Anda di halaman 1dari 8

PANDUAN PELAYANAN PASIEN

KOMA DENGAN ALAT BANTU HIDUP DASAR

RUMAH SAKIT RESTU IBU BALIKPAPAN


2019

1
BAB I
DEFINISI

1.1 Definisi
Koma adalah penurunan kesadaran pada tingkat serendah-rendahnya dimana
terganggunya sistem motorik dan neurologik, dan terdapat reaksi yang sangat
minimal. Pasien dalam keadaan penurunan kesadaran sedang atau berat dapat
dikategorikan sebagai stupor atau koma. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi atau
gawat darurat bila terjadi akut.
Alat bantu hidup adalah alat pernafasan bertekanan negatif atau positif yang dapat
mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama. Tidak semua
pasien yang koma membutuhkan alat bantu hidup tersebut. Ada beberapa kriteria pasien
yang perlu untuk segera dipasang ventilator. Tujuan Ventilator antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Mengurangi kerja pernapasan.
2. Meningkatkan tingkat kenyamanan pasien.
3. Pemberian MV yang akurat.
4. Mengatasi ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi.
5. Menjamin hantaran O2 ke jaringan adekuat

2
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup bantuan hidup dasar di Rumah Sakt Restu Ibu meliputi pelayanan
untuk pasien yang dilakukan rawat inap di Instalasi rawat inap dan rawat intensif.
menangani pasien dalam keadaan stupor dan koma untuk pertama kali ada
beberapa pertanyaan dalam benak kita sebagai pertimbangan , yaitu :
1. Bagaimana tanda vital dari pasien tersebut ?
2. Apakah jalan nafas baik ?
Pasien koma beresiko tinggi untuk terjadinya aspirasi, yang disebabkan karena
hilangnya refleks batuk dan muntah, hipoksia, yang terjadi karena hilangnya kemampuan
bernafas. Pemasangan endotracheal tube (ETT) dengan intubasi merupakan cara yang
paling efektif untuk menjaga jalan nafas baik dan oksigenasi yang adekuat. Bila pasien
dalam keadaan koma yang dalam atau adanya tanda gangguan respirasi lebih baik kita
memanggil dokter anestesi untuk melakukan intubasi. Pada pasien stupor dengan
pernafasan yang normal dapat kita berikan 100% oksigen dengan face mask sampai
hipoksemia tidak kita dapatkan.

3
BAB III
TATA LAKSANA

Tatalaksana yang dilakukan di rumah sakit restu ibu meliputi


3.1 Tatalaksana pasien koma dengan cara
1. Penilaian Keadaan Awal Pasien
a. Menilai status kesadaran dengan penilaian menggunakan GCS (glascow
coma scale)
b. Penilaian status generalis, terbukanya kelopak mata dan rahang yang lemas
menandakan dalamnya koma
c. Pernafasan : pola pernafasan yang abnormal dapat membantu kita
menentukan lokalisasi dari koma. Diantaranya: Cheyne – stokes, Central
neurogenic hyperventilation, Apneustic breathing, Cluster breathing, Ataxic
breathing
d. Pupil : pastikan bentuk, ukuran, dan reaksi pupil terhadap rangsang cahaya.

2. Penatalaksaan Lanjutan
Setelah keadaan umum pasien kita dapati tidak stabil langkah selanjutnya
adalah memberikan terapi emergensi dan melakukan pemeriksaan penunjang yang
diperlukan, antara lain :
1. Konsultasi ke anestesiologis bila diperlukan intubasi atau lakukan intubasi
oleh dokter umum bila telah mendapat pelatihan dari Advance Trauma Life
Support (ATLS) ataupun Advance Cardiac Life Support (ACLS).
2. Pasang jalur intravena (iv line)
3. Lakukan pemeriksaan kadar gula sewaktu dengan glucose stick. Hal ini
harus dilakukan secepatnya, karena hipoglikemi merupakan kasus yang
dapat ditangani secara cepat sebagai penyebab stupor atau koma yang dapat
disertai keadaan lain seperti sepsis, henti jantung atau trauma.
4. Lakukan pemeriksaan darah antara lain :
i. Kimia darah (elektrolit, BUN / ureum, kreatinin)
ii. Hitung darah lengkap
iii. Analisa gas darah
iv. Kalisium dan magnesium
v. Protrombin time (PT) / partial thromboplastin time (PTT)
5. Bila etiologi koma tidak jelas lakukan pemeriksaan skrining toksikologi, tes
fungsi tiroid, fungsi hepar, kortison serum dan kadar ammonia.
6. Lakukan pemasangan folley catheter
7. Lakukan pemeriksaan urinalisa, elektricardiogram (EKG) dan rontgen
thoraks.
8. Berikan terapi emergensi. Hal ini dapat diberikan dilapangan atau bila
etiologi dari penyebab koma tidak jelas. Diantaranya :
a. Thiamin 100 mg iv, dimana pemberian thiamin dapat mengembalikan
pasien dari koma yang disebabkan karena defisiensi thiamin akut
(Wernicke ensefalopati). Harus diberikan sebelum pemberian dekstrose

4
karena hiperglikemi dapat menyebabkan komsumsi thiamin yang
berlebihan dan memperburuk keadaan pasien.
b. 40% dekstrose 50 ml (1 ampul) iv
c. Naloxone (Narcan) 0,4 – 0,8 mg iv, pada keadaan koma yang disebabkan
intoksikasi opiat. Dosis dapat diberikan sampai 10 mg.
d. Flumazenil (Romazicon) 0,2 – 1,0mg iv diberikan pada pasien yang
koma dicurigai karena intoksikasi benzodiazepin. Dosis dapat diberika
hingga 34 mg dan jangan diberikan bila telah terjadi kejang pada pasien,
karena flumazenil ini dapat menimbulkan kejang

3.2 Tatalaksana Pasien dengan Ventilator


1. Indikasi Klinik
a. Kegagalan Ventilasi
1) Neuromuscular Disease
2) Central Nervous System disease
3) Depresi system saraf pusat
4) Musculosceletal disease
5) Ketidakmampuan thoraks untuk ventilasi
b. Kegagalan pertukaran gas
1) Gagal nafas akut
2) Gagal nafas kronik
3) Gagal jantung kiri
4) Penyakit paru-gangguan difusi
5) Penyakit paru-ventilasi / perfusi mismatch

2. Klasifikasi
Ventilasi mekanik diklasifikasikan berdasarkan cara alat tersebut mendukung
ventilasi,dua kategori umum adalah ventilator tekanan negatif dan tekanan positif.
a. Ventilator Tekanan Negatif
Ventilator tekanan negatif mengeluarkan tekanan negatif pada dada eksternal.
Dengan mengurangi tekanan intratoraks selama inspirasi memungkinkan udara
mengalir ke dalam paru-paru sehingga memenuhi volumenya. Ventilator jenis
ini digunakan terutama pada gagal nafas kronik yang berhubungn dengan
kondisi neurovaskular seperti poliomyelitis, distrofi muscular, sklerosisi lateral
amiotrifik dan miastenia gravis. Penggunaan tidak sesuai untuk pasien yang
tidak stabil atau pasien yang kondisinya membutuhkan perubahan ventilasi
sering.
b. Ventilator Tekanan Positif
Ventilator tekanan positif menggembungkan paru-paru dengan mengeluarkan
tekanan positif pada jalan nafas dengan demikian mendorong alveoli untuk
mengembang selama inspirasi. Pada ventilator jenis ini diperlukan intubasi
endotrakeal atau trakeostomi. Ventilator ini secara luas digunakan pada klien
dengan penyakit paru primer. Terdapat tiga jenis ventilator tekanan positif yaitu
tekanan bersiklus, waktu bersiklus dan volume bersiklus. Ventilator tekanan

5
bersiklus adalah ventilator tekanan positif yang mengakhiri inspirasi ketika
tekanan preset telah tercapai. Dengan kata lain siklus ventilator hidup
mengantarkan aliran udara sampai tekanan tertentu yang telah ditetapkan
seluruhnya tercapai, dan kemudian siklus mati. Ventilator tekanan bersiklus
dimaksudkan hanya untuk jangka waktu pendek di ruang pemulihan. Ventilator
waktu bersiklus adalah ventilator mengakhiri atau pengendalikan inspirasi
setelah waktu ditentukan. Volume udara yang diterima klien diatur oleh
kepanjangan inspirasi dan frekuensi aliran udara Ventilator ini digunakan pada
neonatus dan bayi. Ventilator volume bersiklus yaitu ventilator yang
mengalirkan volume udara pada setiap inspirasi yang telah ditentukan. Jika
volume preset telah dikirimkan pada klien , siklus ventilator mati dan ekshalasi
terjadi secara pasif. Ventilator volume bersiklus sejauh ini adalah ventilator
tekanan positif yang paling banyak digunakan.
Gambaran ventilasi mekanik yang ideal adalah :
1. Sederhana, mudah dan murah
2. Dapat memberikan volume tidak kurang 1500cc dengan frekuensi nafas
hingga 60X/menit dan dapat diatur ratio I/E.
3. Dapat digunakan dan cocok digunakan dengan berbagai alat penunjang
pernafasan yang lain.
4. Dapat dirangkai dengan PEEP
5. Dapat memonitor tekanan, volume inhalasi, volume ekshalasi, volume
tidal, frekuensi nafas, dan konsentrasi oksigen inhalasi
6. Mempunyai fasilitas untuk humidifikasi serta penambahan obat
didalamnya
7. Mempunyai fasilitas untuk SIMV, CPAP, Pressure Support
Mudah membersihkan dan mensterilkannya.
3. Prosedur
1. Penatalaksanaan pasien koma adalah sesuai dengan penyakit yang
didasari sesuai dengan protap medis atau PPK dari masing-masing
kelompok staf medis
2. Pelayanan yang dimaksud dalam panduan ini termasuk juga penghentian
bantuan hidup (withdrawing life support) dan penundaan bantuan hidup
(withholding life support)
3. Keputusan penghentian atau panduan bantuan hidup adalah keputusan
medis dan etis
4. Semua tindakan yang diambil sesuai denganhasil dari assesmen pasien
secara individual dan harus dengan inform concent
5. Pemantauan harus dilakukan dengan ketat oleh petugas yang kompeten
6. Petugas yang bekerja di ruang rawat intensif, harus memiliki sertifikat
pelatihan khusus untuk ruang intensif
7. Peralatan alat bantu hidup secara berkala harus dilakukan perawatan dan
kalibrasi
Penatalaksanaan pasien koma adalah sesuai dengan penyakit yang didasari sesuai
dengan protap medis atau PPK dari masing-masing kelompok staf medis. Keputusan

6
penghentian atau panduan bantuan hidup adalah keputusan medis dan etis. Semua tindakan
yang diambil sesuai dengan hasil dari assesmen pasien secara individual dan harus dengan
inform concent. Pemantauan harus dilakukan dengan ketat oleh petugas yang kompeten
Petugas yang bekerja di ruang rawat intensif, harus memiliki sertifikat pelatihan khusus
untuk ruang intensif dan Peralatan alat bantu hidup secara berkala harus dilakukan
perawatan dan kalibrasi

7
BAB IV
DOKUMENTASI

Pemantauan pada pasien koma dan atau pasien dengan alat bantu hidup harus
dicacat dengan lengkap, akurat dan benar dalam berkas rekam medis dan dilakukan audit
yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai