Anda di halaman 1dari 14

Peritonitis

   
Peritonitis adalah peradangan pada lapisan tipis dinding dalam perut (peritoneum),
yang berfungsi melindungi organ di dalam rongga perut. Peradangan ini umumnya
disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Jika tidak ditangani, peritonitis dapat
menyebabkan infeksi menyebar ke seluruh tubuh dan membahayakan nyawa.

Gejala Peritonitis
Gejala yang umumnya muncul pada penderita peritonitis, antara lain:

 Demam.
 Nyeri perut yang semakin terasa jika bergerak atau disentuh. Nyeri perut ini bisa
dirasakan sangat parah (kolik abdomen).
 Perut kembung.
 Mual dan muntah.
 Nafsu makan menurun.
 Diare.
 Konstipasi dan tidak bisa buang gas.
 Lemas.
 Jantung berdebar.
 Terus-menerus merasa haus.
 Tidak mengeluarkan urine atau jumlah urine lebih sedikit.

Bagi penderita gagal ginjal yang menjalani continuous ambulatory peritoneal


dialysis (CAPD) atau cuci darah melalui perut, apabila terjadi peritonitis, cairan yang
dikeluarkan dari rongga perut akan terlihat keruh dan mengandung gumpalan-gumpalan
berwarna putih. CAPD atau cuci darah melalui perut adalah metode terapi yang
menggantikan tugas ginjal untuk membuang zat limbah dari darah dengan bantuan
cairan khusus yang dimasukkan ke rongga perut, melalui kateter atau selang permanen
yang sudah dipasang sebelumnya di perut.

Penyebab Peritonitis
Peradangan pada peritneum ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur.
Berdasarkan asal infeksinya, peritonitis dibagi menjadi dua, yaitu peritonitis primer dan
peritonitis sekunder. Peritonitis primer disebabkan oleh infeksi yang memang bermula
pada peritoneum. Kondisi ini bisa dipicu oleh gagal hati dengan asites, atau akibat
tindakan CAPD pada gagal ginjal kronis.
Sedangkan peritonitis sekunder terjadi akibat penyebaran infeksi dari saluran
pencernaan. Kedua jenis peritonitis tersebut sangat berbahaya dan mengancam nyawa.
Pada penderita sirosis, kematian akibat peritonitis bisa mencapai 40%.

Faktor Risiko Peritonitis


Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko peritonitis primer adalah

 Sirosis. Sirosis bisa menyebabkan penumpukan cairan pada rongga perut


(asites) yang dapat memicu infeksi.
 Menjalani CAPD. Menjalani CAPD tanpa memperhatikan kebersihan dan
sterilitasnya berisiko menimbulkan infeksi.

Sedangkan faktor risiko pada peritonitis sekunder, antara lain adalah:

 Pecahnya organ dalam, seperti usus buntu yang pecah pada penyakit usus
buntu atau lambung yang pecah akibat tukak lambung,
 Radang panggul.
 Penyakit saluran pencernaan, seperti penyakit Crohn dan diverkulitis.
 Pankreatitis.
 Pasca pembedahan rongga perut.
 Luka pada perut akibat tusukan pisau atau tembakan.

Diagnosis Peritonitis
Selain menanyakan gejala yang dirasakan, dokter juga akan menanyakan riwayat
kesehatan pasien. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, dengan
menekan lembut dinding perut pasien. Pasien akan merasa sakit saat perut ditekan.
Pada pasien yang menjalani CAPD, dokter dapat memastikan pasien menderita
peritonitis dengan melihat cairan yang keluar dari peritoneum.
Namun bila diperlukan, dokter akan menjalankan pemeriksaan penunjang seperti:

 Tes darah. Sampel darah akan diperiksa di laboratorium untuk menghitung


jumlah sel darah putih. Pemeriksaan kultur (biakan) darah juga bisa dilakukan
untuk mengetahui apakah terdapat bakteri yang sudah menyebar ke dalam
darah.
 Uji pencitraan. Dokter akan merekomendasikan penderita untuk menjalani foto
Rontgen atau CT scan perut guna memeriksa adanya lubang atau robekan lain
pada saluran pencernaan.
 Analisis cairan peritoneum (paracentesis). Dokter akan mengambil sampel
cairan peritoneum untuk melihat apakah ada infeksi atau peradangan. Kultur
cairan juga bisa dilakukan untuk mengetahui keberadaan bakteri.
Pengobatan Peritonitis
Penderita peritonitis akan disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit.
Beberapa penanganan bagi penderita peritonitis adalah:

 Pemberian obat-obatan. Penderita akan diberikan antibiotik suntik atau


obat antijamur bila dicurigai penyebabnya adalah infeksi jamur, untuk mengobati
serta mencegah infeksi menyebar ke seluruh tubuh. Jangka waktu pengobatan
akan disesuaikan dengan tingkat keparahan yang dialami pasien.
 Pembedahan. Tindakan pembedahan dilakukan untuk membuang jaringan yang
terinfeksi atau menutup robekan yang terjadi pada organ dalam.

Jika pasien mengalami sepsis atau infeksi yang sudah menyebar ke aliran darah,
dokter bisa memberikan obat tambahan seperti obat untuk menjaga tekanan darah
tetap normal. Sedangkan untuk pasien yang menjalani CAPD, dokter akan
menyuntikkan obat langsung ke dalam rongga peritoneum, melalui kateter yang sudah
terpasang sebelumnya. Pasien juga disarankan untuk menghentikan aktivitas CAPD
dan menggantinya dengan cuci darah untuk sementara, sampai pasien sembuh dari
peritonitis.

Komplikasi Peritonitis
Peritonitis bisa menyebabkan beberapa komplikasi, seperti infeksi jadi menyebar ke
aliran darah dan seluruh tubuh (sepsis). Kondisi ini bisa menyebabkan tekanan darah
menurun drastis (syok sepsis) sehingga beberapa organ tubuh gagal berfungsi.
Komplikasi lain yang dapat muncul akibat peritonitis adalah terbentuknya abses atau
kumpulan nanah pada rongga perut. Perlengketan usus juga dapat terjadi, sehingga
menyebabkan usus tersumbat.

Pencegahan Peritonitis
Pencegahan peritonitis tergantung pada faktor risikonya. Misalnya pada pasien dengan
kondisi sirosis dan terdapat asites, dokter dapat memberikan antibiotik untuk mencegah
peritonitis. Sedangkan bagi seseorang yang menjalani CAPD, ada beberapa langkah
untuk menghindari peritonitis, yaitu:

 Cuci tangan dengan bersih sebelum menyentuh kateter.


 Bersihkan kulit di sekitar kateter dengan antiseptik setiap hari.
 Simpan perlengkapan CAPD pada tempat yang higienis.
 Kenakan masker melakukan CAPD.
 Pelajarilah teknik CAPD yang benar.
 Jangan tidur dengan binatang peliharaan.

Terakhir diperbarui: 28 Juni 2018


Ditinjau oleh: dr. Tjin Willy
Apa itu peritonitis?

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, lapisan dalam perut yang bertindak sebagai penyaring
alami. Kondisi ini mungkin terjadi karena dialisis peritoneum, sebuah prosedur cuci darah dalam
penyakit ginjal. 

Peritoneum memiliki cairan dan menutupi organ-organ di dalam perut Anda untuk melindungi
dan mendukungnya. Biasanya, peradangan terjadi karena infeksi bakteri atau jamur. 

Kondisi tersebut dapat berakibat dari adanya lubang (perforasi) di dalam perut, atau sebagai
komplikasi kondisi medis lainnya, misalnya cedera perut.

Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menyebar ke dalam darah (sepsis) dan ke organ tubuh
lainnya, menghasilkan kegagalan organ dan kematian. Jika Anda mengalami gejala kondisi ini,
segera hubungi dokter. 

Gejala
Apa saja tanda peritonitis?

Gejala tergantung pada penyebab infeksi dan/atau radang. Salah satu gejala yang sangat umum
yang dapat muncul dalam sekejap adalah kehilangan selera makan dan mual. Tanda lainnya
meliputi:

 Perut nyeri dan sakit


 Perasaan kenyang (distensi) di dalam perut
 Demam, menggigil
 Diare
 Lebih sedikit buang air kecil
 Rasa haus yang ekstrem
 Ketidakmampuan atau kesulitan dalam buang air besar atau buang angin
 Kelelahan

Dikutip dari National Kidney Foundation, peritonitis adalah penyakit mengancam jiwa dan
mungkin bisa menyebabkan komplikasi serius, tergantung penyebab dan tingkat keparahannya.
Kondisi ini juga bisa mengarah ke sepsis, kondisi mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi
tubuh terhadap infeksi. 

Jika Anda melakukan dialisis peritoneal, gejala yang timbul dapat meliputi:

 Cairan dialisis berawan


 Terdapat flek putih, helai, atau fibrin dalam cairan dialisis. 

Beberapa gejala atau tanda lainnya mungkin tidak tercantum di atas. Jika Anda merasa cemas
tentang gejala tersebut, segera konsultasi ke dokter Anda.
Kapan harus pergi ke dokter?

Cobalah menghubungi dokter secepat mungkin untuk mendapatkan bantuan ketika Anda
mengalami rasa tidak nyaman/sakit yang luar biasa di dalam perut atau merasa kenyang yang
berhubungan dengan:

 Suhu tubuh meningkat tanpa sebab


 Mual dan muntah
 Haus
 Kadar urin atau jumlah kotoran rendah atau tidak bisa buang angin di sepanjang saluran usus.

Jika Anda mengalami tanda membahayakan dari kondisi ini, segera hubungi dokter. Tanda
membahayakan dari peritonitis adalah:

 Sakit perut secara tiba-tiba yang semakin buruk jika disentuh atau Anda bergerak 
 Suhu tubuh Anda sangat tinggi (Anda merasa panas dan gemetar)
 Jantung berdebar (jantung Anda berdetak lebih cepat dari biasanya)
 Tidak bisa buang air kecil atau buang air kecil lebih sedikit dari biasanya)
 Kehilangan selera makan dan merasa sakit
 Perut bengkak.

Penyebab
Apa penyebab peritonitis?

Kondisi ini biasanya terjadi karena infeksi bakteri atau jamur. Infeksi pada peritoneum dapat
terjadi karena berbagai alasan. Dalam kebanyakan kasus, penyebabnya adalah pecah (perforasi)
di dalam dinding perut. 

Meskipun jarang, kondisi ini dapat berkembang tanpa abdominal ruptur. Jenis kondisi ini disebut
peritonitis spontan.

Terdapat dua kategori utama penyebab peritonitis. Kategori pertama adalah peritonitis bakteri
spontan (SBP) yang terkait dengan sobekan atau infeksi pada cairan rongga peritoneal, dan
peritonitis sekunder karena infeksi yang telah menyebar dari saluran pencernaan. 

Penyebab umum dari ruptur yang menyebabkan kondisi peritonitis adalah:

Prosedur medis, seperti dialisis peritoneal

Dialisis peritoneal menggunakan kateter untuk menyingkirkan limbah dari darah Anda ketika
ginjal tidak lagi dapat melakukannya. Infeksi mungkin muncul saat dialisis peritoneal
berlangsung karena lingkungan yang kotor, kebersihan yang buruk, atau peralatan yang
terkontaminasi. 
Peritonitis mungkin juga bisa berkembang sebagai komplikasi dari operasi pencernaan,
penggunaan tabung makanan atau prosedur untuk menarik cairan dari perut (paracentesis) dan
jarang sebagai komplikasi kolonoskopi atau endoskopi. 

Apendiks yang pecah, tukak lambung atau usus berlubang

Salah satu dari kondisi dapat memungkinkan bakteri masuk ke peritoneum melalui lubang di
saluran pencernaan Anda. 

Pankreatitis

Peradangan pankreas (pankreatitis) yang rumit oleh infeksi dapat menyebabkan peritonitis jika
bakteri menyebar ke luar pankreas. 

Divertikulitis

Infeksi kantong kecil yang menonjol di saluran pencernaan Anda (divertikulitis) dapat
menyebabkan kondisi tersebut jika salah satu kantong pecah dan menumpahkan limbah usus ke
dalam rongga perut Anda. 

Trauma

Cedera atau trauma dapat menyebabkan kondisi tersebut dengan membiarkan bakteri atau bahan
kimia dari bagian lain tubuh Anda memasuki peritoneum. 

Kondisi yang berkembang tanpa abdominal ruptur (peritonitis spontan) biasanya merupakan
komplikasi penyakit hati, seperti sirosis. Sirosis lanjut menyebabkan jumlah besar dari cairan di
rongga perut Anda (asites). Penumpukan cairan itu rentan terhadap infeksi bakteri. 

Apa yang meningkatkan risiko kondisi ini?

Faktor risiko kondisi peritonitis adalah:

 Dialisis peritoneal

Kondisi ini umumnya terjadi pada orang yang melalui dialisis peritoneal. 

 Kondisi medis lainnya

Kondisi medis lain yang meningkatkan risiko peritonis adalah sirosis, usus buntu, penyakit
Crohn, tukak perut, diverticulitis, dan pankreatitis.

 Riwayat peritonitis

Sekali Anda menderita peritonitis, risiko terkena penyakit akan lebih tinggi daripada orang yang
belum pernah mengalami. 
Komplikasi apa yang bisa saya alami jika terkena kondisi tersebut?

Jika tidak ditangani, komplikasi yang mungkin terjadi jika Anda mengalami peritonitis adalah:

 Infeksi aliran darah


 Infeksi pada tubuh Anda (sepsis)

Diagnosis
Bagaimana cara mendiagnosis peritonitis?

Dokter akan bertanya tentang riwayat pengobatan dan melakukan pemeriksaan fisik lengkap.
Beberapa tes mungkin dibutuhkan untuk membantu mendiagnosis peritonitis:

 Tes darah

Tes itu disebut penghitungan darah lengkap (CBC), dapat membantu mengukur jumlah sel darah
putih. Jumlah sel darah putih yang tinggi biasanya menandakan radang atau infeksi. Kultur darah
mampu membantu mengidentifikasi bakteri penyebab infeksi atau radang.

 Analisis cairan peritoneal 

Jika cairan menumpuk di dalam perut, dokter dapat menggunakan jarum untuk mengambil
beberapa dan mengirimkan sampel ke laboratorium untuk analisis cairan. Kultur cairan juga bisa
membantu mengidentifikasi bakteri.

 Tes gambaran, seperti CT scan dan X-ray

Pemeriksaan ini bisa menunjukkan perforasi atau lubang di dalam peritoneum.

Pengobatan
Bagaimana cara mengobati peritonitis?

Jika Anda didiagnosis dengan kondisi tersebut, Anda akan membutuhkan perawatan di rumah
sakit untuk mengusir infeksi. Ini mungkin membutuhkan waktu 10 hingga 14 hari. 

Pengobatan untuk mengatasi peritonitis adalah:

 Antibiotik

Obat ini diresepkan untuk melawan infeksi dan mencegah penyebarannya. Jenis dan durasi
serangkaian antibiotik tergantung pada keparahan kondisi dan jenis peritonitis yang Anda alami.
 Operasi

Seandainya peritonitis disebabkan oleh usus buntu, perut atau usus besar yang sobek, perawatan
operasi sering kali penting untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi, mengobati penyebab
infeksi, dan mencegah penyebaran infeksi.

 Alat bantu makan

Anda akan sulit untuk mencerna makanan jika Anda menderita kondisi ini. Selang makanan
mungkin akan dimasukkan ke perut Anda melalui hidung atau ditempatkan di dalam perut Anda
menggunakan operasi lubang kunci. 

Jika selang makanan tidak dapat digunakan, nutrisi cair dapat diberikan langsung ke salah satu
pembuluh darah Anda. 

 Pengobatan lain

Tergantung pada tanda dan gejala, pengobatan di rumah sakit mungkin termasuk obat nyeri,
cairan intravena (IV), tambahan oksigen dan, dalam beberapa kasus, transfusi darah.

Jika Anda sedang menjalani dialisis peritoneum, dokter mungkin menyarankan Anda menerima
dialisis dengan cara lain selama beberapa hari, sementara tubuh Anda pulih dari infeksi.

Jika kondisi tersebut berlanjut atau berulang, Anda mungkin harus berhenti menjalani dialisis
tersebut sepenuhnya dan sepenuhnya beralih ke dialisis yang lain. 

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang


dapat mengatasi peritonitis?

Pasien yang menerima dialisis peritoneal tetap sangat berisiko menderita peritonitis. Tips di
bawah ini mungkin membantu mencegah peritonitis:

 Menjaga kebersihan tangan, termasuk di bawah kuku jari dan di antara jari-jari.
 Membersihkan kulit di sekitar kateter dengan antiseptik setiap hari.
 Menyimpan persediaan di area yang bersih.
 Mengenakan masker selama pertukaran cairan dialisis.

Jika Anda pernah mengalami peritonitis spontan sebelumnya atau jika Anda mengalami
penumpukan cairan peritoneum karena kondisi medis, seperti sirosis, dokter mungkin akan
meresepkan antibiotik untuk mencegah kondisi tersebut. 

Jika Anda menggunakan inhibitor pompa proton, dokter mungkin meminta Anda untuk berhenti
memakainya.  

Jika Anda memiliki pertanyaan, konsultasikan ke dokter Anda untuk dapat lebih mengerti solusi
terbaik untuk Anda.
Hello Health Group tidak memberikan nasihat kesehatan, diagnosis atau pengobatan.

Apa itu peritonitis?

Peritonitis adalah peradangan peritoneum, lapisan dalam perut yang bertindak sebagai penyaring
alami. Kondisi ini mungkin terjadi karena dialisis peritoneum, sebuah prosedur cuci darah dalam
penyakit ginjal. 

Peritoneum memiliki cairan dan menutupi organ-organ di dalam perut Anda untuk melindungi
dan mendukungnya. Biasanya, peradangan terjadi karena infeksi bakteri atau jamur. 

Kondisi tersebut dapat berakibat dari adanya lubang (perforasi) di dalam perut, atau sebagai
komplikasi kondisi medis lainnya, misalnya cedera perut.

Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat menyebar ke dalam darah (sepsis) dan ke organ tubuh
lainnya, menghasilkan kegagalan organ dan kematian. Jika Anda mengalami gejala kondisi ini,
segera hubungi dokter. 

Gejala
Apa saja tanda peritonitis?

Gejala tergantung pada penyebab infeksi dan/atau radang. Salah satu gejala yang sangat umum
yang dapat muncul dalam sekejap adalah kehilangan selera makan dan mual. Tanda lainnya
meliputi:

 Perut nyeri dan sakit


 Perasaan kenyang (distensi) di dalam perut
 Demam, menggigil
 Diare
 Lebih sedikit buang air kecil
 Rasa haus yang ekstrem
 Ketidakmampuan atau kesulitan dalam buang air besar atau buang angin
 Kelelahan

Dikutip dari National Kidney Foundation, peritonitis adalah penyakit mengancam jiwa dan
mungkin bisa menyebabkan komplikasi serius, tergantung penyebab dan tingkat keparahannya.
Kondisi ini juga bisa mengarah ke sepsis, kondisi mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi
tubuh terhadap infeksi. 

Jika Anda melakukan dialisis peritoneal, gejala yang timbul dapat meliputi:

 Cairan dialisis berawan


 Terdapat flek putih, helai, atau fibrin dalam cairan dialisis. 
Beberapa gejala atau tanda lainnya mungkin tidak tercantum di atas. Jika Anda merasa cemas
tentang gejala tersebut, segera konsultasi ke dokter Anda.

Kapan harus pergi ke dokter?

Cobalah menghubungi dokter secepat mungkin untuk mendapatkan bantuan ketika Anda
mengalami rasa tidak nyaman/sakit yang luar biasa di dalam perut atau merasa kenyang yang
berhubungan dengan:

 Suhu tubuh meningkat tanpa sebab


 Mual dan muntah
 Haus
 Kadar urin atau jumlah kotoran rendah atau tidak bisa buang angin di sepanjang saluran usus.

Jika Anda mengalami tanda membahayakan dari kondisi ini, segera hubungi dokter. Tanda
membahayakan dari peritonitis adalah:

 Sakit perut secara tiba-tiba yang semakin buruk jika disentuh atau Anda bergerak 
 Suhu tubuh Anda sangat tinggi (Anda merasa panas dan gemetar)
 Jantung berdebar (jantung Anda berdetak lebih cepat dari biasanya)
 Tidak bisa buang air kecil atau buang air kecil lebih sedikit dari biasanya)
 Kehilangan selera makan dan merasa sakit
 Perut bengkak.

Penyebab
Apa penyebab peritonitis?

Kondisi ini biasanya terjadi karena infeksi bakteri atau jamur. Infeksi pada peritoneum dapat
terjadi karena berbagai alasan. Dalam kebanyakan kasus, penyebabnya adalah pecah (perforasi)
di dalam dinding perut. 

Meskipun jarang, kondisi ini dapat berkembang tanpa abdominal ruptur. Jenis kondisi ini disebut
peritonitis spontan.

Terdapat dua kategori utama penyebab peritonitis. Kategori pertama adalah peritonitis bakteri
spontan (SBP) yang terkait dengan sobekan atau infeksi pada cairan rongga peritoneal, dan
peritonitis sekunder karena infeksi yang telah menyebar dari saluran pencernaan. 

Penyebab umum dari ruptur yang menyebabkan kondisi peritonitis adalah:

Prosedur medis, seperti dialisis peritoneal

Dialisis peritoneal menggunakan kateter untuk menyingkirkan limbah dari darah Anda ketika
ginjal tidak lagi dapat melakukannya. Infeksi mungkin muncul saat dialisis peritoneal
berlangsung karena lingkungan yang kotor, kebersihan yang buruk, atau peralatan yang
terkontaminasi. 

Peritonitis mungkin juga bisa berkembang sebagai komplikasi dari operasi pencernaan,
penggunaan tabung makanan atau prosedur untuk menarik cairan dari perut (paracentesis) dan
jarang sebagai komplikasi kolonoskopi atau endoskopi. 

Apendiks yang pecah, tukak lambung atau usus berlubang

Salah satu dari kondisi dapat memungkinkan bakteri masuk ke peritoneum melalui lubang di
saluran pencernaan Anda. 

Pankreatitis

Peradangan pankreas (pankreatitis) yang rumit oleh infeksi dapat menyebabkan peritonitis jika
bakteri menyebar ke luar pankreas. 

Divertikulitis

Infeksi kantong kecil yang menonjol di saluran pencernaan Anda (divertikulitis) dapat
menyebabkan kondisi tersebut jika salah satu kantong pecah dan menumpahkan limbah usus ke
dalam rongga perut Anda. 

Trauma

Cedera atau trauma dapat menyebabkan kondisi tersebut dengan membiarkan bakteri atau bahan
kimia dari bagian lain tubuh Anda memasuki peritoneum. 

Kondisi yang berkembang tanpa abdominal ruptur (peritonitis spontan) biasanya merupakan
komplikasi penyakit hati, seperti sirosis. Sirosis lanjut menyebabkan jumlah besar dari cairan di
rongga perut Anda (asites). Penumpukan cairan itu rentan terhadap infeksi bakteri. 

Apa yang meningkatkan risiko kondisi ini?

Faktor risiko kondisi peritonitis adalah:

 Dialisis peritoneal

Kondisi ini umumnya terjadi pada orang yang melalui dialisis peritoneal. 

 Kondisi medis lainnya

Kondisi medis lain yang meningkatkan risiko peritonis adalah sirosis, usus buntu, penyakit
Crohn, tukak perut, diverticulitis, dan pankreatitis.

 Riwayat peritonitis
Sekali Anda menderita peritonitis, risiko terkena penyakit akan lebih tinggi daripada orang yang
belum pernah mengalami. 

Komplikasi apa yang bisa saya alami jika terkena kondisi tersebut?

Jika tidak ditangani, komplikasi yang mungkin terjadi jika Anda mengalami peritonitis adalah:

 Infeksi aliran darah


 Infeksi pada tubuh Anda (sepsis)

Diagnosis
Bagaimana cara mendiagnosis peritonitis?

Dokter akan bertanya tentang riwayat pengobatan dan melakukan pemeriksaan fisik lengkap.
Beberapa tes mungkin dibutuhkan untuk membantu mendiagnosis peritonitis:

 Tes darah

Tes itu disebut penghitungan darah lengkap (CBC), dapat membantu mengukur jumlah sel darah
putih. Jumlah sel darah putih yang tinggi biasanya menandakan radang atau infeksi. Kultur darah
mampu membantu mengidentifikasi bakteri penyebab infeksi atau radang.

 Analisis cairan peritoneal 

Jika cairan menumpuk di dalam perut, dokter dapat menggunakan jarum untuk mengambil
beberapa dan mengirimkan sampel ke laboratorium untuk analisis cairan. Kultur cairan juga bisa
membantu mengidentifikasi bakteri.

 Tes gambaran, seperti CT scan dan X-ray

Pemeriksaan ini bisa menunjukkan perforasi atau lubang di dalam peritoneum.

Pengobatan
Bagaimana cara mengobati peritonitis?

Jika Anda didiagnosis dengan kondisi tersebut, Anda akan membutuhkan perawatan di rumah
sakit untuk mengusir infeksi. Ini mungkin membutuhkan waktu 10 hingga 14 hari. 

Pengobatan untuk mengatasi peritonitis adalah:

 Antibiotik
Obat ini diresepkan untuk melawan infeksi dan mencegah penyebarannya. Jenis dan durasi
serangkaian antibiotik tergantung pada keparahan kondisi dan jenis peritonitis yang Anda alami.

 Operasi

Seandainya peritonitis disebabkan oleh usus buntu, perut atau usus besar yang sobek, perawatan
operasi sering kali penting untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi, mengobati penyebab
infeksi, dan mencegah penyebaran infeksi.

 Alat bantu makan

Anda akan sulit untuk mencerna makanan jika Anda menderita kondisi ini. Selang makanan
mungkin akan dimasukkan ke perut Anda melalui hidung atau ditempatkan di dalam perut Anda
menggunakan operasi lubang kunci. 

Jika selang makanan tidak dapat digunakan, nutrisi cair dapat diberikan langsung ke salah satu
pembuluh darah Anda. 

 Pengobatan lain

Tergantung pada tanda dan gejala, pengobatan di rumah sakit mungkin termasuk obat nyeri,
cairan intravena (IV), tambahan oksigen dan, dalam beberapa kasus, transfusi darah.

Jika Anda sedang menjalani dialisis peritoneum, dokter mungkin menyarankan Anda menerima
dialisis dengan cara lain selama beberapa hari, sementara tubuh Anda pulih dari infeksi.

Jika kondisi tersebut berlanjut atau berulang, Anda mungkin harus berhenti menjalani dialisis
tersebut sepenuhnya dan sepenuhnya beralih ke dialisis yang lain. 

Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang


dapat mengatasi peritonitis?

Pasien yang menerima dialisis peritoneal tetap sangat berisiko menderita peritonitis. Tips di
bawah ini mungkin membantu mencegah peritonitis:

 Menjaga kebersihan tangan, termasuk di bawah kuku jari dan di antara jari-jari.
 Membersihkan kulit di sekitar kateter dengan antiseptik setiap hari.
 Menyimpan persediaan di area yang bersih.
 Mengenakan masker selama pertukaran cairan dialisis.

Jika Anda pernah mengalami peritonitis spontan sebelumnya atau jika Anda mengalami
penumpukan cairan peritoneum karena kondisi medis, seperti sirosis, dokter mungkin akan
meresepkan antibiotik untuk mencegah kondisi tersebut. 

Jika Anda menggunakan inhibitor pompa proton, dokter mungkin meminta Anda untuk berhenti
memakainya.  
Jika Anda memiliki pertanyaan, konsultasikan ke dokter Anda untuk dapat lebih mengerti solusi
terbaik untuk Anda.

Hello Health Group tidak memberikan nasihat kesehatan, diagnosis atau pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai