Peritonitis primer (spontan), yang terjadi akibat infeksi bakteri atau jamur
langsung di peritoneum
Peritonitis sekunder, yang terjadi ketika bakteri atau jamur dari dalam organ
sistem pencernaan masuk ke peritoneum karena adanya suatu kondisi
pendahulu
Penyebab Peritonitis
Peritonitis primer paling sering terjadi karena sirosis hati yang disertai penumpukan
cairan di rongga perut (asites). Namun, kondisi lain yang juga dapat menyebabkan
asites, seperti gagal jantung atau gagal ginjal, turut bisa menyebabkan peritonitis
primer.
Selain itu, prosedur medis cuci darah untuk gagal ginjal yang dilakukan dengan
memasukkan cairan ke dalam rongga perut (CAPD) juga merupakan penyebab umum
peritonitis primer.
Sementara, peritonitis sekunder biasanya terjadi karena adanya robekan atau lubang di
saluran pencernaan. Berikut ini adalah beberapa kondisi yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya peritonitis sekunder:
Gejala Peritonitis
Gejala yang umumnya dialami oleh penderita peritonitis, antara lain:
Berwarna keruh
Mengandung flek putih
Terdapat helai-helai atau gumpalan
Berbau tidak sedap, terutama jika area kulit di sekitar kateter kemerahan dan
terasa nyeri
Diagnosis Peritonitis
Dalam mendiagnosis, dokter akan terlebih dahulu menanyakan gejala dan riwayat
kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan
menekan perut pasien, yang mungkin akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Untuk memperkuat diagnosis sekaligus mencari kemungkinan penyebab peritonitis,
dokter akan menjalankan pemeriksaan penunjang, seperti:
Pada pasien yang menjalani CAPD, dokter dapat memastikan peritonitis dengan
melihat warna cairan yang keluar dari peritoneum.
Pengobatan Peritonitis
Peritonitis merupakan kondisi serius yang harus segera ditangani, terutama bila pasien
menderita sirosis. Berdasarkan penelitian, persentase kematian akibat peritonitis pada
penderita sirosis mencapai 40%, sedangkan persentase kematian akibat peritonitis
sekunder berada dalam kisaran 10%.
Penderita peritonitis harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Beberapa metode
penanganan bagi pasien adalah:
Pada pasien yang menjalani CAPD, dokter akan menyuntikkan obat langsung ke dalam
rongga peritoneum, melalui kateter yang sudah terpasang sebelumnya. Pasien juga
disarankan untuk menghentikan aktivitas CAPD dan menggantinya dengan cuci
darah biasa untuk sementara, sampai pasien sembuh dari peritonitis.
Komplikasi Peritonitis
Jika tidak segera ditangani, infeksi di peritoneum dapat menyebar ke aliran darah dan
menyebabkan kerusakan pada sejumlah organ tubuh. Beberapa komplikasi yang
mungkin timbul akibat peritonitis adalah: