Anda di halaman 1dari 4

JANGAN SEPELEKAN PTK

Oleh Yohanes Peu


Guru SDI Bertingkat Kelapa Lima 3 Kupang

MENUJU pendidikan berkualitas tentu tidak terlepas dari peran dan fungsi guru.
Ada yang berpandangan, pendidikan berkualitas membutuhkan guru yang
berkualitas pula. Maka berbagai upaya untuk mendongkrak kualitas guru terus
dilakukan, seperti peningkatan kualifikasi, penguatan kapasitas guru melalui
wadah-wadah guru, dan tak ketinggalan upaya menjadikan guru sebagai
masyarakat ilmiah dengan tradisi ilmiah seperti melakukan penelitian, menulis dan
mempublikasi hasil penelitiannya.
Ukuran kebermutuan pendidikan itu sendiri diatur melalui PP Nomor 19 Tahun
2005 dan perubahan atas peraturan tersebut melalui PP Nomor 32 Tahun 2013
tentang Standar Nasional Pendidikan. Ada delapan standar yang mana salah
satunya mengatur ukuran minimal tugas keprofesian guru yakni standar pendidik
dan tenaga kependidikan. Dalam standar ini ditegaskan di antaranya soal standar
kualifikasi guru sesuai undang-undang yang berlaku, dan empat kompetensi guru
sebagai agen pembelajaran (pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial).
Kompetensi profesional dan pedagogik dipandang sebagai dasar pijak bagi guru
untuk mengelola pembelajaran. Dua kompetensi ini mengena langsung dengan
pembelajaran di kelas yang berkaitan dengan bagaimana guru mengemas dan
mengelola pembelajaran.
Mengatasi Kebuntuan
Setidaknya, dalam mengelola pembelajaran ada-ada saja beraneka permasalahan
yang selalu mengganjal. Misalnya hasil belajar tidak mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal), rendahnya minat siswa, kelambanan memahami materi,
minimnya penguasaan kosa kata, dan sebagainya. Faktor yang memunculkan
permasalahan pembelajaran juga bisa datang dari guru seperti penggunaan metode
yang kurang sesuai, tidak menggunakan media dan alat bantu, dan sebagainya.
Lalu, apa yang harus dilakukan guru untuk mengatasi masalah-masalah yang
muncul dalam pembelajaran? Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan jawaban
untuk mengatasi kebuntuan ini. Dengan memilih tindakan yang tepat yang
kemudian dibuat dalam alur-alur penelitan sesuai tradisi metodologi penulisan
ilmiah, masalah yang muncul di kelas dapat diatasi.
Menurut Dr Marselus R Payong, M.Pd (2011), PTK adalah suatu jenis penelitian
terapan yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran di kelas
melalui penerapan tindakan-tindakan tertentu oleh guru. PTK merupakan suatu
upaya terus-menerus yang dilakukan guru guna mengatasi masalah-masalah
pembelajaran yang dihadapi demi meningkatkan mutu pembelajaran.
Sebagai guru yang kreatif dan bertanggungjawab, tentu tidak tinggal diam tatkala
dalam kenyataan hasil pembelajaran tidak sesuai harapan. Biasanya untuk
mengatasi hal ini, guru membuat refleksi di akhir pembelajaran dan juga melakukan
remdial.
Ketika guru dengan penuh kesadaran merefleksi pembelajaran yang dia lakukan,
dan berusaha memecahkan problem yang dijumpai dalam pembelajaran, di saat
itulah guru sudah melakukan separuh PTK.
Namun, refleksi dan upaya memecahkan masalah pembelajaran semacam ini belum
dapat dikatakan sebuah PTK utuh karena baru sebatas rutinitas yang masih jauh
dari tradisi penelitian ilmiah berdasarkan prosedur ilmiah, atau berdasarkan tradisi
metodologi penulisan ilmiah yang dimulai dengan merumuskan judul penelitian,
latar belakang masalah dan rumusan masalah, tujuan, manfaat, kajian teori,
pembahasan, kesimpulan dan saran.
PTK sebagai penelitian terapan diyakini mampu membawa pembaharuan dalam
dunia pendidikan karena manfaat dari PTK adalah manfaat praktis yang berkaitan
dengan bagaimana hasil penelitian ini memberi kontribusi bagi perbaikan kualitas
pembelajaran dan pihak yang merasakan langsung adalah guru dan siswa,
khususnya dalam pemecahan masalah pembelajaran yang dihadapi.
Karena keyakinan akan hal ini -manfaat praktis PTK- pemerintah mempertegasnya
melalui regulasi untuk jabatan fungional guru (Permendiknas 35/2010). Dalam
regulasi tersebut ada satu ketentuan/syarat wajib bagi guru melakukan publikasi
ilmiah dengan ber-PTK (melakukan PTK) minimal dua siklus tindakan dan diberi
angka kredit.
Di sini jelas terbaca, hal mana adanya korelasi signifikan antara kenaikan jabatan
fungsional guru dengan meningkatnya profesionalitas guru. Dengan kata lain,
semakin tinggi jabatan fungsionalnya, semakin meningkat pula kualitas profesional
guru.
Dan dampaknya adalah pada peningkatan kualitas pembelajaran. Namun sejatinya,
melakukan PTK bukan dengan tujuan utama mengejar angka kredit demi kenaikan
jabatan fungsional tetapi lebih dari itu, yakni untuk perbaikan pembelajaran.
Indikator dari keterlaksanaan PTK ini adalah semakin meningkatnya kualitas
pembelajaran, guru yang ber-PTK pun dihargai angka kredit untuk kenaikan jabatan
fungsional.
Dari beberapa literatur yang saya baca, beberapa premis di atas akan membawa
implikasi: 1) Guru dituntut melakukan PTK guna memecahkan masalah dan
memperbaiki kualitas pembelajaran. 2) Terasahnya keterampilan guru menghadapi
permasalahan aktual pembelajaran di kelas. 3) Menumbuhkembangkan budaya
meneliti di kalangan guru sebagai masyarakat ilmiah. 4) Dengan tumbuh
kembangnya budaya meneliti, guru semakin diberdayakan mengambil prakarsa
profesional yang semakin mandiri, percaya diri dan berani mengambil risiko dalam
mencoba hal-hal baru (inovasi) untuk meningkatkan mutu pembelajaran. 5) Mutu
pembelajaran meningkat melalui PTK, maka guru dihargai kredit poin untuk
kenaikan jabatan fungsional.
Budaya Ilmiah
Di Indonesia kini, guru dipandang sebagai masyarakat ilmiah. Budaya ilmiah
seperti menulis dan meneliti menjalar sampai ke ruang profesi guru dan sudah
menjadi suatu keharusan. Olehnya, menjadi kewajiban mutlak bagi guru untuk
terlibat aktif dalam rutinitas ilmiah yang mana guru harus mempunyai kemampuan
ilmiah dan profesional termasuk salah satunya adalah melakukan PTK. Dengan
PTK, mindset dan cara kerja guru pun akan turut diperbaharui, dari sekadar
rutinitas biasa kepada rutinitas ilmiah yang berbasis pemecahan masalah. Namun
ber-PTK mesti dipandang bukan sebagai tuntutan, melainkan dengan kesadaran
penuh untuk menumbuhkan budaya ilmiah yang berdampak pada meningkatnya
kualitas pembelajaran.
Untukmu rekan-rekan guru, inilah ajakan saya serentak godaan tidak sesat pada
peringatan hari guru tahun ini. Janganlah Anda menyepelekan PTK. Mari ramai-
ramai ber-PTK! Ber-PTK bukan sekadar demi mendongkrak angka kredit tapi untuk
memecahkan masalah dan memperbaiki kualitas pembelajaran. Dengan itu,
keyakinan akan meningkatkan mutu pembelajaran bisa terjawab, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan kita.

Tulisan ini dimuat di surat Kabar Harian Victory News tanggal 27 Nopember 2015

Anda mungkin juga menyukai