan ada pertanyaan, mengapa?
Tuhan pasti tahu jawabannya
Ada hikmah tersembunyi;
Begitulah ucap guru mengaji

Inilah hukum dunia dan hukum Tuhan


Akal bertanya?
Agama menjawab!
Masihkah harus terus dipertanyakan?
Sedangkan kegamblangan telah ada di kitab-Nya
Jelas. Tersurat dan tersirat
Hanya perlu memahami dan menerima

Dewi terdiam, dibalut paham keterpaksaan


Mulai ingin menerima melajukan bahtera tambah
anggota
MADU D UA PER EMPUA N 153
Nisa terdiam, hatinya masih remaja
Penuh kegamangan dalam laku
Bingung atas masa depan yang akan dihadapinya.

Mereka korban
Tercederai hati dibagi
Mengejar tuntutan kewajiban
Sebagai istri yang harus tunduk dan patuh
Atas ingin suami dalam kehalalan pun kebaikan

Mereka mungkin merasa dipaksa takdir


Terpaksa pikir yang tak lagi mampu bersyair
Menitip hati di wujud-wujud sepi tak tercederai
Di ujung mimpi, yang indahnya takkan bisa terbeli

/7/
Dewi - istri tua
Punya anak tiga telah lulus sarjana semua
Telah berumah tangga
Mewujud mimpi-mimpi orangtua
Tak lagi menjadi beban
Mereka tinggal di luar kota

Dewi semakin menua, layanannya mungkin berbeda


Sudah tak bisa memuaskan hasrat suami
Seadanya dan semampu raga berlaku sebaik-baik laku
Begitulah akhirnya dari perjalanan kesetiaan

154 ELIS UMI JAMILAH


Kini, dirimya hanya berpasrah kehendak dia dan Dia
Mengalah - untuk menang
Mungkin menghibur diri
Aslinya mendekap luka yang bernanah dan berbau
bacin
Untunglah tak mendendam

Dewi cukup kuat iman


Pondasi agama kuat, hingga hanya luka sesaat
Lantas menerima hasrat tersembunyi dari suami
Dia menangis - awalnya
Terbiasa – akhirnya
Seperti manusia yang belajar menaiki sepeda
Terbiasa pada akhirnya dalam ruang benih-benih
keikhlasan

Inilah hidup,
Harus tetap terjalani.
Tak peduli hati,
Berdarah-darah
Bernanah-nanah
Hanya daratan tujuan persinggahan
Dari laju kapal yang tengah dijaga dan sedang
berlayar

MADU D UA PER EMPUA N 155


/8/
Nisa – remaja, tak punya pengalaman dan hati
menetap
Labil akal dan hati tersembunyi
Saat sirri telah memenjara raga dan jiwa
Hilang akal sementara dalam laku
Ia pun menceburkan diri dalam bisikan setan terlaknat
Memenuhi ajakan nafsu ternama derita

Nisa kecewa, atas dunia yang telah jahat padanya


Takdir Tuhan tak disangka menimpa perih terlara.
Dililitkan tali temali pasti dalam lingkup hening,
Di leher miliknya, penuh percaya diri menjemput
pasti..

Pejam,
Mata terpejam menunggu maut bersemayam
Teringat ibu dan bapak di rumah dalam tawa
Telanan kecewa pasti merajam mereka
Bagaimana tidak? Putri tercinta gantung diri,
Dibunuh kemudi poligami.

Tali menjerat, meng-erat siap-siap melaknat.


Malaikat maut memamerkan taringnya
Siap melucuti nyawa titipan
Nisa bersiap
Menerima neraka atas lakunya 7

156 ELIS UMI JAMILAH


Brak!
Pintu kamar didobrak.
Wanita tua merangkulnya.
Dia tak lagi muda
Hatinya penuh luka.

Dipaksa temali terlepas dari leher Nisa.


Kursi penyangga jadi saksi,
Wanita tua penyelamat madu-nya.

Direngkuhnya tubuh ringkih Nisa


Ibarat seorang ibu terhadap anaknya
Air mata menetes,
Di sudut netra dua wanita.

Bukan salahmu - Nisa.


Ujar Wanita tua - Dewi namanya.
Berdamailah dengan dirimu
Terima kehendak-Nya.

Nisa tergugu,
Limbung tak menentu.

Diusapnya rambut Nisa hangat


Mengalirkan aura sesama wanita.

MADU D UA PER EMPUA N 157


Ini takdir-Nya,
Ada hikmah pasti terjalin.
Bersabarlah. Bersabarlah. Bersabarlah.
Kita hadapi bersama,
Tanpa benci pun caci.

Anggap aku - kakakmu.


