Anda di halaman 1dari 26

MODUL PKK

(PRAKTIK KOMPETENSI KEAHLIAN)


(Lapangan Tembak Ciampea, Bogor)

QUALITY SCHOOL A PLACE TO BE

Disusun oleh : JAELANI, ST


Kaprog Geomatika

NAMA : .......................................
KELOMPOK : .......................................
KELAS : .......................................

PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GEOMATIKA


SMK ADI SANGGORO
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
1
KATA PENGANTAR

Praktek Kompetensi Keahlian adalah salah satu wujud persiapan peserta didik untuk
meningkatkan kompetensi keahlian Program Geomatika sebelum melaksanakan praktek kerja industri
di dunia usaha/industri, dan juga sebagai evaluasi ketercapaian kompetensi program keahlian
geomatika khususnya pada sub bidang surveying dan SIG, dimana selama dua minggu seluruh peserta
melaksanakan kegiatan praktek yang menggabungkan sejumlah mata pelajaran produktif yaitu Survey
Terestris, SIG, Inderaja dan Menggambar dengan Perangkat Lunak. Pada kegiatan PKK, seluruh
peserta didik melakukan pengukuran dan pemetaan situasi area lapangan tembak kecamatan Ciampea
kabupaten bogor dengan beberapa metode pengukuran yaitu, Pengukuran topografi untuk
menggambarkan kontur tanah lapangan tembak dengan alat ukur Theodolite Digital, Pengukuran
situasi jalan dengan menggunakan alat ukur Total station dan pengukuran profil jalan dengan alat ukur
Waterpass.

Diharapkan dengan adanya kegiatan PKK, dapat menambah/meningkatkan kompetensi


keahlian sehingga peserta didik memiliki kompetensi sesuai dengan standar industri yang diharapkan
dan dapat beradaptasi secara cepat pada saat prakerin berlangsung.

Kepada semua pihak disampaikan terimakasih atas apresiasi dan partisipasinya sehingga
pelaksanaan PKK yang menjadi salah satu kegiatan rutin tahunan sebagai evaluasi dan peningkatan
kompetensi keahlian peserta didik dapat tercapai. Dukungan, masukan, pemikiran dan keterlibatan
semua pihak dalam penyempurnaan buku panduan pelaksanaan PKK ini menjadi unsur penting
kebersamaan dalam memajukan pendidikan program keahlian Geomatika di SMK Adi Sanggoro.
Namun apabila dalam buku panduan ini terdapat kekurangan atau kekeliruan, mohon saran dan
kritikan untuk kesempurnaan buku panduan di tahun yang akan datang.

Bogor, 01 Juni 2022


Kepala Program Geomatika

JAELANI, ST.

2
BAB I
PENDAHULUAN

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat adalah sebuah keniscayaan
yang harus pula direspon secara tepat oleh pendidikan kejuruan, oleh karenanya Teknologi Informasi
dan Komunikasi serta berbagai program inovasi lainnya harus diprogramkan baik dalam bentuk
muatan materi pembelajaran maupun pelaksanaan pelatihan pendidikan yang efisien. Pada aspek
efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan pendidikan, penyempurnaan mekanisme, tata kerja,
implementasi program, monitoring dan evaluasi kegiatan juga menjadi perhatian agar setiap sasaran
yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan kualitas yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan.

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik


terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu adalah adanya tuntutan sistem pendidikan kejuruan yang
dipacu oleh dunia usaha/industri. Konsekuensi atas tuntutan tersebut, bahwa sistem pendidikan dan
latihan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus mampu menyiapkan lulusan yang memiliki
kompetensi sesuai dengan standar industri baik secara nasional maupun internasional.

Praktek Kompetensi Kejuruan (PKK) merupakan rangkaian kegiatan tahunan pada Sekolah
SMK Adi Sanggoro Program Keahlian Teknik Geomatika, yang dilaksanakan untuk kelas XI semester
empat, dengan tujuan sebagai evaluasi kegiatan Belajar mengajar pada kompetensi keahlian
Geomatika selama kelas x dan kelas xi, dan juga untuk meningkatkan kompetensi keahlian dalam
mempersiakan pelaksanaan PRAKERIN yang akan di laksanakan pada bulan juli/agustus mendatang.

Pada Kegiatan Praktek Kompetensi Kejuruan (PKK) ini akan difokuskan pada tiga materi
pelajaran produktif pada keahlian Tenik Geomatika, yaitu sebagai berikut :
1) Pengukuran Situasi Kontur dengan Polygon tertutup dan Polar menggunakan alat ukur Digital
Theodolite untuk menghasilkan Gambar manual peta kontur dan Gambar digital dengan sotware
Arc-Gis.
2) Pengukuran Situasi Detail Jalan dengan Polygon terbuka menggunakan alat ukur Total Station
untuk menghasilkan gambar digital peta situasi jalan dengan software LDD
3) Pengukuran Profil Jalan (Long section dan Cross section) Polygon terbuka terikat awal akhir
Metode Beda tinggi dengan alat ukur Automatik Level untuk menghasilkan gambar profile
memanjang dan melintang jalan

Seluruh peseta didik tidak hanya dibekali praktek, akan tetapi pesrta didik juga melaksanakan
pengolahan data dan penggamabaran, baik secara manual ataupun dengan bantuan sofware yang
dibimbing oleh guru- guru yang berpengalaman pada bidangnya.

Dari ketiga rangkaian kegiatan yang disebutkan diatas, diharapakan seluruh siswa dapat
menguasi seluruh materi mulai dari persiapan, langkah kerja pengukuran, pengolahan data manual dan
dengan software, penggambaran secara manual dan dengan software, sehingga ketika melaksanakan
praktek kerja industri dapat mengharumkan nama baik SMK Adi Sanggoro.

Semoga dengan adanya Praktek Kompetensi Keahlian ini akan lebih meningkatkan kamampuan
peserta didik yang nantinya selain bersaing di DU/DI secara nasional, diharapkan jjuga dapat bersaing
di Internasional.

3
BAB II
PENGUKURAN DAN PEMETAAN SITUASI KONTUR METODE POLYGON TERTUTUP
DENGAN ALAT UTAMA DIGITAL THEODOLITE

Pelaksanaan pengukuran pada PKK di harapkan dapat tercapai suatu kompetensi keahlian
dimana peserta didik dapat melakukan pengukuran Topografi seluruh/sebagian areal Lapangan
Tembak Ciampea, dengan kerangka dasar horizontal metode polygon tertutup, dari proses persiapan
alat, pelaksanaan pengukuran, pengolahan data sampai penggambaran peta topografi yang dilengkapi
dengan garis kontur secara manual dan digital.

Penentuan letak titik ialah pengukuran sejumlah sudut dan jarak sedemikian rupa, sehingga
sebuah titik baru dapat dihitung koordinatnya berdasarkan koordinat titik-titik lain yang diketahui,
sehingga titik tersebut dapat digambarkan (di plot) di kertas gambar terhadap dua titik pada garis
tersebut. Metode tersebut dilaksanakan dengan pengukuran Kerangka Horizontal cara polygon.
Polygon ialah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaan
bumi. Pada rangkaian tersebut diperlukan jarak datar dan Azimuth/sudut mendatar. Polygon menurut
bentuknya dibagi menjadi dua yaitu Polygon Tertutup dan Polygon Terbuka.

Pada poligon tertutup titik awal sama dengan titik akhir, artinya pengukuran bermula dan
berakhir pada satu titik yang sama. Poligon Tertutup ini sering juga disebut Poligon-kring atau kring
poligon. Ditinjau dari pengikatannya, poligon tertutup ini terdapat beberapa variasi, diantaranya :

a. Tanpa Titik Ikat


Azimuth lokal maksudnya disini adalah sudut yang dibentuk oleh titik 1 dan 2 (α 1-2): 00° 00’ 00”.
Koordinat titik 1 adalah (± 0,000 ; 0,000). Oleh karena azimuthnya bukan yang sebenarnya, maka
dengan sendirinya letak titik titiknya pun tidak pada posisi yang sebenarnya (terjadi rotasi).

b. Satu Titik terikat Azimuth


Pelaksanaan perhiungannya sama saja dengan poligon tertutup.Tetapi kalau dilihat posisi relatifnya,
maka tipe inilah yang lebih baik kalau dibandingkan dengan tipe poligon a, walaupun koordinat titik
diambil sembarangan (lokal). Karena Azimuthnya diambil yang sebenarnya atau berdasarkan utara
magnet atau berdasarkan utara geografis yang diambil dari pengamatan astronomi.

c. Satu Titik Terikat Koordinat


Posisi (letak) titik-titik pada poligon ini tidak sesuai dengan yang sebenarnya, karena azimuth awalnya
(α 1-2) dari sisi 1 ke 2 sebesar 00° 00’ 00”, sehingga terjadi rotasi.

d. Satu Titik Terikat Azimuth dan Koordinat


Dari semua jenis poligon tertutup ataupun Poligon terbuka, tupe Poligon inilah yang terbaik dalam
pelaksanaan pengukuran di lapangan. Untuk Poligon tertutup yang terikat koordinat dan azimuth ini,
terdapat beberapa macam lagi bentuknya, diantaranya :
1) Satu titik yang berkoordinat yaitu titik 1 dan azimuth (α 1-2) diketahui.
2) Dua titik yang berkoordinat yaitu titik 1 dan 2.

Dari kedua titik yang diketahui koordinatnya, dapat dihitungkan Azimuth dari 1ke 2 atau dari 2 ke 1
(α1-2 atau ( α 2-1), dengan rumus :
α1-2= Arc. Tangen

e. Dua titik yang tergantung Terikat koordinat


Yang dimaksud dengan tergantung di sini adalah bahwa satu titik yang diketahui koordinatnya (mis. :
titik 1) tidak ada pengikatan sudut datar terhadap titik-titik lainnya.
Pada poligon tertutup ini, sudut pengambilannya bisa sudut datar bagian dalam dan bisa sudut datar
bagian luar. Untuk Koreksi sudut datar, digunakan rumus :

4
fα= (n + 2) . 180° …………… sudut datar bagian luar
fα= (n – 2) . 180° ……………. Sudut datar bagian dalam

n adalah jumlah (banyaknya) titik yang diukur sudut datarnya.

2.1 TUJUAN PENGUKURAN

Pelaksanaan pengukuran ini bertujuan untuk mendapatkan data ukur lapangan berupa sudut
horizontal, sudut vertikal dan bacaan rambu ukur yang kemudian diolah dengan proses perhitungan
metode tachimetri dan Trigonometri untuk menghasilkan data koordinat X, Y dan Elevasi atau
ketinggian suatu titik, sehingga hasil akhir dari pengukuran ini adalah berupa gambar peta topografi
yang dilengkapi dengan garis kontur.

Ada dua proses perhitungan yang seharusnya dilakukan pada metode pengukuran ini, yaitu
perhitungan dengan metode tachimetri yang membutuhkan ketelitian tinggi dengan metode polygon
tertutup dimana titik ikat/polygon dihitung berdasar kaidah perhitungan polygon tertutup, dengan
koreksi jarak yang dapat di rata-rata, koreksi sudut biasa dan sudut luar biasa, koreksi sudut beta
dalam atau beta luar, koreksi ΔX, koreksi ΔY, dan koreksi beda tinggi, sehingga pada perhitungan
koordinat polygon terakhir nilai koordinat titik polygon akhir harus sama dengan nilai koordinat titik
awal yang sudah diketahui. Sedangkan untuk perhitungan koordinat titik detail, perhitungan dilakukan
tanpa koreksi dimana data pengukuran hanya didapat dari satu kali pengukuran jarak dengan bacaan
rambu dan satu kali pengukuran sudut horizontal bacaan Sudut pada posisi Biasa.

2.2 KESELAMATAN KERJA

Agar proses kegiatan pelaksanaan pengukuran ini dapat berjalan dengan baik/lancar, maka perlu
diperhatikan keselamatan kerja sebagai berikut :
a) Gunakan alat pelindung diri (APD), seperti Baju praktek, helm, dan Sepatu but.
b) Jangan Bergurau ketika praktek.
c) Jangan merusak tanaman dan mengotori lingkungan dengan membuang sampah sembarangan.
d) Lakukan pengukuran sesuai dengan SOP.
e) Tulis data ukur dengan jelas, jangan terlalu banyak coretan.

2.3 ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang harus disiapkan untuk melakukan pengukuran polygon tertututup dan titik
detailnya adalah sebagai berikut :
a) Alat ukur sifat ruang Theodolite Digital ............. 1. Unit
b) Statief ............. 1. Unit
c) Bak / Rambu Ukur ............. 1. Buah
d) Patok 3cm x 4cm x 25cm ............. 5. Buah
e) Palu / Martil Besar ............. 5. Buah
f) Paku paying ............. 1. Buah
g) Meteran Panjang @ 50 meter ............. 1. Buah
h) Meteran Kecil @ 5 meter ............. 1. Buah
i) Data board/ Papan Jalan ............. 1. Buah
j) Kalkulator ............. 1. Buah
k) APD (Sepatu but, Helm, Baju Praktek) ............. 1. Unit
l) Jas Hujan ............. 1. Unit

2.4 LANGKAH KERJA PENGUKURAN

Proses pengukuran topografi ini akan dilakukan dengan kerangka dasar horizontal polygon
tertutup sebanyak 5 titik polygon dan dengan pengukuran titik detail sesuai dengan konfigurasi tanah

5
existing, dimana dilapangan sudah ditentukan dua titik ikat yang sudah ada koordinatnya. Diharapkan
selama waktu pengukuran dari jam 08.00 s/d 16.00 proses pengukuran dapat terselesaikan.
Hasil suatu pengukuran dapat dapat tercapai dengan maksimal apabila dilakukan dengan proses
yang benar, sesua dengan SOP, maka perlu di buat suatu langkah kerja pengukuran yang teliti, yaitu
sebagai berukut :
1) Persiapan alat ukur.
2) Survey lokasi yang akan di ukur, mencari dua titik ikat BM
3) Gambar sket Lokasi polygon
4) Pasang patok titik P1, P2, P3 searah jarum jam sehingga titik polygon P.4 mendekati BM.1. Di
usahak setiap titik polygon dapat menjangkau titik titik detail yang akan di ukur.
5) Pasang alat ukur pada titik BM1, stel hingga siap dioperasikan, ukur tinggi alat nya dan catat pada
talysheet. Hitung sudut Azimuth awal dengan Arc-Tan, kemudian arahkan teropong pesawat ke
BM.2 dengan sudut sebesar azimuth hasil perhitungan Arc-tan..
6) Arahkan teropung pesawat ke titik belakang patok P.4 baca sudut Vertikal dan Horizontal catat
sebagai bacaan sudut Hz pada kedudukan biasa.
7) Ukur jarak miring dengan meteran, Tarik meteran, nolnya dititik target Tarik kearah pesawat dan
baca jaraknya, catat pada Tallysheet sebagai jarak miring dari BM.1 ke belakang.
8) Putar teropong arahkan ke depan ketitik P.1 baca sudut Vertikal, sudut Hz dan catat sebagai bacaan
sudut Hz kedudukan biasa, Kemudian ukur jarak miring dengan meteran, Tarik meteran, nolnya
dititik target Tarik kearah pesawat dan baca jaraknya, catat pada Tallysheet sebagai jarak miring
dari BM.1 ke muka.
9) Putar teropong menjadi kedudukan LB arahkan ke belakang ketitik P.4 baca sudut Hz LB dan catat
sebagai bacaan sudut Hz kedudukan Luar biasa, Kemudian arahkan teropong kemuka (P.1) baca
dan catat sudut HZ LB
10) Putar teropong menjadi kedudukan BIASA, arahkan pada titik detail, pasang rambu ukur
dititik detail tersebut, baca bacaan rambu ukur, sudut horizontal dan sudut vertikal catat pada tally
sheet untuk titik detail tsb.
11) Pindahkan alat ukur pada titik P.1, Stel hingga alat siap dioperasikan dan Ukur Tinggi alat.
12) Arahkan teropong pesawat ke titik belakang patok BM.1 Setting sudut Hz nol derajat, catat
sebagai bacaan sudut HZ biasa, dan baca/catat sudut Vertikalnya.
13) Ukur jarak miring dengan meteran, Tarik meteran, nolnya dititik target Tarik kearah pesawat
dan baca jaraknya, catat pada Tallysheet sebagai jarak miring dari P.1 ke belakang.
14) Putar teropong arahkan ke depan titik P.2 baca sudut Hz catat sebagai bacaan sudut HZ biasa,
dan sudut Vertikalnya catat pada tally sheet sebagai bacaan kemuka
15) Ukur jarak miring dengan meteran, Tarik meteran, nolnya dititik target Tarik kearah pesawat
dan baca jaraknya, catat pada Tallysheet sebagai jarak miring dari P.1 ke muka
16) Putar teropong menjadi kedudukan LB arahkan ke belakang ketitik BM.1 baca sudut Hz LB
dan catat sebagai bacaan sudut Hz kedudukan Luar biasa, Kemudian arahkan teropong kemuka
(P.2) baca dan catat sebagai sudut HZ LB
17) Putar teropong menjadi kedudukan BIASA, arahkan pada titik detail, pasang rambu ukur
dititik detail tersebut, baca bacaan rambu ukur, sudut horizontal dan sudut vertikal catat pada tally
sheet untuk titik detail tsb.
18) Pindahkan alat ukur pada titik selanjutnya, hingga titik polygon terakhir yg mendekati BM.1
19) Lakukan langkah kerja pengukuran seperti point 11 sd 18

2.5 PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN

2.5.1 PERHITUNGAN POLYGON TERTUTUP


- Menghitung sudut (ß) Beta dalam = Hz Belakang – Hz Muka...... (Pengukuran searah jarum
Jam)
- Menghitung sudut (ß) Beta Luar = Hz Muka – Hz Belakang
- Menghitung sudut (ß) Rata2 = ½ x ( ß BIASA + ß LB )
- Syarat Geometri Polygon Tertutup ∑ Sudut dalam = ( N – 2) x 180
∑ Sudut Luar = ( N + 2) x 180
- Koreksi pada sudut datar (sudut ß)
6
1. Di bagi Rata2 pada banyaknya titik :
Koreksi masing masing titik Bila ada sisa dibagikan pada sisi yang terpendek
2. Dibagikan kepada nesarnya masing masing sudut :
Fß 1 = xfß Bila ada sisa dibagikan pada sudut yang terbesar

- Azimuth Awal = Utara Magnet (jika tidak diketahui dua titik koordinat )
- Azimuth selanjutnya = Azimuth Awal + 180 - sudut ß koreksi ( Sudut Beta Dalam)
- Azimuth selanjutnya = Azimuth Awal + sudut ß koreksi - 180 ( Sudut Beta Luar)
- Jarak Miring (SD) = ( BA – BB ) x 100
- Jarak Datar (HD) = ( ( BA – BB ) x 100 ) x Cos2 i
- Jarak Datar (HD) = SD x Cos2 i i = 90 – sudut Vertikal
- Jarak Datar rata2 = ½ x ( d P1-2 + d P2-1 )
- ABSIS ( ΔX ) = Jarak Datar rata2 x Sin Azimuth
- ORDINAT ( ΔY ) = Jarak Datar rata x Cos Azimuth
- Syarat Geometri Polygon ∑ ΔX = 0
- Syarat Geometri Polygon ∑ ΔY = 0

KOREKSI ABSIS DAN ORDINAT


- Cara Bouwditch = ΔX1 = x fx

= ΔY1 = x fy

- Cara Transit =fx=

- Cara Transit =fy=

- KOORDINAT X = Koordinat X awal + ΔX + Koreksi


- KOORDINAT Y = Koordinat Y awal + ΔY + Koreksi
- Vertikal Distance (VD) = SD x ( ½ Sin 2 i ) atau
- Vertikal Distance (VD) = HD x Tan i........................... i = 90 – sudut Vertikal
- Beda Tinggi = TA + VD – BT
- Beda Tinggi rata2 = ½ x (ΔH P1P2 – ΔH P2P1)
- Koreksi ΔH
- Tinggi Titik = Elevasi Awal + Δh rata2 + Koreksi ΔH

2.5.2 PERHITUNGAN TITIK DETAIL

- Menghitung sudut (ß) Beta dalam = Hz Belakang – Hz Muka (Pengukuran searah jarum
Jam)
- Menghitung sudut (ß) Beta Luar = Hz Muka – Hz Belakang
Jika perhitungan Polygon dengan sudut Beta luar, dan back sight nya kebelakang dengan
sudut nol derajat maka pada perhitungan titik detail sudut beta luar sama dengan sudut
horizontal.
- Azimuth selanjutnya = Azimuth Awal + 180 - sudut ß ( Sudut Beta Dalam)
- Azimuth selanjutnya = Azimuth Awal + sudut ß - 180 ( Sudut Beta Luar)
- Jarak Miring (SD) = ( BA – BB ) x 100
- Jarak Datar (HD) = ( ( BA – BB ) x 100 ) x Cos2 i Atau
- Jarak Datar (HD) = SD x Cos2 i i = 90 – sudut Vertikal

- ABSIS ( ΔX ) = Jarak Datar x Sin Azimuth


7
- ORDINAT ( ΔY ) = Jarak Datar x Cos Azimuth
- KOORDINAT X = Koordinat X awal + ΔX
- KOORDINAT Y = Koordinat Y awal + ΔY
- Vertikal Distance (VD) = SD x ( ½ Sin 2 i ) atau
- Vertikal Distance (VD) = HD x Tan i
- Beda Tinggi = TA + VD – BT
- Tinggi Titik = Elevasi Awal + ΔH

2.6 PENGGAMBARAN

Untuk menentukan sekala gambar terlebih dahulu di urutkan nilai koordinat X dan Y sehingga
akan diketahui nilai koordinat yang terkecil dan terbesar. Ada dua perhitungan skala yaitu skala yang
searah dengan Koordinat X dan yang serah dengan koordinat Y. Dari kedua sekala tersebut diambil
salah satunya saja yaitu nilai skala yang paling besar.
Faktor Skala

Faktor Skala

Dari hasil perhitungan di pilih nilai faktor skala yang paling besar dan di bulatkan keatas
Setelah di dapat skala gambar maka selanjutnya dihitung interval kontur ( CI ).
Hitung Interval Kontur CI = x fs

2.7 TALLY SHEET

Pengukuran peta situasi kontur metode polygon tertutup pada area Lapangan Tembak Ciampea
membutuhkan ketelitian pengukuran yang akurat, untuk memudahkan dalam pengumpulan data hasil
pengukuran dan perhitungan maka dibuatkan suatu tally sheet / format ukur pengukuran dan
perhitungan. Ada dua metode pengukuran yang dilakukan yaitu kerangka dasar horizontal dengan
polygon tertutup dan titik detail dengan tachimetri sehingga tally sheet yang harus disiapkan adalah
tally sheet pengukuran kerangka dasar horizontal polyon tertutup, tally sheet pengukuran titik detail
dan juga tally sheet perhitungan koordinat dan perhitungan elevasi.

Tally sheet ini disiapkan untuk mempermudah pada pengumpulan data dan prosess perhitungan
koordinat X, Y dan Z, sehingga dimungkinkan/dibolehkan peserta didik untuk menggunakan tally
sheet yang yang lebih memudahkan pada proses pengumpulan data dan perhitungan.
Silahkan Buat Talysheet sesuai kelompok masing masing.

8
TTD MENTOR
SMK ADI SANGGORO TALLY SHEET PENGUKURAN TOPOGRAFI NAMA : ...............
Jl. Sengked No.1 Kampus IPB (THEODOLITE DIGITAL) KELOPK : ...............
Dramaga Bogor HARI/TGL : ....................
Sudut Vertikal Sudut Horizontal Sudut Horizontal Sudut Miring Vertical Beda
Tinggi Bacaan Rambu SUDUT Jarak Mirig Jarak Datar Absis Ordinat Tinggi
Target (BIASA) BIASA LUAR BIASA BIASA Distance Tinggi KOORDINAT
OBS Alat (Kedudukan Biasa) AZIMUTH titik Ket
(OBY) ( VA ) ( HA ) (HA LB) i = 90 - V (BA-BB)x100 SD x COS2 i HD x Tan i TA+VD-BT x y
(Elevasi)
( HI ) BA BT BB ° ` " ° ` " ° ` " ° ` " ° ` " ( SD ) ( HD ) ( VD ) ΔH D sin A D cos A X Y

SMK ADI SANGGORO PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN NAMA : ...............


Jl. Sengked No.1 Kampus IPB POLYGON TERTUTUP KELOPK : ...............
Dramaga Bogor

SUDUT BETA SUDUT BETA SUDUT BETA KOREKSI AZIMUTH JARAK JARAK KOORDINAT KOORDINAT
JARAK (ABSIS) ΔX (ORDINAT) ΔY
No (BIASA) (LUAR BIASA) (RATA-RATA) SUDUT BETA (A) DATAR DATAR X Y
DATAR KET
Titik PULA RATA2
PERGI
° ` " ° ` " ° ` " ° ` " ° ` " NG (HD) HD sin A Koreksi Xawal+ΔX+ HD Cos A Koreksi Yawal+ΔY+
koreksi ΔX koreksi ΔY

9
SMK ADI SANGGORO PERHITUNGAN ELEVASI NAMA :
Jl. Sengked No.1 Kampus IPB KELAS :
POLYGON TERTUTUP
Dramaga Bogor KELOMPOK :
BEDA TINGGI
KOREKSI BEDA
NO BEDA TINGGI BEDA TINGGI BEDA TINGGI RATA2 YANG SUDAH DI TINGGI TITIK
TINGGI Ket
TITIK KOREKSI
Pergi Pulang (∆ H) ELEVASI

JUMLAH -

JUMLAH TITIK

KOREKSI

10
BAB III
PENGUKURAN LONG SECTION DAN CROSS SECTION
DENGAN ALAT UKUR AUTOMATIK LEVEL

Penentuan Posisi Vertikal disebut juga PPV adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan
pada program keahlian Geomatika sub mata pelajaran survey terestris untuk kelas xi, pada setiap kelas
mendapatkan waktu belajar selama 4 jam pelajaran setiap minggunya. Diharapkan dengan adanya
mata pelajaran ini seluruh peserta didik program keahlian geomatika dapat menguasai dari proses
pengukuran kerangka dasar Vertkal hingga pengukuran titik detail long section dan cross section,
pengolahan data sampai penggambaran profil memanjang dan profil melintang jalan. Pelaksanaan
pengukuran dengan materi pengukuran lonsection dan cross section ini di harapkan dapat tercapai
suatu kompetensi keahlian dimana peserta didik dapat melakukan pengukuran profil memanjang dan
melintang seluruh/sebagian jalan diareal Lapangan Tembak Ciampea, dari proses persiapan alat,
pelaksanaan pengukuran, pengolahan data sampai penggambaran potongan memanjang dan melintang
jalan dengan menggunakan soft whare Auto-Cad.

Ketinggian suatu titik pada dasarnya menunjukan posisi suatu titik diatas bidang datum tertentu.
Koordinatnya merupakan jarak titik tersebut terhadap bidang datum sehingga hanya terdiri dari satu
parameter saja yaitu jarak tegak. Yang dihasilkan dari pengukuran beda tinggi adalah profil
memanjang, profil melintang dan kontur. Untuk mendapatkan hasil dari pengukuran beda tinggi ini
diperlukan pengukuran kerangka dasar vertikal, yang merupakan kumpulan titik-titik yang telah
diketahui atau ditentukan posisi vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian
tertentu. Bidang ketinggian rujukan ini bisa berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea level -
MSL) atau ditentukan lokal. Kerangka dasar ini adalah sebagai titik reverensi atau acuan dalam
mengukur titik detail long section dan cross section pada setiap interval tertentu yang dapat dilakukan
dengan metode sipat datar optis.

Metode sipat datar optis adalah proses penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau pengukuran
perbedaan elevasi. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan tinggi di atas air laut ke suatu titik
tertentu sepanjang garis vertikal. Perbedaan tinggi antara titik akan dapat ditentukan dengan garis
sumbu pada pesawat yang ditunjukan pada rambu yang vertikal. Tujuan dari pengukuran penyipat
datar adalah mencari beda tinggi antara dua titik yang diukur.

Berikut adalah cara-cara pengukuran dengan sipat datar, diantaranya:


1. Alat sipat datar ditempatkan diantara dua titik (tidak perlu segaris).

hAB = a – b ......... ( ΔhAB = BT.a – BT.b )


hBA = b – a ......... ( ΔhBA = BT.b – BT.a )
Bila Elevasi/tinggi titik A adalah HA, maka tinggi titik B adalah:
HB (Elevasi titik B) = Elevasi A (HA) + hAB atau

Elevasi B (HB) = Elevasi A (HA) + a – b ............. a = Benang Tengah Rambu di titik A


Elevasi B (HB) = T – b ............. b = Benang Tengah Rambu di titik B
............. T = HA + BT A

11
Bila Elevasi/tinggi titik B adalah HB, maka tinggi titik A adalah:
Elevasi A (HA) = Elevasi B(HB) + hBA atau
Elevasi A (HA) = Elevasi B (HB) + b – a

2. Alat sipat datar ditempatkan di titik yang diketahui ketinggiannya.( cara tinggi garis bidik)

ta = tinggi alat di A
T = tinggi garis bidik
HA = tinggi titik A
b = bacaan BT rambu di B
HB = tinggi titik B
hAB = beda tinggi dari A ke B

untuk menghitung tinggi titik B (Elevasi titik B) digunakan rumus sbb:


hAB = ta – b
Elevasi B = Elevasi A + hAB atau
HB = HA + ta – b

Tinggi alat dapat dianggap hasil pengukuran ke belakang, karena titik A diketahui tingginya.
Dari kedua cara di atas, cara yang paling teliti adalah cara pertama, karena pembacaan a dan b dapat
diusahakan sama teliti yaitu menempatkan alat sipat datar tepat di tengah-tengah antara titik A dan B
(jarak pandang ke A sama dengan jarak pandang ke B).
Ada beberapa macam pengukuran sipat datar di antaranya:

a. Sipat datar memanjang.


Digunakan apabila jarak antara dua titik yang akan ditentukan beda tingginya sangat berjauhan
(di luar jangkauan jarak pandang). Jarak antara kedua titik tersebut dibagi dalam jarak-jarak pendek
yang disebut seksi atau slag. Jumlah aljabar beda tinggi tiap slag akan menghasilkan beda tinggi antara
kedua titik tersebut.

Tujuan pengukuran ini umumnya untuk mengetahui ketinggian dari titik-titik yang dilewatinya
dan biasanya diperlukan sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan. Hasil akhir daripada
pekerjaan ini adalah data ketinggian dari pilar/patok polygon sepanjang jalur pengukuran yang
bersangkutan.
Sipat datar memanjang dibedakan menjadi:
a. Memanjang terbuka,
b. Memanjang keliling (tertutup),
c. Memanjang terbuka terikat sempurna,
d. Memanjang pergi pulang,
e. Memanjang double stand.

b. Sipat datar profil.


Pengukuran profil dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tinggi rendahnya permukaan
sepanjang jalur pengukuran atau unuk mengetahui profil dari suatu trace baik jalan ataupun saluran.
12
Hasil pengukuran ini merupakan informasi untuk perencanaan jalan raya, jalan kereta, saluran irigasi,
jalur pipa dan lain-lain, yaitu untuk desain jalan raya, rel kereta api, saluran air dll, untuk
menggambarkan konstruksi proyek, menghitung volume tanah dan material lainnya, menyelidiki
karakteristik drainase suatu area, menggambarkan peta konfigurasi tanah secara umum, mempelajari
eart subsidence (penyusutan bumi) dan lain-lain. Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan dalam dua
bagian yang disebut sebagai sipat datar profil memanjang (Long section) dan melintang (Cross
section). Hasil akhir dari pengukuran ini adalah gambaran (profil) dari kedua jenis pengukuran
tersebut dalam arah potongan tegaknya. Sifat datar frofil terdiri dari :

- Profil memanjang (Long section)


Maksud dan tujuan pengukuran profil memanjang adalah untuk menentukan ketinggian titik-titik
sepanjang suatu garis rencana proyek sehingga dapat digambarkan irisan tegak keadaan lapangan
sepanjang garis rencana proyek tersebut. Gambar irisan tegak keadaan lapangan sepanjang garis
rencana proyek disebut profil memanjang. Di lapangan, sepanjang garis rencana proyek jika proyek
tersebut merupakan jalan baru maka dipasang patok-patok dari kayu atau beton yang menyatakan
sumbu proyek atau center line pada setiap interval tertentu (Stasioning). Tapi jika jalan yang diukur
adalah jalan lama yang akan di perbaiki maka stasioning di tulis pada asphalt sebagai center line
dengan interval tertentu. Yang kemudian patok-patok tersebut digunakan untuk pengukuran profil
memanjang.

- Profil melintang (Cross section)


Profil melintang diperlukan untuk mengetahui profil lapangan pada arah tegak lurus garis rencana atau
untuk mengetahui profil lapangan ke arah yang membagi sudut sama besar antara dua garis rencana
yang berpotongan. Apabila profil melintang yang dibuat mempunyai jarak pendek (masih dalam
jangkauan jarak pandang) maka pengukurannya dapat dilakukan dengan alat ukur waterpass
(Automatik level). Apabila Jarak panjang, (di luar jangkauan jarak pandang) dapat dilakukan dengan
alat ukur theodolite. Pelaksaan pengukuran melintang dilakukan dengan mengukur ketinggian titik
titik melintang jalan kearah kiri dan kanan As jalur pengukuran, jarak antar titik melintang
disesuaikan dengan kondisi existing jalan yang ada sehingga gambar potongan melintang akan
mewakili sesuai dengan kondisi aslinya.

3.1 TUJUAN PENGUKURAN

Tujuan Pelaksanaan pengukuran adalah mendapatkan data ukur lapangan berupa bacaan rambu ukur
dan jarak memanjang dan melintang jalan yang kemudian diolah dengan proses perhitungan metode
beda tinggi untuk menghasilkan data elevasi atau ketinggian suatu titik pada profil memanjang dan
melintang, sehingga hasil akhir dari pengukuran ini adalah berupa gambar potongan memanjang
(Gambar Long section) dan Gambar potongan melintang jalan (Gambar Cross section), dengan
menggunakan soft ware Auto-Cad

3.2 KESELAMATAN KERJA

Agar proses kegiatan pelaksanaan pengukuran ini dapat berjalan dengan baik/lancar, maka perlu
diperhatikan keselamatan kerja sebagai berikut :
a. Gunakan alat pelindung diri (APD), seperti Baju praktek, helm, dan Sepatu but.
b. Jangan Bergurau ketika praktek.
c. Jangan merusak tanaman dan mengotori lingkungan dengan membuang sampah sembarangan.
d. Lakukan pengukuran sesuai dengan SOP
e. Tulis data ukur dengan jelas, jangan banyak coretan

13
3.3 ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang harus disiapkan untuk melakukan pengukuran polygon tertutup dan titik detailnya
adalah sebagai berikut :
1. Alat ukur sifat datar Automatic Level ............. 1. Unit
2. Statief ............. 1. Unit
3. Bak / Rambu Ukur ............. 2. Buah
4. Patok ............. 5. Buah
5. Paku ............. 5. Buah
6. Palu / Martil Besar ............. 1. Buah
7. Meteran Panjang @ 50 meter ............. 1. Buah
8. Kapur ............. 1. Duz
9. Data board/ Papan Jalan ............. 1. Buah
10. Kalkulator ............. 1. Buah
11. APD (Sepatu but, Helm, Baju Praktek ............. 1. Unit

3.4 LANGKAH KERJA PENGUKURAN

Proses pengukuran ini diawali dengan pengukuran stasioning, penomoran jalan dengan interval
tertentu, pemasangan patok polygon untuk kerangka dasar vertikal sebanyak 5 titik polygon dan
pengukuran titik detail melintang jalan interval 10 meter, dimana titik detail melintang tersebut diukur
kekiri (L) dan Kekanan (R) dengan jarak disesuaikan kondisi existing jalan. Diharapkan selama waktu
pengukuran dari jam 08.00 s/d 16.00 proses pengukuran dapat terselesaikan. Hasil suatu pengukuran
dapat dapat tercapai dengan maksimal apabila dilakukan dengan proses yang benar, sesuai dengan
SOP, maka perlu di buat suatu langkah kerja pengukuran yang teliti, yaitu sebagai berukut :

A. STASIONING
1. Persiapan alat ukur.
2. Survey lokasi yang akan di ukur
3. Tentukan Sta awal (sta 0+00) dilapangan, yang kemudian ditandai dengan patok atau kapur pada
center line (As jalan) yang akan di ukur
4. Tarik jarak dengan interval 10 m, dimulai dari sta 0+00 sampai akhir pekerjaan, tandai dilapangan
dengan cat/kapur.

B. PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL (TITIK BM)


1. Pasang patok P.1 disebelah kiri atau kanan jalan (L/R), boleh di sejajarkan dengan sta awal
2. Pasang patok P.2, patok P3 dst, di sebelah kiri atau kanan jalan dengan interval 20 M dari sta awal
(tidak usah di tarik meteran lihat saja sta yang ada)
3. Pasang automatik level/waterpass diantara titik P.1 dan P.2, stel alat ukur hingga siap untuk
dioperasikan (catat sebagai kedudukan 1 / satnd 1)
4. Pasang rambu ukur di P.1, arahkan pesawat ke P.1, baca bacaan rambu ukur BA, BT dan BB catat
di tally sheet sebagai bacaan rambu belakang
5. Pasang rambu ukur di P.2, putar pesawat dan arahkan ke P.2, baca bacaan rambu ukur BA, BT dan
BB, catat sebagai bacaan muka.
6. Pindahkan alat ukur mendekati titik P.1 atau P.2, pasang kembali aalat ukur hingga siap
dioerasikan, usahakan tinggi alat tidak sama dengan yang pertama, catat sebagai kedudukan 2
(Stand 2)
7. Baca bacaan rambu ukur BA, BT dan BB pada titik P.1 sebagai bacaan Belakang dan Baca rambu
ukur pada titik P.2 catat sebagai bacaan rambu muka.
8. Pindahkan alat ukur untuk mengukur titik selanjutnya, (diantara P2 dan P3, P.3 dan P.4 dan
seterusnya, lakukan langkah kerja seperti pada point 6, 7 dan 8

C. PENGUKURAN LONG SECTION DAN CROSS SECTION


1. Pasang alat ukur Automatic level di dekat titik2 yang akan diukur cross sectionnya, usahakan titik
back sight dan titik detail cross section terlihat, stel hingga siap dioperasikan.
14
2. Arahkan teropong pesawat ke salah satu titik Polygon (titik BM) yang terdekat, pasang bak rambu
pada titik polygon tersebut, baca bacaan rambu ukurnya (BA, BT dan BB) catat pada tally sheet
sebagai BS (Back sight).
3. Ukur secara melintang titik-titik yang akan diukur ketinggiannya pada setiap sta (mulai sta awal),
kearah kanan atau kiri (tegak lurus dengan CL atau ½ dari sudut beta dalam), beri tanda dengan cat
atau kapur seperti gambar sket dibawah, catat jarak kiri dan kanan pada tally sheet.

CL
Kiri Kanan
Atas Bawah
L4 L3 L2 L1 R1 R2 R3 R4

1,2 0 1,1 2,2


3,5 2,3 3,6 5,2
5,1

4. Arahkanteropong pesawat ketitik-titik yang sudah diberi tanda, baca rambu ukur BA, BT dan BB,
catat pada tally sheet. (jangan salah catat no point, kiri dan kanan)
5. Arahkan lagi teropong ketitik sta yg masih bisa diukur, lakukan langkah kerja seperti pada point 3
dan 4.
6. Pindahkan alat ukur ketitik selanjutnya, lakukan langkah kerja pada point 3 s/d 6

3.5 PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN

3.5.1 PERHITUNGAN KERANGKA DASAR VERTIKAL


Hitung Beda tinggi (ΔH) tiap stand = BT belakang – BT muka
Hitung rata2 tinggi (ΔH) tiap stand
Hitung besar kesalahan beda tinggi (fh) = (H.Akhir – H.Awal) - ∑ ΔH
Koreksi beda tingg =
Elevasi = Elevasi awal + ΔH yang sudah dikoreksi

3.5.2 PERHITUNGAN TITIK DETAIL LONG SECTION DAN CROSS SECTION


Hitung Beda tinggi (ΔH) = BT belakang – BT muka atau
Hitung Beda tinggi (ΔH) = BT Back sight – BT detail
Elevasi = Elevasi awal + ΔH detail

3.6 PENGGAMBARAN
A. Menghitung skala horizontal
Faktor Skala Horizontal

B. Menghitung kala Vertikal


Faktor Skala Vertikal

15
3.7 TALLY SHEET

Pengukuran Longsection dan Crossection area jalan lapangan Tembak Ciampea membutuhkan
ketelitian pengukuran yang akurat, untuk memudahkan dalam pengumpulan data hasil pengukuran dan
perhitungan maka dibuatkan suatu tally sheet / format ukur pengukuran dan perhitungan. Ada dua
metode pengukuran yang dilakukan yaitu kerangka dasar Vertikal dengan polygon terbuka terikat
awal-akhir dan pengukuran titik detail dengan metode beda tinggi, sehingga tally sheet yang harus
disiapkan adalah tally sheet pengukuran kerangka dasar vertical polygon terbuka terikat awal dan
akhir, dan tally sheet pengukuran titik detail.

Tally sheet ini disiapkan untuk mempermudah pada pengumpulan data dan prosess perhitungan
elevasi, sehingga dimungkinkan/dibolehkan peserta didik untuk menggunakan tally sheet yang lebih
memudahkan pada proses pengumpulan data dan perhitungan.

16
TANDA
SMK ADI SANGGORO PENGUKURAN TINGGI DOUBLE STAND NAMA : TANGAN
Jl.Sengked No.1 Kampus IPB TERIKAT AWAL DAN AKHIR TANGGAL : MENTOR
Dramaga Bogor ( TITIK BANTU BM ) KELOMPOK :

BACAAN RAMBU TINGGI


BEDA TINGGI
STAND

NO BELAKANG MUKA TITIK KET.


TITIK
TIAP
BA BT BA BA BT BB RATA2 KOREKSI (ELEVASI)
STAND

ELEVASI BM AKHIR YANG DIKETAHUI

A). ∑ ΔH Koreksi = ............... Elevasi akhir pengukuran dikurangi


elevasi akhir BM yg diketahui
B). JUMLAH TITIK YANG DIUKUR = ...............
C). JUMLAH KOREKSI = ( ∑ΔH / (N-1) = ...............

17
SMK ADISANGGORO-Jaelani
TANDA
SMK ADI SANGGORO PENGUKURAN NAMA : TANGAN
Jl. Sengked No.1 Kampus IPB PROFIL MELINTANG TANGGAL : MENTOR
Dramaga Bogor ( CROSS SECTION MEASUREMENT) KELOMPOK :

JARAK DARI BACAAN RAMBU UKUR BEDA TINGGI


STA ELEVASI KET.
CL BA BT BB (ΔH)

BM....
.... + .... CL
L1 L
L2 L
L3 L
L4 L
R1 R
R2 R
R3 R
R4 R

.... + ....
L1 L
L2 L
L3 L
L4 L
R1 R
R2 R
R3 R
R4 R

d c b a CL 1 3 4

18
TANDA
SMK ADI SANGGORO PENGUKURAN NAMA : TANGAN
Jl. Sengked No.1 Kampus IPB PROFIL MELINTANG TANGGAL : MENTOR
Dramaga Bogor ( CROSS SECTION MEASUREMENT) KELOMPOK :

JARAK DARI BACAAN RAMBU UKUR BEDA TINGGI


STA ELEVASI KET.
CL BA BT BB (ΔH)

BM....
.... + .... CL
L1 L
L2 L
L3 L
L4 L
R1 R
R2 R
R3 R
R4 R

.... + ....
L1 L
L2 L
L3 L
L4 L
R1 R
R2 R
R3 R
R4 R

d c b a CL 1 3 4

19
TANDA
SMK ADI SANGGORO PENGUKURAN NAMA : TANGAN
Jl. Sengked No.1 Kampus IPB PROFIL MELINTANG TANGGAL : MENTOR
Dramaga Bogor ( CROSS SECTION MEASUREMENT) KELOMPOK :

JARAK DARI BACAAN RAMBU UKUR BEDA TINGGI


STA ELEVASI KET.
CL BA BT BB (ΔH)

BM....
.... + .... CL
L1 L
L2 L
L3 L
L4 L
R1 R
R2 R
R3 R
R4 R

.... + ....
L1 L
L2 L
L3 L
L4 L
R1 R
R2 R
R3 R
R4 R

d c b a CL 1 3 4

20
BAB IV
PENGUKURAN DAN PEMETAAN SITUASI JALAN
DENGAN ALAT UKUR TOTAL STATION

Mata Pelajaran Survey Teknik Sipil (STS) diajarkan pada program keahlian Geomatika untuk
melengkapi siswa dengan pengetahuan pengukuran pada bidang teknik sipil bangunan gedung ataupun
jalan raya, mata pelajaran ini diajarkan pada kelas xi dan kelas xii, pada setiap kelas mendapatkan
waktu belajar selama 4 jam pelajaaran setiap minggunya. Diharapkan dengan adanya mata pelajaran
ini seluruh peserta didik program keahlian geomatika dapat menguasai dari proses pengukuran,
pengolahan data sampai penggambaran peta. Pelaksanaan pengukuran Dengan menggunakan alat ukur
Total station di harapkan dapat tercapai suatu kompetensi keahlian dimana peserta didik dapat
melakukan pengukuran Topografi jalan pada seluruh/sebagian areal Lapangan tembak ciampea, dari
proses persiapan alat, pelaksanaan pengukuran, pengolahan data sampai penggambaran peta situasi
jalan.

Pengukuran situasi existing jalan adalah salah satu pengukuran teknik sipil pada pekerjaan jalan,
dimana data tersebut dibutuhkan untuk perencanaan jalan, yang berupa perncanaan geomatrik jalan
(lengkung horizontal dan vertikaL). Sebelum merencanakan alynemen Horizontal, dibutuhkan data
peta situasi jalan dari hasil pengukuran topografi jalan. Metoda pengukuran dilakukan dengan
pengukuran kerangka dasar horizontal polygon terbuka dan pengukuran titik detail.

1.) POLYGON TERBUKA (Lepas)


Polygon terbuka titik awal dan titik akhirnya merupakan titik yang berlainan, yang maksudnya
adalah bukan satu titik yang sama. Poligon terbuka (lepas) ini dapat dibagi berdasarkan pengikatan
pada kedua titik ujungnya (titik awal dan titik akhir) yaitu pengikatan berdasarkan koordinat.
Berdasarkan pengikatan ini, poligon terbuka dapat dibagi menjadi:
a. Titik yang tanpa ikatan
b. Salah satu titik ujungnya terikat koordinat
c. Salah satu titik ujungnya terikat dengan azimuth.
d. Salah satu titik ujungnya terikat koordinat dan azimuth.
e. Kedua Titik Ujungnya Terikat Azimuth.
f. Satu titik ujungnya terikat azimuth dan titik ujung yang lain terikat koordinat.
g. Kedua titik-titik ujungnya terikt koordinat
h. Satu titik ujungnya terikat kkordinat dan azimuth, sedang titik ujung yang lain terikat azimuth.
i. Salah satu titik ujungnya terikat azimuth dan koordinat, sedang titik ujung yang lain terikat
koordinat.
j. Kedua titik-titik ujungnya Terikat Azimuth dan Koordinat
k. Satu titik terikat azimuth dan koordinat

2.) POLYGON BERCABANG


Poligon ini mempunyai satu titik atau lebih titik simpul, yaitu dimana cabang itu terjadi.
Cabang-cabang ini biasanya terbuka, akan tetapi tentu saja cabang itu dapat saja menutup kepada
cabang yang lain. Apabila hal ini terjadi, maka poligon itu sebetulnya adalah kombinasi antara poligon
terbuka (lepas), tertutup dan bercabang. Bila kita masukan unsur pengikatan azimuthnya dan
pengiktan koordinat, tentu akan terjadi lagi varias-variasi berdasarkan pengikatan itu.

4.1 TUJUAN PENGUKURAN


Pelaksanaan pengukuran ini bertujuan untuk mendapatkan data ukur lapangan berupa sudut
horizontal, sudut vertikal dan jarak datar yang kemudian diolah dengan proses perhitungan metode
tachimetri untuk menghasilkan koordinat X, Y dan elevasi atau ketinggian suatu titik, sehingga hasil
akhir dari pengukuran ini adalah berupa gambar peta topografi jalan.

Ada dua proses perhitungan yang seharusnya dilakukan pada metode pengukuran ini, yaitu
perhitungan dengan metode tachimetri yang membutuhkan ketelitian tinggi dengan metode polygon
terbuka dimana titik ikat/polygon dihitung dengan koreksi jarak yang dirata2, koreksi sudut biasa dan
sudut luar biasa, koreksi sudut beta, koreksi ΔX, koreksi ΔY, dan koreksi beda tinggi. Sedangkan
21
untuk perhitungan koordinat titik detail, perhitungan dilakukan tanpa koreksi dimana data pengukuran
hanya didapat dari satu kali pengukuran jarak dengan bacaan rambu dan satu kali pengukuran sudut
horizontal bacaan Biasa.

4.2 KESELAMATAN KERJA


Agar proses kegiatan pelaksanaan pengukuran ini dapat berjalan dengan baik/lancar, maka perlu
diperhatikan keselamatan kerja sebagai berikut :
A. Faktor Manusia (Human Safety) :
a. Bacalah Bassmallah sebelum bekerja.
b. Isilah daftar hadir peserta pengukuran secara tertib.
c. Pelajari dan cermati Konsep Pengukuran dengan baik
d. Perhatikan pentunjuk Instruktur
e. Bekerjasamalah dalam kelompok secara efisien, efektif, tertib
f. Jaga nama baik almamater.
B. Faktor Keselamatan Alat Ukur / instrument Ukur (Safety Equipment Measurement) :
a) Buatlah administrasi peralatan dengan baik dan tertib (Bon Alat, Berita Acara Pemakaian Alat
Ukur) baik sebelum maupun sesudah pekerjaan pengukuran.
b) Periksalah semua peralatan ukur sebelum dan sesudah dipergunakan serta pastikan semua
peralatan dapat dipergunakan dengan baik
c) Pergunakanlah semua peralatan ukur sesuai dengan fungsi dan prosedur.
C. Keselamatan Data hasil Pengukuran (Safety of the measurement data) :
a) Catalah secara langsung di tempat pekerjaan semua data hasil pengukuran ke dalam daftar ukur
berupa: Hari / Tanggal, Lokasi Ukur, Waktu, Cuaca, jenis dan Nomor Seri Pesawat Ukur, Arah,
Jarak datar dan Sudut Vertikal maupun sudut Horizontal maupun legenda lainnya yang penting.
b) Lindungi semua data hasil pengukuran dari hal – hal yang dapat merusakkannya seperti , hilang,
sobek, Kotor, banyak coretan, air hujan dll
c) Data ukur asli dimasukan dalam file laporan akhir.

4.3 ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang harus disiapkan untuk melakukan pengukuran peta situasi jalan adalah sebagai
berikut :
a. Alat ukur Total Station ............. 1. Unit
b. Statief ............. 2. Unit
c. Prisma Target (Reflektor) ............. 1. Buah
d. Prisma single ............. 1. Unit
e. Kompas ............. 1. Unit
f. Patok ............. 5. Buah
g. Palu / Martil Besar ............. 1. Buah
h. Meteran Kecil @ 5 meter ............. 1. Buah
i. Data board/ Papan Jalan ............. 1. Buah
j. Kalkulator ............. 1. Buah
k. APD (Sepatu but, Helm, Baju Praktek ............. 1. Unit

4.4 LANGKAH KERJA PENGUKURAN


Proses pengukuran dilakukan dengan pengukuran titik ikat kerangka dasar horizontal polygon
terbuka dan pengukuran titik kdetail jalan sepanjang jalur pengukuran, sebelum melakukan
pengukuran terlebih duku di ukur jarak interval 10 untuk pengukuran croseection metode stasioning
yaitu memberi tanda dilapangan dengan interval tertentu. Titik ikat polygon dipasang pada setiap jarak
20 M sebanyak minimal 5 titik polygon dan pengukuran titik detail diukur pada stiap stasion dengan
interval 10 m pada posisi kiri, As dan kanan jalan (Left, CL dan Right) Diharapkan selama waktu
pengukuran dari jam 08.00 s/d 16.00 proses pengukuran dapat terselesaikan.

Hasil suatu pengukuran dapat dapat tercapai dengan maksimal apabila dilakukan dengan proses
yang benar, sesuai dengan SOP, maka perlu di buat suatu langkah kerja pengukuran yang teliti, yaitu
sebagai berukut :

22
A. STASIONING.
1.) Persiapan alat ukur.
2.) Survey lokasi yang akan di ukur
3.) Tentukan Sta awal (sta 0+00) dilapangan, yang kemudian ditandai dengan patok atau kapur pada
center line (As jalan) yang akan di ukur
4.) Tarik jarak dengan interval 10 m, dimulai dari sta 0+00 sampai akhir pekerjaan, tandai dilapangan
dengan cat/kapur.

B. PENGUKURAN TOPOGRAFI JALAN


1.) Pasang patok P.1 disebelah kiri atau kanan jalan (L/R), boleh di sejajarkan dengan sta awal
2.) Pasang patok P.2, patok P3 dst, di sebelah kiri atau kanan jalan dengan interval 20 M dari sta
awal (tidak usah di tarik meteran lihat saja sta yang ada)
3.) Pasang alat ukur Total Station pada titik P.1 stel alat ukur hingga siap untuk dioperasikan, ukur
tinggi alat catat sebagai timggi alat P.1 (Hight instrument) pada tally sheet.
4.) Pasang replektor/prisma target pada titik P2, setting nivo kotak hingga ditengah, ukur tinggi
alatnya. Catat sebagai tinggi prisma (Hight target) P.2
5.) Pada kedudukan Biasa arahkan teropong sesuai dengan sudut sesuai hasil perhitungan Arc-tan
catat pada tally sheet, kemudian putar teropong searah jarum jam, arahkan ketitik P2 (Reflektor
titik P.2), baca sudut horizontalnya, sudut vertikal dan jarak miring/jarak datar catat pada
tallysheet.
6.) Putar teropong pada kedudukan luar biasa, arahkan ke muka titik P.2 catat bacaan sudut
horizontalnya.
7.) Pasang prisma single pada titik detail L sta awal, ukur tinggi prisma, putar teropong pada
kedudukan Biasa, arahkan pada titik detail L baca sudut Horizontal, vertikal dan jarak datarnya.
8.) Pasang prisma single pada titik detail selanjutnya, ukur tinggi prisma, putar teropong pada
kedudukan Biasa, arahkan pada titik detail selanjutnya baca sudut Horizontal, vertikal dan jarak
datarnya.
9.) Setelah titik detail yang dekat dengan polygon P.1 selesai di ukur pindahkan alat ukur TS ketitik
P.2 Stel hingga siap dioperasikan, ukur tinggi alatnya,
10.) Pasang replektor/prisma target pada titik P1, setting nivo kotak hingga ditengah, ukur tinggi
alatnya. Catat sebagai tinggi prisma (Hight target) P.1(Belakang)
11.) Pasang replektor/prisma target pada titik P3, setting nivo kotak hingga ditengah, ukur tinggi
alatnya. Catat sebagai tinggi prisma (Hight target) P.3 (Muka)
12.) Pada kedudukan Biasa arahkan teropong pada prisma P.1 (Belakang), setting nol derajat, baca
jarak datar dan sudut vertikalnya catat sebagai bacaan Biasa belakang
13.) Pada kedudukan Biasa putar teropong arahkan pada prisma P.2 (Muka), Baca sudut horizontal,
baca jarak datar dan sudut vertikalnya catat sebagai bacaan Biasa Muka
14.) Pada kedudukan Luar Biasa putar teropong arahkan pada prisma P.1 (Belakang), Baca sudut
horizontal catat sebagai bacaan LB belakang dan kemudian putar arahkan pada prisma P.3
(Muka) baca sudut horizontal catat sebagai bacaan LB Muka.
15.) Pasang prisma single pada titik detail L, CL dan R sta selanjutnya, ukur tinggi prisma, putar
teropong pada kedudukan Biasa, arahkan pada titik detail L, CL dan R baca sudut Horizontal,
vertikal dan jarak datarnya catat pada tally sheet titik detail.
16.) Lakukan pengukuran titik detail pada setiap sta yang dapat terjangkau dari tempat alat ukur TS
didirikan.
17.) Lakukan langkah kerja poin 10 s/d 16, untuk mengukur polygon dan titik detail selabjutnya.

4.5 PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN


4.5.1 PERHITUNGAN POLYGON
- Menghitung sudut (ß) Beta dalam = Hz Belakang – Hz Muka...... (Pengukuran searah jarum
Jam)
- Menghitung sudut (ß) Beta Luar = Hz Muka – Hz Belakang
- Menghitung sudut (ß) Rata2 = ½ x ( ß BIASA + ß LB )
- Azimuth Awal = Utara Magnet (jika tidak diketahui dua titik koordinat )
- Azimuth selanjutnya = Azimuth Awal + 180 - sudut ß koreksi ( Sudut Beta Dalam)
- Azimuth selanjutnya = Azimuth Awal + sudut ß koreksi - 180 ( Sudut Beta Luar)
23
- Jarak Datar rata2 = ½ x ( d P1-2 + d P2-1 )
- ABSIS ( ΔX ) = Jarak Datar rata2 x Sin Azimuth
- ORDINAT ( ΔY ) = Jarak Datar rata2 x Cos Azimuth
- KOORDINAT X = Koordinat X awal + ΔX + Koreksi
- KOORDINAT Y = Koordinat Y awal + ΔY + Koreksi
- Vertikal Distance (VD) = HD x Tan i........................... i = 90 – sudut Vertikal
- Beda Tinggi = TA + VD – BT
- Beda Tinggi rata2 = ½ x (ΔH P1P2 – ΔH P2P1)
- Tinggi Titik = Elevasi Awal + Δh rata2 + Koreksi ΔH

4.5.2 PERHITUNGAN TITIK DETAIL


- Menghitung sudut (ß) Beta dalam = Hz Belakang – Hz Muka (Pengukuran searah jarum
Jam)
- Menghitung sudut (ß) Beta Luar = Hz Muka – Hz Belakang
Jika perhitungan Polygon dengan sudut Beta luar, dan back sight nya kebelakang dengan
sudut nol derajat maka pada perhitungan titik detail sudut beta luar sama dengan sudut
horizontal.
- Azimuth selanjutnya = Azimuth Awal + 180 - sudut ß ( Sudut Beta Dalam)
- Azimuth selanjutnya = Azimuth Awal + sudut ß - 180 ( Sudut Beta Luar)
- ABSIS ( ΔX ) = Jarak Datar x Sin Azimuth
- ORDINAT ( ΔY ) = Jarak Datar x Cos Azimuth
- KOORDINAT X = Koordinat X awal + ΔX
- KOORDINAT Y = Koordinat Y awal + ΔY
- Vertikal Distance (VD) = HD x Tan i
- Beda Tinggi = TA + VD – BT
- Tinggi Titik = Elevasi Awal + ΔH

4.6 PENGGAMBARAN
4.6.1 PENGGAMBARAN SECARA MANUAL
Untuk menentukan sekala gambar terlebih dahulu di urutkan nilai koordinat X dan Y sehingga akan
diketahui nilai koordinat yang terkecil dan terbesar. Ada dua perhitungan skala yaitu skala yang searah
dengan Koordinat X dan yang serah dengan koordinat Y. Dari kedua sekala tersebut diambil salah
satunya saja yaitu nilai skala yang paling besar.

Faktor Skala

Faktor Skala

Dari hasil perhitungan di pilih nilai faktor skala yang paling besar dan di bulatkan keatas
Setelah di dapat skala gambar maka selanjutnya dihitung interval kontur ( CI ).

Hitung Interval Kontur CI = x fs

4.7 TALLY SHEET

Silahkan dibuat sesuai dengan format kalian sendiri.

24
Tanda Tangan Mentor
SMK ADI SANGGORO TALLY SHEET PENGUKURAN NAMA :
Jl. Sengked No.1 Kampus IPB TOPOGRAFI KELOMPOK :
Dramaga Bogor KELAS :
Sudut Horizontal Sudut Horizontal
Tinggi TINGGI Jarak Vertical Absis Ordinat Beda Tinggi Tinggi
Target BIASA LUAR BIASA AZIMUTH KOORDINAT
OBS Alat TARGET Datar Distance (∆H) titik Ket
(OBY) ( HA ) ( HA ) x y (Elevasi)
( HI ) ( HT ) ( HD ) ( VD ) ° ` " ° ` " ° ` " D sin A D cos A X Y TA+VD-HT

SMK ADI SANGGORO PERHITUNGAN KOORDINAT NAMA :


Jl. Sengked No.1 Kampus IPB POLYGON TERBUKA KELOMPOK :
Dramaga Bogor TANGGAL :

SUDUT BETA SUDUT BETA SUDUT BETA Jarak Absis Ordinat KOORDINAT
SUDUT AZIMUTH Jarak Jarak
NO Datar
BIASA LUAR BIASA RATA 2 (Az) Datar Datar Δx Δy Ket
TITIK Rata2
KOORDINAT X KOORDINAT Y
° ` " ° ` " ° ` " ° ` " Pergi Pulang ( HD ) HD.sin Az HD.Cos Az

25
SMK ADI SANGGORO PERHITUNGAN ELEVASI
NAMA :
Jl. Sengked No.1 Kampus IPB KELAS :
TITIK POLYGON
KELOMPOK :
Dramaga Bogor

BEDA TINGGI KOREKSI BEDA BEDA TINGGI YANG SUDAH


BEDA TINGGI BEDA TINGGI TINGGI TITIK
NO TITIK RATA2 TINGGI DI KOREKSI Ket

Pergi Pulang (∆ H) ELEVASI

26

Anda mungkin juga menyukai