Isi
Pendahuluan ............................................................................................................................... 5
Tujuan ............................................................................................................................................ 5
8.4 Contoh-contoh Bentuk Asesmen Autentik dan Non Autentik ................................... 61
Skills…………………………………………………………………………………………………..134
Asesmen…………………………………………………………………………………………….140
Glossary……………………………………………………………………………………………..158
Bibliography………………………………………………………………………………………..161
Latar Belakang
Tujuan
Buku ini disusun sebagai bahan acuan dalam implementasi kurikulum SDH dan SLH
serta dalam program induksi guru-guru baru yang melayani di SDH dan SLH.
Dengan adanya buku petunjuk teknis ini diharapkan secara makro setiap unit SDH
dan SLH dapat mengimplementasikan kurikulum yang disusun berlandaskan wawasan
Kristen Alkitabiah dengan baik dalam mengerjakan misinya “Menyatakan keutamaan
Kristusdan terlibat dalam pemulihanyang bersifat menebus segala sesuatu di dalam
Diamelalui pendidikan holistis” dalam mencapai visinya “Pengetahuan Sejati, Iman
dalam Kristus, dan Karakter Ilahi.”
Visi Misi SDH/SLH dijabarkan dari kebenaran yang ada dalam Kolose 1:9-2:3 sebagai
berikut:
Karakter Ilahi
10 sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala
hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam
pengetahuan yang benar tentang Allah.
Keutamaan Kristus
15 Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala
yang diciptakan, 16 karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di
sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana,
maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh
Dia dan untuk Dia. 17 Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada
di dalam Dia. 18 Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama
bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala
sesuatu. 19 Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia, 20 dan oleh
Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi,
maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib
Kristus.
Di dalam Efesus 1:3-14, dengan jelas dinyatakan berkat, dan kekayaan orang-orang
yang dipanggil dan dipilih di dalam Kristus. Bisa disimpulkan dari perikop tersebut bahwa
keselamatan dan hidup kita yang dihasilkan dari keselamatan itu adalah konsekuensi
dari anugerah yang berdaulat dan bagi puji-pujian untuk kemuliaanNya.Allah telah
menyatakan tujuanNya bagi kita dan ciptaanNya. “...untuk mempersatukan di dalam
Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.” (Ef
1:10). Hal ini juga diulang lagi dalam Kol 1:19-20. Tujuan Allah adalah pemulihan yang
bersifat menebus segala sesuatu di dalam Kristus.
I Tes 3:2; 2 Kor 6:1; 2 Kor 5:14-20 menunjukkan bahwa kita adalah rekan kerja Allah. Kita
harus membawa kebenaran Allah mempengaruhi setiap area dari kehidupan ini, dari
seni dan sastra, sampai kepada politik, pemerintahan, ekonomi, pendidikan, kemajuan
ilmu pengetahuan, dan lebih dari itu kita harus terlibat dalam “pemulihan yang bersifat
menebus segala sesuatu di dalam Kristus”.
Dalam Alkitab kalimat menebus segala sesuatu dalam Kristus memiliki dua arti,
yaitu membebaskan (to set free) dan membeli kembali (to buy back). Saat Yesus Kristus
mati di kayu salib Ia mengerjakan penebusan dalam ke dua arti tersebut: Ia
membebaskan ciptaan-Nya dari kuasa dosa (Kol.1:13) dan Ia juga membeli ciptaan-Nya
dengan darah-Nya dari kutuk hukum Taurat (1 Pet.1:18-19; Gal.3:13). Apakah hal ini
berarti ada suatu periode waktu di mana ciptaan yang berdosa bukan milik Kristus?
Tidak! Di atas sudah dijelaskan bahwa kepemilikan Kristus atas ciptaan ini bersifat mutlak
dan kekal. Ilustrasi Yesus tentang anak yang hilang bisa menolong kita untuk memahami
hal ini. Apakah anak bungsu itu bukan lagi anak ayahnya saat ia memberontak dan
pergi ke negeri yang jauh? Tidak. Ia tetap anak ayahnya meskipun ia tidak lagi
memuliakan dan menyenangkan hati ayahnya. Saat ciptaan itu dikuasai oleh dosa ia
tetap milik Allah namun tidak mungkin bisa memuliakan Allah. Ia milik Kristus yang “tidak
efektif”. Ia terhilang di dalam keberdosaannya.
Selanjutnya,apa arti ‘terlibat’ di sini? Yang selalu menjadi maksud Allah bagi
manusia adalah untuk terlibat dalam ciptaan:
“Misi” manusia pertama adalah untuk menaklukan dan berkuasa atas dunia (Kej
1:28). Kej 2:15 mengulang pengutusan ini dengan istilah “menjaga dan memelihara”
taman Allah. Konsep manusia sebagai seorang tukang kebun sangat tepat
menggambarkan peran ini; seorang tukang kebun tidak akan merusak alam, juga tidak
membiarkannya begitu saja. Ia akan memberi pupuk dan mengembangkannya,
meningkatkan keindahannya, kegunaannya, dan buahnya. Jadi, Allah mengharapkan
hamba-Nya untuk membawa seluruh ciptaan tunduk kepada ke-Tuhan-an-Nya. Ilmu
alam, Ilmu teknik, seni, pendidikan, pemerintahan adalah seluruh bagian dari tanggung
jawab ini. Kita harus menggiring seluruh dimensi kehidupan ini, baik spiritual dan material,
agar berada di bawah aturan dan hukum Allah.
Di sisi lain, gereja adalah sebuah agen dari Kerajaan Allah. Bukan hanya untuk
memberi contoh kesembuhan dari aturan Allah tetapi juga untuk menyebarkannya.
“Engkau adalah… imamat yang rajani, bangsa yang kudus… supaya kamu
memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu
keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (I Pet 2:9). Orang-orang Kristen
harus pergi ke dalam dunia sebagai saksi dari Kerajaan Allah (Kis 1:6-8). Memperluas
Kerajaan Allah itu lebih dari hanya sekedar memenangkan orang untuk Kristus. Hal itu
berarti juga bekerja untuk kesembuhan bagi orang-orang, keluarga-keluarga, relasi-
relasi, dan bangsa-bangsa; melakukan perbuatan belas kasihan dan mencari keadilan.
Itu berarti mengatur hidup, hubungan-hubungan, institusi-institusi, dan komunitas-
komunitas sesuai dengan otoritas Allah untuk membawa berkat Kerajaan Allah.
Pendidikan Holistis
Alkitab memberikan kesaksian bahwa Allah Tritunggal adalah Pencipta alam
semesta dan segenap isinya (Kejadian 1). Namun Kolose 1:1 dan Yohanes 1:3 dengan
spesifik menyatakan bahwa Kristuslah yang menciptakan alam semesta ini. Hal ini bukan
Karya sehari-hari Allah dalam memelihara dan memerintah dunia tidak dapat
dipisahkan dari tindakan-Nya untuk menjadikan dunia. Dari hari ke hari, setiap detail dari
keberadaan kita (contoh: rambut di kepala kita) terus dibentuk oleh “jadilah” dari
kehendak berdaulat Sang Pencipta. Karena itu sangat sulit untuk membuat suatu
pembedaan yang jelas antara aktifitas “penciptaan” dan “pemeliharaan” sebagai
karya dari Allah. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan
menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan (Ibr1:3). Di
dalam tindakan menopang inilah Kristus masih terus memelihara (baca: mencipta).
Ciptaan yang bereproduksi dan mati, gejala-gejala alam, dan hukum-hukum alam
adalah contohnya. Penguasaan ilmu pengetahuan dan tekonologi, lahirnya budaya,
kreatifitas seni, penemuan, dan inovasi benda-benda yang berfungsi untuk menolong
hidup manusia juga termasuk karya pemeliharan (baca: penciptaan) Kristus melalui
manusia ciptaan-Nya.
TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di
dalamnya. (Maz. 24:1)
Kristus adalah Pencipta dan juga Pemilik alam semesta ini. Tidak ada sebutir pasir
pun yang atasnya setan bisa mengklaim bahwa itu adalah miliknya. Segala ciptaan,
baik di sorga dan di bumi adalah milik Kristus. Kepemilikan ini bersifat mutlak dan kekal.
Artinya, tidak pernah sedetik pun ada bagian dari alam semesta ini, bahkan sebutir
debu terkecil yang melayang-melayang di udara sekalipun yang pernah menjadi milik
setan. Alam semesta ini adalah milik Kristus sejak diciptakan sampai selama-lamanya.
Pendidikan Holistis adalah pendidikan yang tidak hanya berfokus pada akademik
semata, tetapi memperhatikan seluruh keberadaan murid; pikirannya, hatinya, dan juga
tindakannya (head, heart, and hand). Pengetahuan yang dipelajari murid tidak cukup
berhenti sebatas mengetahui sesuatu, tetapi perlu menyentuh hati, dan menggerakkan
Pengetahuan
Pengetahuan bukan sekedar data, fakta atau informasi; pengetahuan
menemukan maknanya dalam suatu relasi. Murid-murid dapat memperoleh dan
mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan hikmat melalui (1) penyataan Allah
dalam Kristus, (2) relasi dengan Allah di dalam Kristus, dan (3) sebuah interaksi yang
penuh kerendahan hati dengan lingkungan dan komunitas. Pengetahuan seharusnya di
mengerti secara holistis: pengetahuan yang membentuk pikiran, menginspirasi hati dan
menggerakkan tangan. Oleh sebab itu, sekolah haruslah menjadi komunitas pembelajar
yang secara aktif mencari pengetahuan yang sejati dan mengembangkan ketrampilan.
Pendidikan seharusnya menuntun murid untuk menjadi penatalayan yang
bertanggungjawab untuk setiap hal yang mereka pelajari sehingga kerajaan Allah di
besarkan dan Shalom Allah memenuhi dunia ini.
Alam semesta ciptaan Allah memiliki hukum-hukum alam. Manusia yang dicipta
dalam gambar dan rupa Allah memiliki potensi untuk menemukan hukum-hukum alam
tersebut. Kita percaya bahwa pengetahuan yang sejati yang berlandaskan penyataan
Allah—Ciptaan, Kristus, dan Alkitab. Namun kita juga menyadari bahwa pengetahuan
Alkitab adalah sumber utama dari pembelajaran yang sejati. Alkitab melalui
prinsip-prinsip kebenarannya menjadi dasar dalam memahami setiap subyek
pembelajaran maupun aspek kehidupan lainnya. Kita sadar bahwa Alkitab tidak secara
langsung berbicara secara begitu luas sehingga mencakup setiap pengetahuan dalam
mata pelajaran. Namun demikian, pengertian akan prinsip-prinsip Alkitabiah mutlak
diperlukan untuk memperoleh hikmat—yang adalah pencapaian tertinggi dari
pembelajaran dan aplikasinya—dari subyek apapun.
Pendidikan
Peran dari pendidikan adalah untuk menunjukan kepada murid-murid kebutuhan
mereka yang utama yaitu pemulihan relasi dengan Allah Tritunggal. Pemulihan relasi
dengan Allah akan menuntun mereka untuk melihat pentingnya pemulihan relasi
dengan orang lain dan dengan seluruh ciptaan. Anak-anak perlu di arahkan untuk
memahami dunia yang berdosa dan panggilan dan respon mereka sebagai murid
Kristus yang bertanggung jawab.
Pendidikan adalah sebuah perjalanan hidup yang tidak akan pernah berakhir;
kita mendidik para murid untuk kekekalan. Pendidikan untuk kekekalan ini akan sangat
berhasil ketika dilakukan dalam konteks komunitas. Sekolah bersama-sama dengan
orang tua membimbing murid-murid untuk mengenal Allah, mengenal diri mereka sendiri
sebagai gambar dan rupa Allah(termasuk di dalamnya mengenali dan
mengembangkan telenta) sehingga mereka dengan taat dapat meresponi pangilan
Tuhan untuk menjadi agen penebusan bagi dunia. Harapan kita adalah setiap murid
akan terus memiliki kerinduan untuk belajar sampai kepada kekekalan.
Murid
Kita percaya bahwa murid-murid adalah ciptaan Allah. Kehidupan mereka
bergantung sepenuhnya kepada Allah yang mencintai mereka. Murid adalah makhluk
penyembah (worshipuful being) yang sebenarnya diciptakan dengan suatu kebutuhan
mendasar untuk berelasi dengan pencipta mereka. Mereka diciptakan dalam gambar
dan rupa Allah, sehingga natur Allah termeteraikan dalam setiap pribadi murid. Setiap
dari mereka memiliki tujuan hidup yang di tetapkan Allah; mereka juga pribadi yang
unik, kreatif, kompleks dan bermoral.
Guru
Tuhan memanggil setiap guru menjadi agen perubahan bagi kemuliaanNya.
Guru adalah model otentik bagi para murid untuk menunjukan bagaimana hidup
sebagai pengikut Kristus, untuk menyatakan keutamaan Kristus melalui hidup mereka
dan dalam pengajaran mereka. Guru adalah “kurikulum yang hidup.”
Guru harus menjadi teladan dalam hal mengejar kebenaran dan ketaatan untuk
menerapkan kebenaran tersebut di dalam hidup mereka sehari-hari. Guru dipanggil
untuk mengkomunikasikan kisah Allah yang besar, termasuk apa yang sedang Allah
kerjakan dalam zaman ini dan bagaimana kita harus hidup didalam kisah Allah tersebut.
DI dalam ketidaksempurnaan mereka, guru menjadi ilustrasi kebesaran kasih karunia
Allah dengan menunjukan ketergantungan mereka setiap hari kepada kemurahan Allah
supaya pada akhirnya murid-murid dapat dituntun kepada salib dan kemudian memiliki
relasi pribadi dengan Yesus Kristus.
Tugas guru bukan hanya sekedar fasilitator, mereka tidak hanya menyampaikan
konten atau pengetahuan sebagai fakta saja. Seorang guru Kristen yang sejati melihat
peran mereka dalam mengunakan setiap kesempatan pembelajaran sebagai sarana
Praktik Pedagogi
Belajar-mengajar adalah hal yang relasional. Relasi guru-murid yang sehat selalu
berdasarkan kasih Kristus, dibungkus dalam kerendahatian dan bermahkotahkan rasa
saling menghormati satu dengan yang lain. Seperti yang Paulus ajarkan kepada Timotius:
“Tujuan nasihat itu ialah kasih yang timbul dari hati yang suci,dari hati nurani yang murni
dan dari iman yang tulus ikhlas.” (1 Timotius 1:5)
Seorang guru mengenali nilai intrinsik bawaan setiap muridnya termasuk keunikan
mereka dan menyadari bahwa keunikan ini menuntut saling ketergantungan satu
dengan yang lain; inilah panggilan Allah bagi kita. Guru juga mengenali berbagai
kepribadian dan cara belajar murid yang beragam, sehingga kemudian dapat
menyesuaikan metode pembelajaran mereka sehingga setiap murid memiliki
kesempatan yang sama untuk dengan maksimal mengembangkan talenta dan
berespon terhadap panggilan Allah dalam hidup mereka.
Fondasi Wawasan Kristen Alkitabiah memberikan banyak pilihan bagi murid untuk
mengejar kebenaran sebagai sesuatu yang paling berarti dalam hidup mereka. Praktik-
praktik pembelajaran seperti diskusi dan pertanyaan-pertanyaan kritis dapat digunakan
di setiap mata pelajaran dalam kerangka Wawasan Kristen Alkitabiah ini.
Model Pendidikan
Sekolah Dian Harapan (SDH) dan Sekolah Lentera harapan (SLH) percaya bahwa
kurikulum dan seluruh elemen didalamnya haruslah berdiri kokoh diatas visi dan misi YPPH
dimana Yesus Kristus menjadi batu penjurunya. Tujuannya adalah mewujudkan Profil
Sekolah dan Profil Lulusan, yang tidak lain adalah penjabaran sekaligus indikator
pencapaian dari visi dan misi sekolah. Di bawah ini adalah model Pendidikan yang
didalamnya terdapat sebuah kerangka
2. HIS Story
(Bagaimana Allah memimpin dunia ini dan bagaimana kita berperan di
dalamnya?)
Ranah ciptaan berisi semua yang ada dan tercipta, kecuali Allah
Kerusakan
sendiri yang adalah pencipta. Allah tidak berada setara dengan
seluruh ciptaan-Nya. Alam ciptaan ini terus menerus ditopang
Dunia
sepanjang waktu oleh kedaulatan perintah Allah. Dunia kita
adalah milik Allah—bukan milik kita, bukan milik dari penguasa-
Sains
penguasa dunia, bukan milik iblis, takdir, atau probabilitas evolusi.
Bumi ini adalah kepunyaan Tuhan. Pada mulanya Allah
Prinsip-prinsip sains
tritunggal—Bapa, Putra dan Roh Kudus—berfirman sehingga
dunia ini tercipta dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada.
Hukum Alam
Kemudian Allah menata, membentuk dan menetapkan
keteraturan didalamnya. Allah membentuk langit, daratan, dan
Ilmu Pengetahuan
lautan; bintang-bintang, bulan, dan matahari, menciptakan
dunia yang penuh warna, indah dalam keanekaragaman—
Fisika
sebuah rumah yang paling sesuai untuk tumbuh-tumbuhan,
binatang dan manusia—sebuah tempat untuk bekerja dan
Biologi
bermain, menyembah dan mengagumi, mengasihi dan berbagi
tawa. Kemudian Allah “beristirahat” dan memberikan kita
Kimia
“istirahat”, memberikan manusia sabat untuk berfokus kepada
pribadi-Nya. Pada mulanya semua begitu baik adanya.
Teknologi
Keteraturan Allah nampak jelas didalam ciptaan. Semua berada
2.1.Konsep
Sekolah Dian/LenteraHarapan menitikberatkan pendidikan lebih kepada
transformasi hidup murid dari pada hanya kepada transfer pengetahuan dan
penghafalan fakta-fakta. Olehsebabitu, dibutuhkan pemahaman konseptual dan
Enduring Understanding (EU: pemahamansepanjanghayat) sebagai tujuan belajar dan
mengajar di Sekolah Dian/LenteraHarapan, tujuan belajar & mengajar yang lebih luas
dan esensial dari sekitar fakta dan informasi. Untuk itu diterapkan kerangka kurikulum dan
pelajaran-pelajaran yang luas, seimbang, konseptual, dan saling berhubungan.
Penggalian konsep secara mendalam dan terus menerus menuntun murid kepada:
pemahaman yang lebih tajam terhadap kelompok mata pelajaran
apresiasi kepada ide yang melampaui batas-batas disiplin ilmu
keterlibatan dengan ide-ide yang kompleks, termasuk di dalamnya
kemampuan untuk mentransfer dan mengaplikasikan ide-ide dan
keterampilan-keterampilan kepada situasi baru
Murid secara bertahap menuju pemahaman konseptual yang lebih dalam dan
secara bersamaan mendekati konsep dari beberapa perspektif. Kerangka Kurikulum
Sekolah Dian/Lentera Harapan berbasis konsep menolong murid memiliki kompetensi
berpikir kritis dan kreatif, sehingga mampu untuk mentransfer pengetahuan dan
bertanggung jawab terhadap pembelajaran pribadi. Kerangka Kurikulum ini diharapkan
mendorong murid melihat pembelajaran ini dalam kisah Allah yang besar dan
bagaimana mereka meresponinya dalam tindakan.
Standar Kompetensi (SK)/Kompetensi inti (KI) yang dijabarkan melalui kompetensi dasar
merupakan tujuan yang hendak dicapai dalam kurikulum 2006/2013. Tujuan-tujuan ini
hendaknya diartikulasikan lebih lanjut sehingga:
1. Dapat diukur atau measurable
2. Dapat diajarkan atau teachable
Penjabaran lebih lengkap untuk asesmen dapat dilihat pada bagian 10.
4. Pengetahuan
Sekolah Dian/Lentera Harapan menyadari pentingnya satu garis besar kurikulum
tertulis yang dapat dimengerti secara jelas. Garis besar kurikulum tertulis ini membentuk
satu kesatuan pengetahuan yang merefleksikan visi dan misi, profil sekolah, dan profil
lulusan.
Kita mengakui pentingnya setiap mata pelajaran: Bahasa, Matematika, IPA, IPS,
Penjaskes, dan Seni. Pembelajaran mengenai Alkitab memiliki peran penting sebagai
mata pelajaran inti karena tiga elemen kurikulum (pengetahuan, konsep, dan
keterampilan) dalam setiap mata pelajaran dipelajari melalui Wawasan Kristen
Alkitabiah (Overman & Johnson, 2003).
Di Sekolah Dian/Lentera Harapan, teknologi misalnya pada subyek TIK dan seni
dapat diidentifikasikan sebagai sebuah mata pelajaran, tetapi juga diakui sebagai
sebuah media yang memfasilitasi semua pembelajaran dalam kurikulum.
b) Memahami/mengerti(Understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian
dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan, dan komunikasi.
Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification)
dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika
seorang murid berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari
kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh
atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya.
Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua
atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan
berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek
yang diperbandingkan.
c) Menerapkan(Apply)
Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau
mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau
menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi
d) Menganalisis(Analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan
memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari
tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut
dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis
kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-
sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut murid memiliki kemampuan
menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap murid untuk memiliki kemampuan
menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif
e) Mengevaluasi(Evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian
berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya
digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau
standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh murid. Standar ini dapat berupa
kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh murid. Perlu
diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi
mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan
penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan murid dengan penilaian
yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh
murid. Jika standar atau kriteria yangdibuat mengarah pada keefektifan hasil
yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur
yang digunakan maka apa yang dilakukan murid merupakan kegiatan evaluasi.
Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek
f) Menciptakan(Create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur
secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan murid untuk menghasilkan suatu produk baru dengan
mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari
sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar
murid pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada
proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan
murid untuk menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan murid untuk dapat
melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua murid.
Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada
dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis murid bekerja
dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada
menciptakan murid bekerja dan menghasilkan hal baru.
(Dikutip dari Gunawan and Palupi, n.d.)
5. Keterampilan
Sekolah Dian/Lentera Harapan menyadari pentingnya pengembangan
keterampilan. Murid memperoleh pengetahuan dan pemahaman konseptual melalui
berbagai penerapan keterampilan. Keterampilan-keterampilan yang dimaksudkan akan
sangat tepat dikembangkan dalam konteks situasi autentik, sehingga keterampilan
literasi (literasi budaya, informasi, teknologi) dan keterampilan transfer (aplikasi pelajaran
pada berbagai konteks kehidupan) perlu ditanamkan. Sangat penting bagi semua guru
untuk mendorong dan mendukung pengembangan keterampilan dengan memberikan
kesempatan melalui pengalaman pembelajaran autentik; akan tetapi bagi para guru
yang mendidik murid yang berada di kelas atau tingkat yang lebih kecil dapat
Dalam usaha untuk mencapai visi dan misinya Sekolah Dian/Lentera Harapan
mengupayakan pendidikan yang melampaui aspek kognitif dan afektif dengan
membimbing para murid untuk melakukan tindakan nyata yang dituntun oleh hikmat
Allah. Karena itu Sekolah Dian/Lentera Harapan memberikan kesempatan kepada murid
untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dalam
proses pembelajaran dengan benar, tepat, dan jujur. Dengan fondasi wawasan Kristen
Alkitabiah yang dibangun dalam proses pembelajaran, Sekolah Dian/Lentera Harapan
menggugah para murid untuk berani mengambil sikap dan memutuskan jenis tindakan
nyata mereka yang akan mereka aplikasikan dengan tuntunan hikmat Allah. Tindakan
nyataitu mungkin saja tidak sama dalam setiap rentang usia.
Refleksi&
Inti
Tindakan Kegiatan
Selanjutnya
Bahkan murid-murid di usianya yang masih muda dapat memiliki perasaan yang
kuat tentang keadilan dan kesetaraan, dan guru dapat memfasilitasi ekspresi positif dari
pendapat ini. Tindakan yang efektif dapat menjadi demonstrasi dari rasa tanggung
jawab dan menghormati Tuhan.
Berikut adalah tindakan nyata yang diadopsi dari buku Transformative by Design
yang disusun oleh National Institute for Christian Education (2015), yang bisa digunakan
sebagai tindakan nyata setiap unit pembelajaran, bagian dari Mission, Service dan
1. Mengasihi Allah (Loving God): Murid meresponi kasih Allah dengan mengasihiNya
dan sesama manusia seperti mereka mengasihi diri mereka sendiri.
2. Membangun komunitas (Building community): Murid berperan aktif dan
mendorong orang lain dalam pembangunan komunitas.
3. Memelihara bumi (Caretaking earth): Murid meresponi panggilan Allah secara
aktif sebagai pengelola ciptaanNya.
4. Merayakan kehidupan (Celebrating life): Murid memercayai sepenuhnya
penyediaan Allah (God’s provision) dan menghidupi anugerah kehidupan yang
mengusahakan kesejahteraan sesama.
5. Menantang distorsi (Challenging distortions): Murid mengindentifikasi dan
mengkritisi area-area yang dicemari dosa lalu menilainya dengan tujuan Allah
semula saat area-area tersebut tercipta.
6. Menemukan pola-pola (Discovering patterns): Murid mengeksplorasi dan
menemukan pola-pola dan desain Allah untuk dinikmati dengan sukacita
dan/atau untuk kebaikan semua orang.
7. Menerima keberagaman (Embracing diversity): Murid menghargai dan
merayakan perbedaan budaya dan kelompok orang yang ada yang mana
perbedaan itu adalah untuk kebaikan bersama.
8. Mengekpresikan kata-kata (Expressing words): Murid mengutarakan kata-kata
untuk membangun, membuat pilihan, dan mengekpresikan hidup.
9. Memperoleh hikmat (Getting wisdom): Murid tidak hanya mengerti dan
berpengetahuan, tetapi berwawasan Ilahi.
10. Memiliki ide-ide untuk inovasi (Imagining innovations): Murid berinovasi dan
memperbarui/memperbaiki hal-hal yang sudah ada agar tujuan dan
penggunaan hal-hal tersebut menjadi lebih baik sehingga memuji Sang
MahaPencipta.
8. Asesmen Autentik
8.1 Landasan Filosofis Asesmen
Asesmen merupakan komponen esensial dari proses belajar dan mengajar untuk
mengukur sebuah proses dan memberikan pengertian yang tepat mengenai efektivitas,
effisiensi, kegiatan belajar mengajar dalam menjawab kebutuhan belajar dari murid-
murid kita. Maka, sekolah-sekolah di lingkungan YPPH secara komunitas harus memiliki
pemahaman umum mengenai praktik asesmen murid.
Untuk memastikan bahwa setiap pendidik Kristen di lingkungan YPPH mengerti arti
asesmen secara Kristiani, YPPH memiliki prinsip-prinsip asesmen sebagai berikut.
memberkati murid untuk bertanggung jawab terhadap Tuhan termasuk juga
kepada keluarga dan bangsanya
penilaian yang jujur
mendukungkerendahanhati
mendukung pemikiran dan penerapan yang kreatif, kritis, dan penuh
pertimbangan
menolong guru dan murid menentukan makna dan realita dalam pembelajaran
memacu para guru untuk mengkaji ulang pengajaran yang diberikan kepada
murid
mengkomunikasikan, memberikan makna, dan mempertanggungjawabkan
kemajuan proses pembelajaran murid kepada orang tua, otoritas sekolah,
eksternal regulator, dan kepada pemerintah.
Adapun tujuan dari asesmen adalah memberkati murid untuk bertanggung jawab
terhadap Tuhan termasuk kepada keluarga dan bangsanya.
bukan merupakan pendekatan autentik. Artinya soal demikian tidak dapat digunakan
sebagai pendekatan utama dalam menguji kompetensi murid.
Asesmen reflektif ini bermanfaat baik untuk guru, murid maupun komunitas.
Manfaat untuk murid Manfaat untuk guru Manfaat untuk komunitas
Lebih mudah dalam 1. Murid yang melakukan
• Mengatur secara mandiri
mengidentifikasi area- refleksi akan memiliki
cara belajar
area yang perlu sikap yang lebih positif
• Memilih metode belajar
ditingkatkan dibandingkan dengan
secara mandiri
yang tidak
• Meningkatkan rasa • Memudahkan melakukannya.
tanggung jawab proses streamline di
2. Jumlah waktu yang
masa datang.
• Meningkatkan kemampuan diinvestasikan untuk
berpikir kritis dan berpikir refleksi berbanding lurus
metakognitif dengan tingkat positif
cara pandang murid
• Mengajar anak untuk
terhadap pelajaran dan
mengenal diri, kelemahan
proyek.
dan kelebihannya
3. Nilai atau hasil belajar
2. Formatif sebagai draft dari sumatif.Studi kasus atau bentuk penulisan ilmiah atau
portofolio atau bentuk bentuk penugasan sumatif lain dapat dimulai dengan
penugasan formatif dimana murid bisa menyusun tugasnya dan kemudian dilatih
untuk menilai tugasnya secara mandiri baik secara peniliaian diri, ataupun
penilaian berpasangan menggunakan rubrik penilaian yang telah diberikan guru
di awal penugasan.