Kita arungi bahtera ini bersama,
Mewujud mimpi bunga setaman.
Besok kau bisa menjadi ustadzah
Bisa menjadi sarjana

Bersabarlah. Bersabarlah.
Kita rayu Ibra ternama,
Menyelusupkan ingin dalam cita.
Berhentilah menangis.

/9/
Dewi berpura tegar batu karang
Padahal hati rapuh meluruh
Sakit tertimpa;
Sabar mencoba

Inilah Dewi - istri tua


Mencoba menerima.

158 ELIS UMI JAMILAH


Itulah Nisa - istri muda
Berusaha patuh menerima
Walau hati menjerit
Tak sudi berbagi dan disirri

Inilah takdir
Hidup beberapa manusia
Pasti ada ibrah
Di balik kisah Ibra.

Di manakah kita?
Takdir akan menjawab.

Catatan Kaki

1. Nikah sirri dalam agama dibolehkan tetapi menurut negara dilarang. Pihak
wanita dirugikan karena tak mempunyai bukti nikah, jika dilakukan tanpa
persetujuan negara.
2. Fasilitas dan jaminan kesehatan pada rakyat kecil sangat sulit di dapat, di
beberapa rumah sakit sering rakyat miskin tak bisa berobat karena ditolak.
3. Pada kenyataannya, pengurusan jaminan kesehatan gratis di tingkat desa saja
dipersulit. Untuk pemerintahan baru presiden terpilih tahun 2014 banyak
mencanangkan kartu sehat. Tetapi pelaksanaannya belum maksimal, seperti
kartu sehat Jakarta, dan lain-lain.
4. Poligami diperbolehkan dalam Islam dengan catatan harus adil dan mendapat
izin, ada di Q.S. An-Nisa:3
5. Poligami halal. Q.s. An-Nisa: 3
6. Sifat lelaki gampang mencintai dan tertarik pada wanita, menurut penelitian
pria mengalami masa pubertas ke-2
7. Dalam Islam bunuh diri dilarang.

MADU D UA PER EMPUA N 159


Biodata Penulis:

Nama asli penulis Elis Umi Jamilah. Elis kelahiran


Bandung, 31 Desember 1984. Tulisan pertamanya
dimuat di majalah Hidayah tahun 2004 pada rubrik
pengalaman sejati. Ia beberapa kali memenangi
event di penerbit Indie dalam kategori puisi.
Karyanya beberapa kali terdaftar dalam kumpulan
atologi puisi, FTS dan FF. Sempat vacum lama tidak
menulis, dan mulai menulis lagi setelah bergabung
di sebuah komunitas menulis pada akhir Desember
2013

160 HASRI NURAIN


Bayonet
Sang Jugun Ianfu
Ha sr i Nu r ain
Bayonet Sang Jugun Ianfu

1/
Tidak ada yang lebih menyakitkan
Ketika seseorang memanggilnya
Wanita bekas Jepang!
Terasa begitu hina di telinganya

Rona salah satunya – Jugun Ianfu1.


Tidak pernah terbesit akan mendapat cacian hina
Semua itu bukan keinginannya
Ia dipaksa dan disiksa

Delapan puluh tujuh sudah umurnya


Ajalnya menunggu dengan setia
Hanya menghitung jari, nyawanya tiada
Tapi sejarahnya tak akan pernah reda

Hisida meneteskan air mata


Tidak menyangka, pengalaman ibunya sangatlah
kelam
Ceritanya bagaikan rentetan penyiksaan tak
termaafkan
Sudah ku bunuh habis mereka saat itu juga!

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 163


Hisida adalah anak laki-lakinya,
Ia begitu menyayangi ibunya.
Kurang lebih tiga puluh tahun sudah umurnya
Dirawatnya Hisida sejak kecil
Penuh cinta dan kasih sayang.

Ya Tuhan, rahimku telah rusak....

Apa daya, ia terlahir pada zaman


Negeri terjajah dan tercampak.
Tentara iblis berkeliaran,
Penuh nafsu akan kekuasaan.

Hanya Hisida seorang yang ia punya.


Keluarga? Sudah tak ada.
Orang tua? Habis pula mati di siksa.
Suami? Tidak, dia setia pada satu orang.

Rona tidak pernah menikah,


Dia tidak bisa menikah
Orang yang ia cintai telah terbunuh
Hatinya mengatakan itu kesalahannya.

Bayonet2 di samping tempat tidur sebagai


penyebabnya.
Pemberian yang justru mengeluarkan darah,

164 HASRI NURAIN


Kematian mengiringi selanjutnya,
Pergilah satu-satunya orang yang ia cinta.

Di satu sisi Rona benci bayonet itu,


Mengingat nyawa siapa yang telah direnggutnya,
Tapi bayonet itu telah diberikan untuknya,
Dia tetap menjaga sepenuh hati.

2/
Rona yang dulu, sangatlah cantik.
Gadis Cimahi sederhana,
Wajahnya manis dan ramah,
Siapa pula yang tak tertarik padanya.

Saat usianya lima belas,


Belanda menyerah tanpa syarat3.
Balatentara Dai Nippon mendarat
Menamatkan riwayat penindasan Belanda.

Jepang datang membawa beribu janji,


Tapi tidak pernah satu pun terpenuhi.
Mereka lebih kejam, sadis nan licik
Ingin menguasai bumi ibu pertiwi.

Ayah Rona dibawa paksa oleh para serdadu.


Untuk dipekerjakan di Pekanbaru,

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 165


Membuat rel kereta4
Dengan sistem kerja paksa.

Hanya tinggal Rona dan ibunya.


Tidak ada adik ataupun kakak
Para saudara juga telah dpekerjakan paksa oleh tentara.
Sedangkan kabarnya, mereka hanya dicambuk dan
disiksa.

Ayah baik-baik saja,


Jaga diri kalian dari mereka
Mereka memang kejam
Tapi sudah berjanji, hidup kita akan tentram.

Itulah surat terakhir sang Ayah.

Halah, makan saja sendiri,


palsunya semua janji-janji!
Rona kesal tiada tara,
Perutnya sudah penuh
Hanya memakan janji palsu.

3/
Siapa menyangka Oktober 1943
Awal dari semua bencana bagi Rona
Dan bagi gadis-gadis cantik lainnya

166 HASRI NURAIN


Tertipulah lagi mereka untuk kesekian kalinya.

Padahal pagi itu sangat cerah,


Dengan sepeda tua yang sangat usang.
Niat Rona hanya untuk berbelanja,
Kebutuhan hidupnya sudah kian melarat.

Dia berhenti di tengah jalan,


Melihat para tentara berkerumun
Menarik paksa gadis-gadis seumurnya,
Dinaikkan ke atas truk dan meninggalkan kota.

Rona tidak segera menjauh


Dia hanya diam terpaku.
Padahal ia tahu,
Mungkin bahaya hadir menunggu.

Hai! Ayo ikut dengan kami!


Seorang tentara sudah berdiri di sampingnya
Membawa bayonet mengerikan ditangannya
Tidak! Aku tidak mau!
Ditatapnya tentara itu dengan tajam.

Sang tentara, mungkin seorang perwira


Hatinya berkata dia jatuh hati pada Rona
Hanya melihat beberapa saat
Dia sudah begitu terpana.

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 167


Tentara itu tetap mengingat apa tugasnya
Tugas yang sangat ia benci
Tapi terpaksa harus dilakukan
Karena tidak adanya piihan.

Saya tidak akan melukaimu,


Jika kamu turuti perintah saya!
Sudah dipegang tangan Rona dengan erat,
Pasrah, tidak bisa berbuat apa-apa.

Wajah ibunya terbayang-bayang,


Pasti ia khawatir dengan anak tersayang
Doakan Rona ibuku sayang,
Semoga diriku baik-baik saja.

4/
Sampailah Rona bersama gadis lainnya
Di sebuah tempat – Semarang Kurabu5 namanya
Kalian akan dijadikan perawat,
Nasib dan hidup kalian tak akan lagi melarat!

Ketakutan hadir melingkari mereka


Sudah tidak percaya dengan kata sang tipu daya
Tapi mereka hanya diam
Karena bayonet menunggu dengan tajam.

168 HASRI NURAIN


Rona dimasukkan ke sebuah kamar
Dengan nomor delapan dipintunya
Dan sebuah nama samaran6
Miko nama yang ia dapatkan

Perasaannya gelisah
Ia masuk kedalam kamar, ketegangan melanda.
Hanya ada satu buah ranjang,
Dan tersedia sabun dan wewangian.

Tempat apa ini?


Apa yang akan mereka lakukan di sini?
Banyak pertanyaan dalam otaknya,
Semua begitu mencurigakan.

5/
Detik demi detik terlewat
Pintu kamar Rona dibuka dengan kuat
Masuklah sang tentara jahat
Dengan mata penuh muslihat

Kakinya melangkah ke arah Rona,


Matanya menyapu dari kepala sampai ujung kaki
Sudah tidak sabar menikmati tubuhnya
Seperti drakula haus akan darah.

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 169


Rona terus menjauh
Sampai dia terpojok tak lagi mampu
Ketakutan melanda seluruh sel tubuhnya
Habislah sudah dia terjebak.

Rona meronta sekuat tenaga


Tapi yang ia dapatkan malah tamparan penuh siksa
Pukulan bertubi-tubi didapatkan
Terus memaksa Rona memenuhi nafsu iblisnya

Tolong...!
Tolong, jangan..!
Sekeras mungkin dia berteriak,
Berharap ada yang berhati malaikat menyelamatkan

Siapa yang akan menolongmu gadis cantik?


Hahaha...
Berteriaklah sampai mati!
Tak akan ada yang menghampiri!!

Pakaian dilucuti habis


Tubuhnya lemas seketika
Tentara itu terlalu penuh dengan nafsu,
Tidak mengerti bahwa Rona masih sangat belia.

Tuhan, tolong Rona...!

170 HASRI NURAIN


Sedikit penolakan, pukulan datang
Tangan kosong itu seakan senjata paling hebat
Hampir lumpuh tubuh itu dibuatnya,
Mungkin memang sungguh iblis yang dihadapinya.

Habis sudah kehormatannya


Dirampas dengan cuma-cuma tanpa daya
Apa nanti kata ibunya?
Bagaimana dengan masa depannya?

Puas sudah ia memporak-porandakan Rona


Diletakkannya sebuah tiket7 di keranjang sebelah
tempat tidurnya
Untuk ditukarkan kemudian hari
Dasar kau iblis! umpatnya
Tamparan terakhir pun didapatkannya.

6/
Belum lama sang tentara iblis itu keluar
Datang lagi yang lebih liar
Dengan senyum yang begitu hambar
Tidak peduli betapa hancur dirinya saat itu.

Darah-darah masih hangat terpampang


Rasa sakitnya belum juga reda

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 171


Sudah ada lagi yang datang menyerang
Belum apa-apa sudah dapat cambukan kencang

Mulailah kembali ia dipaksa, disetubuhi dan disiksa


Tak ada gunanya lagi meronta
Suaranya sudah habis ditelan air mata
Rasanya ingin mati saja

Delapan belas tentara berturut-turut dalam satu hari


Bayangkan apa rasanya
Tanpa ampun, tanpa jeda
Hingga malam menjelang

Tidakkah mereka punya sedikit perasaan?


Bagaimana jika mereka sendiri punya anak
perempuan?
Apakah para malaikat juga sudah hilang?
Mengapa selalu iblis yang datang menyerang?

Wajahnya memar penuh lebam


Tangannya penuh goresan menyakitkan
Darah dimana-mana
Kamarnya seperti kapal pecah, sama seperti
tubuhnya
Tubuh yang tak lagi sama.

172 HASRI NURAIN


7/
Setahun sudah semua terlewat
Setiap hari Rona hanya digilir untuk dipakai
Seperti seonggok kambing guling,
Yang akan dimakan bersama.

Keranjang tiketnya sudah menumpuk


Benar saja semuanya hanya bualan
Dia tidak mendapat apa yang seharusnya ia
dapatkan
Hidup Rona dan ibunya makin susah saja

Meteor yang tak diinginkan pun datang


Ketakutannya selama ini menjadi kenyataan
Dalam usianya yang masih begitu belia
Seorang janin hadir dalam rahimnya.

Dibawalah ia ke rumah sakit oleh tentara


Pikirnya, ia akan mendapat perawatan sebagaimana
mestinya
Dan akan jauh dari para tentara yang haus akan
kepuasan
Tidak akan lagi ia disiksa untuk sementara.

Tapi ternyata semua itu hanya imajinasi Rona semata


Tidak untuk diberi perawatan

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 173


Tapi untuk menggugurkan kandungannya
Janin yang tidak berdosa harus menanggung
semuanya

Rona tidak mau melakukan aborsi haram itu


Bagaimanapun anak itu adalah titipan Tuhan
untuknya
Begitu teganya mereka membunuh seseorang
Yang bahkan belum sempat melihat bagaimana dunia.

Mengapa kalian harus membunuhnya?


Justru ini semua ulah kalian, dan kalian begitu tega?
Kalian yang seharusnya pantas untuk dibunuh!
Rona mengucapkan kalimat yang membuat geram
Emosinya sudah tidak dapat dikendalikan

Perutnya ditekan sekencang-kencangnya


Seperti sudah terbiasa, para perawat
menekan perut Rona hingga merasakan sakit luar biasa
Tidak perlu waktu lama akhirnya bayi itu keluar
Dalam keadaan tak bernyawa

Ya Tuhan, semakin menumpuklah dosaku


Mampukah kau mengampuni dosa hambamu ini?

174 HASRI NURAIN


8/
Ada yang diam-diam memperhatikan Rona
Sangat ingin membantu tapi tak mampu.
Bukan, ia bukan tak mampu
Hanya terjebak dalam status jabatan.

Sang tentara yang telah jatuh hati pada hari pertama


Hisida namanya.
Anak seorang Perwira,
Jabatan tinggi yang menghambatnya..

Sudah lama sekali ia ingin menolong Rona


Tapi kesempatan tak pernah datang
Hanya mampu melihat,
Tak dapat berbuat.

Hisida berbeda dengan yang lain,


Ia tentara baik hati dan ramah.
Tidak pernah menyiksa dengan kejam.
Itulah penyebab sang Ayah seringkali marah padanya.

Walaupun Hisida belum mengenal Rona,


Dia telah berjanji pada dirinya sendiri
Akan menolong Rona yang ia cintai,
Bagaimanapun caranya.

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 175


9/
Hanya berselang satu bulan setelah aborsinya
Rona kembali dipaksa melayani para tentara
Kali ini ia dibawa ke Hotel Oewa Asia
Kebanyakan para perwira yang ada di sana

Hisida melihat Rona dengan tatapan penuh makna


di kejauhan
Rona tidak menyadarinya, hanya sibuk melawan
dan meronta.
Hisida tahu Rona bukan perempuan lemah,
Ia masih berusaha memperjuangkan harga dirinya.

Suatu malam Rona sudah tak kuat lagi.


Ia menangis hebat
Merasakan sakit luar biasa di seluruh tubuh,
Rasanya sudah tak mampu lagi berkutat.

Dokter mengatakan rahimnya rusak


Sudah tak ada kemungkinan ia punya anak.
Hatinya teriris, miris
Tak akan lagi ia punya keturunan.

Apa gunanya lagi aku hidup ya Tuhan?


Aku sudah merasa sangat kotor dan hina
Rahimku rusak,

176 HASRI NURAIN


Pilihan untuk mati rasanya sangat pantas!

Sebuah pisau tergeletak dengan cemerlang di atas meja


Seakan mendukung suasana hatinya malam itu.
Diambilnya pisau itu
Lebih baik mati saja!
Dengan mati bebanku juga akan mati!

Diletakkan pisau itu di nadi tangannya


Nafasnya tertahan siap mengakhiri hidupnya.
Pintu kamar terbuka,
Rona berhenti melakukan aksinya.

Masuklah seorang perwira – Hisida.


Terpaku menatap Rona memegang pisau di
tangannya.
Apa yang akan dia lakukan?
Dia bertanya dalam hati

Rona ingat betul wajahnya,


Perwira pertama yang membawanya ke dalam
neraka ini
Yang menemukannya di pinggir jalan dengan
sepeda tuanya

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 177


Aku tidak akan membiarkanmu menikmati tubuhku
lagi
Nikmati saja setelah aku mati!

Hisida hanya terdiam


Ia mengerti suasana ini sangat buruk
Niat kedatangannya sangat berbeda
Tidak ingin menyiksa atau menyetubuhinya

Kau kan yang membawaku ke sini!


Aku menyesal terlahir cantik!8
Aku menyesal terlahir menjadi seorang perempuan!
Pisaunya masih berada di atas tangannya

Hisida berjalan ke arah tempat tidur Rona


Dengan aura tenang tidak menampakkan ketajaman
Duduk di sampingnya,
Dan mengambil pisau dari tangannya.

Saya akan menolongmu...

10/
Rona sama sekali tak paham
Begitu mudahnya ia percaya pada Hisida
Dia tahu semua tentara Dai Nippon hanyalah
mulut besar

178 HASRI NURAIN


Tak ada janjinya yang bisa dipegang.

Saya belum tahu cara menolongmu.


Tapi saya berjanji sepenuh hati...

Hisida keluar dari kamar Rona


Tanpa sama sekali menyentuhnya.
Dengan meninggalkan senyum memikat
Aku percaya padanya...
Hati Rona berkata.

Tapi setelah Hisida keluar, semua masih sama.


Rona harus tetap melayani para tentara
Mereka tidak peduli dia sudah tak mampu
Semua ini semata hanya untuk kepentingan mereka.

11/
1944, banyak terjadi perlawanan9
Para rakyat Indonesia berusaha terbebas dari Jepang.
Membentuk organisasi perlawanan,
Dan Pembela Tanah Air.

Tepatnya pada 20 November 1944,


Hisida datang ke kamar Rona.
Berpura-pura menjadi seperti tentara lainnya,
Yang memenuhi nafsu birahinya dalam tubuh Rona.

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 179


Tapi tentu saja bukan itu niatnya.
Hisida datang membawa rencana besar
Untuk menolong Rona
Mereka akan keluar dari Semarang Kurabu.

Mereka akan pergi ke Magelang,


Tempat Tentara Keamanan Rakyat berada.
Akan berlindung sementara,
Sampai Perang Asia-Pasifik mereda.

Bolehkah aku bertemu dengan ibuku terlebih dulu?


Dan mengajaknya pergi bersama kita?
Rona meminta satu permintaan pada Hisida.
Dia teringat akan ibunya yang hanya sebatang kara.

Hisida tersenyum menatap Rona.


Tentu saja,
Saya berjanji akan menikahimu
Setelah kita terbebas dari sini...

Bagaikan rangkaian kata terindah yang pernah


didengarnya
Rona memegang janji Hisida dengan penuh percaya.
Ia berharap semua ini akan berhasil sesuai rencana
Dan akan menjadi malam terakhirnya di neraka.

180 HASRI NURAIN


Hisida memberikan bayonetnya pada Rona.
Kalau-kalau bahaya menyerangnya dan Hisida tak
bisa menolong.
Ada bayonet itu yang bisa membantu
Tapi semoga tak ada hal buruk terjadi pada mereka.

12/
Mereka mulai mengendap-endap keluar
Tak ada yang terlihat menjaga di pintu depan
Mungkin karena sudah sangat tengah malam,
Hisida memimpin perjalanan, dengan Rona di
belakangnya.

Langit malam ikut memancar ketegangan


Rona dilanda ketakutan yang luar biasa.
Bukan hal kecil yang akan mereka lakukan
Tapi kepercayaan dipegang kuat oleh Rona.

Awalnya mereka berhasil,


Keluar tanpa terlihat.
Tapi ternya ada tentara
Yang melihat mereka berlari.

Rona dan Hisida kaget bukan kepalang.


Lari secepat kilat menembus malam.
Tentara itu terus mengejar,
Menembakkan peluru ke udara.

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 181


Mereka bersembunyi di belakang truk-truk
Salah satu truknya seperti milik warga setempat
Setelah peluru sudah tak terdengar,
Mereka naik ke atas truk dan menjauh dari sana.

Beruntunglah, Tuhan masih berpihak pada mereka.


Lolos dari kejaran tentara berpeluru itu.
Semangat Rona semakin membara
Bersyukur karena dipertemukan dengan Hisida
Dipertemukan dengan tentara berhati malaikat.

Kelegaan itu tidak berlangsung lama.


Rona dihadapkan dengan yang lebih buruk.
Ibunya sedang disiksa habis-habisan ketika ia sampai,
Siapa lagi dalangnya kalau bukan tentara Jepang.

Ibu...!
Berhenti kalian menyiksa ibuku!
Tidak puaskah kalian merebut semua kebahagiaan
kami?
Tidak puas kalian mengambil kehormatanku?
Satu orang tentara mendekap leher ibu Rona.
Siap untuk membunuhnya.
Dan satu tentara lainnya mengacungkan bayonet,
Ke arah Rona dan Hisida.

182 HASRI NURAIN


Ternyata mereka adalah para suruhan
Untuk membawa Rona kembali.
Ibunya sebagai sandera,
Agar Rona bersedia kembali ke Semarang Kurabu.

Mereka bingung melihat Hisida.


Tidak seharusnya perwira mereka bersama Rona
Dan tidak mengembalikan Rona ke tempatnya
Tapi malah melindunginya.
Kau telah mengkhianati negaramu sendiri!
Ucap salah satu tentara yang lebih tua.

Merasakan tangan tentara itu melemah


Ibu Rona mencoba melakukan perlawanan.
Tapi ia kalah kuat,
Bayonet yang ada di dekat lehernya beraksi
Menggores leher dan darah pun mencuat keluar.

IBU...!!!
Rona berlari ke arah ibunya
Tangisannya pecah,
Ibunya tergeletak jatuh tak berdaya
Tidak sempat untuk diselamatkan,
Mati di tempat sudah ibunya.
Kemarahan hadir di wajahnya,
Ia tidak terima ibunya dibunuh.

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 183


Hisida sedang melakukan perlawanan.
Tak heran dia cukup kuat melawan dua tentara
Sekaligus tanpa senjata
Tapi tentara itu juga tak kalah kuatnya.

Rona tak kuasa menahan kemarahan


Pagi yang mulanya cerah,
Redup seketika tak bercahaya
Menggambarkan peperangan sengit di dalam rumah.

Digenggam bayonet tajam pemberian Hisida


Akan dibunuhnya mereka dengan tangannya sendiri.
Tidak peduli dosa apa yang akan didapat
Nyawa ibunya lebih berharga untuk dibalaskan.

Berjalanlah Rona ke salah satu tentara


Tanpa keraguan melakukannya
Ditusuk tentara itu dari belakang,
Runtuh seketika tubuhnya tak mampu menahan.

Tinggal satu lagi yang harus dihabisinya


Tentara yang lebih tua masih tersisa
Yang kini menatap Rona dengan mata tajam,
Hisida tepat berada di belakang tentara itu.

184 HASRI NURAIN


Diayunkannya bayonet tadi dengan penuh
kemenangan
Penuh kepercayaan selangit tak terelakkan
Tapi tusukannya meleset parah,
Tentara itu menghindar dari tempatnya berada.

Bayonet itu menancap tepat di perut Hisida.

13/
Enam puluh sembilan tahun sudah berlalu
Tapi bagaimana letak bayonet itu di perutnya,
Seberapa banyak darah yang dikeluarkannya,
Bagaimana wajah malaikatnya itu kesakitan
Sangat jernih diingatannya.

Itu semua salah ibu, Nak...


Ibu yang telah membunuhnya...!
Rona tak kuasa menahan air matanya
Menceritakan kisah terkelam dalam hidupnya.
Hisida menatap tak percaya,
Dua orang mati sekaligus dalam sekejap
Orang-orang yang dicintai ibunya
Semua terdengar menyedihkan di telinganya.

Hisida mengambil bayonet bersejarah itu


Dia membayangkan benda tajam,

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 185


Yang tidak begitu besar,
Mampu mengambil nyawa seseorang.

Nafas Rona sudah tak teratur


Ia tahu sebentar lagi ia akan tertidur selamanya
Menyusul Hisidanya juga ibunya.
Tapi masih ada waktu untuk mengatakan sesuatu.

14/
Maafkan, Maafkan aku...
Hanya itu yang dapat diucapkan Rona
Darah mengalir deras dari perut Hisida
Tapi ia masih bernafas
Setidaknya untuk beberapa saat

Tidak, ini bukan salahmu


Jangan pernah menyalahkan dirimu
Kau melakukan semuanya dengan benar
Tetap simpan bayonet itu
Perjuangkan negaramu
Saya mencintaimu...

Itulah kata-kata terakhirnya


Semakin membuat Rona merasa bersalah
Tetap saja itu salahnya,
Tangannya sendiri yang melakukannya.

186 HASRI NURAIN


Setelah itu Rona berhasil ke Magelang
Tanpa ada tentara lagi yang mengikutinya
Tapi tetap saja setiap malam sangatlah buruk baginya
Dihantui kenyataan bahwa dirinya yang
membunuh Hisida.

Tapi suatu malam mimpi indah datang


Hisida berwajah cemerlang datang dalam tidur
malamnya
Mengucapkan selamat malam begitu merdunya
Sudah rindu Rona akan suaranya

Jangan terus menyalahkan dirimu Rona


Ini bukan salahmu!
Kau perempuan terhebat yang pernah saya kenal
Negaramu sangat patut diperjuangkan
Jadi perjuangkanlah!

Semenjak itu semangat hidupnya kembali


Bagai bunga yang telah lama tak disiram
Akhirnya mekar kembali dengan indahnya
Semua dilakukan untuk menebus kesalahannya.

Rona melakukan apa saja


Membantu negaranya menyiapkan kemerdekaan
Para sekutu sudah mendesak Jepang

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 187


Bom Hiroshima dan Nagasaki10 membuat mereka
menyerah tanpa syarat.

17 Agustus 1945 tiba


Rona tersenyum bahagianya hari itu
Mendengar proklamasi dibacakan
Andai saja Hisida bersamanya
Mungkin mereka akan segera menikah.

15/
2001, sejumlah perwira Jepang sudah
dinyatakan bersalah11
Para wanita mantan Jugun Ianfu
meminta keadilan untuk ditegakkan
Kini waktu Rona sudah tiba
Waktunya sudah tak lagi lama
Tapi ada sesuatu yang harus dikatakannya
Kepada Hisida anaknya tersayang.

Kau bukan lahir dari rahim Ibu


Maafkan Ibu baru memberitahumu..
Simpan bayonet itu,
Kau selalu mengingatkanku pada Hisida yang
menolong Ibu
Jadilah malaikat seperti dirinya.

188 HASRI NURAIN


Rona menarik nafas panjang
Nafas terakhirnya hari itu
Dan matanya terpejam dengan indahnya,
Wafatlah sudah
Sang pejuang negara, pantas sebutannya.

Hisida tak sanggup berkata-kata


Beberapa menit yang lalu sangat berbeda
Dia masih anak kandung Rona
Setidaknya perasaannya mengatakan begitu
Tapi baru saja semuanya terungkap
Dia bukan anak kandungnya.

Hisida memang anak angkat,


Yang ditemukan Rona beberapa tahun
Setelah Indonesia merdeka.
Dia tidak tahu asal usulnya,
Tapi wajahnya mengingatkannya akan Hisida
Berparas Asia seperti malaikatnya.
Karena itulah Hisida pula diberikan namanya.

Siapapun aku, siapapun dirimu,


Kau tetap pahlawanku!
Pahlawan negara kita – Indonesia!

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 189


Catatan Kaki
1. Jugun ianfu adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada
wanita (bahasa Inggris comfort women) yang menjadi korban dalam
perbudakan seks selama Perang Dunia II di koloni Jepang dan wilayah perang.
Jugun ianfu merupakan wanita yang dipaksa untuk menjadi pemuas kebutuhan
seksual tentara Jepang yang ada di Indonesia dan juga di negara-negara jajahan
Jepang lainnya pada kurun waktu tahun 1942-1945. (Wikipedia Indonesia)
2. Bayonet adalah pisau, belati, atau senjata tajam lain yang dirancang untuk
dipasang pada moncong senjata api laras panjang. Dengan ini, senjata api dapat
berfungsi seperti tombak, dan dapat menjadi senjata jarak dekat atau senjata
pertahanan terakhir.
3. Pada 9 Maret 1942, Gubernur Jenderal Jonkheer Tjarda van Starkenborgh
Stachouwer bersama Letnan Jenderal Hein ter Poorten, Panglima Tertinggi
Tentara India-Belanda datang ke Kalijati dan dimulai perundingan antara
Pemerintah India Belanda dengan pihak tentara Jepang yang dipimpin langsung
oleh Letnan Jenderal Imamura. Imamura menyatakan, bahwa Belanda harus
menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat.
4. Jepang membangun rel kereta dengan rute yang sudah dibangun sebelumnya
oleh Belanda. Rute dibangun untuk menghubungkan Padang dengan sisi timur
Sumatera, terutama sambungan rel dari pusat batu bara di Sawahlunto ke
Pekanbaru. (Dari seorang romusha, bernama Suratman)
5. Semarang Kurabu, bangunan bergaya arsitek Belanda yang telah direbut Jepang
dari pemiliknya orang Belanda. Digunakan sebaga penampungan para Jugun
Ianfu.
6. Para Jugun Ianfu selalu mendapat nama samaran Belanda, untuk memudahkan
para tentara mengingat nama mereka. Contoh: Hana, Miko, Momoye dll.
7. Untuk bisa memakai perempuan yang dijadikan budak seks, para tentara
memiliki prosedur tersendiri. Mereka harus membeli kupon dengan harga
tertentu, dan biasanya pada malam hari merupakan jatah bagi tentara dengan
pangkat yang lebih tinggi. Dan diiming-imingkan akan ditukarkan dengan
kebutuhan hidup sehari-hari.
8. Saat itu gadis-gadis jelek dipulangkan ke rumah setelah beberapa hari atau
minggu. Orang Jepang tidak menginginkan mereka. Gadis-gadis cantik harus
tinggal.
9. Peristiwa Indramayu, April 1944. Peristiwa Indramayu terjadi bulan April 1944
disebabkan adanya pemaksaan kewajiban menyetorkan sebagian hasil padi
dan pelaksanaan kerja rodi/kerja paksa/Romusha yang telah mengakibatkan
penderitaan rakyat yang berkepanjangan.
10. Serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki adalah serangan
nuklirselama Perang Dunia II terhadap kekaisaran Jepang oleh Amerika
Serikat atas perintah Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman. Setelah
enam bulan pengeboman 67 kota di Jepang lainnya, senjata nuklir “Little Boy”
dijatuhkan di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945, diikuti dengan pada
tanggal 9 Agustus 1945, dijatuhkan bom nuklir “Fat Man” di atas Nagasaki.
Enam hari setelah dijatuhkannya bom atom di Nagasaki, pada 15 Agustus,
Jepang mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu,
menandatangani instrumen menyerah pada tanggal 2 September, yang secara
resmi mengakhiri Perang Pasifik dan Perang Dunia II.
11. Pengadilan Internasional Kejahatan Perang dalam kasus Perbudakan Seksual
oleh Militer Jepang selama Perang Dunia II, 8-12 Desember 2000 di Tokyo,

190 HASRI NURAIN


Jepang. “The Tokyo Tribunal” menandai komitmen internasional bahwa
kejahatan terhadap kemanusiaan harus dipertanggungjawabkan meski
peristiwanya 50 tahun lalu, meski sebagian besar pelaku maupun korban sudah
meninggal. Dalam keputusan final di Den Haag, Belanda, 3-4 Desember 2001,
Kaisar Akihito, Kaisar Showa, Kepala Negara, dan Komando Tertinggi Angkatan
Bersenjata Kerajaan Jepang tahun 1937-1945 dinyatakan bersalah, juga sejumah
perwira tinggi Jepang yang memimpin ekspedisi perang di wilayah Asia.

Biodata Penulis
Nama: Hasri Nurain
Email: nurain.hasri@yahoo.com
Facebook/Twitter: Hasri Nurain / @hasrinurain
Tempat, tanggal, lahir: Jakarta, 28 Desember 1996
Pendidikan terakhir: SMAN 31 Jakarta

Saat ini sedang menunggu kuliah tahun depan.


Saya sangat suka menulis dan sedang dalam proses
membuat sebuah novel. Sangat senang membaca
novel-novel fiksi. Dan senang pelajaran Matematika.

B AYONET S A N G J UGUN I A N FU 191

Anda mungkin juga menyukai