Anda di halaman 1dari 7

5 Ekonomi Bisnis

CHAPTER

5
EKONOMI BISNIS
Hal. 1 dari 7
5 Ekonomi Bisnis

CHAPTER 5
BARANG PUBLIK DAN EKSTERNALITAS

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang
barang publik dan eksternalitas.

Barang biasanya bisa kita dapatkan di pasar, melalui pertukaran (exchange). Namun,
salah satu asumsi dasar pembahasan di muka adalah barang yang dipertukarkan
merupakan barang privat (privat goods), yang memiliki sifat rival (rivalry) dan eksklusif
(eksclusive atau excludable).

Sifat rival artinya suatu barang tidak dapat dinikmati secara bersamaan (simultan) tanpa
saling meniadakan manfaat. Sehelai baju bersifat rival; bila Amir telah memakai baju
tersebut, maka Banu tidak dapat memakainya pada saat yang bersamaan. Banu tidak
mendapatkan manfaat karena dia tidak dapat mengonsumsi baju tersebut. Jika Banu
memaksakan diri, mungkin baju tersebut akan terkoyak dan keduanya kehilangan manfaat
dari baju. Termasuk dalam pengertian ini, barang bersifat rival adalah juga bersifat dapat
dibagi-bagi atau dipecah-pecah (divisible). Kita bisa membeli satu baju atau tiga baju.

Sifat eksklusif artinya untuk dapat mengonsusmsi barang tersebut diperlukan syarat,
misalnya harus membayar dan atau (seperti jalan tol) harus menggunakan kendaraan
beroda empat atau lebih. Baju dalam contoh di atas mempunyai sifat eksklusif, sebab
Amir memperolehnya dengan membeli. Jika Amir tidak mau membayar atas baju tersebut,
dia “dikeluarkan” dari pasar.

Karakteristik Barang Publik


Teori di atas tidak berlaku jika barang yang dipertukarkan memiliki sifat nonrival dan
noneksklusif. Pendidikan tinggi yang diselenggarakan Universitas Indonesia, misalnya,
apakah mempunyai sifat rival dan eksklusif? Mungkin saja, tetapi kadarnya tidak semurni
baju. Sebab dalam proses belajar di kelas, seorang dosen bisa sekaligus mengajar lebih
dari satu orang dan semuanya merasakan manfaat. Jadi, sifat rivalnya berkurang. Tidak

Hal. 2 dari 7
5 Ekonomi Bisnis

semua mahasiswa yang belajar di kelas membayar dari kantong pribadinya, sebab
sebagian besar biaya pendidikan berasal dari subsidi. Sifat eksklusifnya juga berkurang.

Bagaimana dengan pertahanan keamanan, panti anak-anak, panti jompo, jalan raya
provinsi dan lain-lain? Semua barang ini bahkan tidak mempunyai sifat rival dan eksklusif.
Yang menikmati fasilitas panti jompo dan anak-anak adalah mereka yang tidak
membayar, karena tidak mampu. Pelayanannya juga tidak rival, karena dapat dinikmati
secara bersamaan (joint consumption). Barang-barang ini dinamakan barang publik
(public goods) karena mempunyai sifat nonrival (non rivalry) dan noneksklusif (non
eksklusif).
a. Bersifat non rival (non rivalry)
Barang yang bersifatnon rival adalah barang yang dapat dikonsumsi bersamaan pada
waktu yang sama (joint consumption), tanpa saling meniadakan manfaat. Kebun Raya
Bogor mempunyai sifat nonrival, karena dapat dinikmati ribuan orang sekaligus dan
semuanya menikmati manfaat. Demikian juga Tentara Nasional Indonesia (TNI atau
ABRI). Sifat non rivalry mencakup juga sifat non divisible.
b. Bersifat non eksklusif (Non exclusive)
Sifat non eksklusif mengandung arti bahwa seseorang tidak perlu membayar untuk
menikmati manfaat barang publik. Jalan raya provinsi adalah contohnya. Demikian juga
TNI dan jasa siaran Televisi Republik Indonesia.

Pertanyaannya, apakah semua barang publik pasti mempunyai sifat nonrival dan
noneksklusif? Jawabannya adalah tidak! Seperti yang ditunjukkan oleh matrik di bawah
ini.

Hal. 3 dari 7
5 Ekonomi Bisnis

Klasifikasi Barang

Sifat Barang Eksklusif Non Eksklusif


Rival Barang Privat Barang Publik Semu
(private Goods) (Quasy Public Goods)

Nonrival Barang Publik Semu Barang Publik


(Quasy Public Goods) (Public Goods)

Dari matrik diatas kita melihat ada barang publik semu (Quasy Public Goods). dikatakan
semu karena unsur privat dan publik ada dalam satu barang. Dua kemungkinan barang
publik semu adalah:
a. Bersifat Rival, tetapi Noneksklusif
Artinya barang ini tidak dapat dikonsumsi secara bersamaan (rival). Namun, untuk
menikmatinya tidak harus membayar (noneksklusif). Konsultasi siswa yang dilakukan
guru pembimbing di sekolah, cukup baik untuk dijadikan contoh. Untuk menjaga
kerahasiaan dan kebebasan berbicara maka konsultasi tidak dapat dilakukan secara
bersamaan (bersifat rival), tetapi untuk konsultasi itu siswa tidak perlu membayar
(bersifat noneksklusif).

b. Bersifat Nonrival, tetapi Eksklusif


Barang ini dikonsumsi bersamaan (nonrival), tetapi untuk menikmatinya harus
membayar. Angkutan penumpang bus kota adalah salah satu contohnya. Jika diisi
sesuai dengan jumlah tempat duduk, bus kota bersifat nonrival. Tetapi untuk menikmati
jasanya kita harus membayar (eksklusif).

Yang harus benar-benar diingat adalah:


a. Suatu barang dikatakan barang publik bukan karena wujudnya, melainkan sifatnya
pada saat dikonsumsi. Karena itu suatu barang sekaligus merupakan barang privat
dan barang publik dilihat dari sifat pada saat mengonsumsi barang tersebut. Siaran
televisi swasta di Indonesia, dilihat dari sisi penonton adalah barang publik, tetapi
dilihat dari sisi pemasang iklan merupakan barang privat. Ideologi juga dapat

Hal. 4 dari 7
5 Ekonomi Bisnis

mengubah sifat barang yang sama. Pendidikan tinggi di Amerika Serikat lebih
bersifat privat disbanding pendidikan tinggi di Republik Rakyat Cina.
b. Dalam dunia nyata jarang sekali barang bersifat publik atau privat 100%,
kebanyakan bersifat publik semu, dengan derajad kesemuan yang berbeda-beda.
Menurut teori perilaku konsumen, pembagian beban adalah efisien. Jika pemerintah
mencari dana untuk pengadaan puskesmas melalui pemunguatan pajak, maka
masyarakat kurang mampu di Sumatera Selatan harus menanggung pajak lebih
besar. Tiga pertanyaan penting: maukah kelompok A membayar kelompok tersebut?
maukah mereka? Adilkah hal tersebut?

Kelompok A mungkin saja mau membayar, tetapi apakah mereka mampu? Sebab
berbeda dengan permintaan barang privat, permitaan barang publik tidak
menggambarkan kemampuan finansial. Justru karena kurang mampu, permintaan
terhadap puskesmas menibgkat. Sebaliknya bagi kelompok B, puskesmas adalah
barang in-ferior. Dengan demikian, maka tidak adil jika membebani pajak pada
kelompok yang kurang mampu.

Salah satu cara yang lebih baik adalah beban yang harus ditanggung oleh
kelompok A diambil alih pemerintah. Kekurangan kebutuhan anggaran diambil dari
kelompok kaya sebesar manfaat yang diperoleh. Mau dan mampukah mereka?
Jelas mereka mampu! Tetapi kemungkinan besar mereka tidak mau membayar,
sebab mereka berpikir jika pemerintah sudah membangun, tanpa membayar pun
akan dapat menikmatinya, sifat noneksklusif barang publik menimbulkan gejala
pendomplengan atau pembonceng gratis (free rider), yaitu gejala di mana
seseorang atau sekelompok masyarakat tidak mau turut ambil bagian (tidak mau
bayar) dalam pendanaan penyediaan barang publik (tanpa bayar pajak). Sebab
tanpa membayar pun mereka dapat menikmatinya.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa pendanaan penyediaan barang publik


amat sulit, justru karena sifat-sifat barang publik itu sendiri. Itulah sebabnya secara
umum pendanaan barang publik harus diselenggarakan oleh negara.

Hal. 5 dari 7
5 Ekonomi Bisnis

1. Eksternalitas, Efisiensi, dan Keadilan


Eksternalitas (Externalities) adalah kerugian atau keuntungan yang diderita atau
dinikmati pelaku ekonomi karena tindakan pelaku ekonomi lain, yang tidak tercermin
dalam harga pasar. Jika tindakan pelaku ekonomi yang satu merugikan yang lain,
berarti telah terjadi eksternalitas yang merugikan (diseconomies externslity). Jika
sebaliknya, telah terjadi eksternalitas ekonomis atau eksternalitas mengutungkan
(economies eksternality atau benefit externality).

Tujuan pemerintah menyediakan barang publik adalah menciptakan eksternalitas


ekonomis yang sebesar-besarnya. eksternalitas ini akan menyebabkan biaya investasi
dan biaya produksi menjadi murah. Jika aktivitas investasi dan produksi meningkat
diharapkan pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, stabilitas harga dan daya saing
dalam pasar internasional meningkat. Melalui penyediaan barang publik pemerintah
berupaya memperbaiki kondisi mikro dan makro ekonomi. Tetapi masalahnya tetap
sama, yaitu ada yang harus dikorbankan! Efisiensi dan keadilan. Sebab eksternalitas
yang diciptakan justru lebih banyak dinikmati kelompok kaya. Bahkan dalam era
globalisasi, sebagian besar eksternalitas ekonomis dinikmati perusahaan asing (multi
national corporation atau MNC).

2. Pilihan Masyarakat
Kesulitan menentukan alokasi yang efisien dalam penyediaan barang publik,
menyebabkan masyarakat demokratis menempuh cara pemilihan suara (voting). Cara
ini walaupun tidak sempurna, dianggap paling mewakili aspirasi masyarakat. Aturan
umum dari sistem ini, pilihan yang diambil adalah yang memperoleh suara mayoritas
(majorities rule) atau 50% suara ditambah satu. Secara teoritis kelihatannya sederhana,
tetapi metode ini menimbulkan kesulitan, karena dalam praktik jumlah pemilih sangat
banyak dan preferensinya sangat beragam. Hal ini menimbulkan ketidakmungkinan
mengagregasi pilihan individu menjadi pilihan masyarakat. Ketidakmungkinan ini
dikenal sebagai teorema ketidakmungkinan arrow (arrows impossibilities theorem),
menghormati Kenneth Arrow sebagai orang pertama yang memikirkannya. Menurut
Arrow setidak-tidaknya ada dua alasan ketidakmungkinan. Pertama, pilihan individu
sering kali tidak konsisten (tidak transitif), apalagi bila pilihan yang dibandingkan makin

Hal. 6 dari 7
5 Ekonomi Bisnis

banyak. Kedua, adanya kelompok yang mendominasi dan mampu memaksakan


kehendaknya kepada masyarakat banyak (dictatorship), sehingga pilihan walaupun
secara legal merupakan pilihan rakyat, tetapi sebenarnya pilihan segelintir kelompok.

Kesulitan mengagregasi pilihan dapat terlihat dari kasus sederhana di bawah ini.
misalnya Pemerintah Daerah (Pemda) Jambi memberikan usulan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tentang pengadaan Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD).

BAHAN REVIEW
Mahasiswa diharapkan melakukan review terkait modul chapter di atas!

Hal. 7 dari 7

Anda mungkin juga menyukai