Hasil tugas yang telah dinilai secara mandiri oleh murid ini merupakan draft
dimana guru akan melakukan verifikasi nilai dan memberikan kesempatan
kepada murid untuk memperbaiki tugasnya melalui umpan balik guru dan
komentar mengenai kualitas, isi, dan struktur tugas. Setelah ada umpan balik
murid diberikan kesempatan untuk memperbaiki kualitas pekerjaannyasebagai
hasil sumatif.
Proses ini dapat diperkaya dengan evaluasi berpasangan sehingga murid memiliki
kesempatan untuk melihat dan membandingkan hasil pekerjaannya dengan
pekerjaan murid yang lain serta memberikan kesempatan untuk murid melihat
contoh pekerjaan yang beragam.
3. Formatif dan reflektif sebagai proses dari sumatif
Ketika bentuk penugasan menjadi lebih kompleks maka guru dapat
mempertimbangkan untuk membagi sebuah tugas sumatif menjadi tahapan-
tahapan proses yang setiap bagiannya merupakan tugas formatif yang dapat
dilakukan secara periodik.
Ketika proses pembelajaran berlangsung dengan efektif dan efisien maka nantinya
proses remedial tidak perlu dilakukan.
Merupakan
Inkuiri dengan tematik
pendekatan yang
“Diriku dan
melibatkan banyak
Lingkunganku”.
mata pelajaran
sehingga batasan
Bermakna:
antar mata pelajaran
Mengajar murid
menjadi kabur bahkan
mengenal diri sendiri dan
hilang
lingkungannya dari
Transenden mencakup
berbagai sudut pandang
berbagai disiplin
(perspektif)
dengan pendekatan
Disiplin Ilmu:
inkuiri.
Walaupun batasan antar
Diampu oleh guru wali
bidang studi menjadi
kelas yang mengajar
kabur namun tetap ada
berbagai bidang studi
mata pelajaran yang
Untuk Sekolah Dasar
terlibat dalam tematik
transdisiplin ini:
IPS – sosiologi, Kesenian –
budaya dan
Matematika–
perhitungan sederhana.
Terintegrasi:
Diajarkan tanpa perlu
memberikan batasan
jelas mengenai pelajaran
mana yang diajarkan
pada saat itu
Merupakan
Proyek Pariwisata dengan
pendekatan yang
tematik “Diriku dan
melibatkan dua atau
Budayaku”.
tiga mata pelajaran
sehingga memberikan
Bermakna:
pengertian baru yang
Mengajar murid
mendalam (insight)
mengenal diri sendiri dan
dan berbeda jika
budayanya dari
menggunakan hanya
berbagai sudut pandang
satu mata pelajaran
(perspektif) dan
Integrasi masih
menggunakannya untuk
mempertahankan
menghasilkan produk
disiplin ilmu masing-
yang mempromosikan
masing
pariwisata di daerahnya
(monodisipliner)
Disiplin Ilmu (Bidang ilmu
Guru mata pelajaran
yang terlibat):
tetap mengajarkan
Batasan antar mata
masing-masing
pelajaran masih cukup
bagiannya dengan
jelas
pendekatan tersebut
Mata pelajaran yang
dan tetap ada
terlibat dalam proyek
kemungkinan untuk
interdisiplin ini adalah:
menyinggung mata
IPS – Sosiologi (budaya
pelajaran lain jika perlu
suku-suku di Indonesia)
Diampu oleh
Seni – budaya seni rupa
beberapa guru mata
Merupakan pendekatan
Bermakna:
yang melibatkan dua
Mengajar murid mengenal
atau tiga mata pelajaran
diri sendiri dan budayanya
namun batasan
di pelajaran Sosiologi
pelajaran jelas
dengan menggunakan
Integrasi minimal dan
ilmu Matematika dan Seni
lebih mempertahankan
Budaya untuk membuat
disiplin ilmu masing-
piktograf
masing
Disiplin Ilmu: Mata
Guru mata pelajaran
Pelajaran Matematika dan
tetap mengajarkan
Kesenian berfungsi
masing-masing
sebagai pendukung
bagiannya dengan
IPS – Sosiologi
mempertimbangkan
Seni Budaya – seni rupa
penggunaan mata
batik untuk hiasan
pelajaran lain sebagai
Matematika – statistik dan
pendukung
penelitian pendukung
Satu mata pelajaran
Hasil akhir: Piktograf
sebagai jangkar. Mata
tentang demografi suatu
pelajaran lain sebagai
daerah
pendukung
Terintegrasi:
Diampu oleh beberapa
Diajarkan oleh tiga guru
guru mata pelajaran jika
mata pelajaran pada saat
perlu
yang relatif bersamaan
Untuk Sekolah Menengah
untuk Mendukung IPS
Atas
sebagai mata pelajaran
utama
Purposeful
Bermakna
Nexus‐
discipline
Discipline
Integrative
Disiplin
Terintegrasi
ilmu
Adaptasi: Interdisipline study what is count oleh Veronica Boix – Mansilla (Harvard)
Adaptasi Mansilla, Veronica Boix. “Interdisciplinary Understanding: What Counts as Quality Work?”
Pendekatan inkuiri ini seharusnya dilihat dalam konteks yang lebih luas yaitu proses
yang dimulai oleh guru dan murid untuk membangun pemahaman baru yang lebih
mendalam dimana murid dan guru secara bersama berperan aktif dalam
pembelajaran. Perlu diingat bahwa guru bukanlah sumber utama dari pembelajaran
ataupun fokus utama dalam kelas, sehingga kelas yang menjalankan pendekatan
inkuiri, pendekatan kolaboratif, dan berorientasi pada konsep akan jelas terlihat
perbedaannya dengan kelas-kelas tradisional yang masih mengandalkan buku teks.
Tuning in: proses awal untuk masuk ke dalam materi dimana guru akan
membangun makna dalam pembelajaran yang akan memicu rasa ingin tahu
murid. Penting pada bagian ini, guru menggunakan pertanyaan esensial
(essential question) yang sudah dipersiapkan untuk memicu pembelajaran
serta membangun rasa kepemilikan pembelajaran dari murid.
Finding out: murid mencari dan menemukan informasi secara mandiri tentang
topik yang dibahas. Setelah terpacu rasa ingin tahunya, diharapkan murid
dapat secara “natural” memiliki kesadaran untuk belajar dan menyelidiki topik
yang dibahas.
Kelas / Sem :
Pilih profil lulusan SDH/SLH yang akan dikembangkan melalui unit pembelajaran ini.
Pilih tindakan nyata yang mendukung pencapaian profil lulusan murid yang dipilih
Pilih konsep-konsep kunci yang menjadi fokus dalam unit pembelajaran. Untuk
konsep yang dipilih harus ada minimal 1 konsep makro. Pertimbangkan waktu yg
dimiliki dalam menentukan jumlah konsepyang menjadi fokus.
Pemahaman sepanjang hayat adalah pemahaman yang menjadi jangkar dari unit
pembelajaran; berupa ide-ide besar. Pemahaman inilah yang kita ingin tumbuhkan dalam
siswa-siswi dan yang akan tinggal ketika semua fakta-fakta detil hilang. Pemahaman yang
penting untuk menghidupkan rasa ingin tahu siswa, diarahkan oleh pemahaman konsep dan
mempromosikan cara berpikir kritis, menantang dan memperluas pengetahuan awal siswa
dan membawa siswa memahami Tema Wawasan Kristen berdasarkan Alkitab.
Tahap 2: Apa yang kita inginkan untuk murid pelajari (Koneksi ke Kurnas 2006 /13)
2.1. KI 1 (2013):
Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
Nilai-nilai kebajikan:
Pilihlah salah satu nilai dan sikap yang dapat dieksplorasi melalui unit pembelajaran ini.
2.2. KI 2 (2013):
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Nilai-nilai kebajikan:
Pilihlah salah satu nilai dan sikap yang dapat dieksplorasi melalui unit pembelajaran ini.
2.3. KI 3 (2013):
Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
Kognitif:
Pilihlah aspek kognitif yang dapat dieksplorasi melalui unit pembelajaran ini.
Indikator diturunkan
Tuliskan dari kompetensi
Tuliskan kompetensi- dasar. Setiap
SK/KIyang kompetensi indikator
mendukung dasar diformulasikan ke
siswa mencapai dalam bentuk
pemahaman kalimat yang spesifik
(yang dan jelas dengan
sepanjang mendukung menggunakan kata
hayat siswa mencapai kerja operasional.
pemahaman Indikator-indikator
(lihat dokumen sepanjang
haruslah perilaku
scope and siswa yang dapat
hayat) diamati dan diukur.
sequence) Pilihlah indikator
(lihat dokumen yang benar-benar
penting yang
scope and
mendukung
sequence) pemahaman EU
3.1. PENDAHULUAN
Minggu Ke : _________
Minggu Ke : _________
Minggu Ke : _________
Tuliskan sumber-sumber belajar yang akan Anda gunakan untuk mendukung kegiatan
pembelajaran. Perbincangan dengan pustakawan dan guru komputer dapat dilakukan
untuk mengidentifikasi pembuatan tugas dalam pembelajaran. Sumber-sumber
pembelajaran dapat diperoleh dari narasumber, lokasi, audio-visual, tulisan-tulisan yang
mendukung, musik, karya seni, program-program komputer, dll
Perenungan hasil pembelajaran: (Apa yang sudah baik, perlu ditingkatkan, dan
perubahan apa yang akan saya lakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik?)
Perenungan proses pembelajaran: (Apa yang sudah baik, perlu ditingkatkan, dan
perubahan apa yang akan saya lakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam
proses pembelajaran di kelas saya?)
Di bagian akhir dari penciptaan alam semesta, Tuhan menciptakan manusia sebagai
“Mahkota” terindah dari seluruh ciptaanNya. Tuhan menciptakan manusia di dalam peta dan
teladan-Nya sendiri, dengan kapasitas untuk berelasi dengan diri-Nya dan kemudian
memberikan tanggungjawab kepada manusia sebagai pengelola dari Bumi. Diciptakan dalam
peta dan teladan Allah, kita kemudian bisa berelasi dalam Kasih dengan Allah, dan diberikan
tanggung jawab untuk menjaga, mengembangkan dan menikmati bumi dengan sebuah
semangat kasih kepada sesama. Kita juga di ciptakan sebagai makhluk holistis, mencakup fisik,
mental, sosial dan spiritual.
Tuhan memakai talenta dan karunia kita yang unik untuk mengenapi panggilanNya dalam
hidup kita. Semuanya, laki-laki dan perempuan, menikah ataupun tidak menikah, muda dan tua
–setiap variasi dan perbedaan dalam kemanusiaan kita—kita dipanggil untuk
merepresentasikan Allah, karena Dialah pencipta kita semua. Kehidupan adalah anugerah
pemberian Allah kepada kita, dan kita dipanggil untuk mengerjakan dan mempertumbuhkan
segala sesuatu yang hidup, melindungi mereka dari apapun yang dapat mencelakai, khususnya
bayi yang belum lahir dan yang lemah, orang-orang miskin dan papah. Tuhan menciptakan
setiap kita dengan suatu tujuan untuk mempermuliakan Dia di bumi dalam setiap aspek
kehidupan kita. Kita adalah orang-orang yang berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.
Identitas kita sejatinya berdasarkan kepada Yesus Kristus
Tahap 2: Apa yang kita inginkan untuk siswa pelajari (Koneksi ke Kurnas 2006 /13)
2.1. KI 1 (2013):
Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
Nilai-nilai kebajikan:
Rasa syukur, menghormati
2.2. KI 2 (2013):
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri
sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Nilai-nilai kebajikan:
Rasa syukur, menghormati
2.3. KI 3 (2013):
Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
3.1. PENDAHULUAN
6. Menulis/menggambar jurnal
Minggu Ke : Lima
Perenungan hasil pembelajaran: (Apa yang sudah baik, perlu ditingkatkan, dan
perubahan apa yang akan saya lakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik?)
Perenungan proses pembelajaran: (Apa yang sudah baik, perlu ditingkatkan, dan
perubahan apa yang akan saya lakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam
proses pembelajaran di kelas saya?)
Orang Kristen melalui iman kepada Kristus diadopsi masuk ke dalam keluarga
Allah yang sejati. Tubuh Kristus hanya dapat berfungsi dengan baik jika Kristus
sendiri adalah kepala; inilah model dari setiap organisasi; termasuk di dalamnya
keluarga, gereja, pemerintahan, atau komunitas. Kita dipanggil untuk melayani
orang lain menurut rencana Allah yang kekal. Kita adalah bagian dari tubuh
Kristus. (terjemahan dan editorial oleh PDCE dari “Our World Belongs to God”
Christian Reformed Church, 2008)
1.2. Profil lulusan yang dikembangkan
SDH:
#3. Menunjukkan kepekaan pada kebutuhan, pendapat dan keprihatinan orang lain
2.1. KI 1 (2013):
Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
Nilai-nilai kebajikan:
kebenaran (righteousness):shalom
2.2. KI 2 (2013):
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Nilai-nilai kebajikan:
Rasa syukur, menghormati
2.3. KI 3 (2013):
Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
Kognitif:
Menguasai konsep Hubungan sebab akibat (IPA, Ekonomi), Komunitas (PKn),
Sistem ( Geo)
2.4. KI 4 (2013):
Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
Ketrampilan Ketrampilan:
berkomunikasi (communication skills) dan bersosialisasi (social skills), dan riset
(research skills)
Geo IPS
Memahami kegiatan Geo
ekonomi masyarakat 6.1 Mendeskripsikan pola Minggu I/1JP
kegiatan ekonomi
penduduk, pengunaan
lahan, pola permukiman
berdasarkan kondisi fisik
permukaan bumi
Ekon
3.1 Mendeskripsikan Minggu I
tindakan manusia yang /2 JP
menunjukkan makhluk
sosial dan ekonomi yang
bermoral dalam
memenuhi kebutuhan
3.2. Minggu I
Mengimplementasikan /2 JP
tindakan ekonomi
sebagai makhluk ekonomi
dan sosial yang bermoral Minggu II/ 2 JP
3.3. Mengkritisi tindakan
ekonomi berdasarkan
motif dan prinsip ekonomi
dalam berbagai kegiatan
sehari-hari
3.1. PENDAHULUAN
Minggu Ke : 1
5 Jam Pelajaran
membimbing penyelidikan
individual dan kelompok
mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai
Program komputer:
MS WORD untuk sumatif 1 dan 2
MS PPT, MS Publisher/Photoshop untuk sumatif
3.5.1. Perenungan hasil pembelajaran: (Apa yang sudah baik, perlu ditingkatkan, dan
perubahan apa yang akan saya lakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik?)
3.5.2. Perenungan proses pembelajaran: (Apa yang sudah baik, perlu ditingkatkan, dan
perubahan apa yang akan saya lakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam
proses pembelajaran di kelas saya?)
Refleksi Pribadi:
Dikerjakan oleh murid secara mandiri untuk merefleksikan sikap. Refleksi pribadi
adalah kolom yang diisi murid pada hari tertentu (misalnya, setiap minggu atau dua kali
sebulan) yang berisi sikap dan perasaan murid pada hari dan minggu itu secara jujur.
Observasi:
Instrumen yang digunakan dalam observasi berupa lembar observasi atau jurnal
guru. Lembar observasi atau jurnal tersebut berisi kolom catatan perilaku yang diisi oleh
guru mata pelajaran, wali kelas, dan guru BK berdasarkan pengamatan dari perilaku
murid yang muncul secara alami selama satu semester. Perilaku murid yang dicatat di
dalam jurnal pada dasarnya adalah perilaku yang sangat baik dan/atau kurang baik
yang berkaitan dengan indikator dari sikap spiritual dan sikap sosial.
Bukti autentik dari sikap murid adalah hasil kerja pribadi murid dan kerja pasangan. Bukti
autentik ini harus ada sebagai bagian dari penilaian sikap secara autentik; namun guru
diperbolehkan memilih metode sesuai dengan kondisi dan situasi di kelasnya.
Adapun alur penilaiannya adalah sebagai berikut:
Refleksi murid
Sikap
Alur penilaian sikap murid. Guru dapat menyesuaikan dengan keadaan lapangan.
KI 3-4:
KI 3-4:
KI 3-4: KD 5 KI 3-4:
KD 1
KD 4 KD 7 KD 8
KD 2
KD 6 Minggu 10: Review
KD 3
Minggu 6-8: Ujian Paper Test Minggu 12:
Minggu 1-5: Percobaan Lab Evaluasi Studi Ujian
Proyek Murid
Kasus
12.6 Rapor
Penilaian oleh guru digunakan untuk mengetahui pencapaian kompetensi murid
sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan bahan penyusunan laporan
hasil belajar (rapor) murid.
Hasil penilaian oleh guru meliputi pencapaian murid pada ranah sikap (sikap spiritual
dan sikap sosial), pengetahuan, dan keterampilan. Nilai sikap dalam rapor berupa
deskripsi dalam rumusan kalimat singkat yang bersifat memotivasi; sedangkan, nilai
pengetahuan dan keterampilan dilaporkan dalam bentuk bilangan bulat (skala 0 – 100),
predikat, dan deskripsi singkat. Format rapor sementara mengikuti format dari dinas.
Enduring
Konsep Kunci Tema Wawasan
(Makro dan Understanding Kristen Alkitabiah
Mikro) Statement (TWKA)
Pertanyaan
Esensial
Asesmen
Pendekatan Trans,
Inter, Multi Disiplin
dan Pedagogi
Refleksi
Konsep-konsep Mikro
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Makhluk Hidup Bumi dan Ruang Bahan dan Materi Daya dan Energi
Adaptasi Atmosfir Perubahan wujud Pelestarian
Hewan Iklim benda (state) Kekekalan energy
Keanekaragaman Erosi Perubahan kimia Efisiensi
hayati Bukti dan fisika benda Keseimbangan
Biologi Geografi (ilmu bumi) Konduksi dan Bentuk energy
Klasifikasi Geologi (ilmu tanah) konveksi (listrik, panas,
Konversi Grafitasi Massa jenis gerak, cahaya,
Ekosistem Sumber energi yang dapat Gas bunyi)
Evolusi diperbaharui dan tidak Cairan Magnet
Genetika dapat diperbaharui Sifat dan Mekanika
Pertumbuhan Sumber daya yang penting penggunaan Fisika
Habitat (resources) bahan Polusi
Homeostasis Musim Zat/benda padat Kekuatan (daya)
Organisme(mahklu Antariksa (space) (solids) Kemajuan
k hidup) Keberlanjutan /Kelestarian Struktur teknologi
Tumbuhan (sustainability) Keberlanjutan/ Transformasi/
Sistem Sistem (planet dan Kelestarian Perubahan
(pencernaan, matahari, siklus air, cuaca) (sustainability) energi
saraf, reproduksi, Pergerakan lempengan
pernafasan) tektonik
Teori awal (asal-usul)
Social skills
Accepting Taking on and completing tasks in an appropriate manner;
Communication skills
Listening Listening to directions; listening to others; listening to
information.
Speaking Speaking clearly; giving oral reports to small and large groups;
expressing ideas clearly and logically; stating opinions.
Reading Reading a variety of sources for information and pleasure;
comprehending what has been read; making inferences and
drawing conclusions.
Writing Recording information and observations; taking notes and
paraphrasing; writing summaries; writing reports; keeping a
Self-management skills
Gross motor Exhibiting skills in which groups of large muscles are used
skills and the factor of strength is primary.
Fine motor skills Exhibiting skills in which precision in delicate muscle systems
is required.
Spatial Displaying sensitivity to the position of objects in relation to
awareness oneself or each other.
Organization Planning and carrying out activities effectively.
Time Using time effectively and appropriately.
management
Safety Engaging in personal behaviour that avoids placing oneself
or others indanger or at risk.
Healthy lifestyle Making informed choices to achieve a balance in nutrition,
rest, relaxation and exercise; practising appropriate
hygiene and self-care.
Research skills
Formulating Identifying something one wants or needs to know and asking
questions compellingand relevant questions that can be researched.
Observing Using all the senses to notice relevant details.
Planning Developing a course of action; writing an outline; devising
ways of findingout necessary information.
Collecting Gathering information from a variety of first- and second-
data hand sources such as maps, surveys, direct observation,
books, films, people, museums and ICT.
Recording Describing and recording observations by drawing, note
data taking, makingcharts, tallying, writing statements.
Organizing Sorting and categorizing information; arranging into
data understandable forms such as narrative descriptions, tables,
timelines, graphs and diagrams.
Interpreting Drawing conclusions from relationships and patterns that
data emerge fromorganized data.
Presenting Effectively communicating what has been learned; choosing
research appropriatemedia.
findings
Pertanyaan Esensial:
Mengapa kita perlu bertumbuh dan berubah?
Bagaimana laki-laki dan perempuan mengalami perubahan yang sama dan
berbeda?
Bagaimana sebagai anak-anak Allah kita memaknai perubahan?
Bagaimana kita dapat bertumbuh di semua aspek kehidupan kita?
Contoh 2
Topik: Technology Impacts on Society (Kelas 8)
Mata Pelajaran: IPS
Konsep: kebutuhan, keinginan, perkembangan, teknologi,
Tema Wawasan Kristen yang Alkitabiah: Striving for Shalom (Bagaimana seharusnya
kita sebagai saksi-saksi Kristus menata kehidupan bersama orang lain?)
Enduring Understanding:
Manusia mengembangkan dan meningkatkan alat dan teknologi untuk lebih
efisien dan efektif dalam mengatasi perubahan dalam kebutuhan dan
keinginan masyarakat
Tuhan ingin kita mengembangkan dan meningkatkan alat dan teknologi dalam
menanggapi kemajuan kemanusiaan dan meresponi mandat penciptaan
Pertanyaan Esensial:
Bagaimana manusia mengembangkan dan memperbaiki alat dan teknologi
Contoh 3:
Topik:Exponential and Logarithmic Functions (Kelas 11)
Mata Pelajaran: Matematika
Konsep: fungsi, operasi, kebalikan
Tema Wawasan Kristen yang Alkitabiah:Our Universe Belongs to God(Bagaimana
Allah menopang ciptaan dan tanggung jawab kita di dalamnya?)
Enduring Understanding:
Eksponen dan Logaritma merupakan sebuah operasi kebalikan
Karakteristik dan representasi dari fungsi eksponensial dan logaritma berguna
dalam memecahkan masalah di dunia nyata
Pertanyaan Esensi:
Bagaimanafungsi eksponensial menjadi model atas masalah dunia nyata
beserta solusinya?
Bagaimana fungsi logaritma menjadi model atas masalah dunia nyata beserta
solusinya?
Bagaimana ekspresi dalam eksponen dan logaritma berkaitan?(McDougal
Littell Resource n.d)
Assessment as Learning
Asesmen ini juga berfungsi sebagai formatif, yakni pemberi informasi bagi guru
untuk membuat perencanaan dan modifikasi pembelajaran kelasnya. Perbedaannya
Assessment of Learning
Tujuan dari asesmen ini adalah sumatif, yang memberi informasi kepada orang
tua dan murid mengenai kemajuan dan status pencapaian murid terhadap
pembelajaran di sekolah. Asesmen tipe ini biasanya dilakukan di tahap akhir entah itu
sebuah unit, semester, tingkat kelas, program, dll. Hasil asesmen ini adalah dalam
bentuk angka yang merepresentasikan pencapaian konten mata pelajaran yang
sudah dipelajari.
(Diadopsi dari Earl, Lorna, 2003)
Salah satu bentuk penilaian yang dapat memberikan informasi lebih lengkap, baik itu
penilaian dengan tujuan formatif maupun sumatif adalah asesmen autentik.
Tuning in: proses awal untuk masuk ke dalam materi dimana guru akan
membangun makna dalam pembelajaran yang akan memicu rasa ingin
tahu murid. Penting pada bagian ini, guru menggunakan pertanyaan esensi
(essential question) yang sudah dipersiapkan untuk memicu pembelajaran
serta membangun rasa kepemilikan pembelajaran dari murid. Strategi yang
dapat digunakan: diagram alur, T-Chart, Y-Chart, pernyataan benar/salah,
diskusi terstruktur (wawancara berpasangan), bagan KWL, bercerita tentang
sebuah objek, foto-foto dan artefak-artefak lainnya yang dibawa dari rumah
untuk membuat sebuah tulisan tentang artefak tersebut.
Finding out: murid mencari dan menemukan informasi secara mandiri
tentang topik yang dibahas. Setelah terpacu rasa ingin tahunya, diharapkan
murid dapat secara “natural” memiliki kesadaran untuk belajar dan
menyelidiki topik yang dibahas. Strategi yang dapat digunakan pada tahap
ini: studi ekskursi dan inkursi, mewawancara orang yang ahli di bidangnya
(misal: dokter, polisi), observasi dan catatan peristiwa dan perilaku (ruang
lingkup komunitas /sekolah), membuat dan melaksanakan survey, menonton
video atau film, melihat foto-foto, lukisan dan tulisan visual sebagai sumber
informasi.
e. implementasi
b. Desain: memberi informasi dalam bentuk diagram, struktur data, detil, contoh
interface, dsb.
o Desain solusi
o Implementasi:
Ketiga pendekatan belajar dengan basis proses inkuiri di atas pada praktiknya
dapat dilakukan tidak hanya dalam pembelajaran satu disiplin ilmu; pendekatan-
pendekatan diatas dapat dilakukan secara trans-, inter- atau multidisipliner dalam satu
unit pembelajaran.
Ketika merancang pembelajaran transdisipliner untuk murid tingkat TK dan SD,
guru perlu menyeimbangkan antara program transdisipliner dengan pembelajaran
mata pelajaran yang berdiri sendiri (stand alone). Perancangan ini perlu dihadiri oleh
guru-guru dari setiap grade level di tingkat TK dan SD untuk bersama-sama
merencanakan pembelajaran transdisipliner. Hubungan dari tiap mata pelajaran dan
unit pembelajaran transdisipliner akan berubah/berkembang dari satu unit ke unit lain.
Durasi: 4 minggu
Bahasa
Matematika
IPA
IPS
SBK
PJOK
3. Bertanya
Pertanyaan-pertanyaan yang didesain dengan baik didukung oleh atmosfer
kelas yang berlandaskan rasa percaya akan mendorong murid berani
mengungkapkan wawasan, pengertian, aplikasi pembelajaran yang mereka alami,
dan “Habits of Mind.” Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat diajukan
kepada setiap murid:
“Habits of Mind” mana yang engkau pakai dalam pembelajaran di semester ini?
Strategi metakognitif mana yang engkau gunakan untuk memonitor “Habits of
Mind” yang engkau gunakan?
“Habits of Mind” mana yang akan menjadi fokus dalam pengerjaan proyekmu
selanjutnya?
Wawasan baru apa yang engkau peroleh sebagai hasil dari penggunaan
“Habits of Mind?”
Bagaimana “Habits of Mind” ini berguna bagi hidupmu di masa yang akan
datang?
Suara internal dalam refleksi adalah pengetahuan diri. Pengetahuan diri ini
agak sulit untuk dijelaskan secara rinci, tetapi kita dapat mendefinisikannya
sebagai apa dan bagaimana kita berpikir. Pengetahuan diri termasuk cara
berpikir yang bisa saja tidak terlihat secara sadar. Dalam budaya kita, para
murid memiliki kesulitan menyadari bahwa mereka perlu untuk terlibat dalam
“dialog diri.” Untuk menolong para murid mengembangkan suara internal
mereka dalam melkukan refleksi, berikut adalah cara-cara yang dapat
dilakukan:
Menulis surat kepada diri mereka sendiri menceritakan detil pengalaman
mereka.
b. Suara Eksternal
Van Brummelen, H. 2009. Walking with God in the classroom: Christian approach to
teaching learning. 3rd ed. Colorado Springs: Purposeful Design, Publication.
Van der Waltz, J. 2000. The third curriculum-from a Christian perspective. Journal of
Research on Christian Education 9 (2): 157-179
Wiggins, G., and McTighe, J. 2005. Understanding by design. Alexandria: Association for
Supervision and Curriculum Development
Wilson, J., and Wing Jan, L. 2003. Focus on inquiry: A practical approach to integrated
curriculum planning. Latest printing. South Victoria: Curriculum Corporation
Ying, Shao Hsu, Ting Ting Lai, et Wei Hsiu Hsu. A design model of distribution scaffolding
for inquiry based learning. Dordrecth: Science + Business media, 2014